Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIC

Di Susun Oleh:

Nama : Iis Aisyah Amini

NIM : 82021040045

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

Tahun Ajaran 2021/2022


A. PENGERTIAN

Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak dan


berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh iskemik
maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut suplai oksigen keotak
terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya disertai dengan adanya
peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang ditandai dengan nyeri kepala dan
mengalami penurunan kesadaran (Ayu R D, 2018).
Stroke non hemoragik merupakan keadaan sementara atau temporer dari
disfungsi neurologik yang dimanifestasikan oleh kehilangan fungsi motorik, sensorik
atau visual secara tiba-tiba. Stroke iskemik atau stroke non hemoragik terjadi akibat
obstruksi atau bekuan (thrombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau
pembuluh organ distal (Price & Wilson, 2006). Tidak terjadi perdarahan namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder (Wijaya & Putri, 2013).
Menurut Padila (2012), stroke non haemoragik adalah cedera otak yang berkaitan
dengan obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan trombus di arteri
cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di tubuh. Dari
beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa stroke non hemoragik adalah
gangguan cerebrovaskular yang disebabakan oleh sumbatnya pembuluh darah
akibat penyakit tertentu seperti aterosklerosis, arteritis, trombus dan embolus.

B. ETIOLOGI
Penyebab stroke yaitu menurut (Dellima D R, 2019):
1. Trombosis serebri (Bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari
arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus
aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet. Penyebab lain terjadinya
trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, defisiensi protein C, displasia
fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat
gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga
dapat menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta
thorasik, arteritis).
2. Emboli serebri (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian
otak atau dari bagian tubuh lain).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari emboli
paradoksikal (right-sided circulation). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik
adalah trombi valvuvar seperti pada mitral stenosis, endokarditis, troombi mural
(seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jnatung kongestif) dan
atrial miksoma. Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard
dan 85% diantaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark
miokard. Embolisme serebri sering dimulai mendadak tanpa adanya tandatanda
disertai dengan nyeri kepala atau berdenyut. Penyebab lain terjadinya stroke non
hemoragik adalah :
1. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan
lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah.Selain dari
endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis,
yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium
yang kemudian mengakibatkan bertambahnya diameter pembuluh darah
dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh darah.
2. Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,
terutama yang menuju ke otak.
3. Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan
stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen
pembuluh darah ke otak.
4. Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan
seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan
menahun.
Menurut Smeltzer , faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke non
hemoragik yaitu :
1. Faktor resiko terkendali Beberapa faktor resiko terkendali yang
menyebabkan stroke non hemoragik sebagai berikut :
a. Hipertensi
b. Penyakit kardiovaskuler, embolisme serebral yang berasal dari
jantung, penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif,
hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas irama (khususnya fibrasi
atrium), penyakit jantung kongestif.
c. Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke.
d. Kolesterol tinggi
e. nfeksi
f. Obesitas
g. Peningkatan hemotokrit meningkatkan resiko infark serebral
h. Diabetes
i. Kontrasepsi oral (khusunya dengan disertai hipertensi, merokok,
dan estrogen tinggi
j. Penyalahgunaan obat (kokain)
k. Konsumsi alkohol
2. Faktor resiko tidak terkendali Beberapa faktor resiko tidak terkendali
yang menyebabkan stroke non hemoragik sebagai berikut :
a. Usia, merupakan foktor resiko independen terjadinya strok,
dimana refleks sirkulasi sudah tidak baik lagi.
b. Keturunan / genetic

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis stroke menurut Ayu S D, (2017), Stroke menyebabkan
berbagai defisit neurologik, gejala muncul akibat daerah otak tertentu tidak berfungsi
akibat terganggunya aliran darah ke tempat tersebut, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Manifestasi klinis (tanda
dan gejala) dari stroke menurut Smeltzer & Bare adalah sebagai berikut:
a. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas,
gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan pada
salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
dapat dimanifestasikan oleh hal berikut: Disartria (kesulitan berbicara):
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis
otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. Disfasia atau afasia
(bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.
c. Gangguan persepsi
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan
sensasi. Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam
hubungan visual spasial dan kehilangan sensori.
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik Disfungsi ini dapat ditunjukkan
dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang
motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam
program rehabilitasi mereka.
e. Disfungsi kandung kemih Setelah stroke pasien mungkin mengalami
inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan
urinal karena kerusakan control motorik dan postural.
Tanda dan gejala yang muncul sangat bergnatung kepada bagian/daerah otak
mana yang terkena dan dapat mempengaruhi terhadap :
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh
sebelah
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan
sensasi, gangguan penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:

Hemisfer kiri Hemisfer kanan


 Mengalami hemiparese  Hemiparese sebelah kiri tubuh
kanan  Penilaian buruk
 Perilaku lambat dan hati-hati  Mempunyai kerentanan
 Kelainan lapan pandang terhadap sisi kontralateral
kanan sehingga memungkinkan
 Disfagia global terjatuh ke sisi yang
 Afasia berlawanan tersebu
 Mudah frustasi
Klasifikasi

Stroke non hemoragik dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinis dan


proses patologis (kausal).
1) Berdasarkan manifestasi klinis
a. Transient Ischemic Attack (TIA) atau Serangan Iskemik Sepintas
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia
otak sepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu
tidak lebih dari 24 jam.
b. Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND) atau Defisit Neurologik
Iskemik Sepintas
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia
otak berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam
waktu 1-3 minggu
c. Stroke in Evolution/Progressive Stroke atau Stroke Progresif Stroke in
evolution adalah defisit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran
darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam
beberapa jam sampe bbrpa hari
d. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai
maksimal dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
e. Completed Stroke/Permanent Stroke atau Stroke Komplit
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau
gangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa
memburuk lagi.
2) Berdasarkan proses patologis (kausal)
a. Stroke trombotik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena
trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke arteri serebri
media. Permulaan gejala sering terjadi pada waktu tidur,atau sedang
istrirahat kemudian berkembang dengan cepat,lambat laun atau secara
bertahap sampai mencapai gejala maksimal dalam beberapa jam.
b. Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli
yang pada umunya berasal dari jantung. Permulaan gejala terlihat sangat
mendadak berkembang sangat cepat, kesadaran biasanya tidak
terganggu, kemungkinan juga disertai emboli pada organ dan ada
kecenderungan untuk membaik dalam beberapa hari, minggu atau bulan.
D. PATHOFISIOLOGI
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai
faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran
darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi (Muttaqin, 2008).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena
trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa
infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat . menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral,
jika aneurisma pecah atau ruptur (Muttaqin, 2008).
E. PATHWAY

Patofisiologi Stroke Non Hemmoragik Sumber Arief (2016)


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Muttaqin, (2018), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah
sebagai berikut :
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal
menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
3. CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara
pasti.Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang
pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
4. MRI MRI (Magnetic Imaging Resonance)
menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas
terjadinya perdarahan otak.Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).
6. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

G. PENATALAKSNAAN MEDIS
Menurut Smeltzer dan Bare, penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Phase Akut :
a. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan
sirkulasi.
b. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop. Pemberian ini
diharapkan mencegah peristiwa trombolitik / embolik.
c. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari
flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
d. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang
2. Post phase akut
a. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
b. Program fisiotherapi
c. Penanganan masalah psikososial Tujuan intervensi adalah berusaha
menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai
berikut:
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lender yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan
2) Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi
3) Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan
latihanlatihan gerak pasif
5) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
6) Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN (POLA FUNGSI KESEHATAN)

a. Pola nutrisi cairan/metabolisme


Nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut,
kehilangan sensasi (rasa kecap, cabai, garam, cuka) pada lidah,
tenggorokan, pipi, disfagia ditandai dengan kien kesulitan dalam
menelan.
b. Pola eliminasi
Pengkajian eliminasi pada pasien stroke difokuskan pada
pengkajian eliminasi urine dan eleminasi feses. Pada eliminasi alvi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
Sedangkan pada eliminasi urine terjadi infeksi perkemihan, retensi
urine, batu ginjal (Roy & Andrew 1999 dalam jurnal Irawaty, 2012).
c. Pola tidur dan istirahat
Pada pola ini dilakukan pengkajian yang meliputi pola tidur,
kebiasaan sebelum tidur dan masalah dalam tidur seperti terdapat
nyeri, sering terbangun karena mimpi buruk, sulit tidur, tidak merasa
segar setelah bangun.
d. Pola aktivitas dan personal hygiene
Dalam beraktivitas klien mengalami kesulitan melakukan
gerakan karena pada pasien hemiplegia akan mengalami
kelumpuhan pada salah satu anggota gerak sedangkan pada pasien
hemiparesis rentang dalam bergerak karena salah satu tangan, kaki
atau wajah mengalami kelumpuhan
e. Pola seksualitas/ reproduksi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui siklus haid, usia
menarche, haid terakhir, masalah dalam menstruasi, penggunaan
kontrasepsi sebelumnya, pemeriksaan payudara mandiri dan
masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakit.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jarungan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak (spasme arteri)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
3. Defisit perawatan diri: mandi/ hygien, berpakaian/ berhias diri, makan/
minum, dan eliminasi berhubungan dengan gangguan neuromuskular
4. Resiko cidera atau jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

n Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi (NIC)


o kep (NOC)
1 ketidakefektif NOC NIC Cerebral Perfusion
an perfusi 1. Circulation Status Promotion
jarungan 2. Tissue prefusion: cerebral 1. Konsultasi dengan dokter
serebral Kriteria Hasil : untuk menemukan parameter
berhubungan  Mendemonstrasikan hemodinamik dan menjaga
dengan status sirkulasi yang parameter hemodunamik
aliran darah ditandai dengan: dalam kisaran normal
ke otak  Tekanan systole dan 2. Induksi hipertensi dengan
(spasme diastole dalam rentang ekspansi volume atau inotropik
arteri) yang diharapkan atau agen vasokonstriksi ,
 Tidak ada ortostatik seperti yang diperintahkan
hipertensi untuk mempertahankan

 Tidak ada tandatanda parameter hemodinamik dan

peningkatan tekanan memelihara / mengoptimalkan

intrakranial (tidak lebih tekanan perfusi serebral

dari 15 mmHg) 3. Kelola calcium channel


blockers . seperti yang
 Mendemonstrasikan
diperintahkan
kemampuan kognitif yang
4. Kelola dan pantau efek
ditandai dengan:
diuretik osmotik dan loop - aktif
Berkomunikasi dengan
dan kortikosteroid 5. Kelola
jelas sesuai dengan
obat antikoagulan , seperti
kemampuan
yang diperintahkan
 Menunjukkan fungsi
Intracranial Pressure (ICP)
sensori motori cranial
Monitoring
yang utuh: tingkat
1. Bantu dengan perangkat
kesadaran membaik,
monitoring ICP penyisipan
tidak ada gerakan
2. Berikan informasi kepada
gerakan involunter
pasien dan keluarga / orang
lain yang signifikan
3. Pantau kualias dan
karakteristik gelombang ICP
4. Monitor tekanan perfusi
serebral
5. Pantau status neurologis
6. Monitor ICP pasien dan
respon neurologis
7. Jaga sterilitas sistem
pemantauan
Neurologic Monitoring
1. Pantau ukuran pupil, bentuk,
simetri, dan reaktivitas
2. Pantau tingkat kesadaran
3. Monitor tingkat orientasi
4. Pantau tingkat kesadaran
pasien 5. Monitor tanda-tanda
vital
6. Monitor status pernapasan
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, suhu, dan RR
2. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
3. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
4. Monitor pola pernapasan
abnormal
5. Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit

2 Hambatan NOC NIC Exercise Therapy : Joint


mobilitas fisik 1. Joint Movement: active Mobility
berhubungan 2. Mobility Level 1. Tentukan keterbatasan
dengan 3. Self Care : ADLs gerakan sendi dan pengaruh
penurunan 4. Transfer performance terhadap fungsi
kekuatan Kriteria Hasil: 2. Kolaborasikan dengan tim
otot 1. Aktifitas fisik klien medis untuk mengembangkan
meningkat dan melaksanakan program
2. Mengerti tujuan dari terapi
peningkatan mobilitas 3. Jelaskan kepada
3. Memverbalisasikan pasien/keluarga pasien tntang
perasaan dalam tujuan dan rencana terapi
meningkatkan kekuatan dan 5. Bantu pasien untuk
kemampuan perpindahan mengoptimalkan posisi tubuh
4. Memperagakan untuk melakukan ROM
penggunaan alat Bantu untuk pasif/aktif

mobilisasi (walker) 6. Ajarkan pasien/keluarga


pasien cara melakukan ROM
aktif/pasif 7. Dorong pasien
untuk memvisualisasikan
gerak tubuh sebelum memulai
gerakan
8. Anjurkan pasien untuk
duduk di atas tempat tidur, di
sisi tempat tidur, atau di atas
kursi
9. Bantu pasien melakukan
ambulasi Berikan pujian
terhadap perkembangan
kemampuan latihan
3 Defisit NOC NIC
perawatan a. Activity intolerance 1. Bantuan Perawatan Diri:
diri: mandi/ b. Mobility : Physical impaired Mandi, higiene mulut,
hygien, c. Fatique level penil/vulva, rambut, kulit
berpakaian/ d. Anxiety self control a. Kaji kebersihan kulit, kuku,
berhias diri, e. Ambulation rambut, gigi, mulut, perineal,
makan/ Setelah dilakukan asuhan anus b. Bantu klien untuk
minum, dan keperawatan selama 1 x 24 mandi, tawarkan pemakaian
eliminasi jm Klien mampu : lotion, perawatan kuku,
berhubungan a. Melakukan ADL mandiri : rambut, gigi dan mulut,
dengan mandi, hygiene mulut,kuku, perineal dan anus, sesuai
gangguan penis/vulva, rambut, kondisi
neuromuskul berpakaian, toileting, makan- c. Anjurkan klien dan keluarga
ar minum, ambulasi untuk melakukan oral hygiene
b. Mandi sendiri atau dengan sesudah makan dan bila perlu
bantuan tanpa kecemasan d. Kolaborasi dgn Tim Medis /
c. Terbebas dari bau badan dokter gigi bila ada lesi, iritasi,
dan mempertahankan kulit kekeringan mukosa mulut, dan
utuh gangguan integritas kulit.
d. Mempertahankan 2. Bantuan perawatan diri :
kebersihan area perineal dan berpakaian
anus a. Kaji dan dukung
e. Berpakaian dan kemampuan klien untuk
melepaskan pakaian sendiri berpakaian sendiri
f. Melakukan keramas, b. Ganti pakaian klien setelah
bersisir, bercukur, personal hygiene, dan
membersihkan kuku, pakaikan pada ektremitas yang
berdandan sakit/ terbatas terlebih dahulu,
g. Makan dan minum sendiri, Gunakan pakaian yang
meminta bantuan bila perlu longgar
Mengosongkan kandung sesuai indikasi
kemih dan bowel 3. Bantuan perawatan diri :
Makan-minum
a. Kaji kemampuan klien untuk
makan : mengunyah dan
menelan makanan
b. Fasilitasi alat bantu yg
mudah digunakan klien c.
Dampingi dan dorong keluarga
untuk membantu klien saat
makan
4. Bantuan Perawatan Diri:
Toileting
a. Kaji kemampuan toileting:
defisit sensorik (inkontinensia),
kognitif (menahan untuk
toileting), fisik (kelemahan
fungsi/ aktivitas)
b. Ciptakan lingkungan yang
aman(tersedia pegangan
dinding/ bel), nyaman dan jaga
privasi selama toileting
c. Sediakan alat bantu (pispot,
urinal) di tempat yang mudah
dijangkau
d. Ajarkan pada klien dan
keluarga untuk melakukan
toileting secara teratur
4 Gangguan NOC NIC
persepsi Fungsi sensori: penglihatan 1. monitor gejala dari
sensori: Kriteria hasil kemunduran
penglihatan 1. ketajaman penglihatan.
b.d penglihatan pusat 2. Ingatkan untuk
gangguan (kanan, kiri) menggunakan teknik
penerimaan 2. ketajaman penglihatan.
sensori penglihatan sekitar 3. Gunakan cahaya yang
(perubahan (kanan, kiri) adekuat dalam
respon 3. lapang pandang melakukan aktivitas.
terhadap pusat (kanan, kiri) 4. Kolaborasi dengan tim
rangsang) 4. lapang pandang medis lainya dalam
sekitar (kanan, kiri) pemberian obat
analgesik.

4. REFERENSI
Ayu Septiandini Dyah, 2017, Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang
Mengalami Stroke Non Hemoragik Dengan Hambatan Mobilitas Fisik
Di Ruang ICU RSUD Salatiga, Program Studi D3 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
Arief Mansjoer, 2016, Stroke Non Hemmoragik, Jakarta : Media Aesculapius.
Mutaqqin A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyrafan.Jakarta: Salemba Medika
Dellima Damayanti Reicha, 2019, Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke
Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri
(Studi Di Ruang Krissan Rsud Bangil Pasuruhan), Program Studi
Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang

Anda mungkin juga menyukai