Di Susun Oleh:
NIM : 82021040045
PROFESI NERS
B. ETIOLOGI
Penyebab stroke yaitu menurut (Dellima D R, 2019):
1. Trombosis serebri (Bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari
arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus
aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet. Penyebab lain terjadinya
trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, defisiensi protein C, displasia
fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat
gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga
dapat menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta
thorasik, arteritis).
2. Emboli serebri (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian
otak atau dari bagian tubuh lain).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari emboli
paradoksikal (right-sided circulation). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik
adalah trombi valvuvar seperti pada mitral stenosis, endokarditis, troombi mural
(seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jnatung kongestif) dan
atrial miksoma. Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard
dan 85% diantaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark
miokard. Embolisme serebri sering dimulai mendadak tanpa adanya tandatanda
disertai dengan nyeri kepala atau berdenyut. Penyebab lain terjadinya stroke non
hemoragik adalah :
1. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan
lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah.Selain dari
endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis,
yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium
yang kemudian mengakibatkan bertambahnya diameter pembuluh darah
dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh darah.
2. Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,
terutama yang menuju ke otak.
3. Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan
stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen
pembuluh darah ke otak.
4. Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan
seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan
menahun.
Menurut Smeltzer , faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke non
hemoragik yaitu :
1. Faktor resiko terkendali Beberapa faktor resiko terkendali yang
menyebabkan stroke non hemoragik sebagai berikut :
a. Hipertensi
b. Penyakit kardiovaskuler, embolisme serebral yang berasal dari
jantung, penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif,
hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas irama (khususnya fibrasi
atrium), penyakit jantung kongestif.
c. Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke.
d. Kolesterol tinggi
e. nfeksi
f. Obesitas
g. Peningkatan hemotokrit meningkatkan resiko infark serebral
h. Diabetes
i. Kontrasepsi oral (khusunya dengan disertai hipertensi, merokok,
dan estrogen tinggi
j. Penyalahgunaan obat (kokain)
k. Konsumsi alkohol
2. Faktor resiko tidak terkendali Beberapa faktor resiko tidak terkendali
yang menyebabkan stroke non hemoragik sebagai berikut :
a. Usia, merupakan foktor resiko independen terjadinya strok,
dimana refleks sirkulasi sudah tidak baik lagi.
b. Keturunan / genetic
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis stroke menurut Ayu S D, (2017), Stroke menyebabkan
berbagai defisit neurologik, gejala muncul akibat daerah otak tertentu tidak berfungsi
akibat terganggunya aliran darah ke tempat tersebut, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Manifestasi klinis (tanda
dan gejala) dari stroke menurut Smeltzer & Bare adalah sebagai berikut:
a. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas,
gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan pada
salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
dapat dimanifestasikan oleh hal berikut: Disartria (kesulitan berbicara):
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis
otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. Disfasia atau afasia
(bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.
c. Gangguan persepsi
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan
sensasi. Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam
hubungan visual spasial dan kehilangan sensori.
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik Disfungsi ini dapat ditunjukkan
dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang
motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam
program rehabilitasi mereka.
e. Disfungsi kandung kemih Setelah stroke pasien mungkin mengalami
inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan
urinal karena kerusakan control motorik dan postural.
Tanda dan gejala yang muncul sangat bergnatung kepada bagian/daerah otak
mana yang terkena dan dapat mempengaruhi terhadap :
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh
sebelah
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan
sensasi, gangguan penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
G. PENATALAKSNAAN MEDIS
Menurut Smeltzer dan Bare, penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Phase Akut :
a. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan
sirkulasi.
b. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop. Pemberian ini
diharapkan mencegah peristiwa trombolitik / embolik.
c. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari
flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
d. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang
2. Post phase akut
a. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
b. Program fisiotherapi
c. Penanganan masalah psikososial Tujuan intervensi adalah berusaha
menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai
berikut:
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lender yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan
2) Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi
3) Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan
latihanlatihan gerak pasif
5) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
6) Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN (POLA FUNGSI KESEHATAN)
4. REFERENSI
Ayu Septiandini Dyah, 2017, Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang
Mengalami Stroke Non Hemoragik Dengan Hambatan Mobilitas Fisik
Di Ruang ICU RSUD Salatiga, Program Studi D3 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
Arief Mansjoer, 2016, Stroke Non Hemmoragik, Jakarta : Media Aesculapius.
Mutaqqin A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyrafan.Jakarta: Salemba Medika
Dellima Damayanti Reicha, 2019, Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke
Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri
(Studi Di Ruang Krissan Rsud Bangil Pasuruhan), Program Studi
Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang