Anda di halaman 1dari 6

BLOK NEUROLOGI

KELOMPOK 5

Adinda Andan sari 19777043

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
TAHUN 2021
1. Anatomi traktus piramidalis dan traktus extrapiramidalis, sistem motoric neuron dan Fisiologi
bagaimana otot berkontraksi dengan penghantaran saraf dari otak menuju medulla spinalis dan
neurotransmitter apa saja yang berperan?
Jawab:

Traktus Pyramidalis dan Traktus Extrapyramidalis Traktus Pyramidalis adalah serabut-serabut saraf
motoris central yang bergabung dalam suatu berkas yang berfungsi menjalankan impuls motorik yang
disadari. Traktus ini membentuk pyramidal pada medulla oblongata, karena itulah dinamakan system
pyramidal turun dari capsula interna dari cortex cerebri. Kurang lebih sekitar 80 % serabut-serabut ini
menyilang garis tengah dalam decussatio pyramidium untuk membentuk traktus corticospinalis lateralis,
sisanya turun sebagai tractus corticospinalis anterior. Pada pyramidalis berfungsi pada awal gerakan
yang disusun dalam area centrochepal. Jika tractus bekerja sendirian tanpa bantuan dari system
extrapyramidalis, maka gerakan yang dihasilkan akan menjadi gerakan yang tidak beraturan. Sistem
tractus extrapyramidalis merupakan suatu system fungsional yang terdiri dari 3 lapisan integrasi yaitu
cortical, striatal (basal ganglia), dan segmental (mesensephalon). Daerah inhibisi dan fasilitas
bulboretikularis menerima serabut serabut dari daerah cortex cerebri, striatum, dan cerebellum
anterior. Fungsi dari extrapyramidalis berhubungan dengan gerak yang berkaitan, pengaturan sikap, dan
integrasi otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam system extrapyramidal dapat mengaburkan atau
menghilangkan gerakan dibawah kesadaran dan mengganti dengan gerakan diluar kesadaran. Tractus
pyramidalis dapat membentuk suatu gerakan yang berarti, sedangkan tractus extrapyramidalis
berpengaruh pada kumpulan motor neuron untuk membuat gerakan yang diinginkan tanpa melibatkan
aktifitas yang diinginkan

- SISTEM PIRAMIDALIS
Terdiri atas :
1. UMN ( Upper Motor Neuron)
2. Traktus Piramidalis
3. LMN ( Lower Motor Neuron)
4. Serabut Saraf motorik perifer

Badan cel yang berbentuk piramid Mempunyai ukuran raksasa dibanding dg sel piramida lainya yang
lebih kecil Disebut dengan cel BETZ Dalam jumlah besar cel BETZ Terdapat didalam lapisan gangglion air
korteks serebri motorik girus presentral Tersusun sedemikian rupa berdasarkan segmen2 dimana otot
skelet yang dikelolanya Menjadi suatu susunan yang disebut Homon kulus motoric. Antara satu cel
piramida dengan cel piramida lainnya berhubungan melalui dendrit2 lainya Akson dari cel2 piramidal
yang merupakan neuritnya membentuk serabut2 saraf yang berjalan ke arah radiair yang bergabung
menjadi berkas serabut saraf yang disebut Traktus piramidalis Traktus piramidalis ini berkumpul &
memadat di daerah sub korteks yang disebut kapsula internal Selanjutnya masing2 serabut dari traktus
piramidalis ini akan berjalan ke kaudal & akan berakhir ke masing2 lower motor neuron yang sesuai dg
bersinap dg LMN tsb didaerah terpanjang batang otak atau Kornu Anterior Substansia Grissea Medulla
Spinalis Traktus piramidalis yang serabut2 nya berakhir & bersinap dg LMN yang terdapat disepanjang
batang otak disebut traktus kortiko bulber Traktus piramidalis yang serabut2nya berakhir & bersinap dg
LMN yang terdapat disepanjang Kornu Anterior Substansia Grissea MS Baik traktus kortikobulber
maupun traktus kortiko spinalis akan menuju LMN sisi kontra lateral Penyilangan dari traktus
kortiokobulber terjadi secara terpisah, sedikit disebelah rostral dari LMN yang akan dituju Sedang
penyilangan dari traktus kortiko spinal terjadi satu tempat secara bersamaan yaitu didaerah perbatasan
antara medula oblongata - medula spinalis penyilangan ini disebut Dekusasion Piramidalis

- Batang otak dilalui oleh traktus piramidalis dan traktus ekstrapiramidalis. Traktustraktus ini
berawal dari korteks sereberal yang secara berturut-turut berjalan turun memasuki kapsula
interna, krus serebri dan basis pons. Traktus ini berperan dalam mengantarkan impuls untuk
gerakan (Noback, 2005) struktur internal mesensefalon yang berperanan dalam kegiatan
motorik adalah substansia nigra, krus serebri yang mengandung traktus piramidalis, dan
nukleus ruber. Ketiga komponen ini saling bekerja sama dalam pengaturan suatu gerakan.
Gerakan dapat dibagi menjadi gerakan fasik dan tonik. Gerakan fasik adalah gerakan halus,
jitu dan tangkas dimana impuls untuk gerakan ini dibawa oleh traktus piramidalis. Di batang
otak impuls ini tidak banyak mengalami integrasi, namun hanya berjalan menyilang di
dekusatio piramidalis dan bersinaps di motor neuron kontra lateral, selanjutnya akan
mengeksitasi serabut otot tipe II (otot putih yang bersifat cepat dan menyebabkan Gerakan
fasik). Gerakan tonik diatur oleh impuls ekstrapiramidalis yang merupakan suatu gerakan
massal. Tonus otot ditentukan oleh impuls ekstrapiramidalis sehingga susunan
ekstrapiramidalis menentukan postur tubuh dan anggota tubuh. Gerakan tangkas dapat
terjadi dengan kerjasama antara susunan piramidalis dan ekstrapiramidalis. Ketangkasan
suatu gerakan ditentukan oleh susunan piramidalis dan landasan untuk gerakan tangkas itu
ditentukan oleh susunan ekstra piramidalis, landasan untuk gerakan tangkas berupa tonus
otot yang memadai dan koordinasi yang baik (Ngoerah, 1991) Gerakan fasik yang dibawa
oleh traktus piramidalis terutama dibawa oleh traktus kortikonuklearis. Serabut traktus
kortikospinalis muncul sebagai akson sel-sel piramid yang terletak di lapisan kelima korteks
serebri. Sekitar sepertiga serabut ini berasal dari korteks motorik primer (area 4), sepertiga
lainnya dari area korteks motorik sekunder (area 6), dan sepertiga dari lobus parietalis (area
3, 1, dan 2). Jadi dua pertiga serabut traktus kortikospinalis berasal dari girus presentralis
dan sepertiga dari girus postsentralis. Serabutserabut desendens ini berkumpul di korona
radiata, kemudian berjalan melalui krus posterior kapsula interna. Disini serabut-serabut
tersebut ditata sedemikian rupa sehingga yang terletak paling dekat dengan genu yang
mengurus bagian cervical tubuh, sedangkan yang terletak lebih ke posterior mengontrol
ekstremitas inferior. Selanjutnya traktus akan melanjutkan perjalanan melalui tiga perlima
medial basis pedunkulus mesensefalon. Serabut yang mengurus bagian cervical tubuh
terletak di sebelah medial, sedangkan yang mengendalikan tungkai terletak di sebelah
lateral. Saat memasuki pons, traktus terbagi menjadi banyak berkas oleh fibrae
pontocerebellares transversae. Setelah keluar dari pons, traktus ini akan mengalami
persilangan di bagian median daripada medula oblongata, di daerah dekusasio piramidum.
Traktus kortikospinalis yang menyilang ini disebut traktus kortikospinalis lateralis yang
selanjutnya akan berjalan di funikulus lateralis medula spinalis, sedangkan traktus
kortikospinalis anterior yang tidak menyilang akan berjalan di daerah ventral medula
spinalis. Sebagian besar traktus kortikospinalis bersinaps dengan neuron penghubung,
kemudian bersinaps dengan neuron motorik alfa dan beberapa dengan neuron motorik
gamma. Gerakan tonik diatur oleh impuls ekstrapiramidalis yang merupakan suatu gerakan
massal. Tonus otot ditentukan oleh impuls ekstrapiramidalis sehingga susunan
ekstrapiramidalis menentukan postur tubuh dan anggota tubuh. Traktus ekstrapiramidalis
ini antara lain traktus tektospinalis, rubrospinalis, vestibulospinalis, dan retikulospinalis.
Masing masing traktus ini memiliki unit fungsionalnya tersendiri dan berkerja secara sinergis
Traktus tektospinalis berasal dari sel-sel neuron di dalam kolikulus superior mesencephali.
Sebagian besar serabut ini menyilang garis tengah segera setelah keluar dari tempat asalnya
dan turun melalui batang otak dekat dengan fasikulus longitudinalis medialis. Traktus
tektospinalis turun di dalam kolumna alba anterior medula spinalis dekat fissura mediana
anterior. Serabut-serabut ini diduga berkaitan dengan gerakan refleks postural sebagai
respons terhadap stimulus visual. Serabut ini yang berhubungan dengan neuron simpatis di
kolumna grisea lateralis dan mengurus refleks dilatasi pupil sebagai respons terhadap situasi
gelap. Di seluruh mesensefalon, pons, dan medula oblongata terdapat kelompok-kelompok
sel saraf dan serabut saraf yang tersebar yang secara bersama-sama dikenal sebagai
formatio retikularis. Traktus retikulospinalis berasal dari formatio retikularis dan
memberikan efek baik eksitatorik maupun inhibitorik pada neuron motorik medula spinalis.
Sel tempat asal jaras tersebut menerima input aferen dari korteks serebri, terutama lobus
frontalis, selain itu juga menerima impuls dari serebelum dan ganglia basalis. Neuron-
neuron ini mengirimkan akson yang kebanyakan tidak menyilang dari pons, turun ke medula
spinalis dan membentuk traktus pontoretikulospinalis. Neuron-neuron yang sama
mengirimkan akson, baik yang menyilang maupun tidak dari medula ke medula spinalis dan
membentuk traktus retikulospinalis medularis.Serabut retikulospinalis dari pons turun
melalui kolumna alba anterior, sedangkan serabut dari medula oblongata turun melalui
kolumna alba lateralis. Kedua kelompok ini masuk ke kolumna albae anterior medula
spinalis serta dapat mengaktifkan atau menghambat aktivitas neuron motorik alfa dan
gamma. Dengan cara ini, traktus retikulospinalis mempengaruhi gerakan-gerakan volunteer
dan aktivitas refleks. Saat ini, serabut retikulospinalis diduga di dalamnya termasuk serabut
desendens otonomik

2. pada pasien ini anamnesis apa yang perlu kita tanyakan dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
neurologis apa yang perlu dilakukan pada pasien ini dan pemeriksaan penunjang apa yang perlu
dilakukan?

Jawab : Anamnesis

A. Identitas pasien, yaitu nama, usia, alamat, status pernikahan, pekerjaan,

B. Keluhan utama pada pasien

C. Riwayat penyakit sekarang contohnya kita tanyakan

1. Site, yaitu lokasi keluhan.

2. Onset, yaitu sejak kapan keluhan tersebut dirasakan, mendadak atau progresif.

3. Characteristic, yaitu deskripsi/karakteristik dari keluhan yang dirasakan.

4. Radiating, yaitu apakah keluhan tersebut hanya dirasakan pada lokasi tersebut atau ada penjalaran.
5. Accompanied, yaitu keluhan-keluhan lain yang menyertai, misalnya keluhan sistem motorik, sistem
sensorik, sistem otonom, saraf otak, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial,

6. Timing, yaitu durasi, frekuensi, pada saat apa keluhan,

7. Exacerbate and relieve, yaitu kondisi-kondisi yang memperberat dan memperingan keluhan.

8. Severity, yaitu intensitas atau derajat keparahan dari keluhan yang dirasakan.

9. Status of health between attack, yaitu status kesehatan diantara beberapa serangan.

D. Riwayat penyakit dahulu, yaitu riwayat penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya yang
mungkin berkaitan dengan keluhan saat ini, misal riwayat tumor, trauma, stroke,

E. Riwayat penyakit dalam keluarga.

F. Riwayat pengobatan

Pemeriksaan fisik

1. PEMERIKSAAN KESADARAN = Pemeriksaan tingkat kesadaran berguna dalam menegakkan


diagnosis maupun menentukan prognosis penderita. Kesadaran dapat didefinisikan sebagai
keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen dan aferen. Dalam menilai
kesadaran harus dibedakan antara tingkat kesadaran dan isi kesadaran.
2. PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MENINGEA = Tanda-tanda meningeal timbul karena
tertariknya radiks-radiks saraf tepi yang hipersensitif karena adanya perangsangan atau
peradangan pada selaput otak meninges (meningitis) akibat infeksi, kimiawi maupun
karsinomatosis. Perangsangan meningeal bisa terjadi juga akibat perdarahan subarachnoid.
3. PEMERIKSAAN SKALA NYERI = jadi yang dimna Nyeri terjadi karena adanya suatu kerusakan
jaringan yang nyata seperti luka pasca bedah atau trauma akut, dan nyeri terjadi tanpa adanya
kerusakan jaringan yang nyata seperti nyeri kronik atau proses penyembuhan trauma lama.

Pemeriksaan penunjang

- CT Scan kepala dengan atau tanpa kontras juga dilakukan untuk evaluasi adanya massa
intrakranial sebelum pungsi lumbal. Pungsi lumbal dilakukan jika curiga infeksi sistem saraf
pusat, infl amasi, dan komplikasi limfoma atau kanker lainnya. Pungsi lumbal harus dilakukan
jika klinis dicurigai adanya perdarahan subaraknoid, tetapi tidak terlihat pada CT Scan otak.
- MRI memberikan visualisasi jaringan lunak lebih baik seperti batang otak dan struktur
serebelum. Jika pasien dicurigai menderita stroke iskemik atau penyebab koma masih belum
diketahui dengan pemeriksaan lain, dapat dilakukan MRI otak.
- Electroencephalogram (EEG) memberikan gambaran fungsi umum korteks. EEG bermanfaat
untuk mendiagnosis non-convulsive status epilepticus dengan riwayat kejang atau pasien kejang
saat pemeriksaan fi sik, dan untuk pemantauan gangguan kesadaran yang disebabkan non-
convulsive status epilepticus.
4. mengapa pada lesi di otak sering menyebabkan paresis pada N.VII dan N.XII?

Jawaban: Karna yang dimana nervus fasialis (N.VII),adalah saraf kranialis berperan besar dalam
mengatur ekspresi dan indra perasa di kulit wajah manusia. Saraf fasialis memiliki 2 komponen utama.
Komponen yang lebih besar merupakan murni saraf motorik dan berperan dalam persarafan otot
ekspresi wajah. Komponen ini yang merupakan saraf fasialis sesungguhnya sedangkan N.XII Saraf
hipoglossus berkaitan jga dengan saraf yang dalam memberikan persarafan pada otot-otot lidah.
Gerakan lidah memiliki berbagai macam peranan mulai dari untuk mengunyah, menelan, dan bahkan
berbicara. Selain itu saraf ini jug a menyalurkan serat saraf dari C1 yang berfungsi mensarafi otot-otot
maka dari itu mengapa pada lesi di otak bisa menyebabkan Paresis

5. kapan bisa terjadi gangguan N.Kranialis yang lain?


Jawab : Jadi yang dimana gangguan terjadi pada serabut saraf yang berawal dari otak atau
batang otak jadi kapan gangguan N.Kranialis terjadi dimana Ketika ada timbulnya
kelainan/gejala pada berbagai organ atau bagian tubuh yang mempersarafinya.

Referensi

- University Press. Noback R. Charles,PhD, Strominger L.Norman,Phd, Damarest J. Robert,


Ruggiero A.
- SISTEM NEUROMUSKULER dr. H. Muktasim Billah, Sp.S.
- BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS – 1 NEUROLOGI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2017
- Sidharta, P., 1995. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, Dian Rakyat,Jakarta
- STANLEY MONKHOUSE MA, MB, BChir, PhD (2006). Cranial Nerve Functional
Anatomy. Cambridge University Press. ISBN-13 978-0-511-13272-8.

Anda mungkin juga menyukai