Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FILSAFAT BAHASA DAN KEMUHAMMADIYAHAN

“ISLAM DAN AKHLAK”

OLEH : KELOMPOK V
IRNAWATI (105041101021)
MASRIANTO (105041103121)
NURFADILLAH (105041103321)
HARTIA MAULIDA (105041102721)
NURUL ISTIQOMAH (105041102521)

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri
seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku
perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang, atau malah
sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga
memutuskan hubungan silaturahmi.
Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang
pada posisi yang terhormat dan tinggi. Atas dasar itulah kami menyusun
makalah ini, agar kita semua sebagai makhluk Allah, tidak tersesat dalam
menjalani hidup, dan dapat menjadikan Rasulullah sebagai idola kita, karena
sesungguhanya pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi
kita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Akhlak?
2. Bagaimana akhlak menurut islam?
C. Tujuan
1. Untuk menginformasikan kepada pembaca, apa itu akhlak sesama
manusia.
2. Untuk mengetahui bagaimana akhlak yang sebenarnya diajarkan islam,
demi terciptanya kehidupan yang islami menuju keridhoan Allah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang
baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa
Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang
akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan
bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih
dahulu.
1. Definisi
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah
laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya
sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja.
Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya
didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak
pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-
ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila
perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan
dari akhlak. Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut
sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi
yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk,
seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat
diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga
sebagai filsafat moral
2. Syarat Berakhlak
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak
1. Perbuatan yang baik atau buruk.
2. Kemampuan melakukan perbuatan.
3. Kesadaran akan perbuatan itu
4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik
atau buruk
3. Pembagian Akhlak

Akhlak Baik (Al-Hamidah)

1. Jujur (Ash-Shidqu)

2. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)

3. Malu (Al-Haya')

4. Rendah hati (At-Tawadlu')

5. Murah hati (Al-Hilmu)

6. Sabar (Ash-Shobr)

Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah
merelakannya, berkata, "Rasulullah SAW. bersabda", "Ketika Allah
mengumpulkan segenap makhluk pada hari kiamat kelak, menyerulah
Penyeru", "Di manakah itu, orang-orang yang utama (ahlul fadhl) ?". Maka
berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya
mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka,
lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga,
sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang
utama (ahlul fadhl)". "Apa keutamaan kalian ?", tanya para malaikat. Orang-
orang ini memperjelas, "Kami, jika didzalimi, kami bersabar. Jika
diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami,
kamipun tetap bermurah hati". Akhirnya dikatakan pada mereka, "Masuklah
ke dalam syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-
orang yang beramal". Setelah itu menyerulah lagi penyeru, :"Di manakah itu,
orang-orang yang bersabar (ahlush shabr) ?". Maka berdirilah sekelompok
manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju
syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka.
"Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-
orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang sabar (ahlush shabr).
"Kesabaran apa yang kalian maksud ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini
memperjelas, "Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar tak
bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam
syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang
beramal". (Hilyatul Auliyaa'/ Juz III/ Hal. 140)
4.Ruang Lingkup Akhlak

1. Akhlak pribadi

Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka
hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena
hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal
kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari
jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri,
dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja
manusia mempunyai perbuatan.
2.Akhlak berkeluarga

Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat.


Kewajiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang
tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna,
dengan ajaran –ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan
kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan
dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak
yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak
akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian
merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka
lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan
hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik,
menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi
seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan
akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan
adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong
ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau
gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-
anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan
berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong
keduanya disetiap keperluan.
3. Akhlak bermasyarakat

Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut


susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari
kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang
tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah
dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari
pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di
dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai
dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia
tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi
berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling
mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan
perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-
tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan
yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
4. Akhlak bernegara

Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang


berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan
tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan
penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah
seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.
5. Akhlak beragama

Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap


tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh
aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara
horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.
B. Akhlak Menurut Islam
Persoalan “Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada
Al-Quran dan Al-Hadits.  Sumber tersebut merupakan batasan-batasan
dalam tindakan sehari-hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik
dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus
diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat
diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system
moral/akhlak yang berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang
diwahyukan Allah pada nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan
kepada umatnya.
Memang  sbagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum
akhlak/moral terbagi atas moral yang berdasarkan kepercayaan kepada
Tuhan dan kehidupan akhirat dan kedua moral yang sama sekali tidak
berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari sumber-
sumber sekuler.
Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan
kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar
daripada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber pokok
daripada akhlak islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan
sumber utama dari agama islam itu sendiri.
Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi:
‫هللا َو ُس َّن َة‬
ِ ‫اب‬َ ‫ْن لَنْ َتضِ لُّ ْوا ما َ َت َم َّس ْك ُت ْم ِب ِه َما ِك َت‬ ُ ‫ َت َر ْك‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ ‫ت فِ ْي ُك ْم اَ ْم َري‬ َ ‫ْن ماَلِكٍ َقا َل ال َّنبُّى‬ ِ ‫َعنْ اَ َن‬
ِ ‫سب‬
‫َو َرس ُْولِ ِه‬
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas
kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya,
maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”.
Nasir menyebutkan bahwa Akhlak Islam berkisar pada:
a. Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah,
untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam
kehidupan masa kini maupun yang akan datang.
b. Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-
Nya, membawa konsekuensi logis, sebagai standard dan pedoman utama
bagi setiap moral muslim. Ia member sangsi terhadap moral dalam
kecintaan dan kekuatannya kepada Allah, tanpa perasaan adanya tekanan-
tekanan dari luar.
c. Keyakinannya akan hari kemuadian/pembalasan, mendorong manusia
berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala
pengabdiannya kepada Allah.
d. Islam tidak moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran dan jiwa
islam, berasaskan darI Al-Qur’an dan Al-Hadits, diinterprestasikan oleh
ulama mujtahid.
e. Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasrkan
asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya
mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan janji dan sangsi Illahi yang
Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati nurani , yang
menurut  kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.
Dengan demikian dapat ditegasakan disini bahwa dasar dari akhlak islam
secara global hanya ada dua yakni: Percaya adanya Tuhan dan percaya adanya
hari kemudian/ pembalasan, sebagai disebutkan oleh Abul A’la Maududi bahwa
system moral/akhlak ada yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan
kehidupan setelah mati.
Dalam islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari seseorang sebagai
contoh(suri tauladan) yang pas dan benar ialah Rasullah Saw. Beliau memiliki
akhlak yang sangat muia, agung dan teguh. Sehingga tidak mustahil kalau Allah
memilih beliau sebagai pemimpin umat manusia.
“Akhlak” di dalam iajaran islam sangat rinci, berwawasan multi dimensial
bagi kehidupan, sistematis dan beralasan realitas. Juga “Akhlak” banyak
dibicarakan tentang konsekuensi yang bagi manusia yang tidak berpegang pada
“ akhlak islam”.
“Akhlak islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong,
membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa
dan mental. Tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiann di
dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang diidamkan manusia bukan
semata berakhlak secara islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja.
Dalam ajaran Islam memelihara terhadap sifat terpuji. Dan ada cirri-ciri
akhlak islamiyah yaitu:
1.      Kebajikan yang mutlak
Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan akhlak yang
luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni baik untuk perorangan atau
masyarakat pada setiap keadaan, dan waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak
yang diciptakan manusia, tidak dapat menjamin kebaikan dan hanya
mementingkan diri sendiri.
2.      Kebaikan yang menyeluruh
Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh manusia. Baik segala jaman,
semua tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung
perintah berat yang tidak dikerjakan oleh umat manusia di luar kmampuannya.
Islam menciptakan akhlak yang mulia, sehingga dapat dirasakan sesuai dengan
jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat.
3.      Kemantapan
Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri
manusia. Ia bersifat tetap, langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan Tuhan
yang bijaksana, yang selalu memliharanya dengan kebaikan yang mutlak. Akan
tetapi akhlak/etika ciptaan manusia bersifat berubah-rubah dan tidak selalu
sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam satu jaman atau satu
bangsa. Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dana lain sebagainya.
4.      Kewajiban yang dipatuhi
Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia sebab ia
mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam
keadaan suka dan duka, juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat
mendorong untuk tetap berpegang kepadanya. Juga sebagai perangsang untuk
berbuat kebaikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah perbuatan jahat,
karena takut skan siksaan Allah SWT.
5.      Pengawasan yang menyeluruh
Agama islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat, islam
menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan
beberapa usaha. Firman Allah dalam surat Al-Qiyamah: 1-2 ; yang artinya: “Aku
bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali (dirinya sendiri)”.
1. Akhlak islami dalam kaitannya dengan status pribadi
Dibagian ini kami akan menjelaskan “Akhlak islami” yang mengatur dan
membatasi kedudukan (satus) pribadi sebagai:
1. Hamba Allah
2. Anak
3. Ayah/ibu
4. Anggota masyarakat
5. Jama’ah
6. Da’i/Muballigh
7. Pemimpin
Dengan demikian “akhlak islami” mengarah kepada status pribadi yang berada
pada kelompok social yang beraneka ragam. Fungsi, peran dan bagaimana
semestinya berperilaku pada posisi(kedudukan) dalam kelompok sosial
tersebut, dengan adanya “akhlak Islami” dapat dihindari (pola hubungan
manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan kholiqnya) keliruan
bertindak.
2. Pribadi sebagai Hamba Allah
Kenyataan di jagad raya (dunia) membuktikan bahwa ada kekuatan yang
tidak Nampak. Dia mengatur dan memelihara alam semesta ini.Juga Dialah yang
menjadi sebab adanya semua ini. Dalam pengaturan alam semesta ini terlihat
ketertiban, dan ada suatu peraturan yang berganti-ganti dan gejala datang
dengan keteraturan-Nya.
Semua kenikmatan tersebut, bukan berarti “ Sang Pencipta mempunyai
maksud kepada manusia supaya membalas dengan sesuatu, itu tidak, tetapi
Allah SWT.memerintahkan manusia agar senantiasa beribadah kepada-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan
kholiknya. Dalam masalah ketergantungan , hidup manusia selalu mempunyai
ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta pokok ketergantungan
adalah ketergantungan kepada yang Maha Kuasa, Yang Maha Perkasa, Yang
Maha Bijaksana, Yang Maha Sempurna, ialah Allah Rabul ‘alamin, Allah Tuhan
Maha Esa.
     3. Pribadi sebagai Anak
Ketika nabi Ibrahim masih kecil, berdialog kepada ayahnya tentang Tuhan.
Dan kesimpulannya bahwa Tuhan telah member petunjuk kepada manusia
bahwa memperTuhan benda adalah sangat keliru. Dengan demikian, dunia anak
sangat penting diperhatikan. Apabila keliru dalam mendidik akhlak anak, bias
jadi dunia anak akan tidak mengenal akhlak yang lebih lanjut anak akan
melakukan perbuatan yang abnormal kriminalitas dan lain sebagainya. Contoh
dalam pendidikan akhlak, apabila anaka-anak sekolah berdusta di dalam segala
apa yang mereka bicarakan, didukung para gurunya berdusta juga di dalam
mengajar dan segala pembicaraannya, maka masyarakat (anak-anak) tidak
dapat berujud. Dan apabila dunia anak terancam demikian, masyarakat yang
akan dating tidak dapat berwujud karena adanya tiap-tiap yang dibicarakan
menjurus dusta. Dan yang membekas dan berwujud pada masyarakat yang
merusak dan rendah martabatnya.
Maka model mendidik akhlak anak, tidak langsung berkata itu baik, atau itu
buruk, apabila seorang anak baru saja belajar membaca, menurut kita itu
jelek/buruk namun kita tidak seharusnya berkata demikian. Sebab dapat
menyakiti hati dan patah semangat. Tetapi kita beri semangat dan dorongan
yang dapat memacu dan bergiatnya si anak.
4. Akhlak Pada Ayah dan Ibu 
 Betapa berat tangguangan seorang ibu dikala mengandung dan demikian
pula kalau sudah dating waktunya melahirkan. Dengan mengerahkan seluruh
perhatian, jiwa raga dan tenaga si ibu melahirkan jabang bayinya dengan harap-
harap cemas. Berharap agar si bayi yang dilahirkannya sehat dan sempurna
keadaannya sebagai manusia sempurna anggota badannya, seperti susunan
jasmaninya dan tumbuh dalam keadaan yang wajar baik jasmani maupun
rohaninya.
Mengapa demikian besar kasih sayang ibu kepada anaknya. Padahal
sewaktu belum mengandung seakan belum mau mempunyai anak. Atau karena
anaknya sudah dua tiga ingin tidak ada yang keempat. Tetapi karena dikarunia
Tuhan anak yang selanjutnya kasih saying ibu tidak ada bedanya antar kepada
yang pertama yang kedua dan seterusnya.
Dari mana datangnya cinta kasih saying kepada putranya, padahal tiada
pamrih. Lain dengan cinta seorang kekasih kepada pacarnya, yang kalau
kasihnya tiada terbalas bias berbalik menjadi benci. Tetapi kasih ibu
bagaimanapun tiada akan berubah dan hilang, walaupun si anak tiada membalas
kasih dan cinta ibu.
Memang itu kareana “Hidayah”, anugerah dari pada Allah Yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Hidayah itu tersebut insting atau naluri, dalam ilmu
agama disebut “Hidayah-ghariziyyah”.
Beberapa perkara yang harus di perhatikan dan dilaksanakan oleh seorang
anak kepada Orang tua yakni:
a.   Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun keduanya Lalim
     Seorang anak menurut ajaran islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan
ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai seorang anak
samapai menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang
tuanya berbuat lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak
semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas
atau mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya. Allah tidak
meridhoinya sehingga orang tua itu meridhoinya.
b.      Berkata Halus dan mulia kepada Ibu dan Ayah
            Kewajiban anak kepada orang tuanya berbicara menurut ajaran islam
harus berbicara sopan, lemah lembut dan mempergunakan kata-kata mulia hal
ini dituturkan dalam Firman Allah:
‫ك ْال َك ِب َر اَ َح ُد ُه َما اَ ْو ِكالَ ُه َم ا َفالَ َتقُ ْل لَ ُه َم ا اُفٍّ َواَل‬ ِ ‫ِايَّاهُ َو ِب ْال َولِ َدي‬
َ ‫ْن اِحْ َسا َنا ِامَّا َي ْبلُ َغنَّ عِ ْن َد‬ ‫ُّك اَاَّل َتعْ ُب ُد ْوا اَاَّل‬
َ ‫ضى َرب‬ َ ‫َو َق‬
‫ص ِغيْرً ا‬ َ ‫اح ال ذ ِّل الرَّ حْ َم ِة َوقُ ْل َربِّ ارْ َح ْم ُه َم ا َك َم ا َر َّب َي انِى‬ َّ َ ‫اخفِضْ َل ُه َم ا َج َن‬ ْ ‫ َو‬.‫َك ِر ْي ًم ا‬ ‫َت ْن َهرْ ُه َم ا َوقُ ْل لَ ُه َم ا َق ْواًل‬
}24-23 :‫{االسراء‬
Artinya:
“Dan Tuhan telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
kepada-Nya dan hendaknya kamu berbuat baik kepada ibu bapak kamu dengan
seabaik-baiknya. Jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya samapi
berumur lanjut dalam pemeliharaan kamu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan dan ucapakan
doa:”Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka kedua, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku di waktu kecil.”
c. Berbuat baik kepada Ibu dan atau Ayah yang sudah meninggal dunia
Apabila ibu dan ayah masih hidup, si anak berkewajiban berbuat baik, dan itu
mudah dilakukan dengan berbagai macam cara, baik yang bersifat moaral,
maupun yang bersifat material.
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ayah dan atau ibunya yang
sudah tiada. Hal ini agama islam mengajarkan supaya seorang anak:
a.    Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada
Allah dari segala dosa orang tua kita. Doa yang sering di amalkan yakni
َ ‫لى َول َِوالِ َدىَّ َوارْ َح ْم ُه َما َك َما َر َّب َيانِى‬
‫ص ِغيْرً ا‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم‬
ِ ْ‫اغفِر‬
b.    Menepati janji kedua ibu bapak, Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai
janji kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan
menepati janji tersebut. Umpamanya beliau akan naik haji, yang belum
sampai melaksanakannya. Maka kewajiban anaknya untuk menunaikan haji
untuk orang tuanya tersebut.
c.  Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Di waktu hidupnya ibu dan ayah,
beliau-beliau mempunyai teman-teman akrab, yang segulung-segalang
orang tua kita dengan temannya.
d   Bersilaturrahmi kepada orang-orang yang mempunyai hubungan dengan
kedua orang tua.
5. Akhlak kepada Anggota Masyarakat/ Jama’ah
Pokok utama kerasulan nabi Muhammad Saw adalah menyempurnakan
akhlak yang mulia. Mencakup semua bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji
dikalangan orang-orang (masyarakat) yang bertaqwa. Di samping terpuji
berdasarkan norma-norma yang ditetapkan Allah SWT.
Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung di atas jalur
Al-Qur’an dan perbuatan nabi Muhammad Saw. Dalam sikap dan perbuatan.
Seperti di dalam Al-Qur’an surat l-Qalam ayat 4.”Dan sesungguhnya engkau
Muhammad mempunyai akhlak yang mulia”.
Dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk memlihara norma-norma
(agama) di masyarakat terutama di dalam pergaulan sehari-hari baik keluarga
rumah tangga, kerabat, tetangga dan lingkungan kemasyarakatan.
a.       Tata cara berbahasa
Setiap muslim (umat islam) dan semua orang diperintah untuk selalu berbahasa
dengan bahasa yang jelas dan baik, bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan
bicara, sesuai tingkat usia, masyarakat dan tingkat kedudukannya. Di dalam
islam ada peribahasa yang menyatakan bahwa “bahasa menunjukkan taqwa”.
b.      Tata cara salam
Setiap masyarakat, agama atau bangsa memiliki tata cara member salam,
sebagaimana juga dengan islam. “Salam” telah menempati kedudukan sendiri
dalam Islam. Lebih istimewa disbanding dengan agama di luar Islam.
Sebagaimana landasan salamdi dalam firman Allah surat An-Nur ayat 27:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang buka
rumahmu sebelum meminta ijin dan member salam kepada penghuninya
c.       Tata cara makan dan minum
Cara memegang sesuatu makanan dan minuman dengan tangan kanan. Dimulai
membasuh sebelum makan, membaca “basmallah” dan diakhiri mengucapkan
“Alhamdulillah”. Sikap yang dimiliki oleh orang yang sedang makan dan minum
adalah dengan duduk yang baik. Tanpa bersuara, tanpa bersandar sambil makan
dan minum. Apabila sifatnya undangan bagi yang mengundang mempersilahkan
dengan bahasa yang sopan. Dan bagi yang diundang dengan menyambut yang
baik, mendoakan si pengundang, mendahulukan orang yang lebih tua, jangan
mencaci hidangan yang ada di depannya, walaupun tak berselera.
Dalam adab minum, tidak boleh menggunakan peralatan dari emas dan perak,
jangan menarik nafas dan menghembuskan kembali ke dalam cangkir. Apabila
menggunakan kendi (dan sejenisnya) tidak boleh melekat pada mulut di bibir
kendi.
d.      Tata cara di majelis pertemuan
Bagaimana adab kita berada di majles pertemuan? Jawabannya adalah pertama
kali baru masuk member salam, kemudian baru dapat duduk yang telah
disediakan, menyalami teman yang mendahului duduk, jangan sekali-kali
menggeser tempat duduk milik orang lain. Di samping itu juga jangan
menggunakan bahasa yang dapat menyinggung perasaan teman duduk. Ketika
ingin meninggalkan tempat minta ijin, juga bila ke luar membaca doa kifaratul
majelis.
e.       Tata cara minta ijin masuk
Di dalam masyarakat dan Negara ada aturan-atauran tertentu baik ijin
masuknya, waktu maupun prosedurnya bagi setiap orang yang ingin memasuki
kamar, rumah orang lain atau Negara.
Aturan Islam bagi seseorang yang ingin masuk rumah orang lain, maka paling
awal yang dilakukan adalah member salam. Apabila tidak baik kembali. Di dalam
mengetuk pintu dilakukan secara wajar, menyatakan nama diri. Tidak boleh
berdiri tepat di tengah-tengah pintu ketika dibukakan. Apabila ditolak tidak
boleh sedih hati namun harus dikendalikan dengan hati yang bersih.
f.       Tata cara member ucapan selamat
7(tujuh) rangkaian(munasabah) yang ada dalam islam ketika mengucapkan
salam “ucapan salam”. Ketujuh rangkaian tersebut antara lain:
a.       Dalam rangka acara pernikahan
b.      Dalam rangka kelahiran seorang bayi kepada ibunya
c.       Kembalinya seorang musafir (yang berpergaian)
d.      Pulangnya seorang dari jihad
e.       Sekembalinya dari haji
f.       Pada hari raya idul fitri dan idul adha.
6. Akhlak Da’I/ Mubaligh
Telah jelas ujian bagi penyebar agama islam yang paling hebat adalah para
nabi. Kemudian orang-orang saleh, para Da’i/ mubaligh yang menyeri atau
mengangguk manusia untuk mentauhidkan Allah dan ikhlas dalam beribadah.
Dalam mempersiapkan diri yang telah mengikrarkan untuk berjalan mengikuti
manhaj para nabi dalam dakwah, maka para nabi harus membekali diri dengan
akhlakul karimah. Sebab Da’i/mubaligh di masyarakat menjadi suri tauladan
secara langsung. Baik perilaku, sikap perbuatan maupun perkataannya.
Jalan yang harus ditempuh selanjutnya, da’I harus berusaha terus
membersihkan jiwa. Segala apa yang mengganjal, menutup dan tersembunyi di
hati nurani, Da’I harus berusaha juga menerangi segala rahasia dirinya. Dan
senantiasa mohon petunujuk dan pertolongan dari Allah. Dengan demikian
dirinya menjadi baik atas kuasa Allah SWT.
Para Da’i memiliki ilham yang man merupakan martabat yang tinggi dalam
dirinya yang selalu menghubungkan dengan Allah. Di dalam hati Da’I ada
bisikan-bisikan yang benar yang berada pada lisannya karena tergisik dari hati
yang bersih.
    Menurut Jamludin Kafie, sebagai Da’I, pelaksana dakwah harus
memperhatikan prinsip-prinsip kemimpinan yang baik yaitu:
a.      Sifat terbuka
b.     Berani berkorban
c.      Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat
d.     Sanggup menjadi pelopor dan perintis dalam kebajikan
e.   Mengembangkan sifat-sifat kooperatif, kemusiaan dan sikap-sikap toleransi,
kebijaksanaan dan keadilan social
f.      Tidak menjadi parasit atau membebani masyarakat
g.     Percaya diri dan yakin akan kebenaran yang dibawanya
h.      Optimis dan tidak putus asa
       Dengan demikian sikap Da’I harus memahami kondisi dan situasi
masyarakat yang menjadi sasarannya. Juga perlu terus menambah wawasannya.
Kerena beraneka ragam budaya , kompleksitas permasalahan di masyarakat.
C.  Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak Pemimpin
Tugas pemimpin tidak ringan. Tanggung jawab yang ia pikul senantiasa
bernafaskan amanat. Baik amanat dari masyarakat/ warga atau Negara.
Bahkan agama. Agama islam sangat memperhatikan masalah
kepemimpinan. Menurut Islam. Semua pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabnya. Pemimpin keluarga bertanggung jawab atas
kebahagiaan, kesejahteraan keluarganya, pemimpin Negara/bangasa akan
dimintai pertanggung jawabnya oleh masyarakat dan lain sebagainya.       
Sebagai contoh seorang pemimpin sejati adalah Rasullah Saw dan para
sahabatnya seperti Abu bakar sebagai orang yang berwibawa dan tenang.
Oerangnya penuh ramah tamah, cinta sesama dan selalu membenarkan dan
menepati pada rasul yang agung. Umar bin khotob sebagai pemimpin yang
mempunyai pendapat yang berbobot. Dia adalah orang yang terpercaya
terhadap rahasia-rahasianya. Utsman sebagai pengumpul firman Kitab Allah.
Dia adalah seorang pemimpin yang meluruskan akida. Sedangkan Ali bin Abi
Thalib sebagai pemimpin yang pandai menyusun pasukan perang untuk
mengalahkan orang-orang jahat. Dan Ali adalah seorang pemimpin yang
mampu sebagai pewaris ilmu rasullah dan pemelihara janjinya.
Demikianlah akhlak pemimpin yang dicontohkan kepada kita untuk
menjadi pemimpin sejati. Akhlak pemimpin baik, sebab sifat, perilaku dan
sikapnya dapat membahagiakan orang lain (umat manusia) dan
menampakkan karismatiknya pada yang dipimpin, jadi dapat dikemukakan
di sini, bahwa pemimpin berakhlak baik apabila memiliki kepribadian yang
sesuai dengan tata aturan (ketentuan) agama, masyarakat, keluarga dan
Negara/bangsa.
      2. Akhlak Mahmudah dan Mazmumah
Ada 2 (dua) penggolongan akhlak secara garis besar yaitu: akhlak
mahmudah(fadilah) dan akhlak mazmumah(qabihah). Di samping istilah
tersebut Imam Al-Ghazali menggunakan juga istilah “munjiyat” untuk akhlak
mahmudah dan “muhlihat” untuk yang mazmumah.
Di kalangan ahli tasawuf, kita mengenal system pembinaan mental,
dengan istilah: Takhalli, tahalli dan tajalli. Takhalli adalah mengosongkan
atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat-sifat tercela
itulah yang dapat mengotori jiwa manusia. Dan tahalli adalah mengisi jiwa
( yang telah kosong dari sifat-sifat tercela) dengan sifat-sifat  yang terpuji
(mahmudah).
Jadi dalam rangka pembinaan mental, pensucian jiwa hingga dapat
berada dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah
pengosongan atau pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, hingga akhirnya
sampailah pada tingkat berikutnya dengan apa yang disebut “tajalli”, yakni
tersikapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi.
Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah segala
macam sikap dan tingkah laku yang baik (yang terpuji). Sebaliknya segala
macam sikap dan tingkah laku yang tercela disebut dengan akhlak
mazmumah. Akhlak mahmudah tentunya dilahirkan oleh sifat-sifat
mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula akhlak
mazmumah dilahirkan oleh sifat-sifat mazmumah. Oleh karena itu
sebagaimana telah disebutkan terdahulu bahwa sikap dan tingkah laku yang
lahir adalah merupakan cermin/ gambaran daripada sifat/kelakuan batin.
Beberapa akhlak mahmudah seperti bersikap setia, jujur, adil, pemaaf,
disenangi, menepati janji, memelihara diri, malu, berani, kuat, sabar, kasih
sayang, murah hati, tolong menolong, damai, persaudaraan, menyambung
tali persaudaraan, menghoranati tamu, merendahkan diri, berbuat baik,
menundukkan diri, berbudi tinggi, memlihara kebersihan badan, cenderung
kepada kebaikan, merasa cukup dengan apa yang ada, tenang, lemah lembut,
bermuka manis, kebaikan, menahan diri dari berlaku maksiat, merendahkan
diri kepada Allah, berjiwa kuat dan lain sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam akhlak mazmumah, antara lain;
egoistis, lacur, kikir, dusta, peminum khamr, khianat, aniaya, pengecut,
aniaya, dosa besar, pemarah, curang, culas, mengumpat, adu domba,
menipu, memperdaya, dengki, sombong, mengingkari nikmat, homosex,
ingin dipuji, ingin didengar kelebihannya, makan riba, berolok-olok,
mencuri, mengikuti hawa nafsu, boros, tergopoh-gopoh, membunuh,
penipuan, dusta, berlebih-lebihan, berbuat kerusakan, dendam, merasa
tidak perlu pada yang lain dan lain sebagainya yang menunjukkan sifat-sifat
yang tercela
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang
menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan
pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang keluar itu baik dan
terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan itu dinamakan akhlak yang
mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia dinamakan
akhlak yang buruk.
Oleh karena itu kita sebagai muslim, haruslah menanamkan sifat-sifat
yang baik, agar akhlak yang keluar dari diri kita, merupakan akhlak yang
terpuji, yang disukai oleh Allah, dan hanya Rasulullah yang pantas kita
jadikan idola dalam kehidupan.
B. SARAN
Bagi para pembaca diperlukan saran yang membangun untuk perbaikan
makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai