Oleh
NPM : 2132125056
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2021
1
ASPEK ONTOLOGI
PENDAHULUAN
Desa Adat Kerobokan merupakan salah satu dari 122 desa adat yang ada di
Kabupaten Badung dan Desa Adat Kerobokan juga membawahi 50 Banjar Adat yang
merupakan jumlah terbesar di Kabupaten Badung. Majunya sebuah Desa Adat di
Kapubaten Badung, tentunya dikarenakan faktor-faktor pendukung kemajuan Desa Adat
2
tersebut, contohnya saja Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Seperti desa pada umunya yang
ada di Bali, Desa Adat Kerobokan didukung oleh Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam
sektor ekonomi. Dibuktikan dengan disetorkannya Dana Pembangunan Desa sebesar 20%
dari Laba bersih setiap tahun ke kas Desa Adat. Dana tersebut dibagikan ke Pura Kahyangan
Tiga, Banjar Adat, Sekaha Teruna, Sekeha Gong dan dipergunakan kegiatan adat lainnya.
Secara tidak langsung LPD Desa Adat Kerobokan mempunyai peran yang sentral dalam
kegiatan adat diwilayahnya.
Kehadiran Lembaga Keuangan ini belum dirasakan perannya bagi seluruh krama
adat dalam meningkatkan pendapatan perekonomian di Desa Kerobokan dimana
masyarakat mendapatakan modal pinjaman untuk membuat /menyediakan tempat
penginapan bagi wisatawan. Mengingat di daerah kerobokan sangat strategis untuk
pengembangan tempat menginap, maka perlu dilakukan analisis SWOT mengenai peran
lembaga dalam mendorong pendapatan ekonomi di Desa Kerobokan Kecamatan Kuta utara
Kabupaten Badung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka menjadi rumusan
masalah diantaranya :
C. Tujuan Penelitian
3
A. Landasan Teori
Pada landasan teori akan dikemukakan berbagai teori tentang variabel yang
bersangkutan dalam penelitian ini. Dimulai dari penjelasan teori kinerja sebagai berikut:
1. LPD
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007, LPD adalah
suatu badan simpan pinjam yang dimiliki oleh desa adat dan merupakan unit
operasional serta berfungsi sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang atau
surat-surat berharga lainnya, menjalankan fungsinya dalam bentuk usahausaha ke
arah peningkatan taraf hidup krama desa, dan dalam kegiatannya banyak menunjang
pembangunan desa. Adapun tujuan didirikannya LPD adalah sebagai berikut.
- Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan
menghimpun tabungan dan deposito dari krama desa
- Memberantas ijin, gadai gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan
itu
- Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja
bagi krama desa
- Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang di desa.
2. Pengertian Ekowisata
Banyak pendapat dari para ahli mengenai pengertian ekowisata. Suprayitno
(2008) mengatakan bahwa ekowisata merupakan suatu model wisata alam yang
4
bertanggungjawab di daerah yang masih alami atau daerah yang dikelola secara
alami yang memilik tujuan untuk menikmati keindahan alam dengan melibatkan
unsur pendidikan serta dukungan terhadap usaha konservasi dan meningkatkan
pendapatan perekonomian masyarakat setempat (Suprayitno,2008). Lebih lanjut
Latupapua (2007) berpendapat bahwa ekowisata merupakan istilah dan konsep yang
menghubungkan antara pariwisata dengan konservasi. Hal ini dikarenakan
ekowisata sering dipahami sebagai pariwisata yang berwawasan lingkungan dan
merupakan jenis wisata yang mengutamakan tanggungjawab wisatawan terhadap
lingkungan. Wood (2002) mendefinisikan bahwa ekowisata merupakan kegiatan
wisata bertanggungjawab yang berbasis utama pada kegiatan wisata alam, dengan
mengikutsertakan pula sebagian kegiatan wisata pedesaan dan wisata budaya.
Kemudian Fennel (1999) mendefinisikan ekowisata sebagai wisata berbasis
alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam,
di kelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberi dampak negatif paling
rendah pada lingkungan serta tidak bersifat konsumtif dan berorientasi lokal.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, ekowisata dapat di lihat dari tiga
perspektif, yakni:
a. Ekowisata sebagai produk Ekowisata sebagai produk artinya ekowisata
merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumber alam.
b. Ekowisata sebagai pasar Ekowisata sebagai pasar artinya ekowisata merupakan
perjalanan yang di arahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan.
c. Ekowisata sebagai pendekatan pengembangan.
5
a. Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan sehingga dapat
meningkatkan pemahaman serta apresiasi terhadap daerah tujuan wisata
yang berkelanjutan. Pendidikan di berikan melalui pemahaman terkait
betapa pentingnya pelestarian lingkungan, sedangkan pengalaman di
berikan melalui kegiatan-kegiatan wisata yang kreatif disertai dengan
pelayanan yang prima.
b. Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik lingkungan
dan kebudayaan pada daerah yang di kungjungi.
c. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya.
d. Memberikan keuntungan ekonomi terutama pada msyarakat lokal. Oleh
karena itu, ekowisata bersifat menguntungkan (profit).
e. Dapat terus bertahan dan berkelanjutan.
6
f. Memberikan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan, dan politik
daerah tujuan wisata.
g. Menghormati hak asasi manusia dn perjanjian kerja dalam arti memberikan
kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi
wisata sebagai wujud hak asasi, serta tunduk kepada aturan main yang adil
dan disepakati berama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata.
7
2. Bunga pinjaman ringan dan prosesnya sangat cepat
3. Jangka waktu pengembalian 1-5 tahun tergantung besar kecilnya pinjaman,
dengan system bunga menurun
4. Bagi masyarakat diluar Desa Adat Kerobokan kalau ingin meminjam harus
memiliki penanggungjawab warga Desa Adat Kerobokan
5. Bagi pengusaha kecil (UMKM), diberikan kredit dengan tanpa anggunan
berdasarkan aturan yang ada
Sampai saat ini lembaga yang masih berdiri dan berkembang tanpa beralih
menjadi Bank Perkreditan Rakyat yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali yang
mana lembaga ini LPD sebagai salah satu Lembaga Keuangan Mikro yang berkembang
pesat di Provinsi Bali, Pada awalnya keberadaan dan aktivitas LPD diatur berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 972 Tahun 1984
tertanggal 1 November 1984 tentang Pendirian Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Bali.
Peraturan ini kemudian diperkuat dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I
Bali Nomor 2 Tahun 1988 tentang Lembaga Perkreditan Desa dan diperbaharui dengan
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 tentang LPD, ada perubahan lagi
yaitu dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga
Perkreditan Desa. Terakhir yang terbaru yaitu Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi
Bali Nomor 3 Tahun 2017 tentang Lembaga Perkreditan Desa yaitu :
8
Lembaga Perkreditan Desa diadopsi dari Lumbung Pitih Nagari, sebuah
Lembaga Keuangan Adat diSumatra Barat yang dikelola berdasarkan syariah Islam
(Hukum Islam). Lembaga Keuangan ini tidak hanya memiliki fungsi sebagai Lembaga
Keuangan Adat yang merupakan salah satu bentuk aktualisasi kerukunan masyarakat
adatnya saja, namun juga bertujuan untuk menciptakan suatu system perekonomian
yang dipengaruhi oleh ajaran agama Islam. Begitu pula dengan LPD di Bali.
Keberadaannya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama Hindu sebagai agama
mayoritas penduduknya, dimana telah menyatu dalam kehidupan mereka sebagai suatu
adat dan budaya yang selalu dilestarikan hingga kini. Lembaga Perkreditan Desa sendiri
menurut Perda Provinsi Bali yaitu: “Lembaga Perkreditan Desa yang selanjutnya
disebut LPD adalah lembaga keuangan milik Desa Pakraman yang berkedudukan di
wewidangan Desa Pakraman. Pada dasarnya adanya LPD untuk pembangunan di tiap –
tiap desa adat atau desa pekraman sebagai kekuatan untuk menjaga adat dan budaya
Bali yang merupakan suatu strategi baru dalam meningkatkan sumber pendanaan
khususnya terhadap anggota masyarakat setempat.
9
seperti mengurus kartu tanda penduduk, dan lain-lain persoalan kedinasan
(pemerintahan). Desa dinas dibentuk dengan jalan menggabungkan beberapa desa
pakraman kecil menjadi satu, sedangkan desa pakraman yang relatif besar besar,
langsung ''dibaliknama'' menjadi desa dinas.
10
ASPEK EPISTIMOLOGI
METODELOGI PENELITIAN
B. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer ialah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari objek
penelitian. Data primer diperoleh dari sumber informan, yaitu individu atau
perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, hasil observasi
lapangan, dan data mengenai informan.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapat dari pihak atau sumber lain yang telah ada. Maksudnya,
penulis tidak mendapat informasi langsung dari narasumber atau objek yang diteliti,
melainkan dari data yang telah ada, seperti grafik, tabel, diagram, dan tulisan dari
peneliti sebelumnya. Data sekunder digunakan untuk mendukung informasi primer
yang telah diperoleh, yakni dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku dan
lain sebagainya.
11
2. Wawancara atau Interview
Wawancara atau interview adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden atau narasumber.
3. Angket atau Kuisoner
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan beberapa pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk
dijawab.
4. Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah metode yang lebih mudah
daripada metode-metode lain karena jika ada kekeliruan, sumber datanya masih
tetap.
12
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan merupakan keterbatasan/ kekurangan dalam satu atau lebih sumber
daya/ kapabilitas suatu perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yang menjadi
hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif. Dalam praktek
keterbatasan dan kelemahan -kelemahan tersebut bisa terlihat pada sarana dan
prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah,
keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak
atau kurang diminati oleh
konsumen atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang
memadai. Kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas terkontrol suatu
organisasi yang mampu dijalankan dengan sangat baik atau buruk. Hal ini muncul
dalam manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi, penelitian dan
pengembangan dan sebagainya.
3. Opportunities (Peluang)
Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan suatu
perusahaan. Kecenderungan utama merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi
atas segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan dalam kondisi persaingan/
regulasi, perubahan teknologi, dan membaiknya hubungan dengan pembeli/ pemasok
dapat menjadi peluang bagi perusahaan.
4. Threats (Ancaman)
Ancaman merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan suatu perusahaan. Ancaman merupakan penghalang utama bagi
perusahaan dalam mencapai posisi saat ini atau yang diinginkan. Masuknya pesaing
baru, pertumbuhan pasar yang lamban, meningkatnya kekuatan tawar-menawar dari
pembeli/ pemasok utama, perubahan teknologi, dan direvisinya atau pembaharuan
peraturan, dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan perusahaan.
Faktor kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan, sedang peluang dan ancaman
merupakan faktro- faktor lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan yang
bersangkutan. Analisis SWOT merupakan instrument yang ampuh dalam melakukan
analisis strategi, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi
perusahaan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang
sehingga berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam
tubuh perusahaan dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.
13
a. Skema
Penetapan Tujuan
Fakta Masalah
Tujuan
E. Matriks SWOT
Untuk membuat suatu rencana harus mengevaluasi faktor eksternal maupun faktor
internal. Analisis faktor-faktor haruslah menghasilkan adanya kekuatan (strength) yang
dimiliki oleh suatu organisasi, serta mengetahui kelemahan (weakness) yang terdapat
pada organisasi itu. Sedangkan analisis terhadap faktor eksternal harus dapat
mengetahui peluang (opportunity) yang terbuka bagi organisasi serta dapat mengetahui
pula ancaman (threath) yang dialami oleh organisasi yang bersangkutan. Untuk
menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor eksternal dan
internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu:
1. Faktor eksternal ini mempengaruhi opportunities and threats (O dan T). Dimana
faktor ini menyangkut dengan kondisi- kondisi yang terjadi di luar perusahaan
yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor ini
14
mencangkup lingkungan industri (industry environment) dan lingkungan bisnis
makro (macro environment), ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan
dan sosial budaya.
2. Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strengths and weaknesses (S dan
W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam
perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan
keputusan (decision making) perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua
macam manajemen fungsional: pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya
manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen dan
budaya perusahaan (corporate culture).
Matriks SWOT dapat menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman dari
lingkungan eksternal perusahaan diantisipasi dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matriks SWOT akan mempermudah merumuskan berbagai strategi. Pada
dasarnya alternatif strategi yang diambil harus di arahkan pada usaha-usaha untuk
menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan, menanfaatkan peluang- peluang
bisnis serta mengatasi ancaman. Sehingga dari
matriks SWOT tersebut akan memperoleh empat kelompok alternatif strategi yang
disebut strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT. Masing- masing
alternatif strategi tersebut adalah:
1. Strategi SO (Strenght- Opportunity)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar- besarnya.
2. Strategi ST (Strenght- Threath)
Strategi ini dibuat berdasarkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengantisipasi ancaman-ancaman yang ada.
3. Strategi WO (Weakness- Opportunity)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weakness- Threath)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif, berusaha
meminimalkan kelemahan-kelemahan perusahaan serta sekaligus mengindari
ancaman-ancaman.
15
Tabel Matriks SWOT
Internal Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
1. Banyak masyrakat desa yg 1. Karena situasi pandemi masih
bergerat dalam pengembnagan sedikit wisatawan asing.
villa 2. Kurangnya aturan yg mengatur
2. Banyak bentuk banguanan dan tarif /harga yg turun dratis.
vasilitas seperti hotel 3. Untuk pergerakan promosi
Eskternal 3. View sngat bagus apalagi yg belum bisa dilakukan dengan
dekat dgn pantai. baik.
16
ASPEK AKSIOLOGI
A. Kesimpulan
B. Manfaat Penulisan
Dengan adanya penelitian ini berharap dapat memberikan kontribusi kepada beberapa
pihak yakni sebagai berikut :
Bagi Penulis
1. Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam menganalisis peranan
lembaga keuangan Desa Kerobokan untuk mendorong pendapatan
perekonomian masyarakat.
2. Memperkenalkan dan menyediakan tempat – tempat menginapan bagi
wisatawan domestik maupun asing.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat desa adat kerobokan yang ingin
mengembangkan usahanya untuk mendapat modal kerja.
Bagi Universitas
Dapat memberikan sumbangan akademi sebagai bahan referensi untuk mengetahui
informasi yang terkait dengan peranan lembaga keuangan Desa Kerobokan untuk
mendorong pendapatan perekonomian masyarakat.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN-LAMPIRAN
19
20