Percobaan melakukan kejahatan dapat digambarkan sebagai suatu tindakan yang
dimaksudkan untuk mewujudkan apa yang UU kategorikan sebagai kejahatan, tapi tindakan tersebut tidak berhasil mewujudkan tujuan yang awalnya ingin dicapai. Membuat penjelasan tentang pasal 53 ayat (1) KUHP : “Percobaan melakukan kejahatan adalah pelaksanaan untuk melakukan suatu kejahatan yang sudah dimulai namun ternyata tidak sampai selesai, ataupun kehendak untuk melakukan suatu kejahatan tertentu yang telah diwujudkan suatu permulaan pelaksanaan.” Pasal 53 KUHP hanya menentukan bila (kapan) percobaan melakukan kejahatan itu terjadi atau dengan kata lain Pasal 53 KUHP hanya menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seorang pelaku dapat dihukum karena bersalah telah melakukan suatu percobaan. Syarat-syarat percobaan pada dasarnya merupakan unsur percobaan, yakni : Niat (vornemen) Permulaan pelaksanaan ( begin van uitvoerings handeling) Contoh Kasus : A mempunyai niat untuk membunuh B. untuk itu ada serangkaian perbuatan yang dilakukannya, yakni: A pergi ke rumah C untuk meminjam pistol; A mengisi pistol dengan peluru; A membawa pistol tersebut menuju ke rumah B; A membidikkan pistol ke arah B; A menarik pelatuk pistol, akan tetapi tembakannya meleset sehingga B. A pergi ke rumah C untuk meminjam pistol, sudah merupakan permulaan dari niatnya yakni ingin membunuh B. Sehingga A pergi ke rumah C untuk meminjam pistol sudah dianggap sebagai permulaan pelaksanaan melakukan percobaan membunuh
Tidak selesainya pelaksaan delik bukan semata-mata disebabkan kaerna kehendaknya
sendiri. Tidak selesainya pelaksanaan delik terdiri dari : Alat yang dipakai tidak sempurna sama sekali Alat yang dipakai kurang sempurna Objek yang dituju tidak sempurna sama sekali Objek yang dituju kurang sempurna
Dasar Hukum Poging
Percobaan tindak pidana atau Poging diatur di dalam buku I tentang aturan umum, bab IV, Pasal 53 dan 54 KUHP. Pasal 53 KUHP : 1) Mencoba melakukan pidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesai pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri. 2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam percobaan dikurangi 1/3. 3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara umur hidup, dijatuhkan pidana penjara maksimal 15 tahun. 4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai. Pasal 54 KUHP : 1) Mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana Percobaan seperti yang diatur dalam KUHP yang berlaku saat ini menentukan, bahwa yang dapat dipidana adalah seseorang yang melakukan percobaan suatu delik kejahatan, sedangkan percobaan terhadap delik pelanggaran tidak dipidana, hanya saja percobaan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan pidana khusus dapat juga dihukum. Selain itu ada juga beberapa kejahatan yang percobaannya tidak dapat dihukum, misalnya percobaan menganiaya (Pasal 351 ayat (5)), percobaan menganiaya binatang (Pasal 302 ayat (3), dan percobaan perang tanding (Pasal 184 ayat (5)). Percobaan melakukan pelanggaran tidak dipidana (bahkan ditegaskan dalam pasal 54); Menurut para penganut paham objektif seseorang yang melakukan percobaan untuk melakukan suatu kejahatan itu dapat dihukum karena tindakannya bersifat membahayakan kepentingan hukum, sedangkan menurut penganut paham subjektif seseorang yang melakukan percobaan untuk melakukan suatu kejahatan itu pantas dihukum karena orang tersebut telah menunjukkan perilaku yang tidak bermoral, yang bersifat jahat ataupun yang bersifat berbahaya
Penjelasan mengenai unsur percobaan :
Niat (vornemen) adalah kehendak yang disadari yang ditujukan untuk melakukan kejahatan tertentu Permulaan pelaksanaan ( begin van uitvoerings handeling) adalah Jadi dikatakan sebagai permulaan pelaksanaan adalah semua perbuatan yang merupakan perwujudan dari niat pelaku. Apabila suatu perbuatan sudah merupakan permulaan dari niatnya, maka perbuatan tersebut sudah dianggap sebagai permulaan pelaksanaan. Berdasarkan Memori Penjelasan (MvT) mengenai pembentukan Pasal 53 ayat (1) KUHP, dapat diketahui bahwa batas antara percobaan yang belum dapat dihukum dengan percobaan yang telah dapat dihukum itu adalah terletak diantara voorbereidingshandelingen (tindakan- tindakan persiapan) dengan uitvoeringshandelingen (tindakan-tindakan pelaksanaan). Selanjutnya MvT hanya memberikan pengertian tentang uitvoeringshandelingen (tindakan-tindakan pelaksanaan) yaitu berupa tindakan-tindakan yang mempunyai hubungan sedemikian langsung dengan kejahatan yang dimaksud untuk dilakukan dan telah dimulai pelaksanaannya. Sedangkan pengertian dari voorbereidingshandelingen (tindakan-tindakan persiapan) tidak diberi-kan.
Tidak selesainya pelaksaan delik bukan semata-mata disebabkan kaerna kehendaknya
sendiri. o Alat yang dipakai tidak sempurna sama sekali o Alat yang dipakai kurang sempurna o Objek yang dituju tidak sempurna sama sekali o Objek yang dituju kurang sempurna