Anda di halaman 1dari 16

“JARINGAN MERISTEM”

Disusun oleh :

Kelompok 1
Ratri Yasmin

Hardiyanti

Rostina

Ummul Susilawati

Muhaemin Yudhistira

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan atas kehadiran allah SWT yang tlah memberikan kita
berbagai macam nikmat diantaranya nikmat sehat dan sempat karena dengan
nikmat tersebut kita bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam
kepada junjungan nabi besar kita\Muhammad SAW yang telah menentukan kita dari
alam jahiliah sampai kealam terang benderang disinari cahaya ilmu seperti saat
sekarang ini.

Dalam pembuatan makalah tentang jaringan meristem ini, kami mengakui


masih banyak kekurangan didalamnya sehingga saya mengharap kritik dan saran
dari pembaca yang dapat membangun sehingga makalah ini menjadi lebih baik.

Terimakasih kami ucapkan kepada dosen yang telah membimbing kami


dalam proses pembuatan makalah ini.Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua Amin.

Makassar, 9 juli 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Jaringan Meristem..................................................................................... 3


B. Ciri-ciri Jaringan Meristem......................................................................................... 3
C. Jaringan Meristem Berdasarkan Asal Usul Pembentuknnya...................................... 3
D. Jaringan Meristem Berdasarkan Posisi Dalam Tubuh Tumbuhan............................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................... 12
B. Saran ........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup tentu mengalami proses tumbuh dan berkembang .  Pada saat
itu, sel-sel yang menyusun tubuh menjadi terspesialisasi  untuk menjalankan berbagai
fungsi hidup. Beberapa sel di antaranya bergabung menjadi satu kesatuan membentuk 
jaringan.
Jaringan merupakan sekelompok sel yang memiliki  bentuk, susunan dan fungsi yang
sama. Pada umumnya, dikenal dua tipe jaringan, yaitu jaringan sederhana (tersusun dari
satu tipe sel).Berbagai macam jaringan dapat ditemukan pada organ tubuh makhluk
hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Berikut ini kita akan membahas tentang macam
jaringan  yang dapat pada tumbuhan dan hewan.
Pada dasarnya, tubuh tumbuhan multiseluler merupakan  satu unit morfologi.
Dikatakan demikian karena  tubuh  tumbuhan tersusun dari sel-sel yang berlekatan
dengan sel-sel lain melalui dinding selnya. Penyatuan  sel-sel  terseb ut  dimungkinkan
karena adanya zat-zat perekat antarsel. Beberapa tipe sel dengan ciri yang serupa
membentuk suatu kelompok sel yang dikenal  sebagai jaringan tumbuhan. Berbagai
jaringan tumbuhan. Berbagai jaringan tumbuhan dapat ditemukan pada organ tumbuhan,
misalnya pada akar, batang, dan daun.
Ahli botani membedakan jaringan tumbuhan atas beberapa macam, yaitu jaringan
meristem, epidermis, parenkim, kolenkim, sklerenkim, dan pengangkut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Jaringan Meristem?
2. Sebutkan ciri-ciri Jaringan Meristem?
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam Jaringan Meristem berdasarkan asal  usul
pembentukannya?
4. Sebutkan dan Jelaskan macam – macam Jaringan Meristem berdasarkan posisi dalam
tubuh tumbuhan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Jaringan Meristem.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri Jaringan Meristem.
3. Untuk mengetahui Jaringan Meristem berdasarkan asal usul pembentukannya.
4. Untuk mengetahui Jaringan Meristem berdasarkan posisi dalam tubuh tumbuhan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jaringan Meristem


Jaringan meristem adalah jaringan yang sel –selnya mampu membelah diri dengan
cara mitosis secara terus menerus ( bersifat embrional) untuk menambah jumlah sel – sel
tubuh pada tumbuhan. Meristem terdapat pada bagian – bagian tertentu saja pada tumbuh
– tumbuhan.

B. Ciri-Ciri Jaringan Meristem


Ciri-ciri Jaringan Meristem sebagai berikut:
1. Bentuk dan ukurannya selnya sama (kubus).
2. Dinding Selnya Tipis.
3. Selnya penuh dengan protoplasma.
4. Isi sel tidak mengandung zat makanan.
5. Sel muda dan belum mengalami diferensiasi dan spesialisasi, berdinding tipis,
protoplasma banyak, vakuola kecil, inti besar, plastida belum matang dan berbentuk
sama ke segala arah.

C. Jaringan Meristem Berdasarkan Asal-Usul Pembentukannya


Jaringan meristem adalah jaringan yang terus-menerus membelah. Berdasarkan asal
usulnya, jaringan meristem dikelompokkan menjadi 3, yaitu promeristem, meristem
primer dan meristem sekunder:
1. Promeristem
Jaringan meristem yang ada pada saat tumbuhan masih dalam tingkat embrio.
Contohnya pada lembaga biji tumbuhan. Embrio/lembaga punya tiga bagian yaitu:
a) Radikula (akar lembaga)
b) Kotiledon (daun lembaga)
c) Kaulikulus (batang lembaga)
Didalam biji ada beberapa bagian yaitu Plumula, Epikotil, Hipokotil, dan
Kotiledon. Bagian bawah pangkal (Aksis) yang melekat pada kotiledon dinamakan
Hipokotil dan bagian ujungnya (Terminal) disebut Radikula. Bagian atas pangkal
adalah Epikotil dan bagian ujungnya adalah Plumula yang terlihat sepasang daun
dengan pucuknya.
Pada biji jagung (Tumbuhan Monokotil) hanya terdapat satu Kotiledon yang
sering dinamakan dengan sekutelum. Pada saat terjadinya proses perkecambahan,
akar akan diselubungi oleh Koleoriza dan pada ujung embrio diselubungi oleh
Koleoptil.
Perkecambahan adalah munculnya Plantula (Tanaman kecil) dari dalam biji
yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembanagn embrio. Plumula tumbuh dan
berkembang menjadi batang sedangkan Radikula menjadi akar.
Perkecambahan dibagi menjadi dua yaitu perkecambahan Hipogeal dan
perkecambahan Epigeal.
a) Perkecambahan Hipogeal: Pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga
menyebabkan plumula keluar dan menembus pada kulit bijinya yang nantinya
akan muncul di atas tanah, sedangkan kotiledonnya masih tetap berada dalam
tanah. Contoh pada kacang kapri.
b) Perkecambahan Epigeal: Tumbuh memanjang yang mengakibatkan kotiledon dan
plumula sampai keluar kepermukaan tanah, sehingga kotiledon terdapat di atas
tanah. Contoh: Kacang Tanah, Kacang Hijau.

2. Jaringan Meristem Primer


Jaringan meristem primer merupakan perkembangan lebih lanjut dari
pertumbuhan embrio.Contoh jaringan meristem primer adalah ujung batang dan ujung
akar. Meristem yang terdapat diujung batang dan ujung akar disebut meristem apikal.
Kegiatan jaringan meristem primer menimbulkan batang dan akar semakin bertambah
panjang. Pertumbuhan jaringan meristem primer disebut pertumbuhan primer.
Pada meristem primer  yang terletak pada ujung batang tumbuhan, terdapat
beberapa teori yang disebut dengan teori titik tumbuh, yaitu sebagai berikut:
a) Teori Sel Apikal–Hofmeister dan Nageli
Tidak ada perbedaan khusus pada asal-usul jaringan apikal pada pucuk
tumbuhan.Karena seluruh sel pada pucuk batang berawal dari satu sel tunggal.
b) Teori Histogen–Johannes Ludwig Emil Robert von Hanstein (15 Mei 1822 –
27 Agustus 1880).
Teori Histogen klasik yang diutarakan Hanstein pada 1868 menyatakan bahwa
ada sejenis stratifikasi (=pengelompokan, keadaan yang bertingkat–seperti pada
kata “strata sosial“) pada ujung batang tumbuhan angiospermae. Hanstein
menyatakan adanya bagian pusat tanaman yang diselimuti oleh beberapa lapisan
yang tersusun rapi, yang saling menyelubungi dengan ketebalan yang konstan
(kamsud gw, kalo misalnya lapisan X setebal 1 mm, maka lapisan X itu akan dan
hanya akan setebal itu di seluruh bagian meristem apikal).
Masing-masing lapisan dipercaya terdiri dari beberapa sel meristematis yang
saling bertumpukan, yang terletak pada bagian paling pucuk dari batang.Beberapa
tahun kemudian, interpretasi teori Hanstein terhadap peran masing-masing lapisan
sudah tidak digunakan lagi, tapi konsep dasar tentang adanya lapisan meristem
yang bertingkat pada ujung batang tetap digunakan. Berikut ringkasan teori
histogennya Hanstein:
Meristem primer terdiri dari 3 lapisan sel pembentuk jaringan, yaitu:
1) Dermatogen (pembentukan epidermis),
2) Periblem (pembentukan korteks), dan
3) Plerom (pembentukan silinder pusat).

c) Teori Tunika Korpus–Schmidt


Sebagai kelanjutan dari konsep yang dikemukakan Hanstein, Buder dan para
muridnya mengembangkan teori Tunika-Korpus.
Berbeda dengan Hanstein yang mengemukakan tiga lapisan, Buder hanya
megemukakan dua lapisan jaringan dalam teorinya, yaitu “tunika” yang terdiri
dari satu atau lebih lapisan sel yang menyelimuti “korpus” atau jaringan pusat.
Schmidt, muridnya Buder, mengembangkan kembali teori ini.Dia
menitikberatkan pada perbedaan dua lapisan ini.Dia menyampaikan ide bahwa
perbedaan utama dari tunika dan korpus adalah perbedaan antara pertumbuhan
dan pembelahan sel.
Pertumbuhan pada tunika, yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan
melengkung batang, mengakibatkan perluasan permukaan tumbuhan, namun tidak
berpengaruh pada ketebalan masing-masing lapisan.Bisa dilihat pada gambar di
bawah.Pertumbuhan itu tidak mengakibatkan bagian ujung (paling atas) menjadi
tipis dan bagian tepi jadi tebal.
Model Tunika-Korpus dari “meristem apikal” (=pucuk tanaman–bagian atas–
yang mengalami pertumbuhan ke atas). Lapisan epidermis [L1] dan subepidermis
[L2] disebut tunika.[L3] disebut korpus. Sel-sel di L1 dan L2 membelah secara
melengkung untuk menjaga lapisan-lapisan ini tetap terpisah satu sama lain.
Sedangkan sel-sel L3 membelah dengan arah yang lebih random lagi.
Sedangkan, pertumbuhan silinder pusat (korpus) bertitik berat pada
pertambahan massa tumbuhan. Pertumbuhan pada jaringan ini cenderung tidak
reguler, yang mengakibatkan pertambahan massa tumbuhan tidak konstan.
Kadang cepat, kadang pelan.
Kerjasama yang baik antara pertambahan luas permukaan oleh tunika dan
pertambahan volume tumbuhan oleh korpus menghasilkan keserasian
pertumbuhan pada tanaman.

3. Jaringan Meristem Sekunder


Jaringan meristem sekunder adalah jaringan meristem yang berasal dari
jaringan dewasa dan selanjutnya berubah menjadi meristematis.Sel –sel meristem
sekunder berbentuk pipih atau prisma yang di bagian tengahnya terdapat
vakuola.Contohnya, kambium dan kambium gabus. Kambium dijumpai di dalam
batang dan akar da tumbuhan golongan dikotil dan Gymnospermae, serta beberapa
tumbuhan dari golongan monokotil ( Agave,Aloe, Jucca, dan Draceana).  Kambium
gabus terdapat pada kulit batang tumbuhan dan dapat membentuk jaringan gabus yang
sukar dilalui air. Kambium biasa dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a) Kambium Vasikuler
Kambium Vasikuler adalah cambium yang berada di dalam berkas
pengangkut, yaitu di antara floem dan xylem.
b) Kambium Intervasikuler
Kambium Intervasikuler  adalah  kambium yang berada  di antara berkas
pengangkut. Kesatuan antara  kambium  vasikuler dengan cambium intervasikuler
membentuk lingkaran cambium atau lingkaran vaskuler.
Pada meristem apeks primer dapat dibedakan antara promeristem dan daerah
meristematis dibawahnya dimana sel telah mengalami diferensiasi sampai taraf
tertentu.Promeristem terdiri dari pemula-pemula apeks bersama dengan sel
derivatnya yang masih berdekatan dengan pemula. Daerah meristematik di
bawahnya yang telah sebagian terdiferensiasi terdiri dari :
1) Protoderm yang menghasilkan epidermis
2) Prokambium yang membentuk jaringan pembuluh primer
3) Meristem dasar yang membentuk jaringan dasar seperti parenkim.
D. Jaringan Meristem Berdasarkan Posisi dalam Tubuh Tumbuhan
1. Meristem Apical
Meristem apical terdapat di ujung pucuk utama, pucuk lateral, serta ujung
akar. meristem apeks pucuk.
Apeks pucuk adalah bagian yang tepat di atas primordium daun yang paling
muda yang bersifat meristematis. Bentuk apeks pucuk dari arah memanjang, pada
umumnya sedikit cembung dan dapat berubah-ubah Berbagai bentuk meristem apeks
pucuk pada berbagai kelompok tumbuhan adalah sebagai berikut :
a) Pteridophyta :
1) Terdiri dari 1 sel disebut sel apical.
2) Terdiri dari lebih dari 1 sel disebut initial apical.
b) Gymnospermae
1) Type Cycas : terdapat meristem permukaan dengan bidang pembelahan
antiklinal dan periklinal
2) Type Ginkgo : terdapat sel induk sentral, meristem tepi (perifer) dan meristem
rusuk (meristem tengah)

c) Anggiospermae
Teori Histogen oleh Hanstain (1868), menyatakan bahwa terdapat tiga daerah
di apeks pucuk (Gambar 1), yaitu :
1) Dermatogen (I) menjadi epidermis
2) Pleurom (III) akan menjadi silinder pusat
3) Periblem (II) akan menjadi korteks

2. Meristem Interkalar
Meristem interkalar terdapat di antara jaringan dewasa, contoh pada pangkal
ruas suku rumput-rumputan.
Meristem interkalar adalah bagian meristem apeks yang sewaktu tumbuhan
tumbuh terpisah dari apeks oleh daerah-daerah yang lebih dewasa. Pada batang yang
memilikimeristem interkalar, daerah buku akan menjadi dewasa lebih awal dan
meristem interkalar terdapat dalam ruas. Contoh paling dikenal untuk menunjukkan
meristem interkalar adalah yang terdapat pada batang rumput-rumputan.Pada rumput,
pemanjangan ruas dihasilkan oleh meristem interkalar yang membentuk deretan sel
sejajar sumbu.Mula-mula kegiatan meristem interkalar terjadi di seluruh ruas namun
setelah perkembangan ruang-ruang dalam batang yang biasa ditemukan pada Poaceae,
kegiatan itu terbatas pada aerah tepi dari dasar ruas yaitu terbatas pada daerah tepi
dari dasar ruas yaitu di dekat dan di atas buku.

3. Meristem Lateral
Meristem lateral terletak sejajar dengan permukaan organ tempat
ditemukannya.
Meristem ini termasuk kambium pembuluh dan kambium gabus yang
menyebabkan pertumbuhan menebal dan melebar jauh dari apeks, umum ditemukan
pada Dicotyledoneae dan Gymnospermae.Pertumbuhan yang dihasilkannya disebut
pertumbuhan sekunder.
a) Kambium pembuluh
Kambium Pembuluh ialah meristem sekunder yang berfungsi membentuk
ikatan pembuluh (xylem dan floem) sekunder.Bentuk selnya seperti pipa atau
berkas-berkas memanjang sejajar permukaaan batang atau akar. Meristem ini
adalah meristem lateral karena terdapat di daerah lateral akar dan batang. Ciri-ciri
sel nya agak berbeda dengan cirri sel meristem apeks.
b) Struktur Kambium Pembuluh
Kambium merupakan meristem lateral karena berada di daerah lateral akar dan
batang. Pada kebanyakan pohon dan semak, daerah kambium berupa silinder yang
berlapis banyak dan pada penampang melintang membentuk cincin yang kontinu.
Pada saat aktif, kambium terdiri dari banyak lapisan sel, namun pada saat istirahat
(dorman) hanya ada satu lapisan sel. Lapisan sel itu dianggap bermuka dua karena
dapat membentuk turunan ke dua arah.
Setelah membelah secara perikrinal, sel yang ada di sebelah dalam
berkembang menjadi sel xylem dan sel yang berada di luar tetap aktif sebagai
kambium atau sel luar berkembang menjadi sel floem dan sel dalam tetap berlaku
sebagai kambium. Inilah tafsiran yang dianut secara luas. Bukti yang paling
meyakinkan adalah bahwa floem sekunder dan xylem sekunder seakan-akan
merupakan gambar cermin dari sesamanya.
Pada saat-saat tertentu kambium membentuk jari-jari empulur baru yang
kemudian di temukan baik di xylem mapun di floem. Selanjutnya, sementara
kambium terdorong ke luar seiring dengan menebalnya silinder xylem di sebelah
dalamnya kambium membelah dengan bidang pembelahan antiklinal sehingga
dapat menambah luas tangensial. Dengan demikian, luas cambium mengimbang
perluasan silinder xylem yang dikelilinginya.
c) Perkembangan Kambium Pembuluh
Pada tumbuhan monokotil dan sejumlah dikotil basah, prokambium akan habis
terdiferensiasi menjadi jaringan pembuluh. Pada tumbuhan berkayu, sebagian
prokambium dalam setiap ikatan pembuluh akan berkembang menjadi cambium
fasikuler. Perubahan antara pertumbuhan primer dan sekunder tidaklah tajam
karena jaringan primer diperoleh akibat pembelahan pada daerah subapikal dan
seluruh pertumbuhan lateral merupakan proses yang sinambung dari mulai apeks
sampai batang yang dewasa. Pada umumnya dianggap bahwa transisi terjadi
secara bertahap dan biasanya lambat, meskipun kadang-kadang cepat, dan baik
prokambium maupun cambium merupakan dua stadium perkembangan dari satu
macam meristem.Kambium dapat pula terjadi pada beberapa tempat yang
sebelumnya tidak menampakkan kambium, seperti pada kambium interfasikuler.
Pada sejumlah tumbuhan hanya cambium fasikuler yang berperan dan setiap
ikatan pembuluh membesar, diiringi oleh sedikit pertumbuhan sekunder.Pembelan
difus (tersebar) dan proliferasi sel pada jari-jari empulur medulla sudah cukup
mengimbangi produksi kayu yang sedikit itu.Kerangka kayu tumbuhan seperti itu
menunjukkan pola kerangka berkas ikatan pembuluh asal.Pada pohon dan semak
yang banyak membentuk kayu, cambium interfasikuler berdiferensiasi pada jari-
jari empulur medulla baik secara serentak bersama dengan cambium fasikuler atau
beberapa saat sesudahnya.Kambium interfasikuler berdiferensiasi sebagai panel
yang meluas dari tepi cambium fasikuler. Kedua panel dari tepi dua ikatan
pembuluh yang berdampingan akan bertemu sehingga membentuk kambium
interfasikuler yang sinambung. Dengan demikian, pula terjadi kesinambungan dari
seluruh kambium.Setelah beberapa bulan atau tahun, kedua macam cambium tak
dapat dibedakan dan seluruh dinamakan kambium pembuluh saja.
d) Jenis Sel Kambium
Dari segi morfologi dapat dibedakan dua macam pemula sebagai berikut: (1)
Pemula yang meruncing di kedua ujungnya sehingga berbantuk kumparan, disebut
pemula kumparan atau pemula fusiform, menghasilkan unsurbyang memanjang
atau aksial (vertical)npada kayu (xylem) dan bagian dalam kayu (floem); (2)
pemula jari-jari empulur yang tumbuh kea rah radial.
1) Pemula Fusiform
Sel yang berbentuk kumparan ini panjangnya berkisar 140 – 462 µm
pada dikotil dan 700 – 4500 µm pada pinus. Panjang sel dapat beragam dalam
setahun, bergantung pada keseimbangan antara pembelahan sel dan ekspansi
sel. Pada sayatan radial, dindig ujung tampak datar, namun pada sayatan
tangensial berbentuk lancip, atau meruncing secara bertahap atau langsung.
Pada sayatan melintang sel ini tampak seperti segi empat atau agak pipih.
Panjang pemula fusiform adalah penting karena sedikit banyak
mempengaruhi panjang turunannya. Namun, pengukuran xylem tidak
menunjukan  panjang yang sama dengan cambium karena terjadi pemanjangan
sel sewaktu xylem tumbuh menjadi dewasa.
2) Pemula Jari-jari Empulur
Pemula jari-jari empulur lebih kecil daripada pemula fusirorm, yakni
pendek dan isodiametris, atau 2 – 3 kali lebih tinggi dri pada lebarnya.Pada
coniferae, pemula jari-jari empulur senantiasa tersusun sebagai deretan sel kea
rah vertical yang terdiri dari satu baris sel, dinamakan berseri satu atau
unisertiat.Kelompok pemula jari-jari empulur dapat menjadi lebih panjang
dengan hilangnya pemula fusiform diantara dua kelompok pemula jari-jari
empulur, sehingga keduanya dapat menyatu.Atau pemula fusiform mengubah
dirinya dengan membelah melintang beberapa kali menjadi sederetan pemula
jari-jari empulur.Jika salah satu mekanisme tersebut mengakibatkan jari-jari
empulur menjadi berseri banyak atau multiseriat, maka pemula segera hilang
sehingga kondisi uniseriat diperoleh kembali.Pada dikotil sering terdapat jari-
jari empuluruniseriat maupun multiseriat dan hal itu tercermin dalam pemula
jari-jari empulurnya.Pada setiap jenis, kelompok pemula dapat hanya
mengandung pemula panjang saja, isodiametris saja, atau campuran
keduanya.Jika keduanya ditemukan, maka pemula panjang hamper selalu
bertempat di bagian paling atas atau paling bawah jari-jari empulur atau di
kedua tempat itu; selebihnya terdiri dari pemula berbentuk isodiametris.
e) Susunan Sel Fusiform
Berdasarkan susunan sel fusiform, dapat dibedakan :
1) Kambium bertingkat Sel initial tersusun berjajar letak ujung sel sama tinggi
2) Kambium tidak bertingkat Sel initial saling tumpang tindih tidak membentuk
deretan
f)  Kambium Gabus
Kambium gabus atau felogen adalah meristem yang menghasilkan
periderm.Periderm adalah jaringan pelindung yang terbentuk secara sekunder dan
menggantikan epidermis pada batang dan akar yang menebal karena pertumbuhan
sekunder. Periderm mencakup felogen (cambium gabus) yaitu meristem yang
menghasilkan periderm, felem ( gabus) yaitu jaringan pelindung yang dibentuk
kea rah luar oleh felogen dan feloderm yaitu jaringan parenkim hidup yang
dibentuk olehfelogenkearahdalam.Sel felogen terdiri dari satu macam sel saja.
Pada penampang melintang felogen terlihat seperti sel empat persegi panjang yang
memipih pada arah radial. Pada arah memanjang sel felogen berbentuk empat
persegi panjang atau bersegi banyak dan kadang-kadang agak tidak teratur.. Sel
felogen biasanya tersusun rapat tanpa ruang antar sel .Sel dewasa tidak hidup dan
dapat beroso zat padat ataiu cairan. Sel gabus ditandai oleh adanya zat gabus
(suberin) dalam dinding sel nya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat kami simpulkan, Jaringan meristem adalah jaringan yang
sel –selnya mampu membelah diri dengan cara mitosis secara terus menerus ( bersifat
embrional) untuk menambah jumlah sel – sel tubuh pada tumbuhan.
Jaringan meristem memiliki ciri-ciri sebagai berikut, Bentuk dan ukurannya selnya
sama (kubus), Dinding Selnya Tipis, Selnya penuh dengan protoplasma, Isi sel tidak
mengandung zat makanan, Sel muda dan belum mengalami diferensiasi dan spesialisasi,
berdinding tipis, protoplasma banyak, vakuola kecil, inti besar, plastida belum matang
dan berbentuk sama ke segala arah.
Jaringan meristem bermacam-macam, yaitu jaringan Promeristem, Jaringanmeristem
primer, Jaringan meristem sekunder. Jika dilihat dari posisi jaringan meristem dalam
tubuh tumbuhan maka jaringan meristem dibagi menjadi jaringan meristem apikal,
intekalar, dan lateral.

B. Saran
Sebaiknya kepada para pembaca memahami isi makalah tersebut, sehingga para
pembaca dapat mengerti apa isi makalah tersebut, tapi tidak hanya mengerti akan isi
makalah ini tetapi pembaca juga akan mendapatkan suatu ilmu yang sangat bermanfaat
yang nantinya dapat digunakan dalam proses balajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Jati, W.2007.Aktif Biologi Pelajaran Biologi untuk SMA/MA Kelas XI.Jakarta:Ganeca


Exact
Ridhawati.2009.Biologi Umum.Universitas Cokroaminoto Palopo

Campbell,N.A.,J.B.Reece & L.G.Mitchell.2002.Biologi.Jakarta:Erlangga

Wahyu S,I.2006.Biologi untuk SMA/MA Kelas XI.Bogor:CV Duta Grafika

Anda mungkin juga menyukai