Anda di halaman 1dari 4

Konten Terlarang

Konten terlarang atau yang sering kita kenal dengan konten pornografi,
konten pornografi yang masih bisa diakses dengan mudah, tentunya hal ini sangat
berdampak buruk pada anak-anak dibawah umur yang bisa dengan bebas
menjangkaunya. Walaupun pihak yang berwenang, dalam hal ini Kominfo sudah
dan terus akan membasmi konten pornografi tersebut, namun seperti yang
diungkap Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan
Informatika Gatot S Dewobroto, situs tersebut rumusnya seperti deret ukur dan
deret hitung, yakni diblokir 100 akan muncul 1.000, diblokir 1.000 akan muncul
10.000, dan seterusnya.3 Internet dalam genggaman kerap kali menyebabkan
penggunanya dengan sengaja atau tanpa sengaja untuk membuat atau
menyebarkan konten pornografi.

Sering kita jumpai dalam beberapa promosi iklan terkadang memasangkan


beberapa gambar/animasi tambahan dan/atau menggunakan kalimat semenarik
mungkin bertujuan menarik simpatisan khalayak umum. Hal ini yang
mengakibatkan beberapa iklan mengandung konten pornografi atau melanggar
kesusilaan. Dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi telah
dijelaskan bahwa Pornogarfi adalah gambar, sketsa, iklustrasi, foto, tulisan, suara,
bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau betuk
pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan
dimuka umum, yang memuat kecabulan atau ekploitasi seksual yang melanggar
norma kesusilaan.

Media sosial saat ini marak akan berbagai tindak kejahatan internet (cyber
crime), diantaranya terdiri dari kategori Pornografi/Pornografi Anak, Perjudian,
Pemerasan, Penipuan, Kekerasan Anak, Fitnah/Pencemaran Nama Baik,
Pelanggaran Kekayaan Intelektual, Produk dengan Aturan Khusus, Provokasi
SARA, Berita Bohong, Terorisme/Radikalisme, dan Informasi/Dokumen
Elektronik Melanggar UU.
Tindak pidana Pornografi melalui media sosial merupakan tindak pidana
yang dimuat di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik . Undang-Undang tersebut mengatur mengenai larangan penyebaran
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik bermuatan asusila dan dalam
Kitab Undang-undang Hukum Pidana pada Buku Kedua BAB XIV tentang
Kejahatan Terhadap Kesusilaan.

Konten terlarang atau yang sering kita kenal dengan konten pornografi,
konten pornografi yang masih bisa diakses dengan mudah, tentunya hal ini sangat
berdampak buruk pada anak-anak dibawah umur yang bisa dengan bebas
menjangkaunya.
Daftar pustaka

1. Sushanty, Vera Rimbawani. (2019). Gagasan Hukum : PORNOGRAFI


DUNIA MAYA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PIDANA, UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI DAN UNDANG-
UNDANG INFORMASI ELEKTRONIK, 1(1), 110.
2. Mahendra. Robby Iqsal. (2021). Indonesian Journal of Criminal Law and
Criminology (IJCLC) : Bentuk Perlindungan Hukum Korban Tindak
Pidana Pornografi, 2(2). 130.
3. Siregar. Gomgon T P. (2021). Jurnal Rectum : PENEGAKAN HUKUM
PIDANA BAGI PELAKU PENYEBAR KONTEN PORNOGRAFI DI
MEDIA SOSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK, 3(1). 8.
4. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi

Luwuk, 4 Oktober 2021


Amru Al Mutawakkil

Anda mungkin juga menyukai