Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

TUMOR WILMS

DISUSUN OLEH :
1. Dias Afrida L (1611020095)
2. Imelda (16110200)
3. Nur FatikhatulJanah (1611020103)

KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tumor Wilms yang merupakan keganasan genitourianaria paling sering terjadi pada
anak-anak neoplasma embrional trifase yang merupakan hasil proliferasi dari blastema,
stroma dan epithelium. Tumor ini merupakan 8% keganasan pada anak-anak dan menduduki
peringkat kelima dari tumor pada anak-anak , setelah tumor pada sentral nervus sistem,
limfoma, neuroblastoma dan soft tissue sarcoma. Namun, tumor ini adalah salah satu kanker
penyebab utama kematian pada anak.

Insidens tumor ini hampir sama di setiap negara, oleh karena tidak ada perbedaan ras,
yaitu sekitar 2-5 kasus per 1 juta penduduk. Dan sekitar 500 kasus baru dari tumor Wilms
ditemukan tiap tahun di Amerika. Dari keseluruhan kasus kanker pada anak 6% nya adalah
tumor Wilms. Tumor Wilms paling sering terjadi pada anak-anak dengan usia yang masih
sangat muda dan jarang terjadi pada anak-anak setelah umur 6 tahun. Tumor wilms
ditemukan sama banyak pada kedua jenis kelamin dan tidak ada predileksi bangsa atau ras.

2. Rumusan masalah
a. Definisi tumor wilms
b. Klasifikasi tumor wilms
c. Tanda dan Gejala tumor wilms
d. Patofisiologi pada tumor wilms
e. Patways tumor wilms
f. Pemeriksaan penunjang pada tumor wilms
g. Penatalaksanaan secara farmakologi dan non farmakologi pada tumor wilms
h. Pengkajian pada tumor wilms
i. Diagnose yang mungkin muncul pada tumor wilms
j. Intervensi keperawatan pada tumor wilms
3. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang definisi tumor wilms
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang klasifikasi tumor wilms
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang tanda dan gejala tumor wilms
4. Mahasiswa mampu memahami tentang patofisiologi pada tumor wilms
5. Mahasiswa mampu memahami tentang pathways pada tumor wilms
6. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pemeriksaan penunjang pada tumor wilms
7. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan tumor pada wilms
8. Mahasisawa mampu memahami pengkajian pada tumor wilms
9. Mahasiswa mampu memahami diagnose pada tumor wilms
10. Mahasiswa mampu memahami intervensi pada tumor wilms

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi
Wilm’s tumor adalah merupakan tumor ginjal yang terjadi pada anak. ( Suriadi & Rita
Yulianni, 2006). Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah kanker pada ginjal dan banyak terjadi
pada anak-anak (kanak-kanak, batita/bawah lima tahun). Tumor ini merupakan tumor ganas
yang berasal dari embryonal ginjal. (Eko Prabowo & Andi Eka Pranata, 2014).
Tumor Wilms adalah tumor ganas embrional ginjal yang berasal dari metanefros. Nama
lain tumor ini adalah nefroblastoma atau embrioma renal. Tumor ini pertama kali dilaporkan
oleh Runce pada tahun 1814, tetapi nama tumor "Wilms" berasal dari seorang ahli bedah
(Max Wilms) yang mengungkapkan gambaran klasik secara lengkap penyakit tersebut dalam
tahun 1899.
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk
dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun (kamus
kedokteran dorland).
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional
primitive diginjal.Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang
dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tumor
Wilms merupakan tumor ganas intraabdomen yang tersering pada anak-anak.

2. Klasifikasi Tumor Wilms :

1. Penyebaran tumor wilms menurut TNM sebagai berikut :

T : Tumor primer

 T1 : Unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 80 cm


 T2 : Unilateral permukaan > 80 cm
 T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan
 T4 : Bilateral
N : Metastasis limfa

 No : Tidak ditemukan metastasis


 N1 : Ada metastasis limfa
M : Metastasis jauh

 Mo : Tidak ditemukan
 M+ : Ada metastasis jauh
2. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi lima stadium tumor Wilms, yaitu :
 Stadium I : tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul. Tumor
ini dapat direseksi dengan lengkap.
 Stadium II : Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal dan
sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan kelenjar limfe
para-aortal. Tumor masih dapat di reseksi dengan lengkap.
 Stadium III : Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke
hepar, peritoneum, dll.
 Stadium IV : Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,
otak, tulang.

Cara penyebaran tumor wilms yaitu setelah keluar dari kapsul ginjal, tumor akan
mengadakan invasi ke organ di sekitarnya dan menyebar secara limfogen melalui kelenjar
limfe para aorta. Penyebaran secara hematogen melalui vena renalis ke vena kava kemudian
mengadakan metastasis ke paru (85%), hati (10%) dan bahkan pada stadium lanjut menyebar
ke ginjal kontralateral.

3. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor wilms
berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti :
 Etiologi tumor ini pada dasarnya belum diketahui
 Kelainan saluran kemih
 Aniridia (tidak memiliki iris)
 Hemihipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh )
Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam kapsulnya. Tumor bisa
menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Tumor Wilms bersifat kongenital. Satu persen dari tumor wilms ditemukan familial dan
diturunkan secara dominan autosomal. Onkogen tumor wilms telah berlokasi pada kromosom
11 p13. Timbul dalam parenkim ginjal, mungkin dari sisa-sisa blastoma nefrogen dan
biasanya dari fokus tunggal, kadang-kadang lebih dari 1 area. Tumor Wilms dapat muncul
dalam 3 gambaran klinik. Gambaran klinik tersebut antara lain :
a) Sporadic
b) Berhubungan dengan sindrom genetic
c) Familial.
Sekitar 1,5% pasien mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang juga menderita
tumor Wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat keturunan yang berbeda dengan
kasus tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus Tumor Wilms diturunkan secara autosomal
dominan. Mekanisme genetik yang berkaitan dengan penyakit ini, belum sepenuhnya
diketahui. Pada pasien sindrom WAGR (tumor Wilms, aniridia, malformasi genital dan
retardasi mental) memperlihatkan adanya delesi sitogenetik pada kromosom 11. Pada
beberapa pasien, ditemukan gen WT1 pada lengan pendek kromosom 11, daerah pl3. Gen
WT1 secara spesifik berekspresi di ginjal dan dikenal sebagai faktor transkripsi yang diduga
bertanggung jawab untuk berkembangnya tumor Wilms.
4. Tanda dan Gejala
1. nyeri perut, konstipasi, pembengkakan, rasa tidak nyaman
2. mual muntah dan penurunan nafsu makan
3. kelemahan dan demam
4. terdpt darah pd urine atau urine berubah warna
5. peningkatan pertumbuhan pada salah satu sisi tubuh
6. tekanan darah tinggi memicu nyeri dada
7. sesak nafas , pusing berat.

5. Patofisiologis

Wilms tumor terjadi pada parenchyema renal. Tumor tersebut tumbuh dengan cepat dengan
lokasi dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuha tumor tersebut akan meluas atau menyimpang
luar renal. Mempunyai gambaran khas, berupa glomelurus dan tubulus yang primitif atau abortif,
dengan ruangan Bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif dikelilingi stroma sel kumparan.
Pertama tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian diinvasi oleh sel tumor.
Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu-abuan homogen, lunak
dan encepaloid ( mempunyai jaringan otak ).
Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan dikatan sebagai suatu
massa abdomen. Akan teraba pada abdominal saat dilakukan palpasi.
Munculnya tumor wilms sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat
setelah lahir.
Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ
lain. Tumor yang biasanya baik terbatas dan sering terjadi nekrosis, cystik dan perdarahan.
Terjadinya hipertensi biasanya terkait dengan iskemik pada renal.
6. Pathway
60754718 Makalah
tumor wilms

7. Pemeriksaan penunjang

USG perut
CT scan
Rontgen dada (untuk melihat adanya penyebaran tumor ke dada )
Pemeriksaan darah lengkap
Biopsi
Pielogram intravena
Urinalisis (pemeriksaan air kemih,bisa menunjukan adanya darah atau protein dalam air
kemih)
8. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan komplikasi
dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi
dan kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Jika
secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah kontra lateral
normal, dilakukan nefrektomi radikal.
Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. masing-masing jenis
ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan memberikan
kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai. Apabila tumor besar maka pembedahan definitive
mungkin harus di tunda sampai kemoterapi atau radiasi selesai. Kemoterapi dapat
memperkecil tumor dan memungkinkan reaksi yang lebih akurat dan aman.

a. Farmakologi
1) Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi.
Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang
berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping yang
rendah terhadap sel yang normal.
Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian
sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah
selama 4 – 8 minggu. Jadi tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko
ruptur intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga lebih midah direseksi
total. Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor
Wilms, yaitu Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan siklofosfamid.
b. Non Farmakologi
1) Pembedahan
keperawatan perioperatif
Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat obat kemoterapi
kardiotoksik, maka mereka harus diperiksa oleh ahli onkologi dan di izinkan untuk
menjalani operasi. Mereka perlu menjalani pemeriksaan jantung yang menyeluruh
untuk menentukan status fungsi jantung. Tumor wilms jangan di palpasi untuk
menghindari rupture dan pecahnya sel-sel tumor.
Hasil akhir pada pasien pascaoperatif
Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang sesuai dengan
lesi. Gambaran histologik lesi merupakan suatu indicator penting untuk prognosis,
karena gambaran tersebut menentukan derajat anaplasia. Anak yan histologiknya
relative baik. Maka memiliki prognosis baik. Sedangkan anak yang gambaran
histologiknya buruk, maka memilii prognosis buruk. Terapi dibuat sespesifik
mungkinuntuk masing-masing anak, karena terapi yang lebih sedikit menghasilkan
kualitas hidup yang lebih baik dengan lebih sedikit efek sampingnya.

2) Radioterapi
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi dapat
mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru.
Karena itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk
golongan patologi prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca
bedah juga diberikan radioterapi. Radioterapi dapat juga digunakan untuk metastase
ke paru, otak, hepar serta tulang.

9. Pengkajian
Kasus
Seorang anak usia satu tahun datang dengan keluhan perut membesar. Penderita
juga menderita kelainan congenital yaitu aniridia, anomali saluran kemih. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/110 mmHg.
a. Identitas
Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi

b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar perut. Tidak
nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejala-gejala
tumor wilms
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor sebelumnya

c. Pola Aktivitas
 Pola nutrisi dan metabolik :
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban
sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh
tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
 Pola eliminasi :
Eliminasi fekal tidak ada gangguan, sedangkan eliminasi urin : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi
penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan
yang menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
 Pola Aktifitas dan latihan :
Pada klien dengan kelemahan, malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena
adanya hiperkalemia. Dalam proses perawatan klien perlu istirahat selama 2 minggu
dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan darah sudah normal selama 1 minggu.
 Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.
keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus.
 Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah, edema, dan perawatan yang
lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
 Hubungan peran :
Lingkungan perawatann yang baru dan kondisi penyakit yang kritis menyebabkan
anak banyak diam.
d. Pada penderita tumor wilm pengkajian dilakukan dengan melihat adanya :
 Massa tumor pada abdomen
 Kaji manifestasi tumor wilm
 Kaji hasil pemeriksaan laboratorium

10. diagnose yang mungkin muncul


1. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan anak dipuasakan sebelum dan
sesudah operasi, anoreksia dan muntah
2. Kuranganya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan rencana
pengobatan
3. Kecemasan berhubungan dengan pembedahan
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

11. Intervensi keperawatan

. Diagnosa I
Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan anak dipuasakan sebelum dan sesudah
operasi, anoreksia dan muntah
Tujuan
klien akan menampakkan volume cairan adekuat/mempertahankan cairan adekuat
Intervensi :
1) Pantau masukan dan haluaran dan berat jenis;massuaknsemua sumber haluaran misalnya
muntah.
R : keseimbangan cairan negatif terus menerus, menurunkan haluaran renal dan konsentrasi urine
menunjukan terjadinya dehidrasi dan perlunya peningkatan penggantian cairan.
2) Kaji turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa, memperhatikan keluhan haus
R : indiIkator tidak langsung dari status dehidrasi/derajat kekurangan.
3) Dorong peningkatan masukan cairan sesuai toleransi individu.
R : membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping yang
membahayakan.
4) Berikan cairan IV sesuai indikasi
R : diberikan untuk hidrasi umum serta mengencerkan obat anti neoplastik dan menurunkan efek
samping merugikan misalnya mual dan muntah.

c. Diagnosa II
Kuranganya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan rencana pengobatan
Tujuan
Klien akan mengatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan
Klien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi
1) Tinjau ulang dengan pasien/orang terdekat pemahaman diagnosa khusus, alternative
pengobatan, dan sifat harapan.
R : menvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan belajar, dan
memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.
2) Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah
R : memberikan informasi mengenai perubahan yang di perlukan dalam rencana memenuhi
kebutuhan terapeutik.
3) Lakukan `evaluasi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi
R : membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengan memberikan informasi tentang
kebutuhan perubahan pada situasi fisik.
4) Tinjau ulang pasien/orang terdekatnya pentingnya mempertahankan status nutrisi yang optimal.
R :meningkatkan kesejahteraan, memudahkan pemulihan dan memungkinkan pasien mentolerir
pengobatan.

d. Diagnosa III
Kecemasan berhubungan dengan pembedahan
Tujuan
Berkurangnya kecemasan
Klien dapat memehami penyakitnya
Intervensi
1) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
R : memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep
diagnosis.
2) Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau
menolak untuk berbicara.
R : membantu pasien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi.
3) Bantu pasien/orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut untuk memulai
mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa takut ini.
R : keterampilan koping sering rusak setelah didiagnosis dan selama fase pengobatan yang
berbeda. Dukungan dan konseling sering perlu untuk memungkinkan individu mengenal dan
menghadapi rasa takut untuk meyakini bahwa strategi control/koping tersedia.
4) Dorong dan kembangkan interaksi pasien dengan system pendukung
R : mengurangi perasaan isolasi. Bila system pendukung keluarga tidak tersedia, sumber luar
mungkin diperlukan dengan segera misalnya, kelompok pendukung kanker local.

e. Diagnosa I V
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan
Klien akan menunjukan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran dan tidak
Intervensi
1) Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit tisep(atau pengukuran atropometrik lain
sesuai indikasi). Pastiakan jumlah penurunan berat badan saat ini. Timbang berat badan setiap
hari atau sesuai indikasi.
R : membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-kalori, khususnya bila berat badan dan
pengukuran atropometrik kurang dari normal.
sada tanda-tanda malnutrisi
2) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
Dorong penggunaan suplemen dan makan sering lebih sedikit yang dibagi-bagi selama sehari.
R : kebuuhan jaringan metabolic ditingkatkan begitu juga cairan. Suplemen dapat memainkan
peran penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
3) Dorong komunikassi terbuka mengenai anoreksia
R : sering sebagai distress emosi, khususnya untuk orang terdekat yang menginginkan untuk
member makan pasien dengan sering. Bila pasien menolak, orang terdekat dapat merasakan
ditolak/frustasi
4) Rujuk pada ahli diet/tim pendukung nutrisi
R : member rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan individu dan menurunkan masalah
berkenaan dengan malnutrisi protein dan defisiensi mikronutrien.

Evaluasi
b. Diagnose I
Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan anak di puasakan sebelum dan sesudah
operasi, anoreksia, mual dan muntah
1) Menunjukan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, membrane mukosa
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, dan haluaran urine adekuat secara individual
c. Diagnosa II
Kuranganya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan
1) Mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose dan aturan pengobatan pada tingkatan
kesepian diri sendiri
2) Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelskan alas an tindakan
3) Melakukan perubahan gaya hidup yang perlu dan berpartisipasi dalam pengobatan

d. Diagnoa III
Kecemasan berhubungan dengan pembedahan
1) Menunjukan rentang yang tepat dari perasaan dan brkurangnya rasa takut
2) Tampak rileks dan melaporkan ansietas pada tingkat dapat diatasi

e. Dianosa IV
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
1) Mendemonstrasikan berat badan stabil, penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan
normalisasi nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi
2) Pengungkapan pemahan pengaruh individual pada masukan adekuat
3) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang napsu makan/peningkatan masukan
diet.

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan data-data pemeriksaan, anak ini di diagnosis menderita tumor wilms. Hal tersebut
ditunjukan dengan keluhan, adanya massa di daerah abdomen. Serta tanda gejala lainnya yang
mengarah pada tumor wilms. Tumor wilms disebut juga nefroblastoma.

Tumor Wilms adalah semacam tumor ganas pada ginjal yang menyerang anak-anak,
penyebabnya adalah kelainan genetika artinya penyakit ini adalah penyakit bawaan. Tumor
Wilms sporadik berkaitan dengan 10% kasus dengan hemihipertrofi yang terisolasi atau
malformasi genitourinarius seperti hipospadia, kriptorkismus, dan fusi ginjal.

Dalam melakukan tindakan keperawatan seperti dalam pengkajian dan pemeriksaan


perawat harus lebih memperhatikan klien dan keluarganya karena klienya adalah anak-anak.
Karena selain Sifat klien anak-anak berbeda dengan klien yang dewasa klien anak juga
melibatkan keluarganya karean kemandirian dari anak-anak masih rendah
DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland ed 29. Jakarta : EGC. 2000

Sharer Patrics D, Yudith WA. Neoplasma Ginjal dalam Behrman, Klegman dan Arvin Ilmu
Kesehatan Anak Nelson volume 3 edisi 15. Jakarta : EGC. 2000

Prabowo, Eko & Eka, Andi Pranata. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Suriadi & Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai