Disusun oleh:
KELOMPOK 5
1. Sandicha (18 )
2. M.Anggi Rahmadika (1802035967)
JURUSAN D3 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada kami untuk dapat mengerjakan tugas mata kuliah Agama yang
berjudul “TAQWA DALAM KEHIDUPAN”.
Makalah ini diharapkan agar dapat menjadi bacaan para pembaca sehingga dapat menjadi
acuan kedepannya serta menambah wawasan keislaman.Makalah ini dibuat untuk mengetahui
hal hal yang berkaitan dngan ketaqwaan serta implementasinya dalam dalam kehidupan sehari
hari.
Dalam penulisan makalah ini,Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
penulis juga merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, kami mengharapkan ada
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata,kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini dengan tulus ikhlas.Semoga apa yang diharapkan penulis dapat dicapai
dengan sempurna Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi kita. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
BAB II ISI...........................................................................................................................
2.1 KESIMPULAN....................................................................................................
2.2 SARAN................................................................................................................
DAFATAR PUSTAKA.......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tindakan seseorang
untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-Nya. Asal-usul
taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dari kejahatan dan hal-hal yang meragukan
(syubhat).
Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi, “Bertaqwalah kamu sekalian
dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan
muslim”, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan,
disyukuri dan tidak dikufuri.
Taqwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya dan jika
kita tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Taqwa adalah tidak terus
menerus melakukan maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Taqwa kepada Allah adalah
jika dalam pandangan Allah seseorang selalu berada dalam keadaan tidak melakukan apa yang
dilarang-Nya, dan Dia melihatnya selalu.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah
menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”. Beliau
rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang hari,
sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada
Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang
diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka
itu adalah kebaikan di atas kebaikan
Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang datang
dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at, bukan dengan tata cara
yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di
mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik
ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan
orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu taqwa?
2. Bagaimana ruang lingkup taqwa?
3. Bagaimana ciri- ciri orang bertaqwa?
C. Tujuan Penulisan
1. Ingin mengetahui apa itu taqwa?
2. Ingin mengetahui bagaimana ruang lingkup taqwa?
3. Ingin mengetahui bagaimana ciri- ciri orang bertaqwa?
BAB II
PEMBAHASAN
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti takut, menjaga, memelihara
dan melindungi. Maka taqwa dapat diartikan sebagai sikap memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama islam. Taqwa secara bahasa berarti penjagaan/
perlindungan yang membentengi manusia dari hal-hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan.
Oleh karena itu, orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan
kesadaran dengan mengerjakanperintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya kerena takut
terjerumus ke dalam perbuatan dosa.
Taqwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu
dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-
perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang lain,
diri sendiri dan lingkungannya.
Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat penting dalam
agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan ukuran dari segala
pekerjaan seorang muslim.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah
menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”. Beliau
rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang hari,
sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada
Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang
diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka
itu adalah kebaikan di atas kebaikan.
Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang datang
dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at, bukan dengan tata cara
yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di
mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik
ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan
orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah
Seorang yang bertaqwa (muttaqin) adalah seorang yang menghambakan dirinya kepada
Allah SWT dan selalu menjaga hubungan dengannya setiap saat sehingga kita dapat menghindari
dari kejahatan dan kemunkaran serta membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah.
Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan ibadah secara sunguh-
sungguh dan ikhlas seperti mendirikan shalat dengan khusyuk sehingga dapat memberikan warna
dalam kehidupan kita, melaksanakan puasa dengan ikhlas dapat melahirkan kesabaran dan
pengendalian diri, menunaikan zakat dapat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan kita dari
ketamakan. Dan hati yang dapat mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari takabur
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Segala perintah-perintah Allah tersebut ditetapkannya
bukan untuk kepentingan Allah sendiri melainkan merupakan untuk keselamatan manusia.
Ketaqwaan kepada Allah dapat dilakukan dengan cara beriman kepada Allah menurut cara-
cara yang diajarkan-Nya melalui wahyu yang sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk
dan pedoman hidup manusia, seperti yang terdapat dalam surat Ali-imran ayat 138 yang artinya:
“inilah (Al-quran) suatu ketenangan bagi manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-
orang yang bertaqwa “. (QS. Ali-imran 3:138)
manusia juga harus beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat lima waktu, menunaikan
zakat, berpuasa selama sebulan penuh dalam setahun, melakukan ibadah haji sekali dalam
seumur hidup, semua itu kita lakukan menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.
Sebagai hamba Allah sudah sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-
Nya, bersabar dalam menerima segala cobaan yang diberikan oleh Allah serta memohon ampun
atas segala dosa yang telahdilakukan.
Selain kita harus bertaqwa kepada Allah dan berhubungan baik dengan sesama serta
lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga hati nuraninya dengan baik seperti yang telah
dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil, ikhlas,
berani, memegang amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa mengendalikan
hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia yang tidak dapat mengendalikan hawa
nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya menjadi budak nafsu belaka seperti yang tertulis
dalam Al-quran Surat Yusuf ayat 53 yang artinya:
“Dan aku tidak membebaskan diriku (berbuat kesalahan), sesungguhnya nafsu itu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali siapa yang diberi rahmat oleh tuhanku. Sesungguhnya tuhanku maha
pengampum lagi maha penyayang”. (QS. Yusuf 12:53)
Maka dari itu umat manusia harus bertaqwa kepada Allah dan diri sendiri agar mampu
mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan terhadap diri sendiri dapat ditandai dengan ciri-
ciri, antara lain :
1)Sabar
2)Tawaqal
3)Syukur
4) Berani
Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja yang datang
kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar dalam menjalani segala perintah
Allah karena dalam pelaksanaan perintah tersebut terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar
perintah itu bisa dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia juga harus selalu berusaha
dalam menjalankan segala sesuatu dan menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawaqal) karena
umat manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang menentukan, serta selalu bersyukur atas
apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam menghadapi resiko dari seemua perbuatan yang
telah ditentukan.
Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk bekerja keras
menggunakan tenaga dan pikirannya sehingga dapat menghasilkan barang yang bermanfaat bagi
manusia. Disamping itu, manusia bertindak pula sebagai penjaga dan pemelihara lingkungan
alam. Menjaga lingkunan adalah memberikan perhatian dan kepedulian kepada lingkungan hidup
dengan saling memberikan manfaat. Manusia memanfaatkan lingkungan untuk kesejahteraan
hidupnya tanpa harus merusak dan merugikan lingkungan itu sendiri.
Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan dengan sebaik-
baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat bermanfaat dan juga memeliharanya
agar tidak habis atau musnah. Fenomena kerusakan lingkungan sekarang ini menunjukan bahwa
manusia jauh dariketaqwaan. Mereka mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang
akan terjadi pada lingkungan itu sendiri dimasa depan sehingga mala petaka membayangi
kehidupan manusia. Contoh dari mala petaka itu adalah hutan yang dibabat habis oleh manusia
mengakibatkan bencana banjir dan erositanah sehingga terjadi longsor yang dapat merugikan
manusia.
Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus disyukuri
dengan cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Disamping itu alam ini juga adalah amanat yang harus dipelihara dan dirawat dengan baik.
Mensyukuri nikmat Allahdengan cara ini akan menambah kualitas nikmat yang diberikan oleh
Allah kepada manusia. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan diberi
azab yang sangat menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam akibat
eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerusakan manusia.
B. Ciri- ciri Orang Bertaqwa
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-yat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS.7:96)
Ciri- ciri Orang Taqwa Menurut Al-qur'an
A. Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang yang
bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut:
1. Beriman pada yang ghaib
2. Mendirikan salat
3. Menafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya
4. Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu.
5. Yakin kepada hari akhirat
Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan yang taqwa,
Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa melayu "salat" disebutnya juga sembahyang.Setiap
agama mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda, waktu dan tempat yang berbeda-beda.
B. Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-
orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :
A. Simpulan
Amal ibadah itu sama, ada yang lahir maupun yang batin adalah syariat. Kita beramal dan
bersyariat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk mendapat ridho, kasih sayang dan
kekuasaan Allah. Untuk mendapat pemeliharaan, perlindungan dan keselamatan dari Allah. Atau
dengan kata lain, untuk mendapat taqwa. Segala amalan itu untuk menambah taqwa. Kerana
Allah hanya menerima ibadah dari orang-orang yang bertaqwa. Allah hanya membela,
membantu dan melindungi orang-orang yang bertaqwa. Hanya orang-orang yang bertaqwa saja
yang akan selamat di sisi Allah Ta’ala.
Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat penting dalam
agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan ukuran dari segala
pekerjaan seorang muslim.
Taqwa tidak hanya berhubungan dengan Allah swt, tetapi juga berhubungan dengan
manusia dengan dirinya sendiri, antar sesama manusia, dan dengan Lingkungan Hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Fuady. (2006). Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Padang: ANGKASA RAYA.
Bakhtiar, Nurhasanah. (2013). Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum. Riau : Aswaja
Pressindo.
Islam, T. D. (2014). Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Padang : UNP Press.
Azra. Azumardi, Dr. Prof. Dkk, Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi
Umum: Jakarta. 2002
Cholid, M, Drs. M, M.Ag, dkk. Pendidikan Agama Islam untuk PerguruanTinggi,
Bandung:STPDN Press, 2003