Anda di halaman 1dari 37

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI


PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SALO
KABUPATEN PINRANG TAHUN 2016

IDHA LESTARI PUTRI

K111 13 528

Skripsi Ini Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Msyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
RINGKASAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
EPIDEMIOLOGI
MAKASSAR, Agustus 2017
IDHA LESTARI PUTRI “FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SALO KABUPATEN PINRANG”
Dibimbing oleh Dian Sidik Arsyad dan Indra
Dwinata (ix + 79 halaman + 16 tabel + 2 gambar + 4
lampiran)
Hipertensi dalam kehamilan adalah tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau
lebih yang terjadi saat kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan
morbiditas/ kesakitan pada ibu (termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru
(cairan di dalam paru), gagal ginjal akut, dan penggumpalan/ pengentalan darah di dalam
pembuluh darah) serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di
dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/ plasenta terlepas dari
tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan umur, pendidikan, paritas, paparan asap rokok, riwayat diabetes
mellitus, riwayat hipertensi, aktifitas fisik dan stres kehamilan terhadap kejadian
hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Salo, Kabupaten Pinrang Tahun
2016
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan
desain cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah 245 ibu hamil. Teknik
pengambilan sampel yang dilakukan adalah teknik simple random sampling dengan
jumlah sampel adalah 150 ibu hamil. Pengumpulan data diperoleh menggunakan
kuesioner. Analisis uji hubungan antar variabel menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa responden yang
menderita hipertensi sebanyak 88 orang (58.7%) sedangkan yang tidak hipertensi
sebanyak 62 orang (41.3%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa umur (p=0.000),
pendidikan (p=0.654), paritas (p=0,004), paparan asap rokok (p=0.627), riwayat DM
(p=0.200), riwayat HT (p=0.002), aktifitas fisik (p=0.019), stres kehamilan (p=0.013).
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada ada hubungan pendidikan, paparan asap rokok dan
riwayat DM dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil sedangkan ada hubungan umur,
paritas, riwayat HT, aktifitas fisik dan stres kehamilan dengan kejadian hipertensi pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang
Dengan demikian, ibu hamil yang menderita hipertensi selama kehamilan
diharapkan patuh terhadap saran yang dianjurkan oleh dokter atau petugas kesehatan agar
tekanan darah tetap normal

Daftar Pustaka : 36 buah


Kata Kunci : hipertensi, hipertensi dalam kehamilan.
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya yang senantiasa memberikan kesehatan dan kemampuan berpikir

kepada penulis. Salam dan shalawat kehadirat junjungan Nabi besar Muhammad

SAW.

Alhamdulillahirabbil’alamin, akhirnya penulisan skripsi dengan judul

”Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang Tahun 2016’’ dapat

terselesaikan, guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Skripsi ini penulis persembahkan

kepada kedua orang tua tersayang H. Alimin dan Hj. Darmawati Pasa serta

kakak Adhytia Perdana Putra, SE dan adik Indra Hijas Putra. Dan semua keluarga

atas segala cinta dan kasih sayang, dukungan, pengorbanan, kesabaran hati

memberikan doa yang tiada henti-hentinya, dan memberikan motivasi dalam

penyusunan skripsi ini sampai tahap akhir, terima kasih.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,

dukungan, motivasi dan doa dari berbagai pihak, baik saat menempuh pendidikan,

penelitian maupun saat penulisan skripsi ini dan hal ini merupakan sebuah

kebahagiaan dan kegembiraan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tak terhingga

kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, selaku Rektor Universitas
Hasanuddin Makassar.
2. Bapak Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin.

3. Bapak Ansariadi, Ph.D selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas

arahan dan perhatian yang diberikan.

4. Bapak Dian Sidik Arsyad, SKM, MKM selaku Pembimbing I dan Bapak

Indra Dwinata, SKM, MPH selaku Pembimbing II atas segala waktu, tenaga,

dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga

penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Irwandy, SKM, M.Sc.PH, M.Kes selaku Penasehat Akademik yang

telah memberikan motivasi dan arahan selama penulis mengikuti pendidikan

di bangku kuliah.

6. Jumriani Ansar, SKM, M,Kes selaku penguji dari Jurusan Epidemiologi, Ibu

dr. Devintha Virani, M.Kes, SP.GK selaku penguji dari Jurusan Gizi dan

Bapak Dr. Stang, M.Kes selaku penguji dari Jurusan Biostatistik yang telah

memberikan masukan serta saran dan kritik demi perbaikan skripsi.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama

penulis mengikuti perkuliahan.


8. Kepala Puskesmas Salo dan semua staf yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di wilayah kerja PKM Salo.

9. Kepada Om Taming, Tante Niar, Kak dirga dan Iqy atas bantuan dan doa

yang diberikan selama ini.

10. Untuk Tante Kecil Salmia dan Salpia yang selalu memberikan dukungan serta

doa selama ini.

11. Sahabat-sahabat saya Asmulyani Azis, Reski Hadriana, A. Alkanarianti dan

Ummul Chaerin Parman yang telah memberikan semangat, doa, dan

dukungan, terima kasih karena walaupun berjauhan kalian tetap selalu ada.

12. Untuk Akhmad Haeruddin, Mansyawi Ridwan dan Muh. Rifaldy atas segala

waktu, bantuan dan dukungan yang diberikan, terima kasih karena selalu

menyediakan telinga dan bahu saat saya sedang membutuhkan pendengar dan

sandaran.

13. Untuk Fitrah Yulianti, Putri Delima, Nadia Aisyah, Dechany Creamona dan

Fira Alfarinda yang telah menemani dalam suka dan duka di bangku kuliah.

14. Rekan-rekan mahasiswa FKM angkatan 2013 (REMPONG), yang selalu

memberikan semangat. Tak lupa ucapan terima kasih penulis kepada rekan-

rekan Departemen Epidemiologi dan teman-teman PBL Desa Lebangmanai

yang telah memberikan warna dimasa perkuliahanku.

15. Teman-teman KKN Reguler Gelombang 93 posko Tonronge, terima kasih

untuk semua persaudaraan dan pengalaman yang berharga yang telah kalian

berikan.
16. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya yang telah banyak

memberikan bantuannya dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat balasan dari Tuhan yang Maha Esa. Penulis menyadari sepenuhnya

skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik penulis

sangat harapkan demi penyempurnaan penulisan ini.

Makassar, Agustus 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
RINGKASAN..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................ixi
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................8
C. Tujuan...................................................................................................................8
D. Manfaat.................................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10
A. Tinjauan Tentang Hipertensi Pada Kehamilan.....................................................10
1. Faktor maternal........................................................................................11
2. Faktor kehamilan.....................................................................................15
B. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti.............................................................15
1. Umur Ibu.................................................................................................15
2. Pendidikan...............................................................................................16
3. Paritas.....................................................................................................14
4. Paparan Asap Rokok...............................................................................15
5. Riwayat Diabetes.....................................................................................21
6. Aktifitas Fisik..........................................................................................21
7. Stress Kehamilan.....................................................................................22
C. Tinjauan Tentang Ibu Hamil................................................................................23
D. Kerangka Teori....................................................................................................25
BAB III KERANGKA KONSEP..........................................................................26
A.Dasar Pemikiran Variabel...........................................................................26
B.Definisi Operasional...................................................................................31
C.Hipotesis Penelitian.................................................................................... 34
BAB IV METODE PENELITIAN.......................................................................37
A. Jenis Penelitian........................................................................................... 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................37
C. Populasi dan Sampel...................................................................................37

D. Pengumpulan Data......................................................................................39
E.Pengolahan dan Analisis Data.................................................................... 41
F.Penyajian Data............................................................................................44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................43
A. Hasil Penelitian.......................................................................................... 43
B. Pembahasan................................................................................................57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................................66
A. Kesimpulan.................................................................................................74
B. Saran...........................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 75
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Kontigensi.......................................................................................43


Tabel 2 Jumlah Staf Menurut Posisi Puskesmas Salo............................................47
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Umum di Wilayah Kerja
Puskesmas Salo Kabupateen Pinrang......................................................48
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang........................................................49
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan di Wilayah Kerja
Salo Kabupaten Pinrang...........................................................................50
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Usia Kehamilan di Wilayah
Kerja Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang..............................................50
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas
Salo Kabupaten Pinrang...........................................................................51
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Paparan Asap Rokok di Wilayah Kerja
Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang........................................................52
Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat DM di Wilayah Kerja
Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang........................................................52
Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang........................................................53
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Aktifitas Fisik di Wilayah
Kerja Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang..............................................53
Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kehamilan di Wilayah Kerja
Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang........................................................54
Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan Status Tekanan Darah di Wilayah
Kerja Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang..............................................55
Tabel 14 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur Kehamilan Status
Tekanan Darah di Wilayah Kerja Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang .
Tabel 1555 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Stres Kehamilan di
Wilayah Kerja PKM Salo Kabupaten Pinrang........................................56
Tabel 16 Hubungan Variabel Independen dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Salo Kabupaten Pinrang................59
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori Modifikasi: Mc. Carthy and Maine (1992) dan Teori
Mosley (1984)…...............................................................................
22
Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian.................................................................27
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal yaitu

120/80mmHg, hipertensi termasuk dalam masalah global yang melanda

dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun 2012

jumlah kasus hipertensi ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan

semakin tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau sekitar

29% dari total penduduk dunia. Secara global, 80% kematian ibu hamil yang

tergolong dalam penyebab kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan

karena terjadi perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca persalinan,

hipertensi pada ibu hamil (12%), partus macet (8%), aborsi (13%) dan karena

sebab lain (7%) (WHO, 2012).

Hasil dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

menyatakan bahwa sepanjang tahun 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak

naik. Pada tahun 2012 AKI mencapai 359 per 100.000 penduduk atau

meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007,

yaitu sebesar 228 per 100.000 penduduk. Hal ini disebabkan karena terjadinya

bumil risti (ibu hamil dengan risiko tinggi) yang salah satunya adalah terkena

hipertensi dalam kehamilan (SDKI, 2012). Kementerian Kesehatan

menjelaskan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya, terutama

apabila terjadi pada wanita yang sedang hamil. Hal ini dapat menyebabkan

kematian bagi ibu dan bagi bayi yang akan dilahirkan. Karena tidak ada gejala
atau tanda khas sebagai peringatan dini. Hipertensi dalam kehamilan atau

yang disebut dengan preeklampsia, kejadian ini persentasenya 12% dari

kematian ibu di seluruh dunia. Kemenkes tahun 2013 menyatakan bahwa

hipertensi meningkatkan angka kematian dan kesakitan pada ibu hamil

(Kemenkes, 2013).

Kasus tertinggi hipertensi terjadi pada seluruh wilayah Jawa Tengah

dengan jumlah 554.771 kasus (67,57%) pada tahun 2012. Kasus ini juga

termasuk hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia). Jumlah komplikasi pada

3 kehamilan sebanyak 126.806. Dari kasus ini, yang telah tertangani pada

tahun 2012 sebanyak 90,81% (Profil Jateng, 2012). Berdasarkan hasil survei

yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, menunjukkan bahwa

masyarakat yang ada di Pati memiliki pengetahuan tentang kejadian hipertensi

dalam kategori kurang baik, terutama bagi ibu hamil yang menderita

hipertensi dalam kehamilan. Sikap para ibu hamil kurang memperhatikan

kunjungan awal kehamilan (K1). Selain dari pengetahuan dan sikap yang

kurang baik, dari pola makan sehari-hari juga berpengaruh pada kejadian

hipertensi dalam kehamilan (Dinkes Pati, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Sirait (2012), diketahui bahwa hipertensi

pada ibu hamil merupakan penyebab utama kematian ibu atau janin dalam

kandungan. Persentase hipertensi dalam kehamilan sering terjadi pada daerah

pedesaan yaitu sebesar (15%). Hasil yang ditemukan sebanyak 8.341 ibu

hamil dengan (1,51%) dari usia 15-54 tahun, diperoleh prevalensi hipertensi

pada ibu hamil sebesar 1.062 kasus (12,7%). Umur dan sikap kesadaran diri
ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan awal kehamilan, sangat berpengaruh

terhadap kejadian preeklampsia (hipertensi dalam kehamilan). Dengan

pemeriksaan secara rutin pada awal usia kehamilan hingga usia akhir

kehamilan, maka dapat dilakukan deteksi dini tanda-tanda dan gejala pada

wanita, saat hamil tekanan darah wanita bisa mencapai 140/90 mmHg.

Hipertensi dalam kehamilan merupakan hipertensi yang terjadi pada saat

kehamilan berlangsung pada usia kandungan ≥20 minggu. Hal ini sering

terjadi pada wanita hamil dengan usia di bawah 20 tahun dan usia di atas 35

tahun. Hipertensi dalam kehamilan sering disebut dengan preeklampsia

(Tantan dan Marliani, 2007).

Hasil penelitian Nelawati Radjamuda 2014 bahwa kelompok umur <20

tahun mengalami kejadian hipertensi kehamilan (30,0%), lebih banyak

dibanding kelompok umur 20-30 tahun dan >35 tahun masing-masing (7,2%)

dan (18,4%) ibu hamil. Hasil uji statistik dengan chi-square didapatkan

p=0,002 (p<α=0,05) dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur

ibu hamil dengan kejadian hipertensi.

Hasil penelitian Sri Fuji Astuti 2015 mengemukakan bahwa ada hubungan

antara tingkat pendidikan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil

berdasarkan hasil uji chi-square diketahui p value sebesar 0,002. Sehingga

dapat diartikan bahwa ibu hamil yang memiliki pendidikan rendah dapat

mengalami kejadian hipertensi sebesar 3,548 kali lebih besar dibandingkan ibu

yang memiliki pendidikan yang tinggi.


Kelompok primipara yang mengalami kejadian hipertensi kehamilan

sebanyak (35,3%) yang tidak mengalami kejadian hipertensi (17,4%), lebih

kecil dibanding pada multipara mengalami kejadian hipertensi (20,3%). Hasil

uji statistik dengan chi-square didapatkan nilai p=0,000 (p<α=0,05). Secara

statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang antara paritas

dengan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil.

Orang yang terpapar asap rokok lingkungan secara umum menghadapi

senyawa yang sama seperti yang dihirup langsung oleh perokok aktif,

walaupun dengan konsentrasi dan pola waktu yang berbeda. Dengan demikian

dampak asap rokok tidak hanya dirasakan perokok sendiri (perokok aktif),

tetapi juga orang yang berada di lingkungan asap rokok (Environmental

Tobacco Smoke) atau disebut dengan perokok pasif. Jika ibu hamil

merupakan seorang perokok pasif, hal ini dapat meningkatkan risiko

terjadinya abortus, solusio plasenta, plasenta previa, insufisiensi plasenta,

kelahiran prematur, kecacatan pada janin, dan bayi berat lahir rendah

(Prawirohardjo, 2009).

Ibu hamil yang tidak ada riwayat hipertensi mengalami kejadian hipertensi

(6,8%), lebih kecil dibanding yang memiliki riwayat hipertensi mengalami

kejadian hipertensi sebanyak 101 orang (48,8%). Hasil uji statistik dengan chi-

square didapatkan hasil nilai p=0,002 (p<α=0,05). Secara statistik dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan

kejadian hipertensi pada ibu hamil.


Aktivitas atau olahraga sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, di

mana pada orang yang kurang aktivitas akan cenderung mempunyai frekuensi

denyut jantung lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras

pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa maka

makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Beberapa penelitian

memberikan kesimpulan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi.

Berdasarkan hasil peneliitian Risky Wulan Ramadani Taslim 2016

mengemukakan bahwa ada hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi

grade 1 dan 2 pada ibu hamil, dengan p-value 0,000 (<0,05). Berdasarkan

keterangan dari ibu hamil yang mengalami stres, bahwa berbagai macam

masalah yang mereka alami yaitu diantaranya masalah ekonomi, keluarga,

pekerjaan, dan rasa cemas terhadap kehamilan maupun persalinan yang akan

mereka jalani. Berbagai macam faktor dapat mencetus stres pada ibu hamil

yaitu ketidaknyamanan selama kehamilan (mual, muntah, konstipasi,

backache), pekerjaan, khawatir akan persalinan maupun kondisi bayi, dan

perubahan hormon.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang pada tahun 2016 ditemukan

sebanyak 1.209 ibu hamil dengan usia 18-40 tahun dan diperoleh prevalensi

hipertensi pada ibu hamil sebanyak 312 kasus. Data dari Puskesmas Salo

menunjukkan kasus hipertensi dalam kehamilan pada tahun 2016 terdapat 41

dari 245 ibu hamil yang tercatat dalam laporan puskesmas. Hal ini

menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil dengan hipertensi adalah cukup besar.
Tingginya kejadian hipertensi dalam kehamilan mempunyai kaitan erat

dengan angka kesakitan dan kematian pada janin, dan masih banyaknya faktor

risiko lainnya, terdapat juga pengaruh antara nutrisi dengan terjadinya

hipertensi pada ibu hamil, karena asupan nutrisi ibu hamil yang tidak

seimbang sehingga dapat menyebabkan sumber energi yang berlebihan. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi pada kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Salo,

Kabupaten Pinrang Tahun 2016.

Hipertensi pada saat hamil akan berdampak pada ibu dan janin.

Dengan tingginya tekanan darah maka arus darah akan mengalami gangguan

begitu pula pada organ ginjal, hati, otak, rahim dan juga plasenta. Ibu hamil

yang menderita hipertensi akan berdampak pada janin dimana nutrisi dan

oksigen akan mengalami kondisi abnormal. Hal ini disebabkan karena

pembuluh darah akan mengalami penyempitan. Berikut beberapa komplikasi

yang dapat terjadi:

1. Komplikasi Ibu:

a. Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian

dalam sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian,

dan merupakan komplikasi kehamilan yang serius namun jarang terjadi.

b. DIC –Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu keadaan

dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah,

menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan


berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan

perdarahan.

c. Gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal

mengalamipenurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama

sekali dalam halpenyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga

keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium

didalam darah atau produksi urin

d. Gagal hepar terjadi hanya dalam hitungan hari. Gagal hati akut

menyebabkan banyak komplikasi, termasuk perdarahan berlebihan dan

peningkatan tekanan di otak.

2. Komplikasi Anak:

a. PJT – Pertumbuhan Janin Terhambat adalah sebuah istilah yang

digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi di mana

berat janin tidak sesuai dengan masa kehamilan.

b. Prematuritas adalah suatu keadaan dimana bayi lahir sebelum usia

kehamilan mencapai 37 minggu (lebih dari 3 minggu sebelum tanggal

taksiran persalinan). Sekitar 12% bayi dilahirkan dalam keadaan

prematur.

c. Kematian perinatal kematian janin pada usia kehamilan 28 minggu atau

lebih ditambah dengan kematian bayi usia satu minggu. Kematian

perinatal adalah jumlah lahir mati ditambah dengan kematian bayi

dalam 7 hari pertama kehidupannya. Kematian perinatal merupakan

ukuran kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersbut, maka rumusan masalah

dari penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan antara umur ibu terhadap kejadian hipertensi pada

Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang tahun 2016?

2. Apakah ada hubungan antara pendidikan terhadap kejadian hipertensi pada

Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang tahun 2016?

3. Apakah ada hubungan antara paparan asap rokok terhadap kejadian

hipertensi pada Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang tahun 2016?

4. Apakah ada hubungan antara paritas terhadap kejadian hipertensi pada Ibu

hamil di PKM Salo Kab. Pinrang tahun 2016?

5. Apakah ada hubungan antara riwayat diabetes mellitus terhadap kejadian

hipertensi pada Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang tahun 2016?

6. Apakah ada hubungan antara aktifitas fisik terhadap kejadian hipertensi

pada Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang tahun 2016?

7. Apakah ada hubungan antara stress kehamilan terhadap kejadian hipertensi

pada Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang tahun 2016?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu

hamil di Puskesmas Salo Kab. Pinrang tahun 2016.


2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara Umur Ibu terhadap kejadian

hipertensi pada Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang.

b. Untuk mengetahui hubungan antara Pendidikan terhadap kejadian

hipertensi pada Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang.

c. Untuk mengetahui hubungan antara Paparan asap rokok terhadap

kejadian hipertensi pada Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang.

d. Untuk mengetahui hubungan antara Paritas terhadap kejadian

hipertensi pada Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang.

e. Untuk mengetahui hubungan antara Riwayat Diabetes terhadap

kejadian hipertensi pada Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang.

f. Untuk mengetahui hubungan antara Aktifitas Fisik terhadap kejadian

hipertensi pada Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang.

g. Untuk mengetahui hubungan antara Stress Kehamilan terhadap

kejadian hipertensi pada Ibu hamil di PKM Salo Kab. Pinrang.

D. Manfaat

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam

melakukan pemberdayaan kepada perempuan terutama ibu hamil untuk

menghindari hipertensi.

2. Manfaat Teknis

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan perbendaharaan pengetahuan

yang dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya.


3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini akan menjadi pengalaman berharga bagi peneliti dan

menambah ilmu pengetahuan terkait faktor yang berhubungan kejadian

hipertensi pada ibu hamil dan sebagai bahan refrensi untuk melakukan

penelitian sejenis dengan metode lain.atau untuk pengembangan penelitian

berikutnya dengan menambah variabel atau mengganti variabel bebas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Hipertensi Pada Kehamilan

Hipertensi merupakan suatu tekanan darah abnormal di dalam arteri.

Berdasarkan JNC VII, hipertensi tingkat 1 didapatkan jika tekanan darah

sistolik ≥140 dan atau diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi dalam kehamilan

adalah tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih yang terjadi saat

kehamilan. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak dua kali setelah

pasien beristirahat beberapa menit dengan menggunakan fase V Korotkoff

untuk menentukan tekanan diastolik. Gold standart untuk memeriksa tekanan

darah adalah memakai sphygmomanometer. Edema tidak lagi digunakan

sebagai kriteria diagnostik karena kelainan ini terjadi pada banyak wanita

hamil normal sehingga tidak lagi dapat digunakan sebagai faktor pembeda.

Menurut Prawirohardjo 2008, gangguan hipertensi pada kehamilan

diantaranya adalah:

a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan

20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur


kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca

persalinan.

b. Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan

disertai dengan proteinuria.

c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai

dengan koma.

d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik

di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.

e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul

pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang

setelah 3 bulan pascapersalin, kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa

proteinuria.

Faktor Resiko Hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan

multifaktorial. Beberapa faktor risiko dari hipertensi dalam kehamilan

adalah (Katsiki, 2010):

1. Faktor maternal

a. Usia maternal

Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30

tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada

usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian

maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari usia yang

kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap

remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami


hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35

tahun (Manuaba C, 2007)

b. Primigravida

Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan

pertama. Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan,

graviditas paling aman adalah kehamilan kedua sampai ketiga (Katsiki,

2010).

Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama

kali. Wanita yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam

mengalami persalinan sehingga dapat terjadi hipertensi dalam

kehamilan. umurnya dibawah 20 tahun disebut pimigravida muda. Usia

terbaik untuk seorang wanita hamil antara usia 20 tahun hingga 35

tahun. Sedangkan wanita yang pertama hamil pada usia diatas 35 tahun

disebut primigravida tua. Primigravida muda termasuk didalam

kehamilan risiko tinggi (KRT) dimana jiwa dan kesehatan ibu dan atau

bayi dapat terancam. Risiko kematian maternal pada primigravida muda

jarang dijumpai dari pada primigravida tua. Dikarenakan pada

primigravida muda dianggap kekuatannya masih baik. Sedangkan pada

primigravida tua risiko kehamilan meningkat bagi sang ibu yang dapat

terkena hipertensi (Manuaba, 2007).

c. Riwayat keluarga

Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan. Hal

tersebut dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan


hipertensi dalam kehamilan (Muflihan FA, 2012). Hipertensi pada

kehamilan dapat diturunkan pada anak perempuan sehingga sering

terjadi hipertensi sebagai komplikasi kehamilannya. Kerentanan

terhadap hipertensi kehamilan bergantung pada sebuah gen resesif.

Wanita yang memiliki gen angiotensinogen varian T235

memperlihatkan insiden gangguan hipertensi pada kehamilan lebih

tinggi. Kegagalan remodeling gen angiotensinogen tersebut

mempengaruhi reseptor angiotensin tipe 1 (AT1R) sehingga terjadi

aktivasi endotel dan vasospasme yang merupakan patofisiologi dasar

dari hipertensi kehamilan. Pada janin, terdapat cyclin-dependent kinase

inhibitor yang berperan sebagai regulator pertumbuhan. Mutasi pada

cyclin-dependent kinase inhibitor menyebabkan perubahan struktur

plasenta dan penurunan aliran darah uteroplasenta sehingga terjadi

peningkatan tekanan darah selama kehamilan.

d. Riwayat hipertensi

Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat

meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, dimana

komplikasi tersebut dapat mengakibatkan superimpose preeclampsi dan

hipertensi kronis dalam kehamilan (Manuaba, 2007). Hal ini sama

seperti teori yang dikemukakan oleh Karkata 2006 bahwa wanita yang

mengalami hipertensi (preeklampsi-eklamsi) pada kehamilan pertama

akan meningkat dan mendapatkan preeklampsia pada kehamilan

berikutnya.
e. Indeks massa tubuh

Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena

kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor

risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes

melitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung koroner,

reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan

kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan dengan adanya timbunan lemak

berlebih dalam tubuh (Muflihan FA, 2012).

f. Gangguan ginjal

Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu

hamil dapat menyebabkan hipertensi dalam kehamilan. Hal 12 tersebut

berhubungan dengan kerusakan glomerulus yang menimbulkan

gangguan filtrasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (Muflihan FA,

2012).

Perempuan hamil dengan hipertensi dalam kehamilan mempunyai

risiko yang tinggi untuk komplikasi yang berat seperti abruptio

plasenta, penyakit serebrovaskular, gagal organ, dan koagulasi

intravaskular. Preeklamsia dan eklampsia memberi pengaruh buruk

pada kesehatan janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero

plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel

pembuluh darah plasenta.


2. Faktor kehamilan

Faktor kehamilan seperti hamil amggur dan kehamilan ganda berhubungan

dengan hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsi dan eklampsi mempunyai

risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi

kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian preeklampsi dan satu kasus kematian

ibu karena eklampsi (Manuaba, 2007).

Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter

terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan

terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah

terhadap bahan vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi peka

terhadap bahan vasopresor. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa

peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipertensi

dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan

kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan,

sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu kehamilan.

B. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti

1. Umur Ibu

Umur adalah lama hidup seseorang di dunia ini dihitung sejak

tanggal dia dilahirkan (Simarmata, 2012). Menurut B. Hurlock (2010),

usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun dan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.


Bayi yang lahir dari ibu remaja menghadapi risiko jauh lebih tinggi

meninggal dibandingkan mereka yang dilahirkan oleh wanita berusia 20

hingga 24 tahun (WHO, 2014). Pada umur dibawah 20 tahun, rahim dan

panggul sering kali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya,

ibu hamil pada usia itu mungkin dapat mengalami persalinan lama/macet

atau gangguan lainnya karena ketidaksiapan ibu dalam menerima tugas

dan tanggungjawabnya sebagai orangtua. Ibu dianjurkan hamil pada usia

antara 20 – 35 tahun. Pada usia tersebut ibu lebih siap hamil secara

jasmani dan kejiwaan. Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah

menurun, akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai anak cacat,

persalinan lama dan pendarahan yang kemungkinan lebih besar

(Kemenkes RI, 2011 dalam Malati, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya bahwa umur yang

beresiko terkena hipertensi pada ibu hamil dengan usia <20 tahun atau >35

tahun. Hipertensi meningkat di umur muda, sehubungan dengan belum

sempurnanya organ-organ yang ada ditubuh wanita untuk bereproduksi,

selain itu faktor psikologis yang cenderung kurang stabil juga

meningkatkan kejadian preeklamsia di umur muda (Nelawati Radjamuda,

2014).

2. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam


memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam

berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih

berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.

3. Paritas

Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti

menghasilkan. Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan

melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa

melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya

dihitung sebagai satu kali paritas.

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh

seorang wanita. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan

grandemultipara (Prawirohardjo 2009). Paritas adalah jumlah kehamilan

yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu).

Pembagian paritas berdasarkan jumlah kehamilan yang dialami, yaitu:

a. Nulipara: Seorang wanita yang belum pernah menjalani kehamilan sampai

janin mencapai tahap viabilitas. Nullipara adalah seorang wanita yang

belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 28 minggu

atau belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup diluar rahim

(Manuaba, 2008).

b. Primipara: Seorang wanita yang sudah menjalani kehamilan sampai janin

mencapai viabilitas. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan

seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006)
c. Multipara: Seorang wanita yang sudah menjalani dua atau lebih kehamilan

dan menghasilkan janin sampai tahap viabilitas. Multipara adalah wanita

yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo,

2009). Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel

(hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008). Multigravida adalah wanita yang

sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2006)

d. Grandemultipara: Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5

orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan

dan persalinan (Manuaba, 2008).

Paritas pada ibu merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi

hingga preeklamsia. Paritas pertama berhubungan dengan kuranganya

pengalaman dan pengetahuan ibu dalam perawatan kehamilan. Paritas 2-

3 merupakan paritas paling aman. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih

dari tiga) merupakan paritas beresiko terjadinya preeklampsia. Ibu

dengan paritas tinggi (lebih dari 4) sudah mengalami penurunan fungsi

sistem reproduksi (Henderson, 2006).

4. Paparan Asap Rokok

Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia seperti karbon

monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), asam sianida (HCN), amonia

(NH4OH), acrolein, acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene, methanol,

coumarin, etilkatehol-4, dan ortokresol. Selain komponen gas ada

komponen padat atau partikel yang terdiri dari nikotin dan tar (TSCS-

IAKMI, 2008). Adapun menurut laporan surgeon general paparan asap


rokok adalah kombinasi asap dari ujung rokok yang terbakar dan asap

dihembuskan oleh perokok. Asap rokok mengandung lebih dari 7.000

bahan kimia. Ratusan bersifat toksik dan sekitar 70 komponen dapat

menyebabkan cancer (U.S. Department of Health and Human Services,

2010).

Karbon Monoksida (CO) merupakan gas beracun yang dapat

mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.

Selain itu akibat karbon monoksida yang terkandung dalam asap rokok

bagi ibu hamil (perokok pasif) karena suami merokok, dapat mengurangi

kerja haemoglobin yang seharusnya mengikat oksigen untuk diedarkan ke

seluruh tubuh. Nikotin merupakan zat utama dalam daun tembakau. Zat ini

adalah alkaloid beracun yang merupakan senyawa organik dan terdiri dari

karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen (Wang, 2001 dalam Anitayani,

2016). Nikotin dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pembuluh darah

yang berakibat terhambatnya aliran darah ke janin sehingga menghambat

suplai zat makanan yang diperlukan janin.

Secara umum perokok dapat dikategorikan menjadi dua yaitu perokok

aktif dan perokok pasif. Perokok aktif (active smoker) adalah orang yang

merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya

bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Perokok pasif

(passive smoker) adalah orang yang bukan perokok namun terpaksa

menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.

Menghirup asap rokok orang lain (perokok pasif) berbahaya bagi


kesehatan. Asap aliran samping adalah asap rokok yang berasal dari ujung

rokok yang terbakar, sedangkan asap aliran utama adalah asap rokok yang

telah dihisap oleh perokok lalu kemudian dihembuskan kembali ke udara.

Asap rokok orang lain (AROL) adalah asap yang keluar dari ujung

rokok yang menyala atau produk tembakau lainnya, yang biasanya

merupakan gabungan dengan asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.

Asap rokok terdiri dari asap utama (main stream) yang mengandung 25%

kadar bahan berbahaya dan asap sampingan (side stream) yang

mengandung 75% kadar bahan berbahaya. Perokok pasif mengisap 75%

bahan berbahaya ditambah separuh dari asap yang dihembuskan keluar

oleh perokok.

Dampak merokok kkibat dari kebiasaan merokok sangat berbahaya

bagi kesehatan dapat menimbulkan berbagai penyakit baik secara langsung

maupun tidak langsung antara lain menyebabkan perubahan struktur dan

fungsi saluran napas serta jaringan paru-paru akibatnya terjadi perubahan

anatomi saluran napas yang akan timbul pada perubahan fungsi paru-paru

dengan segala macam gejala klinisnya atau menyebabkan penyakit

obstruksi paru menahun (PPOM) seperti emfisema paru-paru, bronkitis

kronis dan asma yang penyebab utama timbulnya kanker paru adalah asap

rokok.

Jika ibu hamil merupakan seorang perokok pasif, hal ini dapat

meningkatkan risiko terjadinya hipertensi, abortus, solusio plasenta,


plasenta previa, insufisiensi plasenta, kelahiran prematur, kecacatan pada

janin, dan berat bayi lahir rendah (Prawirohardjo, 2009).

5. Riwayat Diabetes

Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan

metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat

suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari

insulin atau keduanya. Diabetes mellitus dapat menimbulkan perubahan

pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung), diabetes mellitus

mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih tersebar

sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih besar.

6. Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik berarti bergerak, baik bekerja maupun berolah raga.

Kurangnya aktifitas fisik menjadi faktor yang cukup besar untuk seseorang

mengalami berbagai macam penyakit. Olahraga yang baik adalah olahraga

yang bisa menggerakkan seluruh anggota tubuh sehingga seluruh jaringan

mempunyai kesempatan menjadi lebih elastis.

WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi -

termasuk kegiatan yang dilakukan saat bekerja, bermain, melakukan

pekerjaan rumah tangga, bepergian, dan terlibat dalam kegiatan rekreasi

(WHO, 2016). Pengukuran aktifitas fisik menggunakan International

Physical Actifty Questionnaire (IPAQ).


International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) merupakan

salah satu jenis kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur aktivitas

fisik seseorang. IPAQ berisikan pertanyaan yang meliputi jenis, durasi dan

frekuensi seseorang melakukan aktivitas fisik dalam jangka waktu tertentu

misalnya dalam 7 hari terakhir. Berbagai jenis aktivitas fisik tersebut

dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu aktivitas ringan, aktivitas

sedang dan aktivitas berat.

Pengukuran aktivitas fisik dapat dilakukan dengan cara mengukur

banyaknya energi yang dikeluarkan untuk aktivitas setiap menitnya.

Metode IPAQ memiliki kelebihan yaitu memiliki ketelitian yang tinggi

dan juga mudah di gunakan khususnya pada responden dewasa. Sebagai

standar yang dipakai adalah banyaknya energi yang dikeluarkan tubuh

dalam keadaan istirahat duduk yang dinyatakan dalam satuan METs

(Metabolic Equivalent Task). IPAQ menetapkan skor aktivitas fisik

dengan rumus:

METs/minggu = METs Level (jenis aktivitas) X Jumlah menit

aktivitas X Jumlah hari/minggu.

7. Stres Kehamilan

Stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap stressor. Respon

tubuh yang tidak spesifik meliputi, respon fisiologis, respon kognitif,

respon emosi dan respon tingkat laku. Termasuk kondisi hamil dapat

menyebabkan stres. Respon emosi yang dialami ibu hamil dapat berupa

perubahan mood dan ambivalensi selama kehamilan.


Stres juga sangat erat hubungannya dengan hipertensi. Stres

merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi, hubungan antara

stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan

saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).

Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap

tinggi (Suhadak, 2010). Dampak negatif stres dapat berakibat pada

kesehatan, adapun dampaknya adalah sebagai berikut depresi, obesitas,

demensia (kemerosotan daya ingat), sering infeksi, kanker payudara,

insomnia, penyakit jantung, alergi, mengurangi kesuburan, darah tinggi

dan stoke. Stres merupakan suatu pengaruh kekuatan yang cukup besar

terhadap suatu objek atau sistem, baik untuk merusak atau merubah

bentuknya. Stres berkaitan dengan adanya perubahan yang meliputi

perubahan fisiologik, kondisi pisikologik maupun tekanan lingkungan

Bieliauskas. Faktor stres seperti kurang tidur dapat memicu masalah

hipertensi dan dapat turun lagi pada saat tidur. Stres tidak menyebabkan

hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat menyebabkan kenaikan

tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi. Jika periode

stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh

darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap (Amir, 2002).

C. Tinjauan Tentang Ibu Hamil

Kehamilan adalah kondisi di mana seorang wanita memiliki janin yang

sedang tumbuh di dalam tubuhnya. Kehamilan biasanya berkisar 40 minggu

atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi sampai melahirkan.


Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus,

agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu

maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang

pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi beresiko tinggi.

(Purwaningsih dan Fatmawati, 2010)


25

D. Kerangka Teori

Determinan Kontekstual Determinan Antara Determinan Proksi


Status Kesehatan Gizi,Infeksi,riwayat Penyakit,Riwayat Komplikasi, Paparan asap
Status wanitarokok,
dalamStres
keluarga dan masyarakat
Kehamilan Hipertensi dalam kehamilan
Pendidikan,Pekerjaan, Keberdayaan
Status Reproduksi wanita.
Umur,Paritas,status Perkawinan
Komplikasi Pendarahan Infeksi
Preeklampsia/Eklampsia
Akses ke Yankes LokasiPelayanan KesehatanPuskesmas JangkauanPelayanan, Kualitas Pelayanan.

Perilaku Sehat PenggunaanKB, PemeriksaanAntenatal, Penolong Persalinan


atus Keluarga dalam Masyarkat
Kematian/Kecacatan
nghasilan, Kepemilikan, Pendidikan danPekerjaananggota keluarga

Faktor Tak Diketahui/ Tak Terduga

Status Masyarkat

Kesejahteraan, Sumber
daya (dokter, klinik)

Modifikasi: Mc. Carthy and Maine (1992) dan Teori Mosley (1984)

Anda mungkin juga menyukai