Anda di halaman 1dari 4

Persiapan bahan baku pembuatan gula tebu

Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tebu ini termasuk jenis rumput-
rumputan. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung. Umur
tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun.

Tebu dapat dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu.
Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian baru dibawa kepabrik untuk diproses
menjadi gula.

Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman tebu, proses ektrasi,
pembersihan kotoran, penguapan, kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, dan
sampai proses pengepakan sehingga sampai ketangan konsumen.

Ekstraksi

Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan
menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan
cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih
berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak
dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.
Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu, dinamakan
bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu
kecil dari lahan yang disebut sebagai “abu”.

Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)

Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan
mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke
lahan. Proses ini dinamakan liming.
Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses
penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus
dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian
dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus
mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap
dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.
Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya
dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi
dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang
manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

Penguapan (Evaporasi)

Setelah mengalami proses liming, proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus
menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup
dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya
pembersihan lagi.
Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh
(yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga
80%. Evaporasi dalam ‘evaporator majemuk’ (multiple effect evaporator) yang dipanaskan
dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati
kejenuhan (saturasi).

Pendidihan/ KristalisasiP

ada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat besar untuk
dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal
gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam
sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother
liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan
seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut
kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.

Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula
sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang
ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan
gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah
karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada
suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan.

Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah
produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut
menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol (etanol) . Belakangan
ini molases dari tebu di olah menjadi bahan energi alternatif dengan meningkatkan
kandungan etanol sampai 99,5%.

Penyimpanan

Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan
dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah
tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan
dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena
itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.

Afinasi (Affination)

Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan
cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan
“afinasi”. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian
sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi
hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil (‘magma’) di-sentrifugasi untuk
memisahkan kristal dari sirup sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan
kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi.

Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat
warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan
ini semua dikeluarkan dari proses.

KarbonatasiTahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk


membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap
ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang.

Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi
dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam
cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut.

Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus
berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk
dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan
yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi.
Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-
materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula
ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses
selanjutnya berupa penghilangan warna.
Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan
karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi
merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan
asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Penghilangan warna

Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya mengandalkan
pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah
satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC]
yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern
setingkat “bone char”, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan.

Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk
menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat
dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon.

Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih
sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin
dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan.
Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika
jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam
pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

Pendidihan

Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya
kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu
pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan
induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya.

Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang
berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas
dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

Anda mungkin juga menyukai