CNTH jrnl2
CNTH jrnl2
Disusun oleh:
Annisa Magfuroh
107104000039
1433 H/2012 M
i
SURAT PERNYATAAN
NIM : 107104000039
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi
yang berjudul :
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
Annisa Magfuroh
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ABSTRAK
Hasil penelitian menunjukan rata-rata nyeri yang dirasakan ibu pada kala I
fase aktif 3,45 yaitu lebih menyakitkan lagi (Skala maksimal 5). Analisis bivariat
diperoleh hasil faktor yang berhubungan dengan nyeri persalinan adalah usia (P
value=0,001), paritas (P value=0,000), pengalaman nyeri sebelumnya (P
value=0,000), induksi persalinan (P value=0,000). Sedangkan faktor tingkat
pendidikan tidak berhubungan dengan nyeri persalinan kala I fase aktif (P
value=0,530).
iii
STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCE
Factors Associated with Pain Labor Active Phase Stage I in General Hospital
District of Tangerang
ABSTRACT
The study was a quantitative study, using cross sectional design with
retrieval incidental sampling technique data. Sample is 64 people. Using
univariate and bivariate analysis. Bivariate analysis using an independent t-test
with α = 5%. Place of research in the labor room of Tangerang District General
Hospital. Instruments used in the form of questionnaires and observation sheets
with FPRS measurement scale (Face Pain Rating Scale).
The result show that the average pain felt by the mother at the first stage of
the active phase is more painful 3.45 (maximum Scale 5). The result of bivariate
analisis the factor associated with pain labor is age (P value = 0.001), parity (P
value = 0.000), previous experience of pain (P value = 0.000), induction of labor
(P value = 0.000) with labor pain first stage of the active phase. While there
education factor is no associated with the first stage of labor pain active phase (P
value = 0.530).
References : 32 (1998-2012)
iv
RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Telepon/Hp : 085694942297
Email : annisa_tehenca@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
(2007-2012)
v
PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI
Annisa Magfuroh
NIM 107104000039
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Tien Gartinah, MN
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Annisa. M
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah SWT pemilik segala apa yang ada di seluruh
alam semesta. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada kekasih tercinta
Persalinan Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun
2012”.
Penyususnan skripsi ini dapat berjalan dengan baik atas bantuan dari
berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. dr. Dr (hc) MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Jakarta.
4. Ibu Tien Gartinah, M.N., selaku ketua program studi Ilmu Keperawatan
5. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
viii
6. Ibu Yuli Amran S. KM, MKM selaku pembimbing II yang telah
motivasi.
9. Keluarga tercinta (Ibu, Bapak, Abang dan Adik), yang selalu memberikan
10. Sahabat-sahabat tersayang (Farizah, Ai, Ella, Anggun, Dawam, Tya, Santi,
Esa & Nia) yang selalu memberikan keceriaan dan bersedia mendengarkan
keluhan-keluhan penulis.
perkuliahan di Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
skripsi ini dapat bermanfaat khususnya untuk bidang keperawatan, dan untuk
pembaca umumnya.
Annisa Magfuroh
ix
DAFTAR ISI
ABSTRACK ....................................................................................................... iv
x
F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 10
A. Nyeri ......................................................................................................... 11
1. Definisi Nyeri ............................................................................... 11
2. Klasifikasi Nyeri .......................................................................... 12
3. Teori Terjadinya Rangsangan Nyeri ............................................ 13
4. Fisiologi Nyeri ............................................................................. 14
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri .................................... 15
B. Nyeri Persalinan ...................................................................................... 16
1. Definisi Nyeri Persalinan ............................................................. 16
2. Penyebab Nyeri Persalinan .......................................................... 17
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan .................. 18
4. Persalinan Kala I .......................................................................... 27
5. Skala Nyeri ................................................................................... 30
C. Kerangka Teori ......................................................................................... 34
xi
2. Tahap Pengumpulan Data ............................................................ 42
3. Teknuk Uji Instrumen .................................................................. 43
F. Pengolahan Data ....................................................................................... 43
1. Editing .......................................................................................... 44
2. Coding .......................................................................................... 44
3. Entry Data .................................................................................... 44
4. Cleaning Data ............................................................................... 44
G. Teknik Analisis Data ................................................................................ 44
H. Etika Penelitian ........................................................................................ 45
1. Prinsip-prinsip Etika Penelitian ................................................... 45
2. Masalah Etika Penelitian .............................................................. 46
xii
4. Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Tingkat Pendidikan pada
Kala I Fase Aktif ................................................................................ 59
5. Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Induksi Persalinan pada
Kala I Fase Aktif ................................................................................ 60
A. Kesimpulan .............................................................................................. 73
B. Saran ......................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di
RSU Kabupaten Tangerang ............................................................ 51
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di RSU
Kabupaten Tangerang ..................................................................... 51
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Usia Ibu di Ruang Bersalin RSU Kabupaten
Tangerang Tahun 2012 ................................................................... 52
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu di Ruang Bersalin RSU Kabupaten
Tangerang Tahun 2012 ................................................................... 53
Tabel 5.9 Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Usia Ibu pada Kala I Fase
Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012 . 56
Tabel 5.10 Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Paritas pada Kala I Fase
Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012 . 57
xiv
Tabel 5.12 Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Tingkat Pendidikan pada
Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang
Tahun 2012 ..................................................................................... 59
Tabel 5.13 Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Induksi Persalianan pada
Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang
Tahun 2012 ..................................................................................... 60
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
tahun 2000 masih sangat tinggi. Setiap tahun jumlah kelahiran bayi mencapai
sekitar 4,5 juta bayi, kurang lebih sekitar 4,5 juta ibu mengalami proses
konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir
pelebaran mulut rahim, hal itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi
mendorong janin untuk keluar sehingga banyak energi yang di keluarkan dan
Nyeri secara umum diartikan suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh
individu (Potter & Perry, 2006). Kozier, (2006) menjelaskan nyeri persalinan
bersifat unik karena nyeri persalinan berbeda dengan nyeri lainnya yaitu nyeri
persalinan merupakan bagian dari proses yang normal sedangkan nyeri yang
lain mengikuti kondisi patologis. Nyeri dalam persalinan dapat terlihat dari
xviii
dan menyebar sampai ke kaki (Dauatmaja, 2004). Rasa nyeri yang tidak
Maslikhanah, 2010).
sangat hebat, 30% nyeri sedang. Pada multipara 45% nyeri hebat, 30% nyeri
(2007), menemukan hanya 15% persalinan yang berlangsung tanpa nyeri atau
nyeri ringan, 35% persalinan disertai nyeri sedang, 30% persalinan disertai
nyeri hebat dan 20% persalinan disertai nyeri yang sangat hebat. Penelitian
bersalin mengalami nyeri sedang dan 46,7% mengalami nyeri persalinan yang
ibu pada saat melahirkan sangat berat dan menyakitkan bagi ibu.
Secara fisiologi nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase
laten dan fase aktif. Fase laten terjadi pembukaan sampai 3 cm, bisa
bahwa puncak nyeri terjadi pada fase aktif, di mana pembukaan menjadi
dari kontraksi uterus dan dilatasi serviks (Cunningham, 2005). Pada fase aktif
kontraksi uterus menjadi lebih lentur, lebih lama, dan lebih kuat sehingga
dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala I fase aktif sangat
xix
penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin dapat
adanya penyulit yang di akibatkan nyeri yang sangat hebat (Rusdiatin, 2007).
Fenomena yang terjadi saat ini, ditemukan bahwa beberapa ibu yang
mengalami proses persalinan kala I fase aktif mengeluhkan rasa nyeri dan
kontraksi yang sangat kuat serta rasa seperti ingin BAB. Beberapa ibu lain
yang jelas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurlaela (2008), didapatkan
medis. Operasi sesar tersebut dilakukan atas keinginan ibu sendiri karena
mereka beranggapan bahwa dengan operasi sesar ibu tidak akan mengalami
Rasa nyeri pada ibu bersalin dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
dan posisi ibu dan janin. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nyeri
xx
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan, faktor yang
pendidikan dan induksi persalinan. Usia ibu yang lebih muda memiliki
sensori nyeri yang lebih intens dibandingkan dengan usia yang lebih tua
(Rumbin, 2008). Intensitas kontraksi uterus pun lebih meningkat pada ibu
tinggkat nyeri yang lebih ringan dari pada ibu yang belum pernah merasakan
nyeri sebelumnya. Tingkat nyeri lebih ringan pula ditunjukan pada ibu yang
diakibatkan dari induksi persalinan adalah dua kali lipat dari pada nyeri akibat
Faktor yang tidak diteliti adalah budaya, hasil wawancara dengan kepala
berasal dari suku Sunda, sehingga peneliti tidak memasukan budaya sebagai
salah satu faktor untuk diteliti. Fakta lain bahwa pasien diruang bersalin tidak
yaitu lamanya persalinan, ini tidak diteliti karena membutuhkan waktu yang
xxi
menemukan skala ukur untuk faktor-faktor tersebut, danpasien punsulit untuk
Penurunan rasa nyeri merupakan salah satu kebutuhan ibu dalam proses
persalinan.
xxii
maternitas mempunyai tanggung jawab untuk membantu ibu dalam
Saat ini banyak cara yang digunakan dalam mengatasi nyeri saat
persalinan. Cara tersebut yaitu dengan tindakan farmakologi dan tindakan non
ibu dan juga pada janin. Tindakan non farmakologi antara lain relaksasi,
masase atau sentuhan terapeutik, hipnosis, akupuntur dan acupressur dan lain-
Rumah Sakit yang menerapkan salah satu teknik non farmakologi yaitu
upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif bagi pasien sesuai
dengan kebutuhan dan terjangkau oleh masyarakat luas. Sebagai rumah sakit
xxiii
bersalin pada tahun 2011 sebanyak 31,43% persalinan spontan, 19,88%
saat ini data tentang nyeri persalinan kala I fase aktif belum diketahui. Sesuai
fase aktif dengan menggunakan skala ukur Faces Pain Rating Scale (FPRS)
bahwa 65% ibu bersalin menyatakan nyeri yang sangat hebat dan 35% ibu
B. Rumusan masalah
persalinan. Nyeri dapat terlihat dari perubahan sikap, cemas, merintih bahkan
sampai meraung. Hal ini terjadi akibat adanya peregangan dan pelebaran
keluar sehingga dapat menimbulkan nyeri yang tidak tertahankan. Rasa nyeri
Fenomena saat ini, banyak wanita berfikir bahwa nyeri yang dialami
adalah bagian yang sangat besar yang harus dihadapi dalam persalinan
menyatakan 60% ibu bersalin merasakan nyeri yang sangat hebat dan 45% ibu
xxiv
yang merasakan nyeri hebat didapatkan pula dalam penelitian Rusdiatin
(2007).
nyeri persalinan kala I fase aktif di dapatkan hasil 65% ibu menyatakan nyeri
yang sangat hebat dan 35% ibu menyatakan nyeri sedang. Diduga terdapat
persalinan. Data tentang nyeri persalinan kala I fase aktif di RSU Kabupaten
C. Pertanyaan penelitian
3. Bagaimana hubungan usia dengan nyeri pada persalianan kala I fase aktif
xxv
6. Bagaimana hubungan tingkat pendidikan dengan nyeri pada persalinan
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
dengan nyeri pada persalinan kala I fase aktif di ruang bersalin RSU
Kabupaten Tangerang
aktif
fase aktif
xxvi
f) Mengidentifikasi hubungan pendidikan dengan nyeri persalinan kala I
fase aktif
E. Manfaat penelitian
Selain itu jadi bahan masukan bagi perawat maternitas tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan nyeri persalinan kala I fase aktif di RSU
Kabupaten Tangrang.
Hasil penelitian ini dapat sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan
yang tepat.
xxvii
F. Ruang lingkup penelitian
pada persalinan kala 1 fase aktif di ruang bersalin RSU Kabupaten Tangerang.
Subyek penelitian ini adalah ibu yang melahirkan pada kala I fase aktif yang
desain penelitian study cross sectional. Metode pengambilan data primer dan
sekunder berupa observasi, kuisioner dan rekam medis. Penelitian ini perlu di
nyeri persalinan kala I fase aktif, agar dapat memberikan asuhan keperawatan
dengan tepat.
xxviii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyeri
1. Definisi Nyeri
akibat dari rusaknya jaringan pada tubuh (Sudart & Brunner, 2001). Kozier
menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang
lain. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang
yang bersifat fisik dan atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada
jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang atau individu (Potter & perry
2006). Berbagai macam cara yang dilakukan oleh setiap orang untuk
sifatnya individual.
beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Nyeri
satu kesamaan dalam persepsi nyeri yaitu nyeri dapat diartikan sebagai
suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik sensori dan maupun emosional
yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain,
xxix
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk
mengkaji nyeri (Potter & Perry, 2006). Secara umum dapat disimpulkan
terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak
dan diikuti oleh reaksi fisik, fsikologis, maupun emosional. Nyeri yang tidak
2. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum terbagi dua yaitu nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mandadak dan cepat
merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu singkat dan berakhir kurang
dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri dikatahui secara jelas. Rasa nyeri
berlangsung atau menetap sampai enam bulan atau lebih, dan mengganggu
fungsi tubuh (Kozier, 2000). Nyeri kronik bersifat dalam, tumpul, diikuti
xxx
2008). Nyeri kronik merupakan nyeri yang konsisten yang menetap
sepanjang satu periode waktu dan tidak mempunyai awitan yang ditetapkan
dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak mempunyai
Sudarth, 2001).
3. Fisiologi Nyeri
dengan kerusakan jaringan dan pelepasan zat kimia ke dalam jaringan yang
prostaglandin. Zat kimia ini akan di terima mekanisme reseptor saraf yang
2005).
nyeri yang dirasakan berbeda-beda, bahkan pada ibu yang sama pun derajat
nyeri yang dirasakan pada setiap persalinan atau kala persalinan tida serupa.
dua yaitu nyeri uterus-serviks (nyeri akibat pergangan uterus bagian bawah
dan pembukaan serviks) dan nyeri perineal. Nyeri uterus serviks terdapat
xxxi
menyebabkan teregangnya bagian bawah uterus, terjadi pembukaan serviks
meningkatkan rasa nyeri (Mander, 2004). Nyeri ini ditingkatkan juga oleh
peningkatan tekanan janin dan cairan amnion pada segmen bawah uterus
dan serviks. Nyeri paling hebat dirasakan pada ahir kala I ketika pembukaan
Komariah, 2005).
Theory, dan Gate Control Theory. Teori dasar yang banyak digunakan
adalah teori Gate Control Theory (Asmadi, 2008). Teori ini didefenisikan
fisiologis dan psikologis yang unik dan bersifat individual. Teori gate
saraf dari serat perifer menuju sistem saraf pusat (Mander, 2003). Menurut
teori ini, sensasi nyeri dihantar sepanjang saraf sensoris menuju ke otak dan
(Mander, 2003).
xxxii
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
a) Arti Nyeri
Arti nyeri bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian
seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural, lingkungan dan
pengalaman.
b) Persepsi Nyeri
c) Toleransi Nyeri
xxxiii
ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat di pengaruhi oleh
masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut,
B. Nyeri persalinan
mengeluarkan bayi. Dimana rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah
ini berbeda beda yang dirasakan setiap ibu. Beberapa jam terakhir pada
yang terjadi selama proses persalinan. Rasa nyeri merupakan salah satu
xxxiv
menanggulangi nyeri tetapi metode yang sempurna untuk menghilangkan
perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit. Ekspresi sikap
pempuluh darah sehingga timbul nyeri. Vagina (jalan lahir) dan jaringan
I adalah akibat dilatasi seviks dan sagmen uterus bawah dengan distensi
lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen. Faktor
rahim (nyeri persalinan menjadi lebih hebat jika interval antara kontraksi
xxxv
singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim belum sepenuhnya pulih.
pada saraf di dan dekat leher rahim dan vagina, ketegangan dan
kontraksi dan turunnya bayi. Terjadi pula tekanan pada saluran kemih,
lama persalinan, pengalaman masa lalu, support system dan tindakan medik
(Handerson, 2006).
a) Paritas
xxxvi
Wanita primipara mengalami persalinan yang lebih panjang,
ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama, sehingga
xxxvii
b) Usia
Usia atau umur adalah lama waktu hidup sejak lahir (KBBI, 2001). Usia
ibu maka akan semakin nyeri bila dibandingkan dengan usia ibu yang
lebih tua. Intensitas kontraksi uterus lebih meningkat pada ibu lebih
lebih lama. Pada ibu multipara serviknya lebih lunak dari primipara
terhadap perbadaan usia yang lebih muda dengan usia yang lebih tua. Hal
itu disebabkan bahwa usia muda primipara memiliki sensori nyeri yang
persalinan adalah 20-35 tahun, dalam rentang usia ini kondisi fisik ibu
karena kondisi fisik belum 100% siap. Usia kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun tergolong dalam wanita hamil yang beresiko tinggi
xxxviii
yang beresiko 2,88 kali untuk terjadinya komplikasi persalinan dan
c) Budaya
agama tertentu, kesabaran adalah hal yang paling berharga dimata Tuhan.
xxxix
d) Mekanisme Koping
2003). Secara normal orang belajar mengatasi nyeri pada saat terjadinya
nyeri, dan menggunakan koping yang sama pada saat terjadi nyeri
e) Faktor Emosional.
Menurut Dick-read (1959). Bahwa rasa nyeri yang dihasilkan dari rasa
mental dan fisik (Bobak, 2005). Ketakutan terhadap sesuatu yang tidak
xl
diketahui adalah hal yang negatif mempengaruhi klien dan keluarganya.
Bila ibu mengerti nyeri yang terjadi dalam tubuhnya selama proses
emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut memperberat persepsi nyeri
f) Tingkat Pendidikan
dimiliki untuk mencapai perubahan tingkah laku yang baik. Jadi ibu yang
xli
berpendidikan tinggi lebih bisa mentoleransi terhadap nyeri yang
dialaminya.
g) Support System.
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna nilai nyeri antara ibu yang
didampingi oleh suami dan ibu yang tidak didampingi suami. Berbeda
h) Kelelahan
kondisi ibu dan janin, harapan ibu dan sikap koparatif (Martin, 2002). Ibu
xlii
Kelelahan terjadi karena perubahan pola tidur, kelelahan dapat merubah
dan memperbesar persepsi klien terhadap nyeri. Klien akan lebih tegang
(Mander, 2003).
i) Lama Persalinan.
Bila ibu besalin mengalami proses persalinan yang memanjang, maka ibu
rasa nyeri (Martin, 2002). Hasil penelitian Larosa (2009) bahwa ada
(Mochtar, 1995).
xliii
umumnya akan terasa lebih nyeri jika dibandingkan dengan pasien yang
selanjutnya.
k) Tindakan Medik
kontraksi menjadi lebih kuat, lebih tidak nyaman dari kontraksi yang
xliv
pemecahan ketuban, pemberian oksitosin, pemberian obat misoprostol,
yang di timbulkan pada persalinan normal dari rasa agak nyeri berlanjut
induksi persalinan adalah dua kali lipat dari pada nyeri kontraksi pada
persalinan normal.
4. Persalinan Kala I
dari pada waktu yang di perlukan untuk tahap kedua dan ketiga. Tahap
pertama persalinan dibagi menjadi tiga bagian yaitu fase laten, fase aktif,
dan fase transisi. Fase laten dimulai saat kontraksi yang teratur dan
xlv
ditunjukkan dengan pembukaan serviks yang sangat lambat sampai
4 sampai 6 jam tetapi tidak lebih 20 jam, sedangkan untuk multipara sekitar
4 jam tapi tidak lebih 14 jam. Kontraksi rahim terjadi selama fase laten
sampai 40 detik dan frekuensi setiap 10 menit. Rasa nyeri pada persalinan
iskemia uteri. Impuls nyeri selama kala I ditranmisikan oleh segmen saraf
wanita merasakan nyeri pada saat kontraksi saja dan bebas dari nyeri selama
relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti sensasi kram, sensasi sobek, dan
sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi servik, vagina
yang semakin lama, kuat dan sering. Pada multipara terkadang pembukaan
xlvi
mencapai 3, 4 atau bahkan 5 cm tanpa adanya kontraksi yang mengalami
nyerinya sedang dan biasanya terjadi sekitar sekali tiap 2-5 menit, dan
menjadi semakin kuat, serviks akan terus membuka dan kontraksi menjadi
tulang belakang, dan tulang pubic menerima tekanan kuat dari rahim.Berat
dari kepala bayi ketika bergerak ke bawah saluran lahir juga menyebabkan
Rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai puncak, kemudian
punggung bawah yang biasa atau kram saat haid. Kontraksi awal ini
xlvii
biasanya berlangsung singkat dan lemah. Datangnya kira-kira setiap 15-20
lebih dekat jarak waktunya. Banyak wanita yang awalnya merasa nyeri di
detik, atau jika tidak begitu kuat, dan jika tidak berdekatan waktunya,
berarti masih dalam tahap pra persalinan atau memasuki persalinan awal.
Dalam persalinan sejati, kontraksi akan bertambah kuat, panjang, dan makin
menit, juga lamanya his meningkat mulai dari 20 detik pada awal partus ibu
2002).
5. Skala nyeri
Menurut Potter & Perry (2005) terdapat beberapa skala nyeri yang
Skala pendeskripsi verbal merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga
samapai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di
xlviii
sampai “ Nyeri yang tidak tertahan”. Perawat menunjukan klien tentang
skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru
VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang
terus menerus. Skala ini memberikan kebebasan penuh pada klien untuk
nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik
pada rangkaian dari pada di paksa memilih satu kata (Potter & Perry,
2005).
sedang, sangat nyeri, tetapi masih dapat terkontrol dan sangat nyeri tetapi
xlix
Gambar 2.1
Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas nyeri ringan
pada pada skala 1-3, intensitas nyeri sedang pada skala 4-6, intensitas
nyeri berat nyeri pada skala 7-9, intensitas nyeri sangat berat pada skala
10 nyei tidak terkontrol. Cara penggunaan skala ini adalah : berilah tanda
salah satu angka sesuai dengan intensitas nyeri yang di rasakan pasien.
VAS merupakan pengukuran nyeri yang benar dan sah, dapat mendeteksi
2009).
Menurut Potter & Perry (2005) inetnsitas nyeri pada skala 0 tidak
terjadi nyeri, intensitas nyeri pada skala 1-3, rasa nyeri seperti gatal atau
tersetrum atau nyut-nyutan atau melilit atau terpukul atau perih atau
mulas. Intensitas nyeri pada skala 4-6, seperti keram atau kaku atau
l
tertekan atau sulit bergerak atau terbakar atau di tusuk-tusuk. Sangat
nyeri pada skala 7-9 tetapi masih dapat di kontrol oleh klien. Intensitas
Skala nyeri Oucher merupakan salah satu alat untuk mengukur intensitas
nyeri pada anak, yang terdiri dari 2 skala yang terpisah yaitu sebuah skala
dengan nilai 0-10 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang lebih besar
dan skala fotografik dengan 6 gambar pada sisi kanan untuk anak-anak
yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak dengan peningkatan rasa tidak
Gambar 2.2
li
d) Wong-Baker FACES Pain Rating Scale
Skala ini terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang
menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah
yang sangat ketakutan hal ini menunjukan adanya nyeri yang sangat
Gambar 2.3
dkk, 2001).
lii
C. Kerangka teori
liii
BAB III
A. Kerangka Konsep
berhubungan dengan nyeri persalinan kala I fase aktif perlu diketahui, agar
yang tepat. Di bawah ini dijelaskan tentang kerangka konsep yang akan
Faktor Internal :
Usia
Paritas
Pengalaman nyeri Nyeri persalinan kala
sebelumnya I fase aktif
Tingkat Pendidikan
Faktor Eksternal :
Induksi persalinan
faktor-faktor yang yang berhubungan dengan nyeri persalinan pada kala I fase
liv
peneliti tidak mengikutsertakan seluruh faktor, karena keterbatasan waktu,
RSU Kabupaten Tangerang berasal dari suku Sunda, sehingga peneliti tidak
memasukan budaya sebagai salah satu faktor untuk diteliti. Pasien diruang
bersalin pun tidak boleh didampingi oleh suami ataupun keluarga terdekat
Faktor lainnya yaitu lamanya persalinan, ini tidak diteliti karena membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk mengikuti persalinan ibu kala I. Faktor
emosional, kelelahan dan mekanisme koping tidak diteliti karena peneliti tidak
menemukan skala ukur untuk faktor-faktor tersebut, dan pasien pun sulit untuk
di ajak berkomunikasi.
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
aktif Scale)
lv
Usia Jumlah tahun Medical 0. High risk Kuesioner Ordinal
tahun terakhir
saat
pengambilan
data
sebelumnya
kepada ibu
selama proses
lvi
persalinan salah
satunya induksi
persalinan
dengan oksitosin
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara usia dengan nyeri persalinan kala I fase aktif di
2. Ada hubungan antara paritas dengan nyeri persalinan kala I fase aktif di
Tangerang
lvii
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008). Penelitian ini
1. Populasi
adalah semua ibu yang melahirkan pada kala I fase aktif di Ruang Bersalin
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
lviii
2007). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan
1) Semua ibu yang bersalin kala I fase aktif di Ruang Bersalin RSU
Kabupaten Tangerang
1) Grandemultipara
2) Sectio Sesarea
c. Jumlah Sampel
𝑛
2
𝑍1 − ∝ 2 2𝑃(1 − 𝑃) + 𝑍1 − 𝛽 𝑃1 1 − 𝑃1 + 𝑃2 1 − 𝑃2
=
(𝑃1 − 𝑃2)2
Keterangan:
5%)
lix
P2 = 78% (0,78) Proporsi penelitian berdasarkan paritas pada
= 29 orang x 2 = 58
d. Teknik Sampling
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
lx
primer diperoleh melalui observasi sedangkan data sekunder diperoleh
dari rekam medis untuk melihat data demografi ibu, yaitu berupa
1. Pengumpulan data
Kabupaten Tangerang.
lxi
c. Setelah itu peneliti meminta izin kepada kepala ruangan Kamar
sampling.
atas partisipasinya.
Validitas adalah suatu indeks yang menujukkan alat ukur itu benar-benar
dengan orang yang lebih ahli dalam bidangnya. Dalam penelitian ini,
hasil yang sama antara peneliti, bidan ruangan dan responden. Peneliti
lxii
pengukuran yang dilakukan oleh bidan ruangan dan yang terakhir
sampai mendapatkan hasil yang sama, dan didapatkan hasil yang sama
dan responden.
E. Pengolahan Data
1. Editing
2. Coding
data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat
4. Entry Data
5. Cleaning data
lxiii
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah
dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada
Analisa data yang digunakan adalah teknik univariat dan bivariat. Analisa
univariat adalah analisis yang dilakukan pada dua atau lebih variabel yang
hanya memiliki satu variabel terikat (Setiadi, 2007). Analisis digunakan untuk
frakuensinya.
variabel dependen. Analisis ini menggunakan uji beda dua mean (uji t-
mean dua kelompok data independen (Amran, 2012). Jika Pvalue ≤ 0,05,
bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika Pvalue >
lxiv
I. Etika Penelitian
a. Prinsip manfaat
pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek
penelitian.
lxv
c. Prinsip keadilan
terhadap manusia.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Informed consent
lxvi
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
c. Confidentiality (kerahasiaan)
lxvii
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada tahun 1928 didirikan sebuah Rumah Sakit Umum yang berlokasi di
sebuah ruangan bui (Penjara), dan sekarang menjadi lokasi Masjid Agung Al-
ke Jl. Daan Mogot No.3 dengan kapasitas 40 tempat tidur. Kapasitas tempat
tidur bertambah sampai 65 tempat tidur pada tahun 1943 yang dipimpin oleh
RSU pindah pada tanggal 5 Mei 1964dari Jl. Daan Mogot ke Jl. A. Yani
tempat tidur, dan penambahan gedung kantor untuk Tata Usaha, Poliklinik
oleh Dr. Willy Ranti sebagai direktur, tanggal 5 Mei 1964 ditetapkan sebagai
lxviii
m2 dan memiliki fasilitas perawatan dengan 383 tempat tidur, 27 jenis keahlian
Ruang bersalin merupakan salah satu ruangan yang ada di RSU Kabupaten
kurang lebih 20 orang per hari. Ruang bersalin terdiri dari beberapa ruang
tempat tidur, isolasi berkapasitas 3 tempat tidur dan ruang OSB (Orang Sakit
dan rehabilitatif bagi pasien yang sesuai dengan kebutuhan dan terjangkau
lxix
B. Analisis Univariat
FPRS (Face Pain Rating Scale) dengan skala minimal 0 artinya tidak
Tabel 5.1
Hasil Rata-Rata Pengukuran Nyeri Kala I Fase Aktif di Ruang
Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012
akselarasi didapatkan rata-rata nyeri pada ibu bersalin yaitu 2,72 artinya
dirasakan ibu yaitu 3,42 artinya lebih menyakitkan lagi sedangkan pada
fase deselarasi rata-rata nyeri ibu bersalin yaitu 4,48 artinya jauh lebih
fase akselarasi, fase dilatasi dan fase deselarasi. Puncak nyeri terjadi pada
lxx
12
10
Nyeri
6
Pembukaan
4 Kontraksi
0
1 2 3
Gambar 5.1
maka terjadi peningkatan pula terhadap nyeri dan kontraksi yang terjadi
pada ibu bersalin kala I fase aktif. Hasil pengukuran pertama pada fase
fase dilatasi rata-rata pembukaan 7,04 dengan rata-rata nyeri 3,42 dan
terlihat bahwa rata-rata nyeri mencapai 4,48 dan kontraksi 4,17. Semakin
tinggi pembukaan ibu pada proses persalinan maka nyeri dan kontraksinya
lxxi
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Nyeri Persalinan di Ruang
Bersalin RSU Kabupaten Tangerang
Tahun 2012
persalinan pada ibu bersalin pada persalinan kala I fase aktif adalah 3,45
lxxii
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Usia Ibu di Ruang
Bersalin RSU Kabupaten Tangerang
Tahun 2012
Dari tabel 5.4 diketahui usia ibu di Ruang Bersalin RSU Kabupaten
Tangerang tahun 2012. Usia ibu dikelompokan menjadi dua yaitu high
risk dengan usia < 20 tahun - >35 tahun sedangkan low risk yaitu 20
tahun – 35 tahun. Hasil yang didapatkan yaitu high risk (<20 tahun dan
>35 tahun) sebanyak 31,2% dan low risk (20-35 tahun) sebanyak 68,8%.
3. Gambaran Paritas
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Paritas di Ruang Bersalin
RSU Kabupaten Tangerang
Tahun 2012
lxxiii
sebanyak 38 responden (59,4%) dan ibu multipara yang mengalami
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Pengalaman Nyeri Sebelumnya
di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang
Tahun 2012
Pengalaman
Jumlah Persen
Nyeri
Tidak Ada 33 51,6
Ada 31 48,4
Total 64 100.0
nyeri.
lxxiv
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan di Ruang
Bersalin RSU Kabupaten Tangerang
Tahun2012
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Induksi Persalinan di Ruang
Bersalin RSU Kabupaten Tangerang
Tahun 2012
Dari tabel 5.8 diketahui sebagian besar jumlah responden yang tidak
lxxv
Sedangkan yang induksi persalinan yaitu sebanyak 15 responden
(23,4%).
C. Analisis Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep, analisa bivariat telah menguji hubungan
satu per satu antara variabel independen dengan variabel depanden. Variabel
pendidikan dan induksi persalinan terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif.
1. Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Usia Ibu pada Kala I Fase
Aktif
Tabel 5.9
Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Usia pada Kala I Fase Aktif
di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012
Nyeri Persalinan Mean SD PValue N
Usia Ibu
high risk (<20->35) rata-rata terdapat pada skala 4,00 artinya jauh lebih
menyakitkan dengan standar deviasi 0,725. Ibu yang berusia 20-35 dalam
kategori low risk memiliki tingkat nyeri pada skala 3,20 artinya lebih
ibu yang berusia (<20->35 tahun) high risk lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu yang berusia (20-35 tahun) low risk. Dari hasil uji statistik
lxxvi
diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,001, artinya pada alpha 5% terdapat
perbedaan nyeri persalinan antara ibu yang memiliki usia high risk
Paritas
dengan standar deviasi 0,16. Pada Ibu multipara merasakan nyeri pada
rata-rata nyeri 2,69 artinya lebih menyakitkan lagi dengan standar deviasi
0,618. Rata-rata nyeri yang terjadi pada ibu primipara lebih tinggi yaitu
3,97 dibandingkan dengan rata-rata nyeri yang terjadi pada ibu multipara
yaitu 2,69. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000,
lxxvii
3. Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Pengalaman Nyeri
Sebelumnya pada Kala I Fase Aktif
Tabel 5.11
Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Pengalaman Nyeri
Sebelumnya pada Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten
Tangerang Tahun 2012
Nyeri Persalinan Mean SD PValue N
Pengalaman Nyeri
yaitu pada skala 4,09 artinya jauh lebih menyakitkan dengan standar
deviasi 0,687. Pada Ibu yang tidak beresiko pada skala 2,77 artinya lebih
nyeri persalinan kala I pada ibu yang tidak memiliki pengalamn nyeri
0,000, artinya pada alpha 5% terdapat perbedaan nyeri antara ibu yang
lxxviii
4. Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Tingkat Pendidikan pada
Kala I Fase Aktif
Tabel 5.12
Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Tingkat Pendidikan pada
Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun
2012
Nyeri Persalinan Mean SD PValue N
Tingkat Pendidikan
pendidikan rendah pada skala 3,49 artinya jauh lebih menyakitkan lagi
dengan standar deviasi 0,880. Pada Ibu yang memiliki tingkat pendidikan
tinggi pada skala 3,31 artinya jauh lebih menyakitkan lagi dengan standar
deviasi 1,109. Terlihat bahwa rata-rata nyeri yang terjadi pada ibu yang
dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu 3,31. Dari hasil
uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,530, artinya pada alpha
lxxix
5. Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Induksi Persalinan pada
Kala I Fase Aktif
Tabel 5.13
Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Induksi Persalinan pada
Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun
2012
Nyeri Persalinan Mean SD PValue N
Induksi Persalinan
standar deviasi 0,507. Pada Ibu yang tidak beresiko terhadap nyeri pada
skala 3,10 artinya jauh lebih menyakitkan lagi dengan standar deviasi
1,714. Terlihat bahwa rata-rata nyeri yang terjadi pada ibu yang dilakukan
induksi persalinan jauh lebih tinggi yaitu 4,60 dibandingkan dengan rata-
rata nyeri yang terjadi pada ibu yang tidak di berikan induksi persalinan
yaitu 3,10. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000,
artinya pada alpha 5% terdapat perbedaan nyeri antara ibu yang beresiko
lxxx
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Ketarbatasan Penelitian
potong lintang yang memiliki kelemahan rawan terhadap bias, kerena pada
dapenden hanya satu kali secara bersamaan (pada periode yang sama).
Sehingga tidak ada tindak lanjut dan tidak bisa melihat adanya hubungan
dalam penelitian ini karena peneliti sulit untuk mengetahui rasa nyeri yang
lxxxi
B. Gambaran Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
nyeri selama proses persalinan tersebut berlangsung. Nyeri yang timbul pada
secara fisiologis maupun psikologis bagi ibu dan janin (Kozier, 2000).
pembukaan atau dilatasi serviks dan tekanan janin (Durham, 2002). Perasaan
nyeri pada waktu kontraksi uterus juga sangat subyektif tidak hanya tergantung
pada intensitas kontraksi uterus juga tergantung pada keadaan mental ibu
aktif persalinan terbagi kedalam 3 fase yaitu fase akselarasi dalam waktu 2
jam pembukaan mencapai 3-4, fase dilatasi pebukaan menjadi cepat mencapai
(Face Pain Rating Scale) dengan skala minimal 0 dan maksimal 5. Didapatkan
lxxxii
rata-ratanya nyeri persalinan pada fase akselarasi yaitu 2,72, pada fase dilatasi
yaitu 3,42 sedangkan pada fase deselarasi yaitu 4,48. Terlihat bawha terjadi
peningkatan nyeri pada kala I fase aktif. Rata-rata nyeri paling tingggi
dirasakan ibu terjadi pada fase akselarasi yaitu 4,48. Sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Rukiyah (2009), bahwa puncak nyeri terjadi pada ahir kala I
yaitu fase aktif dimana pembukan menjadi lengkap yaitu mencapai 10.
Seiring dengan pembukaan yang meninggat, maka nyeri dan kontraksi pun
semakin kuat (Rukiyah, 2009). Nyeri tersebut berasal dari kontraksi uterus,
sehingga kontraksi menjadi lebih lentur, lebih lama dan kuat sehingga nyeri
yang dirasakan semakin hebat (Cunningham, 2005). Sesuai dengan hasil yang
ibu merasakan nyeri berat. Hasil yang didapatkan sejalan dengan penelitian
mengalami nyeri sedang dan 46,7% mengalami nyeri persalinan yang berat.
Dari kedua penelitian tersebut tidak ada ibu yang merasakan nyeri ringan, akan
Penelitian terkait dilakukan oleh Reeder (1997) bahwa sebagian ibu yang
berat atau nyeri yang tidak tertahankan. Hasil penelitian lain yang mendukung
lxxxiii
adalah Ajartha (2007), menemukan hanya 15% persalinan yang berlangsung
tanpa nyeri atau nyeri ringan, 35% persalinan disertai nyeri sedang, 30%
persalinan disertai nyeri hebat dan 20% persalinan disertai nyeri yang sangat
hebat.
Usia atau umur adalah lama waktu hidup sejak lahir (KBBI, 2001). Usia
persalinan kala I. Variabel usia dikelompokkan menjadi dua yaitu High risk
yaitu pada usia <20 tanhun - >35 tahun, dan Low risk pada usia 20 tahun – 35
tahun. Pada usia <20 - >35 tahun merupakan usia yang beresiko tinggi tarhadap
komplikasi persalinan dan ketidak nyamanan akibat nyeri yang timbul (Astuti,
persalinan karena usia tersebut dalam rentang kondisi prima. Rahim sudah
High risak (<20 - >30 tahun) sebanyak 31,2% dan low risk (20-35 tahun)
sebanyak 68,8%. Sebagian besar responden yang didapatkan yaitu pada usia
20-35 tahun atau disebut Low risk. Jadi 31,2% responden yang beresiko
terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif. Menurut Astuti (2008) bahwa usia
yang dianggap aman untuk menjalani persalinan yaitu usia 20-35 tahun
persalinan pada ibu yang High risk yaitu 4,00 dan pada usia ibu Low risk yaitu
lxxxiv
3,20. Rata-rata nyeri yang dirasakan ibu dengan usia High risk lebih tinggi
dibandingkan dengan usia ibu pada Low risk. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Komariah (2005) bahwa usia ibu < 20 lebih beresiko
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu
dengan nyeri persalinan kala I fase aktif. Sejalan dengan penelitian yang
Komariah (2005), menyatakan bahwa usia yang lebih muda atau <20 tahun
memiliki intensitas nyeri yang lebih tinggi, hal ini disebabkan karena usia
bahwa usia mempengaruhi derajat nyeri persalinan, semakin muda usia ibu
(<20 tahun) maka akan semakin nyeri bila dibandingkan dengan usia ibu yang
lebih tua. Menurut Ladewig (1998) dalam Rumbin (2008), dikatakan bahwa
sebagai ibu, usia juga menentukan kesiapan dalam memutuskan dan bertindak
yang dalam hal ini kesiapan seorang ibu bersalin dalam menghadapi
persalinannya.
persalinan untuk selalu rutin dalam melakukan kunjungan antenatal care. Hal
ini dimaksudkan agar tiap ibu dapat menerima informasi yang diberikan oleh
lxxxv
kelak. Sehingga tiap ibu yang akan bersalin dapat mempunyai gambaran
penunjang timbulnya rasa tidak nyaman atau nyeri. Sedangkan bagi multipara,
rasa nyeri tersebut berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang pernah
Hasil analisis bivariat didapatkan rata-rata nyeri pada ibu primipara lebih
tinggi yaitu 3,97 dibandingkan dengan rata-rata nyeri pada ibu multipara yaitu
2,69. Terlihat bahwa nyeri pada ibu primipara lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu multipara hal ini disebabkan ibu multipara pernah mengalami
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat nyeri antara ibu primipara
dengan nyeri persalinan kala I fase aktif. Sejalan dengan penelitian yang
lxxxvi
paritas dengan nyeri persalinan kala I. Hasil yang didapatkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna antara intensitas nyeri ibu primipara dengan ibu
multipara. Selain itu juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan mekanisme
pembukaan serviks yaitu pada primipara ostium uteri internum akan membuka
lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, sedangkan pada
multipara ostium uteri internum sudah sedikit membuka, ostium uteri internum
dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang
dengan primipara (Wiknjosastro, 2005). Hal ini sesuai dengan teori yang
dibadingkan multipara.
Oleh karena itu dikarenakan setiap persalinan selalu disertai rasa nyeri
pijatan pada punggung atau teknik relaksasi pada pernapasan dengan demikin
lxxxvii
sebanyak 51,6%. Jadi 51,6% ibu beresiko terhadap nyeri persalinan yang akan
dirasakan ibu yang tidak memiliki pengalaman nyeri sebelumnya lebih tinggi
sebelumnya yaitu 2,77. Sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Kozier
dengan nyeri persalinan kala I fase aktif. Sejalan dengan penelitian Rusdiatin
sebelumnya dengan nyeri persalinan kala I. Hal ini dibuktikan dengan tinggi
derajat nyeri yang dirasakan ibu pada ibu yang tidak memiliki pengalaman
selanjutnya.
Rusdiatin (2007), bahwa seseorang yang telah mengalami nyeri berulang dan
persiapan yang lebih baik untuk menghadapi perasaan nyeri yang selanjutnya.
Oleh sebab itu tingkat nyeri pada responden yang memiliki pengalaman
lxxxviii
sebelumnya akan lebih ringan dibandingkan dengan responden yang tidak
individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang
akan datang, cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak
kejadian nyeri selama rentang kehidupannya, bagi beberapa orang nyeri masa
lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri
lebih memperhatikan ibu dalam proses persalinan kala I fase aktif, dikarenakan
mampu memberikan motivasi kepada ibu agar dapat melewati proses tersebut
dengan aman dan nyaman dengan cara mengajarkan beberapa teknik non
Fase Aktif
seumur hidup (Tawi, 2008). Menurut Azwar (1996) dalam Tawi (2008)
lxxxix
pendidikan juga dapat mendewasakan seseorang sehingga dapat memilih dan
20,3% ibu dengan pendidikan tinggi. Sehingga 79,7% ibu yang beresiko
terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif lebih banyak dibandingkan dengan
ranya nyeri yang dirasakan ibu yang memiliki pendidikan rendah tidak jauh
berbeda dengan rata-rata nyeri yang dirasakan ibu yang memiliki pendidikan
tinggi. Rata-rata nyeri pada ibu yang memiliki pendidikan rendah yaitu 3,49
Didapatkan pula nilai p lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan nyeri persalinan
kala I fase aktif. Peneliti mendapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan rendah
dan tinggi tidak ada hubungannya dengan nyeri persalinan kala I fase aktif.
hubungan antara tingkat pendidikan dengan nyeri persalinan kala I dimana nilai
p lebih besar dari 0,05. Hal ini tidak sejalan dengan yang dikatakan oleh
dengan tingkat pendidikan rendah mengalami nyeri hebat karena itu semua
xc
tergantug pada kesiapan ibu tersebut untuk menghadapi nyeri yang akan
dihadapinya.
(Achadiat, 2004). Salah satu faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi nyeri
Jadi 23,4% ibu yang beresiko terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif.
dirasakan ibu yang dilakukan induksi persalinan jauh lebih tinggi yaitu 4,60
nyerinya yaitu 3,10. Ibu yang dilakukan induksi merasakan nyeri lebih tinggi
Didapatkan pula nilai p lebih kecil dari α sehingga dapat disimpulkan ada
hubungan antara induksi dengan nyeri persalinan kala I fase aktif. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Danuatmaja (2004) yaitu nyeri
yang diakibatkan dari induksi persalinan adalah dua kali lipat dari pada nyeri
menyebabkan kontraksi menjadi lebih kuat, lebih tidak nyaman dari kontraksi
xci
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Nurlaela (2008)
normal dari rasa agak nyeri berlanjut sampai nyeri yang tidak tertahankan dan
adalah nyeri yang datang tiba-tiba setelah beberapa menit dilakukan induksi
Dikarenakan nyeri akibat induksi persalinan dua kali lebih nyeri dari pada
rasa aman dan nyaman bagi ibu tersebut dengan menciptakan situasi yang
kondusif.
xcii
BAB VII
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini, ibu bersalin pada kala I fese aktif di ruang bersalin
pada sakala 3,45. Sedangkan pada fase akselarasi mengalami nyeri rata-
rata pada skala 2,72, pada fase dilatasi rata-rata nyeri yang dirasakan yaitu
3,42 sedangkan pada fase deselarasi yaitu rata-rata nyeri pada skala 4,48.
a. Menurut usia, ibu yang tergolong High risk (<20 tahun - >35 tahun)
sebanyak 31,2% dan low risk (20 tahun - 35 tahun) sebanyak 68,8%.
persalinan 76,6%.
xciii
3. Hasil penelitian didapat bahwa dari lima variabel yang diteliti, 1 variabel
B. Saran
b. Memebrikan motivasi pada ibu agar ibu bisa menerima nyeri yang
besar terhadap nyeri persalinan seperti pada ibu usia muda, ibu
primipara, ibu yang belum memiliki pengalaman nyeri dan ibu yang
xciv
2. Untuk Peneliti Selanjutnya
secara signifiksna dengan nyeri persalinan kala I fase aktif yaitu usia,
persalinan kala I fase aktif yang tidak diteliti dalam penelitian ini serta
dirasakan oleh ibu pada kala I fase aktif dalam proses persalinannya.
xcv
DaftarPustaka
xcvi
Bersalin. Tesis : Program Magister Keperawatan Universitas Indonesia,
2009.
Kartono, K. Psikologi Wanita. Bandung : Mandar Maju, 1992.
Komariah, E. Pengaruh Perilaku Suportif Perawat dan Bidan Terhadap Intesitas
Nyeri Persalinan Pada Ibu Intra Partum Kala I di RS. Hasan Sadikin dan
RS. Cibabat Bandung. Tesis. Program Magister Keperawatan Universitas
Indonesia, 2005.
Kozier, B. Buku Ajar Keperawatan Klinis. Ed 5. Jakarta : EGC, 2009.
Larosa, P. Perbedaan Lama Persalinan antara Primipara dengan Multipara di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. FK Universitas Sebelas Maret, 2009.
Mander, R. Nyeri persalinan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004.
Mochtar, R. Sinopsis Obsterti : Obstetric Fisiologi, Obstertri Patologi edisi.2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998.
Maslikahanah. Penerapan Teknik Pijat Effleugare sebagai Upaya Penurunan
Nyeri Persalinan pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif. Tesis. Unuversitas
11 Maret, 2010.
Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta, 2002.
Nurlaela, E. Pengalaman Primipara yang Dilakukan Induksi Persalinan di
Rumah Sakit Islam Pekajangan Pekalongan. Tesis : FKUI, 2008.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika, 2008.
Potter, P.A dan Perry, A.G. Bukuajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik Volume 1. Ed. 4. Jakarta : Penebit Buku Kedokteran
EGC, 2005.
Prawiroharjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2009.
Risanto, W. Pengaruh Dukungan Psikososial selama Persalinan Terhadap Rasa
Nyeri saat Persalinan, Lama Persalinan dan Kecemasan. Yogyakarta.
UGM, 2010.
Rukiyah, A. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta Timur: Trans Info Media,
2009.
Rumbin, P. Studi Tentang Nyeri Persalinan Berdasarkan Umur dan Paritas di
RSUD Dr. Soewanhdie Surabaya. Surabaya : Depkes RI, 2008.
Rusdiatin, I. Pengaruh Pemberian Teknik Akupresur Terhadap Tingkat Nyeri
Persalinan Kala I di Rumah Sakit Rajawali Citra Pototonobanguntapan
Bantul 2007. Stikes Surya Global Yogyakarta, 2007.
xcvii
Saifuddin, A. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal. Jakarta. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiriharjo,
2006.
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu,
2007.
Sherwen, L. Maternity Nursing Care of The Childbearing Family 2nd ed.
Norwalk: Appleton & Lange, 1999.
Simkin, P. Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC, 2005.
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Sudarth. Ed.8
Vol. 3. Jakarta. EGC, 2001.
Pilliteri, A. Maternal and Child Health Nursing: Care of the Chilbearing Family
(4th ed). Philadelphia: Lippincontt, 2003.
Potter, P. Fundamental Keperawatan. Vol : 2. Jakarta. EGC, 2006.
Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2005.
Yumni, H. Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Proses Persalinan Kala I di
4 Klinik Bersalin Sidoarjo & Surabaya. Tesis : Program Magister
Keperawatan Universitas Indonesia, 2006.
xcviii
LEMBAR PERSETUJUAN
Assalamualaikum.WR. WB
Assalamualaikum.WR. WB
TTD
Hormat Saya,
(Peneliti)
Annisa Magfuroh
xcix
KUESIONER PENELITIAN
A. Data Demografi
Petunjuk : Jawaban akan diisi oleh peneliti berdasarkan data dari medical
record dan observasi langsung pada ibu kemudian dituliskan pada nomor
yang disediakan.
Tanggal Penelitian :
No Pertanyaan Skor
1 Usia ibu
1. 20 tahun – 35 tahun
0. Primipara
1. Multipara
0. Tidak ada
1. Ada
0. Rendah (<SMA)
1. Tinggi (>SMA)
c
0. Ada
1. Tidak ada
dilatasi dan deselarasi) menggunakan skala nyeri FPRS (Face Pain Rating
Pembukaan (.......)
Pembukaan (.......)
Pembukaan (.......)
ci
Keterangan :
sedang kontraksi.
(Hurta Little More) karena ada fase menahan nyeri yaitu hanya
sambil mengeliat.
cii
perut pinggang secara tidak menentu, tampak
(merintih).
balik.
ciii
LAMPIRAN
ANALISIS UNIVARIAT
Nyeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Usia Ibu
Usia ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Paritas
Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
civ
Pengalaman nyeri persalinan
Pengalaman nyeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Induksi Persalinan
Induksi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
cv
ANALISIS BIVARIAT
Group Statistics
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper
cvi
Paritas*Nyeri Persalinan
Group Statistics
nyeri Equal variances assumed .035 .853 7.424 62 .000 1.281 .173 .936 1.626
cvii
Pengalaman Nyeri Sebelumnya*Nyeri Persalinan
Group Statistics
95% Confidence
Interval of the
cviii
Tingkat Pendidikan*Nyeri Persalinan
Group Statistics
cix
Induksi Persalinan*Nyeri Persalinan
Group Statistics
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper
cx
cxi