Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan kembung (Rastrelliger neglectus) merupakan salah satu jenis ikan
pelagis yang memiliki nilai ekonomis dan potensial di Indonesia, salah satu
provinsi yang menghasilkan ikan kembung adalah Provinsi Gorontalo, produksi
ikan kembung di provinsi gorontalo mencapai 291.863 ton (Anto et al., 2019)
Ikan kembung akan mudah rusak apabila tidak di tangani dengan baik. Oleh
karena itu diperlukan upaya pengawetan (Harisna, 2010).
Salah satu cara mengawetan ikan kembung yaitu dengan pengasapan
(Komar, 2012). Pengasapan merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengawetkan (Suroso, 2018).
Ikan kembung dapat awet lebih lama setelah di asapkan, namun agar ikan
kembung tetap layak di konsumsi yaitu dengan menggunakan zat antibakteri. Zat
anti bakteri yang digunakan berasal dari bagian tumbuhan yang memiliki
kandungan senyawa tertentu yang di jadikan sebagai antimikroba, salah satunya
adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) (Ayu, 2021), kandungan
senyawa aktif yang terkandung pada perasanan daun belimbing wuluh berupa
triterpenoid dan flavonoid yang berperan sebagai zat antimikroba dan dapat
menghambat pertumbuhan bakteri (Astuti, 2018)
Dalam praktikum ini akan menggunakan ekstrak daun belimbing wuluh
dengan beberapa variasi konsentrasi kedalam produk ikan kembung. Setelah itu
ikan kembung akan diuji total plate count (TPC), uji total kapang, dan pH dengan
tujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak belimbing wuluh yang paing
optimum untuk menghambat kerusakan oci fufu karena mikroorganimenya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menghitung jumlah bakteri pada ikan oci fufu dengan penambahan
ekstrak Daun Belimbing Wuluh ( Averrhoa blimbi L)
2. Bagaimana menghitung jumlah kapang pada ikan oci dengan penambahan
ekstrak Daun Belimbing Wuluh ( Averrhoa blimbi L)
3. Bagaimana perubahan pH pada ikan oci dengan penambahan ekstrak Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi L) selama proses penyimpanan.
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pembuatan ikan kembung fufu dengan penambahan
ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi L).
2. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
blimbi L) terhadap kualitas mikrobiologi Ikan Kembung Fufu.
3. Untuk mengetahui jumlah bakteri pada Ikan kembung Fufu dengan
penambahan ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi L).
4. Untuk mengetahui jumlah kapang pada Ikan kembung Fufu dengan
penambahan ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi L)
5. Untuk mengetahui perubahan pH pada Ikan kembung Fufu dengan
penambahan ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi L) selama
proses penyimpanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan kembung (Rastrelliger sp)
Ikan kembung atau Rastrelliger sp merupakan ikan air laut dan termasuk
salah satu jenis ikan pelagis yang memiliki nilai ekonomis dan potensial (dalam
Hakim et al., 2014). Salah satu provinsi yang menghasilkan ikan kembung adalah
Provinsi Gorontalo, produksi ikan kembung di provinsi gorontalo mencapai
291.863 ton (dalam Anto et al., 2019). Ikan kembung memiliki warna tubuh hijau
kebiruan dengan garis-garis gelap atau deretan bintik-bintik gelap di sepanjang
bagian atas tubuh (Ganga, U, 2010) Ikan kembung memiliki beberapa kelebihan
yaitu tangkapannya melimpah, harganya relatif murah, mudah didapat serta
memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh essential yang penting bagi tubuh
(Khaq, 2018). Klasifikasi Ikan Kembung dalam World Register of Marine
Species (2013) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Gambar 1. Ikan Kembung
Species : Rastrelliger sp. (Sumber: FAO, 2013)
Ikan kembung mengandung protein22% dan kandungan asam lemak
omega-3 70% dari total lemak yang ada di dalam ikan kembung dan Kandungan
Omega 3 dalam ikan kembung mencapai 24,60% per 100 g. (Dalam Suroso et al.,
2018)
2.2 Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Tanaman di Indonesia banyak yang bisa memberi manfaat untuk
kehidupan, salah satu diantaranya adalah belimbing wuluh. Belimbing wuluh
merupakan salah satu spesies dalam famili Averrhoa yang tumbuh di daerah
ketinggian hingga 500 m di atas permukaan laut dan dapat ditemui di tempat yang
banyak terkena sinar matahari langsung tetapi cukup lembab. Pada umumnya
belimbing wuluh ditanam dalam bentuk tanaman pekarangan yaitu diusahakan
sebagai usaha sambilan atau tanaman peneduh di halaman rumah (Sari, 2014)
2.2.1 Klasifikasi Daun Belimbing Wuluh
Belimbing wuluh disebut A. bilimbi, termasuk dalam famili Oxalidaceae.
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah limeng, selemeng, beliembieng,
blimbing buloh, limbi, libi, tukurela dan malibi (Astuti, 2018) Adapun, Klasifikasi
ilmiah tanaman belimbing wuluh dalam (Syah, 2016) adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Family : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Species : Averrhoa bilimbi
Sumber : dream.co.id
Kandungan senyawa kimia daun belimbing wuluh (Averrha bilimbi L)
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman yang sering
ditemukan di pekarangan rumah. Daun belimbing wuluh banyak dimanfaatkan
sebagai obat tradisional. Kandungan senyawa kimia dalam daun belimbing wuluh
yaitu tanin, flavonoid, alkaloid, saponin, kalium, asam sitrat dan glikosida,
kandungan senyawa kimia daun belimbing wuluh berfungsi sebagai zat Anti
bakteri dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Aprilliani & Suka, 2017).
2.3 Pengsapan Ikan

Pengasapan adalah salah satu teknik pengawetan makanan, terutama daging dan ikan.
Bahan pangan diasapi dengan panas dan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu,
dan tidak diletakkan dekat dengan api agar tidak terpanggang atau terbakar.
Pengasapan ikan di Indonesia merupakan salah satu cara pengolahan tradisional yang
cukup berperan dalam memanfaatkan hasil-hasil perikanan. Pengasapan ikan adalah
suatu teknik pengawetan ikan yang menggunakan asap sebagai bahan pengawet selain
itu menghasilkan warna serta cita rasa yang khas. Pengasapan ini merupakan suatu
proses menggabungkan teknik penggaraman, pengeringan, dan pemanasan.
Penggaraman pada pengasapan bertujuan untuk menghasilkan kekompakkan pada
tekstur, bakteriosidal dan meningkatkan cita rasa daging. Pengeringan bertujuan untuk
mengurangi kadar air yang terkandung dalam daging ikan dan memudahkan daging ikan
menyerap partikel-patikel asap pada saat pengasapan. Sedangkan pada pemanasan
bertujuan untuk mematangkan daging ikan, menggumpalkan protein dan menguapkan
sebagian air dalam tubuh ikan

DAFTAR PUSTAKA
Harisna, N. I. 2010. Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Domestica) Dengan
Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap Mikroba Pada Isolat Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus). Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai