Anda di halaman 1dari 9

Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan dan ISSN 1412-565 X

Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN MENGENAI PENGEMBANGAN DAN


PENINGKATAN PROFESI GURU

ANALYSIS OF EDUCATION POLICY ABOUT DEVELOPMENT AND


IMPROVEMENTS TEACHER PROFESSION

Eka Prihatin Disas


Universitas Pendidikan Indonesia
E-mail: ekaprihatin@upi.edu

ABSTRAK
Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka menjalankan fungsi dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi di dalam masyarakat yang
multikultural dan multidimensional. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan profesi guru harus selalu
menjadi prioritas utama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan
pengembangan dan peningkatan profesi guru. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan jenis pendekatana deskriftif studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan adanya
kebijakan pendidikan mengenai pengembangan dan peningkatan profesi guru, posisi guru semakin dinaungi oleh
sumber hukum serta dengan adanya Pendidikan Profesi Guru, guru menjadi lebih memiliki pengetahuan dan
profesionalitas sebagai guru.
Kata kunci: analisis kebijakan, guru, pengembangan, profesionalisme, pendidikan profesi guru (PPG)

ABSTRACT
Teachers play a very strategic role in the framework of carrying out the functions and realize the goals of national
education. The role of teachers can hardly be replaced by others, let alone in a multicultural and multidimensional
society. Therefore, guidance and professional development of teachers should always be a top priority. This study
aims to analyze educational policies related to the development and improvement of the teaching profession. The
research method used in this study is a qualitative method with the type of descriptive approach case study. The
results of this study indicate that with the existence of an educational policy on the development and improvement
of the teaching profession, the position of teachers increasingly shaded by legal sources and with the Professional
Teacher Education, teachers become more knowledge and professionalism as a teacher.
Keywords: policy analysis, teachers, development, professionalism, teacher professional education

PENDAHULUAN perubahan-perubahan ke arah perbaikan


Pendidikan merupakan bidang yang sangat dan peningkatan mutu (Goodwin, 2014).
penting bagi kehidupan manusia, pendidikan Dalam upaya pembangunan pendidikan
dapat mendorong peningkatan kualitas nasional, sangat diperlukan guru (pendidik)
manusia dalam bentuk meningkatnya dalam standard mutu kompetensi dan
kompetensi kognitif, afektif, maupun profesionalisme yang terjamin. Untuk
psikomotor. Masalah yang dihadapi dalam mencapai jumlah guru profesional yang
upaya memperbaiki dan meningkatkan dapat menggerakan dinamika kemajuan
kualitas kehidupan sangat kompleks, banyak pendidikan nasional diperlukan suatu proses
faktor yang harus dipertimbangkan karena pembinaan berkesinambungan, tepat sasaran
pengaruhnya pada kehidupan manusia tidak dan efektif (Petrie & Mcgee, 2012).
dapat diabaikan, yang jelas disadari bahwa Pada peradaban bangsa manapun
pendidikan merupakan salah satu faktor yang termasuk Indonesia, profesi guru bermakna
dapat meningkatkan kualitas Sumberdaya strategis karena penyandangnya mengemban
manusia suatu bangsa (Timperley, Wilson, tugas sejati bagi proses kemanusiaan,
Barrar, & Fung, 2012; Rahman, 2014). pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan,
Seiring dengan perkembangan zaman dan dan pembangun karakter bangsa. Makna
era globalisasi yang sangat pesat menuntut strategis guru sekaligus meniscayakan
adanya peningkatan mutu pendidikan. Setiap pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya
sistem pendidikan harus mampu melakukan Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005
158 Jurnal Penelitian Pendidikan
Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan dan ISSN 1412-565 X
Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135

tentang Guru dan Dosen, merupakan bentuk seksual, usia, agama, afiliasi politik atauopini,
nyata pengakuan atas profesi guru dengan status sosial dan ekonomi, suku bangsa,
segala dimensinya. Di dalam UU No. 14 adat istiadat, serta mendorong pemahaman,
Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru toleransi, dan penghargaan atas keragaman
adalah pendidik profesional dengan tugas budaya komunitas (Goodwin & Kosnik,
utama mendidik, mengajar, membimbing, 2013).
mengarahkan, melatih, menilai, dan Keenam, mendorong demokrasi,
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan pembangunan berkelanjutan, perdagangan
anak usia dini jalur pendidikan formal, yang fair, layanan sosial dasar, kesehatan
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. dan keamanan, melalui solidaritas dan
Sebagai implikasi dari UU No. 14 Tahun kerjasama di antara anggota organisasi
2005, guru harus menjalani proses sertifikasi guru di mancanegara, gerakan organisasi
untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik. Guru kekaryaan internasional, dan masyarakat
yang diangkat sejak diundangkannya UU ini, madani (Besharov & Oser, 2014).
menempuh program sertifikasi guru dalam Beranjak dari pemikiran teoritis di
jabatan, yang diharapkan bisa tuntas sampai atas, diperlukan upaya untuk merumuskan
dengan 2015. kebijakan dan pengembangan profesi guru.
Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan Itu sebabnya, akhir-akhir ini makin kuat
atas profesi guru secara lateral memunculkan dorongan untuk melakukan kaji ulang
banyak gagasan. Pertama, diperlukan atas sistem pengelolaan guru, terutama
ekstrakapasitas untuk menyediakan gagasan. berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen,
Guru yang profesional sejati dalam jumlah pengangkatan dan penempatan, sistem
yang cukup, sehingga peserta didik memasuki distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi
bangku sekolah tidak terjebak pada hal dan kompetensi, penilaian kinerja, uji
yang sia-sia akibat layanan pendidikan dan kompetensi, penghargaan dan perlindungan,
pembelajaran yang buruk (Phillips, 2013). kesejahteraan, pembinaan karir,
Kedua, regulasi yang implementasinya pengembangan keprofesian berkelanjutan,
taat asas dalam penempatan dan penugasan pengawasan etika profesi, serta pengelolaan
guru agar tidak terjadi diskriminasi akses guru di daerah khusus yang relevan dengan
layanan pendidikan bagi mereka yang berada tuntutan kekinian dan masa depan (Masnyur,
pada titik-titik terluar wilayah negara, di 2012; Asmarani, 2014).
tempat-tempat yang sulit dijangkau karena Keberadaan guru yang profesional dan
keterisolasian, dan di daerah-daerah yang berkompeten merupakan suatu keharusan
penuhkonflik. untuk memudahkan pencapaian tujuan
Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan pembelajaran. Guru yang profesional mampu
hak semua warga negara atas pendidikan mencerminkan sosok keguruannya dengan
yang berkualitas melalui pendanaan dan wawasan yang luas dan memiliki sejumlah
pengaturan negara atas sistem pendidikan. kompetensi yang menunjang tugasnya
Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan (Sobri, 2016). Upaya pengembangan
status guru serta tenaga kependidikan lainnya profesionalisme guru perlu terus dilakukan
melalui penerapan yang efektif atas hak asasi secara berkelanjutan supaya pengetahuan,
dan kebebasan profesional mereka. pemahaman dan keterampilan mereka
Kelima, menghilangkan segala bentuk yang berhubungan dengan tugasnya selalu
diskriminasi layanan guru dalam bidang mengikuti perkembangan kemajuan dunia
pendidikan dan pembelajaran, khususnya pendidikan (Supriadi, 2013). Untuk tujuan
yang berkaitan dengan jender, ras, status itu, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
perkawinan, kekurangmampuan, orientasi selalu berusaha untuk menyempurnakan
Jurnal Penelitian Pendidikan 159
Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan dan ISSN 1412-565 X
Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135

kebijakan di bidang pembinaan dan Jadi pada intinya isu-isu kebijakan (policy
pengembangan profesi guru. issues) lazimnya muncul karena telah terjadi
silang pendapat di antara para pemangku
METODE kepentingan mengenai arah tindakan yang
Metode yang dipakai dalam penelitian ini telah atau akan ditempuh, atau pertentangan
adalah metode kualitatif, metode ini dipilih pandangan mengenai karakter permasalahan
karena bertujuan untuk menentukan cara itu sendiri.
mencari, mengumpulkan, mengolah dan
menganalisis data dari hasil penelitian Analisis Kebijakan Publik
tersebut. Adapun jenis pendekatan penelitian Analisis kebijakan merupakan penelitian
ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif sosial terapan yang secara sistematis disusun
yaitu penelitian yang berusaha untuk dalam rangka mengetahui substansi dari
menuturkan pemecahan masalah yang kebijakan agar dapat diketahui secara jelas
ada sekarang berdasarkan data-data. Jenis informasi mengenai masalah-masalah yang
pendekatan deskriptif yang diapakai dalam dijawab oleh kebijakan dan masalah-masalah
penelitian ini adalah studi kasus. yang mungkin timbul sebagai akibat dari
Studi kasus termasuk ke dalam penelitian penerapan kebijakan. Ruang lingkup dan
analisis deskriptif yang mana penelitiannya metode analisis kebijakan umumnya bersifat
terfokus pada suatu kasus tertentu yang deskriptif dan faktual mengenai sebab-sebab
diamati dan dianalisis secara cermat. Analisis dan akibat-akibat suatu kebijakan.
ini dilakukan terhadap berbagai faktor yang MenurutFattah & Latifah (2012:134)
terkait dengan kasus yang diteliti, dalam bahwa kebijakan publik mengacu pada
penelitian ini kasus yang diteliti mengenai semua wilayah tindakan pemerintah yang
kebijakan pengembangan dan peningkatan membentang dari kebijakan ekonomi
profesi guru dalam rangka untuk mewujudkan hingga kebijakan yang biasanya merujuk
tujuan pendidikan nasional. Penelitian ini pada kebijakan sosial termasuk pendidikan,
memusatkan diri secara intensif terhadap kesehatan, dan wilayah kesejahteraan
kebijakan pengembangan dan peningkatan lainnya.
profesi guru dan mempelajarinya sebagai Kebijakan pendidikan khususnya
suatu kasus. Data yang diambil dalam kebijakan tentang Pengembangan dan
penelitian ini berasal dari berbagai sumber peningkatan profesi guru setidaknya harus
dan hasil penelitian yang bersangkutan memenuhi tantangan dan tuntutan global
dengan kasus yang diselidiki. dan perkembangan jaman sebagaimana
diungkapkan oleh Fattah & Latifah
HASIL DAN PEMBAHASAN (2012:145) bahwa analisis kebijakan
Isu dan Fenomena Kebijakan Publik pendidikan menggambarkan bagaimana
Dalam Kebijakan Pengembangan dan Negara merencanakan dan menuju pada
Peningkatan Guru ini banyak dibahas prioritas pendidikan, kemudian hasil analisis
mengenai isu tentang peningkatan dan tersebut harus dijelaskan oleh adanya faktor-
pengembangan profesi guru yang sekarang faktor global kebijakannya.
berkembang di media mengenai perubahan Dunn (2016) mengemukakan bahwa
pola PLPG menjadi PPG. Menurut Wahab analisis kebijakan adalah suatu disiplin ilmu
(2012:95) bahwa lingkup analisis kebijakan sosial terapan yang menggunakan berbagai
publik (public policy analysis), makna yang macam metode penelitian dan argumen untuk
terkandung dalam terminologi “isu” bukanlah menghasilkan dan memindahkan informasi
seperti apa yang umumnya dipahami oleh yang relevan dengan kebijakan, sehingga
orang awam dalam perbincangan sehari-hari. dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam
160 Jurnal Penelitian Pendidikan
Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan dan ISSN 1412-565 X
Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135

rangka memecahkan masalah-masalah diimplementasikan. Analisis kebijakan disini


kebijakan. merupakan suatu alat untuk mensintesakan
Mead (2015:1) mengemukakan bahwa informasi untuk dipakai dalam merumuskan
the product of policy analysis is advice. alternatif dan preferensi kebijakan yang
Specifically, it is advice that inform some dinyatakan secara komparatif, diramalkan
public policy decision. Jadi analisis kebijakan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif
publik lebih merupakan nasehat atau bahan sebagai landasan atau penuntun dalam
pertimbangan pembuat kebijakan publik yang pengambilan keputusan kebijakan.
berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas
yang mesti dilakukan oleh organisasi publik Analisis kebijakanretrospektif
berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga Analisis Kebijakan Retrospektif adalah
berbagai alternatif kebijakan yang mungkin sebagai penciptaan dan transformasi
bisa diambil dengan berbagai penilaiannya informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan.
berdasarkan tujuan kebijakan. Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan
Analisis kebijakan publik bertujuan yang dikembangkan oleh kelompok analis ini
memberikan rekomendasi untuk membantu yakni analis yang berorientasi pada disiplin,
para pembuat kebijakan dalam upaya analis yang berorientasi pada masalah dan
memecahkan masalah-masalah publik. Di analis yang berorientasi pada aplikasi. Tentu
dalam analisis kebijakan publik terdapat saja ketiga tipe analisis retrospektif ini
informasi-informasi berkaitan dengan terdapat kelebihan dankelemahan.
masalah-masalah publik serta argumen-
argumen tentang berbagai alternatif Analisis kebijakan yangterintegrasi
kebijakan, sebagai bahan pertimbangan atau Analisis Kebijakan yang terintegrasi
masukan kepada pihak pembuat kebijakan merupakan bentuk analisis yang
(Hanushek, 2015). mengkombinasikan gaya operasi para
Analisis kebijakan publik berdasarkan praktisi yang menaruh perhatian pada
kajian kebijakannya dapat dibedakan penciptaan dan transformasi informasi
antara analisis kebijakan sebelum adanya sebelum dan sesudah tindakan kebijakan
kebijakan publik tertentu dan sesudah adanya diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi
kebijakan publik tertentu. Analisis kebijakan tidak hanya mengharuskan para analis untuk
sebelum adanya kebijakan publik berpijak mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif
pada permasalahan publik semata sehingga dan perspektif, tetapi juga menuntut para
hasilnya benar-benar sebuah rekomendasi analis untuk terus menerus menghasilkan dan
kebijakan publik yang baru (Haddad, mentransformasikan informasi setiap saat.
2013). Keduanya baik analisis kebijakan Salah satu alasan diperlukan kebijakan
sebelum maupun sesudah adanya kebijakan publik, karena terjadi kegagalan pasar
mempunyai tujuan yang sama yakni (public failure) dan kegagalan pemerintah
memberikan rekomendasi kebijakan kepada (government failure), maka pemerintah
penentu kebijakan agar didapat kebijakan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
yang lebih berkualitas. Dunn (2016:117) pencapaian alokasi sumber ekonomi yang
membedakan tiga bentuk utama analisis efisien (Weimer & Vining, 2017).
kebijakan publik, yaitu:
Analisis Kebijakan Pengembangan dan
Analisis kebijakanprospektif Peningkatan Profesi Guru
Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa Dilihat dari kondisi pendidikan Indonesia
produksi dan transformasi informasi saat ini, guru masih belum secara profesional
sebelum aksi kebijakan dimulai dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Jurnal Penelitian Pendidikan 161
Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan dan ISSN 1412-565 X
Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135

H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho melihat diamanatkan dalam peraturan perundang-
proses pendidikan sebagai pengembangan undangan dengan segalakonsekuensinya;
kepribadian mencakup upaya yang sangat 2) Mewujudkan pembinaan profesi Guru
luas, terdapat banyak teori mengenai sebagai siklus yang berkesinambungan dan
kepribadian, strukturnya, pengembangannya, saling mendukung (mulai dari pra-jabatan,
serta tujuannya. Proses pemberdayaan proses rekruitmen dan pembinaan Guru
tenaga pendidik dan peserta didik berarti dalamjabatan); 3) Melakukan penyempurnaan
menghormati kebersendirian dari pribadi manajemen pengelolaan Guru sesuai dengan
manusia dan bukan merampas hak-hak karakteristiknya; dan 4) Mewujudkan sinergi
asasinya dan martabat tenaga pendidik dan peran dan tanggung jawab antara Guru,
peserta didik sebagai manusia (Tilaar & Pemerintah, LPTK dan Organisasi Profesi
Nugroho, 2012:45). (Gunawan, 2013).
Mutu pendidikan masih rendah, hal Pendidikan profesional guru adalah
ini juga karena mutu guru sendiri masih mengembangkan dan membekali lulusan
rendah. Memang bukan sepenuhnya salah dengan standar kompetensi guru mata
guru, tapi guru dan pengajar adalah titik pelajaran sehingga lulusan menjadi guru
sentral pendidikan. Bila kualitas guru profesional. Standar kompetensi guru tersebut
bisa dinaikkan maka kualitas pendidikan dicapai melalui dua tahapan pendidikan
juga bisa meningkat. Maka dari itu, perlu yakni pendidikan S1 dan pendidikan profesi
diadakan sertifikasi yang secara efektif dapat guru yang dilakukan secara berkelanjutan.
menjadikan guru-guru di Indonesia lebih Standar kompetensi lulusan pada pendidikan
professional (Asmarani, 2014). Menurut S1 adalah menguasai kompetensi akademik,
UU No 14 tahun 2005 bahwa prospek sedangkan standar kompetensi yang hendak
profesi guru adalah profesional, terlindungi dicapai pada program pendidikan profesi
dan sejahtera. UU Guru juga memberi guru adalah kompetensi profesional (Re-
perlindungan hukum, termasuk perlindungan Desain Pendidikan Profesional Guru: 2010).
profesi, kesejahteraan, jaminan sosial, hak Pendidikan profesional guru dapat dilalui
dan kewajiban. melalui dua tahapan pendidikan yakni
Guru memiliki klasifikasi, kualifikasi pendidikan S1 dan pendidikan profesi guru.
akademik, kompetensi, dan sertifikasi. Guru Pendidikan profesi guru membekali dan
memiliki tugas utama mendidik, mengajar, mengembangkan kompetensi profesional
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, melalui praktik mengajar pada seting
mengevaluasi peserta didik(Kimshanov & otentik lapangan dengan mengaplikasikan
Dyikanbaeva, 2015). Menurut kebijakan, kompetensi akademik yang telah dicapai pada
guru profesional memiliki panggilan jiwa pendidikan S1. Untuk kepentingan tersebut,
dan idealisme, mampu meningkatkan mutu maka diperlukan kualifikasi dan kompetensi
pendidikan, memiliki kualifikasi akademik, sumber daya manusia, yakni dosen PPG yang
memiliki kompetensi sesuai tugasnya, memenuhi persyaratan.
tanggung jawab profesional, penghasilan Terdapat 11 peryaratan minimal dosen
sesuai prestasi, mampu mengembangkan PPG, baik yang bersifat administrasi maupun
keprofesiannya secara berkelanjutan, jaminan kompetensi, persyaratan tersebut adalah: (1)
perlindungan hukum dan memiliki organisasi jenjang Pendidikan minimal S2; (2) memiliki
profesi (Agung, 2015; Mustofa, 2017). latar belakang kependidikan; (3) memiliki
Dalam upaya mewujudkan Guru bidang keahlian kependidikan; (4)lektor; (5)
Profesional, ada beberapa poin yang perlu masa Kerja minimal lima tahun; (6)memiliki
diperhatikan, antara lain: 1) Konsistensi kepada Sertifikat dosen; (7) memiliki Sertifikat dosen
standarisasi profesi Guru sebagaimana yang PPG bidang studi; (8) lulus penyetalaan
162 Jurnal Penelitian Pendidikan
Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan dan ISSN 1412-565 X
Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135

Dosen Gurniwan Kamil Pasya, Pemukiman pribadi sebagai penyandang jabatan


Penduduk Perkotaan 53 PPG; (9) memiliki profesi yangkompeten;
kompetensi tentang penelitian tindakan kelas 3. Peran Pemerintah, pembenahan
(PTK); (10)memiliki kompetensi tentang manajemen dan pelaksanaan
penyusunan perangkat pembelajaran; dan kewenangan pengelolaan Guru
(11) memiliki kompetensi supervise klinis secara lebih tepat; konsistensi
(Panduan Program Pendidikan Profesi Guru: pelaksaan reward and punishment;
2010). mempersiapkan berbagai instrumen
Efisiensi program pendidikan profesi yang diperlukan; fasilitasi
guru dipengaruhi oleh komponen sarana peningkatan kompetensi (revitalisasi
prasaranpendukung ketercapaian standar KKG/MKKS/MGMP, kegiatan bintek
proses pada pelaksanaan kegiatan workshop teknis yang komprehensif, penyediaan
Subject Spesific Pedagogy (SSP). Kegiatan media ilmiah, wahana kompetisi,
workshop SSP dilakukan melalui delapan kelompok-kelompok pengembangan
tahap, yaitu: pleno 1, diskusi kelompok, kerja profesi, mengembangkan profesi
kelompok/mandiri, pleno 2 (peerteaching), secara inheren-adaptif dankontinyu).
revisi, persetujuan rencana pelaksanaan Sebagai pelaksanaan nyata dari upaya-
pembelajaran (RPP), microteaching, refleksi upaya dan peran-peran diatas, maka
dan revisi (Panduan Program Pendidikan pemerintah akan melaksanakan kebijakan
Profesi Guru: 2010). Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang
Dalam mewujudkan Guru yang dilaksanakan oleh LPTK yang diberi mandat
Profesional, masing-masing pihak memiliki untuk melaksanakannya. Dalam proses
peran, antara lain: pelaksanaannya, PPG diikuti oleh lulusan
1. Peran LPTK, menjadi “kawah S1 Kependidikan maupun S1/DIV non-
candradimuka” bagi pendidikan Kependidikan (sudah menempuh 144-160
calon Guru yang paripurna; proses sks) yang memiliki minat dan bakat untuk
rekruitmen yang selektif; banyak menjadi Guru, mereka akan menempuh 1
memberikan porsi praktek, baik untuk (satu) tahun atau lebih Pendidikan tambahan
membangun etika profesi maupun untuk bisa menjadi Guru Profesional
ketrampilan lain; mengembangkan (mendapatkan 18-20 sks untuk PGPAUD/
berbagai inovasi untuk memperkaya PGSD dan 36-40 sks untuk PGSMTP-
kemampuan dan membangun pribadi PGSMTA).
calon Guru; berperan sebagai lembaga Dari penjelasan itu, maka tidak dapat
penguatan kinerja; membangun dikatakan bahwa PPG merupakan jalur pintas
kerjasama dan sinergitas peran untuk menjadi guru profesional, melainkan
dengan unsur/stakeholderterkait; jalur yang sangat sulit dan lama untuk
2. Peran Guru, penghayatan profesi. ditempuh. Bahkan untuk bisa mengikuti
Guru adalah profesi pilihan dan PPG ini, calon pendaftar juga diharapkan
bukan profesi alternatif dengan segala mengikuti SM-3T yaitu Sarjana Mengajar di
konsekuensinya; pengembangan daerah Terpencil, Terluar, dan Terdepan dari
profesi sebagai bagian integral wilayah Republik Indonesia. Setelah lulus
yang dilaksanakan secara inheren dari PPG, maka mereka akan mendapat gelar
dengan pelaksanaan TUPOKSI Gr. dan baru bisa menjadi CPNS. PPG ini
Guru, dalam rangka meningkatkan juga dibagi menjadi dua, yaitu Pendidikan
profesionalisme dan bukan kenaikan pra-jabatan dan Pendidikan dalam jabatan.
pangkat semata; secara konsisten dan Jumlah calon guru yang mengikuti PPG ini
konsekuen, berupaya membangun juga harus disesuaikan dengan kebutuhan
Jurnal Penelitian Pendidikan 163
Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan dan ISSN 1412-565 X
Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135

(supply anddemand)(Pangestika & Alfarisa,


Kelebihan PPG Kekurangan PPG
2015).
1. Menciptakan guru 1. Biaya dalam
Kegiatan Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang rofesional menempuh PPG
bermanfaat bagiGuru, dimana 1)Memperoleh Meningkatkan mahal
pengalaman tentang cara berfikir dan kesejahteraan 2. Sosialisasi belum
guru maksimal
bekerja secara interdisipliner sehingga dapat
2. Semua sarjana 3. Banyak guru
memahami tentang keterkaitan ilmu dalam non kependidikan yang belum bisa
mengatasi permasalahan pendidikan yang bisa masuk PPG keluar dari zona
ada disekolah; 2) Menambah pengalaman dan nyamannya
penghayatan guru tentang proses pendidikan
SIMPULAN
dan pembelajaran disekolah; 3) Mempertajam
Pendidikan nasional berfungsi
daya nalar dalam penelaahan perumusan
mengembangkan kemampuan dan mem-
dan pemecahan masalah pendidikan yang
bentuk watak serta peradaban bangsa yang
ada disekolah; 4) Memberikan kesempatan
bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kepada mahasiswa untuk dapat berperan
kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi
sebagai motivator, dinamisator, dan pendidikan memungkinkan berkembangnya
membentuk pemikiran sebagai problem potensi peserta didik agar menjadi manusia
solver dalampembelajaran (Ningrum, 2012). yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Manfaat bagiSekolah yaitu menemukan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
penyegaran serta ide-ide baru dalam proses berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
belajar baik sistem pengajarannya maupun menjadi warga negara yang demokratis serta
tugas-tugas kependidikan lainnya sehingga bertanggung jawab.
diharapkan model pembelajaran akan Guru memegang peranan yang sangat
menjadi lebih baik. Selain itu, dengan adanya strategis dalam kerangka menjalankan fungsi
calon guru praktikan dapat memberikan dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional
warna baru walaupun dalam waktu yang sebagaimana disebutkan di atas. Peserta
relatif singkat. Sehingga memungkinkan didik sekarang merupakan manusia masa
siswa mendapat masukan ataupun motivasi depan yang diharapkan mampumenguasai
terutama yang berkaitan dengan pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi, terampil,
tinggi yang akan mereka tempuh/jalani pada berwatak dan berkarakter kebangsaan, serta
masa-masaberikutnya. menjadi insan agamis.
Sedangkan manfaat bagiMasyarakat Peran guru nyaris tidak bisa digantikan
yaitu tersedianya calon-calon pendidik oleh yang lain, apalagi di dalam masyarakat
yang memiliki kualitas yang baik akan yang multikultural dan multidimensional,
menumbuhkan motivasi masyarakat untuk dimana peran teknologi untuk menggantikan
semakin mantap dan percaya bahwa dunia tugas-tugas guru masih sangat minim.
pendidikan mampu membeirkan pelayanan Kalau pun teknologi pembelajaran tersedia
yang cukup memuaskan. Hal ini akan mencukupi, peran guru yang sesungguhnya
mendorong masyarakat untuk lebih turut aktif tidak akan tergantikan. Sejarah pendidikan
di Indonesia telah mencatatkan bahwa
menggalakkan program wajib belajar yang
profesi guru sebagai profesi yang disadari
dicanangkan oleh pemerintah. Kelebihan dan
pentingnya dan diakui peran strategisnya
kekurangan PPG dapat dilihat dari tabel di
bagi pembangunan masa depan bangsa.
bawah ini:

164 Jurnal Penelitian Pendidikan


Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan dan ISSN 1412-565 X
Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135

Rekomendasi kependidikan adalah anggota masyarakat


Pembinaan dan pengembangan profesi guru yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
harus sejalan dengan kegiatan sejenis bagi menunjang penyelenggaraan pendidikan,
tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat di mana di dalamnya termasuk pendidik.
dari sisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidik adalah tenaga kependidikan
Sistem Pendidikan Nasional, profesi guru yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
sesungguhnya termasuk dalam spektrum konselor, pamong belajar, widyaiswara,
profesi kependidikan itu sendiri. Frasa tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
“tenaga kependidikan” ini sangat dikenal yang sesuai dengan kekhususannya, serta
baik secara akademik maupun regulasi. berpartisipasi dalam menyelenggarakan
Dari persepektif ketenagaan, frasa ini pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14
mencakup dua ranah, yaitu pendidik dan Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru
tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga yang tadinya masuk ke dalam “rumpun
kependidikan (PTK) merupakan dua jenis pendidik”, kini telah memiliki definisi
“profesi” atau pekerjaan yang saling mengisi. tersendiri.
Pendidik, dalam hal ini guru, dengan derajat Padatataran menjalankan tugas
profesionalitas tingkat tinggi sekali pun nyaris keprofesian keseharian, guru Indonesia
tidak berdaya dalam bekerja, tanpa dukungan bertanggungjawab mengantarkan peserta
tenaga kependidikan. Sebaliknya, tenaga didiknya untuk mencapai kedewasaan
kependidikan yang profesional sekali pun sebagai calon pemimpin bangsa pada
tidak bisa berbuat banyak, tanpa dukungan semua bidang kehidupan. Dalam
pendidik atau guru yang profesional sebagai melaksanakan tugas profesinya itu, guru
aktor langsung di dalam dan di luar kelas, Indonesia mestinya menyadari sepenuhnya
termasuk di laboratoium sekolah. bahwa perlu ditetapkan kode etik sebagai
Karenanya, ketika berbicara mengenai pedoman bersikap dan berperilaku yang
“profesi kependidikan”, semua orang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai
akan melirik pada esensi dan eksistensi moral dan etika dalam jabatan guru sebagai
PTK itu sendiri. Merujuk pada UU No. pendidik putera-puteri bangsa.
20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Tenaga

DAFTAR RUJUKAN
Agung, G. A. A. (2015). Pengembangan Model Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca Sertifikasi
Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Provinsi Bali.Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 5(3), 377–395.
Asmarani, N. (2014). Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Di Sekolah Dasar.Bahana Manajemen Pendidikan
| Jurnal Administrasi Pendidikan, 2(1), 60–78. Retrieved from file:///E:/3791-7883-1-SM.pdf
Besharov, D. J., & Oser, J. (2014). Teaching in Today’s Global Classroom: Policy Analysis in Cross-National
Settings. Journal of Public Affairs Education, 19(3), 381–387.
Dunn, W. N. (2016). Public Policy Analysis (fifth). New York: Routledge.
Fattah, N., & Latifah, P. (2012). Analisis kebijakan pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Goodwin, A. L. (2014). Globalization and the preparation of quality teachers: rethinking knowledge domains for
teaching. Teaching Education, 21(1), 19–32. https://doi.org/10.1080/10476210903466901
Goodwin, A. L., & Kosnik, C. (2013). Quality teacher educators = quality teachers? Conceptualizing essential
domains of knowledge for those who teach teachers. Teacher Development: An International Journal of
Teachers’ Professional Development, 17(3), 334–346. https://doi.org/10.1080/13664530.2013.813766
Gunawan, R. (2013). Implementasi Pengembangan Profesionalisme Bagi Guru. Journal of Socius. , 5(2), 89–103.
Retrieved from http://repository.uhamka.ac.id/12/1/2011 jurnal socius makalah Rudy G.pdf

Jurnal Penelitian Pendidikan 165


Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan dan ISSN 1412-565 X
Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135

Haddad, W. D. (2013). Education policy-planning process: an applied framework (fifth). United States: The
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. Retrieved from http://www.unesco.
org/education/pdf/11_200.pdf
Hanushek, E. A. (2015). Policy Analysis: Is It, or Could It Be, the Fifth Estate? Association for Public Policy
Analysis and Management, 4(3), 340–354. Retrieved from http://www.appam.org/assets/1/7/Policy_
Analysis_Is_It,_or_Could_It_Be,_the_Fifth_Estate.pdf
Kimshanov, K., & Dyikanbaeva, T. (2015). Teacher Professional Development and Appraisal. TARBIYA: Journal
of Education in Muslim Society, 2(2), 146–152. https://doi.org/10.15408/TJEMS.V2I2.2802
Masnyur, T. (2012). Pengembangan Profesi, Kecerdasann Emosionla dan Sikap Profesional Guru Sekolah Dasar,
1(1). Retrieved from http://pgsduntad.com/wp-content/uploads/2014/04/Abstrak-8.pdf
Mead, L. M. (2015). Teaching Public Policy: Linking Policy and Politics. Journal of Public Affairs Education,
389(193), 389–403.
Mustofa. (2017). Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru Di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 4(1),
68–84.
Ningrum, E. (2012). Membangun Sinergi Pendidikan Akademik (S1) Dan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Jurnal
Pendidikan Geografi, 12(2), 61–70.
Pangestika, R. R., & Alfarisa, F. (2015). Pendidikan Profesi Guru (Ppg): Strategi Pengembangan Profesionalitas
Guru Dan Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia. Prosiding Seminar Nasional , 4(1), 40–51.
Petrie, K., & Mcgee, C. (2012). Teacher Professional Development: Who is the learner? Australian Journal of
Teacher Education, 37(2), 34–56. https://doi.org/10.14221/ajte.2012v37n2.7
Phillips, P. (2013). Professional Development as a Critical Componenet of Continuing Teacher Quality. Australian
Journal of Teacher Education, 33(1), 120–134. https://doi.org/10.14221/ajte.2008v33n1.3
Rahman, B. (2014). Refleksi Diri Dan Peningkatan Profesionalisme Guru.Jurnal Paedagogia, 17(1), 1–12.
Retrieved from file:///E:/5256-11465-4-PB.pdf
Sobri, Y. A. (2016). Model-Model Pengembangan Profesionalisme Guru. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia
(KONASPI) VIII Tahun, 4(2), 55–67. Retrieved from http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/
Artikel-Konaspi-AY-Sobri.pdf
Supriadi, O. (2013). Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar.Jurnal Tabulrasa PPS Unimed, 6(1),
32–45.
Tilaar, H. A. ., & Nugroho, R. (2012). Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Timperley, H., Wilson, A., Barrar, H., & Fung, I. (2012). Teacher Professional Learning and Development : Best
Evidence Synthesis Iteration [BES]. Ministry of Education, 3(1), 130–153. Retrieved from http://www.
oecd.org/edu/school/48727127.pdf
Wahab, S. A. (2012). Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan
Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Weimer, D. L., & Vining, A. R. (2017). Public Policy: Concepts and Practice (sixth). New York: Routledge.

166 Jurnal Penelitian Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai