Anda di halaman 1dari 138

FUNGSI SEKSUAL PADA WANITA AKSEPTOR KONTRASEPSI

HORMONAL DAN KONTRASEPSI NON-HORMONAL MINIMAL 6


BULAN DINILAI DENGAN FEMALE SEXUAL FUNCTION INDEX (FSFI)
DI PUSKESMAS DI KOTA MEDAN

TESIS MAGISTER

Oleh :

Dyah Nurvita PS

127041039

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

dr. Iman Helmi Effendi,M.Ked (OG), SpOG. K


dr. Khairani Sukatendel, M.Ked (OG), SpOG. K

PENGUJI :

Dr. dr. Henry Salim Siregar, SpOG. K


dr. Letta Sari Lintang, M.Ked (OG), SpOG. K
dr. Cut Adeya Adella, SpOG. K

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi


salah satu syarat untuk mencapai gelar
Magister Kedokteran Klinik
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

TESIS ini Adalah Hasil Karya Saya Sendiri, Dan Semua Sumber Baik Yang Dikutip
Maupun Dirujuk Telah Saya Nyatakan Dengan Benar

Nama : Dyah Nurvita PS

Tanda Tangan :

Tanggal : 22 Januari 2018


i

KATA PENGANTAR

“Bismillahirrahmanirrahim”
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Yang
Maha Esa. Hanya atas izin dan kemurahan-Nya lah penulisan tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam saya haturkan kepada baginda
Muhammad S.A.W, beserta seluruh anbiyaa’ dan para rasul, serta keluarga dan umat
mereka seluruhnya.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar magister dalam bidang Obstetri dan Ginekologi.
Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis saya ini masih banyak
kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya
kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan
pustaka, dengan judul:
“FUNGSI SEKSUAL PADA WANITA AKSEPTOR KONTRASEPSI
HORMONAL DAN KONTRASEPSI NON-HORMONAL MINIMAL 6 BULAN
DINILAI DENGAN FEMALE SEXUAL FUNCTION INDEX (FSFI) DI
PUSKESMAS DI KOTA MEDAN”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan
rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti Program Magister Kedokteran Klinis dan Program Pendidikan Dokter
Spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Dr. dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG(K), Ketua Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; dr. Indra G. Munthe, M.Ked(OG), SpOG(K),
Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. Riza
Rivany, SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG(K), Sekretaris
Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; yang
ii

telah bersama-sama berkenan membimbing saya menyelesaikan Program


Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran
USU Medan.
3. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), selaku Ketua Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan pada saat saya diterima mengikuti Pendidikan
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi; Prof. Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar,
M.Ked(OG), SpOG(K), selaku Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK-USU Medan; Dr. dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K), selaku Ketua Program
Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. M. Rhiza
Tala, M.Ked(OG), SpOG(K), selaku Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis
Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; yang telah bersama-sama berkenan
menerima saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinis Obstetri
dan Ginekologi dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi di Fakultas Kedokteran USU Medan.
4. Kepada segenap Guru Besar Obstetri dan Ginekologi dan para guru yang saya
hormati, seluruh staf pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, baik di RSUP H.Adam Malik, RSUD dr. Pirngadi, RSU Haji Mina, RS
KESDAM II Putri Hijau, dan RSU Sundari yang telah banyak membimbing dan
mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan.
5. Kepada dr. Edy Ardiansyah, M.Ked(OG), SpOG(K), selaku orang tua angkat
saya selama menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi,
membimbing dan memberikan nasehat yang bermanfaat kepada saya selama
dalam pendidikan.
6. Kepada dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked(OG), SpOG(K) selaku pembimbing tesis
saya, yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada saya dalam
melakukan penelitian ini sebagai pembimbing utama saya bersama dengan dr.
Khairani Sukatendel, M.Ked(OG), SpOG(K) yang telah meluangkan waktu yang
sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis
ini hingga selesai bersama Dr. dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K), dr. Letta Sari
iii

Lintang, M.Ked(OG), SpOG(K), dan dr. Cut Adeya Adella, SpOG(K) selaku
pembanding dan narasumber yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan
waktunya yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi
penulisan tesis ini hingga selesai. Semoga ilmu yang dokter berikan dipandang
Allah SWT sebagai amal jariyah di hadapan-Nya, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
7. Kepala SMF Kebidanan dan Kandungan dr. TM Ichsan, SpOG, Sekretaris SMF
Kebidanan dan Kandungan dr. Hanudse Hartono, M.Ked(OG), SpOG(K),
Koordinator Pelayanan dr. Risman F Kaban, M.Ked(OG), SpOG(K),
Koordinator Pendidikan dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG(K), Koordinator
Penelitian dan Ketua Divisi Obstetri Ginekologi Sosial dr. Khairani Sukatendel,
M.Ked(OG), SpOG(K), Koodinator Peningkatan Mutu dr M. Fahdhy, M.Sc,
SpOG(K), Ketua Divisi Fetomaternal Dr. dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG),
SpOG(K), Ketua Divisi Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi dr. Ichwanul
Adenin, M.Ked(OG), SpOG(K), Ketua Divisi Onkologi dr. Deri Edianto,
M.Ked(OG), SpOG(K), dan Ketua Divisi Uroginekologi dr. M. Rhiza Z Tala,
M.Ked(OG), SpOG(K).
8. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan
Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Pirngadi Medan, Direktur RSU
Haji Mina Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi SMF Obgyn RSU
Haji Mina Medan, Ketua Yayasan dan Direktur RSU Sundari, serta paramedis
maupun non medis-paramedis dan seluruh pegawai di lingkungan rumah sakit
yang telah memberikan kesempatan, sarana serta bantuan kepada saya untuk
bekerja selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran dan Pendidikan
Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
9. Kepada sahabat-sahabat saya sejawat satu angkatan, dan rekan sejawat PPDS,
saya ucapkan terima kasih untuk kebersamaan dan kerjasamanya selama
pendidikan hingga saat ini.
Sembah sujud, hormat, dan terimakasih yang tak terhingga dari lubuk hati
sanubari yang terdalam saya haturkan kepada kedua orang tua yang saya hormati,
cintai dan sayangi, ayahanda Agus Haryono dan ibunda Tri Suci Handayani. Tiada
iv

kata yang dapat melukiskan terimakasih tersebut kepada kedua orangtua saya,
melainkan rasa syukur yang tidak terhingga kepada ALLAH SWT karena telah
menitipkan saya kepada orangtua yang telah membesarkan, membimbing,
mendoakan, mendidik dan mendukung saya dengan penuh keikhlasan dan kasih
sayang, semenjak lahir hingga saat ini. Hanya ALLAH SWT yang dapat membalas
kebaikan yang telah mereka berikan selama ini, dan semoga saya dapat menjadi
hiasan dunia maupun akhirat bagi mereka berdua, Amin.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan
kepada bapak mertua Kundori dan ibu mertua Alm.Marminah yang telah banyak
membantu, mendoakan dan memberikan dorongan dan perhatian kepada saya selama
mengikuti pendidikan ini.
Buat suamiku tercinta Kapten Chk Slamet Riyadi, SH, MKn yang mempunyai
kesetiaan, kesabaran dan kasih sayang tanpa batas kepada saya sebagai suami yang
memiliki banyak kekurangan dalam hal waktu dan perhatian karena tuntutan
pendidikan. Kepada malaikat kecilku Rasendriya Zhafira Dewi dan Rania Aishwarya
Azka yang selalu menjadi penyemangat. Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan
keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah selamanya.
Kepada adikku tersayang: Devy Intan TS, S.Psi dan Dito Berlian Putra,
S.Komp, terima kasih atas dukungan kepada saya selama menjalani pendidikan.
Kepada seluruh pihak yang saya sebutkan maupun tidak tersebut sebelumnya,
saya memohon maaf atas segala kekhilafan yang saya lakukan selama ini, baik yang
disadari maupun tidak. Semoga kita semua selalu menjadi orang-orang yang rendah
hati, ikhlas, bersyukur, serta selalu dalam ampunan, kemudahan, dan kasih sayang
dari ALLAH SWT, amin.

Medan, Januari 2018

Dyah Nurvita PS
v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

dibawah ini :

Nama : Dyah Nurvita PS

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik

Departemen : Obstetri dan Ginekologi

Fakultas : Kedokteran

Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada


Departemen Obstetri & Ginekologi Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul:

FUNGSI SEKSUAL PADA WANITA AKSEPTOR KONTRASEPSI


HORMONAL DAN KONTRASEPSI NON-HORMONAL MINIMAL 6 BULAN
DINILAI DENGAN FEMALE SEXUAL FUNCTION INDEX (FSFI) DI
PUSKESMAS DI KOTA MEDAN

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Departemen Obstetri & Ginekologi Universitas Sumatera Utara berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempubliskan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan
Pada tanggal : 22 Januari 2018
Yang menyatakan

( Dyah Nurvita PS)


vi

FUNGSI SEKSUAL PADA WANITA AKSEPTOR KONTRASEPSI


HORMONAL DAN KONTRASEPSI NON-HORMONAL MINIMAL 6 BULAN
DINILAI DENGAN FEMALE SEXUAL FUNCTION INDEX (FSFI) DI
PUSKESMAS DI KOTA MEDAN

Dyah Nurvita, Iman Helmi Effendi, Khairani Sukatendel, Henry Salim Siregar,
Letta Sari Lintang, Cut Adeya Adella
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Tujuan:
Mengetahui perbedaan fungsi seksual wanita akseptor kontrasepsi hormonal dan
kontrasepsi non-hormonal minimal 6 bulan berdasarkan Female Sexual Function
Index (FSFI) di puskesmas di Kota Medan.

Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif dengan jumlah subjek
penelitian sebanyak 160 wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non-
hormonal selama minimal 6 bulan di puskesmas di Kota Medan pada November 2017
sampai Januari 2018. Subjek diseleksi secara consecutive sampling dan data didapat
menggunakan kuesioner FSFI. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif, uji
Chi-square dan uji Mann-Whitney. Nilai p kurang dari 0,05 diterapkan pada setiap uji
statistik sebagai signifikan.

Hasil:
Sebagian besar wanita pengguna kontrasepsi hormonal dan non-hormonal pada
penelitian ini adalah multipara dengan usia 31-40 tahun dan dengan indeks massa
tubuh yang normal. Sebagian besar pengguna kontrasepsi hormonal dan non-
hormonal tidak mengalami disfungsi seksual yaitu sebesar 58.8% pada kontrasepsi
hormonal dan 55% pada kontrasepsi non-hormonal. Pada domain hasrat, rangsangan,
lubrikasi, orgasme, kepuasan dan nyeri pada dua kelompok kontrasepsi tersebut
ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0.05). Tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara fungsi seksual wanita akseptor kontrasepsi
hormonal dan kontrasepsi non-hormonal dengan nilai p = 0.632.

Kesimpulan:
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada fungsi seksual wanita akseptor
kontrasepsi hormonal dan non-hormonal berdasarkan skor FSFI.

Kata kunci: Fungsi seksual wanita, FSFI, hormonal, non-hormonal.


vii

SEXUAL FUNCTION IN WOMEN USING MINIMAL 6 MONTHS


HORMONAL AND NON-HORMONAL CONTRACEPTION WITH FEMALE
SEXUAL FUNCTION INDEX (FSFI) IN MEDAN

Dyah Nurvita, Iman Helmi Effendi, Khairani Sukatendel, Henry Salim Siregar,
Letta Sari Lintang, Cut Adeya Adella
Department of Obstetrics and Gynecology
Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara

Abstract

Objective:
To examine the difference of sexual function of women using minimal 6 months
hormonal and non-hormonal contraception on Female Sexual Function Index (FSFI)
in Medan.

Method:
This study is a comparative descriptive study with the number of research subjects as
many as 160 women who using hormonal and non-hormonal contraception for
minimal 6 months in public health centers in Medan in November 2017 to January
2018. Subjects were selected by consecutive sampling and data obtained using the
FSFI questionnaires. Data were analyzed using descriptive statistics, Chi-square test
and Mann-Whitney test. A p-value less than 0.05 is applied to each statistical test as
significant.

Result:
The majority of women using hormonal and non-hormonal contraceptives in this
study were multiparity aged 31-40 years and with normal body mass index. Most
users of hormonal and non-hormonal contraceptives did not experience sexual
dysfunction of 58.8% in hormonal contraceptives and 55% in non-hormonal
contraceptives. There was no significant difference in all domain of desire,
stimulation, lubrication, orgasm, satisfaction and pain in the two groups of
contraception (p> 0.05). There was no significant difference between the female
sexual function of women using hormonal and non-hormonal contraception with p =
0.632.

Conclusion:
There was no significant difference in sexual function of women using hormonal and
non-hormonal contraception based on FSFI score.

Keywords: Female sexual function, FSFI, hormonal, non-hormonal.


viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................... v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian Hipotesis ................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Akademik ....................................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Pelayanan ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6
2.1 Kontrasepsi ............................................................................................................. 6
2.1.1 Kontrasepsi Hormonal ................................................................................. 8
2.1.1.1 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Fungsi Seksual ................. 10
2.1.1.2 Efek Positif Pada Seksualitas Wanita ............................................ 13
2.1.1.3 Efek Negatif Pada Seksualitas Wanita ........................................... 14
2.1.2 Kontrasepsi Non-hormonal ........................................................................ 16
2.1.2.1 Kontrasepsi Intrauterin .................................................................... 16
2.2 Fungsi Seksual Wanita ......................................................................................... 18
2.2.1 Biologi dan Patofisiologi............................................................................. 19
2.2.2 Respon Seksual ........................................................................................... 20
2.2.3 Disfungsi Seksual Wanita ........................................................................... 25
2.3 Female Sexual Function Index (FSFI) ................................................................. 29
2.4 Kerangka Teori..................................................................................................... 33
2.5 Kerangka Konsep ................................................................................................. 34
2.6 Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 35
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................................... 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 35
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian ............................................................................ 35
3.4 Besar Subjek Penelitian........................................................................................ 35
ix

3.5 Kriteria Eligibilitas ............................................................................................... 36


3.5.1 Kriteria Inklusi ........................................................................................... 36
3.6 Pemilihan Subjek Penelitian ................................................................................ 37
3.7 Variabel Penelitian ............................................................................................... 37
3.8 Definisi Operasional............................................................................................. 38
3.9 Cara Kerja Penelitian ........................................................................................... 39
3.10 Analisis Data ...................................................................................................... 40
3.11 Etika Penelitian .................................................................................................. 40
3.12 Alur Penelitian ................................................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................... 42
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ............................................................................ 42
4.2 Fungsi Seksual Wanita Akseptor Kontrasepsi Hormonal Berdasarkan FSFI ...... 44
4.3 Fungsi Seksual Wanita Akseptor Kontrasepsi Non-hormonal
Berdasarkan FSFI ................................................................................................. 45
4.4 Fungsi Seksual Berdasarkan Rerata Domain FSFI Pada Wanita
Akseptor Kontrasepsi Hormonal Dan Non-hormonal.......................................... 45
4.5 Perbedaan Fungsi Seksual Antara Kontrasepsi Hormonal Dan
Non-hormonal Berdasarkan FSFI ........................................................................ 46
BAB V PEMBAHASAN .......................................................................................... 48
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 57
6.1 Simpulan .............................................................................................................. 57
6.2 Saran ..................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 59
x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konsensus Internasional Sistem Klasifikasi Disfungsi Seksual Wanita ... 26
Tabel 2.1 Tabel Penilaian FSFI ................................................................................. 32
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 38
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian ................................................ 42
Tabel 4.2 Fungsi Seksual Wanita Akseptor Kontrasepsi Hormonal
Berdasarkan FSFI ...................................................................................... 44
Tabel 4.3 Fungsi Seksual Wanita Akseptor Kontrasepsi Non-hormonal
Berdasarkan FSFI ...................................................................................... 45
Tabel 4.4 Perbedaan Fungsi Seksual Berdasarkan Rerata Domain FSFI Pada Wanita
Akseptor Kontrasepsi Hormonal dan Non-hormonal ................................ 45
Tabel 4.5 Perbedaan Fungsi Seksual Antara Kontrasepsi Hormonal
dan Non-hormonal Berdasarkan FSFI ..................................................... 46
xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Konsep Akseptabilitas Seksual Terhadap Kontrasepsi ............. 18


Gambar 2.2 Model Linear Respon Seksual Wanita ................................................ 22
Gambar 2.3 Model Sirkuler Respon Seksual Wanita ............................................... 23
Gambar 2.4 Model Psikoseksual Disfungsi Seksual Wanita .................................... 27
Kerangka Teori ........................................................................................................ 33
Kerangka Konsep ..................................................................................................... 34
Alur Penelitian .......................................................................................................... 34
xii

DAFTAR SINGKATAN

DHEA Dehydroepiandrosterone
DHEA-S Dehydroepiandrosterone Sulphate
DMPA Depo Medroxyprogesterone Acetate
EE Ethynil Estradiol
FSFI Female Sexual Function Index
FSH Follicle Stimulating Hormone
GSM Genitourinary symptomps of menopause
IUD Intra Uterine Device
IMT Indeks Massa Tubuh
KB Keluarga Berencana
LARC Long-Acting Reversible Contraception
LH Luteinizing Hormone
LNG Levonegestrel
MPA Medroxyprogesterone Acetate
NET-EN Norethindrone Enanthate
Q Question
SDKI Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia
SHBG Sex-Hormone-Binding Globulin
WHO World Health Organization
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance


Lampiran 2. Lembar Penjelasan kepada Calon Subyek Penelitian
Lampiran 3. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (informed consent)
Lampiran 4. Kuesioner Faktor-Faktor Karakteristik Subyek Penelitian
Lampiran 5. Kuesioner Female Sexual Function Index (FSFI)
Lampiran 6. Tabel Induk Kontrasepsi
Lampiran 7. Analisa Statistik
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seksualitas merupakan aspek sentral dari seorang manusia sepanjang

hidupnya meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme,

kenikmatan, keintiman dan reproduksi.1 Seksualitas merupakan proses kompleks

yang terkoordinasi secara sistem neural, vaskular dan endokrin. Aspek fungsi seksual

termasuk keinginan seorang wanita atau hasrat untuk melakukan aktivitas seksual,

kemampuan seseorang untuk mulai dan mempertahankan rangsangan, mengalami

lubrikasi, orgasme, menikmati sensasi nyata aktivitas seksual dan meminimalkan

nyeri dan ketidaknyamanan seksual.2,3

Disfungsi seksual sebagai bagian penting dari konflik diantara para pasangan

dapat menyebabkan keraguan dan perhatian terhadap ketahanan suatu hubungan.

Disfungsi seksual dapat menurunkan hubungan interpersonal, kemampuan dan

kreativitas seseorang bahkan dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup. Ternyata

masalah seksual mencapai 88,8% dari penyebab perceraian. Banyak faktor yang

mempengaruhi fungsi seksual wanita. Diantaranya adalah usia, jumlah anak yang ada

di dalam rumah, penyakit tertentu, konsumsi alkohol dan merokok. Selain itu lama

waktu menikah juga mempengaruhi fungsi seksual wanita.4,5,6

Insidensi disfungsi seksual wanita di setiap negara berbeda-beda. Berdasarkan

penelitian diperkirakan sekitar 40% wanita mengalami disfungsi seksual.4,7 Di

Jerman sebanyak 38%, Turki sebanyak 48,3%, Chili 22%, Moroko 27%, Brazil 49%,
2

Ghana 72,8%, Nigeria 63%, Iran 8,5%-19,2% dan Indonesia 66,2%. Dari persentase

kejadian tersebut didapatkan rata-rata 58,04%. Artinya lebih dari separuh kaum

wanita di dalam suatu negara berpotensi mengalami gangguan fungsi seksual. Suatu

studi oleh Journal of Sexual Medicine, mengatakan bahwa faktor penyebab terjadinya

disfungsi seksual pada wanita berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi baik

hormonal dan non-hormonal.8,9,10

Gangguan seksual pada wanita termasuk gangguan hasrat, rangsangan,

lubrikasi, orgasme dan nyeri. Efek samping kontrasepsi hormonal yang berkaitan

dengan fungsi seksual terutama pada hasrat dan pemikiran seksual tetapi sebagian

melaporkan efek negatif pada lubrikasi dan nyeri. Kontrasepsi juga dapat

mempengaruhi pengalaman seksual secara tidak langsung. 2

Prevalensi disfungsi seksual diperkirakan 27,3% dan frekuensi gangguan

hasrat seksual 18,6%, rangsangan 39,9%, lubrikasi 18,9% dan orgasme 27,3%. Pada

penelitian tersebut didapatkan bahwa 56,1% wanita mengalami dispareunia dan

15,2% tidak puas terhadap kehidupan seksualnya. Di Austria, didapatkan frekuensi

gangguan hasrat seksual 9,1%, gangguan rangsangan seksual 20%, gangguan

orgasme 20% dan nyeri sebanyak 12,8%.6,8

Kontrasepsi digunakan oleh 63% wanita usia reproduksi di dunia. Kontrasepsi

seringkali menjadi masalah pada pasangan usia subur. Dalam memilih kontrasepsi

wanita dihadapkan dengan banyak permasalahan, termasuk keuntungan dan efek

sampingnya. Wanita seringkali memutuskan untuk tidak menggunakan kontrasepsi

karena efek samping yang terdapat pada kontrasepsi, termasuk efek yang
3

mengganggu pada fungsi seksual. Kontrasepsi hormonal sering dilaporkan

menyebabkan gangguan fungsi seksual.11

Dalam literatur, hubungan antara kontrasepsi dan fungsi seksual masih

menjadi kontroversi. Dari penelitian didapatkan bahwa metode kontrasepsi memiliki

efek positif dan negatif dan tidak memiliki efek pada kehidupan seksual suatu

pasangan/individu.12,13,14 Dari penelitian sebelumnya disimpulkan bahwa efek dari

metode kontrasepsi terhadap kehidupan seksual jangan diabaikan. Secara umum,

penggunaan metode kontrasepsi mempengaruhi fungsi seksual secara positif karena

kontrasepsi menghilangkan ketakutan akan terjadinya kehamilan.15

Munculnya gangguan seksual merupakan efek samping yang sangat penting

yang dapat terjadi selama penggunaan kontrasepsi hormonal. Pada beberapa kasus,

gangguan tersebut akan menyebabkan penghentian metode kontrasepsi. Meskipun

efek samping seksual yang menyebabkan penghentian kontrasepsi masih menjadi

kontroversi, studi menunjukkan bahwa tidak ada pola yang konsisten adanya efek

seksual pada metode kontrasepsi hormonal.16 Pada penelitian, 87% wanita

menghentikan kontrasepsi hormonal karena komplikasi emosional, sindrom

pramenstruasi akut, penurunan libido dan kenikmatan seksual.17

Sekitar 37,6 juta wanita di Amerika Serikat usia 15-44 tahun menggunakan

kontrasepsi. Kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah kontrasepsi oral

(16%), diikuti oleh sterilisasi (15,5%), kondom (9,4%) dan long-acting reversible

contraception (LARC) (7,2%) termasuk IUD copper dan IUD yang mengandung

levonogestrel dan kontrasepsi implant etonogestrel. Kontrasepsi mungkin

mempengaruhi fungsi seksual wanita baik secara positif maupun negatif. Meskipun
4

demikian, masih relatif sedikit penelitian yang membahas tentang efek kontrasepsi

pada fungsi seksual.4

Female Sexual Function Index (FSFI) digunakan untuk mengukur fungsi

seksual termasuk hasrat seksual dalam empat minggu terakhir. Skor yang lebih tinggi

pada tiap domain menunjukkan level fungsi seksual yang lebih baik. FSFI terdiri dari

19 pertanyaan yang terdiri dari 6 domain (desire, arousal, lubrication, orgasm,

satisfaction, and pain). Nilai ≤ 26,55 (cut-off) pada FSFI menggambarkan adanya

masalah seksual.6,18,19

Perhatian wanita terhadap efek samping kontrasepsi lebih besar dibandingkan

membentuk keinginan wanita agar mencoba atau terus menggunakan metode

kontrasepsi. Persepsi wanita terhadap pengaruh kontrasepsi terhadap hubungan

seksual akan mempengaruhi keputusan penggunaan kontrasepsi.5,11,20 Dalam

masyarakat kita, masalah kontrasepsi dan seksualitas masih merupakan suatu hal

yang tabu atau belum bisa dijadikan suatu diskusi yang jelas dan nyaman.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai disfungsi seksual menurut skor FSFI pada wanita yang

menggunakan kontrasepsi hormonal dan non-hormonal agar seorang wanita dapat

mempertahankan kehidupan seksual yang aman dan menyenangkan dan memberikan

kebebasan memilih mengenai reproduksinya, terutama kehidupan seksualnya.

1.2 Rumusan Masalah

Perbedaan fungsi seksual pada wanita yang menggunakan kontrasepsi

hormonal dan kontrasepsi non-hormonal dinilai dengan Female Sexual Function

Index minimal 6 bulan di puskesmas di Kota Medan.


5

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan fungsi seksual pada wanita yang menggunakan

kontrasepsi hormonal dan non-hormonal yang dinilai dengan Female Sexual

Function Index (FSFI).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik wanita akseptor kontrasepsi hormonal dan non-

hormonal yaitu usia, paritas, berat badan dan pendidikan.

2. Mengetahui fungsi seksual wanita akseptor kontrasepsi hormonal

berdasarkan FSFI.

3. Mengetahui fungsi seksual wanita akseptor kontrasepsi non-hormonal

berdasarkan FSFI.

4. Mengetahui perbedaan skor domain FSFI yaitu hasrat, rangsangan,

lubrikasi, orgasme, kepuasan dan nyeri antara akseptor kontrasepsi

hormonal dan non-hormonal.

5. Mengetahui perbedaan fungsi seksual antara akseptor kontrasepsi hormonal

dan non-hormonal berdasarkan FSFI.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang fungsi seksual pada wanita

akseptor kontrasepsi hormonal dan non-hormonal dengan menggunakan FSFI


6

dan sebagai sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk penelitian

selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Pelayanan

Memberi informasi kepada wanita akseptor kontrasepsi dan tenaga kesehatan

yang berperan didalam memberikan konseling, informasi dan edukasi didalam

pemilihan metode kontrasepsi yang sesuai dengan individu atau pasangan.

Dimana panduan didalam penggunaan yang benar dari metode kontrasepsi

yang dipilih dan perhatian yang benar jika terjadi masalah negatif terhadap

fungsi seksual akan membantu meningkatkan kualitas kehidupan seksual

seorang wanita atau suatu pasangan.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan

konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan

sperma tersebut.21

Sebanyak 63% wanita usia reproduktif menggunakan kontrasepsi, dengan

perkiraan 716 juta wanita di seluruh dunia.22 Persentase peserta KB baru terhadap

pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 13,46%. Angka ini lebih

rendah dibandingkan capaian tahun 2014 yang sebesar 16,51%. Tiga propinsi yang

memiliki persentase tertinggi yaitu Maluku Utara sebesar 57,85%, DKI Jakarta

sebesar 31,14%, dan Maluku sebesar 25,07%. Sedangkan capaian terendah terdapat

di Provinsi Bali sebesar 9,45%, Jawa Timur sebesar 10,8%, dan Banten sebesar

11,21%.23

Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua

klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi

setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah:

1) Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan

2) Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat

mencegah kehamilan. Ada beberapa komponen dalam menentukan keektifan

6
8

dari suatu metode kontrasepsi diantaranya adalah keefektifan teoritis,

keefektifan praktis, dan keefektifan biaya. Keefektifan teoritis (theoritical

effectiveness) yaitu kemampuan dari suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi

terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut digunakan

terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan tanpa kelalaian.

Sedangkan keefektifan praktis (use effectiveness) adalah keefektifan yang

terlihat dalam kenyataan di lapangan setelah pemakaian jumlah besar,

meliputi segala sesuatu yang mempengaruhi pemakaian seperti kesalahan,

penghentian, kelalaian, dan lain-lain.

3) Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan

budaya di masyarakat.3 Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi

yakni penerimaan awal (initial acceptability) dan penerimaan lanjut

(continued acceptability). Penerimaan awal tergantung pada bagaimana

motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lanjut

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial

ekonomi, agama, sifat yang ada pada KB, dan faktor daerah (desa/kota).

4) Terjangkau harganya oleh masyarakat

5) Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali

kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.

Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode

kontrasepsi antara lain umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang

diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan dan
9

kepriaan, faktor kesehatan, faktor metode kontrasepsi, efektivitas, efek samping,

biaya dan jarak/ geografis.

2.1.1 Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi oral dan suntik sama-sama memiliki efektivitas 99.7% dengan

cara kerja yang sama. Disfungsi seksual tercatat sebagai salah satu penyebab paling

sering penghentian kontrasepsi oral.2 Pil kontrasepsi terdiri dari pil kontrasepsi

kombinasi dan pil progesteron saja.24 Pil kontrasepsi kombinasi terdiri dari estrogen

dan progestin, dan pil dibagi menjadi tiga generasi berdasarkan jenis kandungan

progestinnya. Progestin generasi pertama termasuk norethindrone, lynestrenol,

ethynodiol diacetate, dan norethisterone. Progestin generasi kedua termasuk

levonogestrel dan norgestrel. Generasi ketiga termasuk desogestrel, gestodene, dan

norgestodene. Karena terkait dengan penyebab kanker payudara, progestin generasi

pertama tidak lagi digunakan dan memiliki efek samping yang lebih banyak

dibandingkan generasi kedua dan ketiga.2 Kontrasepsi suntik terdiri dari suntik

progesteron saja atau suntik kombinasi. Kontrasepsi suntik kombinasi mengandung

depot medroxyprogesterone acetate (DMPA) dan Estradiol Sipionat atau Estradiol

Valerat yang diberikan intramuskular setiap satu bulan sekali. Kontrasepsi suntik

progestin mengandung depot medroxyprogesterone acetate (DMPA) yang diberikan

intramuskular setiap 3 bulan dan norethisterone enanthate (NET-EN) yang diberikan

intramuskular setiap 2 bulan. Kontrasepsi ini tidak mengandung estrogen sehingga

dapat digunakan pada wanita yang menyusui. Sebagian akseptor kontrasepsi suntik

tidak melaporkan perubahan mood atau keinginan seksual.24


10

Estrogen pada kontrasepsi meningkatkan produksi sex hormone-binding

globulin (SHBG) dan menurunkan kadar androgen dalam sirkulasi. Progestin pada

kontrasepsi menurunkan jumlah free testosterone dan menghambat konversi

testosteron menjadi bentuk aktif dengan cara menghambat 5α-reductase yaitu

dihydrotestosterone. Progestin generasi ketiga memiliki androgen yang lemah

dibandingan generasi kedua. Desogestrel tidak memiliki efek androgen. Pil

kontrasepsi kombinasi yang mengandung desogestrel meningkatkan kapasitas sex

hormone-binding globulin (SHBG) terhadap androgen dan menyebabkan penurunan

signifikan free testosterone dan free 5α-dihydrotestosterone. Androgen memiliki

peran penting terhadap hasrat seksual pada laki-laki dan perempuan. Testosteron juga

memiliki peranan pada hasrat seksual. Tetapi terdapat kontroversial terhadap

pernyataan tersebut. Pada penelitian 1.021 wanita usia 18-75 tahun di Amerika, tidak

terdapat hubungan antara masalah seksual dengan penurunan free testosterone dan

testosteron total dan androstenedione. Pada suatu penelitian, didapatkan tidak ada

hubungan antara kontrasepsi dan penurunan kadar testosteron total dan free

testosterone dan DHEA-S dan penurunan hasrat seksual. Sebaliknya, pemberian

testosteron pada wanita dengan disfungsi seksual meningkatkan kepuasan seksual.2,25

Terdapat penelitian yang kontroversial terkait efeknya terhadap hasrat seksual,

sebagian menyatakan menurunkan, dan sebagian menyatakan tidak ada pengaruh

terhadap hasrat seksual. Penggunaan kontrasepsi menurunkan hasrat seksual dalam 3,

6 dan 12 bulan, menurunkan frekuensi seksual selama 9 bulan, menurunkan gairah

seksual selama 3 bulan, dan menurunkan orgasme selama 3-9 bulan.2,26 Pada sebagian

wanita yang mengkonsumsi pil kontrasepsi progesteron ada yang melaporkan terjadi
11

perubahan mood atau keinginan seksual walaupun terjadi perbaikan pada keluhan

tersebut.24

Penelitian pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal dengan non-

hormonal menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian pada 13.000 wanita tidak

menunjukkan perubahan hasrat seksual pada pengguna kontrasepsi hormonal

kombinasi. Tetapi banyak penelitian yang menunjukkan efek samping dari

kontrasepsi pada fungsi seksual, terutama hasrat seksual. Penggunaan kontrasepsi

hormonal menurunkan aktivitas seksual, gairah, kenikmatan dan orgasme serta

kesulitan lubrikasi. Penelitian lain juga menunjukkan penurunan keinginan seksual

dan gairah seksual setelah penggunaan pil kontrasepsi selama 3 bulan, walaupun

tidak ada perubahan dalam kenikmatan aktivitas seksual. Pada suatu penelitian pada

2.612 mahasiswa kedokteran, pil kontrasepsi kombinasi berhubungan dengan

peningkatan disfungsi seksual pada wanita dibandingkan dengan kontrasepsi non-

hormonal.5 Dari literatur, dorongan seksual tidak dipengaruhi kontrasepsi pil; 3,5%

wanita dengan pil kontrasepsi mengalami penurunan gairah seksual, 12 % mengalami

peningkatan gairah seksual dan 84,6% tidak mengalami perubahan.25,27

2.1.1.1.Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Fungsi Seksual

Hasrat dan respons seksual pada wanita adalah multifaktorial, meliputi

fisiologi, emosi, pengalaman, kepercayaan, gaya hidup, dan bentuk suatu hubungan.

Gangguan pada salah satu komponen-komponen tersebut dapat mengganggu

dorongan, rangsangan atau kepuasan seksual.28


12

Penyebab disfungsi seksual pada wanita sering sulit secara tepat diketahui,

dan biasanya disebabkan oleh lebih dari satu penyebab. Kesehatan dalam suatu

hubungan, kecemasan, depresi, kelelahan, insomnia, masalah berat badan, dan agama

dan kepercayaan semuanya dapat berpengaruh terhadap fungsi seksual wanita.

Kondisi medis juga ikut mempengaruhi, terutama kondisi fisik seperti arthtritis,

gangguan berkemih dan buang air besar, operasi pelvik, nyeri kepala, dan gangguan

neurologis.28

Estrogen adalah hormon seksual utama pada wanita yang turut

mempertahankan integritas epitel mukosa vagina dan merangsang lubrikasi. Estrogen

memainkan peranan penting didalam mengatur fungsi seksual dan sintesis nitrit oxide

dalam vagina dan klitoris serta memiliki efek vasodilator dan vasoprotektif terhadap

vagina. Pasca menopause, lubrikasi vagina, hasrat dan frekuensi seksual menurun

sehingga dapat menyebabkan vaginismus. Terapi pengganti estrogen pada wanita

pasca menopause terbukti meningkatkan lubrikasi vagina dan hasrat seksual.29,30

Testosteron adalah androgen predominan pada wanita. Kelenjar adrenal dan

ovarium merupakan sumber utama dari sintesis testosteron. Kadar testosteron

menurun sejalan dengan usia. Kadar testosteron dan DHEAS menurun pada wanita

yang menjalani ooforektomi bilateral. 30 Kadar testosteron yang rendah berhubungan

dengan penurunan rangsangan seksual, libido, respons seksual, sensasi genital, dan

orgasme. Testosteron bermain pada sistem saraf pusat dan mempengaruhi sikap

seksual. Testosteron mungkin meningkatkan aktivitas sintesis nitrit oxide, yang

memproduksi relaksasi pembuluh darah otot polos. Testosteron juga meningkatkan

hasrat seksual pada wanita menopause sekunder karena ooforektomi.30 Pada


13

penelitian didapatkan bahwa 73% wanita mengalami penurunan testosteron bebas

tanpa mengalami gangguan keinginan atau respon seksual. 4

Mekanisme utama kerja kontrasepsi kombinasi dengan cara menghambat

ovulasi dan menghambat perkembangan folikel. Kontrasepsi kombinasi menghambat

produksi dan sekresi follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone

(LH) oleh hipofisis dan lonjakan mid-cycle yang kurang tajam dari kedua hormon

tersebut. Oleh kerena itu perkembangan folikel, ovulasi dan pembentukan corpus

luteum menjadi terhambat. Sehingga terjadi penurunan sekresi estradiol oleh ovarium

dan tidak adanya produksi progesteron. Inhibisi FSH dan LH juga menghambat

produksi hipothalamus normal memproduksi gonadotropin-releasing hormone. Efek

progestin pada lendir servik menjadi tebal dan viskositas yang tinggi sehingga

menghambat penetrasi sperma. 31

Kontrasepsi kombinasi dihubungkan dengan kekeringan vagina dan

penurunan lubrikasi, bahkan penurunan gairah, kenikmatan seksual dan frekuensi

orgasme dan peningkatan nyeri seksual. Hal ini dikaitkan dengan penurunan kadar

androgen didalam sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh 2 mekanisme: (1). Kontrasepsi

kombinasi meningkatkan sex hormone-binding globulin (SHBG) dan menurunkan

free testosterone, dan (2) produksi androgen oleh ovarium ditekan oleh pil

kontrasepsi kombonasi. Efek antiandrogenik ini makin diperkuat oleh pil kontrasepsi

kombinasi yang mengandung progestin antiandrogenik.4 Dari review metaanalisis

menunjukkan bahwa kadar testosteron total dan testosteron bebas menurun selama

penggunaan kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin. Kadar SHBG juga

menurun secara signifikan.28


14

Penggunaan pil kontrasepsi 30 µg EE/ 150mg levonegestrel (LNG), kadar

androgen plasma menurun tanpa efek negatif hasrat seksual, tetapi dengan dosis

estrogen yang lebih rendah (20 µg EE/ 100mg LNG) terjadi perbaikan saat coitus.

Estrogen dosis rendah (15 µg) menyebabkan kekeringan vagina dan penurunan hasrat

seksual. Pil kontrasepsi kombinasi yang mengandung 30 µg EE dan 3 mg

drospirenone menurunkan hasrat seksual dan gangguan lubrikasi.25

Progestin yang terdapat pada pil kontrasepsi mengandung androgen parsial

atau anti-androgenik dan dapat memicu efek agonis dan antagonis pada reseptor

androgen. Dampak pada reseptor androgen dapat menjadi salah satu penyebab efek

negatif dan positif terhadap fungsi seksual. Tetapi penelitian terhadap perbedaan

progestin masih terbatas.32

Testosteron yang rendah pada wanita yang disebabkan oleh pil kontrasepsi

kombinasi mungkin mempengaruhi disfungsi seksual wanita. Defisiensi testosteron

berhubungan dengan kualitas hidup yang menurun, perubahan mood, kurang energi,

gangguan kognitif, gangguan fungsi seksual optimal, penurunan kekuatan massa otot

dan kekuatan, penurunan massa tulang dan densitas tulang.33

2.1.1.2 Efek Positif Pada Seksualitas Wanita

Masih sedikit studi yang mengevaluasi efek kontrasepsi kombinasi terhadap

fungsi seksual wanita. Kehilangan darah melalui menstruasi menurun penggunaan

kontrasepsi kombinasi sebesar 40% setelah penggunaan selama 3 bulan. Kontrasepsi

kombinasi merupakan kontrasepsi yang efektif, dimana penggunaannya menurunkan

ketakutan terjadinya kehamilan, sehingga diasumsikan memberikan pengalaman


15

seksual yang lebih tenang dan menyenangkan. Ketakutan terjadinya kehamilan yang

tidak diinginkan memiliki efek negatif terhadap rangsangan seksual, terutama jika

pasangannya tidak peduli tentang kekhawatiran ini. Sebaliknya jika wanita merasa

bahwa pasangannya memiliki perhatian terhadap kontrasepsi maka terjadi efek positif

untuk merasakan kegairahan pada wanita tersebut.31

Penampilan pribadi dan percaya diri juga mempengaruhi seksual. Penggunaan

pil kontrasepsi kombinasi juga digunakan untuk pengobatan acne. Penelitian

menunjukkan bahwa efek pil kontrasepsi kombinasi pada seksual wanita

meningkatkan penampilan sehingga percaya diri meningkat sehingga memberikan

efek positif terhadap fungsi seksual.31

2.1.1.3 Efek Negatif Pada Seksualitas Wanita

Telah dilaporkan efek negatif pil kontrasepsi terhadap fungsi seksual terutama

pada hasrat dan angan seksual, tetapi beberapa laporan menyebutkan efek negatif

pada lubrikasi dan nyeri.32

Penurunan fungsi seksual sangat erat berkaitan dengan penurunan kadar

estrogen. Progestin sistemik mungkin berhubungan dengan hilangnya gairah seksual

sebagai akibat penekanan fungsi ovarium dan produksi estrogen endogen. 27

1) Penurunan Lubrikasi

Pada pengguna kontrasepsi kombinasi dilaporkan kekeringan pada vagina,

walaupun efek ini menurun setelah 12 bulan penggunaan. Efek ini disebabkan

karena androgen diperlukan untuk sintesis glycoprotein yang diperlukan untuk

pembentukan mucus. Penggunaan kontrasepsi kombinasi dapat menyebabkan


16

vulvovaginitis atrofi. Pada wanita tersebut dilaporkan penurunan lubrikasi

vagina.31

2) Nyeri Vestibular

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pil kontrasepsi kombinasi

meningkatkan resiko nyeri pada vestibulum vulva (vestibulodinia provokasi)

sebanyak 4-9 kali lipat. Kecenderungan terjadi vestibulodinia pada pengguna

pil jangka lama dan wanita yang mulai menggunakan pil pada usia muda.

Pada sepertiga wanita melaporkan adanya nyeri selama dan/atau setelah coitus

dan penggunaan pil kontrasepsi lebih dari 2 tahun merupakan faktor resiko.

Pil kontrasepsi kombinasi menungkatkan sensitivitas (batas ambang nyeri

mekanik) pada mukosa vestibulum. Juga dilaporkan bahwa wanita pengguna

pil dengan vestibulodinia mengalami resolusi setelah pil dihentikan dan kadar

SHBG dan free testosterone kembali normal.31

3) Perubahan Anatomi

Pada suatu penelitian, setelah 3 bulan penggunaan kontrasepsi, pasien

mengalami nyeri yang makin memburuk saat coitus, ketebalan labia minor

dan daerah introitus vagina semakin menipis jika dibandingkan dengan nilai

sebelumnya serta penurunan hasrat seksual.2,31 Mukosa vagina terganggu

dimana menjadi lebih rentan terhadap paparan eksternal atau iritan dan

akhirnya meningkatkan respon inflamasi lokal, nyeri saat disentuh, dan

dispareunia. Frekuensi berhubungan seksual setiap minggu dan frekuensi

orgasme menjadi menurun. Nyeri saat berhubungan juga semakin memburuk

setelah penggunaan pil kontrasepsi.26


17

2.1.2. Kontrasepsi Non-hormonal

2.1.2.1. Kontrasepsi Intrauterin

Kontrasepsi intrauterine atau intrauterine device (IUD) adalah metode yang

sering digunakan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang.

Kontrasepsi IUD tidak memerlukan kepatuhan pemakai. Terdapat 2 macam IUD:

yang mengandung lengan/batang tembaga dan yang mengandung progestin dalam

bentuk levonogestrel (mirena®).34 IUD memiliki efek samping antara lain

peningkatan darah menstruasi, intermenstrual spotting dan ketidaknyamanan

panggul. Masih sedikit data yang menginformasikan efek IUD pada fungsi seksual.

Meskipun jumlah gangguan seksual pada pengguna IUD tidak tinggi, terdapat

penurunan skor nilai rangsangan, lubrikasi, orgasme dan nyeri pada FSFI.35

Walaupun sebelumnya banyak penelitian yang memberikan informasi tentang

keuntungan penggunaan IUD, banyak wanita masih khawatir tentang pengaruh IUD

terhadap kehidupan seksualnya dan kepuasan pasangannya.36,37

Pada pengguna IUD, rasa nyeri lebih dominan dibandingkan dengan nilai

rangsangan, lubrikasi, dan orgasme. Hal ini mungkin disebabkan bahwa rasa nyeri

itulah yang menyebabkan gangguan rangsangan/lubrikasi/orgasme. Penelitian

menyebutkan bahwa pengguna IUD mengalami penurunan rangsangan seksual,

lubrikasi, orgasme dan peningkatan nyeri dibandingkan wanita tanpa kontrasepsi.25

Tetapi penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan

antara sebelum dan sesudah pemakaian IUD. 36

Efektifitas IUD yang tinggi juga mempengaruhi kenikmatan seksual pada

beberapa penelitian. Dua penelitian melaporkan perbaikan fungsi seksual pada wanita
18

yang menggunakan kontrasepsi IUD tetapi ada penelitian lain yang tidak menemukan

perubahan seksual, positif atau negatif. Wanita yang berkurang keluhan

perdarahannya mungkin mengalami perbaikan fungsi seksual dan sebagian wanita

tersebut perbaikan perdarahannya berkurang setelah menggunakan IUD dengan

levonogestrel. Sebaliknya, wanita yang mengalami keluhan perdarahan atau kram

atau perdarahan yang tidak teratur selama menggunakan IUD mungkin akan

mengalami penurunan keinginan seksual atau mengalami ketidaknyamanan saat

aktivitas seksual.5

Penelitian sebelumnya telah mencatat adanya perdarahan dan kram yang

berhubungan dengan pemakaian IUD copper atau hormonal, hanya sedikit studi yang

mencatat efek yang berkaitan dengan seksual. Pada penelitian Higgins dkk, akseptor

lebih cenderung memilih menggunakan pil kontrasepsi dibandingkan IUD karena

untuk menghindari efek samping tersebut. IUD dianggap bahwa cenderung tidak

mempengaruhi pengalaman seksual wanita karena hanya mengandung sedikit hormon

atau tidak sama sekali. Mereka beranggapan bahwa kandungan hormon yang ada

pada pil, patch dapat mengganggu kehidupan seksualnya. Dibandingkan dengan IUD

terutama IUD copper akan memberikan efek positif terhadap seksualnya. Pada

sebagian pengguna IUD mengeluhkan adanya gangguan benang IUD pada

pasangannya. Keluhan ini merupakan keluhan terbanyak pada pengguna IUD

sehingga banyak wanita yang membatalkan penggunaan IUD. 7 Sekitar 46% wanita

tidak tertarik terhadap pemakaian IUD karena mereka tidak ingin ada benda asing

didalam tubuhnya. Oleh karena itu, sekitar 25% wanita beranggapan bahwa IUD

dapat menyakitinya.36,38 Sebagian wanita pengguna IUD tidak merasakan perubahan


19

seksual. Akseptor IUD ini tidak merasakan efek negatif dengan menggunakan IUD

dibandingkan dengan metode lainnya, misalkan kondom yang kurang nyaman dipakai

atau pil kontrasepsi yang harus diminum setiap hari dengan waktu yang sama.7

Gambar 2.1 Model Konsep Akseptabilitas Seksual Terhadap Kontrasepsi5

2.2 Fungsi Seksual Wanita

Fungsi seksual berhubungan dengan fase tertentu dari siklus respon seksual.

Fase seksual meliputi fase inisiasi, rangsangan, orgasme dan resolusi. Fungsi seksual

adalah berupa gejala (biogenik) atau gejala yang bermanifestasi dari konflik

intrapsikis/intrapersonal (psikogenik) atau kombinasi dari kedua faktor tersebut.

Fungsi seksual dapat terganggu oleh stres dalam tiap bentuknya, gangguan emosional

dan ketidaktahuan akan fungsi dan fisiologi seksual.


20

2.2.1. Biologi dan Patofisiologi

Hasrat seksual merupakan hasrat spontan karena pemikiran, impian dan

fantasi seksual, atau merupakan didapat sekunder karena motivasi kognitif. Pada

sebagian wanita, terutama yang memiliki hubungan dengan waktu yang cukup lama ,

motivasi nonseksual (misalkan kedekatan emosi, merasa dicintai) dapat menimbulkan

hasrat seksual.39

Dengan rangsangan seksual genitalia mengalami vasokongesti yang

menyebabkan lubrikasi vagina, engorgement, dan pemanjangan; dilatasi dinding

vagina; dan pembesaran klitoris dan bulbus vestibulovagina. Hal ini meningkatkan

aliran darah ke vagina dan uterus sehingga menyebabkan peningkatan sekresi uterus

dan kelenjar Bartholin yang melubrikasi vagina. Lubrikasi tambahan datang dari

transudasi plasma dari pembuluh darah yang membesar pada dinding vagina.30 Pada

keadaan tidak terangsang, dinding anterior dan posterior vagina kolaps dan menempel

satu sama lain. Lubrikasi tambahan didapatkan dari transudasi plasma dari

pembengkakan pembuluh darah di dinding vagina. Di dalam vagina, cairan keluar

melalui epitel. Pada keadaan tidak terangsang, cairan vagina mengandung konsentrasi

K+ lebih tinggi dibanding Na+.30,39,40

Pada keadaan tidak terangsang ada cairan keluar melalui epitel dan seimbang

dengan reabsorbsinya, hal ini membuat vagina lembab, tetapi tidak cukup basah

untuk penetrasi tanpa rasa nyeri. Sirkulasi darah yang lambat juga menyebabkan

lumen hipoksia dengan tekanan oksigen yang rendah. Selama birahi seksual, aliran

darah epitel vagina meningkat karena rangsangan inervasi neural melalui nervus
21

sacralis anterior (jalur parasimpatis). Peningkatan aliran darah menyebabkan

peningkatan volume ultrafiltrasi sel-sel epitel vagina, kapasitas reabsorbsi tersaturasi

dan menyebabkan cairan menumpuk berlebihan di permukaan vagina yang berwarna

jernih, licin dan lubrikan lembut, melembabkan vagina sehingga penetrasi mudah dan

tidak nyeri. Lubrikasi vagina saat rangsangan seksual bukan disebabkan karena

peningkatan sekresi kelenjar vagina.30,39,40

Aktivasi sistem saraf simpatis yang terjadi pada fase akhir rangsangan dan

orgasme menyebabkan peningkatan detak jantung dan tekanan darah pada wanita.

Selama rangsangan terjadi relaksasi otot polos trabekular pada klitoris dan aliran

darah klitoris meningkat. Hal ini menyebabkan tekanan intra-klitoris meningkat

sejalan dengan pembengkakan. Karena tunika klitoris bersifat elastik, tidak terjadi

mekanisme veno-occlusive seperti yang terjadi pada penis.40

Disfungsi seksual setelah operasi pinggul mungkin berhubungan dengan

suplai vaskular dan inervasi neurologis. Kontraksi otot dasar panggul (terutama

diafragma pelvis) meningkatkan orgasme. Efek fisiologis dari rangsangan kurang

berkaitan dengan rangsangan subjektif. Oleh karena itu, wanita dengan gangguan

rangsangan mungkin saja terjadi vasokongesti genital akibat rangsangan seksual

tetapi tidak merasakan sensasi rangsangan subjektif. Wanita dapat mengalami

kepuasan fisik tanpa mengalami orgasme.30,39

2.2.2. Respon Seksual

Sebuah respon seksual yang normal memerlukan integritas anatomi dan

fungsional seluruh sistem limbik otak daripada struktur anatomi tertentu di dalamnya.
22

Sistem limbik adalah bagian dari apa yang disebut paleo-korteks, jaringan yang

komprehensif yang melibatkan hipotalamus dan thalamus (baik dalam diencephalon),

cingulate gyrus anterior, dan banyak struktur lobus temporal, termasuk amigdala,

badan mammillary, forniks, dan hippocampus, jenis filogenetis korteks. Bersama

dengan lobus pre-frontal yang memiliki peran dominan penghambatan atas insting

dasar, sistem limbik sangat penting dalam kedua jenis kelamin untuk inisiasi hasrat

seksual dan fenomena seksual terkait. Fungsinya mengaktifkan fantasi seksual,

lamunan seksual, mimpi erotis, gairah mental seksual, dan kaskade inisiasi

neurovaskular memicu somatik dan respon fungsi genital seksual serta perilaku

sosial. Diperkirakan bahwa amigdala mempertahankan peran penting sebagai pusat

kontrol untuk empat sistem komando emosional dasar dijelaskan oleh Panksepp yaitu

sistem makan-nafsu, kemarahan-mengamuk, ketakutan-kecemasan dan kepanikan-

distres. Semua sistem ini dapat berinteraksi untuk memodulasi persepsi akhir dari

hasrat seksual pusat dan berkorelasi pada perilaku seksual. Gangguan dari setiap

tingkat dari sistem limbik dapat menyebabkan disfungsi seksual pada kedua jenis

kelamin, khususnya dalam domain hasrat, gairah pusat, dan terutama perilaku seksual

secara sosial.40

Neo-korteks semakin meningkat keterlibatannya dalam respon seksual pada

manusia, pertama sebagai target akhir dari input sensorik yang datang dari alat indera

yang berbeda. Bau yang berbeda, selera, kata-kata, pemandangan atau sentuhan

rangsangan dapat mengaktifkan kedua korteks sensorik yang bersangkutan dan

korteks seksual limbik ketika adanya sinyal kode sebagai seksual. Faktor kognitif

juga bermain dalam mengevaluasi stimulus seksual dan memodulasi secara


23

bersamaan risiko dan keinginan sebelum melakukan atau tidak dalam perilaku

seksual tertentu. 40

Untuk mengevaluasi disfungsi seksual pada seorang wanita, adalah penting

untuk memiliki pemahaman fungsi seksual perempuan normal. Pertama sekali model

respon seksual wanita dipublikasi oleh Masters dan Johnson pada tahun 1966. Model

ini kemudian dikenal sebagai model linear yang menunjukkan bahwa pada wanita

hasrat seksual menyebabkan gairah yang mengarah ke orgasme yang diikuti dengan

periode resolusi (gambar 2.2).

Gambar 2.2 Model Linear respon seksual wanita29

Model ini tidak memperhitungkan banyak faktor yang melibatkan seksual

wanita hanya bergantung pada spontanitas dari hasrat seksual yang tidak selalu

hadir.41 Model ini menggambarkan empat fase yaitu excitement, plateau, orgasme,

dan resolusi yang masing-masing berhubungan dengan respon genital dan respon

ekstragenital. Meskipun model Masters dan Johnson memberikan pengaruh yang luar

biasa, ada beberapa keterbatasan dan kritikan. Pertama, model ini gagal untuk

menjelaskan pola yang sangat variabel untuk melihat respon dari satu wanita ke

wanita yang lain atau setiap respon variabilitas dari satu episode ke episode lainnya
24

pada wanita yang sama. Kedua, model didominasi berfokus hanya pada aspek

fisiologis respon seksual dan tidak mencerminkan pentingnya subyektif, psikologis,

atau aspek interpersonal dari respon seksual. Respon seksual wanita sangat kompleks

dan dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk interaksi yang kompleks dari fisiologis,

psikologis, dan komponen interpersonal.29,30,40

Untuk mengatasi kekurangan ini, sebuah model tiga fase dari respon seksual

diusulkan oleh Helen Singer Kaplan. Menurut model ini, siklus respon seksual

dikonseptualisasikan dalam tiga fase penting: keinginan, kegembiraan, dan orgasme.

Tahap pertama dari hasrat/minat seksual dari model Kaplan terdiri dari fisiologis dan

komponen psikologis dari hasrat/minat seksual atau libido, yang dimediasi oleh otak

pada sistem limbik tetapi juga dipengaruhi hormon yaitu androgen dan faktor

psikososial. Tahap hasrat/minat seksual dianggap menjadi prekursor yang diperlukan

untuk pengembangan kegembiraan dan orgasme selanjutnya pada pria dan

perempuan.29 Model berikut dari respon seksual wanita menggabungkan kebutuhan

keintiman emosional wanita dan peran faktor psikologis dalam respon seksual. Dalam

hal ini diperlihatkan pada (gambar 2.3).42

Gambar 2.3. Model Sirkuler respon seksual wanita42


25

Model ini merupakan respon seksual pada wanita dengan memperhitungkan

keinginan spontan dan keintiman emosional. Dalam model ini, hasrat seksual

spontan, dapat terjadi karena berbagai alasan seperti awal dari sebuah hubungan baru

atau tidak adanya pasangan dalam waktu yang lama, dapat memicu wanita untuk

menemukan gairah seksual baik melalui hubungan seks dengan pasangan atau

menstimulasi diri sendiri. Akan tetapi, dorongan seksual yang spontan tidak selalu

sering terjadi dan tidak berarti (terutama dihubungan jangka panjang). Kurangnya

dorongan seksual spontan tidak dianggap sebagai disfungsi seksual.42

Pengalaman seksual yang baik menyebabkan baiknya emosional keintiman

antara seorang wanita dan pasangannya. Pengalaman yang baik berfungsi untuk

meningkatkan penerimaan ke arah rangsangan-rangsangan seksual dan

memungkinkan hasrat seksual melanjutkannya ke siklus seksual. Model ini

menunjukkan respon seksual pada wanita dapat dipengaruhi dibanyak tempat.

Pengalaman yang jelek, baik emosi atau fisik dapat menyebabkan penurunan hasrat

dan ketidakmampuan bagi wanita untuk resposif secara seksual dengan pasangannya

saat ini atau mungkin untuk saat ke depannya.39

Kepuasan seksual dan tidak orgasme tampaknya menjadi fokus pada beberapa

wanita. Seorang wanita memulai respon pengalaman seksual dari satu titik dari

netralitas seksual relatif tetapi dengan tujuan keintiman emosional dengan

pasangannya, dia mungkin mencari atau menerima rangsangan seksual. Tujuan

aktivitas seksual mungkin kompleks dan tidak hanya untuk kepuasan seksual internal.

Penerimaan terhadap rangsangan seksual memungkinkan wanita untuk pindah ke

keadaan gairah fisiologis. Jika pikiran terus menerus memproses rangsangan gairah,
26

hasrat seksual lebih lanjut dapat mendorong wanita untuk mendapatkan kepuasan

seksual dan orgasme yang dapat mendorong keintiman dan memperkuat seksual

motivasi. Model ini memperkuat gagasan bahwa motivasi perempuan dalam aktivitas

seksual adalah kompleks dan bukan merupakan fenomena yang dibawa dari lahir.42

Akhirnya, adanya interaksi antara faktor-faktor organik/fisik dan fenomena

psikososial dapat menghambat atau mempromosikan respon seksual dikenal sebagai

sexual tipping point. Seringkali dilakukan intervensi dan terapi yang terfokus pada

fisiologis dan/atau situasi/faktor-faktor yang berhubungan untuk meningkatkan fungsi

seksual.42

2.2.3. Disfungsi Seksual Wanita

Keluhan Seksual adalah ekspresi dari ketidaknyamanan atau rasa nyeri yang

berhubungan dengan fungsi seksual. Disfungsi seksual adalah suatu gangguan pada

fungsi seksual yang melibatkan satu atau multipel fase dari siklus respons seksual

atau nyeri yang berhubungan dengan aktivitas seksual.30

Gangguan rangsangan terjadi saat wanita tidak mampu memperoleh birahi

seksual secara persisten atau rekuren, atau mempertahankan birahi hingga aktivitas

seksual tersebut selesai. Gangguan ini mungkin disebabkan respons lubrikasi-

pembesaran yang kurang cukup yang normalnya terjadi selama aktivitas birahi dan

seksual. Gangguan orgasme terjadi saat wanita tidak dapat mencapai orgasme atau

kesulitan mencapai orgasme bahkan setelah stimulasi seksual. Gangguan ini dapat

terjadi secara primer atau sekunder berkaitan dengan usia. Gangguan genito-pelvik,

penetrasi, atau vaginismus, didiagnosa jika pasien selama minimal 6 bulan


27

mengalami gangguan persisten atau berulang: (a). penetrasi vagina saat coitus, (b).

nyeri pelvik atau vulvovaginal selama coitus; (c). merasa cemas akan nyeri pelvik

atau vulvovaginal saat atau setelah coitus; dan (d) kram otot pelvik saat penetrasi.43

Disfungsi seksual merupakan masalah seksual yang persisten dan rekuren

yang mengganggu hubungan interpersonel. Sesuai dengan Consensus Development

Conference On Female Sexual Dysfunction, aspek fungsi seksual dibagi menjadi

empat kategori seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1.42

Tabel 2.1. Konsensus Sistem Klasifikasi Disfungsi Seksual Wanita. 42

Gangguan nyeri seksual a. Dispareunia: nyeri genital rekuren atau persisten


yang berkaitan dengan hubungan seksual
b. Vaginismus: kejang berulang atau persisten dari
otot involunter pada sepertiga bagian bawah
vagina yang mengganggu penetrasi, serta
menyebabkan stress individual
c. Gangguan nyeri seksual lainnya: nyeri genital
rekuren atau persisten yang diinduksi oleh
stimulasi seksual noncoital, termasuk anatomi
dan inflamasi
Gangguan hasrat Suatu kondisi yang persisten atau berulang dari
seksual hypoaktif penurunan atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat
untuk aktivitas seksual yang menyebabkan stress
individual
Gangguan Gairah Ketidakmampuan yang persisten atau berulang untuk
mencapai atau mempertahankan aktivitas seksual sampai
selesai, pelumasan yang kurang memadai, serta respon
sexual yang tidak menggairahkan, yang menyebabkan
stress individual.
28

Gangguan orgasme Kondisi yang persisten atau berulang dari keterlambatan


atau tidak adanya orgasme setelah stimulasi dan gairah
seksual yang cukup, yang menyebabkan stress
individual.

Disfungsi seksual wanita secara tradisional terbagi menjadi gangguan

minat/keinginan seksual atau libido, gangguan birahi, nyeri/rasa tidak nyaman, dan

hambatan mencapai puncak atau orgasme.39 Model biopsikososial (gambar 2.4)

memberikan gambaran untuk mengidentifikasi elemen-elemen yang mempengaruhi

disfungsi seksual pada wanita.4

Gambar 2.4. Model Biopsikoseksual Disfungsi Seksual Wanita4

Selain faktor biologis terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan disfungsi

seksual. Faktor psikologis, sosiokultural dan interpersonal misalnya masalah dalam

hubungan pernikahan, penurunan kepercayaan diri, anggapan tubuh yang jelek atau

efek samping dari pemakaian obat psikotropika juga dapat menyebabkan gejala

seksual. Gejala seksual yang dapat timbul antara lain penurunan hasrat/ libido,

penurunan rangsangan, hipoestesia, atau tidak bisa orgasme.39


29

Salah satu persepsi salah yang sangat merugikan adalah bahwa seks tidak

penting untuk wanita dibandingkan pria. Wanita diajarkan bahwa wanita tidak perlu

melepaskan seksualitas dibandingkan dengan pria, bahwa kebutuhan seksual pria

lebih besar dibandingkan wanita, dan wanita harus mengakomodasi kebutuhan sang

pria. Wanita dibesarkan untuk berperan pasif dibandingkan pria yang dominan, dan

lebih patuh. Sebaliknya, pria digambarkan dan dibesarkan sebagai sosok yang kuat,

agresif, dan dominan, dan konsep ini terus berlanjut terbawa dalam kehidupan seksual

sehari-hari dan pernikahan.44

Pengobatan dari disfungsi seksual sangat rumit karena seringkali tidak

disebabkan oleh satu penyebab. Edukasi pasien dan terapi merupakan dasar dari

tatalaksana pengobatan. Sangatlah penting untuk mengedukasi pasien tentang

bagaimana hasrat dapat berubah sejalan dengan penambahan usia dan lama suatu

hubungan. Perubahan gaya hidup seperti manajemen stress, istirahat yang cukup dan

olahraga teratur juga harus ditekankan.39 Pendekatan terapeutiknya, jika dicurigai

adanya disfungsi seksual yang berhubungan dengan kontrasepsi, dianjurkan untuk

menghentikan kontrasepsi tersebut dengan pertimbangan penggunaan kontrasepsi

lainnya. Pada studi preliminary, estradioltestosterone topikal memperbaiki nyeri

vestibular dan normalisasi kadar SHBG dan free-testosterone. Pengobatan lini

pertama untuk kekeringan vagina dan dispareunia yaitu penggunaan lubrikan vagina

dan pelembab. Lubrikan vagina menghilangkan ketidaknyamanan sementara atas

kekeringan vagina saat aktivitas seksual. Selain penggunaan lubrikan saat aktivitas

seksual, pelembab vagina sebaiknya juga diberikan beberapa kali seminggu untuk

mempertahankan kelembaban vagina. Estrogen vagina dosis rendah memperbaiki


30

genitourinary symptomps of menopause (GSM), dimana terdapat keluhan kekeringan

vagina dan kurang lubrikasi saat coitus, dan gejala saluran berkemih.4,39

2.3 Female Sexual Function Index (FSFI)

Penilaian disfungsi seksual wanita direkomendasikan dievaluasi melalui

interview dari setiap pasangan secara terpisah dan tidak direkomendasikan melalui tes

laboratorium. Evaluasi termasuk riwayat kesehatan dan pengalaman seksual, dengan

fokus untuk komorbiditas psikiatri, seperti depresi atau kecemasan, dan pemeriksaan

fisik termasuk pemeriksaan ginekologi.

Tidak seperti gairah seksual pada laki-laki yang mudah untuk dinilai dan

dievaluasi, gairah pada wanita sering diabaikan dari segi diagnostik. Disamping

karena keadaan ini jarang dikeluhkan pasien, keadaan ini juga sulit dinilai karena

tidak ada instrumen diagnostik untuk menilai secara empiris. Disamping data yang

sedikit, pilihan terapi untuk masalah disfungsi seksual wanita lebih sedikit dibanding

dengan masalah yang sama pada laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian

mengenai masalah disfungsi seksual wanita ini masih terbatas.

FSFI adalah suatu instrumen multidimensi berupa kuesioner yang bersifat

self-report yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya untuk mengukur fungsi

seksual wanita. Kuesioner FSFI telah digunakan sejak tahun 1982 di berbagai

institusi pendidikan dan kesehatan khususnya bidang psikiatri secara internasional.

FSFI merupakan alat pengukuran gold standard untuk fungsi seksual wanita. 35

Female Sexual Function Index (FSFI) terdiri dari 19 pertanyaan yang terdiri

dari enam domain fungsi seksual yaitu Q1-Q2 dikelompokkan ke dalam domain
31

hasrat. Q3–Q6 dikelompokkan ke dalam domain rangsangan. Q7-Q10

dikelompokkan ke dalam domain lubrikasi, Q11-Q13 dikelompokkan ke dalam

domain orgasme, Q14-Q16 dikelompokkan ke dalam domain kepuasan dan Q17-Q19

dikelompokkan ke dalam domain rasa sakit.18 Berdasarkan interpretasi klinik dari

FSFI, fungsi seksual wanita terdiri dari enam nilai yang dapat diukur, yaitu:

1) Hasrat (desire), merupakan cerminan dasar psikologis tentang motivasi dan

dorongan yang ditandai oleh khayalan seksual dan keinginan untuk

melakukan aktivitas seksual.

2) Rangsangan (arousal), merupakan hasil respon sensoris terhadap stimulasi

seksual dimana selanjutnya menjadi dorongan timbulnya kesiapan organ-

organ seksual melakukan hubungan seksual.

3) Lubrikasi (lubrication). Dalam hal ini lubrikasi yang terjadi adalah lubrikasi

pada vagina, dimana lubrikasi ini merupakan proses sekresi mukus pada

vagina yang dihasilkan oleh beberapa kelenjar vestibular diantaranya kelenjar

bartholin yang terdapat diantara himen dan labia minora. Lubrikasi terjadi saat

wanita terstimulasi seksual baik stimulasi yang dilakukan secara fisik maupun

stimulasi psikis. Lubrikasi vagina dipengaruhi oleh: hasrat seksual yang

dipengaruhi psikis, penggunaan obat-obatan atau larutan pencuci vagina,

dehidrasi, menyusui, menopause.

4) Orgasme (orgasm), adalah puncak kenikmatan seksual ditandai dengan

pelepasan ketegangan seksual dan kontraksi ritmik pada otot-otot perineal dan

organ reproduktif pelvis. Orgasme pada wanita ditandai oleh 3 sampai 15 kali
32

kontraksi involunter pada sepertiga bagian bawah dan oleh kontraksi uterus

yang kuat dan lama, berjalan dari fundus turun ke serviks.

5) Kepuasan (satisfaction), dideskripsikan sebagai kemampuan mencapai

orgasme setiap kali melakukan hubungan seksual. Hal ini tercapai saat

keadaan perangsangan maksimal. Kepuasaan seksual dapat mengurai stress

dan dapat meningkatkan kedekatan hubungan emosional dengan pasangan.

6) Nyeri (pain), adalah nyeri saat melakukan hubungan seksual, baik disebabkan

kelainan fisik maupun psikologis. Dispareunia dapat digolongkan menjadi 2

tipe nyeri: (1) Superficial Dyspareunia adalah nyeri yang berasal dari bagian

luar dan dalam vagina, sering berhubungan dengan trauma psikologis. (2).

Deep Dyspareunia adalah nyeri yang berasal saat penetrasi dari penis dan

tempatnya spesifik. Nyeri ini dapat dihindarkan dengan perubahan posisi,

sering disebabkan oleh penyakit organik seperti infeksi, tumor dan

endometriosis.

Pengembangan kuesioner mencakup kualitatif dan kuantitatif penelitian,

dengan masing-masing item berdasarkan wawancara kualitatif pada wanita dengan

dan tanpa disfungsi seksual. Hasil penjumlahan skor pada tiap pertanyaan dalam FSFI

menunjukkan derajat disfungsi seksual.18 Hasil penjumlahan tersebut dikategorikan

menjadi dua yaitu skor FSFI ≤26,55 disfungsi seksual dan >26,55 tidak disfungsi

seksual.19 Skor yang lebih tinggi pada domain individual atau total skor yang lebih

tinggi mengindikasikan fungsi seksual yang lebih baik.35


33

Tabel 2.2. Tabel Penilaian FSFI

Domain Questions Score Factor Minimum Maximum Score


Range score Score
Desire 1,2 1-5 0.6 1.2 6.0
Arousal 3,4,5,6 0-5 0.3 0 6.0
Lubrication 7,8,9,10 0-5 0.3 0 6.0
Orgasm 11,12,13 0-5 0.4 0 6.0
Satisfaction 14,15,16 0 (or 1) -5 0.4 0.8 6.0
Pain 17,18,19 0-5 0.4 0 6.0
Full Scale 2.0 36.0
Score Range
34

2.4 Kerangka Teori


KONTRASEPSI

Hormonal Non-hormonal

Estrogen Progesteron IUD

- Ovulasi (-) - Ovulasi (-) - Perlukaan pada


- Ketebalan vagina - Lubrikasi menurun organ reproduksi
menurun - Sexual desire - kram
- Vagina kering menurun

Disfungsi Seksual

Faktor Biologis Faktor Psikologis Faktor Interpersonel Faktor Sosiokultural


- Usia - Pengalaman seksual - Status atau kualitas - .Nilai, norma,
- Perubahan - Hubungan hubungan budaya dan
hormonal interpersonal - Fungsi seksual kepercayan yang
- Menstruasi - Faktor emosional pasangan ada di sekitar
- Terapi medika (sedih, senang, - Masalah dalam individu
mentosa kecewa, bahagia, keluarga) - Pengaruh agama
- Aktivitas fisik cemas)
- Persepsi terhadap
fungsi seksual yang
baik
35

2.5 Kerangka Konsep

Wanita akseptor Perubahan Female


Kontrasepsi Hormonal vs Sexual Function Index
Non-hormonal (FSFI)

Variabel Independent Variabel Dependent

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah “ Ada perbedaan fungsi seksual pada akseptor

kontrasepsi hormonal dan non-hormonal minimal 6 bulan dinilai dengan Female

Sexual Function Index (FSFI) di puskesmas di Kota Medan”.


36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan studi deskriptif komparatif yaitu membandingkan

antara kelompok wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi

non-hormonal dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional).

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di puskesmas di Kota Medan yaitu puskesmas Medan

Johor dan Medan Polonia. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan November 2017

sampai Januari 2018 atau sampai jumlah subjek penelitian tercapai.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah wanita yang menggunakan kontrasepsi

hormonal dan kontrasepsi hon-hormonal yang mendapatkan pelayanan di puskesmas

tersebut. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi peserta akseptor kontrasepsi

di Puskesmas di Kota Medan.

3.4. Besar Subjek Penelitian

Rumus penghitungan besar sampel untuk uji penelitian analisis komparatif

tidak berpasangan.

35
37

n1 = n2 : jumlah sampel

Zα : nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai α yang

ditentukan. Untuk α=0,05 maka Zα= 1,64

Zβ : nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai β yang

ditentukan. Untuk β = 0,2 maka nilai β = 0.84

P1 : proporsi akseptor yang tidak mengalami disfungsi seksual : 0.60 (45)

P2 : proporsi akseptor yang mengalami disfungsi seksual : 0.40 (45)

P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna :0.20

P = Proporsi total = P1+P2


2
Jumlah sampel n1= n2 masing-masing minimal 60 sampel

Maka jumlah sampel untuk kelompok kontrasepsi hormonal dan non hormonal

masing-masing adalah sebanyak 60 orang. Jadi jumlah subjek minimal kedua

kelompok adalah 120 orang.

3.5. Kriteria Eligibilitas

3.5.1 Kriteria Inklusi

a. Menggunakan kontrasepsi lebih dari 6 bulan

c. Bersedia ikut penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan

dan mengisi kuesioner secara lengkap.


38

d. Seksual aktif, yaitu dalam 6 bulan terakhir masih melakukan hubungan

seksual dengan pasangannya.

e. Tidak sedang menyusui atau hamil.

f. Wanita dan pasangannya tidak memiliki kecanduan zat adiktif atau

mengkonsumsi obat penenang.

g. Tidak mengalami masalah tertentu yang menyedihkan seperti kematian

orang yang disayangi, pensiun, kehilangan pekerjaan.

i. Tidak menderita diabetes melitus, hipertensi, penyakit degeneratif, dan

penyakit kronis lainnya.

3.6. Pemilihan Subjek Penelitian

Wanita yang mendapatkan pelayanan di puskesmas di Kota Medan yaitu

puskesmas Medan Johor dan Medan Polonia dari November 2017 sampai Januari

2018 serta sudah memenuhi kriteria inklusi. Kemudian dipilih secara consecutive

sampling sebanyak 80 orang subjek untuk kelompok akseptor kontrasepsi hormonal

dan 80 orang subjek untuk kelompok akseptor kontrasepsi non-hormonal.

3.7. Variabel Penelitian

a) Variabel dependent adalah Perubahan FSFI

b) Variabel independent adalah wanita akseptor kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi

non-hormonal
39

3.8. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara dan alat Hasil ukur Kategori


ukur
Usia Masa hidup pasien dilihat tanggal 20-30 tahun Interval
sejak tanggal lahir dari rekam 31-40 tahun
kelahiran dalam tahun medis > 40 tahun
Paritas Jumlah kelahiran yang dilihat dari Nullipara Nominal
pernah dialami rekam medis Primipara (1
anak)
Multipara (2-4
anak)
Grandemultipara
≥5
Tingkat Tingkat Pendidikan Anamnesis SD Ordinal
Pendidikan yang tamat dengan SMP
ijazah SMA
D3
D4-Sarjana
Indeks Indeks massa tubuh Timbangan Underweight Ordinal
massa berdasarkan kriteria badan dalam (<18.5)
tubuh WHO tahun 2000 satuan kilogram Normoweight
(IMT) dan pengukur (18.5-22.9)
tinggi badan Overweight
dalam meter (23-29.9)
Obese
(≥30)
40

Kuisioner Kuisioner menilai Kuisioner dengan Nilai FSFI skor ≤ Ordinal


FSFI disfungsi seksual.46 19 pertanyaan 26,55 disfungsi
dengan skor 0-5 seksual, bila skor
>26,55 tidak
disfungsi seksual.
19

Kontrasepsi Jenis kontrasepsi yang Anamnesis Pil Ordinal


Hormonal mengandung hormon Suntik
estrogen atau
kombinasi estrogen
dan progestin
Kontrasepsi Jenis kontrasepsi yang Anamnesa IUD Ordinal
Non- tidak mengandung
hormonal hormon estrogen atau
progestin, berupa
copper-T yang
dipasang di dalam
uterus

3.9. Cara Kerja Penelitian

1. Setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, dilakukan pengambilan sampel di puskesmas di

Kota Medan.

2. Wanita yang masuk ke dalam sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi

diberi informed consent.

3. Subjek penelitian kemudian mengisi kuisioner FSFI.

4. Kemudian data ditabulasi dan dianalisa secara statistik.


41

3.10. Analisis Data

Setelah dilakukan evaluasi ulang terhadap kelengkapan data, dilakukan

analisis dengan perangkat lunak komputer:

a. Analisis statistik deskriptif terhadap data karakteristik subjek.

b. Ditentukan skoring dari jawaban setiap pertanyaan kuisioner FSFI yang telah

diisi subyek dan ditentukan jenis dan derajat disfungsi masing-masing subyek.

c. Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas data.

d. Perbedaan jenis disfungsi seksual antara kelompok wanita yang menggunakan

kontrasepsi hormonal dan non-hormonal digunakan uji t test jika data

berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal digunakan uji Mann-

Whitney.

e. Untuk menganalisa perbedaan disfungsi seksual antara kelompok wanita yang

menggunakan kontrasepsi hormonal dan kelompok kontrasepsi non-hormonal

digunakan uji Chi square test.

f. Analisis statistik menggunakan interval kepercayaan (IK) 95%. Hubungan

dikatakan signifikan bila nilai p < 0,05.

3.11. Etika Penelitian

Semua peserta diberikan penjelasan mengenai tujuan dan cara yang dijalankan

pada penelitian ini, penelitian dilakukan setelah terdapat persetujuan sukarela dari

setiap peserta dengan menandatangani surat pernyataan persetujuan (informed

consent). Setiap peserta berhak mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan

terhadapnya. Karena alasan tertentu, peserta boleh menarik diri dari penelitian.
42

3.12 Alur Penelitian

Subjek penelitian dipilih secara consecutive sampling. Setelah dilakukan

sampling kepada subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diberikan

penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian ini, selanjutnya bagi yang bersedia

mengikuti penelitian ini dilakukan informed consent. Selanjutnya pasien melakukan

pengisian kuisioner, dan peneliti melakukan anamnesis, penelusuran rekaman medis,

dan wawancara untuk melengkapi data yang diperlukan. Jika pasien tidak mampu

atau kesulitan untuk membaca maka peneliti akan membantu untuk membacakan

kuisioner yang tersedia. Kemudian subjek dikelompokkan menjadi kelompok

akseptor kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non-hormonal, dan selanjutnya

dilakukan pengukuran fungsi seksual. Setelah semua data terkumpul dilakukan

analisis data.
Wanita akseptor kontrasepsi
hormonal atau non-hormonal
yang memenuhi kriteria inklusi

Informed consent

Kuisioner Female Sexual


Function Index (FSFI)

Analisa Data
43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini melibatkan subjek penelitian akseptor keluarga berencana yang

menggunakan kontrasepsi hormonal dan non-hormonal masing-masing berjumlah 80

orang di puskesmas di Kota Medan. Seluruh subjek penelitian telah memenuhi

kriteria kemudian subjek penrlitian diberikan kuesioner FSFI yang berisi 19

pertanyaan. Kuesioner FSFI sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas

sehingga valid dan reliable untuk diuji pada subjek penelitian.

4.1. Karakteristik Subjek Penelitan

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek Penelitian
Karakteristik Hormonal Non-hormonal Total
(%) (%) (%)
Umur (Tahun) 20-30 24 (30,0) 21 (26,3) 45 (28,1)
31-40 41 (51,3) 42 (52,5) 83 (51,9)
˃40 15 (18,8) 17 (21,3) 31 (20,0)

Paritas 1 21(26,3) 19 (23,8) 40 (25,0)


2-4 52 (65,0) 55 (68,8) 107 (66,9)
≥5 7 (8,8) 6 (7,5) 13 (8,1)

Indeks Massa Tubuh Underweight 0 (0,0) 2 (2,5) 2 (1,3)


Normoweight 52 (65,0) 52 (65,0) 104 (65,0)
Overweight 25 (31,3) 23 (28,7) 48 (30,0)
Obese 3 (3,8) 3 (3,8) 6 (3,7)

Lama Pemakaian 6-12 bulan 46 (57,5) 35 (43,8) 81 (50,6)


Kontrasepsi > 12bulan 34 (42,5) 45 (56,3) 79 (49,4)

Pendidikan SD 5 (6,3) 6 (7,5) 11 (6,9)


SMP 10 (12,5) 9 (11.3) 19 (11,9)
SMA 24 (30,0) 23 (28,7) 47 (29,4)
D3 30 (37,5) 23 (28,7) 53 (33,1)
Sarjana 11 (13,8) 19 (23,8) 30 (18,8)

42
9
44

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang menggunakan

kontrasepsi hormonal lebih banyak dengan usia 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 51,3%,

diikuti kelompok usia 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 30,0% dan terendah usia >40

tahun yaitu sebanyak 18,8%. Pada subjek penelitian yang menggunakan kontrasepsi

non-hormonal lebih banyak dengan usia 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 52,5%, diikuti

kelompok usia 20–30 tahun yaitu sebanyak 26,3% dan terendah usia >40 tahun yaitu

sebanyak 21,3%.

Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang

menggunakan kontrasepsi hormonal sebagian besar normoweight yaitu sebesar 65%,

diikuti dengan IMT overweight sebanyak 31,3% dan terendah dengan IMT obese

yaitu sebesar 3,8%. Pada subjek penelitian yang menggunakan kontrasepsi non-

hormonal sebagian besar juga dengan IMT normoweight yaitu sebesar 65%, diikuti

dengan IMT overweight sebanyak 28,7% dan terendah dengan IMT underweight

sebesar 2,5%.

Berdasarkan paritas menjelaskan bahwa subjek penelitian yang menggunakan

kontrasepsi hormonal sebagian besar dengan paritas 2-4 yaitu sebanyak 52% dan

terendah dengan paritas ≥5 yaitu sebanyak 8,8%. Pada subjek penelitian yang

menggunakan kontrasepsi non-hormonal umumnya dengan paritas 2–4 yaitu

sebanyak 68,8% dan lainnya dengan paritas 1 yaitu sebanyak 23,8%.

Berdasarkan lama pemakaian kontrasepsi dapat dilihat bahwa subjek

penelitian yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih banyak dengan lama

pemakaian kontrasepsi 6–12 bulann yaitu sebanyak 57,5% dan lainnya dengan lama

pemakaian kontrasepsi 12 bulan yaitu sebanyak 42,5%. Pada subjek penelitian yang
45

menggunakan kontrasepsi non-hormonal lebih banyak dengan lama pemakaian

kontrasepsi 12 bulan yaitu sebanyak 56,3% dan lainnya dengan lama pemakaian

kontrasepsi 6 – 12 bulan yaitu sebanyak 43,8%.

Berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa subjek penelitian yang

menggunakan kontrasepsi hormonal lebih banyak dengan tingkat pendidikan D3

yaitu sebanyak 37,5%, diikuti dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 30% dan

terendah dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 6,3%. Pada subjek penelitian

yang menggunakan kontrasepsi non-hormonal lebih banyak dengan tingkat

pendidikan SMA dan D3 yaitu masing-masing sebanyak 28,7%, diikuti dengan

tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 23,8% dan terendah dengan tingkat pendidikan

SD yaitu sebanyak 7,5%.

4.2. Fungsi Seksual Wanita Akseptor Kontrasepsi Hormonal Berdasarkan FSFI

Tabel 4.2. Fungsi Seksual Wanita Akseptor Kontrasepsi Hormonal Berdasarkan FSFI

Fungsi Seksual n %
Tidak Disfungsi Seksual 47 58,8
Disfungsi Seksual 33 41,2
Total 80 100

Dari tabel di atas didapatkan bahwa akseptor kontrasepsi hormonal lebih besar

yang tidak mengalami disfungsi seksual yaitu sebanyak 47 orang dengan persentase

sebesar 58,8% dan hanya 33 orang yang mengalami disfungsi seksual (41,2%).
46

4.3. Fungsi Seksual Wanita Akseptor Kontrasepsi Non-hormonal Berdasarkan

FSFI

Tabel 4.3. Fungsi Seksual Wanita Akseptor Kontrasepsi Non-hormonal Berdasarkan

FSFI

Fungsi Seksual n %
Tidak Disfungsi Seksual 44 55,0
Disfungsi Seksual 36 45,0
Total 80 100
Dari tabel di atas didapatkan bahwa akseptor kontrasepsi non-hormonal lebih

besar yang tidak mengalami disfungsi seksual yaitu sebanyak 44 orang dengan

persentase sebesar 55% dan hanya 36 orang yang mengalami disfungsi seksual

(45%).

4.4. Perbedaan Fungsi Seksual Berdasarkan Rerata Domain FSFI Pada Wanita

Akseptor Kontrasepsi Hormonal dan Non-hormonal

Tabel 4.4. Perbedaan Fungsi Seksual Berdasarkan Skor Domain FSFI Pada Wanita
Akseptor Kontrasepsi Hormonal dan Non-hormonal
Kontrasepsi
Domain p*
Hormonal (Mean ± SD) Non-hormonal (Mean ±SD)
n=80 n=80
Hasrat 3,93 0,79 4,13 0,76 0,156
Rangsangan 4,12 0,83 4,16 0,81 0,662
Lubrikasi 4,10 0,91 4,22 0,93 0,442
Orgasme 4,07 0,82 4,31 0,90 0,114
Kepuasan 4,40 0,93 4,83 0,89 0,308
Nyeri 4,62 0,75 4,68 0,77 0,080
* Uji Mann Whitney
47

Tabel di atas menunjukkan perbedaan nilai domain pada kuesioner FSFI

antara akseptor kontrasepsi hormonal dan non-hormonal. Perbedaan nilai domain

diuji dengan statistik dengan uji Mann Whitney karena data berditribusi tidak normal.

Pada akseptor kontrasepsi hormonal didapatkan nilai rataan hasrat (3,93 ± 0,79),

rangsangan (4,12 ± 0,83), lubrikasi (4,10±0,91), orgasme (4,07±0,82), kepuasan

(4,40±0,93) dan nyeri (4,62±0,75) sedangkan pada akseptor kontrasepsi non-

hormonal didapatkan nilai rataan hasrat (4,13 ± 0,76), rangsangan (4,16 ± 0,81),

lubrikasi (4,22±0,93), orgasme (4,31±0,90), kepuasan (4,83±0,89) dan nyeri

(4,68±0,77). Data tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

secara statistik pada semua nilai domain FSFI.

4.5. Perbedaan Fungsi Seksual Antara Kontrasepsi Hormonal Dengan

Kontrasepsi Non-Hormonal Berdasarkan FSFI

Tabel 4.5. Perbedaan Fungsi Seksual antara Kontrasepsi Hormonal dengan

Kontrasepsi Non-Hormonal Berdasarkan FSFI

Kontrasepsi
Fungsi Seksual Hormonal Non-hormonal p*
n % n %
Tidak Disfungsi Seksual 47 58,8 44 55,0 0,632
Disfungsi Seksual 33 41,2 36 45,0
Jumlah 80 100 80 100
*Uji Chi Square

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa kedua kelompok peneliltian

akseptor kontrasepsi hormonal dan non-hormonal lebih banyak mempunyai skor

FSFI dengan kategori baik yaitu masing-masing 58,8% dan 55%.


48

Secara statistik dengan uji Chi square menunjukkan tidak ada perbedaan yang

bermakna berdasarkan kategori FSFI antara kelompok peneliltian akseptor

kontrasepsi hormonal dengan non-hormonal (p>0,05). Maka hipotesis yang

menyatakan ada perbedaan bermakna fungsi seksual berdasarkan skor FSFI antara

akseptor kontrasepsi hormonal dengan non-hormonal ditolak.


49

BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapatkan pemakaian kontrasepsi hormonal dan non-

hormonal paling banyak digunakan oleh wanita dengan rentang usia 31-40 tahun

dengan jumlah anak yang dimiliki 2-4 orang. Jumlah anak sudah sesuai dengan yang

diinginkan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi. Pada wanita dengan

jumlah anak satu seringkali masih menunda menggunakan kontrasepsi. Dengan

bertambahnya jumlah anak akan menuntut wanita harus mempertimbangkan

penggunaan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Pendidikan yang semakin tinggi

juga memberikan kesadaran yang baik terhadap pemakaian kontrasepsi.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar wanita akseptor

kontrasepsi tidak mengalami disfungsi seksual (tabel 4.2 dan tabel 4.3) yaitu sebesar

58.8% pada kontrasepsi hormonal dan 55% pada kontrasepsi non-hormonal. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi seksual tidak hanya dipengaruhi oleh hormonal saja.

Persepsi seseorang terhadap kesulitan seksual dipengaruhi oleh pendapatnya tentang

fungsi seksual yang normal atau abnormal, dimana berkaitan dengan persepsi diri

yang pada akhirnya berkaitan dengan kebudayaan. 47 Faktor lain yang mempengaruhi

respons seksual adalah durasi dan kualitas suatu hubungan dan faktor personal-

psikologis. Respons seksual terjadi melalui interaksi kompleks psikologis, sosial,

lingkungan, dan faktor biologis (hormonal, vaskular, muskular dan saraf).48

Pada penelitian Burrows dkk dan Wiebe dkk, tidak ada laporan yang

menyebutkan disfungsi seksual pada wanita yang menggunakan kontrasepsi

48
50

hormonal.6,8,19 Sejalan dengan Kingsley menyebutkan bahwa tidak ada bukti yang

mendukung pernyataan bahwa kontrasepsi hormonal suntik mengubah perilaku

seksual wanita.49 Pada penelitian Hajian dan Ozgoli mengungkapkan tidak ada

hubungan signifikan antara disfungsi seksual dan kontrasepsi hormonal.50,51

Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada domain FSFI

yaitu hasrat, rangsangan, lubrikasi, orgasme, kepuasan dan nyeri pada wanita

kontrasepsi hormonal dan non-hormonal seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.4.

Schaffir juga menunjukkan bahwa pada akseptor kontrasepsi hormonal tidak ada

perbedaan nilai hasrat, rangsangan dan nilai total FSFI.52 Kontrasepsi kombinasi

menurunkan kadar androgen, terutama testosteron, dengan cara menghambat sintesis

androgen oleh ovarium dan adrenal dan dengan meningkatkan kadar sex hormone-

binding globulin (SHBG). Dari review metaanalisis menunjukkan bahwa kadar

testosteron total dan testosteron bebas menurun selama penggunaan kontrasepsi oral

kombinasi estrogen dan progestin. Kadar SHBG juga menurun secara signifikan. 28

Pada wanita akseptor kontrasepsi hormonal yang mengalami disfungsi seksual

adalah sebesar 41.2%. Dari kelompok disfungsi seksual tersebut didapatkan bahwa

persentase wanita yang memiliki domain di bawah rerata domainnya yaitu pada

domain orgasme sebesar 51.5%, diikuti pada domain hasrat sebesar 45.4%.

Sedangkan domain nyeri memiliki persentase yang paling sedikit yaitu sebesar 15%.

Wanita yang memiliki nilai di bawah rerata pada domain gangguan rangsangan

sebesar 27%, pada domain lubrikasi sebesar 36.3% dan pada domain kepuasan

sebesar 33%.
51

Wanita memulai hubungan seksual dengan berbagai alasan termasuk

diantaranya hasrat. Dimana hasrat diperlukan untuk meningkatkan keintiman

terhadap pasangan sehingga muncul rangsangan yang menyebabkan hubungan

seksual. Fungsi neuroendokrin (neurotransmitter, peptide, dopamine, oksitosin,

serotonin dan berbagai hormon) turut mempengaruhi keinginan dan motivasi.

Meskipun demikian faktor biologis tidak terlepas dari pengaruh faktor lingkungan.48

Hormon seksual seperti dopamin dan serotonin mempengaruhi neurotransmitter dan

menyebabkan perubahan hasrat seksual dengan cara yang belum diketahui.51

Penurunan kadar estrogen menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan

intrakavernosa klitoris, vagina dan uretra sehingga dapat mengganggu tahap

perangsangan (vasokongesti).48 Kadar estrogen yang cukup diperlukan untuk

mempertahankan lubrikasi vagina dan mencegah nyeri. 51 Walaupun kadar estradiol

pada pasien ini tidak dinilai. Schaffir dkk menegaskan bahwa kadar estradiol tidak

memiliki pengaruh pada nilai dispareunia dan lubrikasi. 52

Sedangkan pada kelompok wanita akseptor kontrasepsi non-hormonal yang

mengalami disfungsi seksual adalah sebesar 45%. Dari kelompok disfungsi seksual

tersebut didapatkan bahwa persentase wanita yang memiliki domain di bawah rerata

domainnya yaitu pada domain kepuasan sebesar 50%, sedangkan persentase pada

domain nyeri adalah paling rendah yaitu sebesar 11.1%. Pada domain hasrat sebesar

27.7%, domain orgasme 27.7%, domain rangsangan dan lubrikasi masing-masing

sebesar 0.19%. Wanita akseptor IUD tidak merasakan adanya gangguan kram atau

nyeri yang dapat disebabkan oleh benang IUD pada saat melakukan hubungan

seksual. Hal ini dapat juga disebabkan karena sudah terjadi adaptasi sejalan dengan
52

semakin lama penggunaan IUD. Rasa cemas terhadap nyeri yang timbul karena

benang IUD atau ketakutan terhadap adanya benda asing didalam tubuh turut

mempengaruhi fungsi seksual.

Skrzpulec V menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan nilai nyeri

pada akseptor IUD. 53 Fleming dkk menyatakan bahwa 46% wanita yang tidak tertarik

terhadap penggunaan IUD tidak ingin memiliki benda asing di dalam tubuhnya. Oleh

karena itu, 25% dari wanita pengguna kontrasepsi beranggapan bahwa IUD mungkin

dapat melukai mereka.38 Meskipun sudah banyak penelitian yang mendukung

manfaat dari penggunaan IUD. Masih banyak wanita yang khawatir akan efek IUD

terhadap kehidupan seksualnya dan kepuasan pasangannya.36

Dari penelitian ini secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

fungsi seksual yang bermakna antara kedua kelompok penelitian wanita akseptor

kontrasepsi hormonal dan non-hormonal (p>0,05) seperti yang digambarkan pada

tabel 4.5. Hal ini menunjukkan bahwa wanita akseptor kontrasepsi hormonal maupun

non-hormonal mempunyai pengaruh yang relatif sama terhadap ada tidaknya terjadi

disfungsi seksual.

Wanita lebih rentan terjadi disfungsi seksual dibandingkan pria. Pada

kenyataannya, hubungan seksual merupakan pusat kualitas hidup seorang wanita, dan

hal ini menggambarkan aspek psikososial. Fungsi seksual sangat rumit. Berbagai

faktor yang turut mempengaruhi fungsi seksual selain hormonal adalah kesehatan,

masalah emosional, stress, hubungan interpersonal dan budaya 8 Kepuasan yang lebih

besar terhadap suatu hubungan secara keseluruhan berkaitan dengan kepuasan seksual

yang lebih besar juga dan masalah fungsi seksual yang lebih sedikit.13
53

Pemberian hormon yang berasal dari luar tubuh seperti pada kontrasepsi

hormonal baik berupa estrogen maupun progesteron menyebabkan peningkatan kadar

kedua hormon tersebut di darah, hal ini dapat dideteksi oleh hipofisis anterior dan

akan menimbulkan umpan balik negatif dengan menurunkan sekresi hormon FSH dan

LH dan dengan keberadaan progesteron efek penghambatan estrogen akan berlipat

ganda. Dalam jangka waktu tertentu tubuh dapat mengkompensasi dengan

meningkatkan sekresi estrogen agar tetap dalam keadaan normal tetapi dalam jangka

waktu yang lama menyebabkan hilangnya kompensasi tubuh dan menurunnya sekresi

hormon terutama estrogen.54 Pada penelitian ini sebagian besar wanita akseptor

kontrasepsi hormonal dan non-hormonal tidak mengalami disfungsi seksual yaitu

58.8% dan 55%. Hal ini menggambarkan bahwa perubahan hormonal yang terjadi

tidak cukup untuk membuat perubahan fungsi seksual sehingga memiliki efek klinis

yang relatif sama dengan kontrasepsi non-hormonal.

Meskipun diketahui bahwa insufisiensi androgen mempengaruhi penurunan

libido tetapi pernyataan kontrasepsi menurunkan kadar androgen tidak konsisten dan

tidak berkaitan dengan penurunan libido pada wanita. Karena masih banyak faktor

lain yang mempengaruhi hasrat seksual wanita selain masalah hormonal.31 Hasrat

seksual wanita dipengaruhi oleh status psikologisnya, kepercayaan, harapan,

pengalaman seksual, prioritas dan kondisi lingkungan. Masalah seksual yang

berkaitan dengan metode kontrasepsi mungkin berhubungan dengan respon fisiologis

yang berbeda-beda. Wanita yang sensitif dengan perubahan testosteron lebih rentan

mengalami masalah seksual. Pada akseptor DMPA, mood positif lebih rendah
54

sedangkan mood negatif lebih sering jika dibandingkan dengan akseptor kontrasepsi

kombinasi. 55

Berbeda dengan beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa penurunan

hasrat seksual disebabkan oleh kontrasepsi hormonal khususnya yang berisi

progesteron yang mempunyai efek samping antara lain menurunkan libido dan vagina

menjadi kering akibat dari penekanan fungsi ovarium dan produksi estrogen

endogen.27 Penurunan kadar androgen plasma pada kontrasepsi dengan formula dosis

yang lebih tinggi, tetapi tidak mempengaruhi terhadap hasrat seksual.56 Pada

penelitian komunitas besar 1.021 wanita, total testosteron endogen dan testosteron

bebas tidak berhubungan dengan hasrat dan rangsangan seksual.57 Hal ini

menggambarkan bahwa kontrasepsi oral menurunkan bioavaibilitas androgen tetapi

tidak cukup untuk menyebabkan penurunan libido.31 Belum ada titik potong androgen

yang dapat digunakan untuk menilai wanita dengan fungsi seksual yang rendah.52

Casey dkk mendapatkan bahwa 74% peserta penelitian mengalami penurunan

testosteron bebas yang signifikan tanpa gangguan hasrat atau respons seksual.4

Sejalan dengan penelitian Otto dkk bahwa tidak ada perbedaan antara hasrat seksual

antara berbagai metode kontrasepsi hormonal, termasuk kontrasepsi oral dan suntik

DMPA. Walaupun terdapat perubahan kadar hormonal tetapi tidak berbeda pada

fungsi seksualnya.58 Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penurunan fungsi

seksual erat dikaitkan dengan penurunan kadar estrogen.

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada

nyeri antara kontrasepsi hormonal dan non-hormonal. Sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang tidak menemukan adanya perbedaan ambang nyeri vestibular antara
55

akseptor kontrasepsi oral dengan yang bukan akseptor.59 Pada wanita yang

menggunakan DMPA, kadar estradiol jelas menurun dan bahkan menyebabkan

penekanan estrogen. 52 Satu pertiga wanita melaporkan adanya nyeri selama dan/atau

setelah berhubungan seksual dan penggunaan kontrasepsi oral selama lebih dari dua

tahun merupakan suatu faktor resiko.60 Kontrasepsi oral meningkatkan sensitivitas

mukosa vestibular.61 Sejalan dengan Li dkk tidak menemukan adanya perbedaan yang

signifikan pada kualitas hidup atau fungsi seksual pada wanita yang menggunakan

kontrasepsi oral, suntik progesteron, dan IUD. 14

Pada review penelitian metode kontrasepsi jangka panjang pada tahun 2014,

didapatkan bahwa IUD memiliki efek seksual positif atau netral bukan efek negatif. 62

IUD merupakan metode kontrasepsi yang sudah dikenal efektif dimana memiliki efek

positif pada fungsi seksual dan efektif melindungi dari kehamilan tetapi

menyebabkan iritasi terhadap pasangannya. 63

Pada penelitian ini dapat disimpulkan kejadian disfungsi seksual pada

akseptor kontrasepsi hormonal dan non-hormonal tidak terkait metode kontrasepsi

yang digunakan. Hal ini juga sesuai dengan beberapa penelitian lain yang juga

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai total

FSFI diantara berbagai metode kontrasepsi.63,64,65

Perbedaan yang besar didapatkan prevalensi disfungsi seksual beberapa

negara. Hal ini menggambarkan faktor medis dan psikologis, terutama sosio-

ekonomi, perbedaan budaya dan rasial, hubungan antara pasangan, tingkat pendidikan

dan karakteristik sampel penelitian. Sekitar 40% wanita tidak mencari pengobatan

terhadap masalah seksualnya, sedangkan 54% mencari pengobatan terhadap masalah


56

seksualnya. Rendahnya laporan masalah seksual pada wanita di Iran mungkin

menggambarkan faktor budaya seperti malu-malu atau tertutup. 63

Kontrasepsi dan masalah seksualitas jarang dibicarakan secara terbuka karena

dianggap masalah ini merupakan masalah yang tabu, sehingga dianggap bahwa

masalah ini tidak perlu didiskusikan oleh akseptor kontrasepsi dengan penyedia

pelayanan kesehatan. Pendampingan dalam penggunaan yang tepat pada metode

kontrasepsi yang dipilih dan arahan yang tepat jika muncul efek negatif pada

kehidupan seksualnya akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas

kehidupan seksual. 63,66

Meskipun dalam penelitian yang sama-sama menggunakan penilaian FSFI,

terdapat berbagai faktor yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang dapat diamati adalah

budaya, sosial, ras, dan gaya hidup yang mempengaruhi fungsi seksual. Di antara

masyarakat Eropa, mereka selalu mengekspresikan perasaan mereka dan berbagi

pengalaman seksual, sehingga menggiring mereka memiliki fungsi seksual yang baik.

Sebaliknya pada populasi masyarakat Asia, cenderung lebih tertutup dibandingkan

dengan wanita Eropa atau Amerika.36

Pengalaman yang menyenangkan dan perasaan yang senang terhadap

pasangan dapat mempengaruhi kepuasan seksual pada wanita dan mencegah

disfungsi seksual pada kasus-kasus yang mengalami penurunan hormon seksual.

Meskipun terdapat gejala gangguan seksual, wanita tetap dapat menikmati suasana

seksual yang menyenangkan dengan meningkatkan pengetahuan terhadap

kekhawatirannya.
57

Jika wanita merasakan pasangannya turut peduli terhadap kontrasepsi akan

menangkal efek negatif kepada wanita tersebut untuk merasa terangsang.67 Tetapi

pada sebagian orang, lebih mudah untuk melakukan aktivitas seksual dibandingkan

dengan membicarakannya. Walaupun begitu, kemampuan suatu pasangan untuk

berkomunikasi, seksual atau sebaliknya, dapat mempengaruhi sikap pada kontrasepsi.

Pasangan dengan kemampuan verbal seksual yang kuat akan lebih memilih

kontrasepsi kondom. Sehingga peran klinisi juga harus mengajarkan kepada pasangan

agar lebih terbuka tentang pencegahan kehamilan, mengingat sebagian orang masih

harus membangun kemampuan komunikasi seksual.

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain adalah penelitian ini

merupakan penelitian cross-sectional yang tidak membandingkan fungsi seksual pada

saat sebelum penggunaan kontrasepsi. Hubungan interpersonal juga tidak diselidiki,

dimana pasangan juga memiliki peranan yang penting dalam kehidupan seksual.
58

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Kontrasepsi hormonal dan non-hormonal paling banyak digunakan oleh

wanita multipara dengan usia antara 31-40 tahun. Mayoritas wanita kedua kontrasepsi

tersebut memiliki indeks massa tubuh yang normal.

Sebagian besar wanita akseptor kontrasepsi hormonal tidak mengalami

disfungsi seksual berdasarkan FSFI.

Sebagian besar wanita akseptor kontrasepsi non-hormonal tidak mengalami

disfungsi seksual berdasarkan FSFI.

Tidak ada perbedaan bermakna nilai domain FSFI yaitu hasrat, rangsangan,

lubrikasi, orgasme, kepuasan, dan nyeri pada wanita akseptor kontrasepsi hormonal

dan non-hormonal.

Tidak terdapat perbedaan fungsi seksual pada wanita akseptor kontrasepsi

hormonal dan non-hormonal berdasarkan FSFI.

57
59

6.2. Saran
Penyedia pelayanan kesehatan dapat memberikan konseling kepada pasangan

usia subur dalam pemilihan kontrasepsi dimana tidak ada perbedaan fungsi seksual

kontrasepsi hormonal dan non-hormonal. Kontrasepsi hormonal sebaiknya tidak

diberikan pada wanita dengan usia > 40 tahun. Penyedia pelayanan kesehatan juga

harus meningkatkan kepekaan terhadap disfungsi seksual sehingga dapat menurunkan

timbulnya masalah seksual.


60

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization web site. [Online].; 2004 [cited 2017 August.
Available from:
http://www.who.int/reproductivehealth/topics/sexualhealth/sh_definitions/en/inde
x.html.
2. Shahnazi M, Bayatipayan S, Khailil AF, Kochaksaraei, Jafarabadi MA, Banaoi
KG, et al. Comparing The Effects Of The second And Third Generation Oral
Contraceptives On Sexual Functioning. Iranian Journal of Nursing And
Midwifery Research. 2015 Jan-Feb; 20(1).
3. Jaafarpour M, Khani A, Khajavikan J, Suhrabi Z. Female Sexual Dysfunction:
Prevalence And Risk factors. Journal of Clinical And Diagnostic Research. 2013;
7(12).
4. Casey PM, Maclaughlin KL, Faubion SS. Impact of Contraception on Female
Sexual Function. Journal of Women's health. 2016.
5. Higgins JA, Davis AR. Contraceptive Sex-acceptability: A Commentary,
Synopsis, And An Agenda For Future Research. Contraception. 2014 July; 90(1).
6. Kariman N, Sheikhan Z, Simbar M, Zahiroddin A, Akbarzadeh Bahgban A.
Sexual Dysfunction in Two Types of Hormonal Contraception: Combined Oral
Contraceptives Versus Depot Medroxyprogesterone Acetate. Journal of
Midwifery and Reproductive Health. 2017; 5(1): p.806-13
7. Higgins JA, Ryder K, Skarda G, Koepsel E, Bennett EA. The Sexual
Acceptability of Intrauterine Contraception: A Qualitative Study Of Young Adult
Women. Perspect Sex Reprod Health. 2015 September; 47(3).
8. Ozgoli G, Sheikhan Z, Dolatian M, Simbar M, Bakhtyari M, Nasiri M.
Comparison Of Sexual Dysfunction In Women Using Depo-
Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) And Cyclofem. J Reprod Infertil. 2015;
16(2).
9. Wallwiener CW, Wallwiener LM, Seeger H, Muck AO, Bitzer J, Wallwiener M.
Prevalence Of Sexual Dysfunction And Impact Of Contraception In Female
German Medical Studies. J Sex Med. 2010; 7: p.2139-2148.
10. Imronah. Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntik DMPA Dengan Disfungsi
Seksual Pada Wanita di Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung.
STIKES Mitra Lampung. 2011;(40).
11. Hassan RS, Eraky AM, Abou Khatwa AM, Ghonemy GI. Study The Effect of
Hormonal Contraceptive Methods On Female Sexual Function. Med J Cairo
Univ. 2015 March; 83(1).

59
61

12. Gabalci E, Terzioglu F. The Effect Of Family Planning Methods Used by Women
Reproductive Age on Their Sexual Life. Sexuality and Disability. 2010; 28:
p.275-285.
13. Witting K, Santtila P, Alanko K, Harlaar N, Jern P, Johansson A, et al. Female
Sexual Function And Its Association With Number Of Children, Pregnancy, And
Relationship Satisfaction. J Sex Marital Ther. 2008; 34: p.89-106.
14. Li RH, Lo SS, Teh DK, Tong NC, Tsui MH, Cheung kB, et al. Impact Of
Common Contraceptive Methods On Quality of Life And Sexual Function in
Hong Kong Chinese women. Contraception. 2004; 70: p.474-82.
15. Shah MB, Hoffstetter S. Contraception And Sexuality. Minerva Gynecol. 2010;
62: p.331-347.
16. Schaffir J. Hormonal Contraception And Sexual
51 Desire: a Critical Review. J Sex
Marital Therapy. 2006; 32(4):p.305-14. 2
17. Sanders SA, Graham CA, Bass JL, Bancroft J. A Prospective Study of The
Effects of Oral Contraceptives On Sexuality And Well-being And Their
Relationship To Discontinuation. Contraception. 2001; 64(1).
18. Rosen R, Brown C, Heiman J, Leiblum C. The Female Sexual Function Index
(FSFI): A Multidimensional Self-report Instrument For The Assessment of
Female Sexual Function. Journal of sex and marital therapy. 2011 Feb; 26(2).
19. Wiegel M, Meston C, Rosen R. The Female Sexual Function Index (FSFI):
Cross-validation and Development of Clinical Cutoff Scores. Journal of Sex and
Marital Therapy. 2005; 31(1): p.1-20.
20. Allahdadi KJ, Tostes RCS, Webb RC. Female Sexual Dysfunction: Therapeutic
Options And Experimental Challenges. Cardiovasc Hematol Agents Med Chem.
2009 October; 7(4).
21. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2012.
22. Sitruk-Ware R, Nathb A, Mishell Jr DR. Contraception Technology: Past, Present
and Future. Contraception. 2012 august.
23. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Profil kesehatan Indonesia. Jakarta:,
Kesehatan; 2015.
24. World Health Organization. Family planning: A Global Handbook of Providers.
2011th ed. Baltimore And Geneva: United States Agency For International
Development; 2011.
25. Pastor Z, Holla K, Chmel R. The Influence of Combined Oral Contraceptives On
Female Sexual Desire: a Systemic Review. The European Journal of
Contraception And Reproductive Health Care. 2013; 18: p.27-43.
26. Battaglia C, Battaglia B, Mancini F. Sexual Behavior and Oral Contraception: A
Pilot Study. J sex Med. 2012; 9(2): p.550-557.
62

27. Boozalis A, Tutlam NT, Robbins CC, Peipert JF. Sexual Desire And Hormonal
Contraception. Obstetrics and Gynecology. 2016 March; 127(3).
28. Zimmerman Y1, Eijkemans MJ, Coelingh Bennink HJ, Blankenstein MA, Fauser
BC. The Effect of Combined Oral Contraception on Testosterone Levels in
Healthy Women: a systematic review and meta-analysis. Hum Reprod Update.
2014 Jan-Feb; 20(1): p.76-105
29. Berman J. Physiology of Female Sexual Function and Dysfunction. International
journal of impotence research. 2005; 17.
30. Raina R, Pahlajani G, Khan S, Gupta S, Agarwal A, Zippe CD. Female Sexual
Dysfunction: Classification, Pathophysiology, and Management. Fertility and
sterility. 2007 November; 88(5): p.1273-84
31. Burrows LJ, Basha M, Golsdtein AT. The Effects of Hormonal Contraceptives on
Female Sexuality: a Review. J sex Med. 2012; 9: p.2213-2223.
32. Laessoe NC, Wahlin S, Kristensen E, Pedersen TA, Giraldi A. Combined
Hormonal Contraception and Women's Sexual Function: a Cross-sectional Pilot
Study in a Cohort of Danish Women. Obstetrics & Gynecology: An International
Journal. 2014 september; 2014.
33. Traish A, Guay AT, Spark RF. The Testosterone Therapy in Women Study
Group. Are The Endocrine Society's Clinical Practice Guidelines On Androgen
Therapy In Women Misguided? a Commentary. J Sex Med. 2007; 4: p.1223-
1235.
34. Aiken ARA, Trussell J. Recent Advances in Contraception. F1000 Prime Reports.
2014 December.
35. Sakinci M, Ercan CM, Olgan S, Coksuer H, Karasahin KE, Kuru O. Comparative
Analysis of Copper Intrauterine Device Impact on Female Sexual Dysfunction
Subtypes. Taiwanese Journal of Obstetrics & Gynecology. 2016; 55: p.30-34.
36. Panchalee T, Wongwananuruk T, Augsuwatana S, Sirimai K, Tammakunto M,
Neangton C, et al. Prevalence And Associating Factors of Sexual Dysfunction in
Women Who Use Intrauterine Device (IUD) For Contraception. J Med Assoc
Thai. 2014; 97(1).
37. Koseoglu SB, Deveer R, nur Akin M, Gurbuz AS, Kasap B, Guvey H. Is There
Any Impact of Copper Intrauterine Device on Female Sexual Functioning?
Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2016 October; 10(10).
38. Fleming KL, Sokoloff A, Raine TR. Attitudes And Beliefs About The Intrauterine
Device Among Teenagers And Young Women. Contraception. 2010; 87: p.178-
82.
39. Frank JE, Mistretta P, Will J. Diagnosis and Treatment of Female Sexual
Dysfunction. American Academy of Family Physicians. 2008; 77(5).
63

40. Graziottin A, Girardi A. Anatomy and Physiology of Women's Sexual Function.


In Porst H BJ. Standard practice in sexual medicine. oxford: International Society
of Sexual Medicine Standard Committee Book; 2006. p. 289-304.
41. Masters WH, Johnson VE. The Human Female: Anatomy of Sexual Response.
Minn med. 1960; 43:p.31-6.
42. Basson R, Berman J, Burnett A, Derogatis L, ferguson D, fourcroy J. Report of
The International Consensus Development Conference on Female Sexual
Dysfunction: Definitions and Classifications. The journal of urology. 2004; 163:
p.888-93
43. Lee JML, Tan TC, Ang SB. Female Sexual Dysfunction With Combined Oral
Contraceptive Use. Singapore Med J. 2017; 58(6).
44. Kunkeri SP, Rao TS, Andrade C. Study of Sexual Functioning and Disorder in
Women Before and After Tubal Sterilization (Tubectomy). Indian Journal of
Psychiatry. 2017 August; 59: p.63-8.
45. Saputra M, Sutyarso. Perbandingan Angka kejadian Disfungsi Seksual Menurut
Skoring FSFI Pada Akseptor IUD dan Hormonal di Puskesmas Rajabasa Bandar
Lampung. Med J Lampung Univ. 2014. Agustus;3(1): p.69-78
46. Handayani E. Perbedaan Fungsi Seksual Wanita Premenopause dan
Pascamenopause Dengan Menggunakan Score Index Fungsi Seksual Wanita
(FSFI Score) di RSUP H.Adam Malik Medan dan RS Jejaring. Universitas
Sumatera Utara Repository. 2013.
47. Broto LA, Chik HM, Ryder AG, Gorzalka BB, Seal BN. Acculturation and
Sexual Function in Asian Women. Arch Sex Behav. 2005; 34: p.613-26.
48. Berek JS. Sexuality, Sexual Dysfunction and SexualAassault. In JS B. Berek &
Novak's Gynecology 15th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & wilkins; 2012:
p.270-305.
49. Kingsley F, Salem RM. Injectable toolkit. [Online].; 2010. Available from:
http://www.k4health.org/toolkits/injectables/essential-knowledge-about-
injectables.
50. Hajian S, Sheikhan Z, Simbar M, Zahiroddin AR, Tork Zahrani S, Alamolhoda H,
et al. Comparison of Sexual Function in Oral Contraception Pills and Condom in
Women Referring to Health Centers of Tehran Shahid Behesti University of
medical sciences. The Iranian Hournal of Obstetrics, Gynecology and Infertility.
2015; 18(167): p.8-15.
51. Ozgoli G, Sheikhan Z, Dolation M, Simbar M, Bakhtyari M, Nasiri M.
Comparison of Sexual Dysfunction in Women Using Depo-Medroxyprogesterone
Acetae (DMPA) and Cyclofem. Journal of Reproduction & Infertility. 2015;
16(2): P.102-108.
64

52. Schaffir JA, Isley MM, Woodward M. Oral Contraceptives vs Injectable


Progestin in Their Effect on Sexual Behavior. Am J Obstet Gynecol. 2010;
203(6): p.545.e1-e5.
53. Skrzpulec V, Drosdzol A. Evaluation of Quality of Life and Sexual Functioning
of Women Using Levonogestrel-releasing Intrauterine Contraceptive System-
Mirena. Coll Antropol. 2008; 32: p.1059-68.
54. Guyton AC. Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;
2008.
55. Moreau C, Cleland K, Trussell J. Contraceptive Discontinuation Attributed to
Method Dissatisfaction in The United States. Contraception. 2007; 76(4): p.267-
272.
56. Strufaldi R, pompei LM, Steiner ML, Cunha EP, Ferreira JA, Peixoto S,
fernandes CE. Effect of Two Combined Hormonal Contraceptives With the Same
Composition and Different Doses on Female Sexual Function and Plasma
Androgen Levels. Contraception. 2010; 59: p.739-44.
57. Davis SR, Davidson SL, Donath S, Bell RJ. Circulating Androgen Levels and
Self-reported Sexual Function in Women. JAMA. 2005; 294: p.91-6.
58. Otto MA, Shew ML, Ofner S, Tu W, Fortenberry JD. The Influence of Hormonal
Contraception on Mood and Sexual Interest Among Adolescents. Arch Sex
Behav. 2008; 37: p.605-13.
59. Lee M, Morgan M, Rapkin A. Clitoral and Vulvar Vestibular Sensation in
Women Taking 20mcg Ethynyl Estradiol Combined Oral Contraceptives:
Preliminary study. J Sex Med. 2011; 8: p.213-8.
60. Berglund AL, Nigaard L, Rylander E. Vulvar pain, Sexual Behavior and Genital
Infections in a Young Population: A Pilot Study. Acta Obstet Gynecol Scand.
2002; 81: p.738-42.
61. Bohm-Starke N, Johannesson U, Hilliges M, Rylander E, Torebjork R. Decreased
Mechanical Pain Threshold in the Vestibular Mucosa of Women Using a
Contraceptives: A Contributing Factor in Vulvar Vestibulitis? J Reprod Med.
2004; 49: p.888-92.
62. Sanders JN, Smith NK, Higgins JA. The Intimate Link: a Systemtic Review of
Highly Effective Reversible Contraception and Women's Sexual Experience.
Clinical obstetrics and gynecology. 2014; 57(4): p.777-789.
63. Umran O. Effect of The Contraceptive Methods on Female Sexual Function.
International Journal of Caring Sciences. 2016. December;9(3).
64. Hamadiyan H, Oladi MAG, Rahbar P, Azad M. Prevalence of Sexual
Dysfunction Among Women Using Contraceptive Methods. International Journal
of Medical Research & Health sciences. 2016; 5(2).
65

65. Amirkhani Z, Jangholi E, Ramezi P, Shafiel M, Saberi M, Sadreddini N, et al.


Prevalence Survey of Sexual Dysfunction Among Women in The Reproductive
Age Group Referred to The Islamic Azad University Hospital during 2011-2012.
GMJ. 2014; 3(1): p.14-19.
66. Vural EZ, Gonenc I. Contraception and Sexuality. Turkish Family Physician.
2011; 2: p.21-23.
67. Graham CA, Sanders SA, Milhausen RR, Mcbride KR. Turning on and Turning
off: A Focus Group Study of The Factors That Affect Women's Sexual Arousal.
Arch sex behav. 2004; 33: p.527-38.

`
LAMPIRAN 1 66
LAMPIRAN 2 67

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Ibu-ibu Yth,

Nama saya dr. Dyah Nurvita, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan
dokterspesialis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran – Universitas
Sumatera Utara.

Saatinisayasedangmelakukanpenelitian yang berjudul:

“Fungsi Seksual Pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal dan Kontrasepsi Non-


Hormonal Minimal 6 Bulan Dengan Female Sexual Function Index (FSFI) di
Puskesmas di Kota Medan”

Tata cara penelitiannya sebagai berikut:

1. Setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara, dilakukan pengambilan sampel di Puskesmas di
Kota Medan.
2. Wanita yang masuk ke dalam sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi
diberi informed consent.
3. Subjek penelitian kemudian mengisi kuisioner FSFI.
4. Kemudian data ditabulasi dan dianalisa secara statistik.

Penelitian ini dilakukan oleh saya sendiri.Penelitian ini sendiri tidak memiliki efek
samping disebabkan penelitian hanya bersifat observasional.

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui fungsi seksual wanita akseptor kontrasepsi hormonal dan


kontrasepsi non-hormonal minimal 6 bulan dengan menggunakan FSFI di Puskesmas
Kota Medan.
68
LAMPIRAN 2

Pada penelitian ini, saya akan mengambil data dari kuesioner pasien dan data yang
diperoleh selanjutnya dianalisa menurut statistika. Kerahasiaan pribadi ibu-ibu tetap
saya pelihara.

Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan
kepada ibu-ibu.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan ibu-ibu
yang bersedia ikut sebagai subjek penelitian dalam penelitian ini dapat mengisi
lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu yang telah berpartisipasi di dalam penelitian
ini. Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka ibu-
ibu dapat menghubungi dr. Dyah Nurvita, Departemen Obgin FK-USU

Apabila sewaktu-waktu ibu-ibu ingin bertanya mengenai penelitian, ibu-ibu dapat


menghubungi saya di no 081377274981.

Terima kasih.

Medan, November 2017

Hormat saya

dr. Dyah Nurvita


LAMPIRAN 3 69

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(Informed Consent)

Saya yang namanya tersebut dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

No. Telp :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan mengenai penelitian berjudul:


“Fungsi Seksual Pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal dan Kontrasepsi Non-
Hormonal Minimal 6 Bulan Dengan Female Sexual Function Index (FSFI) di
Puskesmas di Kota Medan” secara lengkap dan saya memahaminya maka dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia
berpartisipasi pada penelitian ini. Partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat
sukarela dan tanpa paksaan, maupun tekanan dari pihak manapun dan dapat
mengundurkan diri sewaktu-waktu.

Medan, / / 2017

Peserta Penelitian

( )
Dokter Peneliti
dr. Dyah Nurvita
Dept. Obstetri & Ginekologi FK USU-RSHAM
Telp.081377274981
LAMPIRAN 4 70

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR KARAKTERISTIK SUBYEK


PENELITIAN

Nama Istri/Suami : _____________________


Umur Istri/Suami : _____________________
Suku Istri/Suami : _____________________
Agama Istri/Suami : _____________________
Pekerjaan Istri/Suami : _____________________
Pendidikan Istri/Suami : _____________________
Paritas : _____________________
Tgl Pemeriksaan : _____________________
Cara Persalinan : _____________________

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, dengan mengisi titik- titik dan


memberikan tanda (√) pada jawaban yang sesuai.

1. JENIS KONTRASEPSI : …………………

2. INDEKS MASSA TUBUH :*) …………………


- Tekanan Darah : ........................ mmHg
- Berat Badan : ........................ kilogram
- Tinggi Badan : ........................ meter

Underweight
Normoweight
Overweight
Obese
3. LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI : …………
- 6 bulan
- 6-12bulan
- > 12bulan

4. ALASAN PEMAKAIAN JENIS KONTRASEPSI :…………

5. LAMA MENIKAH : .................... bulan


LAMPIRAN 471

6. APAKAH SEDANG MENDERITA SUATU PENYAKIT KEGANASAN


(KANKER) ? ...............
- Ya
- Tidak

7. APAKAH MEMILIKI KEBIASAAN MINUM ALKOHOL ? ..............


- Ya
- Tidak

8. APAKAH ANDA MEROKOK ? ............


- Ya
- Tidak

9. APAKAH MEMILIKI RIWAYAT PENYAKIT JANTUNG, DIABETES


MELITUS ATAU OSTEOPOROSIS ?
- Jika Ya :.............
- Tidak

10. APAKAH MEMILIKI RIWAYAT PENYAKIT GANGGUAN MENTAL?


- Ya
- Tidak
72
LAMPIRAN 5

FEMALE SEXUAL FUNCTION INDEX (FSFI)

INSTRUKSI : Pertanyaan-pertanyaan berikut ini akan menanyakan tentang perasaan


dan respon seksual anda dalam empat minggu terakhir. Mohon dijawab dengan jujur
dan sejelas mungkin. Jawaban akan dirahasiakan. Dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut, akan digunakan beberapa istilah yang artinya telah kami berikan
agar anda tidak bingung.

Aktivitas seksual adalah termasuk bercumbu, foreplay, masturbasi dan penetrasi


vagina.

Hubungan seksual adalah penetrasi (masuknya) penis ke dalam vagina

Rangsangan seksual adalah termasuk situasi seperti foreplay dengan pasangan,


merangsang diri sendiri (masturbasi), atau khayalan seksual.

Hasrat seksual (gairah atau minat seksual) adalah perasaan yang termasuk
keinginan untuk mendapat pengalaman seksual, perasaan menerima terhadap inisiasi
dari pasangan seksual, dan pikiran atau khayalan tentang melakukan hubungan dan
aktivitas seksual.

Rangsangan seksual adalah perasaan yang termasuk aspek fisik dan mental dari
kenikmatan seksual. Ini dapat termasuk perasaan kehangatan atau kesemutan pada
alat kelamin, lubrikasi (basahnya vagina), atau kontraksi otot-otot vagina.
LAMPIRAN 5 73

Lingkari hanya pada satu jawaban yang sesuai

Domain No Pertanyaan Faktor Skor


pengali
1. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda
merasakan gairah seksual atau minat seksual?
5 = hampir selalu atau selalu 0.6
4 = sering (lebih dari setengah waktu) 0.6
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0.6
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0.6
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0.6
2. Dalam empat minggu terakhir, bagaimana Anda menilai Faktor Skor
tingkat gairah seksual Anda? pengali
5 = sangat tinggi 0.6
4 = tinggi 0.6
3 = sedang 0.6
2 = rendah 0.6
1 = sangat rendah atau tidak ada sama sekali 0.6
Hasrat Jumlah
LAMPIRAN 5 74

3. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda Faktor Skor


terangsang selama aktivitas senggama? pengali
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = hampir selalu atau selalu 0,3
4 = sering(lebih dari setengah waktu) 0,3
3 = kadang-kadang(sekitar setengah dari waktu) 0,3
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,3
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,3
4. Dalam empat minggu terakhir, bagaimana Anda menilai Faktor Skor
rangsangan seksual Anda selama aktivitas senggama? pengali
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = sangat tinggi 0,3
4 = tinggi 0,3
3 = sedang 0,3
2 = rendah 0,3
1 = sangat rendah atau tidak ada sama sekali 0,3
5. Dalam empat minggu terakhir seberapa yakin Anda Faktor Skor
menjadi terangsang selama aktivitas senggama? pengali
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = keyakinan yang sangat tinggi 0,3
4 = keyakinan yang tinggi 0,3
3 = keyakinan yang sedang 0,3
2 = keyakinan yang rendah 0,3
1= keyakinan yang sangat rendah atau tidak yakin sama 0,3
sekali
6. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda Faktor Skor
merasa puas dengan rangsangan seksual Anda selama pengali
aktivitas atau hubungan seksual (senggama)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = hampir selalu atau selalu 0,3
4 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,3
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,3
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,3
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,3
Rangsangan Jumlah
LAMPIRAN 5 75

7. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering vagina Faktor Skor


Anda menjadi basah selama aktivitas atau hubungan pengali
seksual (senggama)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = hampir selalu atau selalu 0,3
4 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,3
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,3
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,3
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,3
8. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sulit vagina Faktor Skor
Anda untuk menjadi basah selama aktivitas atau pengali
hubungan seksual (senggama)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
1 = amat sangat sulit atau tidak mungkin 0,3
2 = sangat sulit 0,3
3 = sulit 0,3
4 = agak sulit 0,3
5 = tidak sulit 0,3
9. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering vagina 0,3
Anda dapat tetap basah sampai selesainya aktivitas
senggama?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = hampir selalu atau selalu 0,3
4 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,3
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,3
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,3
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,3
10. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sulit vagina Faktor Skor
Anda dapat tetap basah sejak awal hingga selesainya pengali
aktivitas senggama?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
1 = amat sangat sulit atau tidak mungkin 0,3
2 = sangat sulit 0,3
3 = sulit 0,3
4 = agak sulit 0,3
5 = tidak sulit 0,3
Lubrikasi Jumlah
LAMPIRAN 5 76

11. Dalam empat minggu terakhir, ketika Anda mendapat Faktor Skor
rangsangan seksual atau bersenggama, seberapa sering pengali
Anda mencapai orgasme (klimaks)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
5 = hampir selalu atau selalu 0,4
4 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,4
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,4
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,4
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,4
12. Dalam empat minggu terakhir, ketika Anda mendapat Faktor Skor
rangsangan seksual atau bersenggama, seberapa sulit pengali
Anda mencapai orgasme (klimaks)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
1 = amat sangat sulit atau tidak mungkin 0,4
2 = sangat sulit 0,4
3 = sulit 0,4
4 = agak sulit 0,4
5 = tidak sulit 0,4
13. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda Faktor Skor
dengan kemampuan Anda untuk mencapai orgasme pengali
(klimaks) selama senggama?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
Orgasme Jumlah
LAMPIRAN 5 77

14. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda Faktor Skor
terhadap tingkat kedekatan emosional antara Anda dan pengali
pasangan selama aktivitas seksual?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = kira-kira setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
15. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda dengan Faktor Skor
keintiman seksual bersama pasangan Anda? pengali
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = kira-kira setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
16. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda dengan Faktor Skor
seluruh kehidupan seksual Anda? pengali
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = kira-kira setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
Kepuasan Jumlah
LAMPIRAN 5 78

17. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda Faktor Skor
mengalami ketidaknyamanan atau rasa nyeri selama pengali
penetrasi (masuknya) penis ke dalam vagina Anda?
0 = tidak melakukan penetrasi penis ke dalam vagina 0,4
1 = hampir selalu atau selalu 0,4
2 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,4
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,4
4 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,4
5 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,4
18. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda Faktor Skor
merasakan pengalaman tidak nyaman atau nyeri setelah pengali
penetrasi (masuknya) penis ke dalam vagina Anda?
0 = tidak melakukan penetrasi penis ke dalam vagina 0,4
1 = hampir selalu atau selalu 0,4
2 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,4
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,4
4 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,4
5 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,4
19. Dalam empat minggu terakhir, bagaimana Anda menilai Faktor Skor
tingkat ketidaknyaman atau nyeri yang Anda rasakan baik pengali
selama atau setelah masuknya penis ke dalam vagina?
0 = tidak melakukan penetrasi penis ke dalam vagina 0,4
1 = sangat tinggi 0,4
2 = tinggi 0,4
3 = sedang 0,4
4 = rendah 0,4
5 = sangat rendah atau tidak ada sama sekali 0,4
Nyeri Jumlah
79
80

LAMPIRAN 6

TABEL INDUK KONTRASEPSI

Usia Kategori LamaPemakaian Kategori


No tahun Paritas Gravida IMT KB Hasrat Rangsangan Lubrikasi Orgasme Kepuasan Nyeri SkorFSFI FSFI Pendidikan JENISKB SUBJEK
normal
1 26 2 1 weight 6-12 bulan 4.2 4.5 5.4 5.6 6 6 31.7 Baik D3 IUD Non Hormonal
2 31 2 1 overweight 6-12 bulan 4.2 3.9 4.2 3.6 2.4 2.8 21.1 Buruk SMA IUD Non Hormonal
3 39 3 1 overweight > 12 bulan 3.6 5.4 5.7 6 6 6 32.7 Baik SMA IUD Non Hormonal
4 39 4 1 Obese I > 12 bulan 4.8 5.7 5.7 5.6 5.6 5.2 32.6 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
5 45 2 1 weight > 12 bulan 4.8 5.1 3.6 5.2 5.2 4.4 28.3 Baik D3 IUD Non Hormonal
normal
6 39 2 1 weight > 12 bulan 2.4 3.9 5.4 4.4 4.4 4 24.5 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
7 38 3 1 weight > 12 bulan 3.6 4.5 5.4 6 6 5.6 31.1 Baik D3 IUD Non Hormonal
8 47 2 1 Obese I > 12 bulan 4.8 3.9 4.5 5.6 4.8 5.6 29.2 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
9 43 2 1 weight > 12 bulan 4.8 3.9 5.7 4.8 4.4 3.6 27.2 Baik SMA IUD Non Hormonal
10 33 2 1 overweight 6-12 bulan 6 5.4 5.7 6 6 6 35.1 Baik SMA IUD Non Hormonal
11 29 2 1 Obese I > 12 bulan 4.2 3.6 4.5 4.8 6 3.6 26.7 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
12 34 3 1 weight > 12 bulan 4.2 4.2 4.2 4.4 4.8 4.8 26.6 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
13 23 1 1 weight 6-12 bulan 4.8 5.1 4.5 4 4 4.8 27.2 Baik SMA IUD Non Hormonal
14 27 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.4 4.2 4.2 4.8 4.8 4.8 27.2 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
15 42 3 2-4 weight > 12 bulan 4.2 5.1 3.9 4 5.6 4.4 27.2 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
16 34 2 1 weight > 12 bulan 4.8 4.2 4.2 4.4 5.6 4 27.2 Baik SMP IUD Non Hormonal
normal
17 39 2 2-4 weight > 12 bulan 4.8 4.2 4.2 4 5.2 4.4 26.8 Baik SMP IUD Non Hormonal
normal
18 32 3 >4 weight 6-12 bulan 5.4 3.9 4.5 3.6 5.6 4.4 27.4 Baik D4 IUD Non Hormonal
19 39 3 >4 overweight > 12 bulan 4.2 5.4 3.3 3.6 4 5.2 25.7 Buruk D3 IUD Non Hormonal
20 37 2 >4 overweight > 12 bulan 4.8 4.8 3.6 3.6 4 4.4 25.2 Buruk S1 IUD Non Hormonal
normal
21 37 3 >4 weight 6-12 bulan 5.4 4.5 4.5 4 4.8 4 27.2 Baik D3 IUD Non Hormonal
81

normal
22 36 3 >4 weight > 12 bulan 3 4.2 3.3 3.2 3.6 4 21.3 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
23 35 4 >4 weight > 12 bulan 5.4 5.4 5.1 4.4 4.4 5.2 29.9 Baik D3 IUD Non Hormonal
normal
24 45 3 2-4 weight > 12 bulan 3 3.6 2.7 3.2 4 4 20.5 Buruk SMA IUD Non Hormonal
25 42 4 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 4.5 3 3.2 4 4 22.3 Buruk SMA IUD Non Hormonal
26 38 3 2-4 overweight 6-12 bulan 3.6 4.2 3.3 3.6 4.8 4.8 24.3 Buruk D4 IUD Non Hormonal
normal
27 33 2 2-4 weight > 12 bulan 4.8 5.4 3.9 3.6 4.4 5.2 27.3 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
28 35 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.2 4.2 4 4.4 5.2 26.8 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
29 33 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 3.9 3.6 3.6 3.6 4.2 22.5 Buruk SMA IUD Non Hormonal
normal
30 27 1 1 weight > 12 bulan 4.2 4.2 4.2 4.4 4.8 4.8 26.6 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
31 29 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 4.8 4.2 4.8 5.2 4.4 27 Baik S1 IUD Non Hormonal
32 33 2 2-4 overweight > 12 bulan 3 3.6 3 3.2 3.6 4.4 20.8 Buruk SMP IUD Non Hormonal
normal
33 43 3 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3.9 3.3 3.2 4 4.8 22.8 Buruk SMP IUD Non Hormonal
34 34 2 2-4 underweight > 12 bulan 3.6 3 3.3 3.6 4 4.8 22.3 Buruk SMP IUD Non Hormonal
normal
35 36 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 4.8 3.3 3.6 4.4 5.2 24.9 Buruk SD IUD Non Hormonal
normal
36 24 1 1 weight > 12 bulan 6 5.7 5.7 4.4 4.4 4.8 31 Baik SMP IUD Non Hormonal
37 33 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.8 4.8 3.6 3.6 4 4 24.8 Buruk SMA IUD Non Hormonal
38 34 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 4.2 3.6 3.2 3.6 4 22.8 Buruk SD IUD Non Hormonal
39 44 3 2-4 overweight > 12 bulan 4.2 4.2 4.5 4.4 5.6 4.4 27.3 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
40 43 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 4.5 4.8 5.6 5.2 4 27.7 Baik D3 IUD Non Hormonal
normal
41 27 2 2-4 weight > 12 bulan 4.2 4.2 3.6 4.4 5.6 4.8 26.8 Baik D3 IUD Non Hormonal
42 42 3 2-4 overweight > 12 bulan 4.2 4.5 3.6 4.8 6 4.8 27.9 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
43 34 2 2-4 weight > 12 bulan 4.8 4.8 4.5 4 3.6 4.4 26.1 Buruk S1 IUD Non Hormonal
44 29 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.2 4.8 4.5 4.4 4 4.4 26.3 Buruk SD IUD Non Hormonal
45 33 3 2-4 overweight 6-12 bulan 3.6 3.3 2.7 3.2 3.6 4.4 20.8 Buruk SMP IUD Non Hormonal
normal
46 35 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3 2.7 3.6 3.2 5.2 21.3 Buruk SMP IUD Non Hormonal
47 42 4 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 3.9 3 3.6 3.2 5.2 22.5 Buruk D3 IUD Non Hormonal
82

normal
48 41 3 2-4 weight > 12 bulan 3 3.6 3.3 3.6 3.2 4.4 21.1 Buruk D4 IUD Non Hormonal
normal
49 36 3 2-4 weight 6-12 bulan 3 3.9 3 3.2 3.6 4.4 21.1 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
50 33 2 2-4 weight > 12 bulan 4.2 5.7 4 3.2 4.4 5.2 26.7 Baik D3 IUD Non Hormonal
normal
51 29 2 2-4 weight 6-12 bulan 6 5.7 5.7 4.4 4.4 5.2 31.4 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
52 38 3 2-4 weight 6-12 bulan 4.2 4.5 3.9 4.4 5.2 4.4 26.6 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
53 44 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3 3 4 3.6 4 21.2 Buruk SD IUD Non Hormonal
54 33 2 2-4 overweight > 12 bulan 3 3.3 3.6 3.6 4 5.2 22.7 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
55 43 3 2-4 weight > 12 bulan 4.2 3.9 3.6 3.6 4 5.2 24.5 Buruk S1 IUD Non Hormonal
normal
56 26 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 3.9 3.6 4 4 4.4 23.5 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
57 28 2 2-4 weight 6-12 bulan 3 3 3.3 3.6 4.4 4 21.3 Buruk D3 IUD Non Hormonal
58 37 3 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 3.6 3.6 4 4.4 4 23.2 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
59 38 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3.9 3.6 4 4.4 4.4 23.9 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
60 26 2 2-4 weight 6-12 bulan 5.4 4.8 3.9 4.8 4.8 4 27.7 Baik SMA IUD Non Hormonal
61 34 3 2-4 underweight > 12 bulan 3 3.3 3.6 3.2 3.6 4.8 21.5 Buruk D3 IUD Non Hormonal
62 35 3 2-4 overweight > 12 bulan 3 3 3.3 3.2 3.6 4.8 20.9 Buruk SMA IUD Non Hormonal
normal
63 42 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 2.4 3.9 3.6 2.4 3.2 19.1 Buruk SMA IUD Non Hormonal
64 24 2 2-4 overweight 6-12 bulan 3.6 2.4 3.9 3.6 2.4 3.2 19.1 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
65 31 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 3.6 5.4 5.6 5.6 6 31 Baik D4 IUD Non Hormonal
normal
66 24 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 3.6 5.4 5.6 5.6 6 31 Baik D4 IUD Non Hormonal
normal
67 30 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.8 5.4 5.6 5.6 6 32.2 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
68 38 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 2.7 3.9 3.6 2.8 2.4 19 Buruk SD IUD Non Hormonal
69 22 1 1 overweight 6-12 bulan 4.8 3.6 5.4 5.6 5.6 6 31 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
70 28 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 2.4 3.9 3.6 2.4 4 19.9 Buruk SMA IUD Non Hormonal
normal
71 26 4 2-4 weight 6-12 bulan 4.2 5.1 5.7 6 6 4 31 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
72 36 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 3.6 5.1 5.2 5.6 6 29.1 Baik SD IUD Non Hormonal
83

normal
73 37 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 3.6 5.4 5.6 5.6 6 31 Baik SMP IUD Non Hormonal
normal
74 44 3 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3 2.7 3.2 3.6 4.4 20.5 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
75 21 1 1 weight 6-12 bulan 4.2 5.1 5.7 6 6 4 31 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
76 35 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 3.6 5.4 5.6 5.6 6 31 Baik S1 IUD Non Hormonal
77 42 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 4.2 5.4 5.2 4.8 4.8 28.6 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
78 33 2 2-4 weight > 12 bulan 4.2 4.2 5.2 4.8 4.8 4.4 27.6 Baik D3 IUD Non Hormonal
normal
79 25 1 1 weight 6-12 bulan 4.2 5.1 5.7 6 6 4 31 Baik D3 IUD Non Hormonal
80 32 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 4.2 5.4 5.2 4.8 4 27.8 Baik S1 IUD Non Hormonal
1 38 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.8 3.3 3.9 3.6 4 2.8 22.4 Buruk S1 Pil Hormonal
normal
2 37 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 3.6 3 3.6 4.4 3.6 21.8 Buruk S1 Pil Hormonal
normal
3 34 2 2-4 weight > 12 bulan 4.2 3.6 4.2 3.2 4 3.6 22.8 Buruk S1 Pil Hormonal
4 30 1 1 overweight > 12 bulan 4.2 4.5 3.9 5.2 4.8 4 26.6 Baik SD Pil Hormonal
normal
5 19 1 1 weight 6-12 bulan 3.6 3.6 3.6 3.6 4.4 4 22.8 Buruk SD 3 Hormonal
normal
6 34 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3.3 3.9 4 4.4 3.6 22.8 Buruk SMA 3 Hormonal
7 21 1 1 overweight > 12 bulan 4.8 3.6 3.9 3.6 4 3.2 23.1 Buruk SMA 3 Hormonal
normal
8 34 1 1 weight 6-12 bulan 4.2 4.5 4.2 4 5.6 5.2 27.7 Baik SMA 3 Hormonal
9 23 1 1 overweight > 12 bulan 4.2 4.5 4.2 5.2 5.6 4 27.7 Baik SMA 3 Hormonal
normal
10 37 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 4.2 4.5 4.4 5.2 4.8 26.7 Baik SMA 3 Hormonal
normal
11 27 2 2-4 weight > 12 bulan 3 3.6 3.9 4.8 6 6 27.3 Baik D3 3 Hormonal
12 36 1 1 overweight 6-12 bulan 3.6 6 3.9 4 6 6 29.5 Baik D3 3 Hormonal
13 27 2 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 4.2 4.5 4 5.2 5.2 26.7 Baik D3 3 Hormonal
14 29 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.8 4.2 4.5 4.4 4.8 5.2 27.9 Baik D3 3 Hormonal
15 35 2 2-4 overweight 6-12 bulan 2.4 2.1 3 3.6 4.4 5.2 20.7 Buruk D4 3 Hormonal
16 25 1 1 overweight > 12 bulan 3.6 3.9 3.9 4.8 5.6 4.4 26.2 Buruk SMA 1 Hormonal
normal
17 20 1 1 weight > 12 bulan 3 2.4 3.3 2.4 2.8 4.4 18.3 Buruk SMA 1 Hormonal
18 32 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.8 4.2 6 5.6 4.4 6 31 Baik S1 Pil Hormonal
84

19 31 2 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 6 6 6 6 4 31.6 Baik SMP Pil Hormonal
normal
20 41 2 2-4 weight > 12 bulan 4.2 4.5 5.2 5.6 4.4 3.2 27.1 Baik SMP Pil Hormonal
normal
24 26 1 1 weight 6-12 bulan 3.6 4.5 3 3.2 4 4 22.3 Buruk SMP Pil Hormonal
normal
25 30 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 4.2 3.3 3.6 4.8 4.8 24.3 Buruk SD Pil Hormonal
normal
26 30 1 1 weight 6-12 bulan 4.8 5.4 3.9 3.6 4.4 5.2 27.3 Baik SMA Pil Hormonal
normal
27 37 4 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.2 4.2 4 4.4 5.2 26.8 Baik SMA Pil Hormonal
normal
28 26 1 1 weight 6-12 bulan 3.6 3.9 3.6 3.6 3.6 4.2 22.5 Buruk SMA Pil Hormonal
normal
29 46 4 2-4 weight 6-12 bulan 4.2 4.5 3.9 4.4 3.6 6 26.6 Baik SMA Pil Hormonal
normal
30 34 2 2-4 weight > 12 bulan 2.4 3 2.7 3.2 4 4.4 19.7 Buruk SMP 1 Hormonal
normal
31 40 3 2-4 weight > 12 bulan 3 3.6 3 3.2 3.6 4.4 20.8 Buruk D3 1 Hormonal
32 27 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.8 4.2 3.6 4 4.8 5.2 26.6 Baik D3 1 Hormonal
normal
33 34 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 5.4 3.9 3.6 5.2 5.2 26.9 Baik D3 1 Hormonal
normal
34 29 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 4.8 3.6 4.4 5.2 5.2 26.8 Baik D3 1 Hormonal
normal
35 42 2 2-4 weight 6-12 bulan 6 5.7 5.7 4.4 4.4 4.8 31 Baik SMP 1 Hormonal
normal
36 33 3 2-4 weight > 12 bulan 4.8 4.2 6 5.6 4.4 6 31 Baik SMA 1 Hormonal
normal
37 28 2 2-4 weight > 12 bulan 4.8 4.2 6 5.6 4.4 6 31 Baik SMA 1 Hormonal
normal
38 40 2 2-4 weight > 12 bulan 4.8 5.1 3.9 3.6 4.8 4.8 27 Baik SMA 3 Hormonal
normal
39 22 1 1 weight 6-12 bulan 4.8 5.4 3.9 3.6 4.4 5.2 27.3 Baik SMA 1 Hormonal
normal
40 26 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.2 4.2 4 4.4 5.2 26.8 Baik D3 3 Hormonal
41 28 3 2-4 overweight 6-12 bulan 3.6 4.2 3.6 4 6 6 27.4 Baik D3 3 Hormonal
42 37 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.8 4.8 4.5 4 3.6 5.2 26.9 Baik D3 3 Hormonal
normal
43 41 5 >4 weight 6-12 bulan 4.2 4.8 5.1 4.4 4 4.4 26.9 Baik D3 3 Hormonal
normal
41 35 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.2 6 5.6 4.4 6 31 Baik D4 3 Hormonal
42 30 1 1 overweight > 12 bulan 4.8 4.2 6 5.6 4.4 6 31 Baik D4 3 Hormonal
normal
43 24 2 2-4 weight > 12 bulan 4.8 5.1 3.9 3.6 4.8 4.8 27 Baik D3 3 Hormonal
85

normal
44 28 1 1 weight > 12 bulan 4.8 4.8 4.5 4 3.6 5.2 26.9 Baik D3 3 Hormonal
45 30 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 4.8 5.1 4.4 4 4.4 26.9 Baik D3 1 Hormonal
46 41 4 2-4 Obese I 6-12 bulan 4.2 5.7 4.5 3.6 3.6 5.2 26.8 Baik S1 1 Hormonal
normal
47 35 2 2-4 weight 6-12 bulan 6 5.7 5.7 4.4 4.4 5.2 31.4 Baik S1 1 Hormonal
48 25 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 4.5 5.1 4 4.4 4.4 26.6 Baik SMA 1 Hormonal
49 20 1 1 overweight 6-12 bulan 3.6 3 3 4 3.6 4 21.2 Buruk D3 1 Hormonal
normal
50 32 2 2-4 weight 6-12 bulan 3 3.3 3.6 3.6 4 5.2 22.7 Buruk D3 1 Hormonal
normal
51 31 3 2-4 weight 6-12 bulan 4.2 5.1 4.2 3.6 4.8 4.8 26.7 Baik D3 1 Hormonal
normal
52 40 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 4.8 5.1 4.4 4 5.2 27.1 Baik SMA 1 Hormonal
normal
53 30 2 2-4 weight 6-12 bulan 3 3 3.3 3.6 4.4 4 21.3 Buruk SMA 1 Hormonal
54 42 5 >4 overweight > 12 bulan 3.6 3.6 3.6 4 4.4 4 23.2 Buruk SD 1 Hormonal
normal
55 41 6 >4 weight > 12 bulan 3.6 4.2 4.2 4.8 4.8 5.2 26.8 Baik SD 1 Hormonal
normal
56 24 1 1 weight > 12 bulan 4.2 3 2.7 2.8 3.2 4 19.9 Buruk SMP 3 Hormonal
57 35 2 2-4 Obese I 6-12 bulan 3 3.3 3.6 3.2 3.6 4.8 21.5 Buruk D4 3 Hormonal
normal
58 32 3 2-4 weight 6-12 bulan 3 3 3.3 3.2 3.6 4.8 20.9 Buruk D4 3 Hormonal
normal
59 30 2 2-4 weight 6-12 bulan 3 3.6 3.3 3.6 3.2 4.4 21.1 Buruk D3 3 Hormonal
60 40 1 1 overweight > 12 bulan 3 3.3 2.7 3.2 3.2 4.4 19.8 Buruk D3 3 Hormonal
normal
61 28 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 4.2 4.5 4.4 4.8 5.2 26.7 Baik SMA 3 Hormonal
62 33 3 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 3.3 3.3 3.2 4.4 5.2 23 Buruk SMP 3 Hormonal
63 25 2 2-4 overweight 6-12 bulan 3.6 3.3 3.6 3.2 3.2 4.4 21.3 Buruk SMP 3 Hormonal
normal
64 28 3 2-4 weight 6-12 bulan 4.2 5.1 3.9 4 4.8 5.2 27.2 Baik SMA 1 Hormonal
65 26 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 3.9 4.2 4 5.2 5.2 26.7 Baik SMA 1 Hormonal
normal
66 27 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 3 3.6 3.2 5.6 5.2 24.2 Buruk D3 1 Hormonal
normal
67 41 6 >4 weight 6-12 bulan 3.6 4.2 4.5 4.8 4 5.6 26.7 Baik D3 1 Hormonal
normal
68 30 3 2-4 weight 6-12 bulan 3 3.3 3 3.2 4.4 4.8 21.7 Buruk D3 1 Hormonal
normal
69 36 3 2-4 weight 6-12 bulan 2.4 3 3 3.6 3.6 4.4 20 Buruk D3 1 Hormonal
86

normal
70 28 1 1 weight > 12 bulan 3.6 4.8 3.6 4.4 5.2 5.2 26.8 Baik D3 1 Hormonal
71 41 6 >4 Obese II > 12 bulan 3 3.3 2.7 3.2 3.2 4.8 20.2 Buruk SMP 1 Hormonal
normal
72 30 1 1 weight 6-12 bulan 2.4 3.3 2.7 2.8 3.2 4 18.4 Buruk SMP 1 Hormonal
normal
73 41 5 >4 weight > 12 bulan 4.8 4.2 5.4 5.6 4.4 6 30.4 Baik SMA 3 Hormonal
normal
74 38 3 2-4 weight > 12 bulan 4.8 4.2 5.4 5.6 4.4 6 30.4 Baik SMA 3 Hormonal
75 35 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.8 5.1 3.9 3.6 4.8 4.8 27 Baik SMA 3 Hormonal
normal
76 42 5 >4 weight 6-12 bulan 4.8 3.6 3.9 3.2 4.4 4.4 24.3 Buruk D3 3 Hormonal
normal
77 24 1 1 weight 6-12 bulan 2.4 3.3 3.3 3.2 3.2 4.4 19.8 Buruk D3 Pil Hormonal
78 31 3 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 3.9 5.4 5.6 4.8 4.8 28.1 Baik D3 Pil Hormonal
normal
79 35 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.8 5.4 5.6 5.6 6 32.2 Baik D3 3 Hormonal
normal
80 24 1 1 weight 6-12 bulan 3.6 3.6 4.2 4.4 4.8 4 24.6 Buruk D3 3 Hormonal
LAMPIRAN 787

ANALISA STATISTIK

Crosstabs

Usia (tahun) * KEL. PENELITIAN

Usia (tahun) * KEL. PENELITIAN Crosstabulation

KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Usia (tahun) 20 - 30 Count 24 21 45
% within KEL. PENELITIAN 30,0% 26,3% 28,1%
31 - 40 Count 41 42 83
% within KEL. PENELITIAN 51,3% 52,5% 51,9%
>40 Count 15 17 32
% within KEL. PENELITIAN 18,8% 21,3% 20,0%
Total Count 80 80 160
% within KEL. PENELITIAN 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point
Value df sided) sided) sided) Probability
a
Pearson Chi-Square ,337 2 ,845 ,832
Likelihood Ratio ,337 2 ,845 ,832
Fisher's Exact Test ,359 ,832
b
Linear-by-Linear ,327 1 ,567 ,648 ,324 ,077
Association
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.
b. The standardized statistic is ,572.
88
LAMPIRAN 7

Paritas * KEL. PENELITIAN

Paritas * KEL. PENELITIAN Crosstabulation


KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Paritas 1 Count 21 19 40
% within KEL. PENELITIAN 26,3% 23,8% 25,0%
2-4 Count 52 55 107
% within KEL. PENELITIAN 65,0% 68,8% 66,9%
>4 Count 7 6 13
% within KEL. PENELITIAN 8,8% 7,5% 8,1%
Total Count 80 80 160
% within KEL. PENELITIAN 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square ,261a 2 ,878 ,875
Likelihood Ratio ,261 2 ,878 ,875
Fisher's Exact Test ,305 ,875
b
Linear-by-Linear Association ,021 1 ,886 1,000 ,500 ,113
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,50.
b. The standardized statistic is ,143.

KategoriIMT * SUBJEK Crosstabulation


SUBJEK
Hormonal Non Hormonal Total
KategoriIMT normal weight Count 52 52 104
% within SUBJEK 65,0% 65,0% 65,0%
Obese Count 3 3 6
% within SUBJEK 3,8% 3,8% 3,8%
overweight Count 25 23 48
% within SUBJEK 31,3% 28,8% 30,0%
underweight Count 0 2 2
% within SUBJEK 0,0% 2,5% 1,3%
Total Count 80 80 160
% within SUBJEK 100,0% 100,0% 100,0%
LAMPIRAN 7 89

Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 2,083a 3 ,555
Likelihood Ratio 2,856 3 ,414
N of Valid Cases 160
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.

Pendidikan * KEL. PENELITIAN


Crosstab
KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Pendidikan D3 Count 30 23 53
% within KEL. PENELITIAN 37,5% 28,7% 33,1%
D4 Count 5 5 10
% within KEL. PENELITIAN 6,3% 6,3% 6,3%
S1 Count 6 14 20
% within KEL. PENELITIAN 7,5% 17,5% 12,5%
SD Count 5 6 11
% within KEL. PENELITIAN 6,3% 7,5% 6,9%
SMA Count 24 23 47
% within KEL. PENELITIAN 30,0% 28,7% 29,4%
SMP Count 10 9 19
% within KEL. PENELITIAN 12,5% 11,3% 11,9%
Total Count 80 80 160
% within KEL. PENELITIAN 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 4,289 5 ,509 ,518
Likelihood Ratio 4,384 5 ,496 ,515
Fisher's Exact Test 4,351 ,507
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00.
LAMPIRAN 7 90

Lama Pemakaian KB (Bln) * KEL. PENELITIAN


Crosstab
KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Lama Pemakaian > 12 bulan Count 34 45 79
KB (Bln) % within KEL. PENELITIAN 42,5% 56,3% 49,4%
6-12 bulan Count 46 35 81
% within KEL. PENELITIAN 57,5% 43,8% 50,6%
Total Count 80 80 160
% within KEL. PENELITIAN 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3,025a 1 ,082 ,114 ,057
Continuity Correctionb 2,500 1 ,114
Likelihood Ratio 3,035 1 ,081 ,114 ,057
Fisher's Exact Test ,114 ,057
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Kategori FSFI * KEL. PENELITIAN


Crosstab
KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Kategori FSFI Tidak Disfungsi Count 47 44 91
Seksual % within KEL. PENELITIAN 58,8% 55,0% 56,9%
Disfungsi Seksual Count 33 36 69
% within KEL. PENELITIAN 41,3% 45,0% 43,1%
Total Count 80 80 160
% within KEL. PENELITIAN 100,0% 100,0% 100,0%
LAMPIRAN 791

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square ,229 1 ,632 ,750 ,375
b
Continuity Correction ,102 1 ,750
Likelihood Ratio ,229 1 ,632 ,750 ,375
Fisher's Exact Test ,750 ,375
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 34,50.
b. Computed only for a 2x2 table

JENIS KB * Kategori FSFI Crosstabulation


Kategori FSFI
Tidak Disfungsi Disfungsi
Seksual Seksual Total
JENIS KB IUD Count 44 36 80
% within JENIS KB 55,0% 45,0% 100,0%
Suntik 1 Count 18 13 31
bln % within JENIS KB 58,1% 41,9% 100,0%
Pil Count 8 7 15
% within JENIS KB 53,3% 46,7% 100,0%
Suntik 3 Count 21 13 34
bln % within JENIS KB 61,8% 38,2% 100,0%
Total Count 91 69 160
% within JENIS KB 56,9% 43,1% 100,0%

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square ,541a 3 ,910 ,912
Likelihood Ratio ,544 3 ,909 ,912
Fisher's Exact Test ,591 ,917
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,47.
LAMPIRAN 792

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Hasrat ,180 160 ,000 ,935 160 ,000
Rangsangan ,110 160 ,000 ,980 160 ,020
Lubrikasi ,143 160 ,000 ,937 160 ,000
Orgasme ,177 160 ,000 ,910 160 ,000
Kepuasan ,127 160 ,000 ,961 160 ,000
Nyeri ,125 160 ,000 ,946 160 ,000
a. Lilliefors Significance Correction

Report
KEL. PENELITIAN Hasrat Rangsangan Lubrikasi Orgasme Kepuasan Nyeri
Hormonal N 80 80 80 80 80 80
Mean 3,937 4,121 4,100 4,070 4,405 4,818
Std. Deviation ,7978 ,8360 ,9158 ,8268 ,7463 ,7518
Median 3,600 4,200 3,900 4,000 4,400 4,800
Minimum 2,4 2,1 2,7 2,4 2,8 2,8
Maximum 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
Non Hormonal N 80 80 80 80 80 80
Mean 4,135 4,166 4,225 4,315 4,540 4,628
Std. Deviation ,7642 ,8157 ,9323 ,9039 ,9862 ,7774
Median 4,200 4,200 4,100 4,000 4,400 4,400
Minimum 2,4 2,4 2,7 3,2 2,4 2,4
Maximum 6,0 5,7 5,7 6,0 6,0 6,0
Total N 160 160 160 160 160 160
Mean 4,036 4,144 4,163 4,192 4,472 4,723
Std. Deviation ,7850 ,8236 ,9233 ,8722 ,8744 ,7682
Median 4,200 4,200 3,900 4,000 4,400 4,800
Minimum 2,4 2,1 2,7 2,4 2,4 2,4
Maximum 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
LAMPIRAN 7 93

Mann-Whitney Test
Ranks
KEL. PENELITIAN N Mean Rank Sum of Ranks
Hasrat Hormonal 80 75,45 6036,00

dimension1
Non Hormonal 80 85,55 6844,00
Total 160
Rangsangan Hormonal 80 78,91 6313,00

dimension1
Non Hormonal 80 82,09 6567,00
Total 160
Lubrikasi Hormonal 80 77,70 6216,00

dimension1
Non Hormonal 80 83,30 6664,00
Total 160
Orgasme Hormonal 80 74,80 5984,00

dimension1
Non Hormonal 80 86,20 6896,00
Total 160
Kepuasan Hormonal 80 76,81 6144,50

dimension1
Non Hormonal 80 84,19 6735,50
Total 160
Nyeri Hormonal 80 86,81 6945,00

dimension1
Non Hormonal 80 74,19 5935,00
Total 160

Test Statisticsa
Hasrat Rangsangan Lubrikasi Orgasme Kepuasan Nyeri
Mann-Whitney U 2796,000 3073,000 2976,000 2744,000 2904,500 2695,000
Wilcoxon W 6036,000 6313,000 6216,000 5984,000 6144,500 5935,000
Z -1,420 -,437 -,769 -1,578 -1,020 -1,751
Asymp. Sig. (2-tailed) ,156 ,662 ,442 ,114 ,308 ,080
a. Grouping Variable: KEL. PENELITIAN
LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Ibu-ibu Yth,

Nama saya dr. Dyah Nurvita, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan
dokterspesialis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran – Universitas Sumatera
Utara.

Saatinisayasedangmelakukanpenelitian yang berjudul:

“Fungsi Seksual Pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal dan Kontrasepsi Non-


Hormonal Minimal 6 Bulan Dengan Female Sexual Function Index (FSFI) di
Puskesmas di Kota Medan”

Tata cara penelitiannya sebagai berikut:

1. Setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas


Sumatera Utara, dilakukan pengambilan sampel di Puskesmas di Kota Medan.
2. Wanita yang masuk ke dalam sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi diberi
informed consent.
3. Subjek penelitian kemudian mengisi kuisioner FSFI.
4. Kemudian data ditabulasi dan dianalisa secara statistik.

Penelitian ini dilakukan oleh saya sendiri.Penelitian ini sendiri tidak memiliki efek samping
disebabkan penelitian hanya bersifat observasional.

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui fungsi seksual wanitamenurut FSFI antarapengguna Depo-


Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) danCyclofem di Puskesmas Medan Johor

Pada penelitian ini, saya akanmengambil data darikuesionerpasiendan data yang diperoleh
selanjutnya dianalisa menurut statistika. Kerahasiaan pribadi ibu-ibu tetap saya pelihara.

Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan kepada
ibu-ibu.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan ibu-ibuyang
bersediaikut sebagai subjekpenelitian dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan
turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Terimakasih saya ucapkan kepada ibuyang telah berpartisipasi di dalam penelitian ini. Jika
selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka ibu-ibu dapat
menghubungi dr. Qisthi Aufa Lubis, Departemen Obgin FK-USU

Apabilasewaktu-waktuibu-ibuinginbertanyamengenaipenelitian, ibu-
ibudapatmenghubungisaya di no 081264971230.

Terima kasih.

Medan,November 2017

Hormat saya

dr. Dyah Nurvita


LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(Informed Consent)

Saya yang namanya tersebut dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

No. Telp :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan mengenai penelitian berjudul: “Fungsi


Seksual Pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal dan Kontrasepsi Non-Hormonal
Minimal 6 Bulan Dengan Female Sexual Function Index (FSFI) di Puskesmas di Kota
Medan” secara lengkap dan saya memahaminya maka dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.
Partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan, maupun tekanan
dari pihak manapun dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu.

Medan, / / 2017 Peserta


Penelitian

( )

Dokter Peneliti
dr. Dyah Nurvita
Dept. Obstetri & Ginekologi FK USU-RSHAM
Telp.081377274981
LAMPIRAN 4

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN

Nama Istri/Suami : _____________________

Umur Istri/Suami : _____________________

Suku Istri/Suami : _____________________

Agama Istri/Suami : _____________________

Pekerjaan Istri/Suami : _____________________

Pendidikan Istri/Suami : _____________________

Paritas : _____________________

Tgl Pemeriksaan : _____________________

Cara Persalinan : _____________________

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, dengan mengisi titik- titik dan


memberikan tanda (√) pada jawaban yang sesuai.

1. JENIS KONTRASEPSI : …………………

2. INDEKS MASSA TUBUH :*) …………………


- Tekanan Darah : ........................ mmHg
- BeratBadan (Kilogram) : .............................
- TinggiBadan (meter) : ..................................

Underweight

Normoweight

Overweight

Obese I
Obese II

3. LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI : …………


- 6bulan
- 6-12bulan
- > 12bulan

4. ALASAN PEMAKAIAN JENIS KONTRASEPSI :…………

5. LAMA MENIKAH : .................... bulan

6. APAKAH SEDANG MENDERITA SUATU PENYAKIT KEGANASAN


(KANKER) ? ...............
- Ya
- Tidak

7. APAKAH MEMILIKI KEBIASAAN MINUM ALKOHOL ? ..............


- Ya
- Tidak

8. APAKAH ANDA MEROKOK ? ............


- Ya
- Tidak

9. APAKAH MEMILIKI RIWAYAT PENYAKIT JANTUNG, DIABETES


MELITUS ATAU OSTEOPOROSIS ?
- Jika Ya :.............
- Tidak

10. APAKAH MEMILIKI RIWAYAT PENYAKIT GANGGUAN MENTAL?


- Ya
- Tidak
LAMPIRAN 5

FEMALE SEXUAL FUNCTION INDEX (FSFI)

INSTRUKSI : Pertanyaan-pertanyaan berikut ini akan menanyakan tentang perasaan dan


respon seksual anda dalam empat minggu terakhir. Mohon dijawab dengan jujur dan sejelas
mungkin. Jawaban akan dirahasiakan. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, akan
digunakan beberapa istilah yang artinya telah kami berikan agar anda tidak bingung.

Aktivitas seksual adalah termasuk bercumbu, foreplay, masturbasi dan penetrasi vagina.

Hubungan seksual adalah penetrasi (masuknya) penis ke dalam vagina

Rangsangan seksual adalah termasuk situasi seperti foreplay dengan pasangan, merangsang
diri sendiri (masturbasi), atau khayalan seksual.

Hasrat seksual (gairah atau minat seksual) adalah perasaan yang termasuk keinginan
untuk mendapat pengalaman seksual, perasaan menerima terhadap inisiasi dari pasangan
seksual, dan pikiran atau khayalan tentang melakukan hubungan dan aktivitas seksual.

Rangsangan seksual adalah perasaan yang termasuk aspek fisik dan mental dari kenikmatan
seksual. Ini dapat termasuk perasaan kehangatan atau kesemutan pada alat kelamin, lubrikasi
(basahnya vagina), atau kontraksi otot-otot vagina.
Lingkari hanya pada satu jawaban yang sesuai

Domain No Pertanyaan Faktor Skor


pengali
1. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda
merasakan gairah seksual atau minat seksual?
5 = hampir selalu atau selalu 0.6
4 = sering (lebih dari setengah waktu) 0.6
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0.6
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0.6
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0.6
2. Dalam empat minggu terakhir, bagaimana Anda menilai Faktor Skor
tingkat gairah seksual Anda? pengali
5 = sangat tinggi 0.6
4 = tinggi 0.6
3 = sedang 0.6
2 = rendah 0.6
1 = sangat rendah atau tidak ada sama sekali 0.6
Hasrat Jumlah
3. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda Faktor Skor
terangsang selama aktivitas senggama? pengali
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = hampir selalu atau selalu 0,3
4 = sering(lebih dari setengah waktu) 0,3
3 = kadang-kadang(sekitar setengah dari waktu) 0,3
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,3
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,3
4. Dalam empat minggu terakhir, bagaimana Anda menilai Faktor Skor
rangsangan seksual Anda selama aktivitas senggama? pengali
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = sangat tinggi 0,3
4 = tinggi 0,3
3 = sedang 0,3
2 = rendah 0,3
1 = sangat rendah atau tidak ada sama sekali 0,3
5. Dalam empat minggu terakhir seberapa yakin Anda Faktor Skor
menjadi terangsang selama aktivitas senggama? pengali
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = keyakinan yang sangat tinggi 0,3
4 = keyakinan yang tinggi 0,3
3 = keyakinan yang sedang 0,3
2 = keyakinan yang rendah 0,3
1= keyakinan yang sangat rendah atau tidak yakin sama 0,3
sekali
6. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda Faktor Skor
merasa puas dengan rangsangan seksual Anda selama pengali
aktivitas atau hubungan seksual (senggama)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = hampir selalu atau selalu 0,3
4 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,3
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,3
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,3
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,3
Rangsanga Jumlah
n
7. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering vagina Faktor Skor
Anda menjadi basah selama aktivitas atau hubungan pengali
seksual (senggama)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = hampir selalu atau selalu 0,3
4 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,3
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,3
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,3
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,3
8. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sulit vagina Faktor Skor
Anda untuk menjadi basah selama aktivitas atau pengali
hubungan seksual (senggama)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
1 = amat sangat sulit atau tidak mungkin 0,3
2 = sangat sulit 0,3
3 = sulit 0,3
4 = agak sulit 0,3
5 = tidak sulit 0,3
9. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering vagina 0,3
Anda dapat tetap basah sampai selesainya aktivitas
senggama?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
5 = hampir selalu atau selalu 0,3
4 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,3
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,3
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,3
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,3
10. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sulit vagina Faktor Skor
Anda dapat tetap basah sejak awal hingga selesainya pengali
aktivitas senggama?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,3
1 = amat sangat sulit atau tidak mungkin 0,3
2 = sangat sulit 0,3
3 = sulit 0,3
4 = agak sulit 0,3
5 = tidak sulit 0,3
Lubrikasi Jumlah
11. Dalam empat minggu terakhir, ketika Anda mendapat Faktor Skor
rangsangan seksual atau bersenggama, seberapa sering pengali
Anda mencapai orgasme (klimaks)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
5 = hampir selalu atau selalu 0,4
4 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,4
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,4
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,4
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,4
12. Dalam empat minggu terakhir, ketika Anda mendapat Faktor Skor
rangsangan seksual atau bersenggama, seberapa sulit pengali
Anda mencapai orgasme (klimaks)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
1 = amat sangat sulit atau tidak mungkin 0,4
2 = sangat sulit 0,4
3 = sulit 0,4
4 = agak sulit 0,4
5 = tidak sulit 0,4
13. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda Faktor Skor
dengan kemampuan Anda untuk mencapai orgasme pengali
(klimaks) selama senggama?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
Orgasme Jumlah
14. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda Faktor Skor
terhadap tingkat kedekatan emosional antara Anda dan pengali
pasangan selama aktivitas seksual?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = kira-kira setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
15. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda dengan Faktor Skor
keintiman seksual bersama pasangan Anda? pengali
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = kira-kira setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
16. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda dengan Faktor Skor
seluruh kehidupan seksual Anda? pengali
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = kira-kira setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
Kepuasan Jumlah
17. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda Faktor Skor
mengalami ketidaknyamanan atau rasa nyeri selama pengali
penetrasi (masuknya) penis ke dalam vagina Anda?
0 = tidak melakukan penetrasi penis ke dalam vagina 0,4
1 = hampir selalu atau selalu 0,4
2 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,4
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,4
4 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,4
5 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,4
18. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda Faktor Skor
merasakan pengalaman tidak nyaman atau nyeri setelah pengali
penetrasi (masuknya) penis ke dalam vagina Anda?
0 = tidak melakukan penetrasi penis ke dalam vagina 0,4
1 = hampir selalu atau selalu 0,4
2 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,4
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,4
4 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,4
5 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,4
19. Dalam empat minggu terakhir, bagaimana Anda menilai Faktor Skor
tingkat ketidaknyaman atau nyeri yang Anda rasakan baik pengali
selama atau setelah masuknya penis ke dalam vagina?
0 = tidak melakukan penetrasi penis ke dalam vagina 0,4
1 = sangat tinggi 0,4
2 = tinggi 0,4
3 = sedang 0,4
4 = rendah 0,4
5 = sangat rendah atau tidak ada sama sekali 0,4
Nyeri Jumlah
LAMPIRAN 6

Tabel Induk Non-Hormonal

Berat Tinggi Lama


Usia Skor Kategori
No Paritas Badan Badan IMT Kategori IMT Pemakaian Hasrat Rangsangan Lubrikasi Orgasme Kepuasan Nyeri Pendidikan Kontrasepsi
(tahun) FSFI FSFI
(kg) (m) KB (bulan)

1 26 2 60 1,6 23,4 normal weight 6-12 bulan 4,2 4,5 5,4 5,6 6,0 6,0 31,7 Baik D3 IUD

2 31 2 62 1,57 25,2 Overweight 6-12 bulan 4,2 3,9 4,2 3,6 2,4 2,8 21,1 Buruk SMA IUD

3 39 3 70 1,6 27,3 Overweight > 12 bulan 3,6 5,4 5,7 6,0 6,0 6,0 32,7 Baik SMA IUD

4 39 4 78 1,53 33,3 Obese > 12 bulan 4,8 5,7 5,7 5,6 5,6 5,2 32,6 Baik S1 IUD

5 45 2 50 1,5 22,2 normal weight > 12 bulan 4,8 5,1 3,6 5,2 5,2 4,4 28,3 Baik D3 IUD

6 39 2 58 1,6 22,7 normal weight > 12 bulan 2,4 3,9 5,4 4,4 4,4 4,0 24,5 Buruk D3 IUD

7 38 3 52 1,53 22,2 normal weight > 12 bulan 3,6 4,5 5,4 6,0 6,0 5,6 31,1 Baik D3 IUD

8 47 2 70 1,5 31,1 Obese > 12 bulan 4,8 3,9 4,5 5,6 4,8 5,6 29,2 Baik SMA IUD

9 43 2 50 1,6 19,5 normal weight > 12 bulan 4,8 3,9 5,7 4,8 4,4 3,6 27,2 Baik SMA IUD

10 33 2 60 1,54 25,3 Overweight 6-12 bulan 6,0 5,4 5,7 6,0 6,0 6,0 35,1 Baik SMA IUD

11 29 2 70 1,5 31,1 Obese > 12 bulan 4,2 3,6 4,5 4,8 6,0 3,6 26,7 Baik S1 IUD

12 34 3 56 1,6 21,9 normal weight > 12 bulan 4,2 4,2 4,2 4,4 4,8 4,8 26,6 Baik S1 IUD

13 23 1 55 1,62 21,0 normal weight 6-12 bulan 4,8 5,1 4,5 4,0 4,0 4,8 27,2 Baik SMA IUD

14 27 2 67 1,63 25,2 Overweight 6-12 bulan 4,4 4,2 4,2 4,8 4,8 4,8 27,2 Baik SMA IUD

15 42 3 64 1,6 25,0 normal weight > 12 bulan 4,2 5,1 3,9 4,0 5,6 4,4 27,2 Baik SMA IUD

16 34 2 53 1,57 21,5 normal weight > 12 bulan 4,8 4,2 4,2 4,4 5,6 4,0 27,2 Baik SMP IUD

17 39 2 63 1,6 24,6 normal weight > 12 bulan 4,8 4,2 4,2 4,0 5,2 4,4 26,8 Baik SMP IUD

18 32 3 55 1,58 22,0 normal weight 6-12 bulan 5,4 3,9 4,5 3,6 5,6 4,4 27,4 Baik D4 IUD

19 39 3 69 1,56 28,4 overweight > 12 bulan 4,2 5,4 3,3 3,6 4,0 5,2 25,7 Buruk D3 IUD
LAMPIRAN 6

20 37 2 59 1,53 25,2 overweight > 12 bulan 4,8 4,8 3,6 3,6 4,0 4,4 25,2 Buruk S1 IUD

21 37 3 56 1,6 21,9 normal weight 6-12 bulan 5,4 4,5 4,5 4,0 4,8 4,0 27,2 Baik D3 IUD

22 36 3 59 1,62 22,5 normal weight > 12 bulan 3,0 4,2 3,3 3,2 3,6 4,0 21,3 Buruk D3 IUD

23 35 4 51 1,59 20,2 normal weight > 12 bulan 5,4 5,4 5,1 4,4 4,4 5,2 29,9 Baik D3 IUD

24 45 3 62 1,6 24,2 normal weight > 12 bulan 3,0 3,6 2,7 3,2 4,0 4,0 20,5 Buruk SMA IUD

25 42 4 70 1,6 27,3 overweight > 12 bulan 3,6 4,5 3,0 3,2 4,0 4,0 22,3 Buruk SMA IUD

26 38 3 65 1,57 26,4 overweight 6-12 bulan 3,6 4,2 3,3 3,6 4,8 4,8 24,3 Buruk D4 IUD

27 33 2 49 1,5 21,8 normal weight > 12 bulan 4,8 5,4 3,9 3,6 4,4 5,2 27,3 Baik S1 IUD

28 35 2 57 1,62 21,7 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,2 4,2 4,0 4,4 5,2 26,8 Baik SMA IUD

29 33 3 50 1,56 20,5 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,9 3,6 3,6 3,6 4,2 22,5 Buruk SMA IUD

30 27 1 56 1,59 22,2 normal weight > 12 bulan 4,2 4,2 4,2 4,4 4,8 4,8 26,6 Baik SMA IUD

31 29 2 55 1,6 21,5 normal weight > 12 bulan 3,6 4,8 4,2 4,8 5,2 4,4 27,0 Baik S1 IUD

32 33 2 57 1,5 25,3 overweight > 12 bulan 3,0 3,6 3,0 3,2 3,6 4,4 20,8 Buruk SMP IUD

33 45 3 59 1,55 24,6 normal weight > 12 bulan 3,6 3,9 3,3 3,2 4,0 4,8 22,8 Buruk SMP IUD

34 34 2 45 1,56 18,5 underweight > 12 bulan 3,6 3,0 3,3 3,6 4,0 4,8 22,3 Buruk SMP IUD

35 36 3 60 1,61 23,1 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,8 3,3 3,6 4,4 5,2 24,9 Buruk SD IUD

36 24 1 52 1,62 19,8 normal weight > 12 bulan 6,0 5,7 5,7 4,4 4,4 4,8 31,0 Baik SMP IUD

37 33 2 65 1,56 26,7 overweight > 12 bulan 4,8 4,8 3,6 3,6 4,0 4,0 24,8 Buruk SMA IUD

38 34 2 69 1,58 27,6 overweight 6-12 bulan 4,2 4,2 3,6 3,2 3,6 4,0 22,8 Buruk SD IUD

39 44 3 67 1,59 26,5 overweight > 12 bulan 4,2 4,2 4,5 4,4 5,6 4,4 27,3 Baik SMA IUD

40 43 2 63 1,59 24,9 normal weight > 12 bulan 3,6 4,5 4,8 5,6 5,2 4,0 27,7 Baik D3 IUD

41 27 2 50 1,56 20,5 normal weight > 12 bulan 4,2 4,2 3,6 4,4 5,6 4,8 26,8 Baik D3 IUD

42 42 3 67 1,56 27,5 overweight > 12 bulan 4,2 4,5 3,6 4,8 6 4,8 27,9 Baik SMA IUD

43 34 2 60 1,59 23,7 normal weight > 12 bulan 4,8 4,8 4,5 4,0 3,6 4,4 26,1 Buruk S1 IUD
LAMPIRAN 6

44 29 2 65 1,6 25,4 overweight > 12 bulan 4,2 4,8 4,5 4,4 4,0 4,4 26,3 Buruk SD IUD

45 33 3 68 1,56 27,9 overweight 6-12 bulan 3,6 3,3 2,7 3,2 3,6 4,4 20,8 Buruk SMP IUD

46 35 2 56 1,6 21,9 normal weight > 12 bulan 3,6 3,0 2,7 3,6 3,2 5,2 21,3 Buruk SMP IUD

47 42 4 65 1,55 27,1 overweight > 12 bulan 3,6 3,9 3,0 3,6 3,2 5,2 22,5 Buruk D3 IUD

48 41 3 57 1,52 24,7 normal weight > 12 bulan 3,0 3,6 3,3 3,6 3,2 4,4 21,1 Buruk D4 IUD

49 36 3 59 1,6 23,0 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,9 3,0 3,2 3,6 4,4 21,1 Buruk D3 IUD

50 33 2 58 1,6 22,7 normal weight > 12 bulan 4,2 5,7 4,0 3,2 4,4 5,2 26,7 Baik D3 IUD

51 29 2 62 1,62 23,6 normal weight 6-12 bulan 6,0 5,7 5,7 4,4 4,4 5,2 31,4 Baik S1 IUD

52 38 3 60 1,6 23,4 normal weight 6-12 bulan 4,2 4,5 3,9 4,4 5,2 4,4 26,6 Baik S1 IUD

53 44 2 56 1,6 21,9 normal weight > 12 bulan 3,6 3,0 3,0 4,0 3,6 4,0 21,2 Buruk SD IUD

54 33 2 65 1,56 26,7 overweight > 12 bulan 3,0 3,3 3,6 3,6 4,0 5,2 22,7 Buruk D3 IUD

55 43 3 56 1,57 22,7 normal weight > 12 bulan 4,2 3,9 3,6 3,6 4,0 5,2 24,5 Buruk S1 IUD

56 26 2 58 1,53 24,8 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,9 3,6 4,0 4,0 4,4 23,5 Buruk D3 IUD

57 28 2 69 1,67 24,7 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,0 3,3 3,6 4,4 4,0 21,3 Buruk D3 IUD

58 37 3 72 1,56 29,6 overweight > 12 bulan 3,6 3,6 3,6 4,0 4,4 4,0 23,2 Buruk D3 IUD

59 38 2 57 1,6 22,3 normal weight > 12 bulan 3,6 3,9 3,6 4,0 4,4 4,4 23,9 Buruk D3 IUD

60 26 2 56 1,54 23,6 normal weight 6-12 bulan 5,4 4,8 3,9 4,8 4,8 4,0 27,7 Baik SMA IUD

61 34 3 44 1,58 17,6 underweight > 12 bulan 3,0 3,3 3,6 3,2 3,6 4,8 21,5 Buruk D3 IUD

62 35 3 65 1,58 26,0 overweight > 12 bulan 3,0 3,0 3,3 3,2 3,6 4,8 20,9 Buruk SMA IUD

63 42 2 60 1,58 24,0 normal weight 6-12 bulan 3,6 2,4 3,9 3,6 2,4 3,2 19,1 Buruk SMA IUD

64 24 2 65 1,57 26,4 overweight 6-12 bulan 3,6 2,4 3,9 3,6 2,4 3,2 19,1 Buruk D3 IUD

65 31 2 61 1,58 24,4 normal weight 6-12 bulan 4,8 3,6 5,4 5,6 5,6 6,0 31,0 Baik D4 IUD

66 24 2 60 1,58 24,0 normal weight 6-12 bulan 4,8 3,6 5,4 5,6 5,6 6,0 31,0 Baik D4 IUD

67 30 2 59 1,55 24,6 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,8 5,4 5,6 5,6 6,0 32,2 Baik SMA IUD
LAMPIRAN 6

68 38 3 58 1,56 23,8 normal weight 6-12 bulan 3,6 2,7 3,9 3,6 2,8 2,4 19,0 Buruk SD IUD

69 22 1 65 1,6 25,4 overweight 6-12 bulan 4,8 3,6 5,4 5,6 5,6 6,0 31,0 Baik SMA IUD

70 28 2 61 1,58 24,4 normal weight 6-12 bulan 3,6 2,4 3,9 3,6 2,4 4,0 19,9 Buruk SMA IUD

71 26 4 59 1,56 24,2 normal weight 6-12 bulan 4,2 5,1 5,7 6,0 6,0 4,0 31,0 Baik SMA IUD

72 36 3 57 1,55 23,7 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,6 5,1 5,2 5,6 6,0 29,1 Baik SD IUD

73 37 2 59 1,57 23,9 normal weight 6-12 bulan 4,8 3,6 5,4 5,6 5,6 6,0 31,0 Baik SMP IUD

74 44 3 60 1,56 24,7 normal weight > 12 bulan 3,6 3,0 2,7 3,2 3,6 4,4 20,5 Buruk D3 IUD

75 21 1 57 1,55 23,7 normal weight 6-12 bulan 4,2 5,1 5,7 6,0 6,0 4,0 31,0 Baik S1 IUD

76 35 2 60 1,57 24,3 normal weight 6-12 bulan 4,8 3,6 5,4 5,6 5,6 6,0 31,0 Baik S1 IUD

77 42 2 65 1,58 26,0 overweight 6-12 bulan 4,2 4,2 5,4 5,2 4,8 4,8 28,6 Baik S1 IUD

78 33 2 61 1,57 24,7 normal weight > 12 bulan 4,2 4,2 5,2 4,8 4,8 4,4 27,6 Baik D3 IUD

79 25 1 59 1,56 24,2 normal weight 6-12 bulan 4,2 5,1 5,7 6,0 6,0 4,0 31,0 Baik D3 IUD

80 32 2 64 1,59 25,3 overweight 6-12 bulan 4,2 4,2 5,4 5,2 4,8 4 27,8 Baik S1 IUD
LAMPIRAN 6

Tabel Induk Hormonal

Berat Tinggi Lama Jenis


Usia Kategori Skor Kategori
No Paritas Badan Badan IMT Pemakaian Hasrat Rangsangan Lubrikasi Orgasme Kepuasan Nyeri KB Pendidikan
(tahun) IMT FSFI FSFI
(kg) (m) KB (bulan)
Hormonal
1 38 2 58 1,52 25,1 Overweight > 12 bulan 4,8 3,3 3,9 3,6 4,0 2,8 22,4 Buruk Pil S1
2 37 3 59 1,6 23,0 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,6 3,0 3,6 4,4 3,6 21,8 Buruk Pil S1
3 34 2 59 1,56 24,2 normal weight >12 bulan 4,2 3,6 4,2 3,2 4,0 3,6 22,8 Buruk Pil S1
4 30 1 65 1,6 25,4 Overweight > 12 bulan 4,2 4,5 3,9 5,2 4,8 4,0 26,6 Baik Pil SD
5 19 1 57 1,57 23,1 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,6 3,6 3,6 4,4 4,0 22,8 Buruk Inj 3 bln SD
6 34 2 58 1,55 24,1 normal weight > 12 bulan 3,6 3,3 3,9 4,0 4,4 3,6 22,8 Buruk Inj 3 bln SMA
7 21 1 66 1,57 26,8 Overweight > 12 bulan 4,8 3,6 3,9 3,6 4,0 3,2 23,1 Buruk Inj 3 bln SMa
8 34 1 64 1,6 25,0 normal weight 6-12 bulan 4,2 4,5 4,2 4,0 5,6 5,2 27,7 Baik Inj 3 bln SMA
9 23 1 67 1,55 27,9 Overweight > 12 bulan 4,2 4,5 4,2 5,2 5,6 4,0 27,7 Baik Inj 3 bln SMA
10 37 2 57 1,56 23,4 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,2 4,5 4,4 5,2 4,8 26,7 Baik Inj 3 bln SMA
11 27 2 56 1,58 22,4 normal weight > 12 bulan 3,0 3,6 3,9 4,8 6,0 6,0 27,3 Baik Inj 3 bln D3
12 36 1 68 1,56 27,9 Overweight 6-12 bulan 3,6 6,0 3,9 4,0 6,0 6,0 29,5 Baik Inj 3 bln D3
13 27 2 67 1,6 26,2 Overweight > 12 bulan 3,6 4,2 4,5 4,0 5,2 5,2 26,7 Baik Inj 3 bln D3
14 29 2 71 1,58 28,4 Overweight > 12 bulan 4,8 4,2 4,5 4,4 4,8 5,2 27,9 Baik Inj 3 bln D3
15 35 2 68 1,61 26,2 Overweight 6-12 bulan 2,4 2,1 3,0 3,6 4,4 5,2 20,7 Buruk Inj 3 bln D4
16 25 1 67 1,57 27,2 Overweight > 12 bulan 3,6 3,9 3,9 4,8 5,6 4,4 26,2 Buruk Inj 1 bln SMA
17 20 1 48 1,55 20,0 normal weight > 12 bulan 3,0 2,4 3,3 2,4 2,8 4,4 18,3 Buruk Inj 1 bln SMA
18 32 2 64 1,57 26,0 Overweight > 12 bulan 4,8 4,2 6,0 5,6 4,4 6,0 31,0 Baik Pil S1
19 31 2 58 1,49 26,1 Overweight > 12 bulan 3,6 6,0 6,0 6,0 6,0 4,0 31,6 Baik Pil SMP
20 47 2 55 1,56 22,6 normal weight > 12 bulan 4,2 4,5 5,2 5,6 4,4 3,2 27,1 Baik Pil SMP
LAMPIRAN 6

24 26 1 55 1,6 21,5 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,5 3,0 3,2 4,0 4,0 22,3 Buruk Pil SMP
25 30 3 49 1,59 19,4 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,2 3,3 3,6 4,8 4,8 24,3 Buruk pil SD
26 30 1 56 1,61 21,6 normal weight 6-12 bulan 4,8 5,4 3,9 3,6 4,4 5,2 27,3 Baik pil SMA
27 37 4 59 1,59 23,3 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,2 4,2 4,0 4,4 5,2 26,8 Baik pil SMA
28 26 1 65 1,62 24,8 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,9 3,6 3,6 3,6 4,2 22,5 Buruk pil SMA
29 46 4 60 1,59 23,7 normal weight 6-12 bulan 4,2 4,5 3,9 4,4 3,6 6,0 26,6 Baik pil SMA
30 34 2 59 1,6 23,0 normal weight >12 bulan 2,4 3,0 2,7 3,2 4,0 4,4 19,7 Buruk Inj 1 bln SMP
31 40 3 62 1,63 23,3 normal weight >12 bulan 3,0 3,6 3,0 3,2 3,6 4,4 20,8 Buruk Inj 1 bln D3
32 27 2 71 1,64 26,4 Overweight >12 bulan 4,8 4,2 3,6 4,0 4,8 5,2 26,6 Baik Inj 1 bln D3
33 34 3 52 1,57 21,1 normal weight 6-12 bulan 3,6 5,4 3,9 3,6 5,2 5,2 26,9 Baik Inj 1 bln D3
34 29 2 62 1,59 24,5 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,8 3,6 4,4 5,2 5,2 26,8 Baik Inj 1 bln D3
35 42 2 64 1,63 24,1 normal weight 6-12 bulan 6,0 5,7 5,7 4,4 4,4 4,8 31,0 Baik Inj 1 bln SMP
36 33 3 55 1,52 23,8 normal weight > 12 bulan 4,8 4,2 6,0 5,6 4,4 6,0 31,0 Baik Inj 1 bln SMA
37 28 2 64 1,6 25,0 normal weight > 12 bulan 4,8 4,2 6,0 5,6 4,4 6,0 31,0 Baik Inj 1 bln SMA
38 40 2 50 1,59 19,8 normal weight > 12 bulan 4,8 5,1 3,9 3,6 4,8 4,8 27,0 Baik Inj 3 bln SMA
39 22 1 57 1,6 22,3 normal weight 6-12 bulan 4,8 5,4 3,9 3,6 4,4 5,2 27,3 Baik Inj 1 bln SMA
40 26 2 60 1,61 23,1 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,2 4,2 4,0 4,4 5,2 26,8 Baik Inj 3 bln D3
41 28 3 65 1,6 25,4 Overweight 6-12 bulan 3,6 4,2 3,6 4,0 6,0 6,0 27,4 Baik Inj 3 bln D3
42 37 2 72 1,65 26,4 Overweight 6-12 bulan 4,8 4,8 4,5 4,0 3,6 5,2 26,9 Baik Inj 3 bln D3
43 46 5 55 1,6 21,5 normal weight 6-12 bulan 4,2 4,8 5,1 4,4 4,0 4,4 26,9 Baik Inj 3 bln D3
41 35 2 57 1,59 22,5 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,2 6,0 5,6 4,4 6,0 31,0 Baik Inj 3 bln D4
42 30 1 66 1,61 25,5 Overweight > 12 bulan 4,8 4,2 6,0 5,6 4,4 6,0 31,0 Baik Inj 3 bln D4
43 24 2 50 1,54 21,1 normal weight > 12 bulan 4,8 5,1 3,9 3,6 4,8 4,8 27,0 Baik Inj 3 bln D3
44 28 1 54 1,56 22,2 normal weight > 12 bulan 4,8 4,8 4,5 4,0 3,6 5,2 26,9 Baik Inj 3 bln D3
45 30 2 68 1,6 26,6 Overweight 6-12 bulan 4,2 4,8 5,1 4,4 4,0 4,4 26,9 Baik Inj 1 bln D3
LAMPIRAN 6

46 41 4 75 1,5 33,3 Obese 6-12 bulan 4,2 5,7 4,5 3,6 3,6 5,2 26,8 Baik Inj 1 bln S1
47 35 2 49 1,52 21,2 normal weight 6-12 bulan 6,0 5,7 5,7 4,4 4,4 5,2 31,4 Baik Inj 1 bln S1
48 25 2 58 1,5 25,8 Overweight 6-12 bulan 4,2 4,5 5,1 4,0 4,4 4,4 26,6 Baik Inj 1 bln SMA
49 20 1 60 1,5 26,7 Overweight 6-12 bulan 3,6 3,0 3,0 4,0 3,6 4,0 21,2 Buruk Inj 1 bln D3
50 32 2 55 1,5 24,4 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,3 3,6 3,6 4,0 5,2 22,7 Buruk Inj 1 bln D3
51 31 3 57 1,59 22,5 normal weight 6-12 bulan 4,2 5,1 4,2 3,6 4,8 4,8 26,7 Baik Inj 1 bln D3
52 40 2 63 1,6 24,6 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,8 5,1 4,4 4,0 5,2 27,1 Baik Inj 1 bln SMA
53 30 2 54 1,56 22,2 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,0 3,3 3,6 4,4 4,0 21,3 Buruk Inj 1 bln SMA
54 42 5 67 1,55 27,9 Overweight > 12 bulan 3,6 3,6 3,6 4,0 4,4 4,0 23,2 Buruk Inj 1 bln SD
55 45 6 70 1,68 24,8 normal weight > 12 bulan 3,6 4,2 4,2 4,8 4,8 5,2 26,8 Baik Inj 1 bln SD
56 24 1 50 1,55 20,8 normal weight > 12 bulan 4,2 3,0 2,7 2,8 3,2 4,0 19,9 Buruk Inj 3 bln SMP
57 35 2 80 1,6 31,3 Obese 6-12 bulan 3,0 3,3 3,6 3,2 3,6 4,8 21,5 Buruk Inj 3 bln D4
58 32 3 58 1,55 24,1 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,0 3,3 3,2 3,6 4,8 20,9 Buruk Inj 3 bln D4
59 30 2 60 1,65 22,0 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,6 3,3 3,6 3,2 4,4 21,1 Buruk Inj 3 bln D3
60 40 1 67 1,6 26,2 Overweight > 12 bulan 3,0 3,3 2,7 3,2 3,2 4,4 19,8 Buruk Inj 3 bln D3
61 28 2 55 1,6 21,5 normal weight > 12 bulan 3,6 4,2 4,5 4,4 4,8 5,2 26,7 Baik Inj 3 bln SMA
62 33 3 63 1,55 26,2 Overweight > 12 bulan 3,6 3,3 3,3 3,2 4,4 5,2 23,0 Buruk Inj 3 bln SMP
63 25 2 60 1,5 26,7 Overweight 6-12 bulan 3,6 3,3 3,6 3,2 3,2 4,4 21,3 Buruk Inj 3 bln SMP
64 28 3 58 1,55 24,1 normal weight 6-12 bulan 4,2 5,1 3,9 4,0 4,8 5,2 27,2 Baik Inj 1 bln SMA
65 26 2 62 1,55 25,8 Overweight 6-12 bulan 4,2 3,9 4,2 4,0 5,2 5,2 26,7 Baik Inj 1 bln SMA
66 27 2 55 1,65 20,2 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,0 3,6 3,2 5,6 5,2 24,2 Buruk Inj 1 bln D3
67 45 6 57 1,63 21,5 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,2 4,5 4,8 4,0 5,6 26,7 Baik Inj 1 bln D3
68 30 3 61 1,65 22,4 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,3 3,0 3,2 4,4 4,8 21,7 Buruk Inj 1 bln D3
69 36 3 50 1,5 22,2 normal weight 6-12 bulan 2,4 3,0 3,0 3,6 3,6 4,4 20,0 Buruk Inj 1 bln D3
LAMPIRAN 6

70 28 1 65 1,65 23,9 normal weight > 12 bulan 3,6 4,8 3,6 4,4 5,2 5,2 26,8 Baik Inj 1 bln D3
71 45 6 105 1,68 37,2 Obese > 12 bulan 3,0 3,3 2,7 3,2 3,2 4,8 20,2 Buruk Inj 1 bln SMP
72 30 1 62 1,6 24,2 normal weight 6-12 bulan 2,4 3,3 2,7 2,8 3,2 4,0 18,4 Buruk Inj 1 bln SMP
73 43 5 55 1,5 24,4 normal weight >12 bulan 4,8 4,2 5,4 5,6 4,4 6,0 30,4 Baik Inj 3 bln SMA
74 38 3 57 1,55 23,7 normal weight >12 bulan 4,8 4,2 5,4 5,6 4,4 6,0 30,4 Baik Inj 3 bln SMA
75 35 2 60 1,5 26,7 overweight 6-12 bulan 4,8 5,1 3,9 3,6 4,8 4,8 27,0 Baik Inj 3 bln SMA
76 43 5 58 1,65 21,3 normal weight 6-12 bulan 4,8 3,6 3,9 3,2 4,4 4,4 24,3 Buruk Inj 3 bln D3
77 24 1 63 1,65 23,1 normal weight 6-12 bulan 2,4 3,3 3,3 3,2 3,2 4,4 19,8 Buruk pil D3
78 31 3 64 1,59 25,3 overweight > 12 bulan 3,6 3,9 5,4 5,6 4,8 4,8 28,1 Baik pil D3
79 35 2 56 1,54 23,6 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,8 5,4 5,6 5,6 6 32,2 Baik Inj 3 bln D3
80 24 1 59 1,57 23,9 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,6 4,2 4,4 4,8 4 24,6 Buruk Inj 3 bln D3
Lampiran
Crosstabs

Usia (tahun) * KEL. PENELITIAN

Usia (tahun) * KEL. PENELITIAN Crosstabulation


KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Usia (tahun) 20 - 30 Count 24 21 45
% within KEL. PENELITIAN 30,0% 26,3% 28,1%
31 - 40 Count 41 42 83
% within KEL. PENELITIAN 51,3% 52,5% 51,9%
>40 Count 15 17 32
% within KEL. PENELITIAN 18,8% 21,3% 20,0%
Total Count 80 80 160
% within KEL. PENELITIAN 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point
Value df (2-sided) sided) sided) Probability
Pearson Chi-Square ,337a 2 ,845 ,832
Likelihood Ratio ,337 2 ,845 ,832
Fisher's Exact Test ,359 ,832
b
Linear-by-Linear ,327 1 ,567 ,648 ,324 ,077
Association
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.
b. The standardized statistic is ,572.

Paritas * KEL. PENELITIAN


Paritas * KEL. PENELITIAN Crosstabulation
KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Paritas 1 Count 21 19 40
% within KEL. PENELITIAN 26,3% 23,8% 25,0%
2-4 Count 52 55 107
% within KEL. PENELITIAN 65,0% 68,8% 66,9%
>4 Count 7 6 13
% within KEL. PENELITIAN 8,8% 7,5% 8,1%
Total Count 80 80 160
% within KEL. PENELITIAN 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided) Point Probability
Pearson Chi-Square ,261a 2 ,878 ,875
Likelihood Ratio ,261 2 ,878 ,875
Fisher's Exact Test ,305 ,875
Linear-by-Linear ,021b 1 ,886 1,000 ,500 ,113
Association
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,50.
b. The standardized statistic is ,143.

Kategori IMT * KEL. PENELITIAN


Crosstab
KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Kategori IMT normal weight Count 52 52 104
% within KEL. PENELITIAN 65,0% 65,0% 65,0%
Obese I Count 2 3 5
% within KEL. PENELITIAN 2,5% 3,8% 3,1%
Obese II Count 1 0 1
% within KEL. PENELITIAN 1,3% ,0% ,6%
overweight Count 25 23 48
% within KEL. PENELITIAN 31,3% 28,7% 30,0%
underweight Count 0 2 2
% within KEL. PENELITIAN ,0% 2,5% 1,3%
Total Count 80 80 160
% within KEL. PENELITIAN 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided)
Pearson Chi-Square 3,283a 4 ,512 ,613
Likelihood Ratio 4,444 4 ,349 ,571
Fisher's Exact Test 2,922 ,709
N of Valid Cases 160
a. 6 cells (60,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
,50.

Pendidikan * KEL. PENELITIAN


Crosstab
KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Pendidikan D3 Count 30 23 53
% within KEL. PENELITIAN 37,5% 28,7% 33,1%
D4 Count 5 5 10
% within KEL. PENELITIAN 6,3% 6,3% 6,3%
S1 Count 6 14 20
% within KEL. PENELITIAN 7,5% 17,5% 12,5%
SD Count 5 6 11
% within KEL. PENELITIAN 6,3% 7,5% 6,9%
SMA Count 24 23 47
% within KEL. PENELITIAN 30,0% 28,7% 29,4%
SMP Count 10 9 19
% within KEL. PENELITIAN 12,5% 11,3% 11,9%
Total Count 80 80 160
% within KEL. PENELITIAN 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4,289 5 ,509 ,518
Likelihood Ratio 4,384 5 ,496 ,515
Fisher's Exact Test 4,351 ,507
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5,00.

Lama Pemakaian KB (Bln) * KEL. PENELITIAN

Crosstab
KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Lama Pemakaian > 12 bulan Count 34 45 79
KB (Bln) % within KEL. 42,5% 56,3% 49,4%
PENELITIAN
6-12 bulan Count 46 35 81
% within KEL. 57,5% 43,8% 50,6%
PENELITIAN
Total Count 80 80 160
% within KEL. 100,0% 100,0% 100,0%
PENELITIAN

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3,025 1 ,082 ,114 ,057
b
Continuity Correction 2,500 1 ,114
Likelihood Ratio 3,035 1 ,081 ,114 ,057
Fisher's Exact Test ,114 ,057
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Kategori FSFI * KEL. PENELITIAN


Crosstab
KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Kategori FSFI Baik Count 47 44 91
% within KEL. PENELITIAN 58,8% 55,0% 56,9%
Buruk Count 33 36 69
% within KEL. PENELITIAN 41,3% 45,0% 43,1%
Total Count 80 80 160
% within KEL. PENELITIAN 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,229a 1 ,632 ,750 ,375
Continuity Correctionb ,102 1 ,750
Likelihood Ratio ,229 1 ,632 ,750 ,375
Fisher's Exact Test ,750 ,375
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 34,50.
b. Computed only for a 2x2 table

JENIS KB * Kategori FSFI Crosstabulation


Kategori FSFI
Baik Buruk Total
JENIS KB IUD Count 44 36 80
% within JENIS KB 55,0% 45,0% 100,0%
Suntik Count 18 13 31
1 bln % within JENIS KB 58,1% 41,9% 100,0%
Pil Count 8 7 15
% within JENIS KB 53,3% 46,7% 100,0%
Suntik Count 21 13 34
3 bln % within JENIS KB 61,8% 38,2% 100,0%
Total Count 91 69 160
% within JENIS KB 56,9% 43,1% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,541 3 ,910 ,912
Likelihood Ratio ,544 3 ,909 ,912
Fisher's Exact Test ,591 ,917
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6,47.

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasrat ,180 160 ,000 ,935 160 ,000
Rangsangan ,110 160 ,000 ,980 160 ,020
Lubrikasi ,143 160 ,000 ,937 160 ,000
Orgasme ,177 160 ,000 ,910 160 ,000
Kepuasan ,127 160 ,000 ,961 160 ,000
Nyeri ,125 160 ,000 ,946 160 ,000
a. Lilliefors Significance Correction

Report
KEL. PENELITIAN Hasrat Rangsangan Lubrikasi Orgasme Kepuasan Nyeri
Hormonal N 80 80 80 80 80 80
Mean 3,937 4,121 4,100 4,070 4,405 4,818
Std. Deviation ,7978 ,8360 ,9158 ,8268 ,7463 ,7518
Median 3,600 4,200 3,900 4,000 4,400 4,800
Minimum 2,4 2,1 2,7 2,4 2,8 2,8
Maximum 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
Non Hormonal N 80 80 80 80 80 80
Mean 4,135 4,166 4,225 4,315 4,540 4,628
Std. Deviation ,7642 ,8157 ,9323 ,9039 ,9862 ,7774
Median 4,200 4,200 4,100 4,000 4,400 4,400
Minimum 2,4 2,4 2,7 3,2 2,4 2,4
Maximum 6,0 5,7 5,7 6,0 6,0 6,0
Total N 160 160 160 160 160 160
Mean 4,036 4,144 4,163 4,192 4,472 4,723
Std. Deviation ,7850 ,8236 ,9233 ,8722 ,8744 ,7682
Median 4,200 4,200 3,900 4,000 4,400 4,800
Minimum 2,4 2,1 2,7 2,4 2,4 2,4
Maximum 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0

Mann-Whitney Test

Ranks
KEL. PENELITIAN N Mean Rank Sum of Ranks
Hasrat Hormonal 80 75,45 6036,00

dimension1
Non Hormonal 80 85,55 6844,00
Total 160
Rangsangan Hormonal 80 78,91 6313,00

dimension1
Non Hormonal 80 82,09 6567,00
Total 160
Lubrikasi Hormonal 80 77,70 6216,00

dimension1
Non Hormonal 80 83,30 6664,00
Total 160
Orgasme Hormonal 80 74,80 5984,00

dimension1
Non Hormonal 80 86,20 6896,00
Total 160
Kepuasan Hormonal 80 76,81 6144,50

dimension1
Non Hormonal 80 84,19 6735,50
Total 160
Nyeri Hormonal 80 86,81 6945,00

dimension1
Non Hormonal 80 74,19 5935,00
Total 160

Test Statisticsa
Hasrat Rangsangan Lubrikasi Orgasme Kepuasan Nyeri
Mann-Whitney U 2796,000 3073,000 2976,000 2744,000 2904,500 2695,000
Wilcoxon W 6036,000 6313,000 6216,000 5984,000 6144,500 5935,000
Z -1,420 -,437 -,769 -1,578 -1,020 -1,751
Asymp. Sig. (2-tailed) ,156 ,662 ,442 ,114 ,308 ,080
a. Grouping Variable: KEL. PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai