TESIS MAGISTER
Oleh :
Dyah Nurvita PS
127041039
PEMBIMBING:
PENGUJI :
TESIS ini Adalah Hasil Karya Saya Sendiri, Dan Semua Sumber Baik Yang Dikutip
Maupun Dirujuk Telah Saya Nyatakan Dengan Benar
Tanda Tangan :
KATA PENGANTAR
“Bismillahirrahmanirrahim”
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Yang
Maha Esa. Hanya atas izin dan kemurahan-Nya lah penulisan tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam saya haturkan kepada baginda
Muhammad S.A.W, beserta seluruh anbiyaa’ dan para rasul, serta keluarga dan umat
mereka seluruhnya.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar magister dalam bidang Obstetri dan Ginekologi.
Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis saya ini masih banyak
kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya
kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan
pustaka, dengan judul:
“FUNGSI SEKSUAL PADA WANITA AKSEPTOR KONTRASEPSI
HORMONAL DAN KONTRASEPSI NON-HORMONAL MINIMAL 6 BULAN
DINILAI DENGAN FEMALE SEXUAL FUNCTION INDEX (FSFI) DI
PUSKESMAS DI KOTA MEDAN”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan
rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti Program Magister Kedokteran Klinis dan Program Pendidikan Dokter
Spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Dr. dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG(K), Ketua Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; dr. Indra G. Munthe, M.Ked(OG), SpOG(K),
Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. Riza
Rivany, SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG(K), Sekretaris
Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; yang
ii
Lintang, M.Ked(OG), SpOG(K), dan dr. Cut Adeya Adella, SpOG(K) selaku
pembanding dan narasumber yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan
waktunya yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi
penulisan tesis ini hingga selesai. Semoga ilmu yang dokter berikan dipandang
Allah SWT sebagai amal jariyah di hadapan-Nya, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
7. Kepala SMF Kebidanan dan Kandungan dr. TM Ichsan, SpOG, Sekretaris SMF
Kebidanan dan Kandungan dr. Hanudse Hartono, M.Ked(OG), SpOG(K),
Koordinator Pelayanan dr. Risman F Kaban, M.Ked(OG), SpOG(K),
Koordinator Pendidikan dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG(K), Koordinator
Penelitian dan Ketua Divisi Obstetri Ginekologi Sosial dr. Khairani Sukatendel,
M.Ked(OG), SpOG(K), Koodinator Peningkatan Mutu dr M. Fahdhy, M.Sc,
SpOG(K), Ketua Divisi Fetomaternal Dr. dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG),
SpOG(K), Ketua Divisi Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi dr. Ichwanul
Adenin, M.Ked(OG), SpOG(K), Ketua Divisi Onkologi dr. Deri Edianto,
M.Ked(OG), SpOG(K), dan Ketua Divisi Uroginekologi dr. M. Rhiza Z Tala,
M.Ked(OG), SpOG(K).
8. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan
Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Pirngadi Medan, Direktur RSU
Haji Mina Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi SMF Obgyn RSU
Haji Mina Medan, Ketua Yayasan dan Direktur RSU Sundari, serta paramedis
maupun non medis-paramedis dan seluruh pegawai di lingkungan rumah sakit
yang telah memberikan kesempatan, sarana serta bantuan kepada saya untuk
bekerja selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran dan Pendidikan
Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
9. Kepada sahabat-sahabat saya sejawat satu angkatan, dan rekan sejawat PPDS,
saya ucapkan terima kasih untuk kebersamaan dan kerjasamanya selama
pendidikan hingga saat ini.
Sembah sujud, hormat, dan terimakasih yang tak terhingga dari lubuk hati
sanubari yang terdalam saya haturkan kepada kedua orang tua yang saya hormati,
cintai dan sayangi, ayahanda Agus Haryono dan ibunda Tri Suci Handayani. Tiada
iv
kata yang dapat melukiskan terimakasih tersebut kepada kedua orangtua saya,
melainkan rasa syukur yang tidak terhingga kepada ALLAH SWT karena telah
menitipkan saya kepada orangtua yang telah membesarkan, membimbing,
mendoakan, mendidik dan mendukung saya dengan penuh keikhlasan dan kasih
sayang, semenjak lahir hingga saat ini. Hanya ALLAH SWT yang dapat membalas
kebaikan yang telah mereka berikan selama ini, dan semoga saya dapat menjadi
hiasan dunia maupun akhirat bagi mereka berdua, Amin.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan
kepada bapak mertua Kundori dan ibu mertua Alm.Marminah yang telah banyak
membantu, mendoakan dan memberikan dorongan dan perhatian kepada saya selama
mengikuti pendidikan ini.
Buat suamiku tercinta Kapten Chk Slamet Riyadi, SH, MKn yang mempunyai
kesetiaan, kesabaran dan kasih sayang tanpa batas kepada saya sebagai suami yang
memiliki banyak kekurangan dalam hal waktu dan perhatian karena tuntutan
pendidikan. Kepada malaikat kecilku Rasendriya Zhafira Dewi dan Rania Aishwarya
Azka yang selalu menjadi penyemangat. Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan
keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah selamanya.
Kepada adikku tersayang: Devy Intan TS, S.Psi dan Dito Berlian Putra,
S.Komp, terima kasih atas dukungan kepada saya selama menjalani pendidikan.
Kepada seluruh pihak yang saya sebutkan maupun tidak tersebut sebelumnya,
saya memohon maaf atas segala kekhilafan yang saya lakukan selama ini, baik yang
disadari maupun tidak. Semoga kita semua selalu menjadi orang-orang yang rendah
hati, ikhlas, bersyukur, serta selalu dalam ampunan, kemudahan, dan kasih sayang
dari ALLAH SWT, amin.
Dyah Nurvita PS
v
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Fakultas : Kedokteran
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Departemen Obstetri & Ginekologi Universitas Sumatera Utara berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempubliskan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Medan
Pada tanggal : 22 Januari 2018
Yang menyatakan
Dyah Nurvita, Iman Helmi Effendi, Khairani Sukatendel, Henry Salim Siregar,
Letta Sari Lintang, Cut Adeya Adella
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Tujuan:
Mengetahui perbedaan fungsi seksual wanita akseptor kontrasepsi hormonal dan
kontrasepsi non-hormonal minimal 6 bulan berdasarkan Female Sexual Function
Index (FSFI) di puskesmas di Kota Medan.
Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif dengan jumlah subjek
penelitian sebanyak 160 wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non-
hormonal selama minimal 6 bulan di puskesmas di Kota Medan pada November 2017
sampai Januari 2018. Subjek diseleksi secara consecutive sampling dan data didapat
menggunakan kuesioner FSFI. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif, uji
Chi-square dan uji Mann-Whitney. Nilai p kurang dari 0,05 diterapkan pada setiap uji
statistik sebagai signifikan.
Hasil:
Sebagian besar wanita pengguna kontrasepsi hormonal dan non-hormonal pada
penelitian ini adalah multipara dengan usia 31-40 tahun dan dengan indeks massa
tubuh yang normal. Sebagian besar pengguna kontrasepsi hormonal dan non-
hormonal tidak mengalami disfungsi seksual yaitu sebesar 58.8% pada kontrasepsi
hormonal dan 55% pada kontrasepsi non-hormonal. Pada domain hasrat, rangsangan,
lubrikasi, orgasme, kepuasan dan nyeri pada dua kelompok kontrasepsi tersebut
ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0.05). Tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara fungsi seksual wanita akseptor kontrasepsi
hormonal dan kontrasepsi non-hormonal dengan nilai p = 0.632.
Kesimpulan:
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada fungsi seksual wanita akseptor
kontrasepsi hormonal dan non-hormonal berdasarkan skor FSFI.
Dyah Nurvita, Iman Helmi Effendi, Khairani Sukatendel, Henry Salim Siregar,
Letta Sari Lintang, Cut Adeya Adella
Department of Obstetrics and Gynecology
Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara
Abstract
Objective:
To examine the difference of sexual function of women using minimal 6 months
hormonal and non-hormonal contraception on Female Sexual Function Index (FSFI)
in Medan.
Method:
This study is a comparative descriptive study with the number of research subjects as
many as 160 women who using hormonal and non-hormonal contraception for
minimal 6 months in public health centers in Medan in November 2017 to January
2018. Subjects were selected by consecutive sampling and data obtained using the
FSFI questionnaires. Data were analyzed using descriptive statistics, Chi-square test
and Mann-Whitney test. A p-value less than 0.05 is applied to each statistical test as
significant.
Result:
The majority of women using hormonal and non-hormonal contraceptives in this
study were multiparity aged 31-40 years and with normal body mass index. Most
users of hormonal and non-hormonal contraceptives did not experience sexual
dysfunction of 58.8% in hormonal contraceptives and 55% in non-hormonal
contraceptives. There was no significant difference in all domain of desire,
stimulation, lubrication, orgasm, satisfaction and pain in the two groups of
contraception (p> 0.05). There was no significant difference between the female
sexual function of women using hormonal and non-hormonal contraception with p =
0.632.
Conclusion:
There was no significant difference in sexual function of women using hormonal and
non-hormonal contraception based on FSFI score.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................... v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian Hipotesis ................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Akademik ....................................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Pelayanan ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6
2.1 Kontrasepsi ............................................................................................................. 6
2.1.1 Kontrasepsi Hormonal ................................................................................. 8
2.1.1.1 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Fungsi Seksual ................. 10
2.1.1.2 Efek Positif Pada Seksualitas Wanita ............................................ 13
2.1.1.3 Efek Negatif Pada Seksualitas Wanita ........................................... 14
2.1.2 Kontrasepsi Non-hormonal ........................................................................ 16
2.1.2.1 Kontrasepsi Intrauterin .................................................................... 16
2.2 Fungsi Seksual Wanita ......................................................................................... 18
2.2.1 Biologi dan Patofisiologi............................................................................. 19
2.2.2 Respon Seksual ........................................................................................... 20
2.2.3 Disfungsi Seksual Wanita ........................................................................... 25
2.3 Female Sexual Function Index (FSFI) ................................................................. 29
2.4 Kerangka Teori..................................................................................................... 33
2.5 Kerangka Konsep ................................................................................................. 34
2.6 Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 35
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................................... 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 35
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian ............................................................................ 35
3.4 Besar Subjek Penelitian........................................................................................ 35
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Konsensus Internasional Sistem Klasifikasi Disfungsi Seksual Wanita ... 26
Tabel 2.1 Tabel Penilaian FSFI ................................................................................. 32
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 38
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian ................................................ 42
Tabel 4.2 Fungsi Seksual Wanita Akseptor Kontrasepsi Hormonal
Berdasarkan FSFI ...................................................................................... 44
Tabel 4.3 Fungsi Seksual Wanita Akseptor Kontrasepsi Non-hormonal
Berdasarkan FSFI ...................................................................................... 45
Tabel 4.4 Perbedaan Fungsi Seksual Berdasarkan Rerata Domain FSFI Pada Wanita
Akseptor Kontrasepsi Hormonal dan Non-hormonal ................................ 45
Tabel 4.5 Perbedaan Fungsi Seksual Antara Kontrasepsi Hormonal
dan Non-hormonal Berdasarkan FSFI ..................................................... 46
xi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
DHEA Dehydroepiandrosterone
DHEA-S Dehydroepiandrosterone Sulphate
DMPA Depo Medroxyprogesterone Acetate
EE Ethynil Estradiol
FSFI Female Sexual Function Index
FSH Follicle Stimulating Hormone
GSM Genitourinary symptomps of menopause
IUD Intra Uterine Device
IMT Indeks Massa Tubuh
KB Keluarga Berencana
LARC Long-Acting Reversible Contraception
LH Luteinizing Hormone
LNG Levonegestrel
MPA Medroxyprogesterone Acetate
NET-EN Norethindrone Enanthate
Q Question
SDKI Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia
SHBG Sex-Hormone-Binding Globulin
WHO World Health Organization
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
hidupnya meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme,
yang terkoordinasi secara sistem neural, vaskular dan endokrin. Aspek fungsi seksual
termasuk keinginan seorang wanita atau hasrat untuk melakukan aktivitas seksual,
Disfungsi seksual sebagai bagian penting dari konflik diantara para pasangan
masalah seksual mencapai 88,8% dari penyebab perceraian. Banyak faktor yang
mempengaruhi fungsi seksual wanita. Diantaranya adalah usia, jumlah anak yang ada
di dalam rumah, penyakit tertentu, konsumsi alkohol dan merokok. Selain itu lama
Jerman sebanyak 38%, Turki sebanyak 48,3%, Chili 22%, Moroko 27%, Brazil 49%,
2
Ghana 72,8%, Nigeria 63%, Iran 8,5%-19,2% dan Indonesia 66,2%. Dari persentase
kejadian tersebut didapatkan rata-rata 58,04%. Artinya lebih dari separuh kaum
wanita di dalam suatu negara berpotensi mengalami gangguan fungsi seksual. Suatu
studi oleh Journal of Sexual Medicine, mengatakan bahwa faktor penyebab terjadinya
lubrikasi, orgasme dan nyeri. Efek samping kontrasepsi hormonal yang berkaitan
dengan fungsi seksual terutama pada hasrat dan pemikiran seksual tetapi sebagian
melaporkan efek negatif pada lubrikasi dan nyeri. Kontrasepsi juga dapat
hasrat seksual 18,6%, rangsangan 39,9%, lubrikasi 18,9% dan orgasme 27,3%. Pada
seringkali menjadi masalah pada pasangan usia subur. Dalam memilih kontrasepsi
karena efek samping yang terdapat pada kontrasepsi, termasuk efek yang
3
efek positif dan negatif dan tidak memiliki efek pada kehidupan seksual suatu
yang dapat terjadi selama penggunaan kontrasepsi hormonal. Pada beberapa kasus,
kontroversi, studi menunjukkan bahwa tidak ada pola yang konsisten adanya efek
Sekitar 37,6 juta wanita di Amerika Serikat usia 15-44 tahun menggunakan
(16%), diikuti oleh sterilisasi (15,5%), kondom (9,4%) dan long-acting reversible
contraception (LARC) (7,2%) termasuk IUD copper dan IUD yang mengandung
mempengaruhi fungsi seksual wanita baik secara positif maupun negatif. Meskipun
4
demikian, masih relatif sedikit penelitian yang membahas tentang efek kontrasepsi
seksual termasuk hasrat seksual dalam empat minggu terakhir. Skor yang lebih tinggi
pada tiap domain menunjukkan level fungsi seksual yang lebih baik. FSFI terdiri dari
satisfaction, and pain). Nilai ≤ 26,55 (cut-off) pada FSFI menggambarkan adanya
masalah seksual.6,18,19
masyarakat kita, masalah kontrasepsi dan seksualitas masih merupakan suatu hal
yang tabu atau belum bisa dijadikan suatu diskusi yang jelas dan nyaman.
lebih lanjut mengenai disfungsi seksual menurut skor FSFI pada wanita yang
berdasarkan FSFI.
berdasarkan FSFI.
selanjutnya.
yang dipilih dan perhatian yang benar jika terjadi masalah negatif terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma tersebut.21
perkiraan 716 juta wanita di seluruh dunia.22 Persentase peserta KB baru terhadap
pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 13,46%. Angka ini lebih
rendah dibandingkan capaian tahun 2014 yang sebesar 16,51%. Tiga propinsi yang
memiliki persentase tertinggi yaitu Maluku Utara sebesar 57,85%, DKI Jakarta
sebesar 31,14%, dan Maluku sebesar 25,07%. Sedangkan capaian terendah terdapat
di Provinsi Bali sebesar 9,45%, Jawa Timur sebesar 10,8%, dan Banten sebesar
11,21%.23
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua
setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah:
2) Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat
6
8
3) Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan
motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lanjut
ekonomi, agama, sifat yang ada pada KB, dan faktor daerah (desa/kota).
kontrasepsi antara lain umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang
diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan dan
9
cara kerja yang sama. Disfungsi seksual tercatat sebagai salah satu penyebab paling
sering penghentian kontrasepsi oral.2 Pil kontrasepsi terdiri dari pil kontrasepsi
kombinasi dan pil progesteron saja.24 Pil kontrasepsi kombinasi terdiri dari estrogen
dan progestin, dan pil dibagi menjadi tiga generasi berdasarkan jenis kandungan
pertama tidak lagi digunakan dan memiliki efek samping yang lebih banyak
dibandingkan generasi kedua dan ketiga.2 Kontrasepsi suntik terdiri dari suntik
Valerat yang diberikan intramuskular setiap satu bulan sekali. Kontrasepsi suntik
dapat digunakan pada wanita yang menyusui. Sebagian akseptor kontrasepsi suntik
globulin (SHBG) dan menurunkan kadar androgen dalam sirkulasi. Progestin pada
peran penting terhadap hasrat seksual pada laki-laki dan perempuan. Testosteron juga
pernyataan tersebut. Pada penelitian 1.021 wanita usia 18-75 tahun di Amerika, tidak
terdapat hubungan antara masalah seksual dengan penurunan free testosterone dan
testosteron total dan androstenedione. Pada suatu penelitian, didapatkan tidak ada
hubungan antara kontrasepsi dan penurunan kadar testosteron total dan free
seksual selama 3 bulan, dan menurunkan orgasme selama 3-9 bulan.2,26 Pada sebagian
wanita yang mengkonsumsi pil kontrasepsi progesteron ada yang melaporkan terjadi
11
perubahan mood atau keinginan seksual walaupun terjadi perbaikan pada keluhan
tersebut.24
hormonal menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian pada 13.000 wanita tidak
dan gairah seksual setelah penggunaan pil kontrasepsi selama 3 bulan, walaupun
tidak ada perubahan dalam kenikmatan aktivitas seksual. Pada suatu penelitian pada
hormonal.5 Dari literatur, dorongan seksual tidak dipengaruhi kontrasepsi pil; 3,5%
fisiologi, emosi, pengalaman, kepercayaan, gaya hidup, dan bentuk suatu hubungan.
Penyebab disfungsi seksual pada wanita sering sulit secara tepat diketahui,
dan biasanya disebabkan oleh lebih dari satu penyebab. Kesehatan dalam suatu
hubungan, kecemasan, depresi, kelelahan, insomnia, masalah berat badan, dan agama
Kondisi medis juga ikut mempengaruhi, terutama kondisi fisik seperti arthtritis,
gangguan berkemih dan buang air besar, operasi pelvik, nyeri kepala, dan gangguan
neurologis.28
memainkan peranan penting didalam mengatur fungsi seksual dan sintesis nitrit oxide
dalam vagina dan klitoris serta memiliki efek vasodilator dan vasoprotektif terhadap
vagina. Pasca menopause, lubrikasi vagina, hasrat dan frekuensi seksual menurun
menurun sejalan dengan usia. Kadar testosteron dan DHEAS menurun pada wanita
dengan penurunan rangsangan seksual, libido, respons seksual, sensasi genital, dan
orgasme. Testosteron bermain pada sistem saraf pusat dan mempengaruhi sikap
(LH) oleh hipofisis dan lonjakan mid-cycle yang kurang tajam dari kedua hormon
tersebut. Oleh kerena itu perkembangan folikel, ovulasi dan pembentukan corpus
luteum menjadi terhambat. Sehingga terjadi penurunan sekresi estradiol oleh ovarium
dan tidak adanya produksi progesteron. Inhibisi FSH dan LH juga menghambat
progestin pada lendir servik menjadi tebal dan viskositas yang tinggi sehingga
orgasme dan peningkatan nyeri seksual. Hal ini dikaitkan dengan penurunan kadar
androgen didalam sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh 2 mekanisme: (1). Kontrasepsi
free testosterone, dan (2) produksi androgen oleh ovarium ditekan oleh pil
kontrasepsi kombonasi. Efek antiandrogenik ini makin diperkuat oleh pil kontrasepsi
menunjukkan bahwa kadar testosteron total dan testosteron bebas menurun selama
penggunaan kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin. Kadar SHBG juga
androgen plasma menurun tanpa efek negatif hasrat seksual, tetapi dengan dosis
estrogen yang lebih rendah (20 µg EE/ 100mg LNG) terjadi perbaikan saat coitus.
Estrogen dosis rendah (15 µg) menyebabkan kekeringan vagina dan penurunan hasrat
atau anti-androgenik dan dapat memicu efek agonis dan antagonis pada reseptor
androgen. Dampak pada reseptor androgen dapat menjadi salah satu penyebab efek
negatif dan positif terhadap fungsi seksual. Tetapi penelitian terhadap perbedaan
Testosteron yang rendah pada wanita yang disebabkan oleh pil kontrasepsi
berhubungan dengan kualitas hidup yang menurun, perubahan mood, kurang energi,
gangguan kognitif, gangguan fungsi seksual optimal, penurunan kekuatan massa otot
seksual yang lebih tenang dan menyenangkan. Ketakutan terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan memiliki efek negatif terhadap rangsangan seksual, terutama jika
pasangannya tidak peduli tentang kekhawatiran ini. Sebaliknya jika wanita merasa
bahwa pasangannya memiliki perhatian terhadap kontrasepsi maka terjadi efek positif
Telah dilaporkan efek negatif pil kontrasepsi terhadap fungsi seksual terutama
pada hasrat dan angan seksual, tetapi beberapa laporan menyebutkan efek negatif
1) Penurunan Lubrikasi
walaupun efek ini menurun setelah 12 bulan penggunaan. Efek ini disebabkan
vagina.31
2) Nyeri Vestibular
pil jangka lama dan wanita yang mulai menggunakan pil pada usia muda.
Pada sepertiga wanita melaporkan adanya nyeri selama dan/atau setelah coitus
dan penggunaan pil kontrasepsi lebih dari 2 tahun merupakan faktor resiko.
pil dengan vestibulodinia mengalami resolusi setelah pil dihentikan dan kadar
3) Perubahan Anatomi
mengalami nyeri yang makin memburuk saat coitus, ketebalan labia minor
dan daerah introitus vagina semakin menipis jika dibandingkan dengan nilai
dimana menjadi lebih rentan terhadap paparan eksternal atau iritan dan
panggul. Masih sedikit data yang menginformasikan efek IUD pada fungsi seksual.
Meskipun jumlah gangguan seksual pada pengguna IUD tidak tinggi, terdapat
penurunan skor nilai rangsangan, lubrikasi, orgasme dan nyeri pada FSFI.35
keuntungan penggunaan IUD, banyak wanita masih khawatir tentang pengaruh IUD
Pada pengguna IUD, rasa nyeri lebih dominan dibandingkan dengan nilai
rangsangan, lubrikasi, dan orgasme. Hal ini mungkin disebabkan bahwa rasa nyeri
Tetapi penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan
beberapa penelitian. Dua penelitian melaporkan perbaikan fungsi seksual pada wanita
18
yang menggunakan kontrasepsi IUD tetapi ada penelitian lain yang tidak menemukan
atau perdarahan yang tidak teratur selama menggunakan IUD mungkin akan
aktivitas seksual.5
berhubungan dengan pemakaian IUD copper atau hormonal, hanya sedikit studi yang
mencatat efek yang berkaitan dengan seksual. Pada penelitian Higgins dkk, akseptor
untuk menghindari efek samping tersebut. IUD dianggap bahwa cenderung tidak
atau tidak sama sekali. Mereka beranggapan bahwa kandungan hormon yang ada
pada pil, patch dapat mengganggu kehidupan seksualnya. Dibandingkan dengan IUD
terutama IUD copper akan memberikan efek positif terhadap seksualnya. Pada
sehingga banyak wanita yang membatalkan penggunaan IUD. 7 Sekitar 46% wanita
tidak tertarik terhadap pemakaian IUD karena mereka tidak ingin ada benda asing
didalam tubuhnya. Oleh karena itu, sekitar 25% wanita beranggapan bahwa IUD
seksual. Akseptor IUD ini tidak merasakan efek negatif dengan menggunakan IUD
dibandingkan dengan metode lainnya, misalkan kondom yang kurang nyaman dipakai
atau pil kontrasepsi yang harus diminum setiap hari dengan waktu yang sama.7
Fungsi seksual berhubungan dengan fase tertentu dari siklus respon seksual.
Fase seksual meliputi fase inisiasi, rangsangan, orgasme dan resolusi. Fungsi seksual
adalah berupa gejala (biogenik) atau gejala yang bermanifestasi dari konflik
Fungsi seksual dapat terganggu oleh stres dalam tiap bentuknya, gangguan emosional
fantasi seksual, atau merupakan didapat sekunder karena motivasi kognitif. Pada
sebagian wanita, terutama yang memiliki hubungan dengan waktu yang cukup lama ,
hasrat seksual.39
vagina; dan pembesaran klitoris dan bulbus vestibulovagina. Hal ini meningkatkan
aliran darah ke vagina dan uterus sehingga menyebabkan peningkatan sekresi uterus
dan kelenjar Bartholin yang melubrikasi vagina. Lubrikasi tambahan datang dari
transudasi plasma dari pembuluh darah yang membesar pada dinding vagina.30 Pada
keadaan tidak terangsang, dinding anterior dan posterior vagina kolaps dan menempel
satu sama lain. Lubrikasi tambahan didapatkan dari transudasi plasma dari
melalui epitel. Pada keadaan tidak terangsang, cairan vagina mengandung konsentrasi
Pada keadaan tidak terangsang ada cairan keluar melalui epitel dan seimbang
dengan reabsorbsinya, hal ini membuat vagina lembab, tetapi tidak cukup basah
untuk penetrasi tanpa rasa nyeri. Sirkulasi darah yang lambat juga menyebabkan
lumen hipoksia dengan tekanan oksigen yang rendah. Selama birahi seksual, aliran
darah epitel vagina meningkat karena rangsangan inervasi neural melalui nervus
21
jernih, licin dan lubrikan lembut, melembabkan vagina sehingga penetrasi mudah dan
tidak nyeri. Lubrikasi vagina saat rangsangan seksual bukan disebabkan karena
Aktivasi sistem saraf simpatis yang terjadi pada fase akhir rangsangan dan
orgasme menyebabkan peningkatan detak jantung dan tekanan darah pada wanita.
Selama rangsangan terjadi relaksasi otot polos trabekular pada klitoris dan aliran
sejalan dengan pembengkakan. Karena tunika klitoris bersifat elastik, tidak terjadi
suplai vaskular dan inervasi neurologis. Kontraksi otot dasar panggul (terutama
berkaitan dengan rangsangan subjektif. Oleh karena itu, wanita dengan gangguan
fungsional seluruh sistem limbik otak daripada struktur anatomi tertentu di dalamnya.
22
Sistem limbik adalah bagian dari apa yang disebut paleo-korteks, jaringan yang
cingulate gyrus anterior, dan banyak struktur lobus temporal, termasuk amigdala,
dengan lobus pre-frontal yang memiliki peran dominan penghambatan atas insting
dasar, sistem limbik sangat penting dalam kedua jenis kelamin untuk inisiasi hasrat
lamunan seksual, mimpi erotis, gairah mental seksual, dan kaskade inisiasi
neurovaskular memicu somatik dan respon fungsi genital seksual serta perilaku
kontrol untuk empat sistem komando emosional dasar dijelaskan oleh Panksepp yaitu
distres. Semua sistem ini dapat berinteraksi untuk memodulasi persepsi akhir dari
hasrat seksual pusat dan berkorelasi pada perilaku seksual. Gangguan dari setiap
tingkat dari sistem limbik dapat menyebabkan disfungsi seksual pada kedua jenis
kelamin, khususnya dalam domain hasrat, gairah pusat, dan terutama perilaku seksual
secara sosial.40
manusia, pertama sebagai target akhir dari input sensorik yang datang dari alat indera
yang berbeda. Bau yang berbeda, selera, kata-kata, pemandangan atau sentuhan
korteks seksual limbik ketika adanya sinyal kode sebagai seksual. Faktor kognitif
bersamaan risiko dan keinginan sebelum melakukan atau tidak dalam perilaku
seksual tertentu. 40
untuk memiliki pemahaman fungsi seksual perempuan normal. Pertama sekali model
respon seksual wanita dipublikasi oleh Masters dan Johnson pada tahun 1966. Model
ini kemudian dikenal sebagai model linear yang menunjukkan bahwa pada wanita
hasrat seksual menyebabkan gairah yang mengarah ke orgasme yang diikuti dengan
wanita hanya bergantung pada spontanitas dari hasrat seksual yang tidak selalu
hadir.41 Model ini menggambarkan empat fase yaitu excitement, plateau, orgasme,
dan resolusi yang masing-masing berhubungan dengan respon genital dan respon
ekstragenital. Meskipun model Masters dan Johnson memberikan pengaruh yang luar
biasa, ada beberapa keterbatasan dan kritikan. Pertama, model ini gagal untuk
menjelaskan pola yang sangat variabel untuk melihat respon dari satu wanita ke
wanita yang lain atau setiap respon variabilitas dari satu episode ke episode lainnya
24
pada wanita yang sama. Kedua, model didominasi berfokus hanya pada aspek
atau aspek interpersonal dari respon seksual. Respon seksual wanita sangat kompleks
dan dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk interaksi yang kompleks dari fisiologis,
Untuk mengatasi kekurangan ini, sebuah model tiga fase dari respon seksual
diusulkan oleh Helen Singer Kaplan. Menurut model ini, siklus respon seksual
Tahap pertama dari hasrat/minat seksual dari model Kaplan terdiri dari fisiologis dan
komponen psikologis dari hasrat/minat seksual atau libido, yang dimediasi oleh otak
pada sistem limbik tetapi juga dipengaruhi hormon yaitu androgen dan faktor
keintiman emosional wanita dan peran faktor psikologis dalam respon seksual. Dalam
keinginan spontan dan keintiman emosional. Dalam model ini, hasrat seksual
spontan, dapat terjadi karena berbagai alasan seperti awal dari sebuah hubungan baru
atau tidak adanya pasangan dalam waktu yang lama, dapat memicu wanita untuk
menemukan gairah seksual baik melalui hubungan seks dengan pasangan atau
menstimulasi diri sendiri. Akan tetapi, dorongan seksual yang spontan tidak selalu
sering terjadi dan tidak berarti (terutama dihubungan jangka panjang). Kurangnya
antara seorang wanita dan pasangannya. Pengalaman yang baik berfungsi untuk
Pengalaman yang jelek, baik emosi atau fisik dapat menyebabkan penurunan hasrat
dan ketidakmampuan bagi wanita untuk resposif secara seksual dengan pasangannya
Kepuasan seksual dan tidak orgasme tampaknya menjadi fokus pada beberapa
wanita. Seorang wanita memulai respon pengalaman seksual dari satu titik dari
aktivitas seksual mungkin kompleks dan tidak hanya untuk kepuasan seksual internal.
keadaan gairah fisiologis. Jika pikiran terus menerus memproses rangsangan gairah,
26
hasrat seksual lebih lanjut dapat mendorong wanita untuk mendapatkan kepuasan
seksual dan orgasme yang dapat mendorong keintiman dan memperkuat seksual
motivasi. Model ini memperkuat gagasan bahwa motivasi perempuan dalam aktivitas
seksual adalah kompleks dan bukan merupakan fenomena yang dibawa dari lahir.42
sexual tipping point. Seringkali dilakukan intervensi dan terapi yang terfokus pada
seksual.42
Keluhan Seksual adalah ekspresi dari ketidaknyamanan atau rasa nyeri yang
berhubungan dengan fungsi seksual. Disfungsi seksual adalah suatu gangguan pada
fungsi seksual yang melibatkan satu atau multipel fase dari siklus respons seksual
seksual secara persisten atau rekuren, atau mempertahankan birahi hingga aktivitas
pembesaran yang kurang cukup yang normalnya terjadi selama aktivitas birahi dan
seksual. Gangguan orgasme terjadi saat wanita tidak dapat mencapai orgasme atau
kesulitan mencapai orgasme bahkan setelah stimulasi seksual. Gangguan ini dapat
terjadi secara primer atau sekunder berkaitan dengan usia. Gangguan genito-pelvik,
mengalami gangguan persisten atau berulang: (a). penetrasi vagina saat coitus, (b).
nyeri pelvik atau vulvovaginal selama coitus; (c). merasa cemas akan nyeri pelvik
atau vulvovaginal saat atau setelah coitus; dan (d) kram otot pelvik saat penetrasi.43
minat/keinginan seksual atau libido, gangguan birahi, nyeri/rasa tidak nyaman, dan
Selain faktor biologis terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan disfungsi
hubungan pernikahan, penurunan kepercayaan diri, anggapan tubuh yang jelek atau
efek samping dari pemakaian obat psikotropika juga dapat menyebabkan gejala
seksual. Gejala seksual yang dapat timbul antara lain penurunan hasrat/ libido,
Salah satu persepsi salah yang sangat merugikan adalah bahwa seks tidak
penting untuk wanita dibandingkan pria. Wanita diajarkan bahwa wanita tidak perlu
lebih besar dibandingkan wanita, dan wanita harus mengakomodasi kebutuhan sang
pria. Wanita dibesarkan untuk berperan pasif dibandingkan pria yang dominan, dan
lebih patuh. Sebaliknya, pria digambarkan dan dibesarkan sebagai sosok yang kuat,
agresif, dan dominan, dan konsep ini terus berlanjut terbawa dalam kehidupan seksual
disebabkan oleh satu penyebab. Edukasi pasien dan terapi merupakan dasar dari
bagaimana hasrat dapat berubah sejalan dengan penambahan usia dan lama suatu
hubungan. Perubahan gaya hidup seperti manajemen stress, istirahat yang cukup dan
pertama untuk kekeringan vagina dan dispareunia yaitu penggunaan lubrikan vagina
kekeringan vagina saat aktivitas seksual. Selain penggunaan lubrikan saat aktivitas
seksual, pelembab vagina sebaiknya juga diberikan beberapa kali seminggu untuk
vagina dan kurang lubrikasi saat coitus, dan gejala saluran berkemih.4,39
interview dari setiap pasangan secara terpisah dan tidak direkomendasikan melalui tes
fokus untuk komorbiditas psikiatri, seperti depresi atau kecemasan, dan pemeriksaan
Tidak seperti gairah seksual pada laki-laki yang mudah untuk dinilai dan
dievaluasi, gairah pada wanita sering diabaikan dari segi diagnostik. Disamping
karena keadaan ini jarang dikeluhkan pasien, keadaan ini juga sulit dinilai karena
tidak ada instrumen diagnostik untuk menilai secara empiris. Disamping data yang
sedikit, pilihan terapi untuk masalah disfungsi seksual wanita lebih sedikit dibanding
dengan masalah yang sama pada laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian
self-report yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya untuk mengukur fungsi
seksual wanita. Kuesioner FSFI telah digunakan sejak tahun 1982 di berbagai
FSFI merupakan alat pengukuran gold standard untuk fungsi seksual wanita. 35
Female Sexual Function Index (FSFI) terdiri dari 19 pertanyaan yang terdiri
dari enam domain fungsi seksual yaitu Q1-Q2 dikelompokkan ke dalam domain
31
FSFI, fungsi seksual wanita terdiri dari enam nilai yang dapat diukur, yaitu:
3) Lubrikasi (lubrication). Dalam hal ini lubrikasi yang terjadi adalah lubrikasi
pada vagina, dimana lubrikasi ini merupakan proses sekresi mukus pada
bartholin yang terdapat diantara himen dan labia minora. Lubrikasi terjadi saat
wanita terstimulasi seksual baik stimulasi yang dilakukan secara fisik maupun
pelepasan ketegangan seksual dan kontraksi ritmik pada otot-otot perineal dan
organ reproduktif pelvis. Orgasme pada wanita ditandai oleh 3 sampai 15 kali
32
kontraksi involunter pada sepertiga bagian bawah dan oleh kontraksi uterus
orgasme setiap kali melakukan hubungan seksual. Hal ini tercapai saat
6) Nyeri (pain), adalah nyeri saat melakukan hubungan seksual, baik disebabkan
tipe nyeri: (1) Superficial Dyspareunia adalah nyeri yang berasal dari bagian
luar dan dalam vagina, sering berhubungan dengan trauma psikologis. (2).
Deep Dyspareunia adalah nyeri yang berasal saat penetrasi dari penis dan
endometriosis.
dan tanpa disfungsi seksual. Hasil penjumlahan skor pada tiap pertanyaan dalam FSFI
menjadi dua yaitu skor FSFI ≤26,55 disfungsi seksual dan >26,55 tidak disfungsi
seksual.19 Skor yang lebih tinggi pada domain individual atau total skor yang lebih
Hormonal Non-hormonal
Disfungsi Seksual
Hipotesis penelitian ini adalah “ Ada perbedaan fungsi seksual pada akseptor
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Johor dan Medan Polonia. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan November 2017
tersebut. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi peserta akseptor kontrasepsi
tidak berpasangan.
35
37
n1 = n2 : jumlah sampel
Zα : nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai α yang
Zβ : nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai β yang
Maka jumlah sampel untuk kelompok kontrasepsi hormonal dan non hormonal
puskesmas Medan Johor dan Medan Polonia dari November 2017 sampai Januari
2018 serta sudah memenuhi kriteria inklusi. Kemudian dipilih secara consecutive
non-hormonal
39
Kota Medan.
2. Wanita yang masuk ke dalam sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi
b. Ditentukan skoring dari jawaban setiap pertanyaan kuisioner FSFI yang telah
diisi subyek dan ditentukan jenis dan derajat disfungsi masing-masing subyek.
berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal digunakan uji Mann-
Whitney.
Semua peserta diberikan penjelasan mengenai tujuan dan cara yang dijalankan
pada penelitian ini, penelitian dilakukan setelah terdapat persetujuan sukarela dari
terhadapnya. Karena alasan tertentu, peserta boleh menarik diri dari penelitian.
42
sampling kepada subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diberikan
penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian ini, selanjutnya bagi yang bersedia
dan wawancara untuk melengkapi data yang diperlukan. Jika pasien tidak mampu
atau kesulitan untuk membaca maka peneliti akan membantu untuk membacakan
analisis data.
Wanita akseptor kontrasepsi
hormonal atau non-hormonal
yang memenuhi kriteria inklusi
Informed consent
Analisa Data
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
pertanyaan. Kuesioner FSFI sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas
Subjek Penelitian
Karakteristik Hormonal Non-hormonal Total
(%) (%) (%)
Umur (Tahun) 20-30 24 (30,0) 21 (26,3) 45 (28,1)
31-40 41 (51,3) 42 (52,5) 83 (51,9)
˃40 15 (18,8) 17 (21,3) 31 (20,0)
42
9
44
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang menggunakan
kontrasepsi hormonal lebih banyak dengan usia 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 51,3%,
diikuti kelompok usia 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 30,0% dan terendah usia >40
tahun yaitu sebanyak 18,8%. Pada subjek penelitian yang menggunakan kontrasepsi
non-hormonal lebih banyak dengan usia 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 52,5%, diikuti
kelompok usia 20–30 tahun yaitu sebanyak 26,3% dan terendah usia >40 tahun yaitu
sebanyak 21,3%.
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang
diikuti dengan IMT overweight sebanyak 31,3% dan terendah dengan IMT obese
yaitu sebesar 3,8%. Pada subjek penelitian yang menggunakan kontrasepsi non-
hormonal sebagian besar juga dengan IMT normoweight yaitu sebesar 65%, diikuti
dengan IMT overweight sebanyak 28,7% dan terendah dengan IMT underweight
sebesar 2,5%.
kontrasepsi hormonal sebagian besar dengan paritas 2-4 yaitu sebanyak 52% dan
terendah dengan paritas ≥5 yaitu sebanyak 8,8%. Pada subjek penelitian yang
pemakaian kontrasepsi 6–12 bulann yaitu sebanyak 57,5% dan lainnya dengan lama
pemakaian kontrasepsi 12 bulan yaitu sebanyak 42,5%. Pada subjek penelitian yang
45
kontrasepsi 12 bulan yaitu sebanyak 56,3% dan lainnya dengan lama pemakaian
yaitu sebanyak 37,5%, diikuti dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 30% dan
terendah dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 6,3%. Pada subjek penelitian
tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 23,8% dan terendah dengan tingkat pendidikan
Tabel 4.2. Fungsi Seksual Wanita Akseptor Kontrasepsi Hormonal Berdasarkan FSFI
Fungsi Seksual n %
Tidak Disfungsi Seksual 47 58,8
Disfungsi Seksual 33 41,2
Total 80 100
Dari tabel di atas didapatkan bahwa akseptor kontrasepsi hormonal lebih besar
yang tidak mengalami disfungsi seksual yaitu sebanyak 47 orang dengan persentase
sebesar 58,8% dan hanya 33 orang yang mengalami disfungsi seksual (41,2%).
46
FSFI
FSFI
Fungsi Seksual n %
Tidak Disfungsi Seksual 44 55,0
Disfungsi Seksual 36 45,0
Total 80 100
Dari tabel di atas didapatkan bahwa akseptor kontrasepsi non-hormonal lebih
besar yang tidak mengalami disfungsi seksual yaitu sebanyak 44 orang dengan
persentase sebesar 55% dan hanya 36 orang yang mengalami disfungsi seksual
(45%).
4.4. Perbedaan Fungsi Seksual Berdasarkan Rerata Domain FSFI Pada Wanita
Tabel 4.4. Perbedaan Fungsi Seksual Berdasarkan Skor Domain FSFI Pada Wanita
Akseptor Kontrasepsi Hormonal dan Non-hormonal
Kontrasepsi
Domain p*
Hormonal (Mean ± SD) Non-hormonal (Mean ±SD)
n=80 n=80
Hasrat 3,93 0,79 4,13 0,76 0,156
Rangsangan 4,12 0,83 4,16 0,81 0,662
Lubrikasi 4,10 0,91 4,22 0,93 0,442
Orgasme 4,07 0,82 4,31 0,90 0,114
Kepuasan 4,40 0,93 4,83 0,89 0,308
Nyeri 4,62 0,75 4,68 0,77 0,080
* Uji Mann Whitney
47
diuji dengan statistik dengan uji Mann Whitney karena data berditribusi tidak normal.
Pada akseptor kontrasepsi hormonal didapatkan nilai rataan hasrat (3,93 ± 0,79),
hormonal didapatkan nilai rataan hasrat (4,13 ± 0,76), rangsangan (4,16 ± 0,81),
Kontrasepsi
Fungsi Seksual Hormonal Non-hormonal p*
n % n %
Tidak Disfungsi Seksual 47 58,8 44 55,0 0,632
Disfungsi Seksual 33 41,2 36 45,0
Jumlah 80 100 80 100
*Uji Chi Square
Secara statistik dengan uji Chi square menunjukkan tidak ada perbedaan yang
menyatakan ada perbedaan bermakna fungsi seksual berdasarkan skor FSFI antara
BAB V
PEMBAHASAN
hormonal paling banyak digunakan oleh wanita dengan rentang usia 31-40 tahun
dengan jumlah anak yang dimiliki 2-4 orang. Jumlah anak sudah sesuai dengan yang
kontrasepsi tidak mengalami disfungsi seksual (tabel 4.2 dan tabel 4.3) yaitu sebesar
58.8% pada kontrasepsi hormonal dan 55% pada kontrasepsi non-hormonal. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi seksual tidak hanya dipengaruhi oleh hormonal saja.
fungsi seksual yang normal atau abnormal, dimana berkaitan dengan persepsi diri
yang pada akhirnya berkaitan dengan kebudayaan. 47 Faktor lain yang mempengaruhi
respons seksual adalah durasi dan kualitas suatu hubungan dan faktor personal-
Pada penelitian Burrows dkk dan Wiebe dkk, tidak ada laporan yang
48
50
hormonal.6,8,19 Sejalan dengan Kingsley menyebutkan bahwa tidak ada bukti yang
seksual wanita.49 Pada penelitian Hajian dan Ozgoli mengungkapkan tidak ada
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada domain FSFI
yaitu hasrat, rangsangan, lubrikasi, orgasme, kepuasan dan nyeri pada wanita
kontrasepsi hormonal dan non-hormonal seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.4.
Schaffir juga menunjukkan bahwa pada akseptor kontrasepsi hormonal tidak ada
perbedaan nilai hasrat, rangsangan dan nilai total FSFI.52 Kontrasepsi kombinasi
androgen oleh ovarium dan adrenal dan dengan meningkatkan kadar sex hormone-
testosteron total dan testosteron bebas menurun selama penggunaan kontrasepsi oral
kombinasi estrogen dan progestin. Kadar SHBG juga menurun secara signifikan. 28
adalah sebesar 41.2%. Dari kelompok disfungsi seksual tersebut didapatkan bahwa
persentase wanita yang memiliki domain di bawah rerata domainnya yaitu pada
domain orgasme sebesar 51.5%, diikuti pada domain hasrat sebesar 45.4%.
Sedangkan domain nyeri memiliki persentase yang paling sedikit yaitu sebesar 15%.
Wanita yang memiliki nilai di bawah rerata pada domain gangguan rangsangan
sebesar 27%, pada domain lubrikasi sebesar 36.3% dan pada domain kepuasan
sebesar 33%.
51
Meskipun demikian faktor biologis tidak terlepas dari pengaruh faktor lingkungan.48
pada pasien ini tidak dinilai. Schaffir dkk menegaskan bahwa kadar estradiol tidak
mengalami disfungsi seksual adalah sebesar 45%. Dari kelompok disfungsi seksual
tersebut didapatkan bahwa persentase wanita yang memiliki domain di bawah rerata
domainnya yaitu pada domain kepuasan sebesar 50%, sedangkan persentase pada
domain nyeri adalah paling rendah yaitu sebesar 11.1%. Pada domain hasrat sebesar
sebesar 0.19%. Wanita akseptor IUD tidak merasakan adanya gangguan kram atau
nyeri yang dapat disebabkan oleh benang IUD pada saat melakukan hubungan
seksual. Hal ini dapat juga disebabkan karena sudah terjadi adaptasi sejalan dengan
52
semakin lama penggunaan IUD. Rasa cemas terhadap nyeri yang timbul karena
benang IUD atau ketakutan terhadap adanya benda asing didalam tubuh turut
pada akseptor IUD. 53 Fleming dkk menyatakan bahwa 46% wanita yang tidak tertarik
terhadap penggunaan IUD tidak ingin memiliki benda asing di dalam tubuhnya. Oleh
karena itu, 25% dari wanita pengguna kontrasepsi beranggapan bahwa IUD mungkin
manfaat dari penggunaan IUD. Masih banyak wanita yang khawatir akan efek IUD
Dari penelitian ini secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
fungsi seksual yang bermakna antara kedua kelompok penelitian wanita akseptor
tabel 4.5. Hal ini menunjukkan bahwa wanita akseptor kontrasepsi hormonal maupun
non-hormonal mempunyai pengaruh yang relatif sama terhadap ada tidaknya terjadi
disfungsi seksual.
kenyataannya, hubungan seksual merupakan pusat kualitas hidup seorang wanita, dan
hal ini menggambarkan aspek psikososial. Fungsi seksual sangat rumit. Berbagai
faktor yang turut mempengaruhi fungsi seksual selain hormonal adalah kesehatan,
masalah emosional, stress, hubungan interpersonal dan budaya 8 Kepuasan yang lebih
besar terhadap suatu hubungan secara keseluruhan berkaitan dengan kepuasan seksual
yang lebih besar juga dan masalah fungsi seksual yang lebih sedikit.13
53
Pemberian hormon yang berasal dari luar tubuh seperti pada kontrasepsi
kedua hormon tersebut di darah, hal ini dapat dideteksi oleh hipofisis anterior dan
akan menimbulkan umpan balik negatif dengan menurunkan sekresi hormon FSH dan
meningkatkan sekresi estrogen agar tetap dalam keadaan normal tetapi dalam jangka
waktu yang lama menyebabkan hilangnya kompensasi tubuh dan menurunnya sekresi
hormon terutama estrogen.54 Pada penelitian ini sebagian besar wanita akseptor
58.8% dan 55%. Hal ini menggambarkan bahwa perubahan hormonal yang terjadi
tidak cukup untuk membuat perubahan fungsi seksual sehingga memiliki efek klinis
libido tetapi pernyataan kontrasepsi menurunkan kadar androgen tidak konsisten dan
tidak berkaitan dengan penurunan libido pada wanita. Karena masih banyak faktor
lain yang mempengaruhi hasrat seksual wanita selain masalah hormonal.31 Hasrat
yang berbeda-beda. Wanita yang sensitif dengan perubahan testosteron lebih rentan
mengalami masalah seksual. Pada akseptor DMPA, mood positif lebih rendah
54
sedangkan mood negatif lebih sering jika dibandingkan dengan akseptor kontrasepsi
kombinasi. 55
progesteron yang mempunyai efek samping antara lain menurunkan libido dan vagina
menjadi kering akibat dari penekanan fungsi ovarium dan produksi estrogen
endogen.27 Penurunan kadar androgen plasma pada kontrasepsi dengan formula dosis
yang lebih tinggi, tetapi tidak mempengaruhi terhadap hasrat seksual.56 Pada
penelitian komunitas besar 1.021 wanita, total testosteron endogen dan testosteron
bebas tidak berhubungan dengan hasrat dan rangsangan seksual.57 Hal ini
tidak cukup untuk menyebabkan penurunan libido.31 Belum ada titik potong androgen
yang dapat digunakan untuk menilai wanita dengan fungsi seksual yang rendah.52
testosteron bebas yang signifikan tanpa gangguan hasrat atau respons seksual.4
Sejalan dengan penelitian Otto dkk bahwa tidak ada perbedaan antara hasrat seksual
antara berbagai metode kontrasepsi hormonal, termasuk kontrasepsi oral dan suntik
DMPA. Walaupun terdapat perubahan kadar hormonal tetapi tidak berbeda pada
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada
sebelumnya yang tidak menemukan adanya perbedaan ambang nyeri vestibular antara
55
akseptor kontrasepsi oral dengan yang bukan akseptor.59 Pada wanita yang
penekanan estrogen. 52 Satu pertiga wanita melaporkan adanya nyeri selama dan/atau
setelah berhubungan seksual dan penggunaan kontrasepsi oral selama lebih dari dua
mukosa vestibular.61 Sejalan dengan Li dkk tidak menemukan adanya perbedaan yang
signifikan pada kualitas hidup atau fungsi seksual pada wanita yang menggunakan
Pada review penelitian metode kontrasepsi jangka panjang pada tahun 2014,
didapatkan bahwa IUD memiliki efek seksual positif atau netral bukan efek negatif. 62
IUD merupakan metode kontrasepsi yang sudah dikenal efektif dimana memiliki efek
positif pada fungsi seksual dan efektif melindungi dari kehamilan tetapi
yang digunakan. Hal ini juga sesuai dengan beberapa penelitian lain yang juga
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai total
negara. Hal ini menggambarkan faktor medis dan psikologis, terutama sosio-
ekonomi, perbedaan budaya dan rasial, hubungan antara pasangan, tingkat pendidikan
dan karakteristik sampel penelitian. Sekitar 40% wanita tidak mencari pengobatan
dianggap masalah ini merupakan masalah yang tabu, sehingga dianggap bahwa
masalah ini tidak perlu didiskusikan oleh akseptor kontrasepsi dengan penyedia
kontrasepsi yang dipilih dan arahan yang tepat jika muncul efek negatif pada
terdapat berbagai faktor yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang dapat diamati adalah
budaya, sosial, ras, dan gaya hidup yang mempengaruhi fungsi seksual. Di antara
pengalaman seksual, sehingga menggiring mereka memiliki fungsi seksual yang baik.
Meskipun terdapat gejala gangguan seksual, wanita tetap dapat menikmati suasana
kekhawatirannya.
57
menangkal efek negatif kepada wanita tersebut untuk merasa terangsang.67 Tetapi
pada sebagian orang, lebih mudah untuk melakukan aktivitas seksual dibandingkan
Pasangan dengan kemampuan verbal seksual yang kuat akan lebih memilih
kontrasepsi kondom. Sehingga peran klinisi juga harus mengajarkan kepada pasangan
agar lebih terbuka tentang pencegahan kehamilan, mengingat sebagian orang masih
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain adalah penelitian ini
dimana pasangan juga memiliki peranan yang penting dalam kehidupan seksual.
58
BAB VI
6.1. Simpulan
wanita multipara dengan usia antara 31-40 tahun. Mayoritas wanita kedua kontrasepsi
Tidak ada perbedaan bermakna nilai domain FSFI yaitu hasrat, rangsangan,
lubrikasi, orgasme, kepuasan, dan nyeri pada wanita akseptor kontrasepsi hormonal
dan non-hormonal.
57
59
6.2. Saran
Penyedia pelayanan kesehatan dapat memberikan konseling kepada pasangan
usia subur dalam pemilihan kontrasepsi dimana tidak ada perbedaan fungsi seksual
diberikan pada wanita dengan usia > 40 tahun. Penyedia pelayanan kesehatan juga
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization web site. [Online].; 2004 [cited 2017 August.
Available from:
http://www.who.int/reproductivehealth/topics/sexualhealth/sh_definitions/en/inde
x.html.
2. Shahnazi M, Bayatipayan S, Khailil AF, Kochaksaraei, Jafarabadi MA, Banaoi
KG, et al. Comparing The Effects Of The second And Third Generation Oral
Contraceptives On Sexual Functioning. Iranian Journal of Nursing And
Midwifery Research. 2015 Jan-Feb; 20(1).
3. Jaafarpour M, Khani A, Khajavikan J, Suhrabi Z. Female Sexual Dysfunction:
Prevalence And Risk factors. Journal of Clinical And Diagnostic Research. 2013;
7(12).
4. Casey PM, Maclaughlin KL, Faubion SS. Impact of Contraception on Female
Sexual Function. Journal of Women's health. 2016.
5. Higgins JA, Davis AR. Contraceptive Sex-acceptability: A Commentary,
Synopsis, And An Agenda For Future Research. Contraception. 2014 July; 90(1).
6. Kariman N, Sheikhan Z, Simbar M, Zahiroddin A, Akbarzadeh Bahgban A.
Sexual Dysfunction in Two Types of Hormonal Contraception: Combined Oral
Contraceptives Versus Depot Medroxyprogesterone Acetate. Journal of
Midwifery and Reproductive Health. 2017; 5(1): p.806-13
7. Higgins JA, Ryder K, Skarda G, Koepsel E, Bennett EA. The Sexual
Acceptability of Intrauterine Contraception: A Qualitative Study Of Young Adult
Women. Perspect Sex Reprod Health. 2015 September; 47(3).
8. Ozgoli G, Sheikhan Z, Dolatian M, Simbar M, Bakhtyari M, Nasiri M.
Comparison Of Sexual Dysfunction In Women Using Depo-
Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) And Cyclofem. J Reprod Infertil. 2015;
16(2).
9. Wallwiener CW, Wallwiener LM, Seeger H, Muck AO, Bitzer J, Wallwiener M.
Prevalence Of Sexual Dysfunction And Impact Of Contraception In Female
German Medical Studies. J Sex Med. 2010; 7: p.2139-2148.
10. Imronah. Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntik DMPA Dengan Disfungsi
Seksual Pada Wanita di Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung.
STIKES Mitra Lampung. 2011;(40).
11. Hassan RS, Eraky AM, Abou Khatwa AM, Ghonemy GI. Study The Effect of
Hormonal Contraceptive Methods On Female Sexual Function. Med J Cairo
Univ. 2015 March; 83(1).
59
61
12. Gabalci E, Terzioglu F. The Effect Of Family Planning Methods Used by Women
Reproductive Age on Their Sexual Life. Sexuality and Disability. 2010; 28:
p.275-285.
13. Witting K, Santtila P, Alanko K, Harlaar N, Jern P, Johansson A, et al. Female
Sexual Function And Its Association With Number Of Children, Pregnancy, And
Relationship Satisfaction. J Sex Marital Ther. 2008; 34: p.89-106.
14. Li RH, Lo SS, Teh DK, Tong NC, Tsui MH, Cheung kB, et al. Impact Of
Common Contraceptive Methods On Quality of Life And Sexual Function in
Hong Kong Chinese women. Contraception. 2004; 70: p.474-82.
15. Shah MB, Hoffstetter S. Contraception And Sexuality. Minerva Gynecol. 2010;
62: p.331-347.
16. Schaffir J. Hormonal Contraception And Sexual
51 Desire: a Critical Review. J Sex
Marital Therapy. 2006; 32(4):p.305-14. 2
17. Sanders SA, Graham CA, Bass JL, Bancroft J. A Prospective Study of The
Effects of Oral Contraceptives On Sexuality And Well-being And Their
Relationship To Discontinuation. Contraception. 2001; 64(1).
18. Rosen R, Brown C, Heiman J, Leiblum C. The Female Sexual Function Index
(FSFI): A Multidimensional Self-report Instrument For The Assessment of
Female Sexual Function. Journal of sex and marital therapy. 2011 Feb; 26(2).
19. Wiegel M, Meston C, Rosen R. The Female Sexual Function Index (FSFI):
Cross-validation and Development of Clinical Cutoff Scores. Journal of Sex and
Marital Therapy. 2005; 31(1): p.1-20.
20. Allahdadi KJ, Tostes RCS, Webb RC. Female Sexual Dysfunction: Therapeutic
Options And Experimental Challenges. Cardiovasc Hematol Agents Med Chem.
2009 October; 7(4).
21. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2012.
22. Sitruk-Ware R, Nathb A, Mishell Jr DR. Contraception Technology: Past, Present
and Future. Contraception. 2012 august.
23. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Profil kesehatan Indonesia. Jakarta:,
Kesehatan; 2015.
24. World Health Organization. Family planning: A Global Handbook of Providers.
2011th ed. Baltimore And Geneva: United States Agency For International
Development; 2011.
25. Pastor Z, Holla K, Chmel R. The Influence of Combined Oral Contraceptives On
Female Sexual Desire: a Systemic Review. The European Journal of
Contraception And Reproductive Health Care. 2013; 18: p.27-43.
26. Battaglia C, Battaglia B, Mancini F. Sexual Behavior and Oral Contraception: A
Pilot Study. J sex Med. 2012; 9(2): p.550-557.
62
27. Boozalis A, Tutlam NT, Robbins CC, Peipert JF. Sexual Desire And Hormonal
Contraception. Obstetrics and Gynecology. 2016 March; 127(3).
28. Zimmerman Y1, Eijkemans MJ, Coelingh Bennink HJ, Blankenstein MA, Fauser
BC. The Effect of Combined Oral Contraception on Testosterone Levels in
Healthy Women: a systematic review and meta-analysis. Hum Reprod Update.
2014 Jan-Feb; 20(1): p.76-105
29. Berman J. Physiology of Female Sexual Function and Dysfunction. International
journal of impotence research. 2005; 17.
30. Raina R, Pahlajani G, Khan S, Gupta S, Agarwal A, Zippe CD. Female Sexual
Dysfunction: Classification, Pathophysiology, and Management. Fertility and
sterility. 2007 November; 88(5): p.1273-84
31. Burrows LJ, Basha M, Golsdtein AT. The Effects of Hormonal Contraceptives on
Female Sexuality: a Review. J sex Med. 2012; 9: p.2213-2223.
32. Laessoe NC, Wahlin S, Kristensen E, Pedersen TA, Giraldi A. Combined
Hormonal Contraception and Women's Sexual Function: a Cross-sectional Pilot
Study in a Cohort of Danish Women. Obstetrics & Gynecology: An International
Journal. 2014 september; 2014.
33. Traish A, Guay AT, Spark RF. The Testosterone Therapy in Women Study
Group. Are The Endocrine Society's Clinical Practice Guidelines On Androgen
Therapy In Women Misguided? a Commentary. J Sex Med. 2007; 4: p.1223-
1235.
34. Aiken ARA, Trussell J. Recent Advances in Contraception. F1000 Prime Reports.
2014 December.
35. Sakinci M, Ercan CM, Olgan S, Coksuer H, Karasahin KE, Kuru O. Comparative
Analysis of Copper Intrauterine Device Impact on Female Sexual Dysfunction
Subtypes. Taiwanese Journal of Obstetrics & Gynecology. 2016; 55: p.30-34.
36. Panchalee T, Wongwananuruk T, Augsuwatana S, Sirimai K, Tammakunto M,
Neangton C, et al. Prevalence And Associating Factors of Sexual Dysfunction in
Women Who Use Intrauterine Device (IUD) For Contraception. J Med Assoc
Thai. 2014; 97(1).
37. Koseoglu SB, Deveer R, nur Akin M, Gurbuz AS, Kasap B, Guvey H. Is There
Any Impact of Copper Intrauterine Device on Female Sexual Functioning?
Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2016 October; 10(10).
38. Fleming KL, Sokoloff A, Raine TR. Attitudes And Beliefs About The Intrauterine
Device Among Teenagers And Young Women. Contraception. 2010; 87: p.178-
82.
39. Frank JE, Mistretta P, Will J. Diagnosis and Treatment of Female Sexual
Dysfunction. American Academy of Family Physicians. 2008; 77(5).
63
`
LAMPIRAN 1 66
LAMPIRAN 2 67
Ibu-ibu Yth,
Nama saya dr. Dyah Nurvita, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan
dokterspesialis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran – Universitas
Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan oleh saya sendiri.Penelitian ini sendiri tidak memiliki efek
samping disebabkan penelitian hanya bersifat observasional.
Pada penelitian ini, saya akan mengambil data dari kuesioner pasien dan data yang
diperoleh selanjutnya dianalisa menurut statistika. Kerahasiaan pribadi ibu-ibu tetap
saya pelihara.
Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan
kepada ibu-ibu.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan ibu-ibu
yang bersedia ikut sebagai subjek penelitian dalam penelitian ini dapat mengisi
lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu yang telah berpartisipasi di dalam penelitian
ini. Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka ibu-
ibu dapat menghubungi dr. Dyah Nurvita, Departemen Obgin FK-USU
Terima kasih.
Hormat saya
(Informed Consent)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No. Telp :
Medan, / / 2017
Peserta Penelitian
( )
Dokter Peneliti
dr. Dyah Nurvita
Dept. Obstetri & Ginekologi FK USU-RSHAM
Telp.081377274981
LAMPIRAN 4 70
Underweight
Normoweight
Overweight
Obese
3. LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI : …………
- 6 bulan
- 6-12bulan
- > 12bulan
Hasrat seksual (gairah atau minat seksual) adalah perasaan yang termasuk
keinginan untuk mendapat pengalaman seksual, perasaan menerima terhadap inisiasi
dari pasangan seksual, dan pikiran atau khayalan tentang melakukan hubungan dan
aktivitas seksual.
Rangsangan seksual adalah perasaan yang termasuk aspek fisik dan mental dari
kenikmatan seksual. Ini dapat termasuk perasaan kehangatan atau kesemutan pada
alat kelamin, lubrikasi (basahnya vagina), atau kontraksi otot-otot vagina.
LAMPIRAN 5 73
11. Dalam empat minggu terakhir, ketika Anda mendapat Faktor Skor
rangsangan seksual atau bersenggama, seberapa sering pengali
Anda mencapai orgasme (klimaks)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
5 = hampir selalu atau selalu 0,4
4 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,4
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,4
2 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,4
1 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,4
12. Dalam empat minggu terakhir, ketika Anda mendapat Faktor Skor
rangsangan seksual atau bersenggama, seberapa sulit pengali
Anda mencapai orgasme (klimaks)?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
1 = amat sangat sulit atau tidak mungkin 0,4
2 = sangat sulit 0,4
3 = sulit 0,4
4 = agak sulit 0,4
5 = tidak sulit 0,4
13. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda Faktor Skor
dengan kemampuan Anda untuk mencapai orgasme pengali
(klimaks) selama senggama?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
Orgasme Jumlah
LAMPIRAN 5 77
14. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda Faktor Skor
terhadap tingkat kedekatan emosional antara Anda dan pengali
pasangan selama aktivitas seksual?
0 = tidak ada aktivitas seksual 0,4
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = kira-kira setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
15. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda dengan Faktor Skor
keintiman seksual bersama pasangan Anda? pengali
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = kira-kira setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
16. Dalam empat minggu terakhir, seberapa puas Anda dengan Faktor Skor
seluruh kehidupan seksual Anda? pengali
5 = sangat puas 0,4
4 = agak puas 0,4
3 = kira-kira setara antara puas dan tidak puas 0,4
2 = agak tidak puas 0,4
1 = sangat tidak puas 0,4
Kepuasan Jumlah
LAMPIRAN 5 78
17. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda Faktor Skor
mengalami ketidaknyamanan atau rasa nyeri selama pengali
penetrasi (masuknya) penis ke dalam vagina Anda?
0 = tidak melakukan penetrasi penis ke dalam vagina 0,4
1 = hampir selalu atau selalu 0,4
2 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,4
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,4
4 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,4
5 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,4
18. Dalam empat minggu terakhir, seberapa sering Anda Faktor Skor
merasakan pengalaman tidak nyaman atau nyeri setelah pengali
penetrasi (masuknya) penis ke dalam vagina Anda?
0 = tidak melakukan penetrasi penis ke dalam vagina 0,4
1 = hampir selalu atau selalu 0,4
2 = sering (lebih dari setengah waktu) 0,4
3 = kadang-kadang (sekitar setengah dari waktu) 0,4
4 = jarang (kurang dari setengah waktu) 0,4
5 = hampir tidak pernah atau tidak pernah 0,4
19. Dalam empat minggu terakhir, bagaimana Anda menilai Faktor Skor
tingkat ketidaknyaman atau nyeri yang Anda rasakan baik pengali
selama atau setelah masuknya penis ke dalam vagina?
0 = tidak melakukan penetrasi penis ke dalam vagina 0,4
1 = sangat tinggi 0,4
2 = tinggi 0,4
3 = sedang 0,4
4 = rendah 0,4
5 = sangat rendah atau tidak ada sama sekali 0,4
Nyeri Jumlah
79
80
LAMPIRAN 6
normal
22 36 3 >4 weight > 12 bulan 3 4.2 3.3 3.2 3.6 4 21.3 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
23 35 4 >4 weight > 12 bulan 5.4 5.4 5.1 4.4 4.4 5.2 29.9 Baik D3 IUD Non Hormonal
normal
24 45 3 2-4 weight > 12 bulan 3 3.6 2.7 3.2 4 4 20.5 Buruk SMA IUD Non Hormonal
25 42 4 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 4.5 3 3.2 4 4 22.3 Buruk SMA IUD Non Hormonal
26 38 3 2-4 overweight 6-12 bulan 3.6 4.2 3.3 3.6 4.8 4.8 24.3 Buruk D4 IUD Non Hormonal
normal
27 33 2 2-4 weight > 12 bulan 4.8 5.4 3.9 3.6 4.4 5.2 27.3 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
28 35 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.2 4.2 4 4.4 5.2 26.8 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
29 33 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 3.9 3.6 3.6 3.6 4.2 22.5 Buruk SMA IUD Non Hormonal
normal
30 27 1 1 weight > 12 bulan 4.2 4.2 4.2 4.4 4.8 4.8 26.6 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
31 29 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 4.8 4.2 4.8 5.2 4.4 27 Baik S1 IUD Non Hormonal
32 33 2 2-4 overweight > 12 bulan 3 3.6 3 3.2 3.6 4.4 20.8 Buruk SMP IUD Non Hormonal
normal
33 43 3 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3.9 3.3 3.2 4 4.8 22.8 Buruk SMP IUD Non Hormonal
34 34 2 2-4 underweight > 12 bulan 3.6 3 3.3 3.6 4 4.8 22.3 Buruk SMP IUD Non Hormonal
normal
35 36 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 4.8 3.3 3.6 4.4 5.2 24.9 Buruk SD IUD Non Hormonal
normal
36 24 1 1 weight > 12 bulan 6 5.7 5.7 4.4 4.4 4.8 31 Baik SMP IUD Non Hormonal
37 33 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.8 4.8 3.6 3.6 4 4 24.8 Buruk SMA IUD Non Hormonal
38 34 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 4.2 3.6 3.2 3.6 4 22.8 Buruk SD IUD Non Hormonal
39 44 3 2-4 overweight > 12 bulan 4.2 4.2 4.5 4.4 5.6 4.4 27.3 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
40 43 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 4.5 4.8 5.6 5.2 4 27.7 Baik D3 IUD Non Hormonal
normal
41 27 2 2-4 weight > 12 bulan 4.2 4.2 3.6 4.4 5.6 4.8 26.8 Baik D3 IUD Non Hormonal
42 42 3 2-4 overweight > 12 bulan 4.2 4.5 3.6 4.8 6 4.8 27.9 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
43 34 2 2-4 weight > 12 bulan 4.8 4.8 4.5 4 3.6 4.4 26.1 Buruk S1 IUD Non Hormonal
44 29 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.2 4.8 4.5 4.4 4 4.4 26.3 Buruk SD IUD Non Hormonal
45 33 3 2-4 overweight 6-12 bulan 3.6 3.3 2.7 3.2 3.6 4.4 20.8 Buruk SMP IUD Non Hormonal
normal
46 35 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3 2.7 3.6 3.2 5.2 21.3 Buruk SMP IUD Non Hormonal
47 42 4 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 3.9 3 3.6 3.2 5.2 22.5 Buruk D3 IUD Non Hormonal
82
normal
48 41 3 2-4 weight > 12 bulan 3 3.6 3.3 3.6 3.2 4.4 21.1 Buruk D4 IUD Non Hormonal
normal
49 36 3 2-4 weight 6-12 bulan 3 3.9 3 3.2 3.6 4.4 21.1 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
50 33 2 2-4 weight > 12 bulan 4.2 5.7 4 3.2 4.4 5.2 26.7 Baik D3 IUD Non Hormonal
normal
51 29 2 2-4 weight 6-12 bulan 6 5.7 5.7 4.4 4.4 5.2 31.4 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
52 38 3 2-4 weight 6-12 bulan 4.2 4.5 3.9 4.4 5.2 4.4 26.6 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
53 44 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3 3 4 3.6 4 21.2 Buruk SD IUD Non Hormonal
54 33 2 2-4 overweight > 12 bulan 3 3.3 3.6 3.6 4 5.2 22.7 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
55 43 3 2-4 weight > 12 bulan 4.2 3.9 3.6 3.6 4 5.2 24.5 Buruk S1 IUD Non Hormonal
normal
56 26 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 3.9 3.6 4 4 4.4 23.5 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
57 28 2 2-4 weight 6-12 bulan 3 3 3.3 3.6 4.4 4 21.3 Buruk D3 IUD Non Hormonal
58 37 3 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 3.6 3.6 4 4.4 4 23.2 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
59 38 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3.9 3.6 4 4.4 4.4 23.9 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
60 26 2 2-4 weight 6-12 bulan 5.4 4.8 3.9 4.8 4.8 4 27.7 Baik SMA IUD Non Hormonal
61 34 3 2-4 underweight > 12 bulan 3 3.3 3.6 3.2 3.6 4.8 21.5 Buruk D3 IUD Non Hormonal
62 35 3 2-4 overweight > 12 bulan 3 3 3.3 3.2 3.6 4.8 20.9 Buruk SMA IUD Non Hormonal
normal
63 42 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 2.4 3.9 3.6 2.4 3.2 19.1 Buruk SMA IUD Non Hormonal
64 24 2 2-4 overweight 6-12 bulan 3.6 2.4 3.9 3.6 2.4 3.2 19.1 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
65 31 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 3.6 5.4 5.6 5.6 6 31 Baik D4 IUD Non Hormonal
normal
66 24 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 3.6 5.4 5.6 5.6 6 31 Baik D4 IUD Non Hormonal
normal
67 30 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.8 5.4 5.6 5.6 6 32.2 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
68 38 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 2.7 3.9 3.6 2.8 2.4 19 Buruk SD IUD Non Hormonal
69 22 1 1 overweight 6-12 bulan 4.8 3.6 5.4 5.6 5.6 6 31 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
70 28 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 2.4 3.9 3.6 2.4 4 19.9 Buruk SMA IUD Non Hormonal
normal
71 26 4 2-4 weight 6-12 bulan 4.2 5.1 5.7 6 6 4 31 Baik SMA IUD Non Hormonal
normal
72 36 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 3.6 5.1 5.2 5.6 6 29.1 Baik SD IUD Non Hormonal
83
normal
73 37 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 3.6 5.4 5.6 5.6 6 31 Baik SMP IUD Non Hormonal
normal
74 44 3 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3 2.7 3.2 3.6 4.4 20.5 Buruk D3 IUD Non Hormonal
normal
75 21 1 1 weight 6-12 bulan 4.2 5.1 5.7 6 6 4 31 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
76 35 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 3.6 5.4 5.6 5.6 6 31 Baik S1 IUD Non Hormonal
77 42 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 4.2 5.4 5.2 4.8 4.8 28.6 Baik S1 IUD Non Hormonal
normal
78 33 2 2-4 weight > 12 bulan 4.2 4.2 5.2 4.8 4.8 4.4 27.6 Baik D3 IUD Non Hormonal
normal
79 25 1 1 weight 6-12 bulan 4.2 5.1 5.7 6 6 4 31 Baik D3 IUD Non Hormonal
80 32 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 4.2 5.4 5.2 4.8 4 27.8 Baik S1 IUD Non Hormonal
1 38 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.8 3.3 3.9 3.6 4 2.8 22.4 Buruk S1 Pil Hormonal
normal
2 37 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 3.6 3 3.6 4.4 3.6 21.8 Buruk S1 Pil Hormonal
normal
3 34 2 2-4 weight > 12 bulan 4.2 3.6 4.2 3.2 4 3.6 22.8 Buruk S1 Pil Hormonal
4 30 1 1 overweight > 12 bulan 4.2 4.5 3.9 5.2 4.8 4 26.6 Baik SD Pil Hormonal
normal
5 19 1 1 weight 6-12 bulan 3.6 3.6 3.6 3.6 4.4 4 22.8 Buruk SD 3 Hormonal
normal
6 34 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 3.3 3.9 4 4.4 3.6 22.8 Buruk SMA 3 Hormonal
7 21 1 1 overweight > 12 bulan 4.8 3.6 3.9 3.6 4 3.2 23.1 Buruk SMA 3 Hormonal
normal
8 34 1 1 weight 6-12 bulan 4.2 4.5 4.2 4 5.6 5.2 27.7 Baik SMA 3 Hormonal
9 23 1 1 overweight > 12 bulan 4.2 4.5 4.2 5.2 5.6 4 27.7 Baik SMA 3 Hormonal
normal
10 37 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 4.2 4.5 4.4 5.2 4.8 26.7 Baik SMA 3 Hormonal
normal
11 27 2 2-4 weight > 12 bulan 3 3.6 3.9 4.8 6 6 27.3 Baik D3 3 Hormonal
12 36 1 1 overweight 6-12 bulan 3.6 6 3.9 4 6 6 29.5 Baik D3 3 Hormonal
13 27 2 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 4.2 4.5 4 5.2 5.2 26.7 Baik D3 3 Hormonal
14 29 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.8 4.2 4.5 4.4 4.8 5.2 27.9 Baik D3 3 Hormonal
15 35 2 2-4 overweight 6-12 bulan 2.4 2.1 3 3.6 4.4 5.2 20.7 Buruk D4 3 Hormonal
16 25 1 1 overweight > 12 bulan 3.6 3.9 3.9 4.8 5.6 4.4 26.2 Buruk SMA 1 Hormonal
normal
17 20 1 1 weight > 12 bulan 3 2.4 3.3 2.4 2.8 4.4 18.3 Buruk SMA 1 Hormonal
18 32 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.8 4.2 6 5.6 4.4 6 31 Baik S1 Pil Hormonal
84
19 31 2 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 6 6 6 6 4 31.6 Baik SMP Pil Hormonal
normal
20 41 2 2-4 weight > 12 bulan 4.2 4.5 5.2 5.6 4.4 3.2 27.1 Baik SMP Pil Hormonal
normal
24 26 1 1 weight 6-12 bulan 3.6 4.5 3 3.2 4 4 22.3 Buruk SMP Pil Hormonal
normal
25 30 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 4.2 3.3 3.6 4.8 4.8 24.3 Buruk SD Pil Hormonal
normal
26 30 1 1 weight 6-12 bulan 4.8 5.4 3.9 3.6 4.4 5.2 27.3 Baik SMA Pil Hormonal
normal
27 37 4 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.2 4.2 4 4.4 5.2 26.8 Baik SMA Pil Hormonal
normal
28 26 1 1 weight 6-12 bulan 3.6 3.9 3.6 3.6 3.6 4.2 22.5 Buruk SMA Pil Hormonal
normal
29 46 4 2-4 weight 6-12 bulan 4.2 4.5 3.9 4.4 3.6 6 26.6 Baik SMA Pil Hormonal
normal
30 34 2 2-4 weight > 12 bulan 2.4 3 2.7 3.2 4 4.4 19.7 Buruk SMP 1 Hormonal
normal
31 40 3 2-4 weight > 12 bulan 3 3.6 3 3.2 3.6 4.4 20.8 Buruk D3 1 Hormonal
32 27 2 2-4 overweight > 12 bulan 4.8 4.2 3.6 4 4.8 5.2 26.6 Baik D3 1 Hormonal
normal
33 34 3 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 5.4 3.9 3.6 5.2 5.2 26.9 Baik D3 1 Hormonal
normal
34 29 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 4.8 3.6 4.4 5.2 5.2 26.8 Baik D3 1 Hormonal
normal
35 42 2 2-4 weight 6-12 bulan 6 5.7 5.7 4.4 4.4 4.8 31 Baik SMP 1 Hormonal
normal
36 33 3 2-4 weight > 12 bulan 4.8 4.2 6 5.6 4.4 6 31 Baik SMA 1 Hormonal
normal
37 28 2 2-4 weight > 12 bulan 4.8 4.2 6 5.6 4.4 6 31 Baik SMA 1 Hormonal
normal
38 40 2 2-4 weight > 12 bulan 4.8 5.1 3.9 3.6 4.8 4.8 27 Baik SMA 3 Hormonal
normal
39 22 1 1 weight 6-12 bulan 4.8 5.4 3.9 3.6 4.4 5.2 27.3 Baik SMA 1 Hormonal
normal
40 26 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.2 4.2 4 4.4 5.2 26.8 Baik D3 3 Hormonal
41 28 3 2-4 overweight 6-12 bulan 3.6 4.2 3.6 4 6 6 27.4 Baik D3 3 Hormonal
42 37 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.8 4.8 4.5 4 3.6 5.2 26.9 Baik D3 3 Hormonal
normal
43 41 5 >4 weight 6-12 bulan 4.2 4.8 5.1 4.4 4 4.4 26.9 Baik D3 3 Hormonal
normal
41 35 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.2 6 5.6 4.4 6 31 Baik D4 3 Hormonal
42 30 1 1 overweight > 12 bulan 4.8 4.2 6 5.6 4.4 6 31 Baik D4 3 Hormonal
normal
43 24 2 2-4 weight > 12 bulan 4.8 5.1 3.9 3.6 4.8 4.8 27 Baik D3 3 Hormonal
85
normal
44 28 1 1 weight > 12 bulan 4.8 4.8 4.5 4 3.6 5.2 26.9 Baik D3 3 Hormonal
45 30 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 4.8 5.1 4.4 4 4.4 26.9 Baik D3 1 Hormonal
46 41 4 2-4 Obese I 6-12 bulan 4.2 5.7 4.5 3.6 3.6 5.2 26.8 Baik S1 1 Hormonal
normal
47 35 2 2-4 weight 6-12 bulan 6 5.7 5.7 4.4 4.4 5.2 31.4 Baik S1 1 Hormonal
48 25 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 4.5 5.1 4 4.4 4.4 26.6 Baik SMA 1 Hormonal
49 20 1 1 overweight 6-12 bulan 3.6 3 3 4 3.6 4 21.2 Buruk D3 1 Hormonal
normal
50 32 2 2-4 weight 6-12 bulan 3 3.3 3.6 3.6 4 5.2 22.7 Buruk D3 1 Hormonal
normal
51 31 3 2-4 weight 6-12 bulan 4.2 5.1 4.2 3.6 4.8 4.8 26.7 Baik D3 1 Hormonal
normal
52 40 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 4.8 5.1 4.4 4 5.2 27.1 Baik SMA 1 Hormonal
normal
53 30 2 2-4 weight 6-12 bulan 3 3 3.3 3.6 4.4 4 21.3 Buruk SMA 1 Hormonal
54 42 5 >4 overweight > 12 bulan 3.6 3.6 3.6 4 4.4 4 23.2 Buruk SD 1 Hormonal
normal
55 41 6 >4 weight > 12 bulan 3.6 4.2 4.2 4.8 4.8 5.2 26.8 Baik SD 1 Hormonal
normal
56 24 1 1 weight > 12 bulan 4.2 3 2.7 2.8 3.2 4 19.9 Buruk SMP 3 Hormonal
57 35 2 2-4 Obese I 6-12 bulan 3 3.3 3.6 3.2 3.6 4.8 21.5 Buruk D4 3 Hormonal
normal
58 32 3 2-4 weight 6-12 bulan 3 3 3.3 3.2 3.6 4.8 20.9 Buruk D4 3 Hormonal
normal
59 30 2 2-4 weight 6-12 bulan 3 3.6 3.3 3.6 3.2 4.4 21.1 Buruk D3 3 Hormonal
60 40 1 1 overweight > 12 bulan 3 3.3 2.7 3.2 3.2 4.4 19.8 Buruk D3 3 Hormonal
normal
61 28 2 2-4 weight > 12 bulan 3.6 4.2 4.5 4.4 4.8 5.2 26.7 Baik SMA 3 Hormonal
62 33 3 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 3.3 3.3 3.2 4.4 5.2 23 Buruk SMP 3 Hormonal
63 25 2 2-4 overweight 6-12 bulan 3.6 3.3 3.6 3.2 3.2 4.4 21.3 Buruk SMP 3 Hormonal
normal
64 28 3 2-4 weight 6-12 bulan 4.2 5.1 3.9 4 4.8 5.2 27.2 Baik SMA 1 Hormonal
65 26 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.2 3.9 4.2 4 5.2 5.2 26.7 Baik SMA 1 Hormonal
normal
66 27 2 2-4 weight 6-12 bulan 3.6 3 3.6 3.2 5.6 5.2 24.2 Buruk D3 1 Hormonal
normal
67 41 6 >4 weight 6-12 bulan 3.6 4.2 4.5 4.8 4 5.6 26.7 Baik D3 1 Hormonal
normal
68 30 3 2-4 weight 6-12 bulan 3 3.3 3 3.2 4.4 4.8 21.7 Buruk D3 1 Hormonal
normal
69 36 3 2-4 weight 6-12 bulan 2.4 3 3 3.6 3.6 4.4 20 Buruk D3 1 Hormonal
86
normal
70 28 1 1 weight > 12 bulan 3.6 4.8 3.6 4.4 5.2 5.2 26.8 Baik D3 1 Hormonal
71 41 6 >4 Obese II > 12 bulan 3 3.3 2.7 3.2 3.2 4.8 20.2 Buruk SMP 1 Hormonal
normal
72 30 1 1 weight 6-12 bulan 2.4 3.3 2.7 2.8 3.2 4 18.4 Buruk SMP 1 Hormonal
normal
73 41 5 >4 weight > 12 bulan 4.8 4.2 5.4 5.6 4.4 6 30.4 Baik SMA 3 Hormonal
normal
74 38 3 2-4 weight > 12 bulan 4.8 4.2 5.4 5.6 4.4 6 30.4 Baik SMA 3 Hormonal
75 35 2 2-4 overweight 6-12 bulan 4.8 5.1 3.9 3.6 4.8 4.8 27 Baik SMA 3 Hormonal
normal
76 42 5 >4 weight 6-12 bulan 4.8 3.6 3.9 3.2 4.4 4.4 24.3 Buruk D3 3 Hormonal
normal
77 24 1 1 weight 6-12 bulan 2.4 3.3 3.3 3.2 3.2 4.4 19.8 Buruk D3 Pil Hormonal
78 31 3 2-4 overweight > 12 bulan 3.6 3.9 5.4 5.6 4.8 4.8 28.1 Baik D3 Pil Hormonal
normal
79 35 2 2-4 weight 6-12 bulan 4.8 4.8 5.4 5.6 5.6 6 32.2 Baik D3 3 Hormonal
normal
80 24 1 1 weight 6-12 bulan 3.6 3.6 4.2 4.4 4.8 4 24.6 Buruk D3 3 Hormonal
LAMPIRAN 787
ANALISA STATISTIK
Crosstabs
KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Usia (tahun) 20 - 30 Count 24 21 45
% within KEL. PENELITIAN 30,0% 26,3% 28,1%
31 - 40 Count 41 42 83
% within KEL. PENELITIAN 51,3% 52,5% 51,9%
>40 Count 15 17 32
% within KEL. PENELITIAN 18,8% 21,3% 20,0%
Total Count 80 80 160
% within KEL. PENELITIAN 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point
Value df sided) sided) sided) Probability
a
Pearson Chi-Square ,337 2 ,845 ,832
Likelihood Ratio ,337 2 ,845 ,832
Fisher's Exact Test ,359 ,832
b
Linear-by-Linear ,327 1 ,567 ,648 ,324 ,077
Association
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.
b. The standardized statistic is ,572.
88
LAMPIRAN 7
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square ,261a 2 ,878 ,875
Likelihood Ratio ,261 2 ,878 ,875
Fisher's Exact Test ,305 ,875
b
Linear-by-Linear Association ,021 1 ,886 1,000 ,500 ,113
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,50.
b. The standardized statistic is ,143.
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 2,083a 3 ,555
Likelihood Ratio 2,856 3 ,414
N of Valid Cases 160
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square ,229 1 ,632 ,750 ,375
b
Continuity Correction ,102 1 ,750
Likelihood Ratio ,229 1 ,632 ,750 ,375
Fisher's Exact Test ,750 ,375
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 34,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square ,541a 3 ,910 ,912
Likelihood Ratio ,544 3 ,909 ,912
Fisher's Exact Test ,591 ,917
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,47.
LAMPIRAN 792
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Hasrat ,180 160 ,000 ,935 160 ,000
Rangsangan ,110 160 ,000 ,980 160 ,020
Lubrikasi ,143 160 ,000 ,937 160 ,000
Orgasme ,177 160 ,000 ,910 160 ,000
Kepuasan ,127 160 ,000 ,961 160 ,000
Nyeri ,125 160 ,000 ,946 160 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Report
KEL. PENELITIAN Hasrat Rangsangan Lubrikasi Orgasme Kepuasan Nyeri
Hormonal N 80 80 80 80 80 80
Mean 3,937 4,121 4,100 4,070 4,405 4,818
Std. Deviation ,7978 ,8360 ,9158 ,8268 ,7463 ,7518
Median 3,600 4,200 3,900 4,000 4,400 4,800
Minimum 2,4 2,1 2,7 2,4 2,8 2,8
Maximum 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
Non Hormonal N 80 80 80 80 80 80
Mean 4,135 4,166 4,225 4,315 4,540 4,628
Std. Deviation ,7642 ,8157 ,9323 ,9039 ,9862 ,7774
Median 4,200 4,200 4,100 4,000 4,400 4,400
Minimum 2,4 2,4 2,7 3,2 2,4 2,4
Maximum 6,0 5,7 5,7 6,0 6,0 6,0
Total N 160 160 160 160 160 160
Mean 4,036 4,144 4,163 4,192 4,472 4,723
Std. Deviation ,7850 ,8236 ,9233 ,8722 ,8744 ,7682
Median 4,200 4,200 3,900 4,000 4,400 4,800
Minimum 2,4 2,1 2,7 2,4 2,4 2,4
Maximum 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
LAMPIRAN 7 93
Mann-Whitney Test
Ranks
KEL. PENELITIAN N Mean Rank Sum of Ranks
Hasrat Hormonal 80 75,45 6036,00
dimension1
Non Hormonal 80 85,55 6844,00
Total 160
Rangsangan Hormonal 80 78,91 6313,00
dimension1
Non Hormonal 80 82,09 6567,00
Total 160
Lubrikasi Hormonal 80 77,70 6216,00
dimension1
Non Hormonal 80 83,30 6664,00
Total 160
Orgasme Hormonal 80 74,80 5984,00
dimension1
Non Hormonal 80 86,20 6896,00
Total 160
Kepuasan Hormonal 80 76,81 6144,50
dimension1
Non Hormonal 80 84,19 6735,50
Total 160
Nyeri Hormonal 80 86,81 6945,00
dimension1
Non Hormonal 80 74,19 5935,00
Total 160
Test Statisticsa
Hasrat Rangsangan Lubrikasi Orgasme Kepuasan Nyeri
Mann-Whitney U 2796,000 3073,000 2976,000 2744,000 2904,500 2695,000
Wilcoxon W 6036,000 6313,000 6216,000 5984,000 6144,500 5935,000
Z -1,420 -,437 -,769 -1,578 -1,020 -1,751
Asymp. Sig. (2-tailed) ,156 ,662 ,442 ,114 ,308 ,080
a. Grouping Variable: KEL. PENELITIAN
LAMPIRAN 2
Ibu-ibu Yth,
Nama saya dr. Dyah Nurvita, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan
dokterspesialis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran – Universitas Sumatera
Utara.
Penelitian ini dilakukan oleh saya sendiri.Penelitian ini sendiri tidak memiliki efek samping
disebabkan penelitian hanya bersifat observasional.
Pada penelitian ini, saya akanmengambil data darikuesionerpasiendan data yang diperoleh
selanjutnya dianalisa menurut statistika. Kerahasiaan pribadi ibu-ibu tetap saya pelihara.
Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan kepada
ibu-ibu.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan ibu-ibuyang
bersediaikut sebagai subjekpenelitian dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan
turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.
Terimakasih saya ucapkan kepada ibuyang telah berpartisipasi di dalam penelitian ini. Jika
selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka ibu-ibu dapat
menghubungi dr. Qisthi Aufa Lubis, Departemen Obgin FK-USU
Apabilasewaktu-waktuibu-ibuinginbertanyamengenaipenelitian, ibu-
ibudapatmenghubungisaya di no 081264971230.
Terima kasih.
Medan,November 2017
Hormat saya
(Informed Consent)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No. Telp :
( )
Dokter Peneliti
dr. Dyah Nurvita
Dept. Obstetri & Ginekologi FK USU-RSHAM
Telp.081377274981
LAMPIRAN 4
Paritas : _____________________
Underweight
Normoweight
Overweight
Obese I
Obese II
Aktivitas seksual adalah termasuk bercumbu, foreplay, masturbasi dan penetrasi vagina.
Rangsangan seksual adalah termasuk situasi seperti foreplay dengan pasangan, merangsang
diri sendiri (masturbasi), atau khayalan seksual.
Hasrat seksual (gairah atau minat seksual) adalah perasaan yang termasuk keinginan
untuk mendapat pengalaman seksual, perasaan menerima terhadap inisiasi dari pasangan
seksual, dan pikiran atau khayalan tentang melakukan hubungan dan aktivitas seksual.
Rangsangan seksual adalah perasaan yang termasuk aspek fisik dan mental dari kenikmatan
seksual. Ini dapat termasuk perasaan kehangatan atau kesemutan pada alat kelamin, lubrikasi
(basahnya vagina), atau kontraksi otot-otot vagina.
Lingkari hanya pada satu jawaban yang sesuai
1 26 2 60 1,6 23,4 normal weight 6-12 bulan 4,2 4,5 5,4 5,6 6,0 6,0 31,7 Baik D3 IUD
2 31 2 62 1,57 25,2 Overweight 6-12 bulan 4,2 3,9 4,2 3,6 2,4 2,8 21,1 Buruk SMA IUD
3 39 3 70 1,6 27,3 Overweight > 12 bulan 3,6 5,4 5,7 6,0 6,0 6,0 32,7 Baik SMA IUD
4 39 4 78 1,53 33,3 Obese > 12 bulan 4,8 5,7 5,7 5,6 5,6 5,2 32,6 Baik S1 IUD
5 45 2 50 1,5 22,2 normal weight > 12 bulan 4,8 5,1 3,6 5,2 5,2 4,4 28,3 Baik D3 IUD
6 39 2 58 1,6 22,7 normal weight > 12 bulan 2,4 3,9 5,4 4,4 4,4 4,0 24,5 Buruk D3 IUD
7 38 3 52 1,53 22,2 normal weight > 12 bulan 3,6 4,5 5,4 6,0 6,0 5,6 31,1 Baik D3 IUD
8 47 2 70 1,5 31,1 Obese > 12 bulan 4,8 3,9 4,5 5,6 4,8 5,6 29,2 Baik SMA IUD
9 43 2 50 1,6 19,5 normal weight > 12 bulan 4,8 3,9 5,7 4,8 4,4 3,6 27,2 Baik SMA IUD
10 33 2 60 1,54 25,3 Overweight 6-12 bulan 6,0 5,4 5,7 6,0 6,0 6,0 35,1 Baik SMA IUD
11 29 2 70 1,5 31,1 Obese > 12 bulan 4,2 3,6 4,5 4,8 6,0 3,6 26,7 Baik S1 IUD
12 34 3 56 1,6 21,9 normal weight > 12 bulan 4,2 4,2 4,2 4,4 4,8 4,8 26,6 Baik S1 IUD
13 23 1 55 1,62 21,0 normal weight 6-12 bulan 4,8 5,1 4,5 4,0 4,0 4,8 27,2 Baik SMA IUD
14 27 2 67 1,63 25,2 Overweight 6-12 bulan 4,4 4,2 4,2 4,8 4,8 4,8 27,2 Baik SMA IUD
15 42 3 64 1,6 25,0 normal weight > 12 bulan 4,2 5,1 3,9 4,0 5,6 4,4 27,2 Baik SMA IUD
16 34 2 53 1,57 21,5 normal weight > 12 bulan 4,8 4,2 4,2 4,4 5,6 4,0 27,2 Baik SMP IUD
17 39 2 63 1,6 24,6 normal weight > 12 bulan 4,8 4,2 4,2 4,0 5,2 4,4 26,8 Baik SMP IUD
18 32 3 55 1,58 22,0 normal weight 6-12 bulan 5,4 3,9 4,5 3,6 5,6 4,4 27,4 Baik D4 IUD
19 39 3 69 1,56 28,4 overweight > 12 bulan 4,2 5,4 3,3 3,6 4,0 5,2 25,7 Buruk D3 IUD
LAMPIRAN 6
20 37 2 59 1,53 25,2 overweight > 12 bulan 4,8 4,8 3,6 3,6 4,0 4,4 25,2 Buruk S1 IUD
21 37 3 56 1,6 21,9 normal weight 6-12 bulan 5,4 4,5 4,5 4,0 4,8 4,0 27,2 Baik D3 IUD
22 36 3 59 1,62 22,5 normal weight > 12 bulan 3,0 4,2 3,3 3,2 3,6 4,0 21,3 Buruk D3 IUD
23 35 4 51 1,59 20,2 normal weight > 12 bulan 5,4 5,4 5,1 4,4 4,4 5,2 29,9 Baik D3 IUD
24 45 3 62 1,6 24,2 normal weight > 12 bulan 3,0 3,6 2,7 3,2 4,0 4,0 20,5 Buruk SMA IUD
25 42 4 70 1,6 27,3 overweight > 12 bulan 3,6 4,5 3,0 3,2 4,0 4,0 22,3 Buruk SMA IUD
26 38 3 65 1,57 26,4 overweight 6-12 bulan 3,6 4,2 3,3 3,6 4,8 4,8 24,3 Buruk D4 IUD
27 33 2 49 1,5 21,8 normal weight > 12 bulan 4,8 5,4 3,9 3,6 4,4 5,2 27,3 Baik S1 IUD
28 35 2 57 1,62 21,7 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,2 4,2 4,0 4,4 5,2 26,8 Baik SMA IUD
29 33 3 50 1,56 20,5 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,9 3,6 3,6 3,6 4,2 22,5 Buruk SMA IUD
30 27 1 56 1,59 22,2 normal weight > 12 bulan 4,2 4,2 4,2 4,4 4,8 4,8 26,6 Baik SMA IUD
31 29 2 55 1,6 21,5 normal weight > 12 bulan 3,6 4,8 4,2 4,8 5,2 4,4 27,0 Baik S1 IUD
32 33 2 57 1,5 25,3 overweight > 12 bulan 3,0 3,6 3,0 3,2 3,6 4,4 20,8 Buruk SMP IUD
33 45 3 59 1,55 24,6 normal weight > 12 bulan 3,6 3,9 3,3 3,2 4,0 4,8 22,8 Buruk SMP IUD
34 34 2 45 1,56 18,5 underweight > 12 bulan 3,6 3,0 3,3 3,6 4,0 4,8 22,3 Buruk SMP IUD
35 36 3 60 1,61 23,1 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,8 3,3 3,6 4,4 5,2 24,9 Buruk SD IUD
36 24 1 52 1,62 19,8 normal weight > 12 bulan 6,0 5,7 5,7 4,4 4,4 4,8 31,0 Baik SMP IUD
37 33 2 65 1,56 26,7 overweight > 12 bulan 4,8 4,8 3,6 3,6 4,0 4,0 24,8 Buruk SMA IUD
38 34 2 69 1,58 27,6 overweight 6-12 bulan 4,2 4,2 3,6 3,2 3,6 4,0 22,8 Buruk SD IUD
39 44 3 67 1,59 26,5 overweight > 12 bulan 4,2 4,2 4,5 4,4 5,6 4,4 27,3 Baik SMA IUD
40 43 2 63 1,59 24,9 normal weight > 12 bulan 3,6 4,5 4,8 5,6 5,2 4,0 27,7 Baik D3 IUD
41 27 2 50 1,56 20,5 normal weight > 12 bulan 4,2 4,2 3,6 4,4 5,6 4,8 26,8 Baik D3 IUD
42 42 3 67 1,56 27,5 overweight > 12 bulan 4,2 4,5 3,6 4,8 6 4,8 27,9 Baik SMA IUD
43 34 2 60 1,59 23,7 normal weight > 12 bulan 4,8 4,8 4,5 4,0 3,6 4,4 26,1 Buruk S1 IUD
LAMPIRAN 6
44 29 2 65 1,6 25,4 overweight > 12 bulan 4,2 4,8 4,5 4,4 4,0 4,4 26,3 Buruk SD IUD
45 33 3 68 1,56 27,9 overweight 6-12 bulan 3,6 3,3 2,7 3,2 3,6 4,4 20,8 Buruk SMP IUD
46 35 2 56 1,6 21,9 normal weight > 12 bulan 3,6 3,0 2,7 3,6 3,2 5,2 21,3 Buruk SMP IUD
47 42 4 65 1,55 27,1 overweight > 12 bulan 3,6 3,9 3,0 3,6 3,2 5,2 22,5 Buruk D3 IUD
48 41 3 57 1,52 24,7 normal weight > 12 bulan 3,0 3,6 3,3 3,6 3,2 4,4 21,1 Buruk D4 IUD
49 36 3 59 1,6 23,0 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,9 3,0 3,2 3,6 4,4 21,1 Buruk D3 IUD
50 33 2 58 1,6 22,7 normal weight > 12 bulan 4,2 5,7 4,0 3,2 4,4 5,2 26,7 Baik D3 IUD
51 29 2 62 1,62 23,6 normal weight 6-12 bulan 6,0 5,7 5,7 4,4 4,4 5,2 31,4 Baik S1 IUD
52 38 3 60 1,6 23,4 normal weight 6-12 bulan 4,2 4,5 3,9 4,4 5,2 4,4 26,6 Baik S1 IUD
53 44 2 56 1,6 21,9 normal weight > 12 bulan 3,6 3,0 3,0 4,0 3,6 4,0 21,2 Buruk SD IUD
54 33 2 65 1,56 26,7 overweight > 12 bulan 3,0 3,3 3,6 3,6 4,0 5,2 22,7 Buruk D3 IUD
55 43 3 56 1,57 22,7 normal weight > 12 bulan 4,2 3,9 3,6 3,6 4,0 5,2 24,5 Buruk S1 IUD
56 26 2 58 1,53 24,8 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,9 3,6 4,0 4,0 4,4 23,5 Buruk D3 IUD
57 28 2 69 1,67 24,7 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,0 3,3 3,6 4,4 4,0 21,3 Buruk D3 IUD
58 37 3 72 1,56 29,6 overweight > 12 bulan 3,6 3,6 3,6 4,0 4,4 4,0 23,2 Buruk D3 IUD
59 38 2 57 1,6 22,3 normal weight > 12 bulan 3,6 3,9 3,6 4,0 4,4 4,4 23,9 Buruk D3 IUD
60 26 2 56 1,54 23,6 normal weight 6-12 bulan 5,4 4,8 3,9 4,8 4,8 4,0 27,7 Baik SMA IUD
61 34 3 44 1,58 17,6 underweight > 12 bulan 3,0 3,3 3,6 3,2 3,6 4,8 21,5 Buruk D3 IUD
62 35 3 65 1,58 26,0 overweight > 12 bulan 3,0 3,0 3,3 3,2 3,6 4,8 20,9 Buruk SMA IUD
63 42 2 60 1,58 24,0 normal weight 6-12 bulan 3,6 2,4 3,9 3,6 2,4 3,2 19,1 Buruk SMA IUD
64 24 2 65 1,57 26,4 overweight 6-12 bulan 3,6 2,4 3,9 3,6 2,4 3,2 19,1 Buruk D3 IUD
65 31 2 61 1,58 24,4 normal weight 6-12 bulan 4,8 3,6 5,4 5,6 5,6 6,0 31,0 Baik D4 IUD
66 24 2 60 1,58 24,0 normal weight 6-12 bulan 4,8 3,6 5,4 5,6 5,6 6,0 31,0 Baik D4 IUD
67 30 2 59 1,55 24,6 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,8 5,4 5,6 5,6 6,0 32,2 Baik SMA IUD
LAMPIRAN 6
68 38 3 58 1,56 23,8 normal weight 6-12 bulan 3,6 2,7 3,9 3,6 2,8 2,4 19,0 Buruk SD IUD
69 22 1 65 1,6 25,4 overweight 6-12 bulan 4,8 3,6 5,4 5,6 5,6 6,0 31,0 Baik SMA IUD
70 28 2 61 1,58 24,4 normal weight 6-12 bulan 3,6 2,4 3,9 3,6 2,4 4,0 19,9 Buruk SMA IUD
71 26 4 59 1,56 24,2 normal weight 6-12 bulan 4,2 5,1 5,7 6,0 6,0 4,0 31,0 Baik SMA IUD
72 36 3 57 1,55 23,7 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,6 5,1 5,2 5,6 6,0 29,1 Baik SD IUD
73 37 2 59 1,57 23,9 normal weight 6-12 bulan 4,8 3,6 5,4 5,6 5,6 6,0 31,0 Baik SMP IUD
74 44 3 60 1,56 24,7 normal weight > 12 bulan 3,6 3,0 2,7 3,2 3,6 4,4 20,5 Buruk D3 IUD
75 21 1 57 1,55 23,7 normal weight 6-12 bulan 4,2 5,1 5,7 6,0 6,0 4,0 31,0 Baik S1 IUD
76 35 2 60 1,57 24,3 normal weight 6-12 bulan 4,8 3,6 5,4 5,6 5,6 6,0 31,0 Baik S1 IUD
77 42 2 65 1,58 26,0 overweight 6-12 bulan 4,2 4,2 5,4 5,2 4,8 4,8 28,6 Baik S1 IUD
78 33 2 61 1,57 24,7 normal weight > 12 bulan 4,2 4,2 5,2 4,8 4,8 4,4 27,6 Baik D3 IUD
79 25 1 59 1,56 24,2 normal weight 6-12 bulan 4,2 5,1 5,7 6,0 6,0 4,0 31,0 Baik D3 IUD
80 32 2 64 1,59 25,3 overweight 6-12 bulan 4,2 4,2 5,4 5,2 4,8 4 27,8 Baik S1 IUD
LAMPIRAN 6
24 26 1 55 1,6 21,5 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,5 3,0 3,2 4,0 4,0 22,3 Buruk Pil SMP
25 30 3 49 1,59 19,4 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,2 3,3 3,6 4,8 4,8 24,3 Buruk pil SD
26 30 1 56 1,61 21,6 normal weight 6-12 bulan 4,8 5,4 3,9 3,6 4,4 5,2 27,3 Baik pil SMA
27 37 4 59 1,59 23,3 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,2 4,2 4,0 4,4 5,2 26,8 Baik pil SMA
28 26 1 65 1,62 24,8 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,9 3,6 3,6 3,6 4,2 22,5 Buruk pil SMA
29 46 4 60 1,59 23,7 normal weight 6-12 bulan 4,2 4,5 3,9 4,4 3,6 6,0 26,6 Baik pil SMA
30 34 2 59 1,6 23,0 normal weight >12 bulan 2,4 3,0 2,7 3,2 4,0 4,4 19,7 Buruk Inj 1 bln SMP
31 40 3 62 1,63 23,3 normal weight >12 bulan 3,0 3,6 3,0 3,2 3,6 4,4 20,8 Buruk Inj 1 bln D3
32 27 2 71 1,64 26,4 Overweight >12 bulan 4,8 4,2 3,6 4,0 4,8 5,2 26,6 Baik Inj 1 bln D3
33 34 3 52 1,57 21,1 normal weight 6-12 bulan 3,6 5,4 3,9 3,6 5,2 5,2 26,9 Baik Inj 1 bln D3
34 29 2 62 1,59 24,5 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,8 3,6 4,4 5,2 5,2 26,8 Baik Inj 1 bln D3
35 42 2 64 1,63 24,1 normal weight 6-12 bulan 6,0 5,7 5,7 4,4 4,4 4,8 31,0 Baik Inj 1 bln SMP
36 33 3 55 1,52 23,8 normal weight > 12 bulan 4,8 4,2 6,0 5,6 4,4 6,0 31,0 Baik Inj 1 bln SMA
37 28 2 64 1,6 25,0 normal weight > 12 bulan 4,8 4,2 6,0 5,6 4,4 6,0 31,0 Baik Inj 1 bln SMA
38 40 2 50 1,59 19,8 normal weight > 12 bulan 4,8 5,1 3,9 3,6 4,8 4,8 27,0 Baik Inj 3 bln SMA
39 22 1 57 1,6 22,3 normal weight 6-12 bulan 4,8 5,4 3,9 3,6 4,4 5,2 27,3 Baik Inj 1 bln SMA
40 26 2 60 1,61 23,1 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,2 4,2 4,0 4,4 5,2 26,8 Baik Inj 3 bln D3
41 28 3 65 1,6 25,4 Overweight 6-12 bulan 3,6 4,2 3,6 4,0 6,0 6,0 27,4 Baik Inj 3 bln D3
42 37 2 72 1,65 26,4 Overweight 6-12 bulan 4,8 4,8 4,5 4,0 3,6 5,2 26,9 Baik Inj 3 bln D3
43 46 5 55 1,6 21,5 normal weight 6-12 bulan 4,2 4,8 5,1 4,4 4,0 4,4 26,9 Baik Inj 3 bln D3
41 35 2 57 1,59 22,5 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,2 6,0 5,6 4,4 6,0 31,0 Baik Inj 3 bln D4
42 30 1 66 1,61 25,5 Overweight > 12 bulan 4,8 4,2 6,0 5,6 4,4 6,0 31,0 Baik Inj 3 bln D4
43 24 2 50 1,54 21,1 normal weight > 12 bulan 4,8 5,1 3,9 3,6 4,8 4,8 27,0 Baik Inj 3 bln D3
44 28 1 54 1,56 22,2 normal weight > 12 bulan 4,8 4,8 4,5 4,0 3,6 5,2 26,9 Baik Inj 3 bln D3
45 30 2 68 1,6 26,6 Overweight 6-12 bulan 4,2 4,8 5,1 4,4 4,0 4,4 26,9 Baik Inj 1 bln D3
LAMPIRAN 6
46 41 4 75 1,5 33,3 Obese 6-12 bulan 4,2 5,7 4,5 3,6 3,6 5,2 26,8 Baik Inj 1 bln S1
47 35 2 49 1,52 21,2 normal weight 6-12 bulan 6,0 5,7 5,7 4,4 4,4 5,2 31,4 Baik Inj 1 bln S1
48 25 2 58 1,5 25,8 Overweight 6-12 bulan 4,2 4,5 5,1 4,0 4,4 4,4 26,6 Baik Inj 1 bln SMA
49 20 1 60 1,5 26,7 Overweight 6-12 bulan 3,6 3,0 3,0 4,0 3,6 4,0 21,2 Buruk Inj 1 bln D3
50 32 2 55 1,5 24,4 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,3 3,6 3,6 4,0 5,2 22,7 Buruk Inj 1 bln D3
51 31 3 57 1,59 22,5 normal weight 6-12 bulan 4,2 5,1 4,2 3,6 4,8 4,8 26,7 Baik Inj 1 bln D3
52 40 2 63 1,6 24,6 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,8 5,1 4,4 4,0 5,2 27,1 Baik Inj 1 bln SMA
53 30 2 54 1,56 22,2 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,0 3,3 3,6 4,4 4,0 21,3 Buruk Inj 1 bln SMA
54 42 5 67 1,55 27,9 Overweight > 12 bulan 3,6 3,6 3,6 4,0 4,4 4,0 23,2 Buruk Inj 1 bln SD
55 45 6 70 1,68 24,8 normal weight > 12 bulan 3,6 4,2 4,2 4,8 4,8 5,2 26,8 Baik Inj 1 bln SD
56 24 1 50 1,55 20,8 normal weight > 12 bulan 4,2 3,0 2,7 2,8 3,2 4,0 19,9 Buruk Inj 3 bln SMP
57 35 2 80 1,6 31,3 Obese 6-12 bulan 3,0 3,3 3,6 3,2 3,6 4,8 21,5 Buruk Inj 3 bln D4
58 32 3 58 1,55 24,1 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,0 3,3 3,2 3,6 4,8 20,9 Buruk Inj 3 bln D4
59 30 2 60 1,65 22,0 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,6 3,3 3,6 3,2 4,4 21,1 Buruk Inj 3 bln D3
60 40 1 67 1,6 26,2 Overweight > 12 bulan 3,0 3,3 2,7 3,2 3,2 4,4 19,8 Buruk Inj 3 bln D3
61 28 2 55 1,6 21,5 normal weight > 12 bulan 3,6 4,2 4,5 4,4 4,8 5,2 26,7 Baik Inj 3 bln SMA
62 33 3 63 1,55 26,2 Overweight > 12 bulan 3,6 3,3 3,3 3,2 4,4 5,2 23,0 Buruk Inj 3 bln SMP
63 25 2 60 1,5 26,7 Overweight 6-12 bulan 3,6 3,3 3,6 3,2 3,2 4,4 21,3 Buruk Inj 3 bln SMP
64 28 3 58 1,55 24,1 normal weight 6-12 bulan 4,2 5,1 3,9 4,0 4,8 5,2 27,2 Baik Inj 1 bln SMA
65 26 2 62 1,55 25,8 Overweight 6-12 bulan 4,2 3,9 4,2 4,0 5,2 5,2 26,7 Baik Inj 1 bln SMA
66 27 2 55 1,65 20,2 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,0 3,6 3,2 5,6 5,2 24,2 Buruk Inj 1 bln D3
67 45 6 57 1,63 21,5 normal weight 6-12 bulan 3,6 4,2 4,5 4,8 4,0 5,6 26,7 Baik Inj 1 bln D3
68 30 3 61 1,65 22,4 normal weight 6-12 bulan 3,0 3,3 3,0 3,2 4,4 4,8 21,7 Buruk Inj 1 bln D3
69 36 3 50 1,5 22,2 normal weight 6-12 bulan 2,4 3,0 3,0 3,6 3,6 4,4 20,0 Buruk Inj 1 bln D3
LAMPIRAN 6
70 28 1 65 1,65 23,9 normal weight > 12 bulan 3,6 4,8 3,6 4,4 5,2 5,2 26,8 Baik Inj 1 bln D3
71 45 6 105 1,68 37,2 Obese > 12 bulan 3,0 3,3 2,7 3,2 3,2 4,8 20,2 Buruk Inj 1 bln SMP
72 30 1 62 1,6 24,2 normal weight 6-12 bulan 2,4 3,3 2,7 2,8 3,2 4,0 18,4 Buruk Inj 1 bln SMP
73 43 5 55 1,5 24,4 normal weight >12 bulan 4,8 4,2 5,4 5,6 4,4 6,0 30,4 Baik Inj 3 bln SMA
74 38 3 57 1,55 23,7 normal weight >12 bulan 4,8 4,2 5,4 5,6 4,4 6,0 30,4 Baik Inj 3 bln SMA
75 35 2 60 1,5 26,7 overweight 6-12 bulan 4,8 5,1 3,9 3,6 4,8 4,8 27,0 Baik Inj 3 bln SMA
76 43 5 58 1,65 21,3 normal weight 6-12 bulan 4,8 3,6 3,9 3,2 4,4 4,4 24,3 Buruk Inj 3 bln D3
77 24 1 63 1,65 23,1 normal weight 6-12 bulan 2,4 3,3 3,3 3,2 3,2 4,4 19,8 Buruk pil D3
78 31 3 64 1,59 25,3 overweight > 12 bulan 3,6 3,9 5,4 5,6 4,8 4,8 28,1 Baik pil D3
79 35 2 56 1,54 23,6 normal weight 6-12 bulan 4,8 4,8 5,4 5,6 5,6 6 32,2 Baik Inj 3 bln D3
80 24 1 59 1,57 23,9 normal weight 6-12 bulan 3,6 3,6 4,2 4,4 4,8 4 24,6 Buruk Inj 3 bln D3
Lampiran
Crosstabs
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point
Value df (2-sided) sided) sided) Probability
Pearson Chi-Square ,337a 2 ,845 ,832
Likelihood Ratio ,337 2 ,845 ,832
Fisher's Exact Test ,359 ,832
b
Linear-by-Linear ,327 1 ,567 ,648 ,324 ,077
Association
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.
b. The standardized statistic is ,572.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided) Point Probability
Pearson Chi-Square ,261a 2 ,878 ,875
Likelihood Ratio ,261 2 ,878 ,875
Fisher's Exact Test ,305 ,875
Linear-by-Linear ,021b 1 ,886 1,000 ,500 ,113
Association
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,50.
b. The standardized statistic is ,143.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided)
Pearson Chi-Square 3,283a 4 ,512 ,613
Likelihood Ratio 4,444 4 ,349 ,571
Fisher's Exact Test 2,922 ,709
N of Valid Cases 160
a. 6 cells (60,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
,50.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4,289 5 ,509 ,518
Likelihood Ratio 4,384 5 ,496 ,515
Fisher's Exact Test 4,351 ,507
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5,00.
Crosstab
KEL. PENELITIAN
Hormonal Non Hormonal Total
Lama Pemakaian > 12 bulan Count 34 45 79
KB (Bln) % within KEL. 42,5% 56,3% 49,4%
PENELITIAN
6-12 bulan Count 46 35 81
% within KEL. 57,5% 43,8% 50,6%
PENELITIAN
Total Count 80 80 160
% within KEL. 100,0% 100,0% 100,0%
PENELITIAN
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3,025 1 ,082 ,114 ,057
b
Continuity Correction 2,500 1 ,114
Likelihood Ratio 3,035 1 ,081 ,114 ,057
Fisher's Exact Test ,114 ,057
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,229a 1 ,632 ,750 ,375
Continuity Correctionb ,102 1 ,750
Likelihood Ratio ,229 1 ,632 ,750 ,375
Fisher's Exact Test ,750 ,375
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 34,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,541 3 ,910 ,912
Likelihood Ratio ,544 3 ,909 ,912
Fisher's Exact Test ,591 ,917
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6,47.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasrat ,180 160 ,000 ,935 160 ,000
Rangsangan ,110 160 ,000 ,980 160 ,020
Lubrikasi ,143 160 ,000 ,937 160 ,000
Orgasme ,177 160 ,000 ,910 160 ,000
Kepuasan ,127 160 ,000 ,961 160 ,000
Nyeri ,125 160 ,000 ,946 160 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Report
KEL. PENELITIAN Hasrat Rangsangan Lubrikasi Orgasme Kepuasan Nyeri
Hormonal N 80 80 80 80 80 80
Mean 3,937 4,121 4,100 4,070 4,405 4,818
Std. Deviation ,7978 ,8360 ,9158 ,8268 ,7463 ,7518
Median 3,600 4,200 3,900 4,000 4,400 4,800
Minimum 2,4 2,1 2,7 2,4 2,8 2,8
Maximum 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
Non Hormonal N 80 80 80 80 80 80
Mean 4,135 4,166 4,225 4,315 4,540 4,628
Std. Deviation ,7642 ,8157 ,9323 ,9039 ,9862 ,7774
Median 4,200 4,200 4,100 4,000 4,400 4,400
Minimum 2,4 2,4 2,7 3,2 2,4 2,4
Maximum 6,0 5,7 5,7 6,0 6,0 6,0
Total N 160 160 160 160 160 160
Mean 4,036 4,144 4,163 4,192 4,472 4,723
Std. Deviation ,7850 ,8236 ,9233 ,8722 ,8744 ,7682
Median 4,200 4,200 3,900 4,000 4,400 4,800
Minimum 2,4 2,1 2,7 2,4 2,4 2,4
Maximum 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
Mann-Whitney Test
Ranks
KEL. PENELITIAN N Mean Rank Sum of Ranks
Hasrat Hormonal 80 75,45 6036,00
dimension1
Non Hormonal 80 85,55 6844,00
Total 160
Rangsangan Hormonal 80 78,91 6313,00
dimension1
Non Hormonal 80 82,09 6567,00
Total 160
Lubrikasi Hormonal 80 77,70 6216,00
dimension1
Non Hormonal 80 83,30 6664,00
Total 160
Orgasme Hormonal 80 74,80 5984,00
dimension1
Non Hormonal 80 86,20 6896,00
Total 160
Kepuasan Hormonal 80 76,81 6144,50
dimension1
Non Hormonal 80 84,19 6735,50
Total 160
Nyeri Hormonal 80 86,81 6945,00
dimension1
Non Hormonal 80 74,19 5935,00
Total 160
Test Statisticsa
Hasrat Rangsangan Lubrikasi Orgasme Kepuasan Nyeri
Mann-Whitney U 2796,000 3073,000 2976,000 2744,000 2904,500 2695,000
Wilcoxon W 6036,000 6313,000 6216,000 5984,000 6144,500 5935,000
Z -1,420 -,437 -,769 -1,578 -1,020 -1,751
Asymp. Sig. (2-tailed) ,156 ,662 ,442 ,114 ,308 ,080
a. Grouping Variable: KEL. PENELITIAN