BIRINGKANAYA
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG................................................................................................2
B. TUJUAN DAN KEGUNAAN...................................................................................4
C. LANDASAN HUKUM..............................................................................................5
D. RUANG LINGKUP...................................................................................................6
E. METODE DAN PENDEKATAN..............................................................................7
F. RENCANA KERJA.................................................................................................25
G. KELUARAN............................................................................................................26
2
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
A. LATAR BELAKANG
UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa dalam sistem
penyelenggaraan tata ruang, terdapat empat aspek yang dilakukan yaitu aspek
pengaturan tata ruang, pembinaan tata ruang, pelaksanaan penataan ruang dan
pengawasan penataan ruang. Di dalam aspek pelaksanaan penataan ruang meliputi
tiga kegiatan yang dilaksanakan yaitu perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi.
Seperti diketahui bahwa ruang kota memiliki kemampuan, keterbatasan serta
kesempatan ekonomi yang tidak sama. Sementara itu desakan permintaan akan lahan
sebagai akibat pesatnya pertumbuhan fisik dan transformasi sosial ekonomi
masyarakat seringkali tidak sejalan dengan kesiapaan pemerintah kota dalam
mewadahinya sehingga mengakibatkan terjadinya tumpang tindih dalam pemanfaatan
ruang kota, oleh karena itu perlu dikendalikan. Masalah perkotaan pada saat ini telah
menjadi persoalan yang rumit untuk diatasi. Perkembangan perkotaan membawa pada
konsekuensi negatif pada beberapa aspek, termasuk aspek lingkungan. Dalam tahap
awal perkembangan kota, sebagian besar lahan merupakan ruang terbuka hijau.
Namun, adanya kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan aktivitasnya,
ruang hijau tersebut cenderung mengalami konversi guna lahan menjadi kawasan
terbangun. Sebagian besar permukaannya, terutama di pusat kota, tertutup oleh jalan,
bangunan dan lain-lain dengan karakter yang sangat kompleks dan berbeda dengan
karakter ruang terbuka hijau
Pengendalian pemanfaatan ruang kota pada umumnya dilaksanakan dengan
berpedoman pada Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota. Akan tetapi sesuai dengan tingkatan hierarki, skala dan kedalaman materi yang
diatur didalamnya, RTRW Kota pada umumnya hanya mengatur struktur dan pola
pemanfaatan lahan dalam skala makro kota dan belum cukup rinci untuk dijadikan
landasan operasional pengendalian pemanfaatan ruang, khususnya untuk
pengendalian dan pengaturan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan kota.
Pengendalian pemanfaatan ruang, pada skala yang lebih rinci dan operasional pada
kawasan kota tertentu seharusnya didasarkan pada Peraturan Daerah tentang Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan. RDTR sendiri telah diatur di dalam
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman
3
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
4
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
C. LANDASAN HUKUM
Kegiatan merencanakan kawasan perkotaan di Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar sebagai berikut :
1. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
2. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
3. Undang-undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
4. Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
5. Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan
6. Undang-undang No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
7. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
9. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
10. Undang-undang No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
11. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
13. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan
Kawasan Perkotaan.
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau.
16. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
5
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang
Wilayah
18. Peraturan Menteri No. 68 tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran
Masyarakat Dalam Penataan Ruang
19. Peraturan Daerah Kota Makassar No. 04 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025
D. RUANG LINGKUP
1. Wilayah Perencanaan
Ruang lingkup perencanaan adalah 11 Kelurahan di Kecamatan Biringkanaya,
meliputi Kelurahan Pacerkang, Kelurahan Dayak, Kelurahan Pai,Kelurahan
Sudiang,Kelurahan Sudiang Raya , Kelurahan Bulurokkeng, Kelurahan Untia,
Kelurahan Berua, Kelurahan Katimbang, Kelurahan Bakung,Kelurahan Laikang.
Untuk lebih jelas terkait wilayah perencanaan dapat dilihat pada peta dibawah ini:
6
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
2. Substansi Perencanaan
Lingkup materi dan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah dengan melakukan
pengumpulan data dan analisis data perencaaan perkotaan, meliputi :
a. Merumuskan tujuan dan sasaran dalam perencanaan perkotaan Kecamatan
Biringkanaya, Kota Makassar
b. Melakukan kajian kebijakan terhadap dokumen Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) dan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (Nasional, Provinsi
Sulawesi Selatan dan Kota Makassar) serta produk perencanaan
pembangunan (RPJP dan RPJM Nasional, RPJPD dan RPJMD Provinsi
Sulawesi Selatan serta RPJPD dan RPJMD Kota Makassar).
c. Melaksanakan pengumpulan data, dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi data sekunder kawasan perencanaan perkotaan.
2) Pemilihan Citra yang akan digunakan dan yang dibutuhkan harus
mencakup seluruh wilayah perencanaan.
3) Identifikasi sektor kegiatan permukiman di Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar.
4) Identifikasi data sosial ekonomi dan budaya
d. Melakukan kajian dan analisis hasil data yang meliput:
1) Analisis Fisik Wilayah (turunannya)
2) Analisis Pemanfaatan SDA dan Lingkungan (turunannya)
3) Analisis Kependudukandan Sosial Budaya (turunannya)
4) Analisis Ekonomi dan Kegiatan Usaha (turunannya)
5) Analisis Sarana Pelayanan Penunjang (turunannya)
6) Analisis Kelembagaan (turunannya)
7) Analisis SWOT
e. Perumusan Konsep Rencana Pengembangan dan Pencegahan Pemanfaatan
Ruang di Kecamatan Kota Makassar.
f. Perancangan Rencana Struktur dan Pola Ruang.
7
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
8
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
9
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
10
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
11
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
Tabel 1.1.
INTERNAL
Strength Weaknes
E
(kekuatan) (kelemahan)
Uraian Daftar Kekuatan Uraian Daftar Kelemahan
X
Opportunity Strategi Strategi
T (O) (SO) (SO)
Tanggulangi Weaknes
E Gunakan Strength untuk
Daftar peluang dengan menggunakan
mendapatkan Opportunity
Opportunity
R
Theats Strategi (ST) Strategi (WT)
N
12
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
Dimana :
Pt = Proyeksi jumlah penduduk pada tahun yang akan datang
Pn = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = Rata-rata pertumbuhan
n = Jumlah tahun proyeksi
b) Metode Regresi
Pada analisis regresi dikenal 2 (dua) macam regresi, yaitu regresi
linear dan regresi tak linear. Penggunaan Regresi Linear didasarkan
pada data yang linear (tidak berfluktuasi), sehingga alat analisis ini
digunakan untuk mengetahui perkembangan jumlah penduduk
kawasan Kecamatan Pattallassang pada 20 (dua puluh) tahun yang
akan datang. Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = a + bx
Dimana :
Y = Tahun (Yo =Tahun awal dan Yn = Tahun proyeksi (n))\
X = nilai yang ditambah dari perubahan bebas
a,b = tetapan yang diperoleh dari rumus, yaitu:
Y.∑X2 - ∑X . ∑Y
a=
n. ∑X2 – (∑X)2
n.(∑X.Y) - ∑X . ∑Y
n. ∑X2 – (∑X)2
b=
13
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
4) Analisis Interaksi
Analisis interaksi dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat interaksi
Kecamatan Pattallassang dengan daerah-daerah sekitarnya. Model
analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah medel gravitasi, yaitu
suatu model yang diturunkan dari ilmu fisika dengan melihat saling
keterkaitan, akibat adanya potensi yang dimiliki masing-masing kawasan
perkotaan. Selain model gravitasi, juga digunakan model grafik, sebagai
berikut;
a) Model Gravitasi
P1 . P2
I=
d2
Dimana :
I = Interaksi antara Kedua region
P1P2 = Jumlah Penduduk masing-masing region
d2 = Jarak antara kedua region
b) Model Grafik
14
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
β = e / v atau n (n – 1)
Dimana
β = Angka ratio
e = Jumlah rute dalam suatu sistim
v = Jumlah titik-titik atau puncak atau simpul-simpul
5) Analisis Varian
Analisis varian merupakan alat analisis gejala geografi, yaitu digunakan
untuk mengetahui sejauhmana potensi pengembangan yang dimiliki suatu
kawasan. Adapun persamaannya, sebagai berikut;
Penjabaran :
Ss tot = X2 tot – (X tot)2 / N
Ssa = (Xa)2 / Na - (X2 tot) / N
Ssd = Ss tot – Ssa
Msa = Ssa / dfa
Msd = Ssd / dfd
F = Msa / Msd F : df = dfa / dfd
Dimana ;
Ssa = Jumlah nilai antar (a)
Ssd = Jumlah nilai dalam (d)
Ss tot = Jumlah total nilai SSa dan Ssd
N = Jumlah total indikator penilaian
Na = Jumlah indikator penilaian
∑ Xa = Jumlah total hasil penilaian kawasan
15
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
Tabel 1.2
Penentuan Bobot Masing-masing Indikator
No Variabel Bobot Indikator Nilai Bobot Jumlah
Variabel Indikator Indikator Bobot ( (%)
1 Karakteristik 20 Topografi 100
Fisik Kelerengan
Tata Guna Lahan
Daya Dukung Lahan
Daya Tampung Ruang
2 Kependudukan 15 Jumlah Penduduk 100
(Kepadatan & Luas Kawasan
Kepadatan
Jumlah)
3 Daya dukung 15 Jumlah Bangunan 100
lahan Luas Kawasan
Kepadatan
4 Infrastruktur 20 Tingkat Pelayanan Air 100
Bersih
Kondisi Sanitasi
Kondisi Persampahan
Kondisi Saluran Drainase
Kondisi Jaringan Jalan
Pengelola Air Buangan
5 Tingkat 10 Tinggi 100
Aksesibilitas Sedang
Rendah
6 Kondisi Sosial 10 Lapangan Kerja 100
Ekonomi Lapangan Usaha
Tingkat Pendapatan
7 Kondisi Sosial 10 Partisipasi 100
Budaya Kelembagaan
Sumber : Nursid Sumaadmadja, 1998
16
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
Tabel 1.3
Tabel Indikator Penilaian Pengembangan Wilayah Perkotaan
No Kawasan Perkotaan
Variabel
X1 X2 X3 dst
1 Karakteristik Fisik
2 Kependudukan (Kepadatan & Jumlah)
3 Daya dukung lahan
4 Infrastruktur
5 Tingkat Aksesibilitas
6 Kondisi Sosial Ekonomi
7 Kondisi Sosial Budaya
Jumlah Nilai
Nilai Rata-rata
Sumber: Nursid Sumaadmadja, 1998
Tabel 1.4
Tabel Uji Signifikasi
Sumber Variansi Ss Df Ms F
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. antar (a)
2. dalam (d)
3. total (tot)
Sumber: Nursid Sumaadmadja, 1998
17
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
18
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
sistem informasi dari kondisi fisik dasar, daya dukung dan kemampuan
lahan yang berdasarkan pada kriteria-kriteria untuk kawasan budidaya
dan kawasan non budidaya.
Penyusunan matriks kesesuaian lahan meliputi peruntukan industri,
pergudangan, permukiman, konservasi dan lainnya dilakukan
berdasarkan kondisi fisik sumberdaya kawasan yang terpilih dan studi
pustaka serta diskusi dengan pakar yang ahli di bidangnya. Matriks ini
sangat penting, mengingat dari matriks tersebut dapat diketahui
parameter yang menjadi indikator kesesuaian melalui pembobotan dan
skoring pada setiap parameter. Pembobotan pada setiap faktor
pembatas/parameter ditentukan berdasarkan pada dominannya parameter
tersebut terhadap suatu peruntukan. Besarnya pembobotan ditunjukkan
pada suatu parameter untuk seluruh evaluasi lahan, Pemberian nilai
(harkat) ditujukan untuk menilai beberapa faktor
pembatas/parameter/kriteria terhadap suatu evaluasi kesesuaian. Kelas-
kelas kesesuaian pada matriks yaitu menggambarkan tingkat kecocokan
dari suatu bidang untuk penggunaan tertentu. Hasil analisis kesesuaian
adalah dalam bentuk peta-peta dengan menggunakan alat bantu berupa
pendekatan Sistem Informasi Geografis, program ArcView/ ArcGIS.
Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) dilakukan dengan cara
overlay antara seluruh peta-peta tematik untuk mendapatkan seleksi tata
ruang yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Di dalam
penelitian ini kelas kesesuaian dibagi ke dalam 3 kelas, yang
didefinisikan sebagai berikut:
Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitable)
Daerah ini tidak mempunyai pembatas (penghambat) yang serius
untuk menetapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai
pembatas yang tidak berarti atau berpengaruh secara nyata terhadap
penggunaannya dan tidak akan menaikkan masukan/tingkatan
perlakuan yang diberikan.
Kelas S2 : Sesuai (Moderately Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas yang agak serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus ditetapkan.
19
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
20
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
ΔL= L2 − L1
KL = x 100 % x 100 %
L L2
p l p l
2 2 11 x 100%
pl
22
Dimana :
KL = Kapasitas Lahan
∆ L= L2 – L1
L1 = Luas unit budidaya
L2 = Luas yang sesuai untuk satu unit budidaya
l1 = Lebar unit budidaya
l2 = Lebar yang sesuai untuk satu unit budidaya
p1 = Panjang unit budidaya
p2 = Panjang yang sesuai untuk satu unit budidaya
9) Analisis Daya Dukung Pengembangan Kawasan
Analisis daya dukung pengembangan pada kawasan perencanaan
mengacu kepada konsep pengembangan kawasan yang ekologis
ekonomis. Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung
pengembangan kawasan yaitu dengan pendekatan konsep Daya Dukung
Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum kegiatan/pengunjung
yang secara fisik dapat ditampung dikawasan yang disediakan pada
21
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
22
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
23
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
Garis sempadan adalah garis yang pada pendirian bangunan ke arah yang
berbatasan di atas permukaan tanah yang tidak boleh terlampaui. Garis
sempadan ini terdiri dari:
1. Sempadan muka : yang berbatasan dengan jalan
2. Sempadan belakang : yang berbatasan dengan jalan atau bangunan di
belakangnya.
3. Sempadan samping: yang berbatasan dengan jalan atau bangunan di
sampingnya.
4. Sempadan pagar : garis dimana harus dipasang bagian luar dari
pagar-pagar persil atau pagar-pagar pekarangan.
Dalam menentukan garis sempadan digunakan pertimbangan terhadap
transportasi yaitu mempertimbangkan segi kemacetan lalu lintas. Hal ini
yang biasanya menimbulkan kemacetan. Pertimbangan terhadap
transportasi ini mengambil pendekatan penentuan batas kecepatan
minimum pada karakteristik arus stabil yaitu lalu-lintas lancar pada jalan
perkotaan dengan batas kecepatan 15 mil/jam atau +25 km.
Dengan bertitik tolak dari batas kecepatan tersebut, dapat diperoleh jarak
minimum bangunan di kanan dan kiri jalan berdasarkan jarak pandang
dan jarak mengerem secara aman bagi kendaraan pada suatu perempatan.
Hal ini didapat dengan rumus:
Da=0.063.Va2+1,47ta.Va+16
Db = (a.Da) / Da-b
Dimana, Da, Db = Jarak mengerem secara aman antara kendaraan A dan
B a,b = Jarak kendaraan terhadap bangunan Va, Vb = Kecepatan
kendaraan A dan B ta = Waktu reaksi yang dibutuhkan untuk mengerem.
F. RENCANA KERJA
Adapun kegiatan akan dilaksanakan mulai tanggal 07 November sampai dengan 31
Desember 2021. Untuk memperlancar dan mempercepat penyusunan laporan hasil
survei perencanaan kota dengan judul "Perencanaan Kota Sataelit Biringkanaya
Berbasis Pda Pengembangan Industri dan Perdagangan” maka dalam penyusunan
ini kami menyusun Schedule Pelaksanaan Kegiatan, seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 1.7 Time Schedule
24
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA
Waktu
No Uraian Kegiatan (terhitung dari minggu ke-4 sampai dengan minggu ke-16)
VI VII XI XI
IV V VI IX X XI XIII XV XVI
I I I V
A Tugas Besar ( 07 November 2021)
Persiapan Survei
Persiapan Teknis
1 Ø Lokasi
Ø Deleniasi Kawasan
B
Ø List Data + PJ
Persiapan Administrasi
Ø Persuratan
2
Ø Koordinasi dengan instansi
terkait
1 Kebijakan Terkait
C
2 Data Primer
3 Data Sekunder
Penyusunan Laporan
Ø Membuat dan menyusun
1
peta
E 2 Ø Bab I dan Bab 2
3 Ø Bab III dan Bab IV
4 Ø Bab V dan Bab VI
5 Ø Bab VII dan Bab VIII
F Presentase
G. KELUARAN
Adapun output atau keluaran dari tugas perencanaan kota ini, yaitu sebagai berikut :
1. Penjelasan mengenai permasalahan perkotaan yang berada di sekitar kawasan
Kecamatan Biringkanaya
2. Penjabaran solusi dalam mencegah dan meningkatkan kawasan perkotaan di
sekitar kawasan Kecamatan Biringkanaya
25