Anda di halaman 1dari 25

PERENCANAAN KOTA SATELIT

BIRINGKANAYA

DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG................................................................................................2
B. TUJUAN DAN KEGUNAAN...................................................................................4
C. LANDASAN HUKUM..............................................................................................5
D. RUANG LINGKUP...................................................................................................6
E. METODE DAN PENDEKATAN..............................................................................7
F. RENCANA KERJA.................................................................................................25
G. KELUARAN............................................................................................................26

2
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

A. LATAR BELAKANG
UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa dalam sistem
penyelenggaraan tata ruang, terdapat empat aspek yang dilakukan yaitu aspek
pengaturan tata ruang, pembinaan tata ruang, pelaksanaan penataan ruang dan
pengawasan penataan ruang. Di dalam aspek pelaksanaan penataan ruang meliputi
tiga kegiatan yang dilaksanakan yaitu perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi.
Seperti diketahui bahwa ruang kota memiliki kemampuan, keterbatasan serta
kesempatan ekonomi yang tidak sama. Sementara itu desakan permintaan akan lahan
sebagai akibat pesatnya pertumbuhan fisik dan transformasi sosial ekonomi
masyarakat seringkali tidak sejalan dengan kesiapaan pemerintah kota dalam
mewadahinya sehingga mengakibatkan terjadinya tumpang tindih dalam pemanfaatan
ruang kota, oleh karena itu perlu dikendalikan. Masalah perkotaan pada saat ini telah
menjadi persoalan yang rumit untuk diatasi. Perkembangan perkotaan membawa pada
konsekuensi negatif pada beberapa aspek, termasuk aspek lingkungan. Dalam tahap
awal perkembangan kota, sebagian besar lahan merupakan ruang terbuka hijau.
Namun, adanya kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan aktivitasnya,
ruang hijau tersebut cenderung mengalami konversi guna lahan menjadi kawasan
terbangun. Sebagian besar permukaannya, terutama di pusat kota, tertutup oleh jalan,
bangunan dan lain-lain dengan karakter yang sangat kompleks dan berbeda dengan
karakter ruang terbuka hijau
Pengendalian pemanfaatan ruang kota pada umumnya dilaksanakan dengan
berpedoman pada Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota. Akan tetapi sesuai dengan tingkatan hierarki, skala dan kedalaman materi yang
diatur didalamnya, RTRW Kota pada umumnya hanya mengatur struktur dan pola
pemanfaatan lahan dalam skala makro kota dan belum cukup rinci untuk dijadikan
landasan operasional pengendalian pemanfaatan ruang, khususnya untuk
pengendalian dan pengaturan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan kota.
Pengendalian pemanfaatan ruang, pada skala yang lebih rinci dan operasional pada
kawasan kota tertentu seharusnya didasarkan pada Peraturan Daerah tentang Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan. RDTR sendiri telah diatur di dalam
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman

3
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.


Ruang-ruang kota yang ditata dan saling berkesinambungan ini mempunyai berbagai
pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem
transportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam menata
ruang kota. Dalam perkembangan selanjutnya, suatu konsep ruang kota selain
dikaitkan dengan permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya juga
dikaitkan dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruang yaitu untuk
kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya.
Kota makassar merupakan kawasan strategis Nasional Mamminasata, Memiliki 14
Kecamatan yang masing-masing sudah mengemban fungsi dalam kebijakan tata
ruang dimana salah satu objek Perencanaa adalah Kecamatan Biringkanaya yang
merupakan salah satu Kecamatan di Kota Makassar memiliki fungsi pelayanan
kebandarudaraan, pelayanan Industri, skala perdagangan tingkat Internasional,
Nasional dan Regional, Kecamatan ini merupakan Kawasan Strategis Provinsi dalam
sudut kepentingan fungsi, daya dukung lingkungan hidup dan dalam sudut
kepentingan ekonomi. Kecamatan ini memiliki 7 Kelurahan didalamnya yakni
Kelurahan Pai, Kelurahan Untia, Kelurahan Bulu Rokeng, Kelurahan Daya,
Kelurahan Sudiang Raya, Kelurahan Sudiang dan Kelurahan Paccerakkang. Dari
beberapa Kelurahan yang ada di Kecamatan Biringkanaya dimana ada 5 kelurahan
yang masuk dalam lingkup wilayah perencanaan Kelurahan pai dilalui oleh jalur Tol,
Kelurahan Untia yang merupakan gateway/matra melalui jalur perairan didukung
oleh sektor pelabuhan, dan juga di lintasi oleh jalur kereta api dan Secara keselurahan
Kecamatan Biringkanaya merupakan matra/gateway dalam mendukung konsep
perencanaan Kota Satelit maka dalam hal ini kami melakukan perencanaan yang
berkaitan dengan pengalokasian dalam berbagai macam fungsi dan kegiatan yang
berlokasi di sebagian Wilayah Kecamatan Biringkanaya.

B. TUJUAN DAN KEGUNAAN


1. Tujuan
a. Untuk merumuskan struktur dan pola ruang di Kecamatan Biringkanaya
b. Untuk meningkatkan fungsi ruang kawasan yang terbangun di Kecamatan
Biringkanaya
c. Untuk menyusun pengendalian pemanfaatan ruang di Kecamatan
Biringkanaya

4
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

d. Untuk menjadikan Kecamatan Biringkanaya sebagai Kota Satelit


e. Sebagai tugas mata kuliah Perencanaan Kota, Teknik Evaluasi Perencanaan,
dan Perencanaan dan Perkembangan Kota Baru.
2. Kegunaan
a. Sebagai gambaran mengenai rencana kawasan di Kecamatan Biringkanaya

b. Sebagai bahan referensi untuk mengetahui kondisi pengembangan Pelabuhan


Untia Kecamatan Biringkanaya.

C. LANDASAN HUKUM
Kegiatan merencanakan kawasan perkotaan di Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar sebagai berikut :
1. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
2. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
3. Undang-undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
4. Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
5. Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan
6. Undang-undang No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
7. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
9. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
10. Undang-undang No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
11. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
13. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan
Kawasan Perkotaan.
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau.
16. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi

5
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang
Wilayah
18. Peraturan Menteri No. 68 tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran
Masyarakat Dalam Penataan Ruang
19. Peraturan Daerah Kota Makassar No. 04 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025

D. RUANG LINGKUP
1. Wilayah Perencanaan
Ruang lingkup perencanaan adalah 11 Kelurahan di Kecamatan Biringkanaya,
meliputi Kelurahan Pacerkang, Kelurahan Dayak, Kelurahan Pai,Kelurahan
Sudiang,Kelurahan Sudiang Raya , Kelurahan Bulurokkeng, Kelurahan Untia,
Kelurahan Berua, Kelurahan Katimbang, Kelurahan Bakung,Kelurahan Laikang.
Untuk lebih jelas terkait wilayah perencanaan dapat dilihat pada peta dibawah ini:

6
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

2. Substansi Perencanaan
Lingkup materi dan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah dengan melakukan
pengumpulan data dan analisis data perencaaan perkotaan, meliputi :
a. Merumuskan tujuan dan sasaran dalam perencanaan perkotaan Kecamatan
Biringkanaya, Kota Makassar
b. Melakukan kajian kebijakan terhadap dokumen Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) dan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (Nasional, Provinsi
Sulawesi Selatan dan Kota Makassar) serta produk perencanaan
pembangunan (RPJP dan RPJM Nasional, RPJPD dan RPJMD Provinsi
Sulawesi Selatan serta RPJPD dan RPJMD Kota Makassar).
c. Melaksanakan pengumpulan data, dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi data sekunder kawasan perencanaan perkotaan.
2) Pemilihan Citra yang akan digunakan dan yang dibutuhkan harus
mencakup seluruh wilayah perencanaan.
3) Identifikasi sektor kegiatan permukiman di Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar.
4) Identifikasi data sosial ekonomi dan budaya
d. Melakukan kajian dan analisis hasil data yang meliput:
1) Analisis Fisik Wilayah (turunannya)
2) Analisis Pemanfaatan SDA dan Lingkungan (turunannya)
3) Analisis Kependudukandan Sosial Budaya (turunannya)
4) Analisis Ekonomi dan Kegiatan Usaha (turunannya)
5) Analisis Sarana Pelayanan Penunjang (turunannya)
6) Analisis Kelembagaan (turunannya)
7) Analisis SWOT
e. Perumusan Konsep Rencana Pengembangan dan Pencegahan Pemanfaatan
Ruang di Kecamatan Kota Makassar.
f. Perancangan Rencana Struktur dan Pola Ruang.

g. Perancangan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Kecamatan Biringkanaya.

E. METODE DAN PENDEKATAN


Dalam penyusunan Perencanaan Perkotaan Kecamatan Biringkanaya terdapat kajian
metode pendekatan sebagai proses metodologi penyusunan output rencana. Untuk
lebih jelasnya, sebagaimana pada pembahasan berikut ;

7
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

1. Metode Pendekatan Kompilasi Data


Dalam penyusunan Perencanaan Perkotaan Kecamatan Biringkanaya pada
prinsipnya menggunakan metode pendekatan, baik dalam penyusunan tahap
kompilasi atau tahap analisis yang diharapkan dapat memberikan hasil
perencanaan yang lebih baik dan terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Penerapan teknik kompilasi data bergantung kepada kebutuhan data yang harus
dikumpulkan. Untuk lebih jelasnya mengenai teknik-teknik pengumpulan data
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Observasi Lapangan (field observation)
Observasi yang kita lakukan dilapangan pada umumnya dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu observasi terkontrol (controlled observation) dan
observasi tidak terkontrol (uncontrolled observation). Untuk kepentingan
melakukan observasi yang terkontrol sesuai dengan masalah yang diteliti dan
sesuai dengan hipotesa yang harus diuji, kita harus melakukan perencanaan
berkenaan dengan observasi tersebut. Pendekatan yang telah kita tentukan itu
diungkapkan dalam langkah-langkah observasi yang akan kita lakukan.
Sedangkan variabel atau item-item yang akan kita teliti, dituangkan kedalam
alat pengumpul data yang akan kita gunakan Jadi, metode pendekatan yang
telah kita gunakan dapat dikatakan menjiwai langkah-langkah atau proses
yang dilakukan pada observasi, sedangkan variabel yang akan diukur atau
data yang akan dikumpulkan dituangkan pada alat pengumpul data. Alat
pengumpul data yang dapat digunakan untuk mengkover data pada waktu
melakukan observasi yaitu ceklist, peta dasar, alat pemotret dan tabel-tabel
blangko. Observasi lapangan yang terkontrol dengan perencanaan yang baik
yang disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti.
b. Teknik Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang membantu dan
melengkapi pengumpulan data yang tidak dapat diungkapkan oleh teknik
observasi. Pada tahapan survey teknik ini bukan merupakan teknik
pengumpulan data yang utama, melainkan hanya sebagai teknik pelengkap.
Teknik wawancara yang dapat menjamin kebutuhan kita secara terarah,
adalah wawancara yang tertutup. Wawancara yang tertutup ini pada
pelaksanaannya menggunakan pedoman wawancara. Pada pedoman

8
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

wawancara ini dituangkan metode pendekatan, variabel, dan item-item yang


akan kita peroleh.
c. Teknik Kuesioner
Jika data yang berupa pendapat atau sikap orang atau penduduk itu
diperlukan dalam jumlah yang sangat banyak, dapat dikatakan tidak efektif
bila menggunakan teknik wawancara. Oleh karena itu, kita harus
menggunakan teknik kuesioner. Teknik kuesioner ini dilakukan dengan
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden sejumlah sampel yang kita
butuhkan dalam perencanaan. Dalam teknik kuesioner tersebut diedarkan
beberapa angket, dimana penentuan angket didasarkan pada populasi dan
sampel dalam suatu wilayah perencanaan.
Menurut Sudjana (1992; 165), bahwa sampel yang mempunyai populasi yang
heterogen, maka besaran sampel antara 15 – 20 % dari jumlah populasi.
Sedangkan menurut Sugiyono (2004; 65) apabila populasi bersifat homogen,
maka jumlah sampel yang diperlukan 1 % saja sudah mewakili. Untuk
mengefisiensi penelitian, maka sampel ditetapkan secara proporsional dengan
menggunakan rumus matematis;
N
n=
N ( d2 ) +1
Dimana ;
n = Jumlah sampel yang diambil
N = Jumlah penduduk dan KK di daerah perencanaan
d = Derajat Kebebasan (15 – 20%)
Berdasarkan dari pendekatan rumus tersebut diatas, maka jumlah sampel
yang dapat ditarik adalah sebanyak jiwa dari keseluruhan populasi yang ada
di Kelurahan Untia, Kelurahan Bulurokkeng, Kelurahan Sudiang dan
Kelurahan Dayak dimana sampel tersebut sudah dianggap mewakili seluruh
penduduk Kelurahan tersebut.
d. Studi Dokumentasi
Untuk melengkapi data dalam rangka analisis masalah yang ada di kawasan
perencanaan, kita memerlukan informasi dari dokumen-dokumen yang ada
hubungannya dengan obyek yang menjadi satu, Untuk keperluan ini, kita
harus melakukan studi dokumentasi. Pendekatan historis yang berkenaan

9
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

dengan gejala sosial, ekonomi, budaya dan kependudukan lebih banyak


berhubungan dengan sumber-sumber dokumentasi.
Kita harus terampil untuk mengalihkan dan menyusun kembali data dari
suatu dokumen kedalam tabel yang sesuai dengan keperluan analisis. Untuk
memudahkan pengalihan data ini kita harus dapat menyusun suatu tabel
blangko. Penyusunan item pada blangko ini sedemikian rupa, sehingga sesuai
dengan kebutuhan dan sesuai pula dengan data yang tercantum pada sumber
dokumentasi. Melalui penggunaan tabel ini dapat dihindarkan
e. Studi Kepustakaan

Konsep-konsep teoritis dan operasional tentang ketentuan perencanaan dan


lain sebagainya, akan kita dapat peroleh dari kepustakaan tanpa mempelajari
bahan-bahan ini kita tidak dapat mencapai hasil yang memuaskan pada
perencanaan. Mempelajari kepustakaan selain dituntut ketekunan juga
dituntut keterampilan menyeleksi dan keterampilan menggunakan
kepustakaan yang berlaku. Dalam hal ini kita harus memiliki kesiapan mental
untuk mengunjungi dan menghadapi orang yang menurut kita memiliki
kepustakaan yang kita perlukan.

2. Metode Pendekatan Analisis


Pada tahap analisis ini dimaksudkan untuk melakukan Perencanaan
Pengembangan dan Pencegahan Kawasan Perkotaan Kecamatan Biringkanaya.
Adapun alat analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Analisis Deskriptif Kualitatif
Metode analisis deskriptif kualitatif merupakan bahagian dari metode analisis
kuantitatif dengan menjabarkan analisis secara deskriptif kualitatif sehingga
lahirlah suatu konsep dan sebagai dasar dalam analisis selanjutnya. Adapun
alat analisis deskriptif kualitatif yang dimaksud adalah;
1) Metode Evaluatif, digunakan untuk menilai sejauhmana implementasi
arahan rencana tata ruang Kecamatan Pattallassang dengan kondisi saat
sekarang ini.
2) Metode Ekstrapolatif, diterapkan dalam hal keterbatasan data-data
demografi dan biofisik lingkungan yang tersedia saat ini (existing
condition) namun tetap mengikuti pola kecenderungan data-data tersebut.

10
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

3) Hubungan Fungsional Antar Kegiatan, digunakan untuk menciptakan


mekanisme kehidupan kota yang baik serta meningkatkan dayaguna dan
hasil guna pemanfaatan ruang secara optimal.
Dengan demikian metode analisis dekriptif kualitatif dalam penyusunan
perencanaan perkotaan Kecamatan Biringkanaya, merupakan hal yang sangat
diutamakan dalam perencanaan selanjutnya. Adapun alat analisis yang
dimaksud adalah:
1) Analisis SWOT
SWOT merupakan akronim dari strengths yang merupakan indikasi
kekuatan/potensi dari suatu wilayah, Weaknesses merupakan indikasi
kelemahan/masalah dari suatu wilayah, Opportunities merupakan
indikasi dari peluang-peluang/kesempatan eksternal yang dapat
dimanfaatkan oleh suatu wilayah, dan Threats merupakan indikasi
ancaman-ancaman/hambatan eksternal yang harus diantisipasi oleh
pengembangan wilayah. Analisis SWOT dapat membantu perencana
untuk mengidentifikasi area-area yang dapat dikembangkan serta
menjadi basis untuk menyusun strategi menyongsong masa depan.
Kelurahan Untia, Kelurahan Bulurokeng,Kelurahan Dayak dan
Kelurahan Sudiang dengan berbagai potensi dan permasalahan perkotaan
yang dimilikinya tentunya diperlukan suatu strategi penanganan sedini
mungkin guna meminimalisir masalah yang ada. Salah satu potensi yang
strategis yang dimiliki adalah sebagai salah satu pusat Kegiatan Nasional
(PKN) di Sulawesi Selatan melalui pembangunan infrastruktur secara
terpadu. Analisis SWOT merupakan salah satu metode yang sangat tepat
digunakan dalam merumuskan suatu strategi dan kebijakan
pembangunan kawasan perkotaan. Adapun metode SWOT dengan
Kekuatan dan kelemahan dapat dijabarkan secara matriks sebagai berikut
:

11
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Tabel 1.1.

Faktor Eskternal dan Internal dalam Analisis SWOT

INTERNAL
Strength Weaknes
E
(kekuatan) (kelemahan)
Uraian Daftar Kekuatan Uraian Daftar Kelemahan
X
Opportunity Strategi Strategi
T (O) (SO) (SO)
Tanggulangi Weaknes
E Gunakan Strength untuk
Daftar peluang dengan menggunakan
mendapatkan Opportunity
Opportunity
R
Theats Strategi (ST) Strategi (WT)
N

A Uraian Daftar Gunakan Streng untuk Minimalkan Weaknes


ancaman/Tantangan menghindari theats dan hindari theats
L

Sumber : Fredy Rangkuti, 2008

b. Analisis Deskriptif Kuantitatif


Metode pengumpulan data yang diolah dan dianalisis untuk mendeskripsikan
ciri-ciri atau karakteristik variabel yang telah ditetapkan;
1) Analisis proyeksi penduduk, pada alat analisis ini dapat digunakan untuk
mengetahui kebutuhan fasilitas dan utilitas perkotaan yang didasarkan
pada jumlah penduduk, baik penduduk existing maupun penduduk hasil
proyeksi dimasa mendatang.
a) Metode Bunga Berganda
Adapun persamaan matematik (metode Bunga Berganda) sebagai
berikut;
Pt= Pn = (1 + r )n

12
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Dimana :
Pt = Proyeksi jumlah penduduk pada tahun yang akan datang
Pn = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = Rata-rata pertumbuhan
n = Jumlah tahun proyeksi
b) Metode Regresi
Pada analisis regresi dikenal 2 (dua) macam regresi, yaitu regresi
linear dan regresi tak linear. Penggunaan Regresi Linear didasarkan
pada data yang linear (tidak berfluktuasi), sehingga alat analisis ini
digunakan untuk mengetahui perkembangan jumlah penduduk
kawasan Kecamatan Pattallassang pada 20 (dua puluh) tahun yang
akan datang. Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = a + bx
Dimana :
Y = Tahun (Yo =Tahun awal dan Yn = Tahun proyeksi (n))\
X = nilai yang ditambah dari perubahan bebas
a,b = tetapan yang diperoleh dari rumus, yaitu:

Y.∑X2 - ∑X . ∑Y
a=
n. ∑X2 – (∑X)2
n.(∑X.Y) - ∑X . ∑Y
n. ∑X2 – (∑X)2
b=

2) Analisis Kualitas Hidup Manusia


Untuk menilai kualitas kehidupan manusia, maka akan dilakukan
pengukuran dengan menggunakan indeks kualitas hidup dimana indikator
yang akan diukur adalah;
 Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate = IMR)
 Angka Harapan hidup pada usia 0 (Life Expectency = LE)
 Angka melek huruf penduduk pada usia 10 tahun keatas (LR)
Adapun persamaan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut;
LE – 38
229 – IMR
IKH = 1/3 x + + LR
2,22 0,39
Dimana;
IKH = Indek Kualitas Hidup

13
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Nilai IKH : IKH < 50 = Kualitas hidup rendah


Nilai IKH : 50 < IKH < 75 = Kualitas hidup sedang
Nilai IKH : IKH > 75 = Kualitas Hidup tinggi

3) Analisis Potensi Pengembangan Fisk


Alat analisis yang digunakan adalah analisis Daya Tarik Model Gravity
(Teori Hansen), dimana tujuan dari alat analisis tersebut adalah
mendistribusikan penduduk ke kawasan yang akan dikembangkan.
Adapun persamaan matematik sebagai berikut;
Keterangan :
A = Indseks Aksesibilitas untuk setiap kawasan i ke j
E = Jumlah tenaga kerja di kawasan j
Dij = Jarak fisik dari i ke j
b = Nilai eksponen

Aij = Indeks aksesibilitas untuk kawasan i dalam hubungannya


dengan kawasan-kawasan lainnya.

4) Analisis Interaksi
Analisis interaksi dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat interaksi
Kecamatan Pattallassang dengan daerah-daerah sekitarnya. Model
analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah medel gravitasi, yaitu
suatu model yang diturunkan dari ilmu fisika dengan melihat saling
keterkaitan, akibat adanya potensi yang dimiliki masing-masing kawasan
perkotaan. Selain model gravitasi, juga digunakan model grafik, sebagai
berikut;

a) Model Gravitasi
P1 . P2
I=
d2
Dimana :
I = Interaksi antara Kedua region
P1P2 = Jumlah Penduduk masing-masing region
d2 = Jarak antara kedua region

b) Model Grafik

14
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Model grafik digunakan untuk menelaah transportasi dengan segala


bentuk, sifat dan konektivitasnya. Adapun persamaannya, adalah
sebagai berikut;

β = e / v atau n (n – 1)

Dimana
β = Angka ratio
e = Jumlah rute dalam suatu sistim
v = Jumlah titik-titik atau puncak atau simpul-simpul

n= jumlah tempat atau orang yang dihubungkan pada jaringan


bersangkutan.

5) Analisis Varian
Analisis varian merupakan alat analisis gejala geografi, yaitu digunakan
untuk mengetahui sejauhmana potensi pengembangan yang dimiliki suatu
kawasan. Adapun persamaannya, sebagai berikut;

SS tot= ∑X2tot – (∑X2tot)2/N

Penjabaran :
Ss tot = X2 tot – (X tot)2 / N
Ssa = (Xa)2 / Na - (X2 tot) / N
Ssd = Ss tot – Ssa
Msa = Ssa / dfa
Msd = Ssd / dfd
F = Msa / Msd F : df = dfa / dfd
Dimana ;
Ssa = Jumlah nilai antar (a)
Ssd = Jumlah nilai dalam (d)
Ss tot = Jumlah total nilai SSa dan Ssd
N = Jumlah total indikator penilaian
Na = Jumlah indikator penilaian
∑ Xa = Jumlah total hasil penilaian kawasan

15
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Tabel 1.2
Penentuan Bobot Masing-masing Indikator
No Variabel Bobot Indikator Nilai Bobot Jumlah
Variabel Indikator Indikator Bobot ( (%)
1 Karakteristik 20 Topografi 100
Fisik Kelerengan
Tata Guna Lahan
Daya Dukung Lahan
Daya Tampung Ruang
2 Kependudukan 15 Jumlah Penduduk 100
(Kepadatan & Luas Kawasan
Kepadatan
Jumlah)
3 Daya dukung 15 Jumlah Bangunan 100
lahan Luas Kawasan
Kepadatan
4 Infrastruktur 20 Tingkat Pelayanan Air 100
Bersih
Kondisi Sanitasi
Kondisi Persampahan
Kondisi Saluran Drainase
Kondisi Jaringan Jalan
Pengelola Air Buangan
5 Tingkat 10 Tinggi 100
Aksesibilitas Sedang
Rendah
6 Kondisi Sosial 10 Lapangan Kerja 100
Ekonomi Lapangan Usaha
Tingkat Pendapatan
7 Kondisi Sosial 10 Partisipasi 100
Budaya Kelembagaan
Sumber : Nursid Sumaadmadja, 1998

16
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Tabel 1.3
Tabel Indikator Penilaian Pengembangan Wilayah Perkotaan
No Kawasan Perkotaan
Variabel
X1 X2 X3 dst
1 Karakteristik Fisik
2 Kependudukan (Kepadatan & Jumlah)
3 Daya dukung lahan
4 Infrastruktur
5 Tingkat Aksesibilitas
6 Kondisi Sosial Ekonomi
7 Kondisi Sosial Budaya
Jumlah Nilai
Nilai Rata-rata
Sumber: Nursid Sumaadmadja, 1998

Tabel 1.4
Tabel Uji Signifikasi
Sumber Variansi Ss Df Ms F 
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. antar (a)
2. dalam (d)
3. total (tot)
Sumber: Nursid Sumaadmadja, 1998

6) Analisis AHP (Analitic Hiarchy Process)


Pada dasarnya tujuan analisis adalah menentukan sejauh mana pusat
kawasan pertumbuhan dan pengembangan struktur ruang. Metode
analisis ini memungkinkan. Ada 2 Metode Pendekatan dalam proses
analisis AHP, yakni:
a) Penentuan Faktor
Secara hierarki dalam penentuan faktor terdapat beberapa rumusan
variabel. Penjabaran variabel yang mendukung faktor tersebut sangat
terkait dengan tujuan analisis yakni penentuan pusat pengembangan.
Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah; struktur ekonomi,
aksesibilitas, potensi sumberdaya infrstruktur, kondisi fisik, serta
kebijakan pemerintah. Untuk lebih jelasnya, sebagaimana pada
uraian berikut dibawah ini ;
Tabel 1.5

Analisis AHP (Analitic Hierarchy Process)

17
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Faktor Variabel Indikator


1. Sturuktur Skala kegiatan o Jangkauan pelayanan, kapsitas produksi
Ekonomi (stock assesment)
Dominasi kegiatan o Variasi kegatan, jumlah tenaga kerja
Tenaga kerja o Kualitas tenaga kerja, ketersediaan
tenaga kerja
2. Aksesibilitas Waktu o Cepat, lambat
Jarak o Jauh, dekat
3. Potensi Pusat koleksi distribusi o Volume bongkar muat, besaran pasar
Ekonomi melayani daerah lain)
Pusat pengembangan o Jumlah transaksi, jumlah produksi yang
ada (eksisting)
4. Infrastruktur  Transportasi laut, udara, o Ketersediaan moda, ketersediaan jalur,
darat kualitas
 Infrstruktur penunjang o Kelengkapan infrastruktur, kualitas
 Jasa o Fasilitas telekomunikasi, kualitas,
utilitas, dan infrastruktur jasa
5. Kebijakan  Rencana Investasi o Stabilitas ekonomi, konsistensi
Pemerintah kebijakan
 Keputusan politik o Keamanan, system hukum
6. Kondisi fisik  Topografi o Ketersediaan lahan, kepemilkan lahan
 Geologi o Potensi bencana, struktur tanah
Sumber : Panduan Teknis Perencanaan Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut, Departemen Kelautan
dan Perikanan Tahun 2008

b) Penetapan nilai Bobot

Penetapan bobot dari masing-masing faktor, variabel maupun indikator


dimaksudkan untuk melihat dominasi suatu faktor terhadap faktor yang
lainnya. Nilai bobot yang dihasilkan akan mempengaruhi nilai akhir dari
total perhitungan indeks. Nilai akhir ini digunakan sebagai dasar
penentuan pusat-pusat pengembangan di Kecamatan Biringkanaya,
khususnya dalam Perencanaaan Perkotaan Kecamatan Biringkanaya
dimasa yang akan datang. Selain itu, penentuan pusat-pusat
pengembangan dikaji dari kondisi eksisting kawasan perencanaan,
dimana merupakan kajian data dalam menyusun analisis dan penetapan
bobot kawasan perkotaan.

7) Analisis Kesesuaian Lahan


Untuk mencari kesesuaian lahan penyusunan zonasi rinci kawasan
perencanaan pada kawasan perencanaan, digunakan metode analisis

18
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

sistem informasi dari kondisi fisik dasar, daya dukung dan kemampuan
lahan yang berdasarkan pada kriteria-kriteria untuk kawasan budidaya
dan kawasan non budidaya.
Penyusunan matriks kesesuaian lahan meliputi peruntukan industri,
pergudangan, permukiman, konservasi dan lainnya dilakukan
berdasarkan kondisi fisik sumberdaya kawasan yang terpilih dan studi
pustaka serta diskusi dengan pakar yang ahli di bidangnya. Matriks ini
sangat penting, mengingat dari matriks tersebut dapat diketahui
parameter yang menjadi indikator kesesuaian melalui pembobotan dan
skoring pada setiap parameter. Pembobotan pada setiap faktor
pembatas/parameter ditentukan berdasarkan pada dominannya parameter
tersebut terhadap suatu peruntukan. Besarnya pembobotan ditunjukkan
pada suatu parameter untuk seluruh evaluasi lahan, Pemberian nilai
(harkat) ditujukan untuk menilai beberapa faktor
pembatas/parameter/kriteria terhadap suatu evaluasi kesesuaian. Kelas-
kelas kesesuaian pada matriks yaitu menggambarkan tingkat kecocokan
dari suatu bidang untuk penggunaan tertentu. Hasil analisis kesesuaian
adalah dalam bentuk peta-peta dengan menggunakan alat bantu berupa
pendekatan Sistem Informasi Geografis, program ArcView/ ArcGIS.
Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) dilakukan dengan cara
overlay antara seluruh peta-peta tematik untuk mendapatkan seleksi tata
ruang yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Di dalam
penelitian ini kelas kesesuaian dibagi ke dalam 3 kelas, yang
didefinisikan sebagai berikut:
 Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitable)
Daerah ini tidak mempunyai pembatas (penghambat) yang serius
untuk menetapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai
pembatas yang tidak berarti atau berpengaruh secara nyata terhadap
penggunaannya dan tidak akan menaikkan masukan/tingkatan
perlakuan yang diberikan.
 Kelas S2 : Sesuai (Moderately Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas yang agak serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus ditetapkan.

19
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Pembatas ini akan meningkatkan masukan/tingkatan perlakuan


yang diperlukan.
 Kelas N : Tidak Sesuai (Not Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) permanen,
sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah
tersebut.
Hasil perkalian antara bobot dan nilai/harkat masing-masing
parameter dalam suatu peruntukan merupakan skor dari parameter
tertentu dalam suatu peruntukan. Penjumlahan seluruh skor dari tiap-
tiap parameter dalam suatu peruntukan disebut dengan total skor
suatu peruntukan tertentu. Total skor tersebut diformulasikan sebagai
berikut:

Total Skor β = ∑ ( bobot α x skor/harkat α )


α=1
Dimana:
Total Skor β = jumlah skor tiap-tiap parameter dalam peruntukan
β
α = parameter/kriteria ke α peruntukan β
n = jumlah parameter/kriteria peruntukan β
Total skor tersebut, selanjutnya dipakai untuk menentukan kelas
kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan untuk suatu peruntukan
mempunyai rentang/interval kelas tergantung dari jumlah kelas
kesesuaian, total skor maksimum dan total skor minimum dalam
peruntukan tersebut.
Interval kelas kesesuaian lahan untuk suatu peruntukan ini dihitung dengan
menggunakan formulasi sebagai berikut:
Total Skor Max β – Total Skor Min β
RK β =
Jumlah Kelas β
dimana:
RK β = Rentang/interval Kelas dalam peruntukan β
Total Skor Max β = Total skor tertinggi dalam peruntukan β
Total Skor Min β = Total skor terendah dalam peruntukan β

20
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Jumlah Kelas β = Banyaknya kelas kesesuaian dalam


peruntukan β
Dengan demikian, penentuan kelas lahan di kawasan perencanaan
mampu memberikan informasi dalam mengalokasikan fungsi-fungsi
kegiatan sesuai dengan peruntukannya.

8) Analisis Kapasitas Lahan Peruntukan


Kapasitas lahan diartikan sebagai luasan lahan yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan budidaya secara berkelanjutan dan secara sosial tidak
menimbulkan konflik serta secara ekologi tidak mengganggu ekosistem
sekitar. Besarnya kapasitas lahan yang ditetapkan dalam studi ini
dianalisis dengan formula sebagai berikut:

ΔL= L2 − L1
KL = x 100 % x 100 %
L L2
p l p l
2 2 11 x 100%
pl
22
Dimana :
KL = Kapasitas Lahan
∆ L= L2 – L1
L1 = Luas unit budidaya
L2 = Luas yang sesuai untuk satu unit budidaya
l1 = Lebar unit budidaya
l2 = Lebar yang sesuai untuk satu unit budidaya
p1 = Panjang unit budidaya
p2 = Panjang yang sesuai untuk satu unit budidaya
9) Analisis Daya Dukung Pengembangan Kawasan
Analisis daya dukung pengembangan pada kawasan perencanaan
mengacu kepada konsep pengembangan kawasan yang ekologis
ekonomis. Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung
pengembangan kawasan yaitu dengan pendekatan konsep Daya Dukung
Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum kegiatan/pengunjung
yang secara fisik dapat ditampung dikawasan yang disediakan pada

21
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia.


DDK dapat dihitung dengan formula:
Dimana :
DDK = Daya dukung kawasan
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit
area
Lp = Luas area atau panjang area yang dapat
dimanfaatkan
Lt = Unit area untuk kategori tertentu
Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk
kegiatan dalam satu hari
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh
pekerja/pengunjung untuk setiap kegiatan
tertentu.

Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan


jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat
digunakan oleh aktifitas/pengunjung mempertimbangkan kemampuan
alam mentolerir pengunjung sehingga keaslian alam/kelestarian
lingkungan tetap terjaga.

10) Analisa Sistem Jaringan Pergerakan


Analisis pelayanan jaringan jalan dapat diklasifikasikan berdasarkan
Undang-Undang tentang jaringan jalan No. 38 Tahun 2004, termasuk
fasilitas terminal.
Analisa pelayanan jaringan angkutan air (laut, sungai, danau) termasuk
fasilitas pelabuhan dan dermaga.
Perkembangan pembangunan, merupakan kebijakan rencana
pembangunan jaringan jalan dan air yang telah ditetapkan oleh
pemerintah maupun swasta yang dapat mempengaruhi pola ruang
kawasan, serta fungsi jalan seperti keberadaan jalan arteri, tol, angkutan
air, pelabuhan, bandara, terminal dan stasiun.

22
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Analisa kebutuhan interkoneksi dan interkoneksi jaringan, berdasarkan


sistem pembentukan struktur ruang yang telah direncanakan dan hasil
analisis poin pertama dan kedua diatas.

11) Analisis Dimensi Jalan


Dalam penerapannya, penentuan lebar dan jalur jalan dilihat dari Standar
Bina Marga terbaru dan Kepmen PU no.20/KPTS/1986 atau
penggantinya sebagai berikut: ¾ Jalur primer = 3,50 – 3,75 m/jalur ¾
Jalur sekunder = 3,00 – 3,50 m/jalur (arteri) ¾ Jalur tersier = 2,75 – 3,00
m/jalur (kolektor dan lokal).
Tabel 1.6. Dimensi Jalan

12) Analisa Peruntukan Blok/Segmen/Zona


Deliniasi blok, adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya
oleh batasan fisik yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan,
saluran irigasi, saluran udara tengangan (ekstra, tinggi, pantai, dan lain-
lain), maupun yang belum nyata (administrasi, dan lain-lain).
Alokasi lahan, pematangan lahan untuk pengembangan kegiatan-kegiatan
permukiman.
Rencana sistem prasarana kawasan terintegrasi dengan Rencana Induk
Sistem Prasarana Daerah, dan secara bertahap membangun prasarana
sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan kemampuan pemerintah.
Perangkat kelembagaan untuk mendukung pengembangan kawasan,
terutama yang berkaitan dengan aspek pengendalian pemanfaatan ruang.
Kawasan-kawasan yang memiliki kerentanan terhadap bencana alam,
perlindungan setempat dan kawasan tertentu/khusus.

Masing-masing blok peruntukan utama tersebut selanjutnya akan dibagi


menjadi beberapa sub-blok, sesuai pemanfaatan yang lebih spesifik dan
kekhususannya.

13) Analisis Tata Bangunan

23
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Garis sempadan adalah garis yang pada pendirian bangunan ke arah yang
berbatasan di atas permukaan tanah yang tidak boleh terlampaui. Garis
sempadan ini terdiri dari:
1. Sempadan muka : yang berbatasan dengan jalan
2. Sempadan belakang : yang berbatasan dengan jalan atau bangunan di
belakangnya.
3. Sempadan samping: yang berbatasan dengan jalan atau bangunan di
sampingnya.
4. Sempadan pagar : garis dimana harus dipasang bagian luar dari
pagar-pagar persil atau pagar-pagar pekarangan.
Dalam menentukan garis sempadan digunakan pertimbangan terhadap
transportasi yaitu mempertimbangkan segi kemacetan lalu lintas. Hal ini
yang biasanya menimbulkan kemacetan. Pertimbangan terhadap
transportasi ini mengambil pendekatan penentuan batas kecepatan
minimum pada karakteristik arus stabil yaitu lalu-lintas lancar pada jalan
perkotaan dengan batas kecepatan 15 mil/jam atau +25 km.
Dengan bertitik tolak dari batas kecepatan tersebut, dapat diperoleh jarak
minimum bangunan di kanan dan kiri jalan berdasarkan jarak pandang
dan jarak mengerem secara aman bagi kendaraan pada suatu perempatan.
Hal ini didapat dengan rumus:
Da=0.063.Va2+1,47ta.Va+16
Db = (a.Da) / Da-b
Dimana, Da, Db = Jarak mengerem secara aman antara kendaraan A dan
B a,b = Jarak kendaraan terhadap bangunan Va, Vb = Kecepatan
kendaraan A dan B ta = Waktu reaksi yang dibutuhkan untuk mengerem.

F. RENCANA KERJA
Adapun kegiatan akan dilaksanakan mulai tanggal 07 November sampai dengan 31
Desember 2021. Untuk memperlancar dan mempercepat penyusunan laporan hasil
survei perencanaan kota dengan judul "Perencanaan Kota Sataelit Biringkanaya
Berbasis Pda Pengembangan Industri dan Perdagangan” maka dalam penyusunan
ini kami menyusun Schedule Pelaksanaan Kegiatan, seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 1.7 Time Schedule

24
PERENCANAAN KOTA SATELIT
BIRINGKANAYA

Waktu

No Uraian Kegiatan (terhitung dari minggu ke-4 sampai dengan minggu ke-16)
VI VII XI XI
IV V VI IX X XI XIII XV XVI
I I I V
A Tugas Besar ( 07 November 2021)                          

Persiapan Survei                          

Persiapan Teknis                          

1 Ø Lokasi                          
Ø Deleniasi Kawasan                          
B
Ø List Data + PJ                          
Persiapan Administrasi                          
Ø Persuratan                          
2
Ø Koordinasi dengan instansi
                         
terkait

Survei dan Kompilasi Data                          

1 Kebijakan Terkait                          
C
2 Data Primer                          

3 Data Sekunder                          

D Analisis Mikro Wilayah                          

Penyusunan Laporan                          
Ø  Membuat dan menyusun
1                          
peta
E 2 Ø  Bab I dan Bab 2                          
3 Ø  Bab III dan Bab IV                          
4 Ø  Bab V dan Bab VI                          
5 Ø  Bab VII dan Bab VIII                          
F Presentase                          

G. KELUARAN
Adapun output atau keluaran dari tugas perencanaan kota ini, yaitu sebagai berikut :
1. Penjelasan mengenai permasalahan perkotaan yang berada di sekitar kawasan
Kecamatan Biringkanaya
2. Penjabaran solusi dalam mencegah dan meningkatkan kawasan perkotaan di
sekitar kawasan Kecamatan Biringkanaya

25

Anda mungkin juga menyukai