Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andini Kelas : HKI 1 (Semester 2)

Nim : 193090017 Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Hukum

TUGAS SOAL JAWAB


1. Apa yang dimaksud oleh Kodifikasi Hukum?
Jawab : Kodifikasi Hukum adalah pembukuan hukum dalam suatu himpunan Undang –
Undang dalam materi yang sama.

2. Apa tujuan dari Kodifikasi Hukum ?


Jawab : Tujuan kodifikasi hukum adalah agar didapat suatu rechtseenheid (kesatuan
hukum) dan suatu rechts – zakerheid (kepastian hukum)

3. Apa saja kekuasaan yang dipusatkan oleh Montesquieu dengan Trias Politikanya ?
Jawab : Montesquieu dengan Trias Politikanya memusatkan Pemerintahan dalam 3
kekuasaan yaitu, kekuasaan membuat Undang – undang (badan legislatif), kekuasaan
melaksanakan Undang – undang (badan eksekutif), dan kekuasaan mengadili pelanggar
Undang – undang (badan yudikatif).

4. Negara apa yang mengikuti jejak Montesquieu tersebut ?


Jawab : Negara yang benar-benar mengikuti jejak Montesquieu sepenuhnya adalah negara
Amerika Serikat.

5. Apa yang dimaksud dengan Kekosongan hukum ?


Jawab : Kekosongan hukum berarti tidak ada hukum. Semua orang dapat berbuat apa saja
dan tidak dapat dihukum, kekacauan akan timbul dan rust en orde tata/tertib juga tidak akan
ada.

6. Apa yang dilakukan ketika Kekosongan hukum tersebut melanda ?


Jawab : Untuk mengisi kekosongan hukum tersebut diadakan hukum peralihan atau
“transitoir recht” yang berwujud pasal II Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945.

7. Darimana kah Aturan Peralihan tersebut berasal ?


Jawab : Peraturan Peralihan tersebut merupakan hukum transisi dari hukum kolonial
Belanda yang akan tetap berlaku sampai dengan ada penggantinya.

8. Mengapa Perancis membentuk Code du Commerce dan Code Penal ?


Jawab : Karena dianggap lengkap dan sempurna maka negara – negara Eropa Barat lain
(Belgia, Swiss, Jerman, Italia, Belanda) juga menggunakan Undang-undang tersebut
dengan asas konkordansi atau resepsi atau cara – cara lain.
9. Ajaran Legisme dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga
timbullah ajaran baru yaitu ?
Jawab : Ajaran Freie Rechtslehre atau Freie Rechtsbewegung yang timbul pada tahun 1840.

10. Aliran apa saja yang muncul oleh Paham Freie Rechtslehre ?
Jawab : Paham Freie Rechtslehre berkembang menjadi 2 aliran yaitu aliran hukum bebas
sosiologis dan aliran hukum bebas natuurrechtelijk.

11. Apa yang dimaksud dengan penafsiran ?


Jawab : Penafsiran atau interpretasi peraturan undang-undang ialah mencari dan
menetapkan pengertian atas dalil-dalil yang tercantum dalam undang-undang sesuai
dengan yang dikehendaki serta yang dimaksud oleh pembuat undang-undang.

12. Bagaimanakah cara penafsiran dalam pengertian subyektif dan obyektif ?


Jawab : Dalam pengertian subyektif, apabila ditafsirkan seperti yang dikehendaki oleh
pembuat undang-undang. Dalam pengertian obyektif, apabila penafsirannya lepas daripada
pendapat pembuat undang-undang dan sesuai dengan adat bahasa sehari-hari.

13. Bagaimanakah cara penafsiran dalam pengertian sempit dan luas ?


Jawab : Dalam pengertian sempit (restriktif), yakni apabila dalil yang ditafsirkan diberi
pengertian yang sangat dibatasi. Dalam pengertian secara luas (ekstentif), ialah apabila
dalil yang ditafsirkan diberi pengertian seluas – luasnya.

14. Mengapa hakim bisa bebas dalam melakukan penafsiran ?


Jawab : Hakim bebas dalam melakuka penafsiran karena pembuat undang-undang tidak
menetapkan suatu sistem tertentu yang harus dijadikan pedoman bagi hakim dalam
menafsirkan undang-undang.

15. Sebisa mungkin semua metode penafsiran dilakukan agar mendapat makna-makna yang
tepat, jika metode tersebut tidak menghasilkan makna yang sama apa yang perlu dilakukan
?
Jawab : Yang perlu dilakukan adalah wajib mengambil metode penafsiran yang membawa
keadilan setinggi tingginya, karena memang keadilan itulah yang dijadikan sasaran
pembuat undang-undang pada waktu mewujudkan undang-undang yang bersangkutan.

16. Sebutkan apa saja metode penafsiran ?


Jawab : Penafsiran Gramatikal, Penafsiran Historis/, Penafsiran Sistematis, Penafsiran
Sosiologis, Penafsiran Otentik dan Penafsiran Perbandingan.

17. Jelaskan yang apa dimaksud dengan sosiologi hukum ?


Jawab : Sosiologi hukum merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris
dan analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan
gejala – gejala sosial lainnya.

2
18. Apa tujuan dari Sosiologi hukum ?
Jawab : Sosiologi hukum bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap praktik-praktik
hukum.

19. Apa saja obyek sasaran dari sosiologi hukum ?


Jawab : Obyek sasarannya ialah badan-badan yang terlibat dalam kegiatan
penyelenggaraan hukum, seperti pembuat undang-undang, pengadilan, polisi, advokat dan
sebagainya.

20. Apa tugas dari seorang advokat ?


Jawab : Advokat atau kepengacaraan bertugas mewawancarai seorang klien dan
menyediakan mereka dengan nasihat hukum ahli.

21. Apa yang membuat hukum yang sekarang terbentuk ?


Jawab : Hukum yang sekarang dibentuk oleh proses-proses yang berlangsung pada masa
yang lampau.

22. Apa saja cara pendekatan yang membuat sifat studi kesejahteraan hakikatnya bersifat
displiner ?
Jawab : Pendekatan sosiologis, antropologis dan positivistis.

23. Apa yang dimaksud dengan sejarah hukum ?


Jawab : Sejarah hukum merupakan salah satu bidang studi hukum yang mempelajari
perkembangan dan asal-usul sistem hukum, mengungkapkan fakta dan
membandingkannya antara hukum yang lampau dengan hukum sekarang ataupun yang
akan datang.

24. Jelaskan peranan dari sejarah hukum tersebut ?


Jawab : Dalam peranannya sejarah hukum juga berusaha mengenali dan memahami secara
sistematis proses-proses terbentuknya hukum, faktor-faktor yang menyebabkan dan
sebagainya memberikan tambahan pengetahuan yang berharga untuk memahami fenomena
hukum dalam masyarakat.

25. Sebutkan salah satu kegunaan sejarah hukum ?


Jawab : Sejarah hukum dapat memberikan pandangan yang luas bagi kalangan hukum.

26. Jelaskan apa maksud dari hukum sebagai kaidah ?


Jawab : Hukum sebagai kaidah merupakan patokan perilakuan atau sikap tindak yang
sepantasnya. Patokan tersebut memberikan pedoman, bagaimana seharusnya manusia
berkelakuan atau bersikap tindak, merupakan hasil dari perkembangan pengalaman
manusia semenjak dahulu kala.

27. Sejarah hukum dapat mengungkapkan fungsi dan efektivitas lembaga-lembaga hukum
tertentu yang berarti ?
3
Jawab : Berarti pada situasi – situasi semacam apakah suatu lembaga hukum benar-benar
dapat berfungsi atau malahan tidak berfungsi sama sekali.

28. Mengapa Scholten berpendapat bahwa hukum itu merupakan suatu sistem terbuka (open
system) ?
Jawab : Pendapat ini timbul karena berdasarkan pertimbangan tentang pesatnya kemajuan
dan pertumbuhan masyarakat.

29. Apa saja bentuk yang terdapat dalam konstruksi hukum ?


Jawab : Dalam konstruksi hukum ini terdapat 3 bentuk ialah analogi, penghalusan hukum
dan argumentum a contrario.

30. Apa yang dimaksud dengan penafsiran analogis ?


Jawab : Penafsiran analogis adalah penafsiran daripada suatu peraturan hukum dengan
memberi ibarat (kias) pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya, sehingga
suatu peristiwa yang sebenarnya tidak dapat dimasukkan, lalu dianggap sesuai dengan
bunyi peraturan tersebut.

31. Memperlakukan hukum sedemikian rupa (secara halus) sehingga seolah olah tidak ada
pihak yang disalahkan merupakan pengertian dari ?
Jawab : Penghalusan hukum.

32. Bagaimana sifat dari penghalusan hukum tersebut ?


Jawab : Sifat daripada penghalusan hukum adalah tidak mencari kesalahan daripada pihak
dan apabila satu pihak disalahkan maka akan timbul ketegangan.

33. Apa yang dimaksud dengan penafsiran a contrario ?


Jawab : Penafsiran a contrario adalah undang-undang yang didasarkan atas pengingkaran
yang berarti berlawanan pengertian antara soal yang dihadapi dengan soal yang diatur
dalam suatu pasal dalam Undang-undang.

34. Jelaskan mengapa penafsiran a contrario bertolak belakang dengan penafsiran analogis ?
Jawab : Pada hakikatnya penafsiran a contrario adalah sama dengan penafsiran analogis
hanya hasilnya berlawanan. Analogi membawa hasil positif sedangkan penafsiran a
contrario hasilnya negatif, kedua cara menjalankan undang-undang ini sama-sama
berdasarkan konstruksi hukum.

35. Sebutkan salah satu perbedaan penggunaan undang-undang secara analogi dan berdasarkan
argumentum a contrario ?
Jawab : Menggunakan undang-undang secara analogi memperluas berlakunya ketentuan
hukum atau peraturan perundang-undangan sedangkan secara a contrario mempersempit
berlakunya ketentuan undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai