Anda di halaman 1dari 7

Rangkuman Siroh Nabawiyah

Nama : Miftahul Jannah

Nim : 34190290

Pengertian Sirah Nabawiyah

Secara bahasa, sirah (‫ )سيرة‬berasal dari kata sara (‫ )سار‬yang artinya jalan. Sebagaimana mahfuzhat:

‫ص َل‬ ِ ْ‫لى الدَّر‬


َ ‫ب َو‬ َ ‫َمنْ َس‬
َ ‫ار َع‬
“Siapa berjalan pada jalurnya akan sampai pada tujuannya”

Sehingga sirah berarti perjalanan. Yakni perjalanan hidup.

Sirah secara bahasa juga berarti tingkah laku (‫)السلوك‬, cerita/kisah (‫)التاريخ‬, jalan atau cara (‫)الطارق‬.

Secara istilah, sirah nabawiyah adalah perjalanan hidup Nabi atau sejarah hidup Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Baik sebelum diangkat menjadi Rasul maupun setelah diangkat menjadi
Rasul, termasuk seluruh peristiwa dalam kehidupan beliau, sifat fisik dan akhlak beliau, serta hal-hal
yang terkait dengan peperangan (ghazwah) dan ekspedisi (sariyah) beliau.

PENGERTIAN SIROH NABI SAW YANG BENAR

Untuk meluruskan persepsi tentang siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperlukan satu
pengertian yang benar terhadap siroh tersebut. Maka yang dimaksud dengan siroh Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam di sini adalah kumpulan berita-berita yang diriwayatkan atau dikisahkan tentang
peri kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meliputi nasab, kandungan beliau di
perut ibunya, kelahirannya dan keadaan kehidupan yang menyertainya, pemeliharaannya, masa
kecilnya, masa remaja dan kedewasaan beliau, pengangkatan beliau sebagai Nabi, turunnya wahyu
kepada beliau dan permulaan dakwahnya, masa-masa dakwah di Makkah dan setelah hijrohnya ke
Madinah, pembentukan negara di Madinah dan pembelaan beliau terhadap negara tersebut, jihad
beliau melawan musuh-musuh agama di dalam negara dan di luarnya, pengiriman duta, utusan-
utusan dan angkatan perang, kepemimpinan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, perang-perang
penting, pengembangan dakwah Islam di Jaziroh Arab dan di luarnya, sakit dan kematian beliau dan
pengaruhnya terhadap para sahabat Radhiyallahu ‘anhum sampai perawatan jenazah beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam [As-Siroh An-Nabawiyah oleh Muhammad Abdul Qadir Abu Faaris hal.
49.]

Faedah dan manfaat mempelajari Sirah Nabawiyah

1. mengetahui asbab nuzul kebanyakan ayat dan asbab wurud hadits nabi, dimana hal ini dapat
membantu memahami makna ayat dan hadits serta menyimpulkan hukum dari keduanya.
2. bekal bagi para du’at dan pejuang islam. Dengan belajar sirah mereka akan memiliki tekad
dan motivasi yang kuat,karena mereka memiliki teladan dan pendahulu yang telah
mempersembahkan juhud (pengorbanan) yang besar berupa tetesan darah untuk
menjayakan islam. Dengan belajar sirah pula para da’i makin tahu betapa mahalnya hidayah
pada agama ini dan betapa mulianya orang-orang berdawah dan berjihad
memperjuangkannya.
3. sirah nabawiyah sendiri merupakan salah satu mu’jizat dan tanda kenabian muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibn hazm rahimahullah berkata, “bagi yang mengkaji dengan
seksama sirah nabi muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang agung ini akan
membenarkan dan mempersaksikan bahwa beliau adalah benar-benar rasul allah. Andaikan
beliau tidak memiliki mu’jizat selain sirahnya, maka sudah cukup. (al-fashlu fil milal wan
nihal,2/190).
4. mengetahui jalan ideal menjayakan islam seperti yang ditempuh oleh rasulullah shallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau diutus pada saat manusia berada dalam kondisi kehidupan yang
paling buruk. Bahkan lebih buruk dibanding kondisi ummat-ummat para nabi selain beliau.
Dengan belajar sirah kita mengetahui bgaimana beliau memulai da’wah, bgaimana
berpindah dari satu marhalah (fase) ke marhalah berikutnya. Hingga allah sempurnakan dien
ini, dan allah sempurnakan nikmat-nya kepada kaum muslimin.
5. mengenali faktor-faktor yang menjadikan para sahabat radhiyallahu ‘anhum layak dan
pantas memimpin ummat manusia. Dengan belajar sirah kita dapat mengetahui pula
bagaimana mereka ditarbiyah (dibina dan dikader) oleh nabi muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Hal ini dapat menumbuhkan kecintaan terhadap mereka, menumbuhkan
semangat mengikuti metode mereka,dan menapaktilasi jalan mereka.
6. belajar sirah dapat menumbuhkan dan meningkatkan kecintaan kepada nabi dan para
sahabat. Karena seolah-olah mereka hadir di tengah-tengah kita, dan kita berada di tengah-
tengah mereka. Kita bahagia dengan kebahagiaan bersama bahagia mereka, menangis
bersama tangisan mereka, dan bahagia atas kemenangan mereka. Karena tidak dapat
dipungkiri, kebersamaan yang lama suka dan duka termasuk faktor penguat ikatan cinta dan
persaudaraan. Inilah berkahnya belajar sirah nabawiyah yang mulia. Ia termasuk salah satu
simpul iman. Dimana tidak akan sempurna iman seorang hamba dia mencintai rasulullah
shallahu ‘alaihi wa sallam melebihi cintanya pada orang tuanya, anaknya, dan seluruh
manusia.
7. belajar sirah nabawiyah merupakan kenikmatan ruhiyah dan gizi bagi hati yang suci.j

kondisi masyarakat makkah sebelum diutusnya rasulullah


gambaran dari al qur’an

al quran menggambarkan kondisi masyarakat arab sebelum islam dengan istilah dholalun
mubin (‫)ضالل مبين‬, kesesatan yang nyata. Allah subahanahu wa ta’ala berfirman:

ٍ ِ‫ضاَل ٍل ُمب‬
‫ين‬ َ ‫ث فِي اأْل ُ ِّميِّينَ َر ُسواًل ِم ْنهُ ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ِه ْم آَيَاتِ ِه َويُزَ ِّكي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِكت‬
َ ‫َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َوإِ ْن كَانُوا ِم ْن قَ ْب ُل لَفِي‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذي بَ َع‬

“dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
kitab dan hikmah (as sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata” (qs. Al jumu’ah: 2)
Buya hamka menjelaskan dalam tafsir al azhar, kesesatan yang nyata yang dialami bangsa
arab diutusnya rasulullah antara lain:

• menguburkan anak perempuan hidup-hidup

• orang kaya memeras orang miskin dengan riba

• menyembah berhala

• perang antar kabilah

Akhlak Masyarakat Arab Sebelum Islam

Banyak kebejatan dan amoral di masyarakat Arab jahiliyah. Namun masih ada akhlak terpuji yang
terjaga dan menjadi kelebihan bangsa Arab:

1. Kedermawanan

2. Memenuhi janji

3. Harga diri

4. Pantang mundur

5. Menolong orang lain

6. Kesederhanaan Arab Badui

Agama dan Keyakinan Arab Sebelum Islam

Awalnya masyarakat Arab bertauhid pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sejak Nabi Ismail,
tidak ada lagi Nabi yang turun dari kalangan mereka hingga 20 generasi.

Semakin lama semakin banyak penyimpangan. Terutama ketika Amr bin Luhay membawa berhala
Hubal dari Syam dan diletakkan di dalam Ka’bah.

Sebelum Rasulullah diutus, mayoritas penduduk Makkah menyembah berhala. Demikian pula
penduduk Yatsrib, meskipun di sana juga ada Yahudi dan Nasrani.

Selain Hubal, berhala-berhala terbesar mereka adalah Manat (di Musyallal, tepi laut merah), Lata (di
Thaif), dan Uzza (di Wadi Nakhlah). Di sekitar Ka’bah sendiri ada sekitar 360 berhala.

Orang-orang Arab jahiliyah memiliki sejumlah ritual penyembahan berhala, antara lain:

• Mendatangi berhala, berkomat-kamit berdoa dan minta pertolongan

• Thawaf di sekeliling berhala dan sujud di hadapannya


• Menyembelih qurban untuk berhala

• Membawakan sesaji dari makanan pilihan kepada berhala

• Bernadzar menyajikan hasil ternak kepada berhala

• Al Bahirah (onta yang dimuliakan karena beranak betina 10), As Sa’ibah (onta yang dilepaskan
karena nadzar), Al Washilah (domba yang punya anak kembar 5 betina), dan Al Hami (onta yang
dimuliakan karena membuntingi 10 betina).

Khurafat meraja lela di masyarakat Arab jahiliyah. Mereka mengundi nasib dengan anak panah
(azlam), percaya kepada peramal, dukun dan ahli nujum.

Namun masih ada pula sisa-sisa ajaran Ibrahim yang tidak hilang, di antaranya:

• Memuliakan ka’bah

• Thawaf mengelilingi ka’bah

• Haji dan umrah

• Wuquf di arafah

Intinya, paganisme telah menguasai jazirah Arab. Mayoritas masyarakat menyembah berhala. Sisa-
sia ajaran tauhid Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail masih ada, di antaranya

mereka masih kenal dengan nama Allah. Bahkan yakin bahwa Allah adalah Sang Pencipta. Namun
mereka menyekutukan Allah dengan menyembah berhala yang mereka yakini sebagai perwujudan
malaikat atau orang shalih untuk menjadi perantara kepada Allah.

Demikian kondisi Arab sebelum Islam. Mereka benar-benar terpuruk dalam masa jahiliyah, benar-
benar berada dalam kesesatan yang nyata. Kepada masyarakat seperti itulah Rasulullah diutus.
Mengubah dari jahiliyah menuju cahaya Islam

SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH

Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah
masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang
agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid,
yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya
beragamawatsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka
letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur
bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat
Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi ‘in. 2. Pengangkatan
Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT,
terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang
bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur,
beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah. Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau
rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali
yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah
Islam dinamakan Nuzul Al -Qur’an. Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S.
Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al- Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi
Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia. Setelah itu, tatkala Nabi
Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara
berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat,
yang meliputi 89 surah.

1. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian
adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam
bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama
tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya
beragamawatsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka
letakkan di Ka'bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur
bernama: Ma'abi, Hubai, Khuza'ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat
Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi 'in.

2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau
rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau
sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal
Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah. Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi
atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama
kali yakni Al-Qur'an Surah Al-'Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur'an pertama tersebut, dalam
sejarah Islam dinamakan Nuzul Al -Qur'an. Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama
(Q.S. Al-'Alaq: 1-5) turun pula Surah Al- Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi
Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia. Setelah itu, tatkala Nabi
Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara
berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur'an sebanyak 4726 ayat,
yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah
Makkiyyah.

3. Ajaran Islam Periode Mekah Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah
SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:a. Keesaan Allah SWT b. Hari Kiamat sebagai hari
pembalasan c. Kesucian jiwa d. Persaudaraan dan Persatuan

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH

Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan
kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini
kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha
mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:

1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi


Selama 3-4 Tahun Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru
untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan
kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah
Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-
10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah
dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat
dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil). Abu
Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan
dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah: Abdul Amar dari Bani Zuhrah Abu
Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris Utsman bin Affan Zubair bin Awam Sa’ad bin Abu Waqqas
Thalhah bin Ubaidillah. Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-
sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam
generasi awal).

2. Dakwah secara terang-terangan

Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya
wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang- terangan. Wahyu
tersebut berupa ayat AI-Qur’an Surah 26: 214-216. Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara
terang-terangan ini antara lain sebaga berikut: 1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani
Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang
belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk
Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin
Haritsah. 2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan
bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa. Pada periode dakwah secara
terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu:
Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib
masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M). Rasulullah
SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah
mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain: Abu Zar Al-Giffari,
seorang tokoh dari kaum Giffar. Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum
Daus. O0000O

Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M,
telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M,
sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu
Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah. Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah
SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul
Aqabah. Isi Bai ‘atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan
melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan
para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib. 3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah
Rasulullah SAW Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan
sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:

1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak
dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam
masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW
(Islam) melarangnya.
2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni
hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab
neraka.

3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan
tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.

4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW
karena Islam melarang menyembah berhala. Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan
menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain: O Para budak yang telah
masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an- Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil
dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka
dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di
saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap
berhala. Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW
menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk
berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan.
Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M. Suatu saat keenam belas
orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk
Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset,
karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi. Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali
ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib. Pada tahun ke-10 dari
kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu
istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan
Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).

Anda mungkin juga menyukai