Anda di halaman 1dari 16

PPKn

Peran Lembaga Hukum dalam Menjamin


Keadilan dan Kedamaian

Disusun oleh :

1. Farhan Syaifullah Sinaga


2. M. Rozagi
3. Hafidz Akbar Fadilla
4. Fregina Pingkan O
5. Fadhilla A
6. Tina Salsabila

PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 SELUMA
Jalan Bengkulu-Manna KM 61 Kel. Lubuk Kebur Kec. Seluma Kabupaten Seluma
Telepon (0736) 91093
TAHUN 2021

1
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
1.      Peran Kepolisian Republik Indonesia (Polri).............................................................................5
2.      Peran Kejaksaan Republik Indonesia.........................................................................................7
3.      Peran Hakim Sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman.........................................................9
4.      Peran Advokat dalam Penegakan Hukum................................................................................10
5.      Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).........................................................................12
BAB III
PENUTUP................................................................................................................................................14
2.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................14
2.2 SARAN...........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................16

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini.
Dan semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini. Harapan kami
semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun
pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di
kemudian hari.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penegakan hukum di dalam sistem peradilan pidana bertujuan untuk menanggulangi


setiap kejahatan. Hal ini dimaksudkan agar setiap tindakantindakan yang melanggar aturan
hukum dan peraturan perundang-undangan serta membuat kehidupan masyarakat menjadi
terganggu dapat untuk ditanggulangi, sehingga kehidupan masyarakat menjadi aman, tenteram,
dan terkendali, serta masih dalam batas-batas toleransi masyarakat.
Sistem peradilan pidana sudah dianggap berhasil apabila laporan ataupun pengaduan
terjadinya kejahatan di dalam masyarakat dapat diselesaikan dengan diajukan ke pengadilan dan
mendapat putusan dari hakim yang seadil-adilnya, apakah berupa putusan bebas, lepas dari
segala tuntutan hukum, ataupun berupa pemidanaan. Keberhasilan dari sistem peradilan pidana
dapat dilihat dari berkurangnya jumlah kejahatan dan residivis di dalam masyarakat.
Berdasarkan pada pokok-pokok pikiran tersebut di atas, maka kajian ini mencoba
memahami usaha menanggulangi kejahatan yang menjadi sasaran utama dari hukum pidana,
serta bagaimana sistem peradilan pidana sendiri bekerja, baik dari segi hukumnya maupun dari
segi pelaksanaanya.
Pengkajian tentang penegakan hukum pidana tidak bisa dilepaskan dari aparatur
kepolisian atau POLRI. Karena tugas polri sebagai penegak hukum (law enforcement) maupun
dalam tugas-tugas penjagaan tata tertib (order maintence). Secara konseptual, maka inti dan arti
penegak hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di
dalam kaidah-kaidah yang mantap dapat mengejawantahkan sikap sebagai serangkaian
penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup.

1.2 Rumusan Masalah

1. Siapa saja peran penegakan hukum diindonesia?


2. Apa saja tugas mereka?
3. Bagaimana fungsi mereka?

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.      Peran Kepolisian Republik Indonesia (Polri)


     Kepolisian Republik Indonesia atau yang sering disebut POLRI merupakan lembaga
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Selain itu, dalam bidang penegakan hukum
khususnya yang berkaitan dengan penanganan tindak pidana sebagaimana yang diatur
dalam KUHAP, Polri sebagai penyidik utama yang menangani setiap kejahatan secara umum
dalam rangka menciptakan keamanan dalam negeri.

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI.

Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan


keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat (Pasal 2).
Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketenteraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (Pasal 4).

Fungsi dan tujuan kepolisian semacam itu kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam tugas
pokok kepolisian yang meliputi:
1.      memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
2.      menegakkan hukum; dan
3.      memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat (Pasal 13).

Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Pasal 14 menyatakan, kepolisian bertugas


untuk:

5
1.      melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan
pemerintah sesuai kebutuhan;
2.      menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas di jalan;
3.      membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat
serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
4.      turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
5.      memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
6.      melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik
pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
7.      melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum
acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
8.      menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan
psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
9.      melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan
ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia;
10.  melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi
dan/atau pihak yang berwenang;
11.  memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas
kepolisian;
12.  melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, sesuai  yang tercantum dalam Pasal 16 UU RI No. 2


Thn.2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia diberikan wewenang diantaranya:
1.      Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
2.      Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan
penyidikan;
3.      Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;
4.      Menyuruh berhenti orang yang dianggap dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri;
5.      Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6.      Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
7.      Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
8.      Mengadakan penghentian penyidikan;
9.      Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
6
10.  Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang ditempat
pemeriksaan imigrasi dalam keadaaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau
menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
11.  Memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta
menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut
umum;
12.  Mengadakan tindakan lain menurut hukum  yang bertanggung jawab , yaitu tindakan
penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan dengan syarat sebagai berikut:
a)      Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b)      Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;
c)      Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan dalam jabatannya;
d)     Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa;
e)      Menghormati hak asasi manusia.

2.      Peran Kejaksaan Republik Indonesia


     Kejaksaan RI adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara, khususnya di
bidang penuntutan.  Penuntutan merupakan tindakan Jaksa untuk melimpahkan perkara
pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang – undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang
Pengadilan. Pelaku pelanggaran pidana yang dituntut adalah yang benar bersalah dan telah
memenuhi unsur – unsur tindak pidana yang disangsikan dengan didukung oleh barang bukti
yang cukup dan didukung oleh minimal dua (2) orang saksi.
     Keberadaan Kejaksaan RI diatur dalam UU RI No. 16 Thn. 2004. Berdasarkan undang
– undang tersebut, kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk
lebih berperan dalammenegakan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum,
penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
     Sebagai lembaga negara yang melaksanakan  kekuasaan negara dibidang penuntutan harus
melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya.
Adapun yang menjadi fungsi, tugas dan wewenang dari kejaksaan, yaitu sebagai berikut:
a.      Fungsi dari kejaksaan yaitu:
1)      Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis pemberian bimbingan dan
pembinaan serta pemberian perijinan sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;

7
2)      penyelengaraan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana, pembinaan manajemen,
administrasi, organisasi dan tatalaksanaan serta pengelolaan atas milik negara menjadi tanggung
jawabnya;
3)      pelaksanaan  penegakan  hukum baik  preventif  maupun yang berintikan keadilan di bidang
pidana;.
4)      pelaksanaan pemberian bantuan di bidang intelijen yustisial, dibidang ketertiban    dan
ketentraman         umum, pemberian    bantuan,     pertimbangan,     pelayanan     dan penegaakan
hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta  tindakan hukum dan tugas lain, untuk
menjamin kepastian hukum,      kewibawaanm pemerintah    dan penyelamatan   kekayaan 
negara,   berdasarkan   peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan Jaksa
Agung;
5)      penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau
tempat lain yang layak berdasarkan penetapan Hakim karena tidak mampu berdiri sendiri atau
disebabkan hal - hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri;
6)      pemberian pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah, penyusunan peraturan perundang-
undangan serta peningkatan kesadaran hukum masyarakat; 

     Koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta pengawasan, baik di dalam
maupun dengan instansi terkait atas pelaksanaan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung .

b.      Tugas dan Wewenang Kejaksaan yaitu:


1)      Di bidang pidana :
a)      Melakukan penuntutan;
b)      Melaksanakan ketetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap;
c)      Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
d)     Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang – undnag;
e)      Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan
penyidik.

2)      Di bidang perdata dan tata usaha negara :


                        Kejaksaan dengan kuasa khusus, dapat bertindak baik di dalam maupun diluar pengadilan
untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
8
3)      Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut melaksanakan
kegiatan :
a)      Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b)      Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c)      Pengawasan peredaran barang cetakan;
d)     Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
e)      Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f)       Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

Untuk mengefektifkan peranannya lembaga kejaksaan di Indonesia memiliki tiga


tingkatan yaitu :
1.      Kejaksaan Agung di tingkat pusat yang dipimpin oleh Jaksa Agung
2.      Kejaksaan Tinggi di tingkat provinsi yang dippimpin oleh seorang Kepala Kejaksaan Tinggi
(Kajati)
3.      Kejaksaan Negeri di tingkat kabupaten/kota yang dipimpin oleh seorang kepala kejaksaan
(Kajari).

3.      Peran Hakim Sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman


     Keberadaan lembaga kehakiman di Indonesia diatur dalam UU RI No. 48 Thn. 2009
tetang kekuasaan kehakiman, yang merupakan penyempurnaan dari UU RI No. 4 Thn.
2004. Berdasarkan UU tersebut kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh :
a)      Mahkamah Agung,
b)      Badan peradilan yang berada dibawah mahkamah agung yang meliputi; badan peradilan
peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.
Mahkamah Konstitusi

     Lembaga – lembaga tersebut berperan sebagai penegak keadilan, dan dibersihkan dari


setiap intervensi baik dari lembaga legislatif, eksekutif, maupun lembaga lainnya. Kekuasaan
kehakiman lembaga – lembaga tersebut dilaksanakan oleh Hakim.

     Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang – undang untuk
mengadili. Mengadili merupakan serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan
memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak disebuah sidang
pengadilan berdasarkan ketentuan perundang – undangan. Hakim tidak boleh dipengaruhi oleh
kekuasaan – kekuasaan lain dalam memutusjkan perkara. Apabila hakim mendapatkan pengaruh
9
dari pihak lain dalam memutuskan perkara, maka keputusan hakim cenderung tidak adil, yang
pada akhirnya akan meresaahkan masyarakat, serta wibawa hukum dan hakim akan hilang.

     Menurut ketentuan UU RI No. 48 Thn. 2009 tentang kehakiman, hakim berdasarkan


jenis lembaga peradilannya diklasifikasikan menjadi:
a)      Hakim pada Mahkamah Agung yang disebut Hakim Agung.
b)      Hakim pada badan peradilan di bawah MA yaitu dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
hakim pada peradilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.
c)      Hakim pada Mahkamah Konstitusi yang disebut Hakim Konstitusi.

     Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan Kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan pada umumnya (Pasal 2 UU No.2 Tahun 1984). Pengadilan Negeri
bertugas dan berwenang, memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara
pidana dan perkara perdata di tingkat pertama (Pasal 50 UU No.2 Tahun 1986).
Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang hukum
kepada instansi pemerntah di daerahnya apabila diminta (Pasal 52 UU No.2 Tahun 1986). Selain
menjalankan tugas pokok, pengadilan dapat diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau
berdasarkan Undang-Undang.
Setiap hakim melaksanakaan proses peradilan dilaksanakan disebuah tempat yang
dinamakan pengadilan. Peradilan menunjukan pada proses berjalannya mengadili perkara
sesuai dengan kategori perkara yang diselesaikan. Sedangkan pengadilan menunjukan tempat
untuk mengadili perkara/tempat melaksanakan proses peradilan guna mengakan hukum.

Adapun Kewenangan nya adalah sebagai berikut :


a)      Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara
pidana dan perdata di tingkat pertama;
b)      Pengadilan Negeri dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasehat tentang hukum
kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya apabila diminta;
c)      Selain tugas dan kewenangan tersebut diatas, Pengadilan Negeri dapat diserahi tugas dan
kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

10
4.      Peran Advokat dalam Penegakan Hukum
     Advokat disebut juga penasihat hukum adalah orang yang diberi kuasa untuk memberi
bantuan di bidang hukum baik perdata atau pidana kepada yang memerlukannya., baik berupa
nasihat (konsultasi) maupun bantuan hukum aktif baik didalam maupun diluar pengadilan
dengan jalan mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingann hukum para pengguna jasanya. Melalui jasa hukum yang diberikan , advokat
menjalankan tugas profesi demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan
masyarakat pencari keadilan , termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalan menyadari hak
– hak fundamental mereka di depan hukum .
     Keberadaan advokat sebagai salah satu lembaga penegak hukum diaatur dalam UU RI
No. 18 Thn. 2003 tentang Advokat. Melalui UU ini , Setiap orang yang memenuhi syarat dapat
menjadi seorang advokat.
Adapun persyaratan untuk menjadi advokat di Indonesia diatur dalam pasal 3 UU RI NO.
18 Thn. 2003, yaitu :
a.       Warga negara RI;
b.      Bertempat tinggal di Indonesia;
c.       Tidak berstatus sebagai pejabat negara atau pegawai negeri;
d.      Berusia sekurang – kurangnya 25 tahun
e.       Berijazah sarjana dengan latar belakang pendidikan tinggi hukum;
f.       Lulus ujian yang diadakan Organisasi Advokat;
g.      Magang sekurang – kurangnya 2 tahun berturut – turut pada kantor advokat;
h.      Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara 5 tahun atau lebih;
i.        Berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyhai integritas yang tinggi.

     Adapun tugas dari advokat secara khusus adalah membuat dan mengajukan gugatan,


jawaban, tangkisan, sangkalan, memberi pembuktian, mendesak segera disidangkan atau
diputuskan perkaranya dan sebagainya. Disamping itu advokat/ pengacara bertugas membantu
hakim dalam mencari kebenaran dan tidak boleh memutar balikan peristiwa demi kepentingan
kliennya agar kliennya menang dan bebas. Oleh karena itu , sesuai Undang – Undang RI
Nomor 18 Tahun 2003 , seorang advokat mempunyai hak dan kewajiban yang dilindungi
undang – undang .
Adapun hak dan kewajiban advokat/pengacara, yaitu:
·         Hak advokat/pengacara :

11
a.       Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi
tanggung jawabya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi
dan peraturang perundang – undangan.
b.      Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang –
undangan.
c.       Advokat tidak dapat dituntut dengan itikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam
sidang pengadilan.
d.       Advokat berhak mendapatkan informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi
pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingna tersebut yang diperlukan
untuk pembelaan  kepentingan kliennya sesuai dengan peratuan perundang – undangan.
e.       Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan atas berkas
dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaaan dan perlindungan terhadap penyadapan
atas komunilkasi elektronik advokat.
f.       Advokat tidak dapat diidentikan dengan kliennya dalam membela perkara klien oleh yang
berwenang dan/atau masyarakat.

·         Kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang advokat diantaranya adalah sebagai
berikut :
a.       Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuanterhadap klien
berdasarkan jenis kelamin, agama. Polituk, keturunan, ras, atau latar belakang sosial. Dan
budaya.
b.      Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya karena
hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang – udang.
c.       Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan tugas dan
martabat profesinya.
d.      Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian rupa sehingga
merugikan profesi advokat atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaaan dalam menjalankan
tugas profesinya.
e.       Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakantugas profesi advokat selama
memangku jabatan.

5.      Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)


     Komisi Pemberantasan Korupsi disingkat KPK adalah sebuah komisi yang dibentuk
pada tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi

12
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tujuan dibentuknya KPK adalah untuk mengatasi,
menanggulangi dan memberantas korupsi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, KPK mempunyai tugas sebagai berikut.
a.       Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
b.      Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
c.       Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
d.      Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.
e.       Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Selain memiliki tugas tersebut, komisi ini memiliki beberapa wewenang sebagai berikut.
a.       Mengoordinasi penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi.
b.      Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi.
c.       Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi
terkait.
d.      Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindakan korupsi.
e.       Meminta laporan instansi terkait pencegahan tindak pidana korupsi.
 Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya itu, KPK perpedoman pada asas sebagai
berikut.
1)      Kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan
wewenang KPK.
2)      Keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kinerja KPK dalam menjalankan
tugas dan fungsinya.
3)      Akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan
KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4)      Kepentingan umum, yakni asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
5)      Proporsionalitas, yakni asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas, wewenang,
tanggung jawab, dan kewajiban KPK.

13
BAB III

PENUTUP

2.1 KESIMPULAN
·         Menurut Andi Hamzah sebagaimana dikutip oleh Soemardi dalam artikelnya yang
berjudul Hukum dan Penegakan Hukum (2007), perlindungan hukum dimaknai sebagai daya
upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang
bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai
dengan hak-hak asasi yang ada.
·         Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang yang
tidak sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku. Dengan kata lain, pelanggaran
hukum merupakan pengingkaran terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh
peraturan atau hukum yang berlaku, misalnya kasus pembunuhan merupakan pengingkaran
terhadap kewajiban untuk menghormati hak hidup orang lain.
·         Penegakan hukum merupakan syarat terwujudnya perlindungan hukum . Kepentingan setiap
orang akan terlindungi apabila hukum yang mengaturnya dilaksanakan baik oleh masyarakat
ataupun aparat penegak hukum .
·         Perlindungan dan penegakan hukum sangat penting dilakukan karena dapat
mewujudkan hal – hal berikut ini :
a.       Tegaknya supremasi hukum
b.      Tegaknya Keadailan
c.       Mewujudkan perdamaian dalam kehidupan di masyarakat
·         Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, 2002) sangat tergantung pula
dari beberapa faktor, antara lain:
a.      Hukumnya.

14
b.      Penegak hukum
c.       Masyarakat,
d.      Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
e.       Kebudayaan,
·         Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia , diantaranya :
1.      Pasal 27 ayat (1) UUD RI 1945
2.      Pasal 28 D ayat (1) UUD RI 1945
3.      Pasal 30 ayat (4) UUD RI 1945 
·         Peran Lembaga Penegak Hukum dalam Menjamin Keadilan dan Kedamaian
1.      Peran Kepolisian Republik Indonesia (Polri)
2.      Peran Kejaksaan Republik Indonesia
3.      Peran Hakim sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman
4.      Peran Advokat dalam Penegakan Hukum
5.      Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
·         Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang
yang tidak sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku. Dengan kata lain,
pelanggaran hukum merupakan pengingkaran terhadap kewajiban-kewajiban yang telah
ditetapkan oleh peraturan atau hukum yang berlaku, misalnya kasus pembunuhan merupakan
pengingkaran terhadap kewajiban untuk menghormati hak hidup orang lain.
·         Sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga peradilan, Sanksi sosial
diberikan oleh masyarakat, misalnya dengan cemoohan, dikucilkan dari pergaulan, bahkan yang
paling berat diusir dari lingkungan masyarakat setempat.
·         Wujud dari partisipasi masyarakat adalah dengan menampilkan perilaku yang
mencerminkan ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum. Ketaatan atau kepatuhan terhadap
hukum yang berlaku merupakan konsep nyata dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam
perilaku yang sesuai dengan sistem hukum yang berlaku. Tingkat kepatuhan hukum yang
diperlihatkan oleh seorang warga negara, secara langsung menunjukkan tingkat kesadaran
hukum yang dimilikinya.
  

2.2 SARAN
     Berdasarkan pembahasan di atas dan simpulan yang telah di kemukakan sebelumnya, pada
bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1.      Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para
pembaca terutama siswa sebagai generasi mudah.

15
2.      Penulis berharap agar siswa lebih mudah memahami perlindungan dan penegakkan hukum.
3.      Penulis menyadari bahwa masih banyak siswa yang belum memahami tentang perlindungan dan
penegakkan hukum maka dalam hal ini perlu mendapatkan perhatian dari para guru terutama
para ahli hukum. 

DAFTAR PUSTAKA

Halimi Muhammad, Sundawa Dadang, Nasiwan, 2014, Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan, Jakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Andika, Raka, Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakkan Hukum, Online


(http://rakaraperz.blogspot.com/2014/11/dasar-hukum-perlindungan-dan-penegakan-
hukum_15.html), Diakses 25 November 2014.

Anwar Yesmil, System Peradilan Pidana (Konsep, Komponen dan Pelaksanaannya Dalam


Penegakkan Hukum Di Indonesia), Online,
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32820/4/Chapter%20I.pdf), Diakses 25
November 2014

https://www.kompasiana.com/skrl/54f5dd5da33311b5528b470c/uud-1945-pasal-28-d-ayat-1

http://www.smansax1-edu.com/2014/11/dasar-hukum-perlindungan-dan-penegakan.html

http://www.kartikaafriyanti.blogspot.com

16

Anda mungkin juga menyukai