Anda di halaman 1dari 6

REFERAT SKILL

KEDOKTERAN INDUSTRI LINGKUNGAN

MANAJEMEN LAKTASI

OLEH:

Achmad Rivaldy Ibrahim

201810330311067

SKILL 7

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
A.  Laktasi

Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan
bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu(ASI) merupakan makanan yang ideal bagi
pertumbuhan neonatus (Nugroho, 2011, p.3).
Komponen yang terkandung didalam ASI sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan
dan perlindungan pertama  terhadap  infeksi. Proses pembentukan air susu merupakan suatu
proses yang kompleks melibatkan hipotalamus,  dan payudara  yang  telah dimulai  saat 
fetus  sampai  pada paska persalinan.
ASI yang dihasilkan memiliki komponen yang tidak sama,dengan terjadinya kehamilan pada
wanita akan berdampak pada pertumbuhan payudara dan proses pembentukan air susu
(Laktasi).
Laktasi adalah suatu seni  yang  harus di pelajari kembali tanpa diperlukan alat-alat
khusus dan biaya yang mahal, yang diperlukan adalah kesabaran,  waktu,  pengetahuan 
tentang  menyusui  dan  dukungan  dari berbagai pihak khususnya suami (Roesli, 2005, p.1).
Menyusui terbaik  untuk  bayi  karena  ASI  mudah  di  cerna  dan memberikan gizi
dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan bayi, Menyusui lebih nyaman dan lebih murah
dari pada susu formula, dan ASI selalu siap pada suhu yang stabil dengan temperatur tubuh
(Proverawati, 2010, p.33).
B. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah dan keluarga
untuk menunjang keberhasilan menyusui.8 Manajemen laktasi dimulai dari perawatan
payudara sampai pemberian ASI perasan. Keberhasilan dalam menyusui tidak lepas dari
faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari ibu dan bayi sedangkan faktor
eksternal adalah dari lingkungan dan keluarga. Faktor internal sangat mempengaruhi
keberhasilan manajemen laktasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Sri Handini (2012) yang
menggambarkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses laktasi adalah kondisi dan
perawatan payudara, teknik menyusui, posisi menyusui, frekuensi dan durasi menyusui.

C. Keberhasilan menyusui
Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6 bulan
pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara eksklusif
selama 6 bulan pertama, antara lain :

1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam 1 jam
pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan tanggap dalam 1 jam
pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap
(sucking reflex) sangat kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga
dapat melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari efek anestesi
umum). Proses menyusui dimulai segera setelah lahir dengan membiarkan bayi
diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit kulit. Bayi akan mulai merangkak
untuk mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan
merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta
perkembangan bayi.

2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi anda. Tidak
ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula) yang diberikan, karena 
akan menghambat keberhasilan proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan
mengganggu produksi dan suplai ASI, menciptakan bingung puting, serta meningkatkan
risiko infeksi

3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia akan
melepaskan puting dengan sendirinya. 

D. Keterampilan menyusui

Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus mempunyai
keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif.
Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada
payudara yang tepat. 

Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring atau duduk.
Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar
menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan
payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk,
posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.
Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara
dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan badan ibu (sanggahan
bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai
mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan
punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke
mulut bayi dengan cara menyusuri langit-langitnya. Masukkan payudara ibu sebanyak
mungkin ke mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding
aerola bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan
puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi.

Posisi tubuh yang baik dapat dilihat sebagai berikut:

 Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)

 Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)

 Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis
lurus dengan lengan bayi dan leher bayi 

 Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik

 Ada kontak mata antara ibu dengan bayi

 Pegang belakang bahu jangan kepala bayi

 Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku

Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut :

 Leher bayi terputar dan cenderung kedepan

 Badan bayi menjauh badan ibu

 Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu

 Hanya leher dan kepala tersanggah

 Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi


 C-hold tetap dipertahankan

Proses menyusui adalah saat yang penting bagi ibu pasca melahirkan. Proses
menyusui dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kondisi dan perawatan payudara ibu, keadaan
psikis ibu, kesibukan ibu bekerja, kondisi bibir, palatum dan lidah bayi. Faktor eksternal yang
juga dapat mempengaruhi ASI berasal dari lingkungan dan keluarga antara lain kebiasaan
keluarga saat menyusui bayi, makanan prelaktat, promosi susu formula dan dukungan
keluarga terutama suami.

Proses menyusui yang bermasalah dapat menyebabkan ASI yang dikeluarkan tidak
optimal dan dapat mengganggu pertumbuhan bayi. Oleh karena itu, masalah pada proses
menyusui ini dapat diminimalisir dengan manajemen laktasi. Manajemen laktasi dimulai dari
pemeriksaan payudara sampai pemberian ASI perasan. Dengan diterapkannya manajemen
laktasi yang benar diharapkan akan mengatasi masalah seputar laktasi dan meningkatkan
cakupan ASI eksklusif di Indonesia. Sehingga pertumbuhan pada bayi 0-6 bulan menjadi
optimal tanpa makanan tambahan yang seharusnya tidak diberikan pada usia ini.

Payudara ibu selama menyusui harus dalam kondisi yang baik. Hal ini sejalan dengan
penelitian Nur Sholichah (2011) yang menyatakan adanya hubungan antara perawatan
payudara ibu postpartum dengan kelancaran pengeluaran ASI. Teknik menyusui yaitu: 

 cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui akan mencegah tranmisi bakteri,
 menyusukan payudara secara bergantian akan mencegah pembengkakan payudara,
 menyusukan payudara sampai areola akan mencegah puting susu lecet, 
 dan menyendawakan bayi akan mencegah aspirasi atau muntah. 
 Posisi menyusui juga tidak kalah penting. 
 Posisi ibu duduk, mensejajarkan telinga dan lengan bayi akan memperlancar proses
laktasi. 
 Lama dan frekuensi menyusui yaitu sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on
demand).

 Bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Menyusui yang dijadwal akan


berakibat kurang baik, karena isapan bayi akan mempengaruhi refleks prolaktin dan refleks
let down yang berakibat pada produksi ASI selanjutnya. Pengeluaran ASI yaitu apabila
payudara bengkak sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu. Dapat dikeluarkan dengan tangan
atau dengan pompa. Hal ini akan mencegah bayi tersedak dan enggan menyusu.
Penyimpanan ASI perasan sebaiknya tidak diberikan lebih dari 8 jam dan pemberiannya lebih
baik dengan sendok atau cangkir agar bayi tidak bingung puting.

Keberhasilan dari manajemen laktasi tidak hanya ditunjang dari faktor internal saja,
tetapi juga dari faktor eksternal. Perlunya dukungan keluarga terutama suami, peran serta dari
petugas kesehatan dan gencarnya pemakaian sufor harus diminimalisir. Oleh karena itu
perawat sebagai health educator sebaiknya memberikan pengetahuan dan penerangan akan
keberhasilan manajemen laktasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan
tentang manajemen laktasi yang baik dan benar serat penyuluhan tentang dukungan suami
dan dampak sufor bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Kegagalan dalam proses manajemen laktasi dapat menyebabkan ibu menjadi stres dan
ASI tidak akan diproduksi dengan baik. Akibatnya, bayi akan haus dan merasa tidak puas.
Jika hal ini terjadi terus menerus akan menganggu asupan nutrisi dari bayi tersebut. Nutrisi
yang tidak terpenuhi akan menghambat proses pertumbuhan khususnya penambahan berat
badan bayi. Berat badan bayi harus bertambah 1kg/bulan untuk 6 bulan pertama. Jika ada
bayi dibawah usia 6 bulan tidak mendapatkan berat badan yang ideal, maka bayi tersebut
harus lebih sering disusui

Sumber :
Handayani, S. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi
Dengan Perilaku Dalam Pemberian ASI Di Desa Kenokorejo Polokarto
Sukoharjo. Surakarta: Stikes Kusuma Husada.

Rukmini, R. (2016). MANAJEMEN LAKTASI DAN PERTUMBUHAN USIA


INFANT. Adi Husada Nursing Journal, 2(2), 83-89.
WHO, 2016. World Health Organization. Pekan ASI Sedunia.

Anda mungkin juga menyukai