Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Makro


“PENGANGGURAN”

Disusun oleh:
Kelompok X :
1. Rahmah Fajriwati 1910542012
2. Silvia Febri 1910541004

Program Studi Ilmu Ekonomi


Fakultas Ekonomi Kampus 2 Payakumbuh
Universitas Andalas

Kata Pengantar
Puji syukur senantiasa kami pajatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas semua limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Pengangguran” ini meskipun dengan
sangat sederhana.
Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki
bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Sebagai penulis, saya mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan
yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati
saya berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi
lebih memperbaiki makalah ini. Terima Kasih.
Payakumbuh, 16 February 2020

Penyusun

Rahmah Fajriwati Silvia Febri


1910542012 1910541004
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Kehilangan perkerjaan bisa merupakan kejadian ekonomi uang paling


menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Sebagian besae mengandakan gajiatau
upah untuk mempertahakan standar hidup mereka dan banyak orang tidak hanya
mendapatkan gaji dari pekerjaan mereka akan juga kepuasan dalam mencapai prestasi.
Kehilangan pekerjaan dapat menurunkan standar hidup, kegelisahan akan masa depan,
dan berkurangnya kebangaan diri.

Jumlah penduduk yang banyak merupakan salah satu modal pembangunan


suatu negara. Jumlah penduduk yang banyak, maka dibutuhkan lapangan pekerjaan
yang banyak juga. Jika lapangan kerja yang tersedia lebih sedikit daripada jumlah
penduduk (angkatan kerja) maka salah satu fenomena yang akan terjadi adalah
penangguran.

Setiap tahun angka pengangguran di Indonesia semakin bertambah. Namun,


ironisnya banyak pengangguran itu justru berasal dari para kalangan terdidik yang
bergelar sarjana. Besarnya angka penangguran itu tentu akan menjadi beban tersendiri
bagi suatu negara dan menghambat pembangunan negara tersebut. Maka dari itu perlu
dilakukan sebuah peran baik dari pemerintah maupun dari masyarakat sendiri untuk
dapat mengatasi masalah pengangguran ini. Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah-
masalah sosial politik yang juga semakin meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja
yang cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks.
Jika masalah pengangguran yang demikian pelik dibiarkan berlarut-larut maka
sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. yang terjadi tidak
saja menimpa para pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa
orangtua yang kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator
masalah sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan.
Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas.
Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun
pembinaan yang baik.

B. Rumusan masalah
1. Identifikasi pengangguran
2. Pencarian pekerjaan
3. Upah minimum
4. Serikat Pekerja dan Tawar Menawar Kolektif
5. Teori upah efesiensi
A. Identifikasi pengangguran
1. Pengertian pengangguran

Pengangguran menurut ilmu ekonomi merupakan orang yang masuk dalam


angkatan kerja (15-64 tahun) yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja,
bekerja kurang dari dua hari dalam seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mencari pekerjaan yang layak. Namun di masyarakat sendiri, pangangguran banyak
yang mengartikan bahwa pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja sama
sekali.

2. Jenis – Jenis Pengangguran

Jenis – jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya, antara lain sebagai


berikut :

1) Pengangguran struktural  

Pengangguran struktural  adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan


dalam struktur perekonomian. Pada umumnya negara berupaya mengembangkan
perekonomian dari pola agraris ke industrial. Atau dengan kata lain pengangguran
struktural adalah pengangguran yang disebabkan oleh penganggur yang mencari
lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi syarat yang ditentukan oleh pembuka
lapangan kerja.

2) Pengangguran friksional

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan


temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Kesulitan
temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja dapat disebabkan
oleh:
 kondisi geografis,

 informasi yang tidak sempurna, dan

 proses perekrutan yang lama

3) Pengangguran musiman

Pengangguran musiman, yaitu pengangguran yang terjadi karena pergantian


musim. Misalnya, para petani, pada saat musim tanam mempunyai pekerjaan, tetapi
pada saat musim kemarau tidak mempunyai pekerjaan (menganggur).

4) Pengangguran teknologi

Pengangguran teknologi, yaitu pengangguran yang disebabkan penggunaan


teknologi seperti mesin-mesin modern, sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja
manusia.

5) Pengangguran konjungtur 

Pengangguran konjungtur  adalah pengangguran yang disebabkan oleh adanya


siklus konjungtur (perubahan kegiatan perekonomian). Perekonomian suatu negara
sering menghadapi perubahan. Bila permintaan terhadap barang dan jasa turun
terjadilah penurunan permintaan massal terhadap tenaga kerja.

6) Pengangguran normal
Pengangguran yang disebabkan karena memang belum mendapat pekerjaan
karena pendidikan dan keterampilan yang tidak memadai.

7) Pengangguran kiknikal

Pengangguran yang disebabkan oleh kemunduran ekonomi yang menyebabkan


perusahaan tidak mampu menampung seluruh semua pekerja yang ada.

8) Pengangguran keahlian

Pengangguran yang disebabkan karena tidak adanya lapangan kerja yang sesuai
dengan bidang keahlian.

9) Pengangguran total

Pengangguran yang benar – benar tidak mendapat pekerjaan.

Jenis - Jenis pengangguran berdasarkan jam kerjanya, antara lain sebagai


berikut :

1) Pengangguran terselubung (disguised unemployment)

Pengangguran terselubung terjadi jika tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena sesuatu alasan tertentu. Misalnya, untuk mengerjakan suatu pekerjaan
sebenarnya cukup dilakukan oleh lima orang, tetapi dilakukan oleh tujuh orang. Oleh
karena itu, yang dua orang sebenarnya adalah penganggur, hanya saja tidak kentara.

2) Pengangguran terbuka (open unemployment)


Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Penyebabnya antara lain:
 tidak tersedianya lapangan kerja,
 tidak sesuai antara lapangan kerja dengan latar belakang pencari kerja, dan
 tidak berusaha mencari pekerjaan secara keras karena memang malas.

3) Setengah menganggur (under unemployment)

Setengah menganggur adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
dalam satu minggu.

3. Faktor – Faktor Penyebab Pengangguran

Secara umum beberapa penyebab dari banyaknya pengangguran di


indoensia antara lain sebagai berikut :

1) Aspek kependudukan

Pertumbuhan penduduk yang cepat menciptakan banyak pengangguran, dan


meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan perluasan
kesempatan kerja.

2) Aspek ekonomi

Ketidakstabilan perekonomian, politik, dan keamanan negara, dan krisis


ekonomi pada pertengahan tahun 1997 menyebabkan terjadinya pengangguran
sebanyak 1,4 juta orang.

3) Aspek pendidikan

Pendidikan harus mampu menghasilkan SDM (sumber daya manusia) yang


berkualitas. Dunia usaha tidak bersedia menerima tenaga kerja yang pendidikan dan
keterampilan angkatan kerja yang rendah.

Adapun secara rinci berikut adalah beberapa penyabab dari pengangguran di


Indonesia :
 Tekanan demografis dengan jumlah dan komposisi angkatan kerja yang besar.

 Pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan


kerja

 Jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja

 Terjadi Putus Hubungan Kerja (PHK)

 Kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja

 Berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif bagi


pengambangan usaha

 Masuk sulitnya arus masuk modal asing

 Iklim investasi yang belum kondusif

 Tekanan kenaikkan upah ditengah dunia usaha yang masih lesu

 Kemiskinan

 Ketimpangan pendapatan

 Adanya arus urbanisasi yang sangat besar

 Stabilitas politik yang tidak stabil

 Keberadaan pasar global

 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang di hasilkan masih rendah

4. Ciri – Ciri Penangguran :

 Melekatnya dengan tindakan criminal

 Melekatnya dengan hal yang dilarang oleh agama


 Tidak memiliki pendirian yang kuat dalam hidupnya

 Tidak memiliki penghasilan dan tempat tinggal yang layak

 Mudah putus asa

 Tidak mampu mencukupi kebutuhannya

 Memiliki masalah – masalah social dalam hidupnya

 Banyak mencari pekerjaan

 Masih bergantung pada orang tua

5. Sebab-sebab terjadinya pengganguran

Masalah pengangguran tentulah tidak muncul begitu saja tanpa suatu sebab.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran secara global adalah
sebagai berikut:

1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja


Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada
kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.

2. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang

3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik
tidak seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar
daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya,
belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan
yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga
kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari
kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan
sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja
dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

5. Budaya pilih-pilih pekerjaan

Pada dasarnya setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang
pendidikan. Dan lagi ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang
ditemukan di Indonesia bukan pengangguran terselubung, melainkan pengangguran
terbuka yang didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan tinggi).

6. Pemalas

Selain budaya memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur di


Indonesia adalah budaya malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain
yang ditempuh adalah dengan menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.

7. Tidak mau ambil resiko

“Saya bersedia tidak digaji selama 3 bulan pertama jika diterima bekerja di
kantor bapak. Dengan demikian bapak tidak akan rugi. Jika bapak tidak puas dengan
hasil kerja saya selama 3 bulan tersebut, bapak bisa pecat saya ”. Adakah yang berani
mengambil resiko seperti itu? Saya yakin sedikit sekali. Padahal kalau dipikir-pikir itu
justru menguntungkan si pencari kerja selama 3 bulan tersebut ia bisa menimba
pengalaman sebanyak-banyaknya. Meskipun akhirnya dipecat juga, toh dia sudah
mendapat pengalaman kerja 3 bulan.
6. Dampak Penangguran

1) Dampak penaggangguran dilihat dari segi ekonomi :

 Penurunan pendapatan perkapita suatu negara

 Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak

 Meningkatnya biaya social yang harus dikeluarkan oleh pemerintah

 Dapat menambah hutang negara

 Penaggangguran menimbulkan turunnya daya beli masyarakat, sehingga


mengakibatkan kelesuan dalam usaha

 Penaggangguran akan menghambat investasi karena menurunnya jumlah


tabungan masyarakat

2) Dampak penaggangguran dilihat dari segi sosial :

 Penaggangguran merupakan suatu beban psikologis dan beban psikis

 Penaggangguran dapat menghilangkan ketrampilan, karena tidak digunakan


apabila tidak bekerja

 Penaggangguran akan menimbulkan ketidakstabilan social dan politik

 Perasaan minder dari penganggur

 Meningkatnya angka kriminalitas

 Munculnya pengamen, pengemis, dan anak jalanan

 Tingginya angka anak putus sekolah.


BAGAIMANA PENGANGGURAN DIUKUR?

Mengukur pengangguran adalah pekerjaan biro statistik buruh (BLS), yang


merupakan bagian dari departemen tenaga kerja. Setiap bulan, lembaga BLS
menghasilkan data unem- ployment dan aspek - aspek lain dari pasar tenaga kerja,
termasuk jenis pekerjaaan, panjang kerja rata - rata, dan durasi pengangguran. Data ini
berasal dari survei rutin sekitar 60.000 rumah tangga, yang disebut the Current
Population survey. Berdasarkan jawaban untuk pertanyaan survei, BLS menempatkan
setiap orang dewasa (usia 16 tahun ke dalam tiga kategori:

1. Dipekerjakan

kategori ini mencakup mereka yang bekerja sebagai karyawan bayaran,


bekerja dalam bisnis mereka sendiri, atau bekerja sebagai pekerja yang tidak
dibayar dalam bisnis anggota keluarga. Pekerja sepenuh waktu dan penggal
waktu dihitung. Kategori ini juga mencakup mereka yang tidak bekerja tetapi
bekerja sementara mereka absen karena, misalnya, liburan, suasana buruk, atau
cuaca buruk.

2. Pengangguran:

kategori ini mencakup mereka yang tidak bekerja, siap bekerja, dan
telah berupaya mencari pekerjaan selama 4 minggu sebelumnya. Hal itu juga
mencakup orang-orang yang menunggu untuk dipanggil kembali ke suatu
pekerjaan yang darinya mereka pernah di PHK.

3. Tidak dalam angkatan kerja:

kategori ini mencakup orang yang tidak memiliki dua kategori pertama,
seperti siswa sepenuh waktu, ibu rumah tangga, atau pensiunan.
Setelah BLS menempatkan semua orang yang dicakup dalam sebuah kategori, alat ini
menghitung berbagai statistik untuk merangkum keadaan pasar tenaga kerja. BLS
mendefinisikan tenaga kerja sebagai jumlah yang dipekerjakan dan yang menganggur:

angkatan kerja = jumlah yang dipekerjakan + jumlah yang


menganggur.

BLS mendefinisikan angka pengangguran sebagai persentase dari tenaga kerja yang
menganggur:

angka pengangguran
Angka tenaga kerja = angkatankerja x 100

Grafik TPT DKI Jakarta tahun 2010-2019 (dalam %) (istimewa)

APAKAH TINGKAT PENGANGGURAN TELAH DIUKUR


DENGAN TEPAT?
Mengukur jumlah pegangguran dalam ekonomi mungkin Nampak tugas langsung
tetpi sebenarnya tidak. Meskipun mudah membedkan orang yang memiliki pekerjaan
purnawaktu dan orang yang sma seklai tidak bekerja.

‘Arus masuk keluarnya angkatan kerjapada kenyataannya sagatlah umum.


Lebih dari sepertiga dari mereka yang baru-baru ini memasuki pasar tenaga kerja
diantarpekerja pekerja mud yang sedanga mencari pekerjaan pertama mereka, seperti
lulusan baru. Pendatang-penjadtang ini juga meliputi dalam jumlah yang lebih besar,
pekerja-pekerja tuameninggalkan pasar tenaga kerja dan sekarang kembali mencari
pekerjaan.

B. Pencarian pekerjaan

Pengangguran Friksional Tidak Dapat Dihindari

Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus menerus mengalami


perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi semakin
rendah. Pada akhirnya perekonomian dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh (full employment), yaitu apabila pengangguran tidak melebhi 4%.
Pengangguran ini dinamakan pengangguran friksional (frictional unemployment).
Segolongan ahli ekonomi menggunakan istilah pengangguran normal atau
pengangguran mencari (search unemployment).

Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara dan


terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dengan lowongan kerja.
Kesenjangan ini berupa kesenjangan  waktu, informasi dan kondisi geografis / jarak
antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan. Para penganggur ini tidak
ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh kerja , tetapi karena sedang
mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Mereka yang masuk dalam kategori
pengangguran sementara umumnya rela menganggur (voluntary unemployment) untuk
mendapat pekerjaan.

Pengangguran friksional umumnya ditimbulkan oleh perubahan permintaan


tenaga kerja antara perusahaan-perusahaan yang berbeda. Misalnya, jika konsumen
lebih menyukai komputer Acer daripada Dell, jumlah pekerja Acer meningkat, dan
Dell melakukan PHK. Mantan karyawan Dell sekarang harus mencari pekerjaan baru,
dan Acer harus memutuskan pekerja-pekerja mana yang akan direkrut untuk mengisi
posisi yang kini tersedia. Akibat dari transisi ini adalah pengangguran temporer.

Begitu juga, karena setiap wilayah dalam satu negara memproduksi barang
yang berbeda, maka ketika posisi baru terbuka disuatu wilayah, wilayah-wilayah lain
kemungkinan akan mengalami pengangguran. Pertimbangkan, misalnya apa yang
terjadi jika harga minyak dunia jatuh. Produsen-produsen minyak dunia di Texas
bereaksi terhadap penurunan harga teersebut dengan mengurangi produksi dan
memotong lapangan pekerjaan. Pada saat yang sama, penurunan harga bensin
merangsang penjualan mobil, sehingga produsen-produsen mobil di Michigan
menaikkan produksi dan menambah pekerja. Perubahan komposisi permintaan antar
industri atau wilayah dinamakan dengan pergeseran sektoral (sectoral shift). Karena
pekerja memerlukan waktu untuk menemukan pekerjaan di sektor-sektor yang baru,
maka pergeseran sektoral menyebabkan pengangguran temporer.

Pengangguran friksional tidak dapat dielakkan karena perekonomian selalu


berubah. Seabad yang lalu, empat industri di Amerika Serikat yang paling banyak
menyerap pekerja adalah kapas, wol, pakaian laki-laki dan kayu. Dewasa ini, empat
industri terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja adalah mobil, pesawat,
komunikasi, dan komponen elektronik. Saat transisi ini terjadi, lowongan pekerjaan
tercipta pada sejumlah perusahaan, dan PHK terjadi pada perusahaan-perusahaan lain.
Hasil akhir dari proses ini adalah peningkatan produktivitas dan standar hidup. Tetapi
sepanjang transisi, pekerja-pekerja yang berada dalam industri yang mengalami
penurunan harus mencari pekerjaan baru dalam industri-industri yang sedang tumbuh.

Data yang ada menunjukkan bahwa sedikitnya 10% dari pekerjaan manufaktur
di Amerika Serikat tutup setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 3% pekerja telah
keluar dari pekerjaannya selama bulan-bulan tertentu, yang kadangkala disebabkan
karena mereka menyadari bahwa pekerjaan yang ada tidak sesuai dengan selera dan
keahlian mereka. Banyak dari mereka, terutama yang masih muda mendapatkan
pekerjaan baru dengan upah yang lebih tinggi. Perputaran angkatan kerja ini
merupakan hal yang normal dalam perekonomian pasar yang dinamis dan berjalan
baik, tetapi akan menimbulkan sejumlah pengangguran friksional.

C. Upah minimum
1. Pengertian Upah Minimum

Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para


pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam
lingkungan usaha atau kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap
propinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Propinsi. 

Apa yang dimaksud dengan Upah Minimum Provinsi (UMP)?

Upah Minimum Propinsi (UMP) adalah Upah Minimum yang berlaku untuk


seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi. Upah minimum ini di tetapkan setiap satu
tahun sekali oleh Gubernur berdasarkan rekomendasi Komisi Penelitian Pengupahan
dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah (sekarang Dewan Pengupahan
Provinsi). Penetapan upah minimum propinsi selambat-lambatnya 60 hari sebelum
tanggal berlakunya upah minimum, yaitu tanggal 1 Januari

Apa yang dimaksud dengan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)?

Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah Upah Minimum yang berlaku di


Daerah Kabupaten/Kota. Penetapan Upah minimum kabupaten.kota dilakukan oleh
Gubernur yang penetapannya harus lebih besar dari upah minimum propinsi.
Penetapan upah minimum ini dilakukan setiap satu tahun sekali dan di tetapkan
selambat-lambatnya 40 (empat puluh) hari sebelum tanggal berlakunya upah
minimum yaitu 1 Januari. 

Apa yang dimaksud dengan Upah Minimum Sektoral?

Upah minimum sektoral dapat terdiri atas upah minimum sektoral propinsi


(UMSP) dan upah minimum sektoral kabupaten/kota (UMSK). Upah minimum
sektoral propinsi adalah upah minimum yang berlaku secara sektoral di seluruh
kabupaten/kota di satu propinsi, sedang Upah minimum sektoral Kabupaten/Kota
(UMSK) adalah Upah Minimum yang berlaku secara Sektoral di Daerah
Kabupaten/Kota.

Upah minimum sektoral merupakan hasil perundingan dan kesepakatan antara


asosiasi perusahaan dan serikat pekerja/serikat buruh. Usulan upah minimum sektoral
(hasil kesepakatan) tersebut disampaikan kepada gubernur melalui Kepala Kantor
wilayah Kementerian tenaga kerja untuk ditetapkan sebagai upah minimum sektoral
propinsi dan atau upah minimum sektoral kabupaten.

2. Beberapa dasar pertimbangan dari penetapan upah


minimum
 Sebagai jaring pengaman agar nilai upah tidak melorot dibawah kebutuhan
hidup minimum.
 Sebagai wujud pelaksanaan Pancasila, UUD 45 dan GBHN secara nyata.
 Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat
yang memiliki kesempatan, tetapi perlu menjangkau sebagian terbesar
masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarganya.
 Sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan proses penumbuhan kelas
menengah
 Kepastian hukum bagi perlindungan atas hak – hak dasar Buruh dan
keluarganya sebagai warga negara Indonesia.
 Merupakan indikator perkembangan ekonomi Pendapatan Perkapita.
3.  Mekanisme Penetapan Upah

Upah minimum ditetapkan di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kotamadya, dan


Sektoral. Berdasarkan Pasal 89  UU 13/2003, setiap wilayah  diberikan hak untuk
menetapkan kebijakan Upah minimum mereka sendiri baik  di tingkat provinsi dan
tingkat Kabupaten/kotamadya.
  Peraturan pelaksana terkait upah minimum diatur dalam Peraturan Pemerintah
No.78 tahun 2015 tentang Pengupahan. Berdasarkan PP Pengupahan, Gubernur wajib
menetapkan upah minimum provinsi, yang dihitung berdasarkan formula perhitungan
upah minimum sebagaimana diatur dalam PP tersebut.

  Menurut Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan,


Gubernur memiliki kewenangan untuk menentukan Upah Minimum tanpa
rekomendasi dari Dewan Pengupahan, tidak seperti sebelumnya di mana setiap
provinsi memutuskan upah minimum berdasarkan rekomendasi dan usulan dari
Dewan Pengupahan Provinsi untuk menentukan Upah Minimum Provinsi; dan
rekomendasi dari Walikota dan/atau dari Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota untuk
menentukan Upah Minimum Kabupaten/Kota

  PP Pengupahan memperkenalkan formula baru untuk provinsi untuk


menghitung upah minimum setiap tahunnya. Formula baru mengharuskan upah
minimum disesuaikan setiap tahun berdasarkan akumulasi tingkat inflasi dan angka
pertumbuhan ekonomi. Misalnya, dengan asumsi bahwa tingkat inflasi dan
pertumbuhan ekonomi tahun 2015 adalah sebesar 5 persen, maka upah minimum 2016
akan meningkat sebesar 10 persen.

  Juga akan ada penyesuaian indeks kebutuhan hidup layak (KHL) setiap lima
tahun, yang ditentukan oleh Dewan Pengupahan Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang
terdiri dari wakil-wakil dari pemerintah daerah, asosiasi pengusaha dan serikat buruh.

  Mengenai penetapan Upah Minimum Sektoral Provinsi, PP Pengupahan juga


menegaskan, gubernur dapat menetapkan upah minimum sektoral provinsi dan/atau
kabupaten/kota berdasarkan hasil kesepakatan asosiasi pengusaha dengan serikat
pekerja/serikat buruh pada sektor yang bersangkutan.

  Penetapan upah minimum sektoral sebagaimana dimaksud, dilakukan setelah


mendapat saran dan pertimbangan mengenai sektor unggulan dari dewan pengupahan
provinsi atau dewan pengupahan kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan
kewenangannya. Selain itu, upah minimum sektoral juga harus lebih besar dari upah
minimum kabupaten/kota di kabupaten/kota yang bersangkutan. 

4. Banyaknya angkatan kerja, perusahaan dan serikat


buruh/pekerja di Indonesia.

Upah Minimum berlaku di 33 propinsi dan kurang lebih 340


kabupaten/kotamadya di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2008, terdapat 176.986
perusahaan sektor formal (punya legalitas seperti PT,CV) tercatat memiliki Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP), di tahun 2011 diperkirakan meningkat menjadi 197.000
yang tercatat.

Data Statistik yang dilansir BPS pada Februari 2012, menunjukan jumlah
angkatan kerja mencapai 120,4 juta jiwa bertambah sekitar 3,0 juta jiwa dibanding
angkatan kerja pada Agustus 2011 sebesar 117,4 juta orang; dengan jumlah penduduk
yang bekerja mencapai 112,8 juta jiwa dan sisanya 4,6 juta jiwa merupakan jumlah
pengangguran terbuka. Tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 6,32%
mengalami penurunan dibanding tingkat pengangguran terbuka Agustus 2011 sebesar
6,56%.

Keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Februari 2012 menunjukkan


adanya perbaikkan yang digambarkan dengan adanya peningkatan jumlah angkatan
kerja maupun jumlah penduduk bekerja dan penurunan tingkat pengangguran.
Kenaikkan penduduk yang bekerja dapat terlihat di sektor perdagangan sekitar 780
ribu jiwa (3,36%), serta sektor keuangan sebesar 720 ribu (34,95%). Sedangkan
sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian 1,3 juta jiwa
(3,01%), dan sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi sebesar 380 ribu jiwa
(6,81%).

Berdasarkan data terakhir tahun 2008, tercatat 3.405.615 jumlah anggota


Serikat Pekerja (yang terdaftar, sesuai Kepmenaker No.16/ 2001 tentang Pencatatan
Serikat Buruh/Pekerja). Sedang bila melihat jumlah total anggota Serikat Pekerja
terdapat 1.092.832 lagi anggota Serikat Pekerja yang tidak terdaftar. Bila dilihat dari
tingkat keanggotaan Serikat Pekerja, maka densitas serikat di Indonesia hanya
mencapai 5 - 10% dari jumlah pekerja.

5. Instansi yang bertanggung jawab memperbaiki Upah Minimum

Dewan Pengupahan bertanggung jawab melakukan kajian studi mengenai


Upah Minimum yang nantinya akan diserahkan kepada Gubernur, Walikota/Bupati
masing-masing daerah. Dewan Pengupahan sendiri terdiri dari 3 unsur, yaitu
Pemerintah, Pengusaha dan Serikat Pekerja.

Dewan Pengupahan Propinsi untuk upah minimum tingkat Propinsi. Dewan


Pengupahan Kabupaten/Kotamadya untuk tingkat Kabupaten/Kotamadya

6. Komponen Upah Minimum

Upah Minimum = Gaji Pokok + Tunjangan Tetap

Apakah Anda mengetahui apa saja yang termasuk dalam komponen upah?
Dalam Undang-Undang, ada 3 (tiga) komponen upah yaitu gaji pokok, tunjangan tetap
dan tunjangan tidak tetap. Lalu apa pengertian dari ketiga komponen upah tersebut?

Berikut adalah pengertian dari gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak
tetap menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-07/Men/1990 tentang
Pengelompokan Upah dan Pendapatan Non Upah :

a. Gaji Pokok

Gaji pokok adalah adalah imbalan dasar (basic salary) yang dibayarkan kepada
pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.

b. Tunjangan Tetap
Tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja yang dilakukan secara teratur dan
tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja atau pencapaian prestasi kerja
tertentu (penjelasan pasal 94 UU No. 13/2003). Tunjangan tetap tersebut dibayarkan
dalam satuan waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok, seperti tunjangan
isteri dan/atau tunjangan anak, tunjangan perumahan, tunjangan daerah tertentu.

c. Tunjangan Tidak Tetap

Tunjangan Tidak Tetap adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara tidak tetap dan dibayarkan
menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok,
seperti tunjangan transpor dan/atau tunjangan makan yang didasarkan pada kehadiran.

Jadi, apakah besarnya gaji yang diterima pekerja setiap bulan (gaji pokok +
tunjangan tetap + tunjangan tidak tetap) setara dengan Upah Minimum?

TIDAK. Apabila kita merujuk ke Pasal 94 Undang-Undang (UU) no.13 tahun


2003 tentang Tenaga Kerja, komponen Upah Minimum hanya terdiri dari gaji pokok
dan tunjangan tetap. Tunjangan tidak tetap tidak termasuk dalam komponen Upah
Minimum. Besarnya gaji pokok sekurang-kurangnya harus sebesar 75 % dari jumlah
Upah Minimum.

UPAH MINIMUM = GAJI POKOK (75% dari Upah Minimum) +


TUNJANGAN TETAP (25% dari Upah Minimum)

Contoh : Upah Minimum Provinsi Jakarta sebesar Rp. 2.200.000. Apabila


Anda bekerja di DKI Jakarta, perusahaan dilarang membayar pekerja tersebut dengan
upah yang lebih rendah dari Rp 2.200.000. Perusahaan juga harus memberikan gaji
pokok sekurang-kurangnya 75% dari Rp. 2.200.000 yakni sebesar Rp. 1.650.000. Jadi
apabila gaji keseluruhan Anda Rp. 2.300.000 (yang notabene lebih besar dari UMP
Jakarta) akan tetapi gaji pokok Anda hanya sebesar Rp. 1.400.000 (kurang dari 75%
UMP Jakarta) maka Anda telah dibayar dibawah Upah Minimum DKI Jakarta.
Pada prakteknya, sering kali jumlah tunjangan menjadi lebih besar dari gaji
pokok yang diterima oleh seorang pekerja. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan salah
pengertian di dalam hubungan kerja yang akhirnya akan dapat mengganggu hubungan
antara pengusaha dengan pekerja. Karena tunjangan yang diberikan besar maka
jumlah gaji keseluruhan (take home pay) dirasa telah melebihi Upah Minimum,
padahal Upah Minimum hanya terdiri dari Gaji pokok + tunjangan tetap saja.

D. Serikat Pekerja dan Tawar Menawar Kolektif

1. Pengertian serikat buruh/serikat pekerja?

Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 Undang-undang Tenaga Kerja tahun


2003 no 17, serikat buruh/serikat pekerja merupakan organisasi yang dibentuk dari,
oleh, dan untuk pekerja baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat
bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,
membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

2. Fungsi dari serikat buruh/serikat pekerja

Sesuai dengan pasal 102 UU Tenaga Kerja tahun 2003, dalam


melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi
menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi
kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan
keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan
memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.

3. Perbedaan antara serikat pekerja, federasi, dan konfederasi serikat pekerja

Serikat Buruh/Serikat pekerja sudah dijelaskan di jawaban pertanyaan 1,


sedangkan federasi serikat pekerja adalah bentukan dari sekurang-kurangnya 5 serikat
pekerja. Dan konfederasi serikat pekerja merupakan gabungan dari sekurang-
kurangnya 3 federasi serikat pekerja. Kegunaan dari pembedaan ini adalah supaya
serikat-serikat pekerja ini memiliki kekuatan dan dukungan yang lebih besar dari
bantuan serikat pekerja lainnya. Yang kemudian mempermudah usaha serikat pekerja
di perusahaan untuk memperjuangkan kesejahteraan para pekerja.

4. Cara membuat serikat pekerja di tingkat perusahaan anda?

Sesuai pasal 5 UU No. 21 Tahun 2000, sebuah serikat buruh/serikat pekerja dapat
dibentuk oleh minimal 10 orang karyawan di suatu perusahaan. Dalam undang-
undang yang sama disebutkan bahwa pembentukan serikat pekerja ini tidak
diperbolehkan adanya campur tangan dari perusahaan, pemerintah, partai politik, atau
pihak manapun juga. Serikat pekerja juga harus memiliki anggaran dasar yang
meliputi :

 nama dan lambang


 dasar negara, asas, dan tujuan
 tanggal pendirian
 tempat kedudukan
 keanggotaan dan kepengurusan
 sumber dan pertanggungjawaban keuangan
 ketentuan perubahan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga

5. Cara menjadi anggota serikat buruh/serikat pekerja

Pada dasarnya sebuah serikat buruh/serikat pekerja harus terbuka


untuk menerima anggota tanpa membedakan aliran politik, agama, suku dan jenis
kelamin. Jadi sebagai seorang karyawan di suatu perusahaan, anda hanya tinggal
menghubungi pengurus serikat buruh/serikat pekerja di kantor anda, biasanya akan
diminta untuk mengisi formulir keanggotaan untuk data. Ada pula sebagian serikat
pekerja yang memungut iuran bulanan kepada anggotanya yang relatif sangat kecil
berkisar Rp. 1,000  - Rp. 5,000, gunanya untuk pelaksanaan-pelaksanaan program
penyejahteraan karyawan anggotanya. Tidak mahal kan? Tidak akan rugi ketika kita
tahu apa saja keuntungan yang didapat.

6. Keuntungan menjadi anggota serikat buruh/serikat pekerja?

Banyak sekali keuntungan menjadi anggota serikat pekerja, terlebih jika


serikat pekerja perusahaan anda sudah berafiliasi ke federasi serikat pekerja dan
konfederasi serikat pekerja.

Sebagai contoh, anggota serikat pekerja akan mendapatkan program-program


training peningkatan kemampuan kerja dan diri seperti training negotiation
skill, training pembuatan perjanjian kerja bersama, dll. Selain itu, anggota serikat
pekerja juga akan mendapat bantuan hukum saat tertimpa masalah dengan perusahaan
yang berkaitan dengan hukum dan pemenuhan hak-hak sebagai karyawan.

7. Keangotaan dalam serikat pekerja

Dalam pasal 14, UU No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Buruh/Serikat Pekerja
tertera bahwa seorang pekerja/buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu
serikat pekerja/serikat buruh di satu perusahaan. Apabila seorang pekerja/serikat
buruh dalam satu perusahaan namanya tercatat di lebih dari satu serikat pekerja/serikat
buruh, yang bersangkutan harus menyatakan secara tertulis satu serikat pekerja/serikat
buruh yang dipilihnya.
 

Pekerja dapat berhenti sebagai anggota Serikat Buruh/Serikat Pekerja dengan


syarat ada pernyataan tertulis. Pekerja juga dapat diberhentikan dari Serikat
Buruh/Serikat Pekerja sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan/atau anggaran
rumah tangga Serikat Buruh/Serikat Pekerja yang bersangkutan. Pekerja, baik sebagai
pengurus maupun sebagai anggota Serikat Buruh/Serikat Pekerja yang berhenti atau
diberhentikan tetap harus bertanggung jawab atas kewajiban yang belum dipenuhinya
terhadap Serikat Buruh/Serikat Pekerja (pasal 17 UU No. 21 tahun 2000).

8. Prosedur pemberitahuan dan pencatatan Serikat Buruh/Serikat Pekerja


yang baru terbentuk

UU No. 21 tahun 2000 mengenai Serikat Buruh/Serikat Pekerja mengatur


tentang tata cara pemberitahuan dan pencatatan Serikat Buruh/Serikat Pekerja dalam
pasal 18-24.

 Serikat Buruh/Serikat Pekerja, federasi dan konfederasi yang telah dibentuk


harus memberitahukan keberadaannya kepada instansi pemerintah setempat
yang menangani urusan perburuhan.
 Dalam surat pemberitahuan, harus dilampirkan daftar nama anggota, pendiri
dan pengurusnya serta salinan peraturan organisasi
 Badan pemerintah setempat harus mencatat serikat yang telah memenuhi
persyaratan dan memberikan nomor pendaftaran kepadanya dalam kurun waktu
21 hari kerja setelah tanggal pemberitahuan. (Apabila sebuah serikat belum
memenuhi persyaratan yang diminta, maka alasan penundaan pendaftaran dan
pemberian nomor pendaftaran kepadanya harus diserahkan oleh badan
pemerintah setempat dalam tenggang waktu 14 hari setelah tanggal penerimaan
surat pemberitahuan)
 Serikat harus memberitahukan instansi pemerintah diatas bila terjadi perubahan
dalam peraturan organisasinya. Instansi pemerintah tersebut nantinya harus
menjamin bahwa buku pendaftaran serikat terbuka untuk diperiksa dan dapat
diakses masyarakat luas.
 Serikat Yang telah memiliki nomor pendaftaran wajib menyerahkan
pemberitahuan tertulis tentang keberadaan mereka kepada
pengusaha/perusahaan yang terkait

Selengkapnya mengenai prosedur pendaftaran Serikat Buruh/Serikat Pekerja


diatur oleh Keputusan Menteri No.16/MEN/2001 tentang Prosedur Pendaftaran Resmi
Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

9. Hak Serikat Buruh/Serikat Pekerja

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat


buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berhak :
 Melakukan perundingan Perjanjian Kerja Bersama dengan pihak manajemen
 Mewakili pekerja dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial di
dewan dan lembaga perburuhan
 Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha
peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh.
 Mengadakan kegiatan perburuhan selama tidak bertentangan

E. Teori upah efesien


1. Teori Upah Alami

Teori upah alami (natural wage) disebut juga teori upah normal. Teori ini
dikemukakan oleh David Ricardo, yang membagi upah menjadi dua macam, yakni
upah alami dan upah pasar. Apa perbedaan upah alami dengan upah pasar? Upah
alami adalah upah yang besarnya bergantung pada kekuatan permintaan dan
penawaran tenaga kerja di pasar. Upah alami merupakan upah yang dipakai sebagai
acuan agar pekerja hidup layak.

Adapun yang sesungguhnya diterima pekerja adalah upah pasar. Bila upah
pasar lebih tinggi dari upah alami maka kemakmuran akan meningkat, sehingga angka
perkawinan ikut meningkat. Angka perkawinan meningkat disebabkan oleh mudahnya
tenaga kerja mendapatkan biaya untuk menikah. Selanjutnya, angka kelahiran pun
akan meningkat. Adapun untuk angka kematian justru menurun, karena meningkatnya
kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

Peningkatan kelahiran menyebabkan jumlah tenaga kerja bertambah sehingga


penawaran tenaga kerja pun akan bertambah. Peningkatan atau penambahan
penawaran tenaga kerja tersebut mengakibatkan tingkat upah pasar menjadi turun
mendekati atau bahkan di bawah upah alami. Ini terjadi karena penawaran tenaga
kerja lebih banyak dibanding permintaan tenaga kerja. Karena upah menurun, angka
perkawinan pun berkurang dan angka kelahiran juga berkurang. Dan sebaliknya,
angka kematian justru meningkat. Selanjutnya penawaran tenaga kerja menjadi
berkurang sehingga berdampak pada meningkatnya upah pasar. Demikian seterusnya
dan keadaan akan berulang lagi seperti yang telah diterangkan di atas.

2. Teori Upah Besi


Teori ini dikemukakan oleh Ferdinand Lasalle. Menurutnya, upah yang
diterima pekerja merupakan upah yang minimal sehingga pengusaha dapat meraih
laba yang sebesar-besarnya. Karena pekerja berada dalam posisi yang lemah maka
mereka tidak dapat berbuat apa-apa dan terpaksa menerima upah tersebut. Oleh karena
itu, upah ini disebut upah besi. Selanjutnya untuk memperbaiki kehidupan, para
pekerja disarankan agar mendirikan koperasikoperasi produksi supaya terlepas dari
cengkeraman upah besi.

3. Teori Upah Produktivitas Batas Kerja

Dalam bahasa Inggris teori ini disebut “Marginal Productivity Theory”. Teori
yang dikemukakan oleh Clark ini menyatakan bahwa tingkat upah memiliki
kecenderungan sama dengan tingkat produktivitas tenaga kerja terakhir yang dibayar,
yang disebut “pekerja batas” (marginal worker). Itu berarti upah yang diberikan
kepada pekerja tidak dapat melebihi tingkat produktivitas batas kerja dari pekerja.

4. Teori Upah Etika

Menurut teori ini, upah yang diberikan kepada pekerja seharusnya sepadan
dengan beban pekerjaan yang telah dilakukan pekerja dan mampu membiayai pekerja
sehingga hidup dengan layak.

5. Teori Upah Diskriminasi

Teori ini menyatakan bahwa upah yang diberikan kepada para pekerja tidaklah
sama, tapi sengaja dibedakan (diskriminasi) bagi setiap pekerja. Perbedaan upah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:

a. Jenis kelamin,
b. Ras (warna kulit),
c. Tingkat pendidikan,
d. Tingkat keterampilan,
e. Jenis pekerjaan.
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding
dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali
menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas
dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk
terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat
jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.

Rekomendasi
Memulihkan kondisi pengangguran di Indonesia tentulah tidak semudah membalikan
telapak tangan. Karena itu diperlukan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat dan
pemerintah. Solusi paling mudah untuk mengatasi hal ini adalah dengan menciptakan
lapangan usaha sendiri dan tidak mengharap yang muluk-muluk menjadi seorang karyawan
suatu perusahaan dengan gaji yang besar.
Cara lain adalah dengan menetapkan kebijakan baru yang mempersempit kesempatan
para pemilik perusahaan untuk mem-PHK karyawannya.
B.
Daftar pustaka
Ade Liana, Pebby.  https://jakarta.tribunnews.com/2019/05/10/pemprov-dki-
jakarta-sebut-angka-pengangguran-turun-di-tahun-2019 . 2019.
Tribunjakarta.com .

Mankiw, N Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi ke 3. Diterjemahkan


oleh : Chriswan Sungkono. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai