1806111143
AGROTEKNOLOGI -C
Dosen Pengampu :
Dr.Ir.Arman Effendi,AR M.S
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Tumbuhan kelapa sawit ialah komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah
krisis global yang menyerang dunia dikala ini, industri sawit senantiasa bertahan serta berikan
sumbangan besar terhadap perekonomian negeri. Tidak hanya sanggup menghasilkan peluang
kerja yang luas, industri sawit jadi salah satu sumber devisa terbanyak untuk Indonesia.
Informasi dari Direktorat Jendral Perkebunan( 2008) menampilkan kalau terjalin
kenaikan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001
jadi 7. 363. 847 ha pada tahun 2008 serta luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus hadapi
kenaikan. Kenaikan luas areal tersebut pula diimbangi dengan kenaikan produktifitas.
Produktivitas kelapa sawit merupakan 1. 78 ton/ ha pada tahun 2001 serta bertambah jadi 2. 17
ton/ ha pada tahun 2005. Perihal ini ialah kecenderungan yang positif serta wajib dipertahankan.
Buat mempertahankan produktifitas tumbuhan senantiasa besar dibutuhkan pemeliharaan yang
pas serta salah satu faktor pemeliharaan Tumbuhan Menciptakan( TM) merupakan pengendalian
hama serta penyakit.
Tumbuhan kelapa sawit( Elaeis guineensis Jacq) dikala ini ialah salah satu tipe tumbuhan
perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya, serta sektor
perkebunan khususnya, perihal ini diakibatkan sebab dari sekian banyak tumbuhan yang
menciptakan minyak ataupun lemak, kelapa sawit yang menciptakan nilai ekonomi terbanyak per
hektarnya di dunia( BalaiInformasi Pertanian, 1990). Memandang berartinya tumbuhan kelapa
sawit di masa ini serta masa yang hendak tiba, bersamaan dengan meningkatnya kebutuhan
penduduk dunia hendak minyak sawit, hingga butuh dipikirkan usaha peningkatan mutu serta
kuantitas penciptaan kelapa sawit secara pas supaya target yangdiinginkan bisa tercapai. Salah
satu antara lain merupakan pengendalian hama serta penyakit.( Balai Data Pertanian, 1990).
BAB II
ISI
2.1 Definisi Hama
Hama merupakan organisme yang dikira merugikan dan kehadirannya tidak di idamkan
dalam aktivitas tiap hari manusia. Walaupun diperuntukan buat seluruh organisme, tetapi sebutan
hama cenderung digunakan kepada hewan pengganggu tanaman. Hewan pula dapat diucap
bagaikan hama apabila menimbulkan kehancuran apda ekosistem natural ataupun jadi agen
penyebaran penyakit pada manusia. Misalnya merupakan tikus serta lalat yang bisa menyebarkan
wabah, dan nyamuk yang jadi vektor malaria.
Pada bidang pertanian serta perkebunan, hama ialah organisme pengganggu tumbuhan
yang menimbulkan kehancuran raga. Sehingga istilah hama tanaman diperuntukan buat seluruh
hewan yang merugikan dalam aktivitas pertanian serta perkebunan. Berkaitan dengan hama,
timbul pula sebutan“ suci hama” yang ialah padanan kata“ steril” ataupun terbebas dari pemicu
kontaminasi.
22. Tipe Hama Tumbuhan
Berbagai hama tumbuhan bisa dibedakan bersumber pada golongannya, antara lain:
1. Hama Mamalia
Mamalia terdiri dari bermacam berbagai spesies yang bisa dikira bagaikan hama
tanaman. Hama mamalia biasanya berpotensi memunculkan kerugian yang sangat sungguh-
sungguh. Hama dari kalangan ini umumnya diisi oleh fauna herbivora ataupun pemakan
tanaman, sehingga bila populasinya tidak terkendali hingga hendak merugikan tumbuhan
budidaya. Kerugian yang diartikan merupakan kehancuran tumbuhan, apalagi tingkatkan resiko
kandas panen.
2. Hama Serangga
Tidak hanya mamalia, kalangan serangga pula berpotensi bagaikan hama tumbuhan.
Serangga hama bisa menimbulkan kerugian dalam sesuatu ekosistem budidaya dengan
mengganggu tumbuhan secara langsung, semacam memakan bagian tumbuhan dan jadi vektor
penyebar penyakit tumbuhan.
Biasanya serangga yang dikategorikan bagaikan hama mempunyai populasi yang besar
serta tidak terkontrol. Kerugian tiap- tiap serangga hama pula didetetapkan oleh jenis mulut yang
dipunyai serangga tersebut. Sebagian tipe mulut serangga yang menimbulkan kerugian untuk
tumbuhan merupakan jenis menggigit- mengunyah. Serangga tipe ini hendak memotong ataupun
mengigit dan mengunyah bagian tumbuhan, paling utama daun, batang, dan buah yang
menimbulkan kehancuran, pembusukan apalagi kematian tumbuhan. Jenis mulut yang lain
merupakan menusuk- menghisap. Serangga bermulut semacam ini mempunyai mulut semacam
duri serta pisau. Kehancuran yang disebabkan dari tipe ini berbentuk sisa tusukan yang dicoba
buat mengisap cairan dari dalam tumbuhan. Tidak hanya itu, sebagian tipe serangga hama pula
menghasilkan cairan toksik ataupun beracun sehingga sel- sel tumbuhan mati ataupun hadapi
nekrosis terlebih dulu.
3. Hama Aves
Aves ataupun burung pula bisa jadi hama pertanian ataupun perkebunan. Biasanya
burung ialah hewan pemakan biji- bijian yang berpotensi jadi hama tumbuhan semacam padi,
jagung, kedelai serta sebagainya. Kala hama burung melanda dalam jumlah besar, hingga produk
biji dari tumbuhan hendak menurun ekstrem ataupun apalagi habis. Biasanya hama burung
melanda secara bergerombol serta menimbulkan kerugian dan kandas panen.
4. Nematoda
Nematoda merupakan organisme berbentuk cacing gilig ataupun cacing gelang. Hewan
ini hidup pada rentang area yang sangat luas sebab sanggup menyesuaikan diri dengan
bermacam ekosistem. Sebagian besar dari organisme ini ialah parasit serta bisa dikategorikan
bagaikan hama tumbuhan.
5. Gastropoda
Gastropoda lebih diketahui dengan siput serta siput telanjang yang berasal dari filum
moluska. Tipe hama ini meliputi segala siput serta siput telanjang dengan bermacam dimensi,
mulai dari dimensi mikroskopis sampai berdimensi besar. Biasanya hama ini hendak
mengganggu daun sehingga menghentikan perkembangan tumbuhan.
Pada pertanaman kelapa sawit ada hama yang melanda tumbuhan sawit antara lain ialah
tungau, ulat setora, nematoda, kumbang Oryctes rhinoceros serta penggerek tandan buah.
1. Tungau
Tungau yang melanda tumbuhan kelapa sawit merupakan tungau merah( Oligonychus).
Bagian diserbu merupakan daun. Tungau ini berdimensi 0, 5 milimeter, hidup di sejauh tulang
anak daun sembari mengisap cairan daun sehingga corak daun berganti jadi mengkilat bercorak
kecoklatan. Hama ini tumbuh pesat serta membahayakan dalam kondisi cuaca kering pada masa
kemarau. Kendala tungau pada persemaian bisa menyebabkan rusaknya bibit.
Pengendalian terhadap tungau merah ini bisa dicoba dengan penyemprotan dengan
akarisida yang berbahan aktif tetradion 75, 2 gram/ lt( Tedion 75 EC) disemprotkan dengan
konsentrasi 0, 1- 0, 2%.
2. Ulat Api( Setora nitens)
Telur diletakkan berderet 3- 4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah dasar,
umumnya pada pelepah daun ke 16– 17. Seekor ngengat betina sepanjang hidupnya sanggup
menciptakan telur 300– 400 butir. Telur menetas sehabis 4– 7 hari. Telur pipih serta bercorak
kuning muda. Larva S. nitens bercorak hijau kekuningan, panjangnya menggapai 40 milimeter,
memiliki 2 rumpun bulu agresif di kepala serta 2 rumpun di bagian ekor.
Kepompong terletak di dalam kokon yang dibuat dari air liur larva, berupa bundar telur
serta bercorak coklat hitam, terletak di permukaan tanah dekat piringan ataupun di dasar pangkal
batang kelapa sawit. Stadia kepompong berkisar antara 17– 27 hari. Ngengat jantan berdimensi
35 milimeter serta yang betina sedikit lebih besar. Sayap depan bercorak coklat dengan garis-
garis yang bercorak lebih hitam. Ngengat aktif pada senja serta malam hari, sebaliknya pada
siang hari hinggap di pelepah- pelepah tua ataupun pada tumpukan daun yang sudah dibuang
dengan posisi terbalik.
Ulat muda umumnya bergerombol di dekat tempat peletakkan telur serta menggerogoti
daun mulai dari permukaan dasar daun kelapa sawit dan meninggalkan epidermis daun bagian
atas. Sisa serbuan nampak jelas semacam jendela- jendela memanjang pada helaian daun,
sehingga kesimpulannya daun yang terkena berat hendak mati kering semacam sisa dibakar.
Mulai instar ke 3 umumnya ulat memakan seluruh helaian daun serta meninggalkan lidinya saja
serta kerap diucap indikasi melidi. Indikasi ini diawali dari daun bagian dasar. Dalam keadaan
yang parah tumbuhan hendak kehabisan daun dekat 90%. Pada tahun awal sehabis serbuan bisa
merendahkan penciptaan dekat 69% serta dekat 27% pada tahun kedua. Ambang ekonomi dari
hama ulat api buat S. asigna serta S. nitens pada tumbuhan kelapa sawit rata- rata 5- 10 ekor
perpelepah buat tumbuhan yang berusia 7 tahun ke atas serta 5 ekor larva buat tumbuhan yang
lebih muda.
Sebagian metode pengendalian ulat api yang bisa dicoba merupakan bagaikan berikut:
Pengendalian secara mekanik, ialah pengutipan ulat maupun pupa di lapangan setelah itu
dimusnahkan
Pengendalian secara biologi, dicoba dengan:
pemakaian parasitoid larva semacam Trichogramma sp serta predator berbentuk
Eocanthecona sp
Pemakaian virus semacam Granulosis Baculoviruses, MNPV( Multiple Nucleo
Polyhedro Virus)
Pemakaian jamur Bacillus thuringiensis
Pemakaian insektisida, dicoba dengan:
Penyemprotan( spraying) dicoba pada tumbuhan yang berusia 2, 5 tahun dengan
memakai penyemprotan tangan, sebaliknya tumbuhan yang berusia lebih dari 5 tahun
penyemprotan dicoba dengan mesin penyemprot
Penyemprotan hawa dicoba apabila dalam sesuatu kondisi tertentu luas areal yang
terkena telah meluas yang meliputi wilayah dengan bermacam topografi
3. Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus
Hama ini melanda pangkal tumbuhan kelapa sawit. Serbuan nematoda
Rhadinaphelenchus cocopilus memunculkan indikasi berbentuk daun- daun muda yang hendak
membuka jadi tergulung serta berkembang tegak. Berikutnya daun berganti corak jadi kuning
serta mengering. Tandan bunga membusuk serta tidak membuka, sehingga tidak menciptakan
buah. Pengendalian yang bisa dicoba ialah dengan metode tumbuhan yang terkena diracun
dengan natrium arsenit. Buat memberantas sumber peradangan, sehabis tumbuhan mati ataupun
kering dibongkar kemudian terbakar.
4. Kumbang Oryctes rhinoceros
Serbuan hama ini lumayan membahayakan bila terjalin pada tumbuhan muda, karena bila
hingga menimpa titik tumbuhnya menimbulkan penyakit busuk serta menyebabkan kematian.
Pengendalian kumbang ini dicoba dengan metode melindungi kebersihan kebun, paling utama di
dekat tumbuhan. Sampah- sampah serta tumbuhan yang mati terbakar, supaya larva hama mati.
Pengendalian secara hayati dengan memakai jamur Metharrizium anisopliae serta virus
Baculovirus oryctes.
Penyakit yang menyerang pertanaman kelapa sawit diantaranya yaitu penyakit akar,
penyakit busuk pangkal batang, penyakit busuk kuncup, penyakit garis kuning, anthracnose, dan
penyakit tajuk.
Gejalanya yaitu tanaman tumbuh tidak normal, lemah, dan daun berubah warna dari hijau
menjadi kuning (nekrosis). Nekrosis dimulai dari ujung daun dan beberapa hari kemudian
tanaman mati. Bibit maupun tanaman dewasa yang terserang akarnya membusuk. Penyebabnya
adalah jamur Rhizoctonia lamellifera dan Phytium sp. Melakukan budidaya yang baik
merupakan cara yang efisien untuk pencegahan penyakit ini. Tindakan tersebut antara lain
dengan membuat persemaian yang baik agar bibit sehat dan kuat, pemberian air yang cukup dan
naungan pada musim kemarau.
Gejalanya yaitu daun hijau pucat dan daun muda (janur) yang terbentuk sedikit. Daun
yang tua layu, patah pada pelepahnya, dan menggantung pada batang. Selanjutnya pangkal
batang menghitam, getah keluar dari tempat yang terinfeksi, dan akhirnya batang membusuk
dengan warna cokelat muda. Akhirnya bagian atas tanaman berjatuhan dan batangnya roboh.
Penyebabnya adalah jamur Ganoderma applanatum, Ganoderma lucidum, dan Ganoderma
pseudofferum. Jamur ini akan menular ke tanaman yang sehat jika akarnya bersinggungan
dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit. Pencegahannya yaitu, sebelum penanaman sumber
infeksi dibersihkan terutama jika areal kelapa sawit merupakan lahan bekas kebun kelapa atau
kelapa sawit, tunggul-tunggul ini harus dibongkar serta dibakar.
3. Penyakit busuk kuncup (Spear rot)
Gejalanya yaitu pada daun yang terserang, tampak bercak-bercak lonjong berwarna
kuning dan ditengahnya terdapat warna cokelat. Penyakit ini sudah menyerang pada saat bagian
ujung daun belum membuka, dan akan menyebar ke helai daun lain yang telah terbuka pada
pelepah yang sama. Daun yang terserang akan mengering dan akhirnya gugur. Penyebabnya
adalah jamur Fusarium oxysporum. Penyakit ini menyerang tanaman yang mempunyai kepekaan
tinggi dan disebabkan oleh faktor turunan. Pencegahannya adalah dengan usaha inokulasi
penyakit pada bibit dan tanaman muda, dapat mengurangi penyakit di pesemaian dan tanaman
muda di lapangan.
5. Anthracnose
Gejalanya yaitu terdapat bercak-bercak cokelat tua pada ujung dan tepi daun. Bercak-
bercak dikelilingi warna kuning yang merupakan batas antara bagian daun yang sehat dan yang
terserang. Gejala lain yang tampak adalah adanya warna cokelat dan hitam diantara tulang daun.
Daun-daun yang terserang menjadi kering dan berakhir dengan kematian. Penyebabnya adalah
jamur Melanconium sp, Glomerella cingulata, dan Botryodiplodia palmarum. Pencegahan secara
agronomis dengan mengatur jarak tanam, penyiraman yang teratur, pemupukan, pemindahan
bibit dari pesemaian berikut tanahnya yang menggumpal di akar.
Gejalanya yaitu helai daun mulai pertengahan sampai ujung pelepah kecil-kecil, sobek,
atau tidak ada sama sekali. Pelepah yang bengkok dan tidak berhelai daun merupakan gejala
yang cukup serius. Gejala ini tampak pada tanaman yang berumur 2 – 4 tahun. Penyebabnya
yaitu gen keturunan dari tanaman induk. Pencegahannya dengan menyingkirkan tanaman-
tanaman induk yang mempunyai gen penyakit tersebut.
Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama dan penyakit. Hama yang
terdapat pada pertanaman kelapa sawit diantaranya yaitu tungau, ulat setora, nematoda, kumbang
Oryctes rhinoceros dan penggerek tandan buah. Penyakit yang menyerang pertanaman kelapa
sawit diantaranya yaitu penyakit akar, penyakit busuk pangkal batang, penyakit busuk kuncup,
penyakit garis kuning, anthracnose, dan penyakit tajuk. Beberapa jenis hama dan penyakit dapat
menimbulkan kerugian yang besar pada bibit, tanaman belum menghasilkan dan tanaman
menghasilkan. Pengendalian terhadap hama dan penyakit perlu dilaksanakan secara baik dan
benar untuk meminimalisir penurunan produktivitas kelapa sawit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Produktifitas dan hasil produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh serangan hama karena
itu untuk pengendalian hama yang menyerang, dapat dikendaliakan dengan pelepasan predator
dari hama itu sendiri agar menghindari bertambahnya hama yang menyerang tanaman kelapa
sawit.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam penggunaan herbisida maupun pestisida dalam pengendalian hama dan
penyakit menggunakan dosisi yang sesuai dengan anjuran agar tidak terjadi resistensi pada hama
itu sendiri serta menghindari terjadinya bertambahnya hama.