SPM 13
SPM 13
Dosen pengampu:
I Gusti Ayu Intan Saputri Rini, S.E., M.Si., AK.,C.a., CSRS., CSRA
Oleh:
Kelompok : 1
Universitas Warmadewa
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses pengendalian manajemen yang dilakukan maupun yang dihasilkan dalam proses
produksinya jelas karena yang dikendalikan maupun yang dihasikan dalam proses produksinya
jelas tampak kasat mata. Namun sistem pengendalian manajemen tidak hanya menyangkut aspek
manufaktur seperti itu.
Sistem pengendalian manajemen juga berfungsi pada sektor jasa. Dalam proses
pengendaliannya, sektor jasa mempunyai karakteristik yang relatif berbeda dibanding sektor
manufaktur. Pada pembahasan ini akan membahas tentang proses pengendalian pada organisasi
jasa. Pembahasan dikhususkan pada organisasi jasa profesional (konsultan hukum pengacara,
akuntan dan profesi sejenis), rumah sakit, nirlaba (yayasan), pemerintah dan organisasi dagang
(agen, distrobutor,pengecer).
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perusahaan jasa secara umum?
2. Bagaimana organisasi professional ?
3. Bagaimana organisasi perawatan kesehatan?
4. Bagaimana organisasi nirlaba ?
5. Bagaimana organisasi pemerintah?
6. Bagimana organisasi usaha dagang?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui perusahaan jasa secara umum
2. Untuk mengetahui organisasi professional
3. Untuk mengetahui organisasi perawatan kesehatan
4. Untuk mengetahui organisasi nirlaba
5. Untuk mengetahui organisasi pemerintah
6. Untuk mengetahui organisasi usaha dagang
1) PERUSAHAAN JASA SECARA UMUM
A. Sektor Jasa
Angkatan kerja di Amerika Serikat, pada abad ke-18 dan pertengahan abad ke-19, umumnya
merupakan tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian. Setelah itu banyak yang mulai
beralih ke sektor manufaktur. Pada awal abad ke-20, scktor jasa mulai berkembang seiring
berkembangnya sektor manufaktur. Indonesia juga mengalami hal yang sama. Negara kita yang
sebelumnya dikenal sebagai negara agraris, sejak awal tahun 1970-an mulai melakukan proses
industrialisasi. Proses industrialisasi ini pada gilirannya menjadikan sektor jasa juga
berkembang. Menariknya sektor jasa ini mulai menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar
negara kita. Bagian ini membahas berbagai karakteristik sektor jasa yang ada dan bagaimana
suatu proses pengendalian manajemen seharusnya terjadi.
B. Karakteristik
Untuk beberapa hal, pengendalian manajemen pada perusahaan jasa sedikit berbeda
dibandingkan dengan proses pada perusahaan manufaktur. Berikut ini beberapa hal yang
Beberapa organisasi jasa mengoperasikan beberapa unit di lokasi yang berbeda yang
masing-masing relatif kecil. Contohnya jaringan restoran fast-food, perusahaan sewa mobil,
dan banyak contoh lainnya. Beberapa unit yang ada tersebut mungkin dimiliki sendiri; dan
yang lainnya mungkin dengan sistem franchise.
Karena unit-unit tersebut berbeda dalam menyediakan pelayanan, perhatian khusus
diperlukan untuk memperbandingkan kinerja masing-masing unit. Teknik seperti
menyesuaikan perbedaan seperti ini disebut data errelopment analysis. Teknik ini
mengidentifikasi unit yang paling efisien dengan menggunakan metode statistik atas berbagai
perbedaan yang diizinkan.
C. Sejarah Perkembangan
Akuntansi biaya pada awalnya berkembang pada perusahaan manufaktur karena kebutuhan
untuk menilai barang dalam proses dan barang jadi untuk tujuan pelaporan keuangan. Sistem ini
menyediakan data bahan baku yang mudah diadaptasi untuk digunakan membentuk harga pasar
dan tujuan manajemen lainnya. Sistem harga pokok standar, pemisahan biaya tetap dan variabel,
dan analisis penyimpangan dibentuk atas dasar sistem akuntansi biaya.
Sampai dengan beberapa dekade yang lalu, banyak organisasi jasa tidak mempunyai
pendorong yang sama dalam pengembangan data biaya. Penggunaan biaya produk dan data
akuntansi manajemen lainnya baru saja dipakai, terutama sejak perang dunia ke-ll. Sistem
pengendalian manajemen sejak itu berkembang cepat sama seperti perkembangan pada
perusahaan manufaktur.
2) ORGANISASI PROFESIONAL
Organisasi litbang, lembaga hukum, rumah sakit, arsitek,konsultan, biro iklan dan usaha seni,
olahraga merupakan contoh perusahaan dimana produknya merupakan jasa professional.
A. Karakteristik Khusus
1. Tujuan.
2. Profesional
3. Ukuran Output
Output dari suatu organisasi profesional tidak bisa diukur dengan ukuran fisik,
seperti unit, ton dan lain-lain. Ukuran berupa jumlah jam kerja dari seorang pengacara
dalam manangani suatu perkara bukan merupakan output, tetapi ukuran input
(masukan). Output dalam hal ini adalah efektifitas kera seorang pengacara, dan ini
tidak bisa diukur dengan jumlah halaman dalam pembelaannya atau jumlah jam dia
berada di pengadilan. Kita bisa mengukur jumlah pasien yang dilayani dalam satu
hari, bahkan mengklasifikasikannya menurut jenis penyakitnya; tapi ini tidak berarti
ekuivalen dengan pengukuran jumlah atau kualitas jasa yang diberikan. Kebanyakan
dengan cara ini hanyalah sekedar ukuran efisiensi dalam pelayanan pasien, untuk
mengukur apakah seorang pegawai telah bekerja sebagaimana mestinya. Pendapatan
yang diperoleh biasanya merupakan ukuran output pada sejumlah organisasi profesi;
namun ukuran uang seperti ini, lebih berhubungan pada jumlah jasa yang dilakukan,
tidak berkaitan dengan mutu, walau kualitas yang jelek dalam jangka panjang akan
mengurangi pendapatan. Selanjutnya, pekerjaan yang dilakukan oleh banyak
profesional tidak repetitif atau berulang-ulang. Hal ini menyulitkan dalam
perencanaan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu tugas, membuat
standar yang rasional untuk penilaian prestasi kerja, dan juga penilaian atas kinerja
yang telah dilakukan. Beberapa pekerjaan bisa saja repetitif, misalnya mencatat
kontrak penjualan dan membuat draft tugas. Pengembangan standar untuk tugas-tugas
seperti ini cukup baik, walaupun dalam penggunaan standar ini, keadaan luar biasa
yang mempengaruhi tugas tertentu harus tetap
4. Ukuran kecil
5. Pemasaran
1. Penentuan Harga.
Harga jual dari pekerjaan yang dilakukan pada organisasi profesi biasanya ditetapkan
secara tradisional. Tarifnya biasanya didasarkan pada jam kerja untuk kompensasi
dengan tingkat profesionalnya, ditambah biaya overhead dan laba. Biasanya juga
dibebankan biaya tetapnya.
2. Pusat Laba dan Harga Transfer
Walaupun hal ini tampak kontradiktif, organisasi nirlaba biasanya menggunakan pusat
laba.Unit pendukung, seperti pemeliharaan, proses informasi, transportasi,
telekomunikasi, percetakan dan sejumlah material dan jasa, membebankan unit yang
dikonsumsinya pada jasa yang diberikannya.
3. Perencanaan Strategi dan Penganggaran
Pada umumnya, sistem perencanaan strategi dibuat tidak sebaik pada perusahaan
manufaktur. Pada perusahaan manufaktur, keputusan tentang program melibatkan
komitmen untuk pengadaan pabrik dan peralatan; mereka juga memprediksi pengaruh
kapasitas pabrik dan peralatan tersebut terhadap biaya. Sekali keputusan tersebut dibuat,
sulit untuk merevisinya kembali. Pada organisasi profesi, aset utamanya adalah orang;
dan walaupun terjadi fluktuasi jangka pendek pegawainya, perubahan ukuran dan
kompensasi untuk stafnya lebih mudah dibuat dan direvisi dimana perlu.
4. Pengawasan Operasi
Perhatian yang besar hendaknya diberikan pada penjadwalan waktu dari profesional
tersebut. The billed time ratio, yakni rasio jumlah jam yang dipakai terhadap total jam
kerja yang tersedia dari profesional tersebut, diawasi dengan cermat. Ketidakmampuan
untuk menciptakan standar kerja dan ukuran prestasinya, akan membawa dampak
terhadap perencanaan dan pengendalian tugas sehari-hari. Apabila pekerjaan tersebut
dilakukan oleh tim proyek, pengawasan difokuskan pada proyek tersebut. Rencana
tertulis untuk masing masing proyek tersebut diperlukan, secara berkala dilaporkan
tentang kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan standar baik biaya, jadwal, maupun
kualitas.
5. Ukuran Prestasi dan Penghargaan
Untuk beberapa kondisi, ukuran prestasi biasanya tersedia. Misalnya rekomendasi
dari seorang analis investasi bisa dibandingkan dengan perilaku pasar sesungguhnya dari
saham. Diagnosis operasi pada rumah sakit bisa diuji dengan pengujian kondisi hasil
operasi. Skill bisa diukur dengan tingkat kesuksesan dari operasional. Ukuran seperti ini
biasanya merupakan kualifikasi yang tepat. Namun pada beberapa keadaan, pengukuran
prestasi lebih banyak mempertimbangkan faktor-faktor kemanusiaan. Pertimbangan
tersebut bisa dari atasan, rekan sekerja, diri sendiri, bawahan atau klien
Organisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah rumah sakit, klinik, rumah sakit bersalin,
laboratorium kesehatan, dan organisasi sejenis lainnya. Walaupun pada dasarnya ciri-ciri
organisasi seperti ini merupakan organisasi nirlaba, tapi banyak juga diantaranya yang
merupakan perusahaan yang berorientasi laba.
a. Ciri-Ciri Khusus
1. Kesulitan Dalam Masalah Sosial
Masyarakat sering dihadapkan dengan pelayanan rumah sakit yang tidak bagus,
tingginya tarif rumah sakit, tingginya harga obat dan masalah-masalah lainnya. Di
lain sisi jumlah orang sakit terus bertambah karena kemajuan pengobatan
memperpanjang tingkat harapan hidup manusia, yang pada gilirannya membutuhkan
perawatan. Pihak yang menyediakan layanan kesehatan sebenarnya sadar akan
masalah ini, namun diperlukan mekanisme tertentu yang tidak saling merugikan
antara penyedia dan pemakai perawatan kesehatan.
2. Perubahan Penyedia Jasa Perawatan Kesehatan.
Dengan meningkatnya biaya perawatan kesehatan, perubahan signifikan terjadi
dalam hal pelayanan perawatan, yang dulunya dilakukan oleh beberapa penyedia
perawatan Kesehatan. Banyak jasa yang sebelumnya dilakukan oleh rumah sakit,
sekarang cukup dilakukan oleh klinik tertentu saja.
3. Profesional
Di Amerika Serikat, industri kesehatan pada tahun 1991 saja mempekerjakan
banyak profesional (termasuk dokter, ahli gigi, perawat, ahli terapi). Jumlahnya jauh
melebihi industri lainnya kecuali Pendidikan. Pengaruh pengendalian manajemen
pada profesional ini sama dengan yang terjadi pada organisasi profesional lainnya.
Loyalitas mereka biasanya lebih mengarah pada profesi, tidak pada organisasi.
Manajer bagian pada dasarnya merupakan seorang profesional yang melakukan
fungsi manajemennya hanya paruh waktu. Fisikawan juga cenderung memberikan
sedikit perhatian pada pengawasan biaya, sehingga, ada kesan mereka lebih suka
menulis resep dari pada jumlah tes optimum, terpisah karena bahaya malpraktik jika
mereka tidak hati-hati mendeteksi gejala penyakit pasien.
4. Pentingnya Pengendalian Mutu
Industri kesehatan banyak berkaitan dengan kehidupan manusia, sehingga kualitas
jasa yang diberikan harus benar-benar diperhatikan. Pada periode tertentu diperlukan
pengkajian ulang tentang prosedur operasi atau pembedahan, pengkajian ulang
terhadap dokter pribadi. Beberapa tahun terakhir, di Amerika Serikat telah ada dewan
pengkajian yang didirikan oleh pemerintah federal. Hal ini semata-mata untuk
mengawasi mutu setiap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
5. Proses Pengendalian Manajemen
Berkaitan dengan masalah yang ada pada ciri-ciri khusus di atas, proses
pengendalian manajemen sama dengan yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu.
Karena adanya campuran produk dan peningkatan jumlah dan biaya untuk peralatan
baru, proses perencanaan strategis pada pusat pelayanan kesehatan atau rumah sakit
menjadi semakin penting. Proses penyusunan anggaran tahunan dilakukan dengan
lebih hati-hati. Informasi tentang jumlah anggaran yang tersedia secara cepat
digunakan untuk pengawasan operasional kegiatan
4) ORGANISASI NIRLABA
Organisasi nirlaba, menurut definisi hukumnya merupakan organisasi yang tidak bisa
mengalihkan aktiva, pendapatan, atau keuntungannya kepada anggota, pegawai atau direktur
organisasi tersebut. Tetapi dalam hal ini, organisasi tentu saja bisa memberi semacam
kompensasi atas jasa ataupun barang yang diberikan oleh pegawai maupun anggota
organisasi tersebut. Definisi ini juga tidak berarti organisasi dilarang memperoleh pendapatan
yang diperhitungkan sebagai labanya, yang dilarang adalah distribusi laba tersebut.
Organisasi nirlaba memerlukan laba yang tinggi untuk menyediakan modal kerja dan sebagai
penjagaan di masa paceklik perolehan dana. Saat ini, banyak juga kita melihat dalam suatu
kelompok usaha, disamping mempunyai organisasi yang berorientasi laba juga mempunyai
organisasi nirlaba. Ada rumah sakit nirlaba dan ada rumah sakit yang bertujuan mencari laba,
sekolah yang nirlaba dan sekolah yang mencari laba, bahkan ada organisasi keagamaan yang
mencari laba.
1. Ciri-Ciri Khusus
Tidak Ada Ukuran Laba
Tujuan utama dari kebanyakan usaha adalah memperoleh laba yang memuaskan bagi
pemiliknya. Laba dalam hal ini merupakan ukuran prestasi terhadap tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan dan ukuran seperti ini tidak kita jumpai pada organisasi nirlaba.
Ketiadaan ukuran kuantitas dalam penghargaan kinerja manajemen merupakan masalah
yang serius bagi penerapan pengendalian manajemen pada organisasi nirlaba seperti ini.
Laporan keuangan merupakan laporan yang sangat bermanfaat pada organisasi nirlaba,
sama seperti pada dunia usaha. Dalam dunia usaha, sebagai aturan umum, makin besar
pendapatan maka makin baguslah kinerjanya. Tapi dalam organisasi nirlaba pendapatan
yang sedikit di atas break-eten-nya saja itu sudah dianggap kinerja yang bagus. Laba neto
yang besar biasanya justru mengindikasikan jasa yang diberikan masih kurang dari yang
diharapkan. Namun tingkat rugi yang terlalu rendah juga akan menjadikannya bangkrut,
sama seperti pada dunia usaha. Walaupun kinerja keuangan tidak merupakan tujuan
dominan pada organisasi nirlaba, tapi tujuan seperti ini tetap perlu karena tanpa
pendapatan yang sedikit melebihi biaya sulit bagi suatu organisasi nirlaba untuk bertahan
hidup.
2. Kontribusi Modal
Hanya ada sedikit perbedaan utama pada pencatatan transaksi akuntansi pada unit
usaha dan organisasi nirlaba, yakni yang berkaitan dengan modal pada neraca. Organisasi
laba mempunyai transaksi dengan pemegang sahamanya-penerbitan saham dan
pembayaran dividen- sementara organisasi nirlaba tidak mempunyai transaksi seperti ini.
Organisasi nirlaba menerima kontribusi modal, dimana hal ini jarang sekali terjadi pada
organisasi laba. Kesamaannya adalah baik organisasi laba maupun nirlaba menyatakan
peningkatan modal jika terjadi peningkatan pendapatan labanya.
Secara prinsip, ada dua kategori kontribusi modal dalam bentuk bangunan dan
sumbangan. Bangunan disini termasuk kontribusi gedung dan peralatan atau kontribusi
dana untuk membeli bangunan. Sumbangan terdiri dari sumbangan dari donatur yang
bermaksud memberikan sejumlah sumbangan untuk waktu yang tak terbatas. Hanya
pendapatan saja yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan.
Penerimaan kontribusi aktiva modal tidak merupakan pendapatan. Aktiva sumbangan
tetap harus terpisah dari aktiva operasi. Ini sesuai yang disebutkan oleh peraturan
sehingga jelas terlihat mana sumbangan yang benar-benar murni sumbangan. Hal ini juga
membawa konsekuensi laporan kontribusi modal harus terpisah dari kontribusi
operasinya yakni pendapatan yang diperoleh dari perputaran dana tahunan, bantuan, dan
sumbangan lainnya yang dimaksudkan untuk membiayai operasional perusahaan.
Dengan konsekuensi seperti ini, organisasi nirlaba mempunyai dua bentuk laporan
keuangan. Bentuk pertama berkaitan dengan kegiatannya adalah dalamnya operasional,
dan termasuk di laporan operasional, neraca, dan laporan cash flow, semuanya sama
seperti yang ditemui di dunia usaha pada umumnya. Bentuk kedua berkaitan dengan
kontribusi modal, dan laporan ini berisikan laporan kontribusi modal inflow dan out flow
selama satu periode dan neraca yang melaporkan kontribusi aktiva modal dan yang
berkaitan dengan hutang dan modal. Kontribusi modal inflow adalah kontribusi modal
yang diterima pada periode tertentu dan gain dari portofolio sumbangan; sementara
kontribusi modal outflow adalah pendapatan sumbangan yang dilaporkan sebagai
pendapatan operasi, kerugian portofolio sumbangan, dan penghapusan gedung.
a. Akuntansi Dana
b. Aturan
Organisasi nirlaba biasanya diatur dan diawasi oleh dewan penyantun (trustee).
Trustee biasanya tidak dibayar, dan banyak dari mereka kurang memahami manajemen
usaha. Oleh karenanya, mereka sedikit sekali melakukan pengawasan seperti yang
dilakukan oleh seorang direktur. Juga, karena kinerja sulit diukur pada organisasi nirlaba
ini, biasanya dewan ini tidak mampu mengidentifikasi masalah sebenarnya. Untuk itulah
diperlukan dewan yang mengatur secara kuat dan bekerja secara efektif.
3. Sistem Pengendalian Manajemen
Jika berbicara soal pengecer, agen, grosir atau distributor, organisasi semacam ini
merupakan organisasi yang tidak diklasifikasikan sebagai organisasi jasa; walaupun
tampaknya ia juga tidak merupakan perusahaan manufaktur. Untuk memahami hal
tersebut perlu diuraikan berikut ini.
Tidak seperti pada organisasi jasa, persediaan merupakan faktor penting pada
perusahaan dagang. Sebenarnya kepala departemen pada organisasi seperti ini disebut
“pembeli”, tidak hanya sekedar manajer, yang menunjukkan pentingnya fungsi
pengadaan. Alat pengawasan yang prinsip adalah dimungkinkannya untuk membeli
yakni jumlah maksimum yang boleh dibeli oleh pembeli kapan saja.
Pengawasan modal kerja merupakan faktor penting dalam perusahaan dagang.
Banyak perusahaan mengurangi persediaan dengan system yang secara otomatis
menempatkan pesanan perusahaanya pada pemasok dan hanya mengambilnya jika
sudah tercapau titik pemesanan kembali (reorder point). Piutang telah jauh berkurang
pada saat ini karena penjualan kredit sekarang ditangani oleh perusahaan pemberi
kredit. Walaupun kecendrungan yang ada megembangkan teknik pada perusahaan
manufaktur, teknik yang sama juga telah digunakan pada perusahaan dagang. Saat ini
organisasi dagang dan organisasi swasta telah mengembangkan system informasi
yang memungkinkan satu perusahaan membandingkan pendapatan, biaya, laba dan
elemen lainnya dengan perusahaan lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengendalian manajemen pada organisasi jasa berbeda bila dibandingkan dengan
organisasi manufaktur. Hal ini disebabkan ketiadaan persediaan penyangga pada organisasi jasa,
kesulitan mengukur kualitas, dan pada umumnya perusahaan jasa cenderung merupakan padat
karya. Organisasi profesi tidak mempunyai tujuan utama untuk memperoleh kembalian atas
investasi yang dilakukan; para professional memiliki karakteristik perilakunya sendiri,
pengukuran output-nya biasanya subyektif, dan tidak ada garis yang tegas antara aktivitas
pemsaran dan produksi. Organisasi perawatan kesehatan harus menyesuaikan diri pada
kenyataan bahwa system yang ada saat ini tidak mampu bekerja dengan baik. Organisasi nirlaba
kekurangan manfaat dimana ukuran laba disediakan, dan mereka harus menghitung atas
kontribusi modal yang ini jarang terjadi pada organisasi bisnis. Organisasi pemerintah
mempunyai masalah yang sudah sama-sama diketahui umum yakni berupa pengaruh politik dan
birokrasi. Pada organisasi dagang, persediaan dan manajemen modal kerja merupakan hal yang
penting. Dapat diambil kesimpulan bahwa system pengendalian manajemen pada organisasi jasa
umumnya sama dengan system pengendalian manajemen pada organisasi dagang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, Achmad Tjahjono, Muh. Fakhri Husein, Sistem Pengendalian Manajemen,
UPP AMP YPKN Yogyakarta, Cetakan Kedua 2003. (AH).