Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA ZAMAN KOLONIALISME


Dosen Pengampu: Bayu Ananta Wibowo, M.Pd

Disusun Oleh:

- Bernadeta Indah Listyorini (18144400034)


- Dewi Sawitri (18144400006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “Sejarah
Pendidikan Indonesia Zaman Kolonialisme” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami membahas tentang kondisi pendidikan di Indonesia pada
masa penjajahan Portugis, Spanyol, dan Belanda.
Makalah ini disusun berdasarkan sumber buku yang berhubungan dengan obyek
penulis. Dengan harapan makalah ini dapat membantu memahami dan menjelaskan
seperti apa pendidikan di Indonesia zaman dahulu itu bagi mahasiswa maupun
pembaca. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran atau kritik yang dapat
membangun guna penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 13 Mei 2019

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PEMBUKAAN
A. LATAR BELAKANG..............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................1
C. TUJUAN...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Masuknya Bangsa Eropa ke Indonesia.....................................................2
B. Pendidikan Pada Masa Kolonial
1. Pendidikan Zaman Pengaruh Portugis dan Spanyol...........................2-3
2. Pendidikan Pada Zaman Pengaruh Belanda.......................................3-7

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN.........................................................................................8
B. SARAN.....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada abad ke-16 Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah
Portugis, dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Tujuan mereka datang ke
Indonesia adalah untuk berdagang serta menyebarkan agama, selain itu mereka
juga mencari rempah-rempah yang akan dijual ke Eropa dengan harga yang lebih
mahal. Pada tahun 1511 Portugis mendarat di Maluku untuk pertama kalinya.
Kedatangan Portugis berikutnya pada 1513.
Kedatangan bangsa Portugis sampai di Indonesia segera diikuti oleh bangsa
Spanyol. Kedatangan bangsa Spanyol ini diterima baik oleh Sultan Tidore, yang
saat itu sedang bermusuhan dengan kerajaan Ternate. Selanjutnya, pada tahun
1596 Belanda datang ke Indonesia dipimpin oleh Cornelis de Houtman dengan
tujuan berdagang. Pada 20 Maret 1605, Belanda membentuk organisasi
perdagangan atau biasa disebut VOC.
Masuknya Portugis, Sepanyol, dan Belanda tentu memberikan pengaruh bagi
Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan dari Eropa pertama kali
masuk ke Nusantara bersamaan dengan masuknya agama Kristen Katolik. Kala
itu Portugis membangun sekolah yang mengajarkan ajaran agama Katolik untuk
para pribumi dari daerah Timur Indonesia di sekitar daerah Maluku.
Pendidikan mulai dianggap penting saat kebijakan Politik Etis dilakukan oleh
pemerintah kolonial. Perhatian pemerintah kolonial Belanda terhadap pendidikan
dikarenakan guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor swasta dan
pemerintahan. Sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah menganut sistem
pendidikan barat dan hanya bisa dimasuki oleh kalangan bangsawan. 

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah kondisi pendidikan pada masa kedudukan Portugis, Spanyol,
dan Belanda?
2. Bagaimanakah sistem pendidikan pada masa tersebut?
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan dan membantu memahami
bagi mahasiswa maupun pembaca tentang bagaimana sistem pendidikan di
Indonesia pada zaman kolonial. Selain itu, dalam makalah ini kita juga dapat
mempelajari bagaimana keadaan pendidikan pada masa itu serta sekolah-sekolah
yang di selenggarakan oleh para penjajah.

1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Bangsa Eropa ke Indonesia
Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan Turki, menyebabkan terputusnya
jalur perdagangan dan menyebabkan Bangsa Eropa kesulitan mendapatkan
rempah-rempah yang pada saat itu sangat berperan penting dalam kehidupan
masyarakat Eropa. Pada akhirnya, Bangsa Eropa melakukan penjelajahan untuk
mencari dunia timur yang terkenal dengan rempah-rempahnya. Selain itu,
perjalanan mencari dunia timur juga didukung oleh kisah Marcopolo tentang
dunia timur, serta ingin membuktikan bahwa bumi itu bulat dan didukung oleh
penemuan kompas atau arah mata angin.
Bangsa Eropa yang datang pertama kali ke Indonesia adalah Portugis, lalu
disusul oleh Spanyol dan Belanda. Tujuan mereka sama, yaitu ingin berdagang
dan menyebarkan agama. Namun selanjutnya mereka juga berusaha untuk
menguasai wilayah Indonesia. Masuknya Portugis, Spanyol, dan Belanda
memberikan dampak bagi Bangsa Indonesia, terutama dibidang pendidikan.
Pendidikan mulai dianggap penting saat kebijakan Politik Etis dilakukan oleh
pemerintah kolonial. Perhatian pemerintah kolonial Belanda terhadap pendidikan
dikarenakan guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor swasta dan
pemerintahan. Sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah menganut sistem
pendidikan barat dan hanya bisa dimasuki oleh kalangan bangsawan.

B. Pendidikan Pada Masa Kolonial


1. Pendidikan Pada Zaman Pengaruh Portugis dan Spanyol
Bangsa Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia adalah untuk berdagang
serta sebagai misionaris (penyebar agama Katholik). Mereka mendirikan sekolah
dengan kurikulum keagamaan. Namun, Portugis dan Spanyol melaksanakan
pendidikan di Indonesia bukanlah tujuan petamanya, tetapi pendidikan yang
diselenggarakan memiliki tujuan tersendiri, yaitu menjadikannya sebagai alat
untuk berlama-lama di Indonesia serta bersaing menguasai perdagangan rempah-
rempah di Indonesia. Pada masa tersebut, Portugis dan Spanyol lebih maju
dibandingkan Bangsa Indonesia, sehingga mereka memanfaatkan kesempatan ini
untuk mencari keuntungan yang lebih besar.
Ketika Bangsa Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia, mereka dibarengi
oleh misionaris yang diberi tugas untuk menyebarkan Agama Nasrani dikalangan
penduduk Indonesia. Seorang diantaranya adalah Franciscus Xaverius yang
dianggap sebagai peletak batu pertama agama Katholik di Indonesia. Pada tahun
1536, dibawah pempinan Antonio Golvano , penguasa Portugis di Malaka,
mendirikan sekolah Seminari di Ternate dan menerima anak-anak pemuka

3
pribumi. Sekolah ini merupakan sekolah keagamaan, namun pelajaran seperti
membaca, menulis, dan menghitung juga diajarkan. Biasanya yang memberikan
pelajaran ini adalah seorang pastur dengan metode yang diajarkan bersifat
ceramah, dan menghafal. Pendidikan yang dilaksanakan Bangsa Portugis dan
Spanyol tidak dapat lepas dari keinginan untuk menyebarkan agama Katholik .
Oleh karena itu, misionaris memiliki peran penting dalam pelaksanaan
pendidikan di Indonesia. Dengan mendirikan sekolah Seminari, misionaris dapat
melaksanakan pendidikan bagi kaum pribumi.
Bangsa Portugis dan Spanyol di Nusantara banyak meninggalkan berbagai
peninggalan seperti bangunan, budaya, dan lain sebagainya. Namun, peninggalan
Spanyol lebih sedikit dibanding peninggalan Portugis, karena perjanjian saragosa
yang mengakibatkan wilayah daerah kekuasaan dibagi menjadi utara dan selatan.
Spanyol mendapatkan wilayah Utara yang akhirnya mengharuskan Spanyol
meninggalkan Maluku dan lebih memusatkan di Filipina.
Berikut peninggalan-peninggalan dari Portugis:
1. Berkembangnya musik Keroncong yang berasal dari Portugis.
2. Peninggalan bangunan yang berupa benteng-benteng Portugis (Benteng
Victoria di Ambon).
3. Nama orang Indonesia menggunakan nama Portugis (da Costa, Dias, de Fretes,
Mendoza ddl.)
4. Benda-benda peninggalan Portugis berupa Meriam yang ditempatkan di
Museum.
Karena sering timbul pemberontakan-pemberontakan terutama dari Sultan
Ternate, serta banyak peperangan yang harus diselesaikan dengan orang-orang
Spanyol, maka pada akhir abad ke 16 selesailah kekuasaan Portugis di Indonesia.
Ini berarti pula dengan habisnya riwayat missi Katholik di daerah Maluku.
Jatuhnya Portugis menyebabkan berhentinya usaha-usaha menyebarkan agama
melalui pendidikan.

2. Pendidikan Pada Zaman Pengaruh Belanda


Belanda datang ke Indonesia pada tahun 1596 dengan dipimpin Cornelis de
Houtman dengan niat awal berbelanja rempah-rempah, kemudian membawa
rempah-rempah tersebut ke Belanda untuk diperdagangkan. Pemerintah Belanda
mulai menjajah Indonesia pada tahun 1619 M, yaitu ketika Jan Pieter Zoon Coen
menduduki Jakarta. Mereka membentuk badan perniagaan yang disebut dengan
VOC. Selain berdagang, pemerintah Belanda juga mendirikan sekolah-sekolah
untuk anak-anak Belanda yang orangtuanya bekerja di Batavia maupun daerah
lainnya.
Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua)
periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan
masa pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie). pada masa VOC, yang

4
merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia
dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial.

a.) Zaman VOC ( KOMPENI)


Dengan berakhirnya kekuasaan Portugis maka timbullah kekuasaan baru
yaitu kekuasaan Belanda. Bangsa Belanda mengusir orang-orang Portugis dari
Indonesia, Belanda semula datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang yang
saat itu telah membentuk VOC, selain itu Belanda juga menganggap jika perlu
menggantikan Agama Katholik yang telah disebarkan oleh orang Portugis dengan
Agama Kristen. Untuk keperluan inilah, maka didirikan sekolah-sekolah terutama
didaerah-daerah yang dahulunya telah di Nasranikan oleh Bangsa Portugis dan
Spanyol seperti di Ambon, Ternate, dan lain sebagainya. Jelas bahwa tujuan
sekolah itu semula adalah untuk melaksanakan pemeliharaan dan penyebaran
Agama Protestan dan guru yang mengajarkan adalah pendeta-pendeta.
VOC mendirikan sekolah pertama di Ambon pada tahun 1607. Pelajaran
yang di berikan berupa membaca, menulis,dan sembahyang dengan seorang guru
yang berasal dari Belanda. Sekolah ini mulanya menggunakan bahasa Belanda,
tetapi karena mengalami berbagai kesulitan, maka bahasa yang digunakan dalam
sekolah adalah Bahasa Melayu. Lama belajar tidak ditentukan, tetapi murid yang
dianggap telah memiliki pengetahuan yang cukup maka ia akan dikeluarkan
(diluluskan).
Hubungan antara kompeni dan rakyat Pulau Jawa tidak serapat di Maluku
karena rakyat dipulau Jawa sedikit sekali menghasilkan rempah-rempah untuk
keperluan pasar dunia. Untuk mendapatkan rempah-rempah itu, voc tidak
melakukan hubungan langsung dengan rekyat, tetapi hanya melalui
kepala/pemimpinnya saja. Selain itu, rakyat Pulau Jawa juga tidak terkena
pengaruh dari Portugis, dan agama Katholik tidak masuk ke pulau Jawa jadi tidak
ada alasan bagi Kompeni untuk mempengaruhi Rakyat Jawa.
Karena alasan inilah, maka Pulau Jawa tidak ada susunan persekolaham dan
gereja yang seluas di Maluku. Pemeluk agama Nasrani terbanyak ialah di Batavia
(Jakarta). Sekolah pertama di Jakarta didirikan pada tahun 1617 dengan guru-guru
yang berasal dari Belanda. Tujuan dari sekolah ini adalah untuk menghasilkan
tenaga-tenaga yang cakap, yang kelak dapat dipekerjakan di pemerintahan,
administrasi, dan gereja. Sampai tahun 1786 dipergunakan Bahasa Belanda
sebagai bahasa pengantar, namun sesudah tehun tersebut bahasa pengantar
menggunakan bahasa melayu. Berdasarkan data yang ada, VOC tidak
memberikan jasa yang berarti dalam lapangan pendidikan dan pengajaran karena
hampir selama 200 tahun hanya sangat tipis dalam memberikan kontribusi
pendidikan.

5
b.) Zaman Pemerintahan Belanda Setelah VOC
Setelah VOC dibubarkan, para Gubernur/ komisaris jendral harus memulai
sistem pendidikan dari dasarnya, karena pendidikan zaman VOC berakhir dengan
kegagalan total. Pemerintahan baru yang diresapi oleh ide-ide liberal aliran
aufklarung yaitu menaruh kepercayaan akan pendidikan sebagai alat untuk
mencapai kemajuan ekonomi dan sosial. Selain itu, adanya politik Etis atau
politik balas budi yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang
tanggung jawab moral bagi kesejahteraan bumiputera. 
Pada tahun 1808 Deandels seorang Gubernur Belanda mendapat perintah
Raja Lodewijk untuk meringankan nasib rakyat jelata dan orang-orang pribumi
poetra, serta melenyapkan perdagangan budak. Usaha Deandels tersebut tidak
berhasil, bahkan menambah penderitaan rakyat, karena ia mengadakan dan
mewajibkan kerja paksa (rodi).
Bentuk baru dalan lapangan pengajaran yaitu dengan memberikan perintah
bagi bupati-bupati di Pulau Jawa untuk melakukan penyebaran pengajaran bagi
kalangan rakyat. Selain itu, pada tahun 1809 untuk pertama kalinya
diselenggarakan pendidikan bidan, yang merupakan usaha untuk pemeliharaan
kesehatan rakyat. Yang menjadi guru adalah dokter di Batavia dengan
menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa pengantar.
Tahun 1826 lapangan pendidikan dan pengajaran terganggu oleh adanya
usaha-usaha penghematan karena adanya perang jawa yang mengakibatkan
Belanda mengalami kesulitan keuangan. Urusan-urusan pengajaran sangat
disederhanakan. Tidak heran jika pada masa itu masih belum juga ada perhatian
pada pengajaran rakyat umum. Sekolah yang ada hanya bagi anak anak Belanda
dan anak-anak Indonesia yang memeluk agama Nasrani/anak bangsawan.

1.) Sistem persekolahan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda/Setelah VOC


Secara umum sistem pendidikan didasarkan kepada golongan penduduk
menurut keturunan atau lapisan kelas sosial yang ada dan menurut golongan
kebangsaan yang berlaku waktu itu, yaitu :
 Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs)
Pada hakikatnya pendidikan dasar untuk tingkatan sekolah dasar
menggunakan sistem pokok yaitu:
a.  Sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda
1) Sekolah rendah Eropa, yaitu sekolah rendah untuk anak-anak keturunan
Eropa.
2) Sekolah Cina Belanda, yaitu HCS (Hollands Chinese school), suatu
sekolah rendah untuk anak-anak keturunan Tionghoa yang ada di Batavia

6
3) Sekolah Bumi putra Belanda HIS (Hollands inlandsche school), yaitu
sekolah rendah untuk golongan penduduk Indonesia asli.

b. . Sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa daerah


1) Sekolah Bumi Putra kelas II (Tweede klasee). Sekolah ini disediakan
untuk golonagan bumi putra. Lamaya sekolah tujuh tahun, pertama didirikan
tahun 1892.
2) Sekolah Desa (Volksschool). Disediakan bagi anak-anak golongan bumi
putra. Lamanya sekolah tiga tahun yang pertama kali didirikan pada tahun
1907.
3) Sekolah Lanjutan (Vorvolgschool). Lamanya dua tahun merupakn
kelanjutan dari sekolah desa, juga diperuntukan bagi anak-anak golongan
bumi putra. Pertama kali didirikan pada tahun 1914.
4) Sekolah Peralihan (Schakelschool) Merupakan sekolah peralihan dari
sekolah desa  (tiga tahun) kesekolah dasar dengan bahasa pengantar bahasa
Belanda. Lama belajarnya lima tahun dan diperuntukan bagi anak-anak
golongan bumi putra. Disamping sekolah dasar tersebut diatas masih
terdapat sekolah khusus untuk orang Ambon seperti Ambonsche
Burgerschool yang pada tahun 1922 dijadikan HIS.
 Pendidikan lanjutan = Pendidikan Menengah
1)  MULO (Meer Uit gebreid lager school), sekolah tersebut adalah
kelanjutan dari sekolah dasar yang berbasa pengantar bahasa Belanda. Lama
belajarnya tiga sampai empat tahun. Yang  pertama didirikan pada tahun
1914.
2) AMS (Algemene Middelbare School) adalah sekolah menengah umum
kelanjutan dari MULO berbahasa belanda dan diperuntukan golongan bumi
putra dan Timur asing. Lama belajarnya tiga tahun dan yang petama
didirikan tahun 1915.
3) HBS (Hoobere Burger School) atau sekolah warga Negara tinggi adalah
sekolah menengeh kelanjutan dari ELS yang disediakan untuk golongan
Eropa, Didirikan pada tahun 1860.

 Pendidikan Kejuruan (vokonderwijs )


Sebagai pelaksanaan politik etika pemerintah Belanda banyak mencurahkan perhatian
pada pendidikan kejuruan. Jenis sekolah kejuruan yang ada  adalah sebagai berikut:
1. Sekolah pertukangan (Amachts leergang) yaitu sekolah berbahasa
daerah.

7
2. Sekolah pertukangan (Ambachtsschool) adalah sekolah pertukangan
berbahasa pengantar Belanda.
3. Sekolah teknik (Technish Onderwijs).
4)  Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs).
5) Pendidikan pertanian (landbouw Onderwijs).
6) Pendidikan kejuruan kewanitaan (Meisjes Vakonderwijs).
7) Pendidikan Rumah Tangga (Huishoudschool).
8) Pendidikan keguruan (Kweekschool).
 Pendidikan Tinggi (Hooger Onderwijs)
Karena terdesak oleh tenaga ahli, maka didirikanlah:
1) Sekolah Tehnik Tinggi (Technische Hoge School).
2) Sekolah Hakim Tinggi (Rechskundige Hoge school)
3) Pendidiakan tinggi kedokteran.

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masukknya Portugis dan Spanyol ke Indonesia adalah untuk melakukan
perdagangan serta adanya tugas misionaris untuk menyebarkan Agama Katholik.
Pendidikan pada masa ini lebih menitik beratkan pada aspek keagamaan, namun
pelajaran seperti membaca dan menukis juga diajarkan. Mereka membangun sekolah
sminari dengan guru yang mengajar adalah seorang pastur, namun penddikan yang
diselenggarakan memiliki tujuan sendiri yaitu bertujuan agar Portugis dan Spanyol
dapat berlama-lama di Indonesia serta melakukan persaingan dagang.
Belanda juga memiliki peran dalam pendidikan di Indonesia. Selama penjajahan
Belanda  dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode besar, yaitu pada masa VOC
(Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintah Hindia Belanda
(Nederlands Indie) kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari
maksud dan kepentingan komersial. Mereka mendirikan sekolah di bekas jajahan
Portugis dengan tujuan mengganti Agama Katholik yang di bawa Portugis dengan
Agama Kristen.
Sistem persekolahan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda Secara umum
sistem didasarkan kepada golongan penduduk menurut keturunan atau lapisan kelas
sosial yang ada dan menurut golongan kebangsaan yang berlaku waktu itu.

B. SARAN
Setelah kita mempelajari pembahasan diatas maka kita dapat mengetahui sejarah
pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Portugis, Spanyol, dan Belanda.
Alangkah baiknya kita bukan hanya mengetahui sejarahnya saja akan tetapi kita harus
bisa mengambil pembelajarannya agar dapat mengambil baik buruknya untuk di
aplikasikan di kehidupan sekarang maupun masadepan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Djumhur,1976, Sejarah Pendidikan,Bandung;Cv. ILMU Bandung


http://makalahzaki.blogspot.com/2012/01/pendidikan-pada-masa-penjajahan-belanda.

10

Anda mungkin juga menyukai