Anda di halaman 1dari 9

Anggraini, M./ Pengaruh Porositas Agregat Terhadap Rongga/ pp.

14 – 22

PENGARUH POROSITAS AGREGAT TERHADAP RONGGA


DALAM CAMPURAN BERASPAL PANAS
Muthia Anggraini
Program Studi Teknik Sipil Universitas Lancang Kuning
Jalan Yos Sudarso Km. 8 Rumbai Pekanbaru
E-mail : muthia@unilak.ac.id

Abstrak

Semua agregat memiliki pori, porositas agregat akan berbeda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat dari hasil penyerapan agregat terhadap air.
Agregat yang banyak digunakan untuk campuran AC-WC pada proyek pekerjaan jalan
skala kecil yang ada di Riau adalah agregat dari quarry Koto Kampar, Ujung Batu, dan
Pasir Pengaraian. Porositas agregat yang berbeda akan menghasilkan parameter
Marshall yang berbeda pula. Salah satu parameter Marshall adalah rongga dalam
campuran atau Void In Mix (VIM). Nilai VIM dalam campuran perkerasan
menggambarkan kinerja dari perkerasan tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh porositas agregat terhadap rongga dalam campuran beraspal
panas. Metode yang dilakukan adalah pengujian kadar pori agregat kasar dan halus,
serta pengujian marshal. Nilai penyerapan air agregat Pasir Pangaraian adalah 0,635%,
Ujung Batu 1,080%, dan Kota Kampar 1,125%. Dari pengujian Marshall didapat nilai
VIM untuk agregat Pasir Pangaraian 4,16%, Ujung Batu 4,36%, dan Koto Kampar
4,80%. Kesimpulannya semakin kecil nilai penyerapan air agregat maka nilai VIM nya
juga akan semakin kecil.

Kata Kunci : Agregat, Kadar Pori, Marshall, Nilai VIM

Abstract

All aggregates have pores, aggregate porosity will be different between one area and
another. This difference can be seen from the results of aggregate absorption of water.
Aggregates are widely used for mixed AC-WC on a small-scale road works project in
Riau is an aggregate of quarry Koto Kampar, Ujung Batu, and Pasir Pengaraian.
Different aggregate porosity will produce different Marshall parameters. One of the
Marshall parameters is Void In Mix (VIM). VIM value in pavement mix describes the
performance of the pavement. The purpose of this research to determine the effect of
aggregate porosity on void in mix. The method used is the testing of pore aggregate
coarse and fine, and marshall test. The value of water absorption of Pasir Pangaraian
aggregate is 0,635%, Ujung batu 1,080%, ada Koto kampar 1,125%. From Marshall
test the value VIM Pasir Pangaraian aggregate 4,16%, Ujung Batu 4,36%, and Koto
kampar 4,80%. In conclusion the smaller value of aggregate water absorption, the VIM
value will also be smaller.

Keywords : Aggregate, Pore Content, Marshall, VIM Value

14
Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol. 4, No. 1, April 2018

A. PENDAHULUAN berdasarkan pengujian Marshall harus


Agregat yang ada di alam ini memenuhi persyaratan sesuai dengan
semuanya berpori. Pori agregat berguna spesifikasi Bina Marga tahun 2010
untuk menyerap aspal sehingga terjadi revisi 3, disyaratkan persentase nilai
ikatan antara aspal dan agregat. Pada VIM antara 3,5% - 5% untuk campuran
Spesifikasi Bina Marga 2010 revisi 3 beraspal panas jenis Laston (Asphalt
besarnya absorpsi air dibatasi yaitu Concrete,AC).
maksimum 3% untuk agregat yang akan Tujuan penelitian ini adalah untuk
digunakan untuk lapisan permukaan mengetahui pengaruh porositas agregat
dengan pengikat aspal. Terlalu banyak terhadap rongga dalam campuran
pori dapat mengakibatkan terlalu beraspal panas.
banyak aspal yang terserap yang Beberapa penelitian yang sudah
berakibat lapisan aspal menjadi tipis, ada yaitu Toruan dkk., (2013)
yang berpengaruh terhadap keawetan melakukan analisis kadar pori pada
lapisan aspal. beberapa lokasi quarry. Anggraini M.,
Agregat yang tersedia di alam (2017), meneliti tentang “Perbandingan
mempunyai pori atau rongga udara yang Kadar Pori Agregat Campuran AC-WC
berbeda dari satu quarry dengan quarry Sebelum dan Setelah Ekstraksi.
lainnya, hal ini dapat dilihat dengan Rondonumu dkk., (2013), meneliti
perbedaan nilai resapan air oleh agregat. tentang “Pengaruh Sifat Fisik Agregat
Ketiga quarry yang digunakan Terhadap Rongga Dalam Campuran
pada penelitian ini merupakan agregat Beraspal Panas. Anggraini M., (2017),
yang digunakan untuk campuran aspal meneliti tentang “Comparison Pore
pada pekerjaan perkerasan jalan yang Aggregate Levels After Extraction With
berada di daerah Riau, yaitu daerah Solvents Pertamax Plus and Gasoline”.
kabupaten yang ada di Riau. Jenis Laoli dkk., (2013) melakukan analisis
pekerjaan jalan dalam skala kecil, yang Kajian Penyebab Perbedaan Nilai Berat
masih menggunakan agregat lokal. Jenis Maksimum Campuran Beraspal
Untuk pekerjaan jalan dalam Panas Yang Dihitung Berdasarkan
lingkup besar, agregat yang digunakan Metode Marshall Dengan Yang Dicari
Langsung Berdasarkan AASTHO T209.
didatangkan dari daerah Tanjung Pinang
Kepulauan Riau. Masih adanya
beberapa pihak pelaksana kegiatan yang B. TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan agregat lokal seperti 1. Metode Pengujian Berat Jenis
agregat dari quarry Koto Kampar, dan Penyerapan Air Agregat
Ujung Batu, dan Pasir Pengaraian. Kasar
Menarik minat penulis untuk meneliti Pengujian berat jenis agregat
tentang agregat lokal tersebut. kasar dilaksanakan dengan mengikuti
Dikaji dari salah satu parameter Standar Nasional Indonesia, Metode
Marshall yaitu nilai rongga dalam Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
campuran (VIM) dipengaruhi oleh Air Agregat Kasar menggunakan SNI
agregat yang digunakan. Void In Mix 03-1969-2008. Cara menghitungnya
(VIM) merupakan rongga udara dalam adalah :
campuran yang terjadi di antara partikel a. Berat Jenis Curah (Bulk Specific
agregat yang terselimuti aspal. VIM
Gravity)
diperoleh dari perbandingan berat jenis Berat jenis dengan
bulk dengan berat jenis maksimum memperhitungkan berat agregat
campuran. VIM yang diperoleh

15
Anggraini, M./ Pengaruh Porositas Agregat Terhadap Rongga/ pp. 14 – 22

kering dan seluruh volume agregat, Sa = Berat jenis semu


dengan menggunakan persamaan : A = Berat benda uji kering
A oven (gram)
=
B - C (1)
Sd
C = Berat benda uji dalam
air (gram)
Dengan :
Sd = Berat jenis curah d. Penyerapan Air
A = Berat benda uji kering Penyerapan merupakan persentase
oven (gram) berat air yang dapat diserap pori
B = Berat benda uji terhadap berat agregat kering,
kondisi jenuh kering dengan menggunakan persamaan :
permukaan (gram) B - A
C = Berat benda uji dalam Sw =  A   100% (4)
 
air (gram)

b. Periode pengeringan permukaan tak Dengan :


Sw = Penyerapan air
jenuh (Saturated Surface Dry)
Berat jenis dengan A = Berat benda uji kering
memperhitungkan berat agregat oven (gram)
dalam keadaan kering permukaan B = Berat benda uji
dan seluruh volume agregat, dengan kondisi jenuh kering
menggunakan persamaan : permukaan (gram)

B
=
B - C (2) 2. Metode Pengujian Berat Jenis
Ss
dan Penyerapan Air Agregat
Halus
Dengan :
Ss = Berat jenis kering Untuk Pengujian Berat Jenis dan
permukaan jenuh Penyerapan Air Agregat Halus
B = Berat benda uji jenuh menggunakan SNI 03-1970-2008.
kering permukaan Untuk menghitungnya adalah :
(gram) a. Berat Jenis Curah Kering (Sd)
C = Berat benda uji dalam A
=
B  S - C  (5)
air (gram) Sd

c. Berat Jenis Semu (Apparent


Specific Gravity) Dengan :
Berat jenis dengan A = Berat benda uji kering
memperhitungkan berat agregat oven (gram)
B = Berat piknometer
dalam keadaan kering dan seluruh
volume agregat yang tidak dapat yang berisi air (gram)
diresapi oleh air, dengan C = Berat piknometer
menggunakan persamaan : dengan benda uji dan
air sampai batas
A pembacaan (gram)
=
A - C (3)
Sa
S = Berat benda uji
kondisi jenuh kering
Dengan : permukaan (gram)

16
Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol. 4, No. 1, April 2018

b. Berat Jenis Kering Permukaan (Ss) 3. Porositas Agregat


S Semua agregat adalah porus.
=
B  S - C (6)
Ss Keporusan agregat menentukan
banyaknya zat cair yang dapat diserap
Dengan : oleh agregat. Kemampuan agregat
S = Berat benda uji untuk menyerap air (aspal) adalah suatu
kondisi jenuh kering informasi yang penting yang harus
permukaan (gram) diketahui dalam pembuatan campuran
A = Berat benda uji kering beraspal. Jika daya serap agregat sangat
oven (gram) tinggi, agregat ini akan terus menyerap
B = Berat piknometer aspal baik pada saat maupun setelah
yang berisi air (gram) proses pencampuran agregat. Hal ini
C = Berat piknometer akan menyebabkan aspal yang berada
dengan benda uji dan di permukaan agregat yang berguna
air sampai batas untuk mengikat partikel agregat
pembacaan (gram) menjadi lebih sedikit sehingga akan
menghasilkan film aspal yang tipis
c. Berat Jenis Semu (Sa) (Toruan, 2013).
Agregat terdiri dari 2 (dua) bagian
A yaitu :
=
B  A - C (7)
Sa
a. Bagian padat (solid)
Bagian padat terdiri dari partikel-
Dengan : partikel padat
A = Berat benda uji kering b. Bagian rongga (void)
oven (gram) Bagian berongga terisi oleh air dan
B = Berat piknometer udara
yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer Dalam campuran beraspal panas
dengan benda uji dan agregat dan aspal dicampur dalam
air sampai batas keadaan panas maka air yang terdapat
pembacaan (gram) dalam agregat dianggap tidak ada.
C = Berat piknometer Porositas agregat umumnya ditandai
dengan benda uji dan dengan jumlah air yang dapat diserap
air sampai batas oleh agregat ketika direndam dalam air.
pembacaan (gram)
4. Rongga Dalam Campuran
d. Penyerapan Air (Sw) (VIM)

S - A  Vix In Mix (VIM) yaitu volume


Sw =  A   100% (8) pori yang masih tersisa setelah
  campuran beton aspal dipadatkan. Nilai
VIM yang terlalu besar akan
Dengan : mengakibatkan beton aspal berkurang
A = Berat benda uji kering kekedapan airnya, sehingga berakibat
oven (gram) meningkatnya proses oksidasi aspal
S = Berat benda uji yang dapat mempercepat penuaan aspal.
kondisi jenuh kering Sedangkan jika nilai VIM terlalu kecil
permukaan (gram) akan mengakibatkan perkerasan

17
Anggraini, M./ Pengaruh Porositas Agregat Terhadap Rongga/ pp. 14 – 22

mengalami bleeding jika temperatur dan pascahampar itu berbeda. Pada


meningkat. VIM dinyatakan dalam proses prahampar aspal yang dicampur
persen terhadap volume total campuran. dengan agregat akan membungkus atau
Berdasarkan definisi tersebut, maka: menyelimuti butir-butir agregat, mengisi
 udara pori antar butir, dan meresap kedalam
VIM =  100 (9) pori masing-masing butir.
 total
Atau :
C. DATA DAN ANALISA DATA
 G 
VIM = 1001  mb 
 (10) Penelitian dilakukan dengan
 G mm  pengujian di laboratorium. Mengacu
Atau : kepada pengujian Berat Jenis dan
G  G mb  Penyerapan Air Agregat Kasar
VIM = 100%   mm 
 menggunakan SNI 03-1969-2008 dan
 G mm 
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
(11) Air Agregat Halus menggunakan SNI
03-1970-2008. Pengujian marshal untuk
Dengan : mendapatkan nilai VIM. Pengujian
VIM = Rongga udara campuran, dilakukan dengan cara mengambil data
(% terhadap total langsung di lapangan (data primer) yang
campuran) berupa sampel agregat dari quarry Koto
G mb = Berat jenis bulk Kampar, Ujung Batu, dan Pasir
campuran padat Pengaraian. Bahan yang digunakan
G mm = Berat jenis maksimum adalah campuran aspal mix design dari
teoritis campuran (Asphalt Mixing Plant), agregat dari
quarry Koto Kampar, Ujung Batu, dan
5. Aspal Pasir Pengaraian. Campuran aspal yang
Aspal yang dipergunakan sebagai digunakan dalam penelitian ini
material perkerasan jalan berfungsi campuran Asphalt Concrete Wearing
sebagaiberikut : Course.
a. Bahan pengikat, memberikan ikatan
yang kuat antara aspal dan agregat D. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan sesama aspal.
1. Hasil Pemeriksaan Agregat Dari
b. Bahan pengisi, mengisi rongga
Quarry Koto Kampar, Ujung
antar butir agregat dan pori-pori
Batu, dan Pasir Pengaraian
yang ada dalam butir agregat itu
sendiri. Pengujian awal agregat yaitu
pengujian keausan (abrasi) agregat dari
Fungsi utama aspal untuk kedua masing-masing quarry. Hasilnya dapat
jenis proses pembentukan perkerasan di lihat pada Tabel 1.
yaitu proses pencampuran prahampar

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Awal Agregat


Nilai Abrasi
Agregat Kasar Syarat Spek.
No (Keausan)
Quarry Maks (%)
%
1. Pasir Pangaraian 30,58 40
2. Ujung Batu 34,58 40
3. Koto Kampar 36,20 40

18
Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol. 4, No. 1, April 2018

Nilai abrasi agregat terkecil yaitu penyerapannya untuk quarry Koto


agregat kasar dari quarry Pasir Kampar dapat dilihat pada Tabel 2. Dari
Pangaraian, dan yang terkecil dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar pori
quarry Koto Kampar. Nilai abrasi yang untuk agregat kasar (coarse agregat)
besar mengindikasikan rongga dalam adalah 1,186%, untuk medium agregat
agregat yang cukup banyak sehingga 1,629%, untuk abu batu 0,756%, dan
penyerapannya juga semakin tinggi untuk pasir nilainya 0,796%. Hasil yang
(Arifin dkk., 2007). didapat memenuhi batasan spesifikasi
Dari hasil pengujian laboratorium yaitu maksimal 3%.
pengujian kadar pori agregat kasar dan Penyerapan air total agregat dalam
halus masing-masing quarry maka campuran quarry Koto Kampar dapat
didapat nilai berat jenis dan dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Hasil Pengujian Kadar Pori Agregat Quarry Koto Kampar


Agregat Agregat Abu
Pengujian Pasir Spek.
Kasar Sedang Batu
BJ Bulk (Sd) 2,574 2,543 2,597 2,570
BJ SSD (Ss) 2,604 2,585 2,617 2,590
BJ Semu (Sa) 2,655 2,653 2,650 2,623
Penyerapan Air (Sw) 1,186 1,629 0,756 0,796 Maks. 3%

Tabel 3. Resapan Air Total dalam Campuran Quarry Koto Kampar


Proporsi Agregat Penyerapan
Penyerapan
Dalam Air Dalam
No Jenis Agregat air
Campuran Campuran
(%)
(%) (%)
1 Agregat Kasar 1,186 16 0,190
2 Agregat Halus 1,629 35 0,570
3 Abu Batu 0,756 35 0,265
4 Pasir 0,796 12,50 0,099
Penyerapan Air Total Dalam Campuran (%) 1,125

Pada Tabel 3 terlihat bahwa untuk agregat kasar (coarse agregat)


penyerapan air total dalam campuran adalah 0,800%, untuk medium agregat
adalah 1,125%. Nilainya masih 1,521%, untuk abu batu 0,918%, dan
memenuhi batas toleransi spesifikasi untuk pasir nilainya 0,796%. Hasil yang
2010 revisi 3 adalah maksimum 3%. didapat memenuhi batasan spesifikasi
Nilai berat jenis dan yaitu maksimal 3%.
penyerapannya untuk quarry Ujung Penyerapan air total agregat dalam
Batu dapat dilihat pada Tabel 4. Dari campuran quarry Ujung Batu dapat
Tabel 4 dapat dilihat bahwa kadar pori dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Hasil Pengujian Kadar Pori Agregat Quarry Ujung Batu


Agregat Agregat Abu
Pengujian Pasir Spek.
Kasar Sedang Batu
BJ Bulk (Sd) 2,576 2,540 2,575 2,570
BJ SSD (Ss) 2,597 2,579 2,604 2,590
BJ Semu (Sa) 2,630 2,642 2,651 2,623
Penyerapan Air (Sw) 0,800 1,521 0,918 0,796 Maks. 3%

19
Anggraini, M./ Pengaruh Porositas Agregat Terhadap Rongga/ pp. 14 – 22

Tabel 5. Resapan Air Total dalam Campuran Quarry Ujung Batu


Proporsi Agregat Penyerapan
Penyerapan
Dalam Air Dalam
No Jenis Agregat air
Campuran Campuran
(%)
(%) (%)
1 Agregat Kasar 0,800 16 0,128
2 Agregat Halus 1,521 35 0,532
3 Abu Batu 0,918 35 0,321
4 Pasir 0,796 12,50 0,099
Penyerapan Air Total Dalam Campuran (%) 1,080

Pada Tabel 5 terlihat bahwa 0,654%, dan untuk pasir nilainya


penyerapan air total dalam campuran 0,594%. Hasil yang didapat memenuhi
adalah 1,080%. Nilainya masih batasan spesifikasi yaitu maksimal 3%.
memenuhi batas toleransi spesifikasi Penyerapan air total agregat dalam
2010 revisi 3 adalah maksimum 3%. campuran quarry Pasir Pangaraian dapat
Nilai berat jenis dan dilihat pada Tabel 7. Pada Tabel 7
penyerapannya untuk quarry Pasir terlihat bahwa penyerapan air total
Pangaraian dapat dilihat pada Tabel 6. dalam campuran adalah 0,635%.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kadar Nilainya masih memenuhi batas
pori untuk agregat kasar (coarse toleransi spesifikasi 2010 revisi 3 adalah
agregat) adalah 0,797%, untuk medium maksimum 3%.
agregat 0,584%, untuk abu batu

Tabel 6. Hasil Pengujian Kadar Pori Agregat Quarry Pasir Pangaraian


Agregat Agregat Abu
Pengujian Pasir Spek.
Kasar Sedang Batu
BJ Bulk (Sd) 2,606 2,614 2,600 2,575
BJ SSD (Ss) 2,627 2,629 2,617 2,590
BJ Semu (Sa) 2,661 2,655 2,645 2,615
Penyerapan Air (Sw) 0,797 0,584 0,654 0,594 Maks. 3%

Tabel 7. Resapan Air Total dalam Campuran Quarry Pasir Pangaraian


Proporsi Agregat Penyerapan
Penyerapan
Dalam Air Dalam
No Jenis Agregat air
Campuran Campuran
(%)
(%) (%)
1 Agregat Kasar 0,797 16 0,128
2 Agregat Halus 0,584 35 0,204
3 Abu Batu 0,654 35 0,229
4 Pasir 0,594 12,50 0,074
Penyerapan Air Total Dalam Campuran (%) 0,635

Perbandingan penyerapan air Pasir Pangaraian didapat nilai


untuk quarry Koto Kampar, Ujung penyerapan air agregat dalam campuran
Batu, dan Pasir Pangaraian dapat dilihat yang terkecil adalah agregat dari quarry
pada Tabel 8. Pasir Pangaraian yaitu 0,635% dan yang
Dari 3 (tiga) quarry yaitu agregat terbesar agregat dari quarry Koto
dari Kota Kampar, Ujung Batu, dan Kampar yaitu 1,125%.

20
Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol. 4, No. 1, April 2018

Tabel 8. Rekapitulasi Penyerapan Air Agregat Dalam Campuran


Penyerapan air agregat Syarat Spek
No Quarry Agregat
dalam campuran (%) Maks. (%)
1 Pasir Pangaraian 0,635 3
2 Ujung Batu 1,080 3
3 Koto Kampar 1,125 3

2. Hasil Pemeriksaan Marshall agregat terhadap nilai VIM adalah


Pengujian laboratorium parameter semakin kecil nilai penyerapan air
Marshall campuran beraspal terhadap 3 agregat maka nilai VIM semakin
quarry ditinjau dari nilai VIM dapat rendah. Sesuai dengan penelitian
dilihat pada Tabel 9. Rondonuwu dkk., (2013), menyarankan
Hubungan sifat fisik agregat dalam campuran beraspal panas untuk
dengan parameter Marshall ditinjau dari menggunakan material dengan nilai
nilai VIM dapat dilihat pada Tabel 10. keuasan agregat dan penyerapan air
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa relatif kecil.
pengaruh porositas atau penyerapan

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall Ditinjau dari Nilai VIM


Berat Jenis Berat Jenis Bulk
Quarry Agregat VIM (%)
Maksimum Campuran
Pasir Pangaraian 2,424 2,323 4,16
Ujung Batu 2,405 2,300 4,36
Koto Kampar 2,395 2,280 4,80

Tabel 10. Rekapitulasi Sifat Fisik Agregat dengan Parameter Marshall


Ditinjau dari Nilai VIM
Penyerapan air
No Quarry Agregat VIM (%)
(rata-rata)
1 Pasir Pangaraian 0,635 4,16
2 Ujung Batu 1,080 4,36
3 Koto Kampar 1,125 4,80

E. KESIMPULAN Anggraini M., 2017, Comparison Pore


Berdasarkan hasil penelitian Aggregat Levels After Extraction
diperoleh kesimpulan yaitu pengaruh With Solvents Pertamax Plus and
porositas atau penyerapan agregat terhadap Gasoline, IOP Conference Series:
nilai VIM adalah semakin kecil nilai Earth and Environmental Sciene
penyerapan air agregat maka nilai VIM 97 (1), 012020.
semakin rendah. Arifin S., Kasan M., dan Pradani N.,
2007, Pengaruh Nilai Abrasi
DAFTAR PUSTAKA Agregat Terhadap Karakteristik
Anggraini M., 2017, Perbandingan Beton Aspal, Jurnal SMARTek,
Kadar Pori Agregat Campuran Volume 5, Nomor 1 : 1 - 11.
AC-WC Sebelumdan Setelah Departemen Pekerjaan Umum, 2008,
Ektraksi, Konferensi Nasional Standar Nasional Indonesia
Teknik sipil (KNTSP) 2017, ISBN Cara Uji Berat Jenis dan
: 978-602-61059-0-5. Penyerapan Air Agregat Kasar
SNI 1969-2008, Bandung.

21
Anggraini, M./ Pengaruh Porositas Agregat Terhadap Rongga/ pp. 14 – 22

Departemen Pekerjaan Umum, 2008, Rondonuwu F., Kaseke HO., Rumayar


Standar Nasional Indonesia Cara ELA., Manopo ERM., Pengaruh
Uji Berat Jenis dan Penyerapan Sifat Fisik Agregat Terhadap
Air Agregat Halus SNI 1970- Rongga Dalam Campuran
2008, Bandung. Beraspal Panas, Jurnal Sipil
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010, Statik, Volume 1, Nomor 3.
Spesifikasi Umum Binamarga Toruan LA., Kaseke HO., Kereh FL.,
2010 Revisi 3, Kementrian dan Sendow TK., 2013, Pengaruh
Pekerjaan Umum Direktorat Porositas Agregat Terhadap
Jenderal Bina Marga, Jakarta. Berat Jenis Maksimum
Campuran, Jurnal Sipil Statik,
Volume 1, Nomor 3.

22

Anda mungkin juga menyukai