Anda di halaman 1dari 84

KEPEMIMPINAN

EDY SUSANTO, M.KOM


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................... 1
BAB I PENGAMBILAN KEPUTUSAN ..................................................... 5
1.1. Dasar Pengambilan Keputusan .......................................... 5
1.2. Jenis – Jenis Keputusan Organisasi. ................................... 6
1.3. Gaya Pengambilan Keputusan. .......................................... 9
1.4. Pengaruh Pengambilan Keputusan yang efektif bagi
Kemajuan Organisasi. ................................................................... 12
BAB II KEPEMIMPINAN KEKUASAN POLITIK DAN KEPEMIMPINAN
DALAM ORGANISASI ......................................................................... 15
2.1. Kepemimpinan, Kekuasaan dan Politik. ........................... 15
2.2. Kekuasaan. ....................................................................... 16
2.3. Politik................................................................................ 17
BAB III APA ITU KEPEMIMPINAN ...................................................... 20
3.1. Sifat dasar kepemimpinan ............................................... 20
3.2. Definisi kepemimpinan .................................................... 20
3.3. Realitas Baru Bagi Kepemimpinan Dan Organisasi .......... 21
BAB IV TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN .............................................. 26
4.1. Teori Leader Member Exchange. ..................................... 26
4.2. Teori Partnership Building................................................ 28
4.3. Teori Sistem dan Jaringan Kerja. ...................................... 29
4.4. Teori Kepemimpinan Kharismatik. ................................... 32
4.5. Teori Kepemimpinan Transformasional. .......................... 34
BAB V KEPEMIMPINAN STRATEGIS VISIONER .................................. 38
5.1. Kepemimpinan strategis .................................................. 38
5.2. Visi Kepemimpinan .......................................................... 42
5.3. Misi. .................................................................................. 46
5.4. Strategi ............................................................................. 47
5.5. Implementasi strategi ...................................................... 48
5.6. Kontribusi pemimpin bagi organisasi. .............................. 49
BAB VI KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN.............................................. 50

1
6.1. Pengertian Komunikasi. ................................................... 50
6.2. Menciptakan iklim komunikasi terbuka. .......................... 52
6.3. Keterampilan mendengar bagi pemimpin. ...................... 52
6.4. Hambatan-hambatan mendengarkan yang efektif.......... 53
6.5. Mendengar secara efektif ................................................ 53
BAB VII KEPEMIMPINAN DAN PEMBERDAYAAN .............................. 55
7.1. Alasan utama penerapan pemberdayaan ........................ 55
7.2. Kondisi dasar bagi penerapan pemberdayaan................. 55
7.3. Elemen dari pemberdayaan ............................................. 56
7.4. Penerapan pemberdayaan pada kepemimpinan. ............ 60
BAB VIII PEMIMPIN FORMAL DAN INFORMAL ................................. 62
8.1. Pemimpin Formal. ............................................................ 62
8.2. Pemimpin Informal .......................................................... 65
8.3 PERBEDAAN PEMIMPIN FORMAL DAN PEMIMPIN
INFORMAL .................................................................................... 68
BAB IX PENGERTIAN, FUNGSI DAN ANALISIS TEORI PEMIMPIN....... 70
9.1. Pendahuluan .................................................................... 70
9.2. Pengertian pemimpin....................................................... 70
9.3. Fungsi pemimpin .............................................................. 72
9.4. Analisis teori pemimpin. .................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 83

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1. Skema Kepemimpinan Transformasional ................... 22


Gambar 3. 2. Cara Mengubah Kompetisi Menjadi Kolaborasi ........ 25
Gambar 8. 1.Skema lima bidang perubahan formal yang terjadi pad a
pemimpin informal ........................................................................... 63
Gambar 8. 2. Contoh Pemimpin Informal ........................................ 67

3
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Faktor Paradigma Lama dan Paradigma Baru ............... 21


Tabel 8. 1. Perbedaan Pemimpin Formal dan Informal 68

4
BAB I
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.1. Dasar Pengambilan Keputusan
1. Intuisi
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan
keputusan yang berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif.
Dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi ini, meski
waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif
pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan seringkali relatif
kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar
pertimbangan lainnya.

2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki
manfaat bagi pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman
yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan keadaan
sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan baik-
buruknya keputusan yang akan dihasilkan.

3. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya
dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang
yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka
waktu yang cukup lama dan memiliki otentisitas (otentik), tetapi
dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan
praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang
seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan.

5
4. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris
dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan
fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat
lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang
dibuat itu dengan rela dan lapang dada.

5. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan
yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan
konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas
kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran
atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan
secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.
Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa
hal sebagai berikut:Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan
kekaburan masalah.
a. Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin
dicapai.
b. Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui
jenisnya dan konsekuensinya.
c. Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai
kriteria.
d. Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan
atas hasil ekonomis yang maksimal.

1.2. Jenis – Jenis Keputusan Organisasi.


Jenis-jenis Keputusan Oleh Heny Pratiwi Jenis-jenis keputusan
dibedakan menjadi tiga macam yaitu keputusan terstruktur,
keputusan tidak terstruktur, dan keputusan semi terstruktur

6
1. Keputusan Terstruktur Keputusan-keputusan yang
berkaitan dengan persoalan yang telah diketahui
sebelumnya. Proses pengambilan keputusan seperti ini
biasanya didasarkan atas teknik-teknik tertentu dan sudah
dibuat standarnya. Kategori keputusan ini juga dapat
dikatakan suatu proses jawaban secara otomatis pada
kebijakan yang sudah ditentukan sebelumnya. Secara
alamiah hampir semua masalah rutin dan berulang memiliki
parameter-parameter persoalan yang telah diketahui dan
terdefinisi dengan baik, sehingga jawaban atau proses
pengambilan keputusan pun bersifat rutin dan terjadwal.
Keputusan Terstruktur mengacu pada permasalahan rutin
dan berulang untuk solusi standar yang ada. Keputusan
terstruktur (structured decision) bersifat berulang-ulang,
rutin, dan dipahami dengan baik hingga dapat didelegasikan
kepada pegawai di tingkat yang lebih rendah dalam suatu
organisasi. Sebagai contoh, keputusan untuk memberikan
kredit ke para pelanggan lama, hanya membutuhkan
pengetahuan tentang batas kredit pelanggan dan saldo saat
ini, keputusan pembelian bahan baku untuk persediaan,
pemberian cuti, pemutusan sambungan telepon.Keputusan
yang terstruktur sering kali dapat diotomatisasikan.

2. Keputusan Tak Terstruktur Keputusan-keputusan yang


berkaitan dengan berbagai persoalan baru. Keputusan
tidak terstruktur biasanya juga berkaitan dengan persoalan
yang cukup pelik, karena banyak parameter yang tidak
diketahui atau belum diketahui. Oleh karena itu, untuk
mengambil keputusan ini biasanya intuisi serta pengalaman
seorang pelaku organisasi akan sangat membantu.
Keputusan Tak terstruktur, adalah “fuzzy”, permasalahan
kompleks dimana tak ada solusi yang mengikutinya.

7
Masalah yang tak terstruktur adalah tak adanya 3 fase proses
yang terstruktur. Keputusan tidak terstruktur (unstructured
decision) bukan merupakan keputusan yang berulang dan
rutin. Contohnya adalah memilih sampul depan sebuah
majalah, mengontrak manajemen tingkat senior, dan
memilih proyek penelitian awal yang akan dilakukan. Tidak
ada kerangka atau model yang dapat memecahkan masalah
sejenis ini. Bahkan, dibutuhkan banyak sekali pertimbangan
dan intuisi. Walaupun demikian, keputusan tidak terstruktur
dapat didukung oleh bantuan dari keputusan yang diambil
berdasar hasil komputer, yang berfungsi untuk
memfasilitasi pengumpulan informasi dari berbagai sumber.
Contohnya adalah keputusan untuk pengembangan
teknologi baru, pengembangan jenis usaha baru,
keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain,
perekrutan eksekutif.

3. Keputusan Semi terstruktur Terdapat beberapa keputusan


terstruktur, tetapi tak semua dari fase-fase yang
ada.Keputusan semi terstruktur (semistructured decision)
ditandai dengan peraturan-peraturan yang tidak lengkap
untuk mengambil keputusan, dan adanya kebutuhan untuk
membuat penilaian serta pertimbangan subjektif sebagai
pelengkap analisis data yang formal. Menetapkan anggaran
pemasaran untuk suatu produk baru adalah contoh dari
keputusan semi terstruktur. Walaupun keputusan seperti ini
bnya tidak dapat secara penuh diotomatisasikan, namun
sering didukung oleh bantuan dari keputusan yang diambil
berdasar hasil dari komputer (computer-based decision).
Contoh keputusan jenis ini adalah investasi keuangan,
pengevaluasian kredit, penjadwalan produksi, pemberian
dana rehabilitasi sekolah, dan pengendalian persediaan.

8
1.3. Gaya Pengambilan Keputusan.
Penelitian mengenai gaya pengambilan keputusan lebih lanjut
diinisiasi dan dilakukan oleh Alan J. Rowe, seorang profesor
emeritus dalam bidang manajemen dan organisasi dari Marshall
School of Business. Ia mengajukan empat gaya pengambilan
keputusan yang dikembangkan dari teori kepribadian psikolog
Carl Gustav Jung. Gaya pengambilan keputusan itu adalah
Langsung (Directive), Analitis (Analytic), Konseptual
(Conceptual), dan Perilaku (Behavior). Masing-masing gaya
pengambilan keputusan ini mempunyai strategi berbeda agar
bisa memperoleh hasil yang efektif.
1. Langsung (directive)
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang cepat, dimana orang
yang memiliki karakter ini tidak ingin membuang waktu
berlama-lama dalam melakukan analisis pilihan yang ada dan
segera mengambil tindakan yang runtut. Pengambilan keputusan
didasarkan kepada pengalaman, sehingga akan sangat mudah
menghadapi situasi yang berulang, tetapi cenderung mengalami
kesulitan dalam menentukan keputusan untuk situasi baru yang
belum pernah dihadapi. Umumnya mereka tidak terlalu tertarik
untuk mendengarkan masukan orang lain terutama yang
memiliki pandangan berbeda. Bagi seseorang dengan gaya
seperti ini, mengambil keputusan yang tepat lebih baik
dibanding mengikuti pendapat orang lain.
Tips yang perlu diperhatikan:
a. Lebih cermat dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil
keputusan dengan mengupayakan mencari data-data
yang relevan/sesuai sebagai dasar dalam memutuskan
beberapa pilihan.
b. Apabila menghadapi situasi baru yang belum pernah
dihadapi sebelumnya, cobalah untuk lebih terbuka dalam

9
menerima saran pihak-pihak lain untuk mendapatkan
keputusan terbaik.

2. Analitis (analytic)
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang sangat berhati-hati,
dan khawatir membuat keputusan yang salah karena tergesa-
gesa dan merasa tidak nyaman apabila harus mengambil
keputusan segera. Data dan informasi adalah hal yang penting
sebagai pertimbangan pengambilan keputusan. Karena harus
mempertimbangkan dan menganalisis semua informasi untuk
setiap pilihan sebelum memutuskan, seringkali membutuhkan
waktu yang lama untuk menghasilkan keputusan. Orang dengan
gaya ini menikmati situasi-situasi baru yang tidak pasti, dan
berusaha mencari data dan informasi untuk mendapatkan
kepastian. Selain itu, terbuka untuk mendengarkan pendapat
orang-orang di sekitar, dan memiliki kemampuan yang sangat
baik pada situasi yang menyediakan beberapa pilihan sulit.
Tips yang perlu diperhatikan:
a. Perlu menentukan tenggat waktu berapa lama yang
diperlukan untuk menganalisis data-data yang ada
sebelum mengambil keputusan, sehingga tidak berlarut-
larut dan justru akan merugikan.
b. Akan lebih baik untuk melibatkan orang lain dalam
menganalisis data dan informasi yang tersedia sehingga
keputusan yang diambil pun tidak terkesan terpusat.

3. Konseptual (conceptual)
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang terbuka dengan
cara-cara baru dan berani menghadapi risiko, memiliki visi
untuk mengambil keputusan jangka panjang, tetapi kurang cepat
dalam menentukan rencana tindakan jangka pendek yang harus
segera diterapkan. Orang dengan gaya ini memiliki ide-ide yang

10
original dan berbeda, hanya saja kurang terdorong untuk
melakukan tindakan nyata hingga dapat mewujudkannya.
Mereka lebih menikmati proses berpikir dan merencanakan
daripada bertindak, memiliki rasa percaya diri dan optimisme
tinggi bahwa keputusan akan membawa keberhasilan, memiliki
keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi serta mendapatkan
pengakuan dari pihak lain, dan lebih mengutamakan intuisi
daripada data.
Tips yang perlu diperhatikan:
a. Perlu berlatih untuk bertindak melaksanakan keputusan
yang telah diambil hingga tuntas, sehingga dapat benar-
benar mencapai hasil yang diharapkan.
b. Agar tercipta manajemen risiko yang lebih objektif,
kurangi optimis berlebihan terhadap keputusan dengan
risiko tinggi yang didasari pada intuisi pribadi tanpa data
yang memadai.

4. Perilaku (behavior)
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang mempedulikan
dampaknya terhadap orang lain. Seseorang dengan gaya ini
memperhatikan kepentingan kelompok yang dianggap lebih
utama daripada kepentingan pribadi, sehingga berusaha keras
untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan semua pihak.
Oleh karena itu, mereka merasa selalu membutuhkan masukan
dan saran dari orang lain terlebih dahulu sebelum mengambil
keputusan. Mereka akan memastikan keputusan yang diambil
akan menyenangkan semua pihak, sehingga tidak perlu terjadi
konflik dengan orang lain. Karena sangat bergantung pada
lingkungan dan pandangan orang lain, membuat mereka sering
berubah-ubah pendapat.
Tips yang perlu diperhatikan:

11
a. Perlu lebih percaya diri dalam mengambil keputusan
pribadi tanpa tergantung pada masukan/saran dari orang
lain. Mulailah dengan mengambil keputusan pribadi
pada hal-hal yang tidak terlalu berisiko.
b. Akan lebih baik untuk tidak terlalu menuntut diri sendiri
dalam menyenangkan semua orang, karena hal itu akan
membuat pengambilan keputusan semakin sulit.

1.4. Pengaruh Pengambilan Keputusan yang


efektif bagi Kemajuan Organisasi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu diperhadapkan dengan
istilah organisasi dari bentuk, dan model yang berbeda-beda.
Organisasi itu antara lain organisasi politik, organisasi olahraga,
organisasi sekolah, organisasipemerintahan, organisasi
kepemudaaan, dan organisasi keagamaan. Setiap organisasi
dibentuk karena adanya sebuah tujuan.
Organisasi bisnis biasanya bertujuan untuk mencari
keuntungan finansial, organisasi kemasyarakatan biasanya
bertujuan untuk tujuan kemasyarakatan, organisasi politik
biasanya untuk tujuan kekuasaan dan organisasi keagamaan
biasanya untuk tujuan misi atau dakwah.Tujuan tersebut
menurut AsakuWalisongo (2013) dicerminkan oleh sasaran yang
harus dilakukan baik dalam jangka pendek, maupun jangka
panjang.Implementasinya setiap organisasi merumuskan visi,
misi, serta tujuan baik jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang.
Setiap organisasi tentu memiliki pemimpin dan
kepemimpinan.Biasanya pemimpin memiliki pengaruh lebih
besar dalam upaya pencapaian tujuan organisasi, oleh karena
pemimpin sering diistilahkan dengan orang yang mempengaruhi
bawahan untuk mencapai tujuan yang diharapakan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Northouse's (2007 : 3),

12
leadership is a process by which a person influences others to
accomplish an objective and directs the organization in a way
that makes it more cohesive and coherent.
Pendapat itu sejalan dengan yang disampaikan
olehHusaini Usman (2013 : 312), kepemimpinan ialah ilmu dan
seni mempengaruhi, orang atau kelompok untuk bertindak
seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien. Jadi jelas bahwa pemimpin memiliki pengaruh besar
terhadap sukses tidaknya sebuah oraganisasi. Salah satu fungsi
yang harus dilakukan pemimpin dalam upaya pencapaian tujuan
adalah bagaimana pemimpin itu bisa mengambil keputusan
dengan efektif.Dalam realita pengambilan keputusan bukanlah
hal yang sedernana, sebab setiap pengambilan keputusan
biasanya mengandung dua konsekuensi sekaligus baik
konsekuensi positif maupun konsekuensi negatif. Namun
demikian seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan
dari beberapa pilihan yang dihadapai.
Seorang pemimpin diharapkan mengikuti pendapat Terry
dalam Marzuki (2015 : 2), bahwa dalam mengambil keputusan
hendaklah memilih yang terbaik dari berbagai altenatif yang
tersedia. Salah satu tugas terpenting seorang pemimpin adalah
untuk menentukan yang terbaik bagi organisasi dan para
anggotanya.Namun dalam mengambil keputusan, terkadang
pemimpin pun menghadapi dilema dan seolah berada di
persimpangan jalan. Apalagi jika pilihan yang ada membuat
Anda harus mengorbankan kepentingan orang lain atau
memberikan resiko yang akan merugikan tim.Kadangkala
keputusan sulit harus diambil demi terwujudnya cita-cita
bersama.Adakalanya pemimpin ternyata mengambil keputusan
yang salah dan merugikan organisasi. Tetapi melakukan
kesalahan dalam mengambil keputusan masih lebih baik
dibandingkan tidak melakukan tindakan apapun sama sekali.

13
Kecepatan dan ketepatan seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan lazimnya menjadi tolak ukur kompetensi dan
kredibilitas yang dimilikinya. Jika pemimpin lamban dan ragu-
ragu dalam bertindak, anak buah akan melihat bahwa pemimpin
tersebut adalah pemimpin yang tidak berani mengambil resiko.
Terbiasa cepat dalam pengambilan keputusan memang bukan
pekerjaan mudah, butuh rasio yang jernih dan intuisi yang tajam
agar bisa menghasilkan keputusan yang tepat. Menarik untuk
dikaji bagaimana seorang pemimpin bisa mengambil keputusan
dengan baik, dalam pengertian efektif, efisien, meminimalkan
resiko, serta bermanfaat bagi kemajuan organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan yang diharapkan.

14
BAB II
KEPEMIMPINAN KEKUASAN
POLITIK DAN KEPEMIMPINAN
DALAM ORGANISASI
2.1. Kepemimpinan, Kekuasaan dan Politik.
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang
(yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain
(yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga oang
lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh
pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara
kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai
suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan
merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-
kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau badan.
Sebagai suatu proses, kepemimpinan meliputi segala tindakan
yang dilakukan oleh seseorang atau sesuatu badan yang
menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Kepemimpinan seseorang (pemimpin) harus mempunyai
sandaran-sandaran kemasyarakatan atau social basis. Pertama-
tama kepemimpinan erat hubungannya dengan susunan
masyarakat. Masyarakat-masyarakat yang agraris dimana belum
ada spesialisasi, biasanya kepemimpinan meliputi seluruh
bidang kehidupan masyarakat. Kekuatan kepemimpinan
ditentukanoleh suatu lapangan kehidupan masyarakat yang suatu
saat mendapat perhatian khusus dari masyarakat yang disebut
cultural focus. Cultural focus dapat berpindah-pindah, misalnya
pada suatu waktu dilapangan politik, lain waktu pada lapangan
ekonomi, kemudian lapangan hukum dan seterusnya. Apabila
dalam suatu saat cultural focus beralih, maka si pemimpin pun

15
harus mampu mengalihkan titik berat kepemimpinannya pada
cultural focus yang baru.
Menurut Astra Brata, kepemimpinan yang akan berhasil harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Indra-brata, yang member kesenangan dalam jasmani.
2. Yama-brata, yang menunjuk pada keahlian dan kepastian
hokum.
3. Surya-brata, yang menggerakkan bawahan dan mengajak
mereka untuk bekerja persuasion.
4. Caci-brata, yang memberi kesenangan rohaniah.
5. Bayu-brata, yang menunjukkan keteguhan pendidikan dan
rasa tidak segan-segan untuk turut merasakan kesukaran-
kesukaran pengikut- pengikutnya.
6. Dhana-brata, menunjukkan pada suatu sikap yang patut
dihormati.
7. Paca-brata, yang menunjukkan kelebihan didalam ilmu
pengetahuan, kepandaian dan keterampilan.
8. Agni-brata, yaitu sifat memberikan semangat pada anak buah.

2.2. Kekuasaan.
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan
tersebut. Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan
dijalankan. Kekuasaan mencakup kemampuan untuk
memerintah (agar yang diperintah patuh) dan juga memberi
keputusan- keputusan yang secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi tindakan-tindakan pihak lainnya. Max Weber
menyatakan bahawa kekuasaan adalah kesempatan seseorang
atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan
kemauan-kemauannya sendiri sekaligus menerapkannya
terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau

16
golongan- golongan tertentu. Sarana pelaksanaan kekuasaan
dapat berupa :
1. Saluran militer
Tujuannya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri
masyarakat sehingga mereka tunduk pada kemauan penguasa.
Untuk itu dalam organisasi militernya sering dibentuk pasukan
khusus, dinas rahasia dan satuan pengamanan kerusuhan.
Apabila pengaruh militer ditujukan ke Negara lain, tujuannya
adalah menciptakan rasa aman (security) agar penguasa dicintai
warganya.
2. Saluran ekonomi
Pengusaha berusaha menguasai segala jaringan ekonomi,
sehingga penguasa dapat menyalurkan perintah-perintahnya,
melalui berbagai peraturan perekonomian, baik masalah modal,
buruh, ekspor-impor dan sebagainya.
3. Saluran politik
Penguasa sengaja membuat berbagai peraturan yang harus
ditaati masyarakat agar berbagai perintahnya berjalan lancar.
Untuk itu sengaja diangkat pejabat yang loyal.
4. Saluran tradisi
Penguasa mempelajari dan memanfaatkan tradisi yang berlaku
dalam masyarakat , guna kelancaran pemerintahan.
5. Saluran ideology
Penguasa mengemukakan serangkaian ajaran dan doktrin
sehingga menjadi ideiologi bangsa sekaligus menjadi dasar
pembenaran segala sikap dan tindaknnya sebagai penguasa.
Saluran lainnya berupa pers, kebudayaan, keagamaan dan
sebagainya.

2.3. Politik.
Kata politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti
kota yang berstatus negara (city state). Aristoteles dan plato

17
menganggap politik adalah suatu usaha untuk mencapai
masyarakat politik yang terbaik.Pada waktu itu Aristoteles
menyebut politik dengan zoon politikon yang kemudian terus
berkembang menjadi polites (warga negara), politeia ( hal-hal
yang berhubungan dengan negara), politika (pemerintahan
negara), lalu terakhir menjadi politikos (kewarganegaraan).
Miriam Budiardjo menyampaikan bahwa politik
merupakan bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik yang
menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem itu dan
melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan pengertian politik adalah segala
urusan yang menyangkut negara atau pemerintahan melalui
suatu sistem politik yang menyangkut penentuan tujuan dari
sistem tersebut dan cara mencapai tujuan tersebut.
1. Tujuan Politik
a. Adanya suatu politik memiliki tujuan agar kekuasaan
yang ada di masyarakat maupun pemerintah diperoleh,
dikelola, dan diterapkan sesuai dengan norma hukum.
b. Kedua, adanya politik dapat menciptakan kekuasaan di
masyarakat maupun pemerintah yang demokratis.
c. Adanya politik dapat membantu terselenggaranya
kekuasaan pemerintah dan masyarakat yang mengacu
pada prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Politik bertujuan mensejahterakan seluruh masyarakat
Indonesia.
e. Melindungi hak-hak semua warga negara Indonesia dan
menjamin terlaksananya kewajiban-kewajiban warga
negara.
f. Menjaga keamanan dan perdamaian negara.
g. Menjaga kehidupan sosial yang seimbang untuk
kemajuan bangsa.

18
2. Macam- macam sistem politik
a. Sistem Politik Liberalisme
b. Sistem Politik Fasisme
c. Sistem Politik Komunisme
d. Sistem Politik Monarki
e. Sistem Politik Totaliteralism
f. Sistem Politik Oligarki
g. Sistem Politik Demokrasi

19
BAB III
APA ITU KEPEMIMPINAN
3.1. Sifat dasar kepemimpinan
Berikut sifat dasar kepemimpinan:
1. Kompeten
2. Menunjukkan kompetensi kepemimpinan dalam mengambil
keputusan yang tepat.
3. Berwawasan ke Depan
4. Dapat menetapkan tujuan secara menyeluruh; memiliki visi
yang dapat dikomunikasikan dengan baik dan kemudian
dimiliki oleh seluruh anggota organisasi; mempunyai
gambaran bagaimana cara untuk meraih keberhasilan dan
menetapkan prioritas berdasarkan nilai-nilai inti perusahaan.
5. Menginspirasi
6. Memperlihatkan kepercayaan diri dalam semua interaksi;
memegang kendali; memiliki daya tahan; senantiasa
berkomunikasi, memberi inpsirasi, dan memberdayakan para
karyawan untuk terus berprestasi.
7. Mengaktualisasi Diri
8. Terus mengembangkan potensi diri dan mencari tantangan
baru.
9. Jujur & Rendah Hati
10. Selalu bersikap tulus, rendah hati, dapat diandalkan, dan
jujur dalam menjaga kepercayaan.

3.2. Definisi kepemimpinan


Dalam KBBI (1995:769) Kepemimpinan berasal dari kata
“pimpin” yang mendapat awalan “me” menjadi “memimpin”
yang artinya menunjukkan jalan dan membimbing. Kata-kata
memimpin artinya sebagai aktivitas, sedangkan yang

20
melakukannya dinamakan “pemimpin” . Menurut bahasa Inggris,
Kepemimpinan adalah Leadership.
Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli:
1. Achmad Sanusi (2009:19)
Kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan guna
mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha bersama
untuk mencapai tujuan, atau dengan definisi yang lebih lengkap
dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemberian
jalan yang mudah dari pada pekerjaan orang lain yang
terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

2. W.J.S Poerwadarminta (1984:754)


Kepemimpinan secara bahasa berasal dari kata “pemimpin”
yang bermakna menuntun, menunjukkan jalan, mengantarkan.

3.3. Realitas Baru Bagi Kepemimpinan Dan


Organisasi
Menurut Kielson, 1996 terdapat 2 faktor yang mempengaruhi realitas
baru. Pertama faktor paradigma lama dan paradigma baru yang
tertuang dalam tabel berikut ini :

Tabel 3. 1. Faktor Paradigma Lama dan Paradigma Baru


Paradigma lama Paradigma baru
Stabilitas Perubahan
Kontrol Pemberdayaan
Kompetisi Kolaborasi
Barang Orang dan hubungan
Keseragaman Keberagaman

21
3.3.1. Dari Penghargaan Akan Stabilitas Menuju
Penghargaan Akan Perubahan.
Pemimpin mempertahankan stabilitas organisasi dan menganggap
sebagai strategi yang efisien atau merupakan langkah penghematan
bagi organisasi. Pemimpin yang terbaik saat ini adalah yang belajar
untuk “berjalan mengikuti arus” dan “mengalir seperti air”, untuk
menerima perubahan yang tidak bisa ditolak dan berusaha melihat
perubahan sebagai peluang untuk meraih sukses dan sumber energi
potensial.

3.3.2. Dari Kontrol Menuju Pemberdayaan


Kepemimpinan transformasional melalui atributnya dapat
menciptakan dampak psikologis individu. Hal ini melalui transformasi
sebuah sebuah visi organisasi kecenderungan seorang bawahan
menjadikan komitmen dalam organisasi. Kemampuan pemimpin
tersebut biasanya melalui dengan memberdayakan seorang karyawan,
sehingga dalam penelitiannya ini merumuskan 2 (dua) permasalahan.
Petama, apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh
langsung pada komitmen organisasional. Kedua, apakah
pemberdayaan memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional
pada komitmen organisasional. Secara skematik dimodelkan pada
gambar dibawah ini :

Pemberdayaan

Kepemimpinan Komitmen
Tranformasional Organisai

Gambar 3. 1. Skema Kepemimpinan Transformasional


Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai kepemimpinan
yang mencakup upaya perubahan organisasi. Kepemimpinan ini

22
diyakini akan mengarahkan pada kinerja superior dalam organisasi
yang sedang menghadapi tuntutan perubahan. Proses kepemimpinan
transformasional dalam mempengaruhi bawahannya adalah dengan: (1)
memberikan contoh keteladanan bagi bawahannya; (2) memotivasi
dan menginspirasi bawahannya dengan menggunakan ekspektasi yang
tinggi secara jelas; (3) berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi
inovasi dan kreativitas; dan (4) memberikan perhatian khusus terhadap
setiap kebutuhan bawahan. Melalui kemampuan tersebut,
kepemimpinan transformasional diharapkan dapat meningkatkan
komitmen bawahan pada organisasi.
Komitmen organisasional merupakan sikap yang
merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses
berkelanjutan dalam anggota organisasi yang mengekspresikan
perhatiannya terhadap organisasi. Karyawan mempunyai komitmen
pada organisasi dalam bentuk keinginan yang selaras dengan
pencapaian tujuan organisasi (Raju dan Srivastava, 1994). Peneliti
tersebut berargumen bahwa, usaha untuk mengetahui komitmen
karyawan pada organisasi dilihat dari tingkat loyalitas yang tinggi,
sehingga mendorong kinerja dan efektifitas dalam pencapaian tujuan
organisasi. Esensi kepemimpinan transformasional adalah sharing of
power. Konsep ini, seorang pemimpin transformasional melibatkan
bawahan secara bersama-sama untuk melakukan perubahan, atau
sering disebut wujud pemberdayaan. Pemberdayaan sangat penting
keberadaannya dalam sebuah organisasi (Ozaralli, 2003).
Pemberdayaan dapat meningkatkan motivasi dan
produktivitas bawahan. Melalui konsep ini, karyawan diserahi
wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar dalam pengambilan
keputusan. Di sini dibutuhkan pula komunikasi atau saling tukar
informasi dan pengetahuan antara pimpinan dan bawahan. Cara ini,
bawahan dapat benar-benar memahami tugasnya dan dapat
memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian prestasi organisasi.
Pemberdayaan merupakan sebuah konstruk penting dalam proses
transformasi kepemimpinan transformasional pada komitmen
organisasi. Esensinya, bawahan diberikan keleluasaan untuk
mengembangkan dan merealisasikan potensi yang ada dalam diri

23
individu. Melalui cara ini, bawahan dengan self-efficacy yang kuat,
akan lebih mampu mengerjakan terhadap tugas yang menantang,
bahkan dapat menghasilkan perilaku yang efektif. Perilaku ini sangat
dibutuhkan dalam membentuk komitmen organisasional. Bukti
empiris pengaruh kepemimpinan transformasional pada komitmen
organisasional telah banyak diteliti oleh peneliti terdahulu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, kepemimpinan transformasional
berpengaruh terhadap komitmen organisasional (Matheiu & Zajac,
1990; Allen Mayer, 1990).

3.3.3. Dari Kompetisi Menuju Kolaborasi.


Pada poin ini sebuah organisasi terdapat anggota yang berasal dari
berbagai bidang kemauan, potensi dan cara berfikir yang berbeda.
Dengan demikian, adanya perbedaan tersebut yang mengakibatkan
adanya kompetisi dalam sebuah organisasi yang dimana seorang
pemimpin harus berusaha mengubah kompetisi tersebut menjadi
kolaborasi. Munculnya paham pemberdayaan secara langsung
mendorong munculnya cara baru dalam kegiatan kerja yang lebih
menekankan proses kolaborasi daripada kompetisi dan konflik.
Dengan berkolaborasi berarti setiap orang merupakan tim yang solid.
Cara mengubah kompetisi menjadi kolaborasi, sebagai berikut :

24
Gambar 3. 2. Cara Mengubah Kompetisi Menjadi Kolaborasi
3.3.4. Dari Keseragaman Menuju Keaneka Ragaman.
1 Kelompok yang homogen dianggap lebih mudah untuk saling
bekerja sama, berkomunikasi, dan memahami satu dengan lainnya.
2 Keberagaman yang ada mengakibatkan organisasi akan lebih
fleksibel dan adaptif dalam menghadapi benturan, karena potensi
yang dimiliki organisasi yang beranekaragam.

25
BAB IV
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
4.1. Teori Leader Member Exchange.
Teori Leader Member Exchange (LMX) sebelumnya disebut dengan
“Teori hubungan dua pihak vertikal” karena fokusnya pada proses
pengaruh timbal balik pada hubungan dua arah vertikal yang terdiri
dari satu orang yang memiliki otoritas langsung atas orang lainnya.
Teori pertukaran pemimpin-anggota (leader member exchange)
merupakan teori yang berfokus kepada keterkaitan dan interaksi antara
pemimpin dan pengikutnya.
Sebagai contoh seorang pemimpin yang memiliki sikap
toleransi kepada bawahannya, tetapi sangat kaku dan tegas kepada
bawahan yang lain. Apabila pemimpin memiliki 10 orang bawahan,
maka akan mungkin pemimpin memiliki hubungan pemimpin-
bawahan yang berbeda untuk setiap bawahannya. Hubungan satu
lawan satu inilah yang menentukan perilaku bawahan. Realitasnya,
hubungan antara karyawan dan supervisi dapat dikelompokkan pada
dua hubungan yaitu hubungan yang baik dan hubungan yang buruk.
Hubungan yang baik akan menciptakan kepercayaan karyawan, sikap
positif, dan loyalitas, namun hubungan yang buruk berpengaruh
sebaliknya. Beberapa ahli mengemukakan bahwa Leader Member
Exchange (LMX) atau pertukaran pemimpin-anggota adalah
hubungan yang dilakukan oleh pemimpin dengan cara yang berbeda
kepada semua anggotanya, pemimpin melakukan hubungan yang
berbeda yakni sebuah pertukaran dengan masing-masing anggota.

Kualitas LMX ini dibagi menjadi dua yaitu:


1. Kualitas LMX tinggi (in-group)
Cashman dan Graen berpendapat jika bawahan yang dapat
dimasukkan dalam in group akan menjalankan pekerjaan mereka
sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati dan mereka dapat di
andalkan oleh atasan guna menjalankan tugas- tugas yang tidak ada
dalam struktur atau kontrak kerja, menjadi sukarelawan untuk

26
pekerjaan tambahan, dan untuk mengambil tanggung jawab. Atasan
bertukar sumber daya pribadi dan posisi (dalam formasi, pengaruh
dalam pengambilan keputusan, tugas-tugas, dukungan dan perhatian)
sebagai imbalan atas kinerja bawahan pada tugas-tugas yang tidak
terstruktur.

2. Kualitas LMX rendah (out-group)


Hubungan out group melibatkan pertukaran terbatas pada
kontrak kerja. Jadi bias dikatakan kalau kelompok out-group ini akan
menjalankan tugas-tugas rutin sesuai dengan kontrak dari unit dan
mengalami pertukaran yang lebih formal dengan atasan tanpa
menjalankan tugas yang tidak ada dalam struktur. Dalam pendekatan
LMX menyatakan bahwa pemimpin mengklasifikasikan para
bawahannya menjadi anggota dalam-kelompok (in-group) dan luar-
kelompok (out- group). Seperti yang sudah dijelaskan diatas, anggota
in-group memiliki ikatan yang sama dan juga sistem nilai yang sama
dalam berinteraksi dengan pemimpin. Dalam hubungan ini, para
pemimpin dan pengikut mengembangkan sebuah kemitraan yang
digambarkan dengan pengaruh timbal balik, kepercayaan timbal balik,
rasa hormat, dan kegemaran, serta perasaan senasib. Anggota out-
group memiliki kesamaan yang lebih sedikit dan jarang berinteraksi
dengan pemimpin. Para pemimpin digambarkan sebagai pengawas
yang gagal menciptakan perasaan kepercayaan timbal balik, rasa
hormat atau perasaan senasib.

Liden dan Maslyn membagi LMX ke dalam 4 dimensi yaitu :


1. Kontribusi
Dimensi ini merujuk pada persepsi karyawan tentang jumlah,
perintah atau arahan dan kualitas pekerjaan yang telah
dilakukan oleh pemimpin dan bawahan untuk mencapai tujuan
bersama baik secara eksplisit maupun implisit. Bawahan yang
kinerjanya baik dan membuat pemimpin terkesan akan
menimbulkan kualitas pertukaran yang lebih tinggi daripada
bawahan yang kinerjanya buruk.
2. Loyalitas

27
Dimensi ini merujuk pada sejauh mana kesetiaan pada
pemimpin dan bawahannya atau dengan kata lain sejauh mana
pemimpin dan bawahan saling mendukung satu sama lain.
3. Afeksi
Afeksi membahas tentang ketertarikan yang dimiliki individu
kepada individu lain berdasarkan daya tarik interpersonal
Dimensi ini hubungan yang dijalin sangat akrab dan saling
menyukai secara interpersonal. Artinya, pemimpin dan
bawahan saling menyukai atau mengagumi satu sama lain.
4. Penghargaan Profesional
Penghargaan profesional membahas tentang kekaguman dan
rasa hormat yang dirasakan seseorang atas pekerjaan yang
telah mereka lakukan. Dengan kata lain, pemimpin dan
bawahan saling menghormati satu sama lain.

Berikut ini adalah tips untuk meningkatkan kualitas pertukaran


pemimpin-anggota atau LMX :
1. Tetap fokus pada tujuan-tujuan depeartemen dan tetap positif
terhadap kemampuan untuk mencapai tujuan
2. Jangan merasa tidak memiliki kuasa.
3. Latihlah kekuatan yang dimiliki dengan fokus pada situasi
yang dapat dikendalikan dan hindari berurusan dengan situasi
yang tidak dapat dikendalikan.
4. Memperbaiki hubungan dengan manajer, dimulai dengan
memperhatikan tingkat kepercayaan dan memperbaikinya
dengan komunikasi yang rutin dan efektif, dan juga
meningkatkan kepercayaan tersebut dengan menjalani
komitmen-komitmen dan meraih tujuan.
5. Terhormat dan tegas untuk menyelesaikan perbedaan dengan
manajer. Menggunakan pendekatan penyelesaian masalah
ketika ada ketidaksetujuan juga berguna.

4.2. Teori Partnership Building.


Teori ini menekankan pada kemampuan pemimpin untuk dapat
mengembangkan hubungan yang efektif dengan sejumlah besar

28
bawahan. Teori ini lebih menekankan pada bagaimana seorang
pemimpin bekerja sama dengan setiap bawahan satu persatu
untuk menciptakan hubungan seperti rekan kerja yang
menguntungkan kedua belah pihak.
Pemimpin yang efektif harus mampu memberikan
seluruh bawahan akses untuk pertukaran hubungan pemimpin-
bawahan yang berkualitas. Pemimpin memandang setiap
bawahan secara khusus dan membimbing mereka secara
individual dengan cara positif. Hubungan positif tersebut bisa
mempunyai bentuk yang berbeda-beda untuk setiap orangnya.
Misalnya, salah seorang bawahan dibimbing dengan orientasi
pertimbangan, sedangkan bawahan lainnya dengan penekanan
pada orientasi tugas sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
bawahan saat itu. Jika hubungan pertukaran pemimpin-bawahan
yang positif terjadi untuk setiap individu, maka hasil yang akan
dicapai oleh organisasi sangat besar seperti meningkatkan
produktivitas dan kinerja karyawan. Pemimpin memberikan
dorongan, bimbingan, motivasi dan latihan, dan bawahan akan
meresponnya dengan produktivitas kerja. (George Grean& Mary
Uhl-Bien, 1995.)

4.3. Teori Sistem dan Jaringan Kerja.


1. Pengertian Pendekatan Sistem dan Jaringan Kerja
Pendekatan sistem adalah bersifat integratif, karena pendekatan
ini berlandaskan pada cara brerpikir logis dan sistematis dalam
memecahkan suatu masalah organisasi. Pada dasarnya
perencanaan kerja menggunakan cara berpikir sistem atau
(pendekatan sistem) yang melihat pekerjaan sebagai salah satu
sub sistem dari system organisasi secara keseluruhan.
Perencanaan jaringan kerja sangat bermanfat bagi para pimpinan
atau administrator dalam mengarahkan dan menetapkan para
pekerjapada bidang dan tanggung jawab masing-masing. Seperti

29
bidang produksi, pemasaran, bidang penelitian dan lain
sebagainya.
2. Penggunaan, Keuntungan dan Tahapan-Tahapan Jaringan
Kerja
Penggunaan jaringan kerja terutama adalah untuk kegiatan
proyek yang memerlukan jaringan kerja dan analisis jaringan
kerja yang terperinci.
Adapun penggunaanya sebagai berikut :
1. Proyek-proyek kompleks dengan multi kegiatan yang saling
bergantung.
2. Proyek besar yang banyak melibatkan orang, serta
menggunakan sarana dan prasarana, waktu dan dana dalam
jumlah yang sangat besar pula.
3. Proyek yang memerlukan koordinasi antar departemen atau
antar pejabat.
4. Proyek yang memerlukan informasi padat atau kontiniu.
5. Proyek-proyek yang harus diselesaikan dalam waktu yang
tepat dan biaya yang terbatas.
Sedangkan keuntungannya adalah :
1. Keharusan menggambarkan logika ketergantungan dari
setiap kegiatan dalam jaringan
kerja, memaksa kita untuk merencankan suatu proyek secara
lebih detail.
2. Dalam jaringan kerja ditunjukan dengan jelas penyelesaian
kegiatan yang kritis dan tidak kritis, sehingga memungkinkan
pengaturan waktu, usaha, dan perhatian tertentu secara lebih
intensif.
3. Perencanaan Jarigan kerja sangat membantu dalam
komunikasi.
4. Dengan prencanaan jaringan kerja dapat dimungkinkan
pelaksanaan proyek secara lebih ekonomis, dan tidak ragu-ragu
dalam mendayagunakan berbagai sumber yang dibutuhkan.

30
Ada beberapa tahapan yang diperlukan dalam penyusunan
perencanaan jaringan kerja,
Pertama, inventarisasi kegiatan-kegiatan dalam suatu proyek.
Kedua, perhatikan saling ketergantungan atau logika
ketergantungan antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya.
Ketiga, penunjukan unsur waktu dapat ditentukan baik
berdasarkan pengalaman teori serta perhitungan tertentu, baik
menyangkutkan kapan kegiatan dimulai maupun kegiatan
tersebut berakhir, serta lamanya kegiatan tersebut berlangsung.

3. Ketentuan dalam Penyusunan Jaringan Kerja


Agar tidak terjadinya kesalahan dalam menyusun
jaringan kerja, perlu diperhatikan beberapa keentuan atau
aturan dalam penyusunannya. Aturan tersebut meliputi :
a. Suatu peristiwa tidak dapat terjadi sebelum kegiatan yang
mendahuluinya selesai.
b. Sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, semua kegiatan yang
mendahuluinya harus sudah selesai sebagaimana contoh diatas.
c. Suatu peristiwa tidak boleh terjadi dua kali, dengan kata lain
tidak diperkenankan kejadian yang berulang, yaitu kejadian
yang kembali ke peristiwa sebelumnya.
d. Setiap kegiatan tertuju pada satu peristiwa.
e. Perhitungan selalu dimulai dari kiri ke kanan, seperti contoh
diatas.
f. Semua kegiatan dalam jaringan kerja harus selesai pada
tujuan akhir.
g. Panah hanya menunjukkan logika bahwa suatu aktivitas
mendahului aktivitas lain yangmengikutinya, dan panjang
panah tidak mempunyai arti apa-apa.

31
4.4. Teori Kepemimpinan Kharismatik.
Kepemimpinan karismatik (charismatic leadership) adalah gaya
kepemimpinan dengan menonjolkan karisma untuk menarik dan
menginspirasi pengabdian oleh orang lain. Itu adalah salah satu
contoh gaya yang berpusat pada pemimpin, selain
kepemimpinan otoritatif dan transaksional. Pemimpin lebih
percaya pada visi dan kemampuannya sendiri daripada pada para
pengikut. Tapi, dibandingkan dua gaya kepemimpinan lainnya
tersebut, pemimpin karismatik lebih banyak berkomunikasi
dengan para pengikut.
Karakteristik kepemimpinan karismatik
Para pemimpin karismatik sangat peduli dengan citra mereka.
Untuk itu, mereka akan menggunakan berbagai cara untuk
memikat dan menginspirasi pengikut. Berikut ini adalah ciri-ciri
pemimpin karismatik:
1. Visioner. Pemimpin memikirkan atau merencanakan
masa depan dengan kebijaksanaan dan imaginasi.
2. Kreatif. Mereka berpikir di luar kotak, menerima
tantangan dan melihatnya sebagai peluang.
3. Memiliki kepribadian yang kuat. Pemimpin
memancarkan kepercayaan diri, memiliki rasa diri yang
kuat dan jarang mengungkapkan keraguan diri. Itu
membuat banyak orang tertarik untuk mengikuti dan
melaksanakan perintah mereka.
4. Kerendahan hati (humility). Pemimpin peka terhadap
lingkungan mereka dan kebutuhan pengikut. Mereka
berhati-hati agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan
atau melukai orang lain.
5. Risk taker. Pemimpin berani untuk mengambil risiko
pribadi demi mewujudkan visi dan menuju kondisi yang
lebih baik.

32
6. Komunikator ulung. Mereka mahir menggunakan
perilaku tidak konvensional. Mereka mampu
menggerakkan banyak orang hanya dengan kata-kata,
pidato atau perilaku.
7. Self-monitoring. Mereka membanggakan diri mereka
sendiri yang tanpanya mereka tidak mendapatkan
kegembiraan.
8. Agen perubahan. Mereka mengubah status quo untuk
menuju masa depan yang lebih baik.
9. Pantang menyerah. Mereka tidak putus asa untuk
mewujudkan cita-cita. Mereka tidak takut gagal meski
harus menghadapi perjuangan dan tantangan yang sulit,
bahkan berisiko kematian.

Kelebihan dan kekurangan kepemimpinan karismatik


Ada banyak kelebihan dari gaya kepemimpinan karismatik.
Berikut adalah rinciannya:
1. Menjadi katalisator untuk perubahan ke arah yang lebih
baik. Pemimpin menjual visi dan mendorong orang untuk
mewujudkannya. Mereka selalu mencari peluang untuk
memperbaiki keadaan dan cenderung tidak puas dengan
yang telah ada.
2. Membangun energi positif. Itu membuat pengikut percaya
diri bahwa mereka berada pada jalur yang tepat. Mereka
juga membangun optimisme dan kebersamaan di antara
para pengikut.
3. Membangun komitmen kuat diantara para pengikut.
Sehingga, pengikut kompak untuk melaksanakan dan
mewujudkan visi bersama. Pemimpin berkomunikasi
dengan pengikut pada tingkat emosional yang dalam
sehingga membangkitkan emosi yang kuat pada pengikut.

33
Meskipun demikian, ada beberapa sisi negatif dari
kepemimpinan karismatik.
1. Self-centered. Pemimpin terlalu percaya diri dengan
kharisma yang dimiliki. Mereka memandang visi mereka
adalah yang terbaik, meski tidak untuk beberapa orang
orang. Ambil contoh, visi nasional, agama, dan komunis
oleh Soekarno. Sebagian besar orang Indonesia tidak
setuju karena tidak sesuai dengan landasan negara
Indonesia. Selanjutnya, para pemimpin karismatik
mungkin percaya bahwa mereka berada di atas hukum,
melakukan pelanggaran finansial atau etika.
2. Tidak ada regenerasi. Pemimpin tidak bisa mewariskan
gaya kepemimpinannya ke orang lain karena itu melekat
pada pribadi masing-masing individu. Jadi, terlalu
tergantung pada seorang pemimpin berkharisma juga tidak
baik. Di dalam bisnis, Jika pemimpin pensiun atau
meninggalkan perusahaan, maka perusahaan dapat seperti
kehilangan arah dan mungkin saja runtuh.

4.5. Teori Kepemimpinan Transformasional.


Kepemimpinan Transformasional
Pengertian Kepemimpinan transformasional adalah pemimpin
yang kharismatik dan mempunyai peran sentral serta strategi
dalam membawa organisasi mecapai tujuannya. Pemimpin
transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk
menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta
mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi
dari pada apa yang mereka butuhkan.Menurut Robbins dan
Judge “2008:91”, ciri-ciri kepemimpinan transformasional yaitu:
1. Idealized Influence “Pengaruh Ideal”
Influence “pengaruh ideal” adalah perilaku pemimpin yang
memberikan visi dan misi, memunculkan rasa bangga, serta

34
mendapatkan respek dan kepercayaan bawahan. Idealize
influence disebut juga sebagai pemimpin yang kharismatik,
dimana pengikut memiliki keyakinan yang mendalam pada
pemimpinnya, merasa bangga bisa bekerja dengan pemimpinnya
dan memercayai kapasitas pemimpinnya dalam mengatasi setiap
permasalahan.
2. Inspirational Motivation “Motivasi Inspirasional”
Inspirational Motivation adalah perilaku pemimpin yang mampu
mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menyampaikan visi
bersama secara menarik dengan menggunakan simbol-simbol
untuk memfokuskan upaya bawahan dan mengispirasi bawahan
untuk mencapai tujuan yang menghasilkan kemajuan penting
bagi organisasi.
3.Intellectual Stimulation “Stimulasi Intelektual”
Intellectual Stimulation adalah perilaku pemimpin yang mampu
meningkatkan kecerdasan bawahan untuk meningkatkan
kreativitas dan inovasi mereka, meningkatkan rasionalitas dan
pemecahan masalah secara cermat.
4.Individualized Consideration “Pertimbangan Individual”
Individualized Consideration adalah perilaku pemimpin yang
memberikan perhatian pribadi, memperlakukan masing-masing
bawahan secara individual sebagai seorang individu dengan
kebutuhan, kemampuan dan aspirasi yang berbeda, serta melatih
dan memberikan saran. Individualized consideration dari
kepimpinan transformasional memperlakukan masing-masing
bawahan sebagai individu serta mendampingi mereka,
memonitor dan menumbuhkan peluang
Prinsip-prinsip yang harus diciptakan oleh seorang
pemimpin transformasional yaitu “Erik Rees, 2001” yaitu:
1.Simplifikasi
Keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi
yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan

35
serta keterampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas,
praktis dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab
kemana kita akan melangkah?? menjadi hal pertama yang
penting untuk kita implementasikan.
2.Motivasi
Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang
yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal
kedua yang perlu kita lakukan. Pada saat pemimpin
transformasional dapat menciptakan suatu sinergitas didalam
organisasi, berarti seharusnya dia dapat pula mengoptimalkan,
motivasi dan memberi energi kepada setiap pengikutnya.
Praktisnya dapat saja berupa tugas atau pekerjaan yang betul-
betul menantang serta memberikan peluang bagi mereka pula
untuk terlibat dalam suatu proses kreatif baik dalam hal
memberikan usulan ataupun mengambil keputusan dalam
pemecahan masalah, sehingga hal ini pula akan memberikan
nilai tambah bagi mereka sendiri.
3.Fasilitasi
Dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif
memfasilitasi pembelajaran yang terjadi didalam organisasi
secara kelembagaan, kelompok ataupun individual. Hal ini akan
berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari
setiap orang yang terlibat didalamnya.
4.Mobilitasi
Yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk
melengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat
didalamnya dalam mencapai visi dan tujuan. Pemimpinan
transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang
penuh dengan tanggung jawab.
5.Siap Siaga

36
Yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka
sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang
positif.
6.Tekad
Yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat
untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk itu
tentu perlu pula didukung oleh pengembangan disiplin
spiritualitas, emosi dan fisik serta komitmen.
Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan
Transformasional
1.Kelebihan dari kepemimpinan transformasional :
a.Tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit)
b.Komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat
emosional
c.Mampu memberdayakan potensi karyawan
d Meningkatkan hubungan interpersonal
2. Kekurangan dari kepemimpinan transformasional :
a Waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap
pemimpin
b.Tidak ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara
menyeluruh
c.Membutuhkan pehatian pada detail
d Sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak

37
BAB V
KEPEMIMPINAN STRATEGIS
VISIONER
5.1. Kepemimpinan strategis
Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan, atau tindakan
dan tingkah laku orang. Kepemimpinan juga dapat didefinisikan
sebagai tindakan atau perbuatan diantara perseorangan atau
kelompok yang menyebabkan baik orang maupun kelompok
bergerak kea rah tujuan tertentu (Nawawi 1997) . Kepemimpinan
merupakan hubungan di mana satu orang yakni pemimpin
memengaruhi pihak lain untuk dapat bekerja sama dalam upaya
mencapai tujuan.
Kepemimpinan yang strategis merupakan kepemimpinan yang
bertanggung jawab untuk menciptakan harmoni antara tuntutan
lingkungan eksternal organisasi (dunia) dengan visi, misi,
strategi, dan implementasi organisasi.
Secara garis besar kepemimpinan srategis dibutuhkan,
mengingat tantangan mengenai focus organisasi kini telah
berubah. Tantangan organisasi dewasa ini begitu kompleks,
maka diperlukan pemimpin yang memiliki pola berpikir dan
bertindak srategis dan visioner, sehingga setiap keputusan yang
di keluarkan tepat.
Visi organisasi merupakan penggambaran wujud organisasi di
masa depan. Sedangkan misi organisasi merupakan
penggambaran nilai pokok (core value), tujuan (purpose), dan
alasan akan eksistensi organisasi (reason for existence)
Strategi menyediakan arah yang menerjemahkan visi menjadi
aksi dan merupakan dasar bagi pengembangan mekanisme
spesifik untuk menolong organisasi mencapai tujuannya.

38
Strategi adalah niat (intention), implementasi melalui struktur ,
sistem, budaya dan iklim, sistem intentsif, menjamin
terwujudnya visi di masa depan.
Dimensi kepemimpinan yang strategis meliputi visi, misi,
strategi, dan arsitektur organisasi untuk
mengimplementasikannya. Selain itu, dimensi kepemimpinan
yang strategis ini juga meliputi lingkungan eksternalnya.
Pemimpin banyak melakukan tindakan strategis, tetapi tidak
mempunyai visi yang jelas, sering dikatakan sebagai pemimpin
pekerja yang harus mampu mengerjakan hal-hal yang rutin,
dengan demikian pemimpin yng unggul adalah pemimpin yang
memiliki visi ke depan dan disertai dengan tindakan strategis
yang tinggi. Hal ini akan melahirkan pemimpin yang visioner
dan efektif. Pemimpin jenis ini memiliki ambisi, impian, dan
cita-cita yang tinggi untuk dicapai oleh suatu organisasi.
Karakteristik pemimpin strategis diantaranya adalah:
a. Visioner
b. Memiliki animo yang besar
c. Memiliki integritas
d. Dapat dipercaya dan jujur
e. Terbuka dan menghargai orang lain
f. Berani mengambil risiko
g. Inovatif dan kreatif
h. Belajar dari pengalaman dan kekeliruan
Sedangakan peran seorang pemimpin srategis anatara lain
sebagai:
a. Motivator
b. Fasilitator
c. Dinamisator
d. Konselor
e. Evaluator
Kepemimpinan Visioner

39
Kepemimpinan visioner (Visionery leadership), merupakan
kemampuan untuk menciptakan dan mengartikulasikan suatu
visi yang realistik, dapat dipercaya, atraktif tentang masa depan
bagi suatu organisasi atau unit organisasional yang terus
bertumbuh dan meningkat sampai saat ini. Karena sifat dasar
dari suatu visi adalah untuk memberi inspirasi yang berpusat
pada nilai dan dapat diwujudkan, maka dibutuhkan gambaran
dan artikulasi yang unggul sehingga bisa menciptakan
kemungkinan-kemungkinan yang memeberi inspirasi dan
manawarkan tatanan baru, lebih menantang (challenge) namun
dapat dicapai, yang dapat menghasilkan kualitas organisasi yang
lebih kompetitif. Dengan demikian pemimpin visioner harus bisa
memahami elemen-elemen visi agar terarah dalam
menggambarkan arah dan langkah yang akan ditempuh oleh
organisasinya.
Secara sederhana kepemimpinan visioner dapat diartikan
sebagai kemapuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan,
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan,
mentransformasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-
pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil
interaksi sosial di antara anggota organisasi dan stakeholder
yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang
harus diraih dan diwujudkan melalui komitmen semua personel.
Visionary leadership dapat diartikan juga Kepemimpinan yang
memiliki visi, Visionary leadership merupakan sebuah konsep
tentang kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada
rekayasa masa depan yang penuh tantangan. Kepemimpinan ini
menuntut kepala madrasah sebagai manajer di sekolah agar
memiliki kemapauan yang visioner, yitu kemampuan dalam
melakukan inovasi dan pengembangan madrasah yang disertai
dengan pandangan jauh ke depan dalam mengembangkan
madrsah untuk meningkatkan kualitas pendidikannya secara

40
efektif dan kompetitif. Oleh karena itu seorang pemimpin
pendidikan harus mampu memprediksi tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan kekutan-kekuatan yang dimiliki,
peluang-peluang yang dan tantangan-tantangan yang harus di
hadapi, ancaman-ancaman yang sekiranya muncul dalam
memajukan lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Wawasan
dan pandangan tersebut harus dimiliki oleh kepala madrasah
dalam memajukan lembaga madrasah melalui visionary
leadership.
Menurut para ahli, kepemimpinan visioner adalah :
Vehrizal dan Arviyan Arifin mendifinisikan, “visionary
leadership adalah pemimpin yang memiliki arah dan wujud masa
depan yang merupakan gambaran masa depan yang disepakati
dengan rasa kebersamaan dan komitmen yang tinggi untuk
mewujudkannya”.
Sementara itu, menurut A. Komariyah dan C Triatna,
kepemimpian 13 AB Susanto, visioner merupakan,
“kemampuanpemimpin dalam mencipta, merumuskan,
mengomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan,
dan mengimplementasikan pemiran-pemikiran ideal dirinya
sendiri maupun hasil interaksi sosial anggota organisasi dan
stakeholder sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang
harus direalisasikan melalui semua personel”.
Menurut Nwankwo dan Richardson dalam Paul Mupa visionary
leadership is the leader who “wins hearts and minds” and
charismatically takes the organisation into a new successful era.
The process of visionary leadership involves the design of a
desired future and the motivation of others in the organisation to
share it and commit oneself to taking personal responsibility for
its achievement. Jadi seorang pemimpin yang visioner
merupakan pemimpin yang "memenangkan hati dan pikiran" dan
secara karismatik membawa organisasi ke dalam era baru yang

41
sukses. Proses kepemimpinan visioner melibatkan desain masa
depan yang diinginkan dan motivasi orang lain dalam organisasi
untuk berbagi dan berkomitmen untuk mengambil tanggung
jawab pribadi atas pencapaiannya.
Mujamil Qomar menegaskan bahwa “Pemimpin visioner
mampu menembus „kabut gelap‟ masadepan mampu membaca
gelagat zaman, mampu menerjemahkan kebutuhankebutuhan
masa depan, bahkan pemimpin visioner ini mampu berfikir dan
bertindak melampaui zaman”.

5.2. Visi Kepemimpinan


Visi dianggap sebagai impian yang ingin diwujudkan, yang
mencerminkan ambisi, daya tarik besar, hasrat, semangat,
keadaan dan perwujudan ideal di masa depan. Visi
mencerminkan wujud ideal organisasi di masa depan yang saat
ini belum terwujud. Visi menjadikan anggota organisasi percaya
bahwa keinginan tersebut merupakan sesuatu yang berharga
untuk dicapai dengan pengorbanan.
Organisasi tanpa visi yang jelas akan bergerak secara ragu dan
mudah terombang ambing oleh tekanan eksternal. Dari sudut
pandang ini, focus terhadap visi atau tujuan sangat penting. Jika
sudah tidak focus, maka nasib organisasi akan terombang-
ambing dalam ketidakpastian yang akhirnya mengakibatkan
tujuan tidak tercapai. Selain itu, tanpa visi yang jelas maka orang
yang berada dalam organisasi akan kehilangan komitmen dan
lebih banyak mencapai tujuan yang sepele. Organisasi tanpa visi
yang jelas juga akan berjalan lambat dan tidak pernah
menghasilkan perubahan yang signifikan dan berharga.
Seorang pemimpin tidak boleh terpaku dengan kemampuan diri
sendiri dan tim yang hanya begitu saja. Pengembangan dari ide
baru dan eksperimen-eksperimen yang berguna harus selalu
dilakukan dan diimplementasikan. Dengan selalu berorientasi

42
dengan pengembangan, maka tidak akan khawatir lagi dengan
lawan.pengembangan organisasi juga memerlukan rencana yang
matang dan tidak terburu-buru.
5.2.1. Visi Menghubungkan Keadaan Saat Ini Kemasa
Depan
Visi yang efektif menghubungkan apa yang terjadi saat ini
sedang terjadi dengan apa yang dicita-citakan di masa yang
akan datang. Pemimpin kebanyakan berfokus pada masalah
yang muncul saat ini dan jarang berusaha memvisualisasikan
masa depan bagi organisasinya. Pemimpin yang efektif harus
memiliki visi bifocal, yaitu kemampuan melihat dan
menghadapi kebutuhan organisasi saat ini dan mampu
mencapai impian di masa depan.
Dalam hal ini, diperlukan seorang pemimpin yang penuh
dengan inovasi brilian. Inovasi tidak harus dilakukan secara
radikal, tetapi dangan tahapan-tahapan tertentu sehingga
tidak menimbulkan kekagetan pada tim. Inovasi harus
dilakukan kapan saja dan harus sesuai dengan perkembangan
yang ada.

5.2.2. Visi Menggerakkan Energi Dan Mengumpulkan


Komitmen
Visi yang efektif akan menimbulkan inspirasi, semangat, dan
komitmen untuk diperjuangkan untuk mencapai sesuatu
yang lebih bermakna bagi kehidupannya, orang lain, dan
masyarakat. Dalam hal ini, perlu ditekankan baha pemimpin
bukanlah majikan yang hanya memerintah, membentak, dan
berbuat semena-mena. Memimpin sama saja memanggul
amanah yang berguna demi kemaslahatan bersama.
Pemimpin harus mampu mengarahkan diri sendiri dan
bawahannya agar selalu melangkah setapak demi setapak
dalam rangka mencapai tujuan. Yang diperlukan bukanlah

43
langkah yang cepat hingga tidak beraturan, tetapi langkah
yang konsisten dan penuh komitmen.
Syarat utama dalam memimpin adalah mempunyai pengaruh.
Kunci untuk memiliki pengaruh adalah kemampuan
menggiring orang lain mengikuti kemauan kita. Apabila
sudah mampu memengaruhi orang lain maka akan lebih
mudah mewujudkan apa yang dicanangkan oleh pemimpin.
Yang perlu diingat adalah, harus tetap fokus dan intens
terhadap tujuan atau visi.

5.2.3. Visi Membangun Standar Keunggulan Dan Kualitas


Visi menyediakan sebuah keunggulan bagi karyawan dalam
menilai kontribusi mereka bagi organisasi. Pemimpin yang
memiliki integritas akan lebih disegani oleh teman maupun
lawan. Integritas yang tinggi dari seorang pemimpin akan
membawa perubahan baik karena integritas tersebut, campur
tangan pihak lain bisa diminimalisasi. Dengan adanya
pemimpin yang berintegritas tinggi pula, maka organisasi
yang dipimpinnya otomatis akan bertambah kualitas dan
keunggulannya. Integritas ini juga berguna untuk menjaga
supaya pemimpin tetap pada jalurnya, sehingga apa yang
ditargetkan atau visi dari organisasi tersebut mudah untuk
terpenuhi.

5.2.4. Visi Mempunyai Daya Tarik Yang Luas Dan


Mendalam
Visi harus merupakan perwujudan dari semangat seluruh
anggota organisasi sehingga visi tersebut akan menjadi daya
dorong dan motivasi dari karyawan

5.2.5. Visi Berhubungan Dengan Perubahan

44
Visi mencerminkan tindakan dan tantangan untuk membuat
suatu perubahan yang lebih baik di masa depan. Dengan visi
yang jelas, maka rasa takut terhadap perubahan dan
ketidakpastian akan dapat dihadapi dengan efektif.
Lagi pula, perubahan bagi seorang pemimpin bukanlah untuk
ditakuti, tetapi untuk dikelola dengan baik. Perubahan adalah
dinamika yang tidak bisa dihindarkan dari sendi kehidupan.
Namun demikian, tidak selamanya harus adaptif begitu saja.
Harus ada nilai-nilai pokok yang patut dipertahankan.
Adanya perubahan juga menuntut seorang pemimpin untuk
mau dikoreksi dan belajar sesuatu yang baru. Adanya
perubahan merupakan sebuah tantangan yang mengasikkan
jika mampu menikmatinya.

5.2.6. Visi Mendorong Keyakinan Dan Harapan


Visi yang jelas akan menimbulkan keyakinan bahwa setiap
perjuangan dan pengorbanan mereka tidaklah akan sia-sia,
tetapi akan memperoleh sesuatu yang berharga dan lebih
baik di masa depan.
Seorang pemimpin juga harus mampu memberdayakan
tim, yaitu mengondisikan tim untuk mengeluarkan segala
kemampuan dan potensi yang dimiliki guna mencapai tujuan
yang ditetapkan. Bukan bentuk eksploitasi bawahan, tetapi
ajang pembuktian kemampuan. Seorang pemimpin yang
baik juga harus menjadi pendamping yang baik agar
bawahannya lebih paham dengan intruksi yang diberikan.
Sehingga mampu mendorong keyakinan dan memunculkan
harapan bahawannya.

5.2.7. Visi Menggambarkan Idealism Tertinggi


Visi yang baik adalah suatu idealistis dan memiliki kekuatan
serta menggerakkan seluruh anggota organisasi. Visi yang

45
efektif harus memiliki nilai makna yang tertinggi, sehingga
visi layak untuk diperjuangkan dengan menggerakkan
segenap tenaga, sebab setiap orang tidak akan berjuang demi
tujuan yang tidak berarti.
Idealism juga bisa diartikan sebagai keteguhan. Seorang
pemimpin harus memiliki keteguhan atau kepercayaan diri
yang tinggi dalam setiap tindakannya, termasuk dalam
membuat visi. Tanpa adanya rasa percaya diri, semua
tindakan akan menjadi ragu-ragu dan keraguan tersebut akan
mengakibatkan setiap tindakan berjalan setengah-setengah
karena adanya kekhawatiran.

5.2.8. Visi Mendifinisikan Tujuan Perjalanan Dan


Petualangan.
Visi yang efektif akan menjelaskan kemana tempat tujuan
akhir yang ingin dicapai oleh organisasi. Tujuan akan
memudahkan dan memperlancar organisasi.
Pemimpin memang harus memiliki rencana kerja yang
matang. Rencana kerja yang matang akan lebih baik daripada
rencana yang dibuat secara terburu-buru. Kunci dari
penyusunan rencana yang matang ini adalah adanya kesiapan
untuk melaksanakan dan kemampuan yang sesuai dengan
rencana-rencana ke depan. Rencana yang matang juga harus
menyangkut rencana jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang. Hal ini perlu disadari bahwa untuk
menghasilkan sesuatu yang kuat haruslah berproses agar
mengerti secara detail, tidak bisa secara instan.

5.3. Misi.
Misi adalah tujuan pokok organisasi dan alasan mendasar bagi
eksistensi organisasi. Dalam misi akan tergambar nilai yang
menjadi pedoman dalam proses kerja, strategi, dan kebijakan

46
perusahaan. Misi yang terdefinisikan secara jelas akan
mendorong munculnyaidealisme yang tinggi untuk
diperjuangkan oleh seluruh anggota organisasi.
Misi juga didefinisikan sebagai maksud kegiatan yang membuat
organisasi memiliki jati diri yang khas dan sekaligus
membedakannya dari organisasi lain yang bergerak dalam
bidang yang sejenis.
Dalam perumusan misi, yang perlu diperhatikan adalah bahwa
misi yang dirumuskan merupakan hakikat didirikannya
organisasi yang dapat mencakup penggambaran, meliputi tujuan
terbentuknya organisasi, kegiatan, dan kiat organisasi. Misi juga
harus meliputi fondasi penyusunan perencanaan strategis yang
menunjukkan pentingnya organisasi. Harus jelas menyatakan
kepedulian organisasi dan dapat mengundang partisipasi
masyarakat terhadap bidang yang digeluti.
Misi bermanfaat sebagai kerangka acuan untuk mewujudkan visi
dari organisasi. Selain itu, visi juga berguna sebagai bahan
evaluasi organisasi untuk masa yang akan datang, sebagai bahan
pertimbangan untuk merumuskan visi yang baik, dan
memudahkan semua divisi untuk melaksanakan pekerjaan dalam
rangka mencapai visi yang telah ditetapkan.

5.4. Strategi
Strategi adalah rencana aksi global yang menggambarkan
alokasi sumber daya dan aktifitas lainnya untuk menghadapi
lingkungan dan menolong organisasi mencapai tujuan
tertingginya. Dalam proses memformulasikan strategi,
pemimpin dapat mengajukan pertanyaan :
a. Di mana organisasi berada saat ini?
b. Ke mana organisasi akan menuju?
c. Perubahan dan trend apa yang terjadi di lingkungan
kompetitif saat ini?

47
d. Strategi, taktik, tindakan, dan kiat apa yang dapat menolong
organisasi mewujudkan visinya di masa depan?
Untuk menciptakan organisasi yang unggul, pemimpin dituntut
untuk mampu menciptakan strategi yang mempunyai tiga
kualitas pokok, yaitu kompetensi pokok organisasi,
mengembangkan sinergi dan menciptakan keuntungan dan nilai
bagi konsumen.

5.5. Implementasi strategi


Implementasi strategi adalah tahapan manajemen strategis yang
terdiri dari kemampuan manajerial, administratif, dan persuasif
dalam sebuah tindakan. Di dalamnya terdapat proses dimana
rencana strategis dan kebijakan dituangkan ke dalam tindakan
seperti pengembangan program, anggaran, dan prosedur.
Implementasi Sstrategi juga didefinisikan sebagai jumlah
keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat
menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis
merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan
diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program,
anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya baru
dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi
implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen
strategi.
Sebelum perencanaan dapat menunjukkan kinerja secara aktual,
organisasi harus diorganisir dengan baik, program harus
melibatkan staf dengan memadai, dan aktivitas harus diarahkan
untuk mencapai lingkup tujuan yang diinginkan.
Pemimpin harus teliti menyusunan strategi organisasi agar dapat
memutuskan perubahan-perubahan yang harus dibuat dalam
langkah kerja secara sempurna. Pelaksana strategi adalah setiap
orang dalam organisasi. Pemimpin akan bekerja sama dengan

48
para bawahannya untuk dapat mengimplementasi seluruh
rencana yang telah dibuat dalam skala besar.
Tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan tahap akhir
dalam implementasi strategi. Dalam tahap ini pemimpin sudah
harus mempunyai gagasan yang jelas mengenai tingkat
perubahan yang diinginkan, baik menyangkut struktur organisasi,
budaya perusahaan maupun gaya kepemimpinan.

5.6. Kontribusi pemimpin bagi organisasi.


Organisasi yang kuat merupakan hasil dari kepemimpinan yang
unggul. Organisasi tanpa pemimpin yang unggul adalah
kemunduran produktivitas organisasi, inovasi terhambat, iklim
dan budaya organisasi tidak adaptif, yang semuanya
menghambat laju organisasi di masa depan.
Pemimpin harus memiliki kemampuan melihat masa depan,
mampu memprediksi perubahan yang terjadi, dan mampu
membaca hambatan dan peluag di masa yang akan datang,
maupun menggunakan potensi secara harmonis untuk kemajuan
organisasi.
Ada empat macam pemimpin jika dilihat dari visi yang dimiliki
dengan tindakan yang dilakukannya. Yang pertama adalah
pemimpin yang memiliki visi tinggi namun aksi yang rendah,
disebut sebagai pemimpi. Yang kedua adalah pemimpin dengan
visi yang rendah tetapi aksi yang tinggi, pemimpin jenis ini lebih
layak disebut pelaksana.Yang ketiga adalah pemimpin dengan
visi yang rendah dengan aksi yang juga rendah, pemimpin jenis
ini tidak layak disebut pemimpin, bahkan ia tidak terlibat dalam
apapun. Yang terakhir adalah pemimpin yang memiliki aksi
tingga dan diimbangi dengan visi yang tinggi. Pemimpin jenis
keempat inilah yang disebut sebagai pemimpin yang efektif.
Pemimpin jenis ini memiliki ambisi, impian, dan cita-cita yang
tinggi untuk dicapai oleh organisasi.

49
BAB VI
KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN
6.1. Pengertian Komunikasi.
Istilah “komunikasi” berasal dari bahasa Latin “communicatio”
berasal dari kata “communis” yang dalam bahasa Inggrisnya
“communication” yang berarti “sama” atau “sama maknanya”
atau bisa juga diartikan dengan “pengertian yang sama”.
Komunikasi merupakan penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lain melalui lisan, tulisan atau isyarat
sehingga orang lain memahami, mengerti dan jelas dengan
pesannya itu. Para ahli memberikan definisi komunikasi cukup
beragam, seperti James A.F. Stoner “komunikasi adalah proses
dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara
pemindahan pesan”. John R. Schemerhorn menyatakan “proses
antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol
yang berarti bagi kepentingan mereka”.
Secara sederhana pengertian komunikasi adalah proses
penyampaian pikiran, perasaan dari seseorang kepada orang lain.
Pendapat lain menyatakan, komunikasi sebagai pengoperan ide
dan gagasan untuk menyatukan kekuatan sehingga terjadi
interaksi antara orang-orang yang berkomunikasi menuju
pencapaian tujuan bersama (kesamaan makna).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau
informasi dari suatu pihak ke pihak yang lain dengan tujuan
tercapai persepsi atau pengertian yang sama.Komunikasi adalah
proses dimana pesan disampaikan oleh komunikator kepada
penerima. Pesan itu dapat berupa hasil pemikiran atau perasaan
yang dimaksudkan untuk mengubah pengetahuan, sikap atau
tingkah laku si penerima pesan.

50
Dari pengertian di atas dapat disederhanakan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan berupa ide,
pikiran, gagasan, perasaan atau pun simbol-simbol dari
seseorang kepada orang lain (dari suatu pihak kepada pihak lain)
melalui lisan, tulisan atau isyarat dengan tujuan tercapai persepsi
atau pengertian yang sama atas pesan yang disampaikan.
Menurut Cangara, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan
tujuan untuk mempengaruhi pengetahuan atau perilaku
seseorang. Dari pengertian komunikasi yang sederhana ini, maka
dapat dikatakan bahwa suatu proses komunikasi tidak akan bisa
berlangsung tanpa didukung oleh unsur-unsur: pengirim
(source), pesan (message), saluran/media (channel), penerima
(receiver), dan akibat/pengaruh (effect). Unsur-unsur ini bisa
juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
Tindakan komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai cara, baik
secara verbal (dalam bentuk kata-kata, baik lisan dan/atau tulisan)
ataupun nonverbal (tidak dalam bentuk kata-kata, misalnya
gestura, sikap, tingkah laku, gambar-gambar, dan bentuk-bentuk
lainnya yang mengandung arti). Komunikasi juga dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi tidak
langsung adalah tindakan komunikasi yang dilakukan tidak
secara perorangan tetapi melalui medium atau alat perantara
tertentu. Misalnya penyampaian informasi melalui surat kabar,
majalah, radio, TV, dan lain-lain. Dalam kehidupan kita sehari-
hari komunikasi merupakan suatu tindakan yang memungkinkan
kita mampu menerima dan memberikan informasi atau pesan
sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Secara teoritis, kita
mengenal berbagai tindakan komunikasi berdasarkan pada
konteks di mana komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks
komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi
organisasi dan komunikasi massa.

51
6.2. Menciptakan iklim komunikasi terbuka.
Komunikasi terbuka bermakna membagi semua jenis informasi
tentang lembaga, khususnya melintasi fungsi dan level hirarki.
Komunikasi terbuka berjalan meluas mem bedakan dengan
aliran tradisional dari seleksi informasi dari bawah kepada
pimpinan dan kepada bawahan. Tetapi untuk memindahkan visi,
pemimpin ingin mengkomunikasikan mengalirkan dalam semua
arah. Mengurangi lingkaran yang konvensional dan arah
komunikasi dapat merusak pema haman terhadap visi dan misi
organisasi".
Pengikut membutuhkan untuk melihat visi dan nilai disebarkan
oleh pemimpin mereka sebelum mereka dapat menerima apakah
pemimpin ingin untuk mencapainya. Kemudian komuniksi
terbuka tidak hanya meningkatkan pelaksanaan kerja organisasi,
tetapi komunikasi terbuka mem berikan dasar bagi seorang
pemimpin untuk mengkomuniksikan visi, nilai dan gambaran
informasi bear dan penting lainnya.

6.3. Keterampilan mendengar bagi pemimpin.


Dalam bisnis dan kepemimpinan, komunikasi adalah hal penting.
Pemimpin dengan kemampuan komunikasi yang efektif
biasanya terampil dalam seni persuasi. Selain itu, komunikasi
juga mampu membangun komitmen terhadap visi perusahaan.
Namun manfaat komunikasi tak sekadar itu. Saat berkomunikasi
dengan karyawan, bukan berarti pemimpin harus terus berbicara.
Ada kalanya dia juga perlu mendengarkan pendapat bawahannya.
Pemimpin yang memiliki keterampilan mendengarkan mampu
membuat karyawan mencapai potensi maksimal dalam dirinya.
Manfaat lain dari mendengarkan adalah mengembangkan
fondasi kuat dari kesadaran dan kecerdasan emosional. Hal ini
tentunya bisa berdampak baik bagi kemajuan perusahaan.

52
6.4. Hambatan-hambatan mendengarkan yang
efektif.
Berikut hambatan- hambatan dalam mendengarkan secara
efektif:
1. Mudah teralihkan oleh berbagai faktor
2. Terlalu banyak bicara
3. Terlalu emosi saat mendengarkan
4. Lingkungan tidak mendukung
5. Tidak fokus saat mendengarkan orang lain
6. Sibuk dengan diri sendiri
7. Mempertajam (shapening)

6.5. Mendengar secara efektif


1. Mendengarkan Partisipasif Dan Pasif.
Mendengarkan partisipatif adalah berlaku seperti seseorang yang
ber-partisipasi (secara fisik dan mental) dalam tindak
komunikasi. Sebagai contoh : Kita seringkali merubah posisi
badan kita (misal : mengangkat kaki mereka ke atas kursi,
menyandarkan kepala) untuk mendengarkan secara efektif.

Mendengarkan secara pasif:


a. Mendengarkan tanpa berbicara dan tanpa mengarahkan
pembicara-an dengan cara-cara non verbal,
b. Memungkinkan pembicara mengembangkan pikiran dari
gagasan-nya didepan orang lain yang menerima tetapi
tidak mengevaluasi,
c. sekedar duduk bersandar, santai membiarkan rangsangan
suara membelai kita tanpa menggunakan energi yang
berarti.
d. Tanpa ada yang mengarhkan rangsangan.

2. Mendengarkan Secara Empatik Dan Objektif.

53
Jika kita ingin memahami apa yang dimaksud dan dirasakan
seseorang, anda perlu mendengarkan dengan empati.
Saran dalam mengatur fokus empatik dan objektif:
a. Lakukan dialog
b. Pahami sudut pandang pembicara
c. Pandanglah pembicara sebagai pihak yang setara
d. Cobalah memahami pemikiran dan perasaan lawan bicaa
e. Jangan mendengarkan secara ofensif, kecenderungan
untuk mendengarkan informasi sepotong-sepotong yang
akan memungkinkan anda menyerang pembicara atau
menemukan kesalahan-kesalahan

3. Mendengarkan Tanpa Menilai Dan Mendengarkan


Secara Kritis.
a. Kita perlu mendengarkan tanpa menilai, dengan pikiran
terbuka dan berusaha memahami.
b. Kita perlu mendengarkan secara kritis dengan tujuan
melakukan evaluasi.
c. Kita perlu mendengarkan untuk memahami dan menahan
diri untuk tidak melakukan penilaian.
d. Mendengarkan dengan pikiran terbuka, akan membantu
anda memahami pesan secara lebih baik.
e. Mendengarkan dengan pikiran kritis akan membantu
anda untuk menganalisis pemahaman isi dan
mengevaluasi pesan.

4. Mendengarkan Secara Aktif.


a. Pusatkanlah perhatian pada pesan verbal dan non verbal.
b. Dengarkan pula yang tidak diucapkan.
c. Dengarkan baik pesan yang menyangkut isi maupun
hubungan.

54
BAB VII
KEPEMIMPINAN DAN
PEMBERDAYAAN
7.1. Alasan utama penerapan pemberdayaan
1. Pemberdayaan memicu dan menciptakan motivasi yang kuat
dari bawahan, karena berhubungan langsung dengan
pemenuhan kebutuhan tingkat tinggi dari bawahan
(aktualisasi diri, penghargaan diri, kebutuhan pertumbuhan).
2. Pemberdayaan secara aktual meningkatkan jumlah total dari
kekuasaan yang ada di organisasi sehingga organisasi
menjadi kuat.
3. Pemimpin dapat memperoleh manfaat dari tambahan
kemampuan partisipasi bawaan yang bisa diperoleh
organisasi (seperti: pemimpin dapat bekonsentrasi pada
pencapaian visi organisasi, pemimpin tidak perlu selalu
mengawasi).

7.2. Kondisi dasar bagi penerapan pemberdayaan


7.2.1. Partisipasi
Peningkatan partisipasi meningkatkan komitmen bawahan
terhadap kemajuan organisasi. “Partisipasi sebagai syarat
suksesnya pemberdayaan”.

7.2.2. Inovasi
Pimpinan mendukung inovasi oleh bawahan. Pimpinan harus
memandang bahwa kegagalan inovasi bawahan merupakan
kesuksesan yang tertunda.

7.2.3. Akses Pada Informasi.

55
Bawahan harus diberikan akses yang luas terhadap informasi
karena dapat menumbuhkan keyakinan.

7.2.4. Akuntabilitas.
Wewenang membuat keputusan harus diiringi dengan tanggung.

7.3. Elemen dari pemberdayaan


Menurut Bartle (2007) terdapat 16 (enam belas) elemen
yang harus dikedepankan dan menjadi tujuan dari kegiatan
pemberdayaan masyarakat, yaitu:
1. Mendahulukan kepentingan umum (Altruisme).
Tingkat kesiapan individu mengorbankan kepentingan
sendiri untuk kepentingan seluruh masyarakat (seperti
kedermawanan, rasa kemanusiaan, kebanggaan
sebagai anggota masyarakat, saling mendukung,
perduli, persahabatan, persaudaraan).
2. Nilai bersama (Common Values): Tingkatan dimana
anggota masyarakat berbagi nilai, terutama ide-ide atau
nilai untuk kepentingan bersama sebagai pengganti
kepentingan anggota per anggota masyarakat.
3. Layanan masyarakat (Communal Service): Penyediaan
fasilitas dan layanan (seperti jalan, pasar, air minum,
pendidikan, layanan kesehatan), pemeliharaan dan
perbaikan, kesinambungan, dan kemudahan bagi
semua anggota masyarakat untuk mengakses fasilitas
dan layanan yang tersedia.
4. Komunikasi (Communications): Adanya komunikasi
yang baik di antara anggota masyarakat, dan diantara
anggota masyarakat dengan lingkungan luarnya.
Dimensi komunikasi meliputi adanya jalan, metode
elektronika (seperti telefon, radio, tv, internet), media
cetak (Koran, majalah, buku), jaringan kerja, bahasa

56
yang dapat dimengerti, ke mampuan tulis baca dan
keinginan dan kemampuan berkomunikasi (yang
dinyatakan secara bijaksana, diplomasi,kemauan untuk
mendengarkan dan membicarakan).
5. Percaya diri (Confidence): Meskipun diekspresikan
secara individual, rasa percaya diri harus tersebar
diantara semua anggota masyarakat. Masyarakat yang
penuh rasa percaya diri tidak akan bergantung pada
pihak luar, tidak pasrah, tidak masa bodoh, mampu
memperjuangkan haknya dan memiliki visi.
6. Kontekstual (Politik dan Administrasi); Context
(Political and Administrative): Masyarakat akan
semakin kuat, berdaya dan mampu mempertahankan
dirinya apabila didukung oleh lingkungan dan situasi
yang mampu memberikan penguatan tersebut.
Lingkungan dan situasi yang mendukung tersebut
meliputi lingkungan dan situasi politis (termasuk nilai
dan sikap pemimpin nasional, hukum dan legislative)
dan lingkungan administrasi (sikap dari
pegawai/pelayan publik, peraturan dan prosedur serta
kebijakan pemerintah).
7. Informasi (Information): Tidak sekedar memiliki dan
menerima informasi, namun yang lebih penting adalah
kemampuan untuk mengolah dan menganalisa
informasi, adanya kesadaran/kepedulian, pengetahuan
dan kebijaksanaan yang terdapat diantara tokoh-tokoh
kunci masyarakat dan dalam kelompok secara
keseluruhan. Jika informasi dapat menjadi lebih efektif
dan berguna, tidak hanya sekedar banyaknya saja,
maka masyarakat dapat menjadi lebih kuat dan berdaya.
8. Intervensi (Intervention): Pola intervensi yang
dilakukan harus ditujukan untuk memperkuat dan

57
meningkatkan kapasitas masyarakat, harus menantang
masyarakat agar dapat menjadi lebih kuat, dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Intervensi sedapat
mengkin harus melepaskan diri dari tujuan charity,
karena charity pada umumnya menciptakan
ketergantungan.
9. Kepemimpinan (Leadership): Seorang pemimpin
dalam suatu masyarakat memiliki kekuatan, pengaruh,
dan kemampuan untuk menggerakkan anggota-angota
masyarakat. Pemimpin harus memiliki keahlian,
kemauan, kejujuran dan beberapa karisma. Pemimpin
harus dapat mendengarkan dan mengakomodasi
keinginan masyarakat secara keseluruhan. Semakin
efektif kepemimpinan seseorang maka semakin kuat
masyarakatnya.
10. Jaringan kerja (Networking): Hal ini berkaitan dengan
Tidak hanya “apa yang anda ketahui” tetapi yang lebih
penting adalah “siapa yang anda ketahui” dapat
menjadi sebuah sumber untuk menguatkan dan
memberdatakan masyarakat. Anggota-anggota
masyarakat diharap mampu untuk membangun
hubungan yang bermanfaat antar angota masyarakat
dan dengan pihak lain di luar masyarakat, yang dapat
membuat mereka berdaya. Jalina kerja yang efektif
dapat menjadi sumber semangat yang akan
memperkuat masyarakat secara keseluruhan.
11. Organisasi (Organization): Tingkatan dimana para
anggota masyarakat memandang dan
mengorganisasikan dirinya sebagai individu-individu
yang memiliki peran dalam mendukung keseluruhan
masyarakat. Elemen ini meliputi bagaimana
membangun integritas organisasi, struktur, prosedur,

58
proses pengambilan keputusan, efektifitas, pembagian
tenaga kerja dan kelengkapan peran dan fungsi.
12. Kekuatan politik (Political Power): Tingkatan dimana
masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan baik di tingkat desa, regional maupun
nasional. Setiap individu memiliki kekuatan-kekuatan
yang beragam yang saling melengkapi dalam suatu
suatu masyarakat yang pada akhirnya mewarnai
kekuatan politik masyarakat tersebut dan hal ini dapat
memengaruhi dan memberikan warna bagi daerah dan
nasional. Semakin sering kekuatan dan pengaruh yang
ada dimasyarakat diterapkan maka akan semakin kuat
masyarakat tersebut.
13. Keterampilan (Skills): Kemampuan yang ada pada
individu akan memberikan sumbangan yang signifikan
bagi masyarakat. Dengan adanya kemampuan ini
masyarakat akan mampu menyelesaikan masalah yang
mereka hadapi. Kemampuan ini meliputi: kemampuan
teknis, kemampuan manajemen, kemampuan
berorganisasi, kemampuan mengerahkan. Semakin
banyak keterampilan (baik individu maupun kelompok)
yang diperoleh dan dimanfaatkan oleh masyarakat,
maka semakin berdaya masyarakat tersebut.
14. Kepercayaan (Trust): Tingkat kepercayaan dari
masing-masing anggota masyarakat tehadap
sesamanya, khususnya pemimpin dan pelayan-pelayan
masyarakat (public servants). Tingkat kepercayaan ini
akan merefleksikan tingkat integritas (kejujuran,
ketergantungan, keterbukaan, transparansi,
kepercayaan dan penghargaan) yang ada dalam suatu
masyarakat.

59
15. Kesatuan (Unity): Perasaan bersama dan berbagi
sebagai suatu entitas masyarakat. Meskipun dalam
suatu masyarakat terdapat perbedaan (agama, kelas,
status, penghasilan, usia, jenis kelamin, adat, suku),
masyarakat saling memberikan toleransi dan
menghargai atas perbedaan tersebut dan memiliki
kemauan untuk saling bekerjasama dan bekerja
bersama-sama karena adanya suatu rasa kesamaan
tujuan atau visi, dan adanya nilai bersama.
16. Kesejahteraan (Wealth): Tingkat dimana masyarakat
secara keseluruhan memiliki kontrol terhadap sumber
daya potensial dan sumber daya actual, dan terhadap
produksi serta penyaluran barang dan jasa yang
bermanfaat, memiliki akses terhadap lembaga-lembaga
keuangan dan non keuangan. Semakin sejahtera/kaya
suatu masyarakat, maka akan semakin kuat atau
berdaya masyarakat tersebut.

7.4. Penerapan pemberdayaan pada


kepemimpinan.
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment”
yang berarti “berkekuatan atau bertenaga.” K. Suhendra
mengartikan pemberdayaan sebagai suatu kegiatan yang
berkesinambungan dinamis secara sinergis mendorong
ketertiban semua potensi yang ada secara evolutif. (K.
Suhendra: 2006)
Secara teknis pemberdayaan adalah usaha meningkatkan
kualitas hidup masyarakat mulai dari perencanaan,
manajemen, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan
kegiatan. Pada dasarnya pemberdayaan adalah cara untuk
melaksanakan kerjasama dalam organisasi sehingga semua
orang berpartisipasi penuh dalam organisasi yang sudah

60
diberdayakan , para pelaksana merasa bertanggung jawab
tidak hanya tentang pekerjaan yang dikerjakannya, tetapi
juga tentang keseluruhan pengukuran tingginya agar dapat
berfungsi secara lebih baik, tim-tim yang telah diberdayakan
akan bekerja sama memperbaiki kinerja mereka secara
berkelanjutan mencapai tingkat produktivitas dan mutu yang
tinggi dalam kajian penelitian ini yang dimaksud.
Pemberdayaan adalah proses pembangunan dedikasi atau
motivasi dan komitmen yang tinggi sehingga organisasi itu
bisa menjadi sangat efektif dalam mencapai tujuan tujuannya
dengan mutu yang tinggi.
Salah satu cara yang bisa digunakan oleh pemimpin
untuk menanamkan dan menciptakan motivasi yang tinggi
bagi anggota adalah melalui pemberdayaan, disini pemimpin
memberikan tanggung jawab dan kekuasaan pada
anggotanya sehingga anggota pun dapat meyakini tujuan
yang dimiliki oleh organisasi. Pemberdayaan dalam hal ini
diartikan sebagai pembagian kekuasaan atau
mendelegasikan kekuasaan dan wewenang kepada anggota
di dalam organisasi. dalam pembagian itu pemimpin
memberikan pengetahuan kepada anggotanya tentang seluk
beluk tugas dan wewenangnya sehingga terjadilah kerjasama
yang baik antara pemimpin dan anggota.
Untuk menjadikan pemberdayaan sebagai budaya organisasi
yang baik maka hal-hal seperti partisipasi inovasi memiliki
akses pada informasi dan tanggung jawab harus terpenuhi
terlebih dahulu.

61
BAB VIII
PEMIMPIN FORMAL DAN
INFORMAL
8.1. Pemimpin Formal.
Dalam kelompok – kelompok kerja kebanyakan merupakan
pemimpin dalam kategori pemimpin formal yang dilahirkan
oleh organisasinya atau perusahaannya. Melalui pemimpin
tersebut diharapkan akan melakukan berbagai hal dalam
mencapai sasaran organisasi atau perusahaan.
Dalam kategori pemimpin ini terdapat dua kepentingan
sasaran, selain sasaran organisasi atau perusahaan terdapat
pula sasaran individu sang pemimpin yang biasa disebut
dengan karir.
Pemimpin Formal dapat didefinisikan : Seseorang baik pria
maupun wanita yang oleh karena oragnisasi atau perusahaan
membutuhkan sehingga ditunjuk berdasarkan surat
keputusan pengangkatan dari organisasi yang bersangkutan
untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi
dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya,
untuk mencapai sasaran –sasaran organisasi tersebut yang
ditetapkan sejak semula. Seorang pemimpin formal harus
sadar bahwa akan menghadapi berbagai permasalahan yang
akhirnya akan terjadi perubahan – perubahan internal
maupun perubahan eksternal yang akan dihadapinya. Bagi
pemimpin formal seperti ini sangat perlu membuat antisipasi
dengan terus menerus melakukan penyesuaian dan
pendekatan kesesuaian atas segala perubahan – perubahan
yang ada secara internal maupun secara eksternal.

62
Dalam skema gambar berikut ini menjelaskan lima bidang
perubahan – perubahan formal yang juga sering terjadi bagi
pemimpin informal, yaitu

Gambar 8. 1.Skema lima bidang perubahan formal yang terjadi


pad a pemimpin informal
 Perubahan Dalam Pengetahuan, Informasi Dan Teknik –
Teknik
Cepatnya perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan informasi serta teknik – teknik
informasi membuat setiap pemimpin formal harus
mampu mengimbangi tingkat peningkatan dan
penyesuaian terhadap ilmu pengetahuan, informasi dan
teknik – teknik yang harus dilakukan. Perubahan dalam
scope kepemimpinan Perubahan dalam pengetahuan
informasi dan teknik Perubahan dalam bentuk tingkat
perubahan Perubahan dalam bentuk isue-isue dan
masalah yang dihadapi Perubahan dalam lingkungan
 Perubahan Dalam Scope Kepemimpinan

63
Banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi dengan
sendirinya menimbulkan perubahan di dalam scope
kepemimpinan. Pemimpin tidak bisa melakukan tugas-
tugas kepemimpinannya dengan kekuatan sendiri,
dibutuhkan proses delegasi terhadap bawahan atau orang
lain khususnya dalam hal yang bersifat spesifik dan
sangat spesifik yang menuntut keahlian khusus.
 Perubahan Dalam Lingkungan
Pemimpin harus mampu masuk dalam
lingkungannya, jika tidak maka pemimpin tersebut akan
tersingkir dari lingkungannya. Cepatnya perubahan di
lingkungan memaksa setiap pemimpin harus melakukan
perubahan penyesuaian yang terus menerus sebab makin
lama proses berjalan makin banyak permasalahan yang
muncul dalam perubahan lingkungannya dan dalam hal
ini pemimpin harus menyesuaikan dengan kelompok
kerja, jika tidak dapat ditinggalkan kelompok kerjanya.
 Perubahan Dalam Issue-Isue Dan Permasalahan Yang
Dihadapi
Perubahan-perubahan issue pada masa –masa
lampau tentu sangat berbeda dengan perubahan –
perubahan issue pada masa sekarang. Pemimpin formal
pada masa lampau sangat sulit dalam memenuhi berbagai
kebutuhan dengan cepat khususnya dari segi SDM,
koordinasi dan teknis pelaksanaan karena pertumbuhan
kemajuan yang masih rendah dan sangat berbeda dengan
issue –isue pada masa sekarang dimana pengkondisian
berbagai kebutuhan dapat dilakukan dengan cepat seperti
SDM yang dulu tingkat kualitas pada strata pendidikan
menjadi tolak ukur utama tetapi issue pada saat sekarang
adalah kompetensi dalam penguasaan kerja untuk
memenangkan kompetisi memasuki dunia kerja.

64
 Perubahan Dalam Tingkat Perubahan
Proses perubahan dalam tingkat perubahan harus
dimengerti agar kesesuaian perubahan dapat diterapkan
dengan tepat. Misalnya proses perubahan di Negara maju
yang sangat cepat tidak dapat disamakan perubahan yang
terjadi di Negara berkembang, sehingga sering terjadi
pemimpin melakukan kesalahan pada proses ini, dimana
pada suatu tempat yang belum sangat mungkin dilakukan
perubahan dipaksakan menyesuaikan perubahan yang
ada seperti di wilayah lain. Contohnya budaya Indonesia
dengan budaya barat menjadi salah satu langkah
perubahan yang berbeda, dimana hal-hal tabu di
Indonesia tetapi di dunia barat menjadi hal biasa
sehingga apapun perubahan kemajuan di barat tidak
dengan semerta –merta dapat di ikuti di Indonesia.

Ciri-ciri pemimpin formal yaitu :


a. Berstatus pemimpin formal atau resmi (disahkan
dan diangkat) selama masa jabatan tertentu, atas
dasar legalitasa formal oleh penunjukan pihak yang
berwenang, ada legalitas.
b. Sebelum pengangkatan, harus memmenuhi
bebberap-a persyaratan formal terlebih dahulu.
c. Diberi dukungan oleh organisasi formal untuk
menjalankan tugas kewajibannya.
d. Bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat
formal dan dapat dimutasikan.
e. Bila melakukan kesalahan-kesalahan.

8.2. Pemimpin Informal


Pemimpin Informal adalah seorang individu baik pria
maupun wanita yang walaupun tidak mendapatkan

65
pengangkatan secara resmi atau formil yuridis sebagai
pemimpin, memiliki sejumlah kualitas obyektif maupun
subyektif yang memungkinkannya tampil mencapai
kedudukan di luar struktur organisasi resmi namun sebagai
orang yang dapat mempengaruhi kelakukan dan tindakan
sesuatu kelompok masyarakat baik dalam arti positif maupun
dalam arti negatif.
Pemimpin Informal dalam peranan sosial yang
berwujud partisipasi sosial yang memunculkan tindakan-
tindakan yang ditujukan kepada arah sasaran yang
dipengaruhi oleh status yang dimiliki orang yang
bersangkutan di dalam masyarakat antara lain :
a. Keturunan
b. Kekayaan dalam arti yang seluas – luasnya
c. Unjuk kerja di masyarakat
d. Pendidikan
e. Ciri-ciri biologis

Sehubungan dengan status perlu diingat hal-hal sebagai berikut :


1) Transfer status : status bapak ke anak seperti status
Soekarno sebagai pemimpin ditransfer ke Megawati,
Fidel Castro memberikan status ke adiknya Raul
Castro dan contoh lain sangat banyak sebagai proses
transfer status di berbagai belahan dunia.
2) Key Status (status pokok) : karena kinerja sendiri
mendapatkan pengakuan sebagai buah hasil dari
tindakan yang dihasilkan, contoh :
a) Karena pewarisan kedudukan sebagai
pemimpin
b) Karena kekuasaan pribadi
c) Karena dipilih oleh para pengikut-
pengikutnya

66
d) Karena penunjukan oleh pihak atasan
e) Karena diakui oleh bawahanya
f) Karena situasi/kondisi
Berikut merupakan salah satu contoh pemimpin informal

Gambar 8. 2. Contoh Pemimpin Informal


Ciri-ciri pemimpin informal yaitu :
a. Tidak memiliki penunjukan formal atau legitimitas
sebagai pemimpin.
b. Masyarakat menujuk dirinya, dan mengakuinya
sebagai pemimpin.
c. Status kepemimpinannya berlangsung selama
kelompok yang bersangkutan masih maumengakui
dan menerima dirinya.
d. Tidak dapat dimutasikan.
e. Tidak pernah mencapai promosi.
f. Tidak memiliki atasan.
Pemimpin informal mempunyai dampak negatif
maupun positif terhadap pengikutnya maupun kelompoknya.
Dampak positif seorang pemimpin informal adalah lebih
mengutamakan ideologi dan realisasi tujuan rencana kerja
daripada tujuan pribadinya.

67
8.3. PERBEDAAN PEMIMPIN FORMAL
DAN PEMIMPIN INFORMAL
Untuk memberikan pemahaman yang lebih spesifik maka
perlu disampaikan perbandingan antara pemimpin formal
dan informal sebagai berikut :

Tabel 8. 1. Perbedaan Pemimpin Formal dan Informal


NO PEMIMPIN FORMAL PEMIMPIN INFORMAL
1. Memiliki legalitas formal sebagai Tidak memiliki penunjukan formal
pemimpin dengan penunjukan sebagai pemimpin.
oleh pihak yang berwenang.
2. Organisasi formal yang Masyarakat atau kelompok tertentu
menunjukkan mereka sebagai di dalam masyarakat yang
pemimpin formal. menunjuk mereka sebagai
pemimpin .
3. Masih harus mengafirmasi Diakui oleh mereka yang dipimpin
kedudukan mereka sebagai sebab tanpa pengakuan ototmatis
pemimpin formal terhadap mereka bukan pemimpin informal.
bawahan melalui kepemimpinan
mereka.
4. Diberikan dukungan oleh Tidak ada dukungan dari sesuatu
organisasi formal untuk organisasi formal untuk
menjalankan keputusan- menjalankan keputusan-keputusan.
keputusan.
5. Berstatus sebagai pemimpin Berstatus sebagai pemimpin
formal selama masa informal selama kelompok yang
pengangkatan berlaku. dipimpinnya mengakui atau
menerima kepemimpinannya .
6. Memperoleh balas jasa material Biasanya tidak memperoleh balas
dan lain-lain yang berkaitan jasa material, kecuali mereka
dengan posisi jabatan mereka. mempergunakan jabatan mereka.
7. Dapat mencapai promosi Tidak pernah mencapai promosi
(kenaikan pangkat formal). tetapi masyarakat yang secara
sukarela mau mengakui mereka.

68
NO PEMIMPIN FORMAL PEMIMPIN INFORMAL
8. Dapat dimutasikan organisasi Tidak dapat dimutasikan.
formal.
9. Selalu memiliki pihak atasan. Tidak memiliki atasan dalam arti
formal.
10. Biasanya harus memenuhi Tidak perlu mempunyai syarat-
persyaratan-persyaratan formal syarat formal.
terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengangkatan.
11. Apabila melakukan kesalahan- Apabila melakukan kesalahan akan
kesalahan akan mendapatkan mendapatkan sanksi berupa kurang
sanksi dari organisasi formal. ditaatinya lagi sebagai pemimpin
dengan kata lain tidak diakui lagi
sebagai pemimpin.
12. Selama masa pengangkatannya Kadang-kadang menjalankan
berlaku harus terus menerus kepemimpinannya, kadang-kadang
menjalankan kepemimpinannya. tidak.

69
BAB IX
PENGERTIAN, FUNGSI DAN
ANALISIS TEORI PEMIMPIN
9.1. Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan sebuah proses mendorong
aktivitas yang ada di dalam sebuah kelompok yang terorganisasi
menuju ke arah pencapaian tujuan. Selain itu, kepemimpinan
juga disebut kemampuan yang dilakukan oleh seseorang yang
memiliki sebuah jabatan sebagai pemimpin kerja untuk
mempengaruhi jabatan yang ada dibawahnya.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
memotivasi dan mendorong orang lain untuk melakukan sesuatu
dengan kesepakatan tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi
proses mempengaruhi dan menentukan tujuan organisasi,
memotivasi pengikutnya untuk mencapai tujuan, memperbaiki
perilaku seseorang untuk bekerja sama dengan kelompok.
Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain untuk patuh dalam menjalankan tugas dan melakukan
apa yang diinginkan oleh pihak lain.
Seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang dengan
kekuasaannya mampu menggerakkan pengikutnya untuk bekerja
sama dengan mencapai tujuan bersama. Pemimpin dapat
menggunakan bentuk kekuasaannya untuk mempengaruhi
perilaku bawahannya.

9.2. Pengertian pemimpin


Kata pemimpin berasal dari bahasa inggris yaitu leader.
Pemimpin merupakan pionir atau sebagai orang yang bersedia
melangkah ke dalam situasi yang tidak diketahui. Pempimpim

70
yang memiliki visi yang jelas dapat menjadi penuntun dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin
kemudian dapat selain membawa dirinya sendiri juga membawa
organisasi tenggelam dalam ketidakpastian, mengingat terdapat
situasi yang tidak diketahui tersebu, maka sangat sulit bagi
pemimpin tanpa “jurus” maupun strategi untuk berbuat banyak
dalam menjawab situasi abstrak di depan. Kouzes (1995: 17).
Pemimpin dalam arti luas adalah seorangan yang memimpin,
dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur,
menunjukkan, mengorganisasikan atau mengontrol usaha (upaya)
orang lain atau melalui prestis, kekuasaan, juga posisi.
Pemimpin dinilai sebagai whistle blower dalam hal mengawali
konsep dan memotivasi bawahan dalam rangka menjalankan
program dan misi organisasi. Fairchild (1960).
Pemimpin setidaknya dapat menciptakan angka
perputaran pekerja yang lebih kecil, memotivasi pekerja untuk
bekerja pada tingkat kinerja yang lebih tinggi dan meningkatkan
kepuasan pelanggan secara besar-besaran. Dalam konteks
pemerintahan, perputaran pekerja yang lebih kecil dapat
terjewantahkan dalam reformasi birokrasi yang salah satunya
mengedepankan efektivitas dan efisiensi, sedangkan pelanggan
yang diharapkan terkait kepuasannya ialah user dari pemerintah
itu sendiri yakni masyarakat. Ketika masyarakat sebagai objek
pemenuhan nawacita organisasi mersa puas dengan kinerja
pemerintahan maka bisa dinilai bahwa satuan perangkat
pemerintahan yang termasuk di dalamnya konsepsi
kepemimpinan. Zenger (2004: 5). Empat unsur dalam
kepemimpinan menurut Wilson Bangun (1999: 132),
diantaranya:
1. Kumpulan orang , dalam suatu organisasi terdapat
kumpulan yang menjadi pengikut untuk mecapai tujuan
organisasi tersebut. Mereka ini akan menerima

71
pengarahan dan perintah dari pemimpin, semakin
dilaksanakan dengan baik arahan dan perintah pemimpin
semakin besar wewenang pemimpin dalam mengatur
para pengikutnya untuk melaksanakan tugas.
2. Kekuasaan. Kemampuan ini dimiliki seorang pemimpin
dalam melaksanakn tugasnya dimana kemapuan ini
berfungsi untuk mempengaruhi para pengikutnya guna
melaksanakan tugasnya. Terdapat lima dasar kekuasaan
yang dimiliki pemimpin antara lain : menghargai,
memaksa, sah, rujukan, serta keahlian. Semakin banyak
kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin, maka
semakin besar potensinya menjadi pemimpin yang
efektif.
3. Mempengaruhi. Para pemimpin memiliki kualitas daya
Tarik yang dapat menimbulkan kesetiaan, pengabdian,
dan keinginan yang kuat dari anggota untuk melakukan
hal-hal yang diinginkan pemimpin.
4. Nilai. Mengakui kemampuan berkaitan dengan nilai
dengan menggunakan unsur kumpulan orang, kekuasaan,
dan memperngaruhi.
Dari pernyataan yang dipaparkan oleh beberapa
tokoh, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai
kemampuan dalam mengarahkan serta mempengaruhi
orang lain supaya bersedia melaksanakan perintah guna
mencapai tujuan yang diinginkan.

9.3. Fungsi pemimpin


Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan
situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-
masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di

72
dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan
merupakan gejala sosial karena harus diwujudkan dalam
interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok
atau organisasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi,
yaitu: pertama, dimensi yang berkenaan dengan tingkat
kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau
aktivitas pemimpin. Kedua, dimensi yang berkenaan dengan
tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang
dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau
organisasi.
Secara operasional fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam
lima fungsi pokok, yaitu:
Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin
sebagai komunikator merupakan pihak yan menentukan apa,
bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar
keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan
yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan
memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap
pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin
kerapkali memerlukan bahan pertimbangan yang
mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang
dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi
yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap
berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang
dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan
sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk
memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back) untuk
memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang
telah ditetapkan dan dilaksanakan.

73
Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini, pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas melakukan
semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa
kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas
pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam
fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.

Fungsi Delegasi
Fungsi delegasi dilaksanakan dengan memberikan
pelimpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik
melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan.
Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang
penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu
pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan
aspirasi.

Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang
sukses (efektif) mampu mengatur aktivitas anggotanya secara
terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.Seluruh
fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktivitas
kepemimpinan secara integral, yaitu pemimpinan berkewajiban
menjabarkan program kerja, mampu memberikan petunjuk yang
jelas.berusaha mengembangkan kebebasan berpikir dan
mengeluarkan pendapat.

74
Kemudian mengembangkan kerja sama yang harmonis,
mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan
masalah sesuai batas tanggung jawab masing-masing
menumbuhkembangkan kemampuan memikul tanggung jawab,
dan pemimpin harus mendayagunakan pengawasan sebagai alat
pengendali.

Selain fungsi-fungsi tersebut, dalam praktik kinerja organisasi


pemimpin dapat berfungsi:
1) Membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerja sama,
dengan penuh rasa kebebasan.
2) Membantu kelompok untuk mengorganisir diri, yaitu
ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan
kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan
tujuan. Membantu kelompok dalam menetapkan
prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam
menganalisi situasi untuk kemudian menetapkan
prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
3) Bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan
bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi
kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari
pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggung jawab
untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi
pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya
secara jujur dan objektif.
4) Bertanggung jawab dalam mengembangkan dan
mempertahankan eksistensi organisasi.

9.4. Analisis teori pemimpin.


Analisis kepemimpinan berdasarkan Teori Perilaku
Dalam penelitian mengenai perilaku pemimpin telah
didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari

75
perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan
selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk
mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang
berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan
untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan
dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti
kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya
menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk
menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi
kepuasan dan kinerja bawahan.
Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of
leadership) ini didasari pada keyakinan bahwa pemimpin yang
hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk, bukan
dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada teori
behaviorisme,teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan
pemimpin, bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut
teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya,
melalui pelatihan atau observasi.
Dalam pendekatan perilaku ini memandang bahwa
kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan
bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat
seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli
berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti
orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat
akan dapat memimpin secara efektif. Namun demikian,
keefektifan perilaku kepemimpinan ini dipengaruhi oleh
beberapa variabel. Jadi perilaku tidak mutlak menentukan
keberhasilan suatu kepemimpinan.
Konsep perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap
bahwa konsep sifat kepemimpinan tidak mampu menghasilkan
kepemimpinan yang efektif, karena sifat sulit untuk
diidentifikasi. Yulk sebagaimana yang dikutip Marno dkk,

76
menjelaskan bahwa perilaku pemimpin terhadap bawahan ada 4
bentuk perilaku, yaitu:
1. ada yang lebih menekankan pada tugas
2. ada yang lebih mementingkan pada hubungan.
3. ada yang mementingkan kedua-duanya
4. ada yang mengabaikan kedua-duanya.

Ada juga peneliti yang mengatakan bahwa perwujudan perilaku


pemimpin dengan orientasi bawahan:
1. penekanan pada hubungan atasan-bawahan,
2. perhatian pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para
bawahannya
3. menerima perbedaan-perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku yang terdapat dalam diri dari para
bawahan.
Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya.
Penjabaran perilaku pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat
dirinci sebagai berikut:
1. High-high berarti pemimpin tersebut memiliki
hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi juga.
2. High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki
orientasi tugas yang tinggi, tetapi rendah hubungan
terhadap bawahan.
3. Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih
mementingkan hubungan dengan bawahan, dengan sedikit
mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi
yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh
gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan m Low task-low relation,
orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.

77
Analisis kepemimpinan berdasarkan Teori Penerimaan
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan penerimaan
menganggap bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan
mempengaruhi perilaku para bawahan sedemikian rupa sehingga
mereka mau dan mampu dan bahkan menyenangi bertindak
sesuai dengan keinginan dan harapan pimpinan dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi.[8] Agar pimpinan mampu
mempengaruhi perilaku para bawahannya, ia perlu mengenali
karakteristik, kepentingan, kebutuhan, kecenderungan perilaku
dan kemampuan mereka. Melakukan hal tersebut jelas sulit.
Dewasa ini telah umum diterima sebagai kebenaran
ilmiah bahwa manusia adalah makhluk sangat kompleks.
Karena kali ini sengaja dilakukan pembatasan dari materi yaitu
hanya pada berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia
dikaitkan dengan kepemimpinan. Kepentingan tersebut terbagi
atas kepentingan politik, kepentingan ekonomi, dan
kepentingan social
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu
membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan
kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis
dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena
itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk
mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang
menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Teori
kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri
perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya,
dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab
timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama
pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi
kepemimpinan.
Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman

78
sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba melakukan
pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya
dengan situasi yang spesifik.Karena situasi dapat sangat
bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya
hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu
gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik.
Namun, sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yang
paling efektif akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya
Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang
efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler, yang
menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach.Asumsi
sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin
kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan
oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh
berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami
secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus
dipertimbangkan.
1. Aturan Penerimaan
Jika penerimaan dari satu pemecahan oleh para bawahan
adalah penting dan terdapat suatu ketidakpastian tentang akan
diterimanya suatu keputusan otokratik.
2. Aturan Konflik
Jika penerimaan dari suatu pemecahan oleh kelompok
adalah pening dan jika suatu keputusan otokratik tidak akan
diterima, dan jika ada kemungkinan ketidaksetujuan anatara
bawahan yang berusaha memecahkan persoalan, maka gaya
kepemimpinan harus memberikan kesempatan kepada pihak –
pihak yang tidak setuju untuk mengatasi
perbedaan mereka, dan memberikan kepada mereka
pengetahuan selengkapnya dari persoalan.
3. Aturan kewajaran
Jika penerimaan oleh kelompok penting tetapi mutu dari

79
keputusan tdak penting, maka gaya kepemimpinan harus
memberikan peluan kepada bawahan untuk berinteraksi dan
berunding tentang apa pemecahan yang wajar.
4. Aturan prioritas penerimaan
Jika penerimaan dari pemecahan penting, tidak dapat
dipastikan sebagai hasil dari suatu keputusan otokratik, dan jika
bawahan berkemauan untuk mengarah ke tujuan organisasi
dalam mencarai suatu pemechan, maka gaya kepemimpinan
yang diinginkan adalah yang memberikan kesamaan hak kepada
anggota tanpa merugikan mutu pemecahan, karena ini akan
menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari keputusan.
Analisis kepemimpinan berdasarkan Teori Manusia Hebat
(Great Man Theories), teori ini didasarkan pada pemikiran
bahwa pemimpin adalah orang-orang yang luar biasa, lahir
dengan kualitas kepemimpinan dan ditakdirkan untuk menjadi
pemimpin. Teori ini beranggapan bahwa kapasitas
kepemimpinan adalah melekat (inherent), bahwa pemimpin
besar dilahirkan, tidak dibentuk. Teori ini sering
menggambarkan pemimpin besar seperti pahlawan, mistis, dan
naik ke kepemimpinan bila diperlukan. Digunakannya istilah
Great Man karena pada saat itu kepemimpinan dianggap sebagai
kualitas laki-laki, khususnya dalam hal kepemimpinan militer.
Analisis kepemimpinan berdasarkan Teori Sifat (Trait
Theories), teori ini mempelajari atau mengidentifikasi sifat-sifat
atau karakteristik kepribadian atau perilaku tertentu yang
dianggap dimiliki oleh orang-orang besar atau pemimpin besar
kemudian membuat daftar kata-kata sifat yang menjelaskan
beberapa atribut manusia yang positif atau budi luhur, mulai dari
ambisi hingga semangat hidup [Bolden, 2003]. Dalam hal
tertentu, teori ini hampir sama dengan teori Great Man yang
berasumsi bahwa orang mewarisi sifat-sifat tertentu dari sifat-
sifat yang membuat seseorang lebih cocok untuk menjadi

80
pemimpin.
Analisis kepemimpinan berdasarkan Teori Perilaku
(Behavioral Theories), teori ini mendasarkan diri pada
keyakinan bahwa pemimpin Kepemimpinan dibentuk, tidak
dilahirkan. Berakar pada keperilakukan, teori ini berfokus pada
tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental atau kondisi
internal. Berdasarkan teori ini, orang bisa menjadi seorang
pemimpin melalui pengajaran dan observasi.
Analisis kepemimpinan berdasarkan Teori Situasional
(Situational Theories), pendekatan teori ini melihat
kepemimpinan sebagai suatu yang spesifik terhadap suatu situasi
tertentu yang sedang dihadapi. Menurut teori ini para pemimpin
memilih tindakan yang terbaik berdasarkan variabel situasional.
Gaya kepemimpinan akan tidak sama untuk jenis pengambilan
keputusan tertentu. Sebagai contoh, dimana pemimpin
merupakan anggota kelompok yang paling berpengetahuan dan
paling berpengalaman, barangkali penggunaan gaya
kepemimpinan otoriter adalah yang paling cocok, sebaliknya
dimana anggota kelompok terdiri para ahli dan terampil, maka
penggunaan gaya demokratis barang kali yang paling efektif.
Analisis kepemimpinan berdasarkan Teori Kontingensi
(Contingency Theories of Leadership), teori ini memperbaiki
pendekatan situasional dan berfokus pada variabel-variabel
tertentu yang berhubungan dengan lingkungan yang dapat
menentukan gaya kepemimpinan tertentu yang paling cocok
dengan situasi saat itu. Menurut teori ini, tidak ada gaya
kepemimpinan yang terbaik dalam segala situasi. Sukses
kepemimpinan tergantung banyak variabel, termasuk gaya
kepemimpinan, kualitas dari pengikut dan aspek situasi.
Analisis kepemimpinan berdasarkan Teori Transaksional
(Transactional Theories) atau dikenal juga Teori Manajemen
(Management Theories), pendekatan dari teori ini menekankan

81
pada pentingnya hubungan antara pemimpin dan pengikut.
Fokus teori ini pada peran supervisi, organisasi, kinerja
kelompok. Teori ini mendasarkan kepemimpinan pada sistem
imbalan dan hukuman. Dalam praktek bisnis, penerapan teori ini
adalah ketika karyawan berhasil, mereka dihargai, sebaliknya
ketika gagal mereka ditegur atau diberi hukuman.
Analisis kepemimpinan berdasarkan Teori Kepemimpinan
Partisipatif (Paticipative Leadership Theories), teori ini gaya
kepemimpinan dikatakan ideal jika seorang pemimpin
mengambil dan memperhatikan masukan dari pihak lain. Para
pemimpin mendorong anggota kelompok untuk berpartisipasi
dan berkontribusi serta membantu anggota kelompok untuk
merasa lebih diperlukan dan lebih komit terhadap proses
pengambilan keputusan.
Analisis kepemimpinan berdasarkan Teori Transformasional
(Transformational Theories) juga dikenal sebagai Teori
Hubungan, fokus pada hubungan yang terbentuk antara
pemimpin dan pengikut. Konsep utama darai teori ini adalah
perubahan dan peran kepemimpinan dalam membangun dan
mengarahkan visi dan menerapkan transformasi kinerja
organisasi. Pemimpin transformasional memotivasi dan
menginspirasi orang dengan membantu anggota kelompok
melihat lebih penting dan lebih baiknya tugas. Para pemimpin
fokus pada kinerja anggota kelompok, tetapi juga ingin setiap
orang memenuhi potensi dirinya. Pemimpin dengan gaya ini
sering memiliki standar etika dan moral yang tinggi.

82
DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat, Akhmad. 2010. Pengambilan Keputusan di
https://akhmadsudrajat.
wordpress.com/2010/05/16/pengambilan- keputusan/.
Diakses tanggal 2 Desember 2020 pukul 09.43 WIB

Pratiwi, Henny. 2020. Jenis - jenis Keputusan di https://www.


researchgate.net /publication/341767458_Jenis-
jenis_Keputusan. Diakses tanggal 2 Desember 2020 pada
pukul 06.30 WIB

Quipper.2020.di https://www.quipper.com/id/blog/quipper-
campus/campus-life/n-gaya-pengambilan-keputusan/. Di
akses tanggal 2 Desember 2020 pukul 15.43 WIB

Purwanto. 2016. Pengaruh Pengambilan Keputusan yang


efektif bagi Kemajuan organisasi di https:/
/www.kompasiana.com /puterision/58312c288223bd96
293b13de/pengambilan-keputusan-yang-efektif-dalam-
peningkatan-kualitas-organisasi. Diakses tanggal 2
Desember 2020 pukul 09.31 WIB

ADIWILAGA, R. (2018). KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA


(TEORI DAN PRAKTEKNYA). Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Kartono, & Kartini. (2011). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta:


Rajawali Pers.

83

Anda mungkin juga menyukai