Anda di halaman 1dari 152

PEDOMAN

PELAYANAN KLINIS KIA/KB


TAHUN 2016

UPTD PUSKESMAS BUBULAN


JL. RAYA BUBULAN NO. 133 BUBULAN
TAHUN 2016

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat, Hidayah serta Taufik-Nya sehingga kami Pemengang Program
KIA/KB dapat menyusun PedomanPelayanan Klinis KIA/KB ini dengan lancar.
Pedoman Pelayanan KlinisKIA/KB ini merupakan salah satu bagian dari unit
pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas yang bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi, ibu hamil dan ibu nifas serta meningkatkan cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan) baik di desa maupun di
puskesmas itu sendiri.
Dalam menyusun Pedoman Pelayanan Klinis KIA/KB ini tentunya tidak lepas dari
berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. Ratih Wulandari selaku Kepala UPTD Puskesmas Bubulan
2. Dr. Tri Dharma KAP selaku Ketua Tim Akreditasi
3. Rekan-rekan teman sejawat UPTD Puskesmas Bubulan
Dalam menyusun PedomanPelayanan Klinis KIA/KB ini, kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penyusunanPedomanPelayanan
Klinis KIA/KB ini.
Semoga PedomanPelayanan Klinis KIA/KB ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak pada umumnya, dan bagi Puskesmas Bubulan pada khususnya.

Bubulan, Januari 2016

WARIATIN, SST
NIP. 19650202 198703 2 015

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah merupakan salah satu
bagian dari unit pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas yang bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, ibu hamil dan ibu nifas serta
meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatam (bidan) baik
didesa maupun di Puskesmas itu sendiri.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak
tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat
memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau
tindakan yang cepat dalm wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program imunisasi
yang dalam perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).
Program Kesehatan Ibu dan Anak yang telah dilaksanakan selama ini,
bertujuan untuk meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak serta
menurunkan AKI dan AKB, (Dpkes RI, 2003), untuk itu diperlukan upaya
pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk memantapkan
dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara
efektif dan efisien. (Depkes RI, 2003).
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan bebrapa
indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih
tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34
per 1.000 kelahiran hidup, Akn 19 per 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000
kelahiran hidup.
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun
1980-an melalui program Safe Motherhood Initiativeyang mendapat perhatian
besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada akhri
tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan
strategi dan intevensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy
Safer(MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Sejak tahun 1985
pemerintah merancang Child Survival (CS)untuk penurunan AKB. Kedua strategi
tersebut di atas telah sejalan dengan Grand Strategi DEPKES tahun 2004.

3
Kontrasepsi merupakan salah satu kebutuhan hidup sehat, selain makanan
yang sehat, air bersih dan lingkungan yang sehat. Pasangan usia subur yang belum
atau tidak berencana punya anak lagi dan tidak memakai kontrasepsi, termasuk
kelompok “unmeet need” . Mereka , tanpa mereka sadari , masuk ke dalam
kelompok yang beresiko tinggi. Mereka termasuk kelompok dengan angka
kesakitan dan kematian yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang
memakai kontrasepsi.
Angkaunmeet needdi Indonesia pada pertengahan 2010 di perkirakan 9%
atau lebih dari 5 juta pasangan usia subur. Keadaan ini merupakn salah satu
penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)di Indonesia, 228/100.000 kelahiran
hidup. Dalam Milleneum Development Goals (MDGs), Indonesia menargetkan
penurunan AKI menjadi 108/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014.
Salah satu strategi dasar upaya menurunkan AKI adalah semua kehamilan
seyogyanya adalah kehamilan yang direncanakan. Ini berati setiap kehamilan
didahului oleh perencanaan, didahului pemakain kontrasepsi bila belum ingin hamil
dulu. Sekitarnya 98% wanita pasca persalinan, belum ingin hamil dulu dalam waktu
2 tahun. Ini berarti setiap wanita pasca persalinan seyogyanya diberikan
perlindungan dari kehamilan, minimal 2 tahun.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehatmelalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untukmenuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasikesehatan diri dan keluarganya
b. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
c. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki bayi dan anak balita.
d. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga.
e. Peningkatan mutu pelayanan KB dengan memberikan pelayanan sesuai
standart yang telah ditetapkan, oleh tenaga yang terampil dan berkompeten.

4
f. Peningkatan managemen dalam pelayanan KB dengan lebih memperhatikan
pencatatan dan pelaporan dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dapat
dianalisis untuk mengetahui kinerja pelayanan KB.
g. Mengintegrasikan pelayanan KB kedalam Sistem Kesehatan setempat.

C. SASARAN
1. Wanita Usia Subur (WUS)
2. Pasangan Usia Subur (PUS)
3. Ibu Hamil
4. Ibu Bersalin
5. Ibu Menyusui
6. Bayi
7. Anak Balita
8. Anak Pra Sekolah
9. Remaja.

D. RUANG LINGKUP KIA/KB


1. KESEHATAN IBU DAN ANAK
a. Kehamilan
1) Asuhan Antenatal (ANC)
2) Penatalaksanaan Kelainan Pada Kehamilan
a) Hiperemesis Gravidarum
b) Abortus
c) Mola Hidatidosa
d) Kehamilan Ektopik
e) Kehamilan Lewat Waktu (Serotinus)
f) Preeklampsia dan Eklampsia
g) Perdarahan Antepartum
1.Plasenta Previa
2.Solusio Plasenta

b. Persalinan
1) Asuhan Persalinan Normal (APN)
2) Penatalaksanaan Kelainan Pada Persalinan
a) Persalinan Sungsang
b) Persalinan Preterm
c) Distosia
d) Ketuban Pecah Dini

5
e) Amniotomi
f) Episotomi
g) Penjahitan Luka Episotomi
h) Perdarahan Pasca Persalinan
i) Infeksi Intrapatum

c. Nifas dan Penatalaksanaan Kelainan Masa Nifas


1) Asuhan Masa Nifas
2) Manajemen Laktasi
3) Kelainan Masa Nifas
a) Perdarahan Postpartum
b) Infeksi Nifas

d. Asuhan Bayi Baru Lahir


1) Manajemen Bayi Baru Lahir Normal
2) Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir
3) Manajemen Air Ketuban Bercampur Mekonium

2. KELUARGA BERENCANA
a. Kontrasepsi cara sederhana
1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
2) Metode Pantang Berkala / Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
3) Metode Senggama Terputus

b. Kontrasepsi dengan metode efektif :


1) kontrasepsi hormonal
a) Pil KB Menyusui
b) Pil KB kombinasi
c) Suntikan Progestin
d) Implan
2) kontrasepsi non hormonal
a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
b) Kondom
c) AKDR Post Plasenta

6
E. BATASAN OPERASIONAL
1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit KIA KB.
2. Pemeliharaan kesehatan Ibu dari hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi,
anak balita dan anak pra sekolah sampai usia lanjut Imunisasi TT 2 kali pada
bumil
3. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program
KIA, gizi dan perkembangan anak.
4. Pelayanan KB kepada semua PUS, dengan perhatian khusus kepada mereka
yang melahirkan anak berkali-kali karena termasuk golongan ibu beresiko tinggi
(resti).
5. Pelayanan KB Upaya Kesehatan Perorangan
a. Peningkatan pelayanan KB di semua fasilitas pelayanan kesehatan
b. Penanganan kasus Efek Samping di pelayanan kesehatan
c. Penanganan peserta KB Drop Out di pelayanan kesehatan
d. Penanganan Kasus Kegagalan KB di pelayanan kesehatan

7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM laboratorium adalah:
No. Kualifikasi Keterangan
Nama Jabatan
Formal
1. Penanggung jawab D III KEBIDANAN Berserfikikat
program KIA/KB APN, CTU, Manaj.
BBLR, SDIDTK,
MTBS/MTBM
2. Bidan Desa dan Bidan D III KEBIDANAN Berserfikikat
Polindes APN, CTU

B. DISTRIBUSI KETENAGAAAN
Pola pengaturan ketenagaan di program KIA/KByaitu:
1. Dokter Umum : 3 orang
2. Bidan Koordinator : 1 orang
3. Bidan Desa : 5 orang
4. Bidan Dukuh Terpencil : 1 orang

C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal Kegiatan Program KIA/KB di Puskesmas :
1. Pelayanan di poli KIA hari aktif (senin-sabtu) : Bidan Induk
2. Pelayanan di masing-masing desa (ponkesdes) : Bidan Desa
3. Pelayanan di ruang bersalin 24 jam : Bidan Piket

8
BAB III
STANDART FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

KETERANGAN :
1 1. Kursi petugas
6.
2. Meja
2 3. Kursi pasien
4. Kursi pasien
5. Lemari
3 4 dokumen dan
alat
5. 6. Bad
ginekologi
7. Bad
pemeriksaan
ANC.

7.

B. STANDART FASILITAS
1. Fasiitas dan Sarana
Ruang poli KIA puskesmas bubulan berada di sebelah kanan ruang BP dan di
sebelah kiri ruang apotik.
Di ruang KIA terdiri dari : 1 meja, 1 kursi petugas, 2 kursi pasien, 1 bad periksa
ANC, 1 bad periksa gynekologi, dan 1 lemari untuk dokumentasi dan obat.
Fasilitas penunjangruang KIA Puskesmas meliputi:
a. Listrik dengan daya cukup untuk penerangan 60 W sedangkan untuk fasilitas
penunjang laboratorium Puskesmas Perawatan diperlukan penerangan listrik
sebesar 80 W.
b. Air bersih dan cukup, dialirkan lewat pipa dan dilengkapi dengan kran.

2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di KIA mengacu kepada buku pedoman pelayanan
antenatal terpadu dan PWS KIA.
a. Peralatan KIA :
No Jenis Peralatan
I. Set Pemeriksaan Kesehatan Ibu
½ Klem Kocker
Bak Instrumen dengan tutup

9
No Jenis Peralatan
Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup
Doppler
Gunting Benang
Gunting Verband
Korcher Tang
Bak untuk Larutan
Meja Instrumen / Alat
Meja Periksa Ginekologi dan kursi pemeriksa
Palu Refleks
Pen Lancet
Pinset Anatomi Panjang
Pinset Anatomi Pendek
Pinset Bedah
Silinder Korentang Steril
Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Besar
Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Kecil
Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Sedang
Spekulum Vagina (Sims)
Sphygmomanometer Dewasa
Stand Lamp untuk tindakan
Stetoskop Dewasa
Stetoskop Janin/Fetoskop
Sudip Lidah Logam/ Spatula Lidah
Tampon Tang
Tempat Tidur Periksa
Termometer Dewasa
Timbangan Dewasa
Torniket Karet
II. Set Pemeriksaan Kesehatan Anak
Alat Pengukur Panjang Bayi
Flowmeter anak (high flow)
Flowmeter neonatus (low flow)
Lampu periksa
Pengukur lingkar kepala
Pengukur tinggi badan anak
Sphygmomanometer dan manset anak
Timbangan Anak
Timbangan Bayi

III. Set Pelayanan KB


Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup
Implant Kit
IUD Kit
IV. Bahan Habis Pakai
Alkohol
Benang Chromic Catgut
Cairan Desinfektan
Disposable Syringe, 1 cc
Disposable Syringe, 2,5 - 3 cc
Disposable Syringe, 5 cc
Kain Steril
Kapas
Kasa Non Steril
Kasa Steril

10
No Jenis Peralatan
Lidi Kapas Steril
Lubrikan gel
Masker
Sabun tangan atau Antiseptik
Sarung Tangan

V. Perlengkapan
Bantal
Baskom Cuci Tangan
Celemek
Kasur
Kotak Penyimpan Jarum Bekas
Lemari Alat
Lemari Obat
Meteran (untuk mengukur tinggi fundus)
Perlak
Pispot
Pita Pengukur Lila
Sarung Bantal
Selimut
Seprei
Set Tumbuh Kembang Anak
Sikat untuk Membersihkan Peralatan
Tempat Sampah Medis dan Non Medis
Tirai
Toples Kapas / Kasa Steril
Tromol Kasa / Kain Steril
Waskom Bengkok Kecil

VI. Meubelair
Kursi Kerja
Lemari Arsip
Meja Tulis

VII. Pencatatan & Pelaporan


A. KESEHATAN IBU & KB
Buku KIA
Buku Kohort Ibu
Buku Register Ibu
Formulir dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan
pelayanan yang diberikan
Formulir Informed Consent
Formulir Laporan
Formulir Rujukan

B. KESEHATAN ANAK
Bagan Dinding MTBS
Bagan MTBS
Buku Register Bayi
Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Formulir Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Formulir Laporan Kesehatan Bayi
Formulir Pencatatan Bayi Sakit umur kurang dari 2 bulan

11
No Jenis Peralatan
sampai 5 tahun
Formulir Pencatatan Bayi Muda umur kurang dari 2 bulan
Formulir Rekapitulasi Laporan Kesehatan Anak Balita dan
Prasekolah
Formulir Rekapitulasi Laporan Kesehatan Bayi
Register Kohort Anak Balita
Register Kohort Bayi
C. RUANGAN PERSALINAN
I. Set Obstetri & Ginekologi
Bak Instrumen tertutup besar (Obsgyn)
Bak Instrumen tertutup kecil
Bak Instrumen tertutup Medium
Doppler
Gunting Benang
Gunting Episiotomi
Gunting Iris Lengkung
Gunting Operasi Lurus
Gunting Tali Pusat
Korentang
Klem Kocker Lurus
Klem Mosquito Halsted Lengkung
Klem Mosquito Halsted Lurus
Lampu Periksa Halogen
Masker Oksigen + Kanula Nasal Dewasa
Meja Instrumen
Needle
Pelvimeter Obstetrik
Pinset Jaringan (Sirugis)
Pinset Jaringan Semken
Pinset Kasa
Resusitator
Setengah Kocker
Skalpel
Spekulum Cocor Bebek Besar
Spekulum Cocor Bebek Kecil
Standar infus
Stetoskop Dewasa
Tabung Oksigen dan Regulator
Tempat Tidur Periksa
Tempat Tidur untuk Persalinan
Tensimeter Dewasa
Termometer

II. Set Insersi dan Ekstrasksi AKDR


Ekstraktor AKDR
Gunting Benang
Klem kasa Lurus
Klem Penarik Benang AKDR
Sonde Uterus Sims
Tenakulum

III. Set Resusitasi Bayi


Baby Suction Pump portable

12
No Jenis Peralatan
Meja Resusitasi dengan pemanas (Infant radiant Warmer)
Oxygen Concentrator
Penghisap Lendir DeLee (neonatus)

IV. Bahan Habis Pakai


Alkohol
Benang Chromic Catgut
Desinfektan
Gelang Bayi
Infus Set Dewasa
Jarum Jahit
Urine Bag
Kapas
Kateter Folley Dewasa
Kateter intravena 16 G
Kateter intravena 18 G
Kateter intravena 20 G
Pembalut
Pengikat tali pusat (umbilical cord)
Plester
Sabun cair untuk cuci tangan
Sarung tangan
Sarung tangan panjang (Manual Plasenta)
Sarung tangan steril
Spuit disposable (steril) 1 ml
Spuit disposable (steril) 10 ml
Spuit disposable (steril) 3 ml
Spuit disposable (steril) 5 ml

V. Perlengkapan
Lemari Alat
Lemari Obat
Mangkok Iodin
Pengukur Panjang Bayi
Pengukur Tinggi Badan
Timbangan Bayi
Timbangan Dewasa
Bengkok

VI. Meubelair
Kursi Kerja
Lemari Arsip
Meja Tulis

VII. Pencatatan & Pelaporan


Formulir Informed Consent
Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai kebutuhan
pelayanan yang diberikan
Formulir Laporan
Formulir Partograf
Formulir Persalinan/nifas dan KB
Formulir Rujukan
Formulir Surat Kelahiran

13
No Jenis Peralatan
Formulir Surat Kematian
Formulir Surat Keterangan Cuti Bersalin

D. Ruangan Rawat Pasca Persalinan


I. Set Perawatan Pasca Persalinan
Boks Bayi
Standar Infus
Stetoskop Anak
Tabung Oksigen dan Regulator
Tempat Tidur Dewasa
Termometer
Timbangan Bayi

II. Bahan Habis Pakai


Infus Set Dewasa
Urine Bag
Kasa Non Steril
Kasa Steril
Kateter Folley
Kateter intravena 16 G
Kateter intravena 18 G
Kateter intravena 20 G
Sarung Tangan
Sarung Tangan Steril
Spuit disposable 1 ml
Spuit disposable 10 ml
Spuit disposable 3 ml
Spuit disposable 5 ml

III. Perlengkapan
Bantal
Kantong Metode Kanguru
Kasur
Kotak Penyimpan Jarum Bekas
Lemari Obat
Lemari Alat
Lemari Kecil Pasien
Perlak
Sarung Bantal
Selimut Dewasa
Set Tumbuh Kembang Anak
Sikat untuk membersihkan Peralatan
Tempat Sampah Medis dan Non Medis
Toples Kapas/ Kasa Steril

IV. Meubelair
Kursi Kerja
Lemari Arsip
Meja

V. Pencatatan & Pelaporan


Buku Register Pelayanan
Formulir lan sesuai kebutuhan pelayanan
Rekam Medik Pasien

14
No
Nama Alat dan Obat
.
1 Pengukur tinggi badan
2 Timbangan Berat badan
3 Tempat Tidur
4 Bantal
5 Selimut
6 Tensi meter
7 Stetoskop
8 Metlin
9 Doppler (funandoskop)
10 Pite pengukur LILA
11 Kapas
12 Kasa
13 Partus pak
14 Heacting pak
15 Korentang
16 Cucing
17 Bengkok
18 Betadine
19 Air DTT
20 Sterilisator
21 Alat resusitasi
22 Slam sucker
23 Umbilical cord
24 MgSO4
25 Termometer
26 Infant warmer
27 Timbangan Bayi
28 Inkubator
29 Paket perdarahan
30 Tempat sampah medis dan non medis
31 Safety box
32 Spuit
33 Cairan infus
34 Blood set
35 Dower Catheter
36 Urine Bag
37 Oxytocin
38 Metergin
39 Phytomenadion
40 Salep mata
41 Tissu
42 Handschoon
43 Larutan chlorin

b. Peralatan KB
Standart Peralatan

15
NO. NAMA PERALATAN
1 Pengukur Tinggi Badan
2 Timbangan Berat Badan
3 Tempat Tidur Standart
4 Selimut Administrasi
5 Bantal
6
NO. Tensimeter NAMA PERALATAN
7 Stetoskop
81 Cetak Lembar Balik ABPK
Termometer
92 Lembar
Hb Sahli K/I/KB
103 Inform Concent
Tissu
114 Lembar K/IV/KB
Cucing
125 F/II/KB
Bengkok
136 Kohort
IUD Kit KB
14 Implant Kit
15 Spuit 1c/3cc/5cc/10cc
16 Safety Box
17 Tempat sampah Medis dan Non medis

16
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN DAN METODE


1. KESEHATAN IBU DAN ANAK
a. KEHAMILAN
1) Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
2) Penatalaksanaan Kelainan Pada Kehamilan
a) Hiperemesis Gravidarum
b) Abortus
c) Mola Hidatidosa
d) Kehamilan Ektopik
e) Kehamilan Lewat Waktu (Serotinus)
f) Preeklampsia dan Eklampsia
g) Perdarahan Antepartum
1.Plasenta Previa
2.Solusio Plasenta

b. PERSALINAN
1) Asuhan Persalinan Normal (APN)
2) Penatalaksanaan Kelainan Pada Persalinan
a) Persalinan Sungsang
b) Persalinan Preterm
c) Distosia
d) Ketuban Pecah Dini
e) Amniotomi
f) Episotomi
g) Penjahitan Luka Episotomi
h) Perdarahan Pasca Persalinan
i) Infeksi Intrapatum

c. NIFAS DAN PENATALAKSANAAN KELAINAN MASA


NIFAS
1) Asuhan Masa Nifas
2) Manajemen Laktasi
3) Kelainan Masa Nifas
a) Perdarahan Postpartum
b) Infeksi Nifas

17
d. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
1) Manajemen Bayi Baru Lahir Normal
2) Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir
3) Manajemen Air Ketuban Bercampur Mekonium

2. KESEHATAN REPRODUKSI
a. Gangguan haid
b. Keputihan
c. Menopause
d. Pap Smear
e. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
f. Pemeriksaan uterus disfungsional

3. KELUARGA BERENCANA
a. Kontrasepsi cara sederhana
1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
2) Metode Pantang Berkala / Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
3) Metode Senggama Terputus
b. Kontrasepsi dengan metode efektif :
1) kontrasepsi hormonal
a) Pil KB Menyusui
b) Pil KB kombinasi
c) Suntikan Progestin
d) Implan
2) kontrasepsi non hormonal
a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
b) Kondom
c) AKDR Post Plasenta

18
B. LANGKAH PELAYANAN
1. KESEHATAN IBU DAN ANAK
c. KEHAMILAN
1) PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANC)
Pemeriksaan medik dalam pelayanan antenatal meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik diagnostik, pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan
diagnostik penunjang (laboratorium).
a) Anamnesis
Anamnesis adalah pertanyaan terarah yang ditujukan kepada ibu
hamil, untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor resiko yang
dimilikinya. Pelaksanaan pelayanan antenatal perlu mengetahui makna
dan tujuan dari setiap pertanyaan yang diajukannya.
1) Identitas Ibu
Untuk mengidentifikasi (mengenal) penderita dan menentukan
status sosial ekonominya yang harus kita ketahui, misalnya untuk
menentukan anjuran apa atau pengobatan apa yang akan diberikan.
Hal-hal yang diidentifikasi:
a. Nama Ibu
b. Nama Suami
c. Umur Ibu dan suami
d. Pekerjaan Ibu dan suami
e. Agama
f. Alamat Lengkap
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah hal yang berkaitan dengan kehamilan, yang
dirasakan dan di kemukakan ibu kepada pemeriksa.
Tanda-tanda ibu hamilyang sehat:
a. Cukup tenaga dan bersemangat
b. Nafsu makan baik
c. Tidak pusing dan tidak mengalami perubahan penglihatan
d. Tidak mual dan muntah yang berlebihan
e. Tidak merasa panas di saluran kemih ketika buang air kecil
f. Tidak ada gatal-gatal di vagina
g. Tidak ada duh/cairan vagina yang berbau
h. Tidak kesulitan bernafas
i. Tidak ada rasa nyeri pada perut, punggung atau tungkai yang
berlebihan

19
j. Tidak ada perdarahan dari vagina
k. Tidak ada bengkak pada wajah dan ekstremitas
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau
penyakit menular yang dapat mempengaruhi persalinan.
4) RiwayatHaid
a. Menarche
b. Haid teratur atau tidak
c. Siklus haid
d. Lamanya haid
e. Banyaknya darah
f. Sifatnya darah (cair atau berbeku-beku, warnanya, baunya)
g. Haid nyeri atau tidak
h. Hari pertama haid terakhir (HPHT)
5) Riwayat Perkawinan
a. Kawin atau tidak
b. Berapa kali kawin
c. Berapa lama kawin
Kalau orang hamil sesudah lama kawin, nilai anak tentu besar sekali
dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak
mahal).
6) Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Riwayatini sangat mempengaruhi prognosa persalinan dan pimpinan
persalinan.
a. Kehamilan
Adakah gangguan seperti perdarahan, muntah yang sangat,
toxaemia gravidarum
b. Persalinan
Spontan atau buatan, aterm atau prematur, perdarahan, ditolong
oleh siapa (tenaga kesehatan atau dukun)
c. Nifas
Adakah panas atau perdarahan, bagaimana laktasi
d. Anak
Jenis kelamin, hidup atau tidak, kalau meninggal umur berapa
dan sebabnya meninggal, berat badan waktu lahir.
7) Hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan sekarang
a. Gerakan janin
1) Kapan janin mulai bergerak

20
2) Janin masih bergerak atau tidak
b. Obat yang telah didapatkan ibu hamil
Perlu diketahui obat apa yang telah diminum ibu, misalnya tablet
zat besi, multivitamin, atau obat-obatan lain untuk pengobatan
penyakit yang dideritanya. Perlu ditanyakan pula reaksinya
terhadap obat yang diminum.
Ibu hamil perlu minum:
1) Satu tablet zat besi per hari selama paling sedikit 90 hari. Bila
ibu merasa mual, konstipasi atau diare akibat tablet zat besi,
anjurkan untuk meminumnya setelah makan. Sebaiknya
tablet zat besi dimakan bersama buah-buahanyang
mengandung vitamin C, karena akan menambah
penyerapannya. Jangan meminum tablet zat besi bersama
susu, teh, atau kopi, karena akan menghambat
penyerapannya. Tablet zat besi bisa diminum separo pada
pagi hari dan separo pada malam hari untuk mengurangi efek
sampingnya.
2) Bila ia tinggal di daerah endemis malaria: 300 mg klorokuin
( 2 table @150 mg) per minggu sejak kehamilan 3 bulan
sampai 6 minggu setelah persalinan.
Ibu hamil sebaiknya menghindari segala macam obat selama
kehamilan, kecuali bila diresepkan oleh dokter atau bidan.
c. Status suntikan Tetanus Toksoid (TT)
Tanyakan apakah ibu hamil pernah mendapat suntikan TT. Bila
sudah, tanyakan kapan diperolehnya. Ibu hamil yang belum
pernah mendapat TT pada kehamilan sebelumnya atau pada
waktu akan menjadi pengantin, maka perlu mendapat dua kali
suntikan TT dengan jarak minimal satu bulan. TT yang pertama
diberikan pada kunjungan antenatal yang pertama. Bila sudah
pernah, maka cukup diberikan sekali selama kehamilan.
Jelaskan kepada ibu bahwa suntikan TT melindungi ibu dan
bayinya dari penyakit tetanus.
d. Keluhan yang berkaitan dengan perkembangan kehamilan
Pertanyaan yang diajukan pada kehamilan muda berbeda
dengan pertanyaan pada kehamilan yang lebih lanjut. Kalau
kehamilan masih muda adalah mual, muntah, sakit kepala,
perdarahan. Kalau kehamilan sudah tua adalah bengkak di kaki
atau muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang, dll.

21
e. Keadaan patologis
Pertanyaan yang harus diajukan adalah gejala komplikasi
obstetrik langsung, yaitu perdarahan melalui jalan lahir,
preeklampsia/eklampsia, dan keluar cairan ketuban sebelum
waktunya. Keadaan tersebut merupakan ancaman utama untuk
kematian ibu, karena merupakan komplikasi berat.
f. Keadaan non-obstetrik yang mempengaruhi kehamilan
Pertanyaan yang diajukan adalah :
1) Keadaan yang dialami selama hamil
2) Cidera berat yang pernah dialami selama hamil

b) Pemeriksaan
Pemeriksaan berguna untuk mengetahui keadaan ibu dan janin, serta
perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya.
Peralatan dan obat untuk pemeriksaan antenatal:
 Sabun dan air mengalir untuk mencuci tangan
 Kartu pencatatan hasil pemeriksaan (register kohort ibu, kartu ibu dan
buku KIA)
 Diagram untuk menghitung usia kehamilan
 Timbangan dewasa
 Pengukur tinggi badan
 Tensimeter, Termometer
 Stetoskop
 Doppler/fonendoskop
 Palu refleks
 Pita pengukur LILA
 Meteran untuk mengukur tinggi fundus uteri
 Tablet zat besi
 Alat pemeriksaan Hb
 Vaksin TT, Spuit
 Sarung tangan, Bengkok
 Bengkok, kapas alkohol, gel
 Surat rujukan
1) Pemeriksaan Fisik Diagnostik
Hal-hal yang diperiksa:
a. Bagaimana keadaan umum penderita, keadaan gizi, kelainan bentuk
badan, kesadaran

22
b. Berat Badan, Lingkar Lengan Atas (LILA), Tinggi Badan dan Refleks
1) Berat Badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan tiap bulan untuk mendeteksi adanya gangguan
pertumbuhan janin. Berat badan ibu selama kehamilan harus
bertambah. Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata
0.3–0.5 kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan,
kenaikan berat badan selama hamil muda ±1 kg, selanjutnya tiap
trimester (II dan III) masing-masing bertambah bertambah 5 kg.
Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12
kg. Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu
dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidramnion,
anak besar).
2) Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakuakn pada kontak pertama untuk
skreening ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). LILA
kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi ibu
yang kurang/buruk, sehingga ia berisiko untuk melahirkan BBLR.
Dengan demikian bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan,
petugas dapat memotivasi ibu agar ia lebih memperhatikan
kesehatannya serta jumlah dan kualitas makanannya. Cara
mengukur LILA sebagai berikut:
 Ukur panjang lengan atas kiri dari tonjolan tulang bahu
(akromion) sampai siku, tandai pertengahannya.
 Ukur lingkar lengan atas pada pertengahannya tersebut.
3) Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata (pendek) merupakan faktor
risiko untuk ibu hamil/bersalin. Diperkirakan bila tinggi badan ibu
kurang dari 145 cm, mungkin panggulnya sempit.
4) Refleks patella
Terutama refleks lutut. Refleks lutut negatif pada hypovitaminose
B1 dan penyakit urat saraf.
Prosedur pemeriksaan:
a) Mempersilahkan ibu duduk pada tempat yang disediakan
dengan posisi mengggantung secara santai.
b) Membebaskan lutut dari pakaian yang menutupinya.
c) Mengalihkan perhatian ibu dengan pembicaraan yang
membuat ibu merasa tertarik.

23
d) Mengetukkkan palu refleks tepat pada tendon patela secara
perlahan dan pasti.
e) Mengamati reaksi refleks.
f) Memepersilahkan ibu duduk di tempat yang aman.
g) Mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu
c. Tekanan Darah, Nadi, frekuensi Pernafasan dan Suhu Tubuh
1) Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah
≥140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi
disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinurine). Tekanan darah tinggi dalam kehamilan merupakan
risiko. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau
lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat
berlanjut menjadi preeklampsia dan eklampsia kalau tidak
ditangani dengan tepat.
2) Nadi
Nadi yang normal adalah sekitar 80/menit. Bila nadi lebih dari 120
x/menit, maka hal ini menunjukkan adanya kelainan.
3) Frekuensi pernafasan
Sesak nafas ditandai oleh frekuensi pernafasan yang meningkat
dan kesulitan bernafas dan rasa lelah. Bila hal ini timbul setelah
melakukan kerja fisik (berjalan, tugas sehari-hari), maka
kemungkinan terdapat penyakit jantung
4) Suhu tubuh
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5ºC dikatakan demam, berarti
ada infeksi dalam kehamilan. Hal ini merupakan penambahan
beban bagi ibu dan harus dicari penyebabnya.
d. Adanya Cacat Tubuh
Cacat tubuh, misalnya cacat tulang belakang yang berpengaruh
terhadap kehamilan/persalinan, seperti kifosis, lordosis, dan skoliosis,
perlu diperhatikan karena mungkin menyebabkab gangguan
pertumbuhan janin atau kesulitan dalam persalinan.Semua
penyimpangan dari keadaan normal perlu ditangani segera dengan
tepat, bila perlu dirujuk ke tempat rujukan yang lebih tinggi.

24
2) Pemeriksaan Obstetrik (Kebidanan)
I. Pemeriksaan Luar
a. Inspeksi (periksa pandang)
1) Muka
Adanya chloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau
merah, adakah oedema pada muka, bagaimana keadaan lidah,
gigi.
2) Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit
ajntung), apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfa
membengkak.
3) Dada
Bentuk payudara, pigmentasi puting susu, keadaan puting susu,
apakah kolostrum sudah keluar.
4) Perut
Perut membesar ke depan atau ke samping , keadaan pusat,
pigmentasi di linea alba, nampak kah gerakan anak atau kontraksi
rahim, adakah strie gravidarum atau bekas luka.
5) Vulva
Keadaan perineum, carilah varises, tanda chadwick,
condylomalata atau bekas luka.
6) Ekstremitas
Varises, oedem, luka sikatrik pada lipat paha.

b. Palpasi (periksa raba)


Untuk menentukan:
 Besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya kehamilan
 Menentukan letak anak dalam rahim (bagian apa yang terdapat
pada fundus)
Selain dari pada itu selalu juga harus diraba apakah ada tumor-
tumor lain dalam rongga perut, cysta, myoma, limpa yang
membesar.

Cara palpasi adalah menurut leopold yang terdiri atas :


1) Leopold I
a) Kaki pasien ditekuk pada lutut dan lipat paha
b) Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita, dan melihat ke
arah muka penderita

25
c) Rahim dibawa ke tengah
d) Tinggi fundus uteri ditentukan
e) Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus

Sifat kepala adalah keras, bundar dan melenting


Sifat bokong adalah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting
Pada letak lintang fundus uteri kosong

Penentuan Tinggi Fundus Uteri berdasarkan usia kehamilan


dalam minggu
No. Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
1. Sebelum Bulan ke-III Fundus Uteri belum dapat diraba
dari luar
2. Akhir Bulan III (12 1 -2 jari atas symphysis
minggu)
3. Akhir Bulan IV (16 Pertengahan antara symphysis-
minggu) pusat
4. Akhir Bulan V (20 minggu) 3 jari bawah pusat (20 cm)
5. Akhir Bulan VI (24 Setinggi pusat (23 cm)
minggu)
6. Akhir Bulan VII (28 3 jari atas pusat (26 cm)
minggu)
7. Akhir Bulan VIII (32 Pertengahan proc. Xypoideus –
minggu) pusat (30 cm)
8. Akhir Bulan IX (36 3 jari bawah proc. Xypoideus (33
minggu) cm)
9. Akhir Bulan X (40 minggu) Pertengahan proc. Xypoideus –
pusat

Hubungan antara Tinggi Fundus Uteri dan tuanya kehamilan


Rumus :
Tinggi fundus uteri dalam cm = tuanya kehamilan dalam bulan
3,5 cm

26
2) Leopold II
Untuk menentukan dimana letak punggung anak dan dimana
letak bagian-bagian kecil
Langkah:
a) Kedua tangan petugas pindah ke samping perut ibu
b) Tentukan dimana punggung anak
Punggung anak terdapat di pihak yang memberikan rintangan
yang terbesar, carilah bagian-bagian kecil, yang biasanya
terletak bertentangan dengan pihak yang memberi rintangan
yang terbesar
c) Kadang-kadang di samping terdapat kepala atau bokong ialah
pada letak lintang.

3) Leopold III
Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan
apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum masuk pintu
atas panggul
Langkah:
a) Menggunakan satu tangan saja
b) Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya
c) Cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan

4) Leopold IV

27
Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa
masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
Langkah:
a) Pemeriksa berubah posisinyayaitu melihat ke arah kaki si
penderita
b) Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian
bawah
c) Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk pintu atas
panggul dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul
d) Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian
terbawah dari kepala yang masih teraba dari luar dan :
 Kedua tangan convergent, hanya bagian kecil dari kepala
turun ke dalam rongga
 Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala
masuk ke dalam rongga panggul
 Jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar dari
kepala masuk ke dalam rongga panggul dan ukuran terbesar
dari kepala sudah melewati pintu atas panggul

c. Auskultasi (periksa dengar)


Dilakukan dengan doppler atau funandoscope.
1) Bunyi Jantung Janin
Baru dapat didengar pada akhir bulan ke-V, walaupun dengan
ultrasound sudah dapat didengar pada akhir bulan ke-III.
Frekuensinya lebih cepat dari bunyi jantung orang dewasa
ialah antara 120-140/menit.
Apa yang dapat diketahui dari bunyi jantung janin:
a) Dari adanya bunyi jantung janin
 Tanda pasti kehamilan
 Anak hidup
b) Dari tempat bunyi jantung janin terdengar

28
 Presentasi anak
 Posisi anak (kedudukan punggung)
 Sikap anak (habitus)
 Adanya anak kembar

c) Dari sifat bunyi jantung anak


Untuk mengetahui keadaan anak. Anak yang dalam keadaan
sehat bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya antara 120-
160/menit.
2) Cara menghitung bunyi jantung ialah dengan mendengarkan 3x5
detik. Kemudian jumlah bunyi jantung dalam 3x5 detik dikalikan
dengan 4.

II. Pemeriksaan Panggul


Keadaan panggul terutama penting pada primigravida, karena
panggulnya belum pernah diuji dalam persalinan.
a. Pemeriksaan Panggul Luar
1) Distantia Spinarum
Jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan kanan (23-
26cm)
2) Distantia Cristarum
Jarak yang terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri ( 26-29cm)
3) Conjugata Externa (Baudeloque)
Jarak antara pinggir atas symphysis dan ujung processus
spinosus ruas tulang lumbal ke-V (18-20cm)
4) Lingkar Panggul
Dari pinggir atas symphysis ke pertengahan antara spina iliaca
anterior superior dan trochanter mayor sepihak dan kembali
melalui tempat-tempat yang sama di pihak yang lain (80-90cm)
b. Pemeriksaan panggul Dalam
Pemeriksaan panggul biasanya diukur sekali dalam kehamilan ialah
dengan vaginal toucher. Dilakukan pada kehamilan 8 bulan. Yang
diperiksa adalah:
1) Conjugata diagonalis
2) Apakah linea inominata teraba seluruhnya atau hanya sebagian
3) Keadaan sacrum apakah konkav dalam arah atas bawah dan dari
kiri ke kanan
4) Keadaan dinding samping panggul apakah lurus atau convergent

29
5) Apakah spinae ischiadicae menonjol
6) Keadaan os pubis: lebih dari 90 derajat atau tidak

III. Pemeriksaan Tambahan


a. Pemeriksaan Rontgendan ultrasonografi (USG)
b. Pemeriksaan Biologis
c. Pemeriksaan sitologis

IV. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan ini untuk menetukan kadar hemoglobin, dan derajat
anemia (bila ada), cara pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb)
b. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya protein dan glukosa
(reduksi) dalam urine
c. Lain-lain bila diperlukan

d. Diagnosis
Setelah pemeriksaan selesai kita tentukan diagnosa. Akan tetapi pada
pemeriksaan kehamilan tidak cukup kita membuat diagnosa kehamilan saja,
tetapi kita harus adapat menjawab pertanyaan sebagai berikut:
1. Hamil atau tidak
2. Primi atau multigravida
3. Tuanya kehamilan
4. Anak hidup atau mati
5. Anak tunggal atau kembar
6. Letak anak
7. Anak intrauterine atau extrauterine
8. Kedaan jalan lahir
9. Keadaan umum penderita
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisikdiagnostik, obstetrik
dan diagnostik penunjang. Diagnosis ditulis secara singkat, berupa kesimpulan
pemeriksaan kehamilan, yaitu sebagai berikut:

G… P… A…

Ket :

30
G : Gravida berapa
P : Parapartus berapa kali
A : Abortus berapa kali

Penulisan Diagnosis :

Gravida …. Usia kehamilan (berapa minggu) … letak


janin (jelaskan)

e. Prognosa
1. Setelah pemeriksaan selesai maka atas dasar pemeriksaan harus dapat kita
membuat prognosa atau ramalan persalinan, artinya kita berusaha
meramalkan apakah persalinan kira-kira akan berjalan dengan biasa atau
sulit dan berbahaya.
2. Ramalan ini perlu untuk menentukan apakah penderita perlu dirujuk atau
tidak.

f. Tata Laksana Kasus


Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau
diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan normal
dan keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.
Tujuan dari terapi pada wanita hamil ialah untuk mencapai taraf kesehatan
yang setinggi-tingginya dalam kehamilan dan menjelang persalinan. Yang paling
sering memerlukan pengobatan dan atau perawatan ialah:
1. Anemia
2. Penyakit defisiensi lainnya seperti hypovitaminose
3. Hypremesis gravidarum
4. Perdarahan dalam kehamilan
5. Pre Eklampsia
6. Eklampsia
7. Kelainan letak
8. Toxaemia gravidarum
9. Kegelisahan menjelang persalinan

g. Temu Wicara (Konseling)


Konseling merupakan bagian dari pelayanan antenatal yang diberikan sejak
kontak pertama untuk membantu ibu hamildalam mengatasi masalahnya. Cara

31
menjaga kehamilan agar tetap sehat sedapat mungkin dijelaskan kepada ibu
segera setelah kehamilannya diketahui. Semakin dini ibu menerapkan perilaku
hidup sehatnya, maka semakin besar kemungkiannnya untuk meperoleh ibu dan
bayi yang sehat pada waktu persalinan. Informasi tentang:
1. Kehamilan dan persalinan
2. Pentingnya perawatan diri selama hamil
3. Keuntungan pemberian ASI pada bayinya kelak
4. Persiapan untuk persalinan
5. Persiapan untuk bayi baru lahir
6. Pengaturan untuk transportasi bila terjadi keadaan darurat ibu/bayi
7. Cara KB sesudah melahirkan

h. Pemeriksaan Kehamilan Ulang


1. 1x dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan
2. 2x sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan
3. Setiap minggu sampai kehamilan cukup bulan
Bila ditemukan kelainan, ibu perlu mendapat intervensi (perlakukan khusus).
Pertanyaan yang diajukan pada kunjungan antenatal ulang adalah sebagai
berikut:
1. Perkembangan keluhan yang lalu
2. Keadaan umum
3. Adanya tanda bahaya:
a. Perdarahan
b. Nyeri kepala hebat atau berulang
c. Gangguan penglihatan
d. Bengkak pada tangan kaki atau wajah
e. Nyeri hebat pada ulu hati
f. Janin tidak banyak bergerak seperti biasanya
g. Nyeri pada waktu buang air kecil
h. Mudah merasa lelah
i. Mual dan muntah yang berlebihan
j. Keputihan atau gatal-gatal di vulva yang tidak biasa dll.

i. Dokumentasi
1. Pencatatan
Pencatatan pelayanan antenatal yaitu:

32
a. Kartu ibu atau rekam medis lainnya yang disimpan oleh pelaksana
pelayanan KIA, untuk pencatatan lengkap hasil pelayanan antenatal,
pertolongan persalinan, dan pelayanan masa nifas untuk tiap ibu hamil
b. Register kohort ibu, disimpan oleh pelaksana pelayanan KIA, untuk
registrasi dan rekapitulasi hasil pemeriksaan tiap ibu hamil
c. Buku KIA, diberikan kepada setiap ibu hamil yang telah memeriksakan
diri. Buku KIA diisi oleh pelaksana pelayanan KIA, untuk dibawa setiap
kali memeriksakan kehamilan, berisi hasil pelayanan antenatal yang
pernah diperoleh ibu.
Formulir harus diisi lengkap setiap kali selesai memeriksa. Dokumen ini
disimpan dan dijaga dengan baik karena akan digunakan pada kunjungan
berikutnya. Pada keadaan tertentu dokumen ini diperlukan untuk kegiatan
audit medik.

2. PELAPORAN
Pelaporan pemeriksaan antenatal menggunakan formulir pelaporan yang
sudah ada yaitu:
a. PWS KIA
b. LB3 KIA

33
2) PENATALAKSANAAN KELAINAN PADA KEHAMILAN
a) HIPEREMESIS GRAVIDARUM
 Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan
sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum
menjadi buruk.
 Etiologi
1. Meningkatnya kadar hormone estrogen dan HCG dalam
serum
2. Faktor psikologis
3. Faktor predisposisi (primigravida, mola hidatidosa, hamil
kembar)
4. Masuknya villi chorealis pada sirkulasi maternal
 Patofisiologi
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga
dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan dieresis
menurun. Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan menurun untuk
memberikan nutrisi dan mengkonsumsi O2.
Oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolisme
menuju kearah anaerobic yang menimbulkan bend keton dan
asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan
perubahan elektrolit sehingga PH darah menjadi lebih tinggi.
Hiperemesis gravidarum dapat mengganggu tumbuh
kembang janin intrauterine
 Manifestasi Klinis
1. Tingkat I: muntah terus menerus dan mempengaruhi keadaan
penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat
badan menurun dan perut merasa nyeri pada epigastrium,.
Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata
cekung.
2. Tingkat II: perderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit
lebih mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi
kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit
ikterus. Berat badan turun dan mata sedikit cekung, tensi
turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat
tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

34
3. Tingkat III: keadaan umum lebih parah, muntah berhenti,
kesadaran menurun dari somnolen menjadi koma, nadi kecil
dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi
fatal terjadi pada susunaan saraf yang dikenal sebagai
ensefalopati Wernick.
 Diganosis
Dari anamnesis didapatkan amenore, tanda kehamilan mua dan
muntah terus menerus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan pasien lemah, apatis sampai koma, nadi meningkat
sampai 100 kali per menit, suhu meningkat, tekanan darah turun,
atau ada tanda dehidrasi lain. Pada pemeriksaan elektrolit darah
ditemukan kadar natrium dan klorida turun. Pada pemeriksaan
urin kadar klorida turun dan dapat ditemukan keton.
 Pencegahan
1. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses fisologis
2. Makan sedikit demi sedikit tapi sering. Berikan makanan
selingan seperti biskuit, roti kering dan teh hangat saat
bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan brminyak
dan berbau. Makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau
sangat dingin.
3. Defekasi teratur
 Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan,
yaitu:
1. Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah
dengan pertukaran udara yang baik. Kalori diberikan seara
parenteral dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis
sebanyak 2-3 liter sehari
2. Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan
3. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan
umum berambah baik, coba berikan minuman dan makanan
yang sedikit demi sedikit ditambah
4. Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital
5. Dianjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan
6. Pada keadaan lebih berat berikan antiemetik seperti
metoklopramid, disiklomin hidroklorida atau klorpromazin

35
7. Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien
penyakitnya bisa disembuhkan serta menghilangkan rasa
takut hamil dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.
Bila pengobatan tidak berhasil, bahkan gejala makin berat hingga
timbul ikterus, delirium-koma, takikardi, anuria, dan perdarahan
retina, pertimbangkan abortus terapeutik

b) ABORTUS
 Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada
usia kehamilan kurag dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram
 Etiologi
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis
karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat,
keracunan dan toksoplasmosis
4. Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk
abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri,
dan kelainan bawaan uterus
 Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan
hasil konsepsi
4. Rasa mulas dan kram perut di daerah atas simfisis, sering
disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi:
a. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari
ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium

36
c. Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri
 Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahan 2-3
minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan doppler untuk menetukan apakah janin masih
hidup
 Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi
dapat terjadi kelainan pmbekuan darah
 Diagnosis
1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan
kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks
yang meningkat
2. Abortus insipins, bila perdarahan diikuti dengan dilatasi
serviks
3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagan jaringan janin
dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkompit disertai infeksi
genetalia disebut abortus infeksiosa
4. Abortus komplit, bila selurih jaringan janin sudah keluar dari
uterus
5. Missed abortion, kematian janin kurang dari 20 mingg, tetapi
tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih
 Penatalaksanaan
1. Abortus Iminens
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
rangsang mekanik berkurang
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila
pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas
c. Ts kehamilan dapat dilakukan. Bila negatf, mungkn janin
sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah
janin masih hidup

37
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
Berikan peparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 –
1000 mg
e. Diet tinggi protein dan vitamin C
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan
antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih
mengeluarkan cairan coklat
2. Abortus insipiens
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus
spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan
diberikan morfin
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya
disertai perdarahan rujuk ke rumah sakit untuk
pengosongan uterus memakia kuret vakum atau cunam
abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam.
Suntikkan ergometrin 0,5 mg IM
3. Abortus inkomplit
a. Bila disertai stok karena perdarahan, berikan infus cairan
NaCl fisiologis atau ringer laktat
b. Baringkan ibu sisi kiri
c. Segera lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang
memiliki kemapuan penanganan abortus inkomplit
4. Abortus komplit
a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet
selama 3 samapi 5 hari
b. Bila pasien anemia, beriakn sulfas ferosus atau rujuk
untuk transfusi darah
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin, dan mineral
5. Missed abortion
Rujuk pasien ke rumah sakit
6. Abortus septik
Rujuk pasien ke rumah sakit

c) MOLA HIDATIDOSA
 Pengertian
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir
seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidrofik

38
 Manifestasi klinis
1. Amenore dan tanda-taanda kehamilan
2. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung
berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang gelembung
mola
3. Pembesaran uterus lebih besar dari usia khamilan
4. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak
terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi
pusar atau lebih
5. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan
24 minggu
 Diagnosis
1. Anamnesis: perdarahan pervaginam/gambaran mola, gejala
toksemia pada trimester I-II, hipremesis gravidarum, gejala
tirotoksikosis, dan gejala emboli paru
2. Pemeriksaan fisik: uterus lebih besar dari usia kehamilan,
kista lutein, balotemen negatif, denyut jantung janin negatif
 Diagnosis banding
Kehamilan dengan mioma, abortus, hidramnion, dan gemei
 Penatalaksanaan
1. Perbaiki keadaan umum
2. Rujuk pasien ke rumah sakit yang mempunyai kemapuan
penanganan mola hdatidosa

d) KEHAMILAN EKTOPIK
 Pengertian
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil
konsepsi di luar endometrium kavum uteri
 Etiologi
1. Faktor tuba, yaitu salpingitis, perlekatan tuba, kelainan
kongenital tuba, pemberdahan sebelumnya, endometriosis,
tumor yang mengubah bentuk tuba, dan kehamilan ektopik
sebelumnya
2. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom dan malformasi
3. Faktor ovarium, yaitu migrasi luar ovum (perjalanan ovum dari
ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya), pembesaran
ovarium, dan unextruded ovum

39
4. Penggunaan hormon eksogen (estrogen) seperti pada
kontrasepsi oral
5. Faktor lain, antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD
 Manifestasi klinis
1. Amenore
2. Gejala kehamilan muda
3. Nyeri perut bagian bawah. Pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-
tiba dan hebat, menyebabkan penderita pingsan sampai
syok. Pda abortus tuba nyeri mula-mula pada satu sisi
menjalar ke tempat lain. Bila darah sampai ke diafragma bisa
menyebabkan nyeri bahu. Dan bila terjadi hematokel
retrouterina terdapat nyeri defekasi
4. Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua
5. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks
digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglasi
menonjol karena ada bekuan darah.
 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium: kadar hemoglobin, leukosit, tes
kehamilan bila baru terganggu
2. Dilatasi kuretase
3. Kuldosentesis, yaitu suatu cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah di dalam kavum Douglasi terdapat darah.
Teknik kuldosentesis :
a. Baringkan pasien dalam poisi litotomi
b. Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptik
c. Pasang spekulum dan jepit bibir belakang porsio dengan
cunam serviks, lakukan traksi ke depan sehingga forniks
posterior tampak
d. Suntikkan jarum spinal no. 18 ke kavum Douglasi dan
lakukan pengisapan dengan semprit 10 ml
e. Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah
darahnya berwarna coklat sampai hitam yang tidak
membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan
tanda hematokel retrouterina
4. Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan
kantong gestasi di luar uterus
5. Laparoskopi atau laparatomi sebagai pendekatan diagnosis
terakhir

40
 Diagnosis
Penegakkan diagnosis pada kehamilan ektopik belum terganggu
sulit sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang untuk
mendiagnosis, yaitu USG, laparoskopi atau kuldoskopi.
Penegakkan diagnosis pada kehamilan ektopik terganggu dapat
didapatkan dari:
1. Anamnesis: amenore dan kadang terdapat tanda hamil muda,
nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dan
perdarahan pervaginam setelah nyeri perut bagian bawah
2. Pemeriksaan umum: penderita tampak kesakitan dan pucat;
pada perdarahan dalam rongga perut dapat ditemukan tanda-
tanda syok
3. Pemeriksaan ginekologi: ditemukan tanda-tanda kehamilan
muda, rasa nyeri pada pergerakkan serviks; uterus dapat
teraba agak membesar dan kadang teraba tumor di
pergerakkan serviks; uterus dapat teraba agak membesar
dan kadang teraba tumor di smaping uterus dengan batas
yang sukar ditentukan; kavum Douglasi menonjol, berisi
darah dan nyeri bila diraba
4. Pemeriksaan laboratorium: hemoglobin menurun setelah 24
jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat
 Diagnosis banding
Infeksi pelvik, abortus iminens atau insipiens, kista ovarium,
ruptur korpus luteum, kista folikel, dan apenisitis
 Penatalaksanaan
Pasien dirujuk ke rumah sakit.

e) KEHAMILAN LEWAT WAKTU (SEROTINUS)


 Pengertian
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari
atau 42 minggu lengkap. Diagnosis usia kehamilan lebih dari 42
minggu didapatkan dari perhitungan usia kehamilan, seperti
rumus Naegele atau dengan tinggi fundus uteri serial
 Etiologi
Tidak timbulnya his karena kurangnya air ketuban, insufisiensi
plasenta, dan kerentanan akan stres

41
 Manifestasi klinis
1. Kelainan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin
yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit
atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali/20 menit
2. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang
terbagi menjadi:
a. Stadium I. Kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi
maserasi sehingga kulit kering, rapuh dan mudah
mengelupas
b. Stadium II. Seperti stadium I diserti pewarnaan mekonium
(kehijauan) di kulit
c. Stadium III. Seperti stadium I disertai pewarnaan
kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
 Pemeriksaan penunjang
1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat
maturitas plasenta
2. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau
amniotomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau tidak
dan tes tekanan oksitosin)
4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik >
20%
 Penatalaksanaan
Bila keadaan janin baik :
Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai
gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian. Bila hasil
positif, segera lakukan rujukan untuk seksio sesaria dan induksi
persalinan

42
f) PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
 Pengertian
Pre eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi
edema dan protein usia yang timbul karena kehamilan dan
umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 kehamilan (Sarwono,
2002:282).
Pre eklampsia ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu
atau segera setelah persalinan (Mansjoer Arif, 2000:270).
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau
lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih.
Preeklampsia adalah patologi kehamilan yang ditandai
dengan TRIAS hipertensi, edemadan proteinuria yang terjadi
setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera
setelahpersalinan.
Eklampsia adalah kejang atau koma yang menyertai
keadaan preeklampsia
 Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Segera identifikasi kondisi gawatdaruat Preeklampsia
Berat/Eklampsia
b. Jika pasien tidak bernafas:
1) Bebaskan jalan nafas
2) Berikan O2 dengan sungkup
3) Lakukan intubasi jika diperluan
c. Jika pasien kehilangan kesadaran / koma:
1) Baringkan pada satu sisi dan pastikan jalan nafas
tidak tersumbat
2) Ukur suhu
3) Periksa apakan ada kaku kuduk
d. Jika pasien syok: penanganan syok
e. Jika terdapat perdarahan: penanganan perdarahan
f. Jika pasien kejang (Eklampsia)
1) Baringkan pada satu sisi, kepala ditinggikan untuk
mencegah aspirasi
2) Bebaskan jalan nafas

43
3) Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya
lidah
4) Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dari tempat
tidur

2. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan


DIAGNOSIS TEKANAN DARAH TANDA LAIN
Hipertensi Tekanan diastolik ≥ 90 Proteinuria (-)
gestasional mmHg atau kenaikan 15 Kehamilan > 20
mmHg dalam 2 minggu
pengukuran berjarak 1
jam

Preeklampsia Tekanan diastolik ≥ 90 Proteinuria 1+


ringan mmHg atau kenaikan 15
mmHg dalam 2
pengukuran berjarak 1
jam

Preeklampsia berat Tekanan diastolik > 110 Proteinuria 2+


mmHg Oliguria,
Hiperrefleksia,
Gangguan
penglihatan, Nyeri
epigastrium
Eklampsia Hipertensi Kejang

Hipertensi kronik Hipertensi Kehamilan < 20


Superimposed Hipertensi kronik minggu
preeklampsia Proteinuria dan tanda
lain dari preeklampsia

3. Penilaian Klinik

44
TEKANAN DARAH

MENINGKAT NORMAL
(TD ≥ 140/90 mmHg)

Gejala/tanda lain Gejala/tanda lain

Kejang Kejang Nyeri kepala


Nyeri kepala Trismus
Riwayat Nyeri kepala Gangguan
dan/atau Gangguan Spasme
kejang (+) Kaku kuduk penglihatan
penglihatan otot
Demam (-) (-) Munta
dan/atau muka
Kaku kuduk Disorientasi Riwayat
Hiperrefleksia
(-) gejala serupa
dan/atau Proteinuria
dan/atau koma

EPILEPSI MALARIA TETANUS MIGRAINE


SEREBRAL
MENINGITIS
ENSEFALITIS

Hamil < 20 minggu Hamil > 20 minggu

Hipertensi Superimposed
kronik preeclampsia Kejang (-) Kejang (+)

Hipertensi Preeklampsia Preeklampsia Eklampsia


kronik ringan berat

4. Hipertensi Yang Disebabkan Oleh Kehamilan (HDK)


a. Lebih sering terjadi pada primigravida. Gejala patologik timbul sejak implantasi,
terjadi iskemia plasenta yang diikuti dengan sindroma inflamasi.
b. Risiko meningkat pada:

45
1) Massa plasenta besar (gemelli, penyakit trofoblast)
2) Hidramnion
3) Diabetes melitus
4) Isoimunisasi rhesus
5) Faktor herediter
6) Autoimun: Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
c. Hipertensi karena kehamilan:
1) Hipertensi tanpa proteinuria atau edema
2) Preeklampsia ringan
3) Preeklampsia berat/Eklampsia
d. Hipertensi oleh kehamilan/preeklampsia ringan sering tanpa disertai gejala
khusus, kecuali hipertensi. Prognosis menjadi buruk bila ada proteinuria. Edema
bukan tanda khusus preeklampsia.
e. Preeklampsia berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut:
1) Tekanan darah diatolik . 110 mmHg
2) Proteinuria ≥ 2+
3) Oliguria < 400 ml per 24 jam
4) Edema paru: nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi
5) Nyeri daerah epigastrium atau kuadran tas kanan perut
6) Gangguan penglihatan: skotoma atau penglihatan yang berkabut
7) Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetika biasa
8) Hiperrefleksia
9) Mata: spame arteriolar, edema, ablasio retina
10)Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminata (DIC), sindroma HELLP
11)Pertumbuhan janin terhambat
12)Otak : edema serebri
13)Jantung: gagal jantung
f. Eklampsia didahului oleh gejala preeklampsia berat dan kejang
1) Kejang tidak tergantung dari berat-ringannya hiprtensi
2) Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsy grand mal
3) Setelah kejang diikuti dengan koma dan dapat berlangsung lama (beberapa
jam)

5. Hipertensi Kronik
a. Hipertensi kronik dideteksi sebelum usia kehamilan 20 minggu
b. Superimposed preeclampsia adalah hipertensi kronik dan preeklampsia

6. Diagnosis Banding

46
a. Hipertensi kronik
Jika tidak ada data tentang tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu maka
sulit untuk membedakan preeklmpsia dengan hipertensi kronik. Kesepakatan
tatalaksana hal tersebut adalah dikelola sebagai hipertensi karena kehamilan.
b. Proteinuria
1) Bedakan dengan protein dari sekret vagina, darah dalam urine dan cairan
amnion
2) Infeksi kandung kemi, anemia berat, payah jantung dan partus lama juga
dapat menyebabkan proteinuria
3) Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi
c. Kejang dan koma
Eklampsia harus didiagnosa banding dengan epilepsi, malaria serebral, trauma
kepala, penyakit serebrovaskuler, intoksikasi (alkohol, obat, racun), kelainan
metabolisme (asidosis), meningitis, ensefalitis, ensefalopati, intoksikasi air,
histeria dan lain-lain.

7. Komplikasi
a. a. Iskemia uteroplasenter
1) Pertumbuhan janin terhambat
2) Kematian janin
3) Persalinan prematur
4) Solusio plasenta
b. Spasme pembuluh darah arteri
1) Perdarahan serebral
2) Gagal jantung, ginjal dan hati
3) Ablasio retina
4) Tromboemboli
5) Gangguan pembekuan darah
6) Kebutuhan akibat insufisiensi korteks retina
c. Kejang dan koma
1) Trauma karena kejang
2) Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat ganggguan pernafasan
d. Penanganan tidak tepat
1) Edema paru
2) Infeksi saluran kemih
3) Kelebihan cairan
4) Komplikasi anastesi atau tindakan obstetrik

47
8. Pencegahan
a. Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah
hipertensi karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin
b. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena
kehamilan belum spenuhnya terbukti
c. Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-cepat. Kasus harus
ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus
kembali ke pelayanan ksehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga 9suami,
orang tua, mertua dll) harus dilibatkan sejak awal
d. Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru

9. Pengelolaan
a. Hipertensi Gestasional
Jika kehamilan < 35 minggu, lakukan pengelolaan rawat jalan:
1) Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap
minggu
2) Jika tekanan darah meningkat, kelola sebagai preeklampsia
3) Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin yang terhambat,
rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan

b. Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan, lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
1) Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin
2) Lebih banyak istirahat
3) Diet biasa
4) Tidk perlu pemberian obat
5) Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit:
a) Diet biasa
b) Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali sehari
c) Tidak memerlukan pengobatan
d) Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi jantung atau agagl gnjal akut
e) Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan:
 Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda peeklampsia berat
 Periksa ulang 2 kali seminggu
 Jika tekanan diastolik naik lagi: rawat kembali
f) Jika tidak terdapat tanda perbaikan : tetap dirawat

48
g) Jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan
h) Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai preeklampsia berat

Jika kehamilan > 35 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan


1) Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Ositosin 5 IU dalam 500 ml
Ringer Laktat/Dekstrose 5% IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin
2) Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter
foley, atau lakukan terminasi dengan Caesar.

c. Preeklampsia Berat Dan Eklampsia


Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan
harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
1) Pengelolaan kejang
a) Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
b) Peralatan penanganan kejang (Goedel, penghisap lendir, masker oksigen,
oksigen)
c) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
d) Aspirasi mulut dan tenggororkan
e) Baringkan pasien miring pada sisi kiri, kepala sedikit lebih tinggi (posisi
Fowler) untuk mengurangi risiko aspirasi
f) Berikan O2 4-6 liter/menit
2) Pengelolaan umum
a) Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolik antara 90-100 mmHg
b) Pasang infus Ringer Laktat (jarum n0.16 atau lebih), perhatikan
keseimbangan cairan agar tidak timbul edema paru (harus diatasi dengan
Furosemide 40 mg IV)
c) Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
d) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
e) Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
f) Lakukan rujukan setelah antihipertensi dan anti konvulsan diberikan
3) Anti Konvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam,
dengan risiko terjadinya depresi neonatal.
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

49
Alternatif I Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g
dalam larutan Ringer Asetat / Ringer Laktat selama
6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan
MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5 menit
Dosis Pemeliharaan MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer Asetat /
Ringer Laktat yang diberikan sampai 24 jam
postpartum
Alternatif II Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Dosis pemeliharaan Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml
Lignokain (dalam semprit yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada saat
pemberian MgSO4
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
Sebelum pemberian Refleks patella (+)
MgSO4 ulangan, Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
lakukan pemeriksaan: Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
Stop pemberian Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
MgSO4, jika:
Siapkan antidotum Jika terjadi henti nafas:
Bantu pernafasan dengan ventilator
Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan
10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai
lagi

DIASEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA


Dosis awal Diasepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
Jika kejang berulang, ulangi pemberian sesuai
dosis awal
Dosis pemeliharaan Diasepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer
laktat melalui infus
Depresi pernafasan ibu baru mungkin akan terjadi
bila dosis >30 mg/jam
Jangan berikan melebihi 100 mg/jam

4) Anti hipertensi
a) Berikan Nifedipin (pilihan utama) 5 – 10 mg oral yang dapat diulang
sampai 8 kali/24 jam. Jika setelah 10 menit belum membaik, tambahkan 5
mg secara sublingual.

50
b) Labetolol (pilihan kedua) 10 mg oral. Jika setelah 10 menit belum
membaik, berikan tambahan 20 mg oral.
5) Persalinan
a) Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam,
sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
b) Jika pada eklampsia terjadi gawat janin atau persalinan tidak terjadi dalam
12 jam maka persalinan harus diterminasi melalui seksio sesaria
6) Perawatan pascapersalinan
a) Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang
terakhir
b) Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg
c) Lakukan pemantauan jumlah urin
7) Rujukan
a) Untuk petugas kesehatan lini depan, setelah dilakukan restorasi cairan,
pemberian anti hipertensi dan anti konvulsi maka segera lakukan rujukan
terutama apabila:
a) Terdapat oliguria ( < 400 ml/24 jam)
b) Terdapat sindroma HELLP
c) Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang

d. Hipertensi Kronik
1) Lanjutkan pengobatan anti hipertensi apabila sebelum hamil sudah
mendapatkan obat anti hipertensi dan tekanan darah terkontrol baik
2) Jika diastolik > 110 mmHg atau sistolik ≥ 160 mmHg, berikan anti hipertensi
3) Jika terdapat proteinuria, pikirkan superimposed preeclampsia

e. Ringkasan
Tekanan diastolik merupakan indikator penanganan dalam kehamilan karena
menunjukkan kondisi tahanan perifer dan bebas dari kondisi emosional pasien.

Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada 2


pengukuran berjarak 1 jam atau lebih

Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:


a. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi setelah usia kehamilan di
atas 20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum
b. Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu

51
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam,
dengan risiko terjadinya depresi neonatal.

g) PERDARAHAN ANTEPARTUM
 Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 20
minggu. Perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu harus
diangggap sebagai plasenta previa atau solusio plasenta bila tidak terbukti
ada penyebab perdarahan lain. Penyebab perdarahan antepartum yang tidak
bersumber pada kelainan plasenta, misalnya kelainan serviks seperti erosi
porsio uteri, karsinoma porsio uteri, atau polip serviks uteri
1. PLASENTA PREVIA
 Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bwah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir
 Etiologi
Belum diketahui pasti. Frekuensi plasenta previa meningkat pada
grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas
aborsi, kelainan janin, dan leiomioma uteri
 Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan
20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai
melebar serat menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus
uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah
uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal
 Manifestas klinis
1. Anamnesis : perdarahan jalan lahir berwarna merah segar
tanpa rasa nyeri, tanpa sebab, terutama pada multigravida
pada kehmailan setelah 20 minggu
2. Pemeriksaan fisik:

52
a) Pemeriksaan luar, bagian terbawah janin biasanya
belum amsuk pintu atas panggul, ada kelainan letak
janin
b) Pemeriksaan inspekulo: perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum
Penentuan letak plasenta secara langsung baru
dikerjakan bila fasilitas lain tidak ada dan dilakukan dalam
keadaan siap operasi, disebut pemeriksaan dalam di atas
meja operasi (PDMO). Caranya sebagai beriku :
a. Perabaan forniks. Hanya bermakna bila janin
presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala
janin ke arah pintu atas panggul, perlahan-lahan raba
seluruh forniks dengan jari. Perabaan lunak bila antara
jari dan kepala terdapat plasenta. Bekuan darah dapat
dikelirukan dengan plasenta
b. Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada
perabaan forniks dicurigai adanya plasenta previa.
Bila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan
masukkan jari telunjuk ke dalam ke dalam kanalis
servikalis untuk meraba kotiledon plasenta. Jangan
sekali-sekal berusaha menyusuri pinggir plasenta
seterunya karena mungkinplasenta akan terlepas dari
insersinya
 Pemeriksaan penunjang
1. USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak
plasenta
2. Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematokrit
 Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat
perdarahan, anemia karena perdarahan, plasentitis, dan
endometritis pascaersalinan. Pada janin biasanya terjadi
persalinan prematur dan kompliaksinya seperti asfiksia berat
 Diagnosis
Berdasarkan derajat abnormalitasnya, plasenta preva dibagi:
1. Plasenta previa totalis. Ostium internum serviks tertutup
sama sekali
2. Plasenta previa parsialis. Ostium internum serviks tertutup
jaringan plasenta sebagian

53
3. Plasenta previa marginalis. Tepi plasenta terletak pada
bagian pinggir ostium internum serviks
4. Plasenta letak rendah. Implantasi plasenta pada segmen
bawah uterus hingga letak tepi plasenta sangat dekat
dengan ostium internum serviks
 Diagnosis Banding
Kelainan lokal seperti kanker serviks atau polip serviks
 Penatalaksanaan
Harus dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas operasi.
Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total
dengan mnghadap ke kiri, tidak melakukan sanggama,
menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk,
mengedan karena sulit buang air besar)

Penanganan Plasenta
Previa

Syok Tidak Syok

1. Infus cairan Infus cairan


2. Oksigen (kalau
ada)

Rujuk ke Rumah Sakit

2. SOLUSIOPLASENTA
 Pengertian
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi
sebelum waktunya
 Etiologi
Belum diketahui pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah
hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek,
dekompresi uterus mendadak, anomali atau tumor uterus,

54
defisiensi gizi, merokok konsumsi alkohol, penyalahgunaan
kokain, serta obstruksi vena kava inferior dan vena ovarika
 Manifestasi klinis
a) Anamnesis: perdarahan biasanya pada trimester ketiga,
perdarahan pervaginam berwarna kehitam-hitaman yang
sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang
disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan
pervaginam yang banyak, syok, dan kematian janin
intrauterin
b) Pemeriksaan fisik: tanda vital dapat normal sampai
menunjukkan tanda syok
c) Pemeriksaan obstetri: nyeri tekan uterus dan tegang,
bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut jantung janin sulit
dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan
karena tercampur darah
 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium darah: hemoglobin, hematokrit,
trombosit, waktu protrombin, waktu pembekuan, waktu
tromboplastin parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit
plasma
b. KTG untuk menilai kesejahteraan janin
c. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi, dan
keadaan janin
 Diagnosis
a. Solusio plasentae ringan. Ruptur sinus marginalis atau
terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tdak berdarah
banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginam
berwarna kehitaman dan sedikit. Perut agak terasa sakit
atau terus menerus gak tenang. Bagian – bagian janin
masih mudah teraba
b. Solusio plasentae sedang: plasenta telah terlepas lebih
dari seperempat. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan
atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus
lalu terjadi perdarahan pervaginam. Dinding uterus teraba
tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-
bagian janinsukar diraba. Telah ada tanda-tanda
persalinan

55
c. Solusio plasentae berat. Plasenta telah terlepas lebih dari
dua pertiga permukaannya. Penderita jatuh syok dan
janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti
papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam bisa
belum terjadi. Telah ada kelainan pembekuan darah dan
kelaianan ginjal
 Penatalaksanaan
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi.
Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total
dengan mengadap ke kiri, tidak melakukan senggama,
menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misalnya
batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus
cairan NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, berikan
cairan peroral.

Penanganan Solusio
Plasentae

Syok Tidak Syok

1. Infus cairan Infus cairan


2. Oksigen (bila
ada)

Rujuk ke Rumah Sakit

56
b. PERSALINAN
1) ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)
a. KALA I PERSALINAN
Kala I persalinan dimuali sejakterjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga servik membuka lengkap 10
cm, kala 1 persalinan terdiri atas 2 fase yaitu :
1) Fase laten
(1) Dimuali sejak awal kontraksi.
(2) Berlangsung hingga pembukaan < 4 cm.
(3) Berlangsung 8 jam.
2) Fase aktif
(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap.
(2) Dari pembukaan 4 cm – 10 cm akan terjadi kecepatan rata-rata 1
cm/jam (nulipara atau primigravida) atau > 1 cm hingga 2 cm
(multipara).
(3) Terjadi penurunan bagian terbawah.

b. KALA II PERSALINAN
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan servik sudah lenkap 10 cm, dan
berakhir dengan lahirnya bayi.
1. Tanda dan gejala kala dua persalinan
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b) ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vagina
c) Perineum menonjol
d) Vulva-vagina dan sfingterani membuka
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya
adalah :
a) pembukaan servik telah lengkap
b) Terlihatnya bagian kepala bayi, melalui introitus vagina.

2. Penatalaksanaan fisiologis kala dua


Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai serangkaian persitiwa
alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya
bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri).
a) Memimpin ibu untuk meneran

57
Bila tanda pasti kala dua telah diperoleh, tunggu sampai ibu merasakaan
adanya dorongan spontan untuk meneran. Teruskan pemantauan kondisi
ibu dan bayi
b) Posisi ibu saat meneran
Bnatu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman. Ibu dapat mengubah-
ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat
membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling
efektif dan menjaga sirkulasi eturo-plasenter tetap baik
Macam-macam posisi meneran :
1) Posisi duduk atau setengah duduk
Dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan
baginya untuk bersitirahat diantara kontraksi.
2) Posisi jongkok atau berdiri
membantu mempercepat kemajuan kala dua persalinan dan
mengurangi rasa nyeri.
3) Posisi merangkak atau miring kekiri
Membuat lebih nyaman dan efektif untuk meneran. Kedua posis
tersebut juga akan membantu perbaikan posisi oksiput yang
melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior. Posisi
merangkak seringkali membantu ibu mengurangi nyeri punggung saat
persalinan.
c) Menolong kelahiran bayi
1) Melahirkan kepala
Saat kepala bayi membuka vukva (5-6 cm) maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang di lapisi dengan kain bersih atau
kering. tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala. anjurkan ibu untuk meneran
berlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepla bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, kelm tali pusat di dua
tempat dan potong diantara dua kelm tersebut.

58
2) Melahirkan bahu
 Setelah menyaka mulut dna hidung bayi dan memeriksa tali
pusat, tunggu kontraksi berikutnya hingga terjadi putar paksi luar
ecara spontan
 Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara
bipariental. anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. dengan
lembut gerakan kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu
depan mencul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
Tanda dan gejala distosia bau sebagai berikut :
 Kepala seerti tertahan didalam vagina
 Kepala lahir tetapi tidak terjadi putar paksi luar
 Kepala sempat keluar tetapi tertarik kembali kedalam vagina.
3) Melahirkan seluruh tubuh bayi
 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala
dan bahu. gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut kepunggung, bokong tungkai dan kaki. Pegang kedua
mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari lainnya)
 letakkan bayi diatas kian atau handuk yang telah disiapkan
pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya.
 segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada
tubuh bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu. pastikan
bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.
3. Pemantauan selama kala dua persalinan
Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu dipantau secara
berkala dan ketat selama berlansungnya kala dua persalinan :
a) Nadi ibu setiap 30 menit
b) Frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap 30 menit
c) DJJ setiap selesai eneran atau setiap 5-10 menit
d) Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksan abdomen
(periksa luar) dan periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi,
hal ini dilakukan lebih cepat.
e) Warn cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah, (jernih atau
bercampur mekonium tau darah)

59
f) apaka ada frekuensi majemuk atau tali pusat disamping atau
terkemuka
g) Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir
h) Kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir
i) Catat sema hasil pemeriksaan dan intervensi yang dilakuikan pada
catatan persalinan.

c. KALA III PERSALINAN


Persalinan kala tiga adalah suatu proses persalinan yang dimulai setelah lahirnya
bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
Pada kala tiga, otot uterus (meumetrium) berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta. karen atempat perlekatan
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta
akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. setelah lepas,
plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Tanda-tanda lepasnya plasenta :
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
b) Tali pusat memanjang
c) Semburan darah mendadak atau singkat.
1. Manajeman aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :
a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
c) Massase fundus uteri
2. Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
 Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
 Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simpisis untuk
mendeteksi. tangan lain memegang tali pusat.
 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas (dorso kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 menit, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
 jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami dan keluarga atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.
3. Mengeluarkan plasenta
 Lakukan penegangan dan dorongan doso-kranial hingg plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah

60
sejajar lantai dan kemudian de arah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan kelam hingga5=10 cm dari
vulva dan jalan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangan tali pusat :
a) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM
b) Lakukan katerisasi jika kandung kemih penuh
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan, segera lakuakn plaseta manual.
 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadh yang telah di
sediakan.
4. Rangsangan taktil (Massase) uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase
uterus. letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
menit masase.
5. Menilai perdarahan
 Periksa kedua sisi plasenta baik bagoian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. masukkan plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

d. KALA IV PERSALINAN
Persalinan kala empat adalah suatu proses persalinan yang dimulai setelah
lahirnya plasenta dan berakhir dalam dua jam setelah itu.
Setelah plasenta lahir pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
1. lakukan inisisasi menyusui dini dan biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit
ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam :
2. lakukan pemeriksaan fisi bayi
3. Lanjutjan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam

61
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
4. ajarkan pada ibu atau keluarga cara melakukann massase uterus dan menilai
kontraksi
5. Evaluasi dan stimulasi jumlah kehilangan darah
6. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan
 Memeriksa temperature suhu tubuh ibu setiap jam selama 2 jam
pertama pascapersalinan
 melakukan tindaan yang sesuai untuk temuan yang idak normal
7. Pantau tanda-tanda bahaya pada bayi setiap 15 menit. pastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-
37,50C).
 Jika terdapat nafas cepat, retraksi dinding dada bawah yang berat, sulit
bernafas, merintih, lakukan rujukan (tihat MTBM)
 Jika kaki dingin, pastika ruangan hangat. kembalikan bayi untuk kontak
kulit bayi ke kulit ibunya, selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
8. Kebersihan dan keamanan
 Tempatkan semua peralatan habis pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setalah
didekontaminasi.
 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
 Besihkan ibu dengan menggunakan air DDT, bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. bantu ibu memakai pakaian bersih dan
kering.
 Pastikan ibu merasa nyaman. Ajarkan dan bantu ibu memberiak ASI
pada bayi.
 Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %
 Celupkan sarung tangan kotor ke dalam lauran klorin 0,5 %, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5 % selama 10 menit.
 cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

62
e. Dokumentasi
Pencatatan dan pelaporan semua proses persalinan yaitu register kohord ibu,
karu ibu, partograf, serta surat keterangan lahir. beberapa informasi yang perlu
dicatat adalah :
1. Kelahiran bayi : tanggal dan waktu, jenis persalinan (spontan/dengan bantuan
alat)
2. Perineum : utuh, episiotomy, laserasi (jenis dan tingkatannya)
3. Lahirnya plasenta : tanggal dan waktu, serta kelengkapannya saat dilahirkan
4. Obat yang di berikan : jenis, cara pemberian dan dosis
5. jumlah perdarahan : sedikit, sedang atau banyak
6. Bayi : berat, skor apgar pada 1 dan 5 menit pertama, jenis kelamin, posisi
(kepala, sungsang atau lainnya). tunggal atau kembar.
7. Komplikasi ada ibu dan bayi : Misalnya pedarahan, eklamsi, infeksi pada ibu
atau pada bayi, lahir mati, tanda maserasi, asfiksia.
8. Penolong dan tempat persalinan.

63
2) PENATALAKSANAAN KELAINAN PADA PERSALINAN
a) PERSALINAN SUNGSANG
1. Cara pelaksanaan persalinan letak sungsang
a) Pervaginam
1) Spontan Bracht
Persalinan spontan (spontaneous breech)Yaitu janin dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara bracht). Pada persalinan spontan
bracht ada 3 tahapanyaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase
cepat, dan fase lambat. Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht :
1. Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht (kedua
ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain
memegang daerah panggul).
2. Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
3. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
4. Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula inferior
tampak di bawah simfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior
yaitu punggung janin didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan)
disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
5. Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
6. Letakkan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat,
bersihkan jalan nafas bayi, tali pusat dipotong.

2) Manual Aid/ Klasik


1. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi keatas sejauh mungkin sehingga perut
janin mendekati perut ibu.
2. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan
lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa cubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan
bawah mengusap muka janin.

64
3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang
sama lengan dapat dilahirkan.

3) Cara Muller
Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan
cara Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir. Melahirkan bahu depan
terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti
klasik, ke arah belakang kontra lateral dari letak bahu depan.
Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk
melahirkan bahu dan lengan belakang.

4) Cara Lovset

65
1. Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan.
Memutar bayi 1800 dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk
jari tangan yang muchal.
2. Memutar kembali 1800 ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan
beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik
atau Muller.

b) Ekstraksi Kaki
Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak gejala kegawatan ibu-bayi.
Keadaan bayi / ibu mengharuskan bayi segera dilahirkan.
1. Tangan kanan masuk secara obstetrik melahirkan bokong, pangkal paha
sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi,tangan yang lain mendorong fundus ke
bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan
dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
2. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari
diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di
depan betis, kaki ditarik turun ke bawah sampai pangkal paha lahir.
3. Pegangan dipindah ke pangkal paha sehingga mungkin dengan kedua ibu
jari di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan
paha.
4. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir
kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas
hingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong
telah lahir.
5. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan
lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter
depan maka pangkal paha ditarik terus cunam ke bawah.
6. Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau Lovset.

66
c) Teknik Ekstraksi Bokong
Dikerjakan bila presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar
panggul, bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin lebih dari ibu yang
mengharuskan bayi segera dilahirkan.
1. Jari penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin,
dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian
depan. Dengan jari ini lipat paha atau krista iliaka dikait dan ditarik curam
ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan penolong
yang lain menekam pergelangan tadi dan turut menarik curam ke bawah.
2. Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simfisis,
maka jari telujuk penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam ke
bawah sampai bokong lahir.
3. Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara Clasik , atau Muller atau
Lovset.
d) Cara Melahirkan Kepala Bayi
Cara Mauriceu (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila dengan
Bracht kepala belum lahir).
1. Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah
memegang kuda (Untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di atas
tangan kanan).
2. Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila.
3. Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi
4. Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
5. Bersama dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong
persalinan melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir
dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan dagu atau mulut

2. Dokumentasi
Pencatatan dan pelaporan semua proses persalinan yaitu register kohord ibu,
kartu ibu, lembar observasi, partograf, serta surat keterangan lahir.

b) PERSALINAN PRETERM
 Pengertian
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan 20-37
minggu
 Manifestasi klinis
1. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3-5 menit sekali selama 45 detik
dalam waktu minimal 2 jam

67
2. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien
melakukan aktivitas
3. Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor risiko mayor dan minor
4. Usia kehamilan antara 20-37 minggu
5. Taksiran berat janin sesuai dengan usia kehamilan antara 20-37 minggu
6. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada persalinan preterm

 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
2. Urinalisis
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin, posisi janin, dan letak
plasenta
4. Amniosentesis, untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti
rasio lesitin-sfignomielin, surfaktan, dll
 Penatalaksanaan
Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit, cari apakah ada faktor
penyulit, dinilai apakah termasuk risiko tinggi atau rendah
 Sebelum dirujuk, berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit dan
nilai apakah kontraksi berhenti atau tidak
 Bila kontraksi masih berlanjut, berikan obat tokolitik seperti fenoterol 5 mg
peroral dosis tunggal sebgaia pilihan pertama atau ritodrin 10 mg peroral
dosis tunggal sebagai pilihan kedua, atau ibuprofen 400 mg peroral dosis
tunggal sebagai pilihan ketiga
 Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan banyak
minum, tidak diperbolehkan bersenggama. Pasien diberi tokolitik seperti
fenoterol 5 mg peroral tiap 6 jam atau ritodrin 10 mg peroral tiap 4 jam atau
ibuprofen 400 mg peroral tiap 8 jam sampai 2 hari bebas kontraksi
 Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat janin,
korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak) dan kontraindikasi
relatif (gestosis, diabetes melitus, pertumbuhan janin terhambat, dan
pembukaan serviks 4 cm)

c) DISTOSIA
 Pengertian
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan
kelaianan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir
 Distosia karena Kelainan Tenaga
a. Inersia uteri

68
1. Pengertian
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatnnya tidak adekuat
untuk melakuakn pembukaan serviks atau mendorong janin keluar.
Inersia uteri dibagi menjadi :
 Inersia uteri primer : terjadi pada fase laten
 Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif atau kala I dan kala
II
2. Etiologi
Multipara, kelainan letak, disproporsi sefalopelvik, kehamilan ganda,
hidramnion, uterus bikornis unikolis
3. Penatalaksanaan
 Inersia uteri primer : perbaiki keadaan umum pasien. Rujuk ke
rumah sakit bila persalinan kala I aktif lebih dari 12 jam pada
multipara atau primipara; atau jika pembukaan tidak maju dalam
3 jam. Pstikan tidak ada disproporsi sefalopelvik yang berarti.
 Inersia uteri sekunder: pastikan tidak disproporsi sefalopelvik.
Rujuk ke rumah sakit bila persalinan kala I aktif lebih dari 12 jam
pada multipara atau primipara; atau jika pembukaan tidak maju
dalam 3 jam.
b. Incoordinate uteerine action
1. Pengertian
Incoordinate uterine action adalah kelainan his pada persalinan
berupa perubahan sifat his, yaitu meningkatny tonus otot uterus, di
dalam dan dilura his serta tidak ada koordinasi antara kontraksi
bagian atas, tengah, dan bawah sehingga his tidak efisien
mengadakan pembukaan servik
2. Etiologi
Pemberian oksitosin yang berlebihan atau ketuban pecah disertai
infeksi
3. Penatalaksanaan
Dilakukan pengobatan simtomatis karena belum ada obat untuk
memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus
 Distosia karena Kelainan Letak dan Bentuk Janin
a. Kelainan letak, presentasi atau posisi
1. Presentasi belakang kepala oksiput posterior menetap
 Pengertian
Posisi belakang kepala oksiput posterior menetap adalah ubun-
ubun kecil menetap di belakang karena tidak ke depan ketika

69
mencapai dasar panggul. Kepala janin akan lahir dalam keadaan
muka di bawah sympisis pubis
 Penatalaksanaan
1) Baringkan ibu miring kiri
2) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan abyi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan
4) Berikan dukungan dan semangat
2. Presentasi belakang kepala oksiput melintang
 Penatalaksanaan
1) Baringkan ibu miring kiri
2) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan abyi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan
4) Berikan dukungan dan semangat
3. Presentasi puncak kepala
 Penatalaksanaan
1) Baringkan ibu miring kiri
2) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan abyi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan
4) Berikan dukungan dan semangat
4. Presentasi dahi
 Penatalaksanaan
1) Baringkan ibu miring kiri
2) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan abyi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan
4) Berikan dukungan dan semangat
5. Presentasi muka
 Penatalaksanaan
1) Baringkan ibu miring kiri
2) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan abyi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan
4) Berikan dukungan dan semangat
6. Presentasi rangkap
 Penatalaksanaan

70
1) Baringkan ibu miring kiri
2) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan abyi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan
4) Berikan dukungan dan semangat
7. Letak sungsang
 Penatalaksanaan
1) Baringkan ibu miring kiri
2) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan abyi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan
4) Berikan dukungan dan semangat
8. Letak lintang
 Penatalaksanaan
1) Baringkan ibu miring kiri
2) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan abyi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan
4) Berikan dukungan dan semangat
9. Presentasi ganda
Adanya bagian lain dari janin misalnya lengan atau tangan
bersamaan dengan presentasi belakang kepala
 Penatalaksanaan :
1) Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada atau
miring ke kiri
2) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemapuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan
4) Berikan dukungan dan semangat
10. Kehamilan ganda
 Penatalaksanaan
1) Baringkan ibu miring kiri
2) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan abyi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan
4) Berikan dukungan dan semangat

b. Kelainan bentuk janin

71
1. Tali pusat terkemuka atau menumbung
Jika tali pusat masih berdenyut
 Penatalaksanaan
1) Gunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi, letakkan
satu tangan di vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat
yang menumbung. Tangan lain mendorong bayi melalui
dinding abdomen agar bagian terbawah janin tidak menekan
tali pusatnya (minta keluarga ikut membantu)
2) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan
4) Berikan dukungan dan semangat

d) KETUBAN PECAH DINI


 Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan
 Manifestasi Klinis
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air sudah kering
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering
 Pemeriksaan Penunjaang
1. Pemeriksaan leukosit darah : > 15.000/ul bila terjadi infeksi
2. USG : memnentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang
 Komplikasi
Infeksi, partus preterm, prolaps tali pusat, distosia (partus kering)
 Penatalaksanaan
1. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm tau preterm dengan atau tanpa
komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit
2. Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi
panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi bersujud.
Kalau perlu kepala janin didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat tidak
tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain hangat yang dilapisi
plastik

72
3. Bila ada demam atau dikhawatiran terjadi infeks saat rujukan atau ketuban
pecah lebih dari 6 jam, berikan antibiotik seperti penisilin prokain 1,2 juta IU
intramuskular dan ampisilin 1 g peroral. Bila pasien tidak tahan ampisilin,
diberikan eritromisisn 1 g peroral
4. Bila keluarga pasien menolak dirujuk, pasien disuruh istirahat dalam posisi
berbaring miring, berikan antibiotik penisilin prokain 1,2 juta IU intramuskular
tiap 12 jam dan ampisilin 1 g peroral diikuti 500 mg tiap 6 jam atau
reitromisin dengan dosis yang sama

e) AMNIOTOMI
 Prosedur amniotomi
1. Membahas prosedur bersama ibu dan keluarganya dan jawab pertanyaan
apapun yang mereka ajukan
2. Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) dan catat pada partograf
3. Cuci kedua tangan
4. Pakai sarung tangan desinfeksi tingat tinggi atau steril
5. Diantara kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati. Raba
dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah
masuk dengan baik (masuk ke dalam panggul) dan bahwa tali pusat
dan/atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi tidak bisa dipalpasi, jika
tali pusat atau bagian – bagian kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan
pecahkan selaput ketuban
6. Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setengah kocher
atau setengah kelly desinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan lembut ke
dalam vagina dan pandu klem dengan jari dari tangan yang digunakan untuk
pemeriksaan hingga mencapai selaput ketuban
7. Pegang ujung klem diantara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dan
dengan lembut gosokkan klem pada selaput ketuban dan pecahkan
8. Biarkan hingga air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk
pemeriksaan
9. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan menempatkannya ke
dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi. Biarkan jari tangan
pemeriksaan tetap di dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala
janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari bayi tidak
teraba. Setelah memastikan penurunan kepala dn tidak ada tali pusat dan
bagian-bagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan pemeriksa secara
lembut dari dalam vagina

73
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah
(lebih banyak dari bercak bercampur darah yang normal)
11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
12. Cuci kedua tangan
13. Segera periksa DJJ
14. Catat pada partograf waktu dilakukannya pemecahan selaput ketuban,
warna air ketuban dan DJJ

f) EPISOTOMI
 Pengertian
Episiotomi adalah insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya
selaput lendir vagina, cincin himen, jaringan septum rektovaginal, otot-otot dan
fasia perinuem serta kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan jalan lahir
sehingga mempermudah kelahiran
 Indikasi
1. Pada keadaan yang mungkin terjadi ruptur prineum
2. Janin prematur
3. Janin letak sungsang, persalinan dengan ekstraksi cunam, vakum dan janin
besar
4. Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan
persalinan
 Macam-macam
1. Episiotomi mediana
2. Episiotomi mediolateral
3. Episiotomi lateral
 Persiapan
1. Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomi dan pastikan
bahwa episiotomi tersebut penting untuk keselamatan dan kenyamanan ibu
dan/atau bayi
2. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan
sudah tersedia dan dalam keadaan dsinfeksi tingkat tinggi atau steril
3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril
4. Jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan eisotomi dan diskusikan
prosedurnya dengan ibu. Berikan alasan rasional pada ibu
 Mmberikan anaastesi lokal

74
1. Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu dia untuk
merasa rileks
2. Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin ke dalam tabung suntik steril
ukuran 10 ml. Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutan lidokain 2% dengan 1
bagian cairan garam fisiologis atau air distilasi steril, sebagai contoh larutan
5 ml lidokain dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air ssteril
3. Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4 cm
4. Letakkan dua jari ke dalam vagina antara kepala bayi dan perineum
5. Masukkan jarum di tengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang tempat
yang akan di episotomi
6. Aspirasi untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh
darah. Jika darah masuk ke dalam tabung suntk, jangan suntikkan lidokain,
tarik jarum tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali
7. Tarik jarum perlahan-sambil menyuntikkan maksimum 10 ml lidokain
8. Tarik ajrum bila sudah kembali ke titik asal jarum suntik ditusukkan. Kulit
melembung karena nastesi bisa terlihat dan dipalpasi pada perineum di
sepanjang garis yang akan dilakukan epiiotomi
 Prosedur
1. Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat dan 3-4 cm
kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi
2. Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum.
Kedua jari agak direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut ke arah
luar pada perineum
3. Gunakan gunting tajam desinfeksi tingkat tinggi atau steril, tempatkan
gunting di tengah-tengah fourchette posterior dan guntig mengarah ke sudut
yang diinginkan untuk melakukan episiotomi mediolateral. Pastikan untuk
melakukan palpasi /mengidentifikasi sfingterani eksternal dan mengarahkan
gunting cukup jauh ke arah samping untuk menghindari sfingter
4. Gunting perineum skitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan
satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari emnggunting jarinagn sedikit
demi sedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan
menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama
5. Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm ke dalam vagina
6. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi
dengan dilapisi kain atau kasa desinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara
kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan
7. Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah
perluasan episiotomi

75
8. Setelah bayi dan plasenta lahir, eriksa dengan hati-hati apakah episiotomi,
perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi, lakukan
penjahitan jika terjadi perluasan episiotomi atau laserasi tambahan.

g) PENJAHITAN LUKA EPISOTOMI


 Tujuan
Untuk menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah
yang tidak perlu.
 Keuntungan teknik penjahitan jelujur
1. Mudah dipelajari
2. Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan
3. Menggunakan lebih sedikit jahitan
 Persiapan
1. Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi
tempat tidur atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta
anggota keluarga untuk memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada
dalam posisi litotomi
2. Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu
3. Jika mungkin tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa
dilihat dengan jelas
4. Gunakan teknk aseptik pada memeriksa robekan atau episiotomi,
memberikan anastesi lokal dan menjahit luka
5. Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir
6. Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau streil
7. Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan-
bahan desinfeksi tingkat tinggi untuk penjahitan
8. Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah
dilihat dan penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan
9. Gunakan kain/kasa desinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka
vulva, vagina, dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau
bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka
10. Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa
laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua. Jika
laserasinya dalam atau episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk
memeriksa bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat. Masukkan
jari yang bersarung tangan ke dalam anus dengan hati-hati dan angkat jari
tersebut perlahan-lahan untuk mengidentifikasi sfingetr ani. Raba tonus atau
ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu mengalami laserasi derajat tiga

76
atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu juga dirujuk jika mengalami
laserasi serviks
11. Ganti sarung tangan dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau
steril yang baru setelah melakukan pemeriksaan rektum
12. Berikan anastesi lokal
13. Siapkan jarum dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang
kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan paling sedikit menimbulkan
reaksi jaringan
14. Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan
jepit jarum tersebut
 Memberikan anastesi lokal
1. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu ibu merasa santai
2. Hisap 10 ml lidokain 1% ke dalam alat suntik sekali pakai ukuran 10 ml. Jika
lidokain 1% tidak tersedia laruatn 1 bagian 2% dengan 1 bagian normal salin
atau air steril yang sudah disuling
3. Tenpelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke taabung suntik tersebut
4. Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lalu tarik jarum
sepanjang tepi luka
5. Aspirasi untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh
darah
6. Suntikkan anastesi sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik
ditarik perlahan-lahan
7. Tarik jarum hingg samai ke bawah tempat di mana jarum tersebut
disuntikkan
8. Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah ke-4.
Tusukkan jarum untuk ketiga kalinya dan sekali lagi ulangi langkah ke-4
sehingga tiga garis di satu sisi luka mendapatkan anastesi lokal. Ulangi
proses ini di sisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka kan memerlukan
kurang lebih 5 ml lidokain 1% untuk mendapatkan anastesi yang cukup
9. Tunggu selama dua menit dan biaran anstesi tersebut bekerja dan
kemudian uji daerah yang dianastesi dengan cara dicubit dengan forceps
atau disentuh dengan jarum yang tajam. Jika ibu merasakan jarum atau
cubitan tersebut, tunggu dua mneit lagi dan kemudian uji kembali sebelum
mulai menjahit luka
 Pejahitan laserasi pada perineum
1. Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan desinfeksi tingkat
tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi atau jika
ktertusuk jarum maupun peralatan tajam lainnya

77
2. Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk
melakukan penjahitan sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril
3. Setelah memberikan anastesi lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut
sudah di anastesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk
secara jelas menentukan batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan
jaringan mana yang terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan
bagaimana cara menjahitnya menjadi satu dengan mudah
4. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian
dalam vagina. Setelah membuat tusukkan pertama, buat ikatan dan potong
pendek benang yang lebih pendek dari ikatan
5. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah kearah cincin
himen
6. Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu
kebawah cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi. Periksa bagian
antara jarum di perineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa
dekat jarum ke puncak luka
7. Teruskan ke arah bawah tepi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur,
hingga mncapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan
sama dan otot yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot,
mungkin perlu untuk melakukan satu atau dua lapis jahitan terputus-putus
untuk menghentikan perdarahan dan/atau mendekatkan jaringan tubuh
secara efektif
8. Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan
penjahitan, menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler.
Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa lubang bekas jarum
tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan menutup dengan
sendirinya pada saat penyembuhan luka
9. Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus
keluar dari belakang cincin himen
10. Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang
dan sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek,
simpul akan longgar dan laserasi akan membuka
11. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak
ada kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam
12. Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakan ada
jahitan pada rektum jika ada jahitan yang etraba, ulangi pemeriksaan rektum
enam minggu pascapersalinan. Jika penyembuhan belum sempurna, ibu
segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan

78
13. Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air desinfeksi tingkat
tinggi, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman.
14. Nasehati ibu untuk :
a. Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga
sampai empat kali perhari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu
harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan
cairan yang berbau busu dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut
menjadi lebih nyeri.

h) PERDARAHAN PASCA PERSALINAN


 Pengertian
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang
terjadi setelah bayi lahir. Perdarahan primer (perdarahan pascapersalinan dini)
terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder (perdarahan
masa nifas) terjadi setelah itu
 Etiologi
1. Retensio plasenta
2. Atonia uteri
3. Trauma jalan lahir
4. Inversio uteri
5. Ruptur uteri
6. Gangguan sistem pembekuan darah
 Diagnosis
1. Perdarahan banyak yang terus menerus setelah bayi lahir
2. Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan
tekanan darah, nadi dan nafas cepat, pucat, ekstremitas dingin sampai syok
3. Perdarahan sebelum plasenta lahir biasanya disebabkan retensio plasenta
atau laserasi jalan lahir. Bila karena retensio plasenta, perdarahan berhenti
setelah plasenta lahir
4. Pada perdarahan setelah plasenta lahir , perlu dibedakan sebabnya antara
atonia uteri, sisa plasenta, atau trauma jalan lahir. Pada pemeriksaan
obstetri mungkin kontraksi uterus lembek dan membesar jika ada atonia
uteri. Bila kontraksi uterus baik, eksplorasi untuk mengetahui adanya sisa
plasenta atau trauma lahir

79
5. Riwayat partus lama, partus presipitatus, peradrahan anttepartum, atau
etiologi lain

 Komplikasi
Syok
 Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : kadar hemoglobin, hematokrit, masa perdarahan, masa pembekuan
2. USG : bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intrauterin
 Penatalaksanaan
1. Pencegahan : obati anemia dalam kehamilan. Pada pasien dengan riwayat
perdarahan pascapersalinan sebelumnya, prsalinan harus berlangsung di
rumah sakit. Jangan memijat dan mendorong uterus ke bawah sebelum
plasenta lepas. Berikan 10 unit oksitosin IM setelah anak lahir dan 0,2 mg
ergometrin IM setelah plasenta lahir
2. Penanganan :
a. Retensio plasenta
Bila plasenta belum lahir adalm 30 menit, lahirkan plasenta dengan
plasenta manual (tindakan untuk melepas plasenta secara manual)
Prosedur Plasenta Manual :
 Persipaan
1) Pasang set dan cairan infus
2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
3) Lakukan anastesi verbal atau anlgetika per rektal
4) Siapkan dan jelaskan prosedur pencegahan infeksi
 Tindakan penetrasi ke dalam kavum uter
1) Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
2) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,
tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai
3) Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya ke dalam vagina
dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
4) Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang
asisten/penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat
kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri
5) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke
kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
6) Bentangkan tangan obstetrik menjaadi datar seperti memberi
salam
 Melepas plasenta dari dinding uterus

80
7) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling
bawah
a) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap
di sebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara
plasenta dan dinding utrus dimana punggung tangan
menghadap ke bawah (posterior ibu)
b) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas
tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta
dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke
atas (anterior ibu)
8) Setelah ujung-ujung jari amsuk diantara plasenta dan dinding
uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan
menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas
(kranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari
dinding uterus
 Mengeluarkan plasenta
9) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal
10)Pindahkan tangan luar dari fundus k supra simfisis (tahan
segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong
untuk menarik tali pusta sambil tangan dalam membawa plasenta
keluar (hindari terjadinya percikan darah)
11)Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan
suprasimfisis) uterus kearah dorso-kranial stelah plasenta
dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah
disediakan
 Pencegahan infeksi pasca tindakan
12)Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan
peralatan lain yang digunakan
13)Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
14)Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
15)Keringakn tangan dengan handuk brsih dan kering
 Pemantauan pasca tindakan
16)Periksa kembali tanda vital ibu
17)Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
18)Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang amsil diperlukan
dan asihan lanjutan

81
19)Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan
lanjutan
20)Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pascatindakan sebelum
dipindah ke ruang rawat gabung.

b. Atonia uteri

1. Masase fundus uteri segera setelah


lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)

Evaluasi rutin. Jika uterus


Uterus berkontraksi? berontraksi tapi perdarahan tersu
Ya berlangsung, periksa apakah
perineum, vagina dan serviks
mengalami laserasi jahit atau
segera rujuk
Tidak

2. Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput dari vagina dan lubang serviks
3. Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong. Jika penuh atau dapat
dipalpasi, lakukan ketetrisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik
aseptik
4. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit

Uterus berkontraksi?
 Teruskan KBI selama dua menit
Ya  Keluarkan tangan perlahan-
lahan
 Pantau kala empat dengan ketat
Tidak

5. Anjurkan keluarga untuk emmbantu melakukan kompresi bimanual eksternal


6. Keluarkan tangan perlahan-lahan
7. Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600-1000mcg per rektal.
Ergometrin tidak untuk ipertensi
8. Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc
Ringer laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin
9. Ulangi KBI

Uterus berkontraksi?
Pantau ibu dengan seksama
Ya selama persalinan kal empat

Tidak

10. Segera rujuk


11. Dampingi ibu ke tempat rujukan
12. Lanjutkan infus Ringer Laktat + 0 unit oksitosin dalam 500 cc larutan dengan
laju 500cc/jam hingga tiba di tempat
82rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 L
infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup,
berikan 500cc kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minuman untuk
rehidrasi.
c. Retensio palsenta
d. Trauma jakan lahir
e. Inversio uteri
f. Ruptur uteri
g. Gangguan sistem pembekuan darah

i) INFEKSI INTRAPATUM
 Pengertian
Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi dapat
juga terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionits
 Faktor predisposisi
Distosia, pemeriksaan dalam lebih dari 2 kali, keadaan umum lemah, ketuban
pecah din, servisitis, vaginitis
 Manifestasi Klinik
Suhu meningkat lebih dari 38 derajat Celcius, air ketuban keruh kecoklatan dan
berbau, leukositosis lebih dari 15.000/mm3 pada kehamilan atau lebih dari
20.000/mm3 pada persalinan
 Diagnosis
1. Diagnosis klinis ditegakkan pada pasien dengan:
a. Demam lebih dari 38 derajat celcius tanpa ada sumber infeksi lain
b. Takikardi ibu dan janin
c. Nyeri pada uterus
d. Cairan amnion yang berbau
e. Leukositosis lebih dari 15.000/mm3 pada kehamilan dan lebih adri
20.000/mm3 pada persalinan
2. Sepsis
3. Pemeriksaan cairan amnion
 Penatalaksanaan
Antibiotik diberikan sesuai penyebab. Daat diberikan ampisilin 4 x 500 mg atau
derivatnya. Persalinan diusahakan pervaginam. Seksio sesaria dilakukan bila
ada indikasi seperti kelainan letak, distosia, atau gawat janin

c. NIFAS DAN PENATALAKSANAAN KELAINAN MASA NIFAS

83
1) ASUHAN MASA NIFAS
 Pengertian
a. Masa kehamilan (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil
b. Periode pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput
janin (menandakan akhir periode intra partum) hingga kembalinya
traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil

 Tujuan Asuhan Pasca Partum


1. Meningkatkan involusi uterus normal dan kembali ke kadaan sebelum
hamil
2. Mencegah atua meminimalkan komplikasi pasca partum
3. Meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pelvik, jaringan
perinanal, dan perineal.
4. Membantu pemulihan fungsi tubuh normal
5. Meningkatkan pemahaman terhadap perubahan-perubahan fisiologis
dan psikologis
6. Memfasilitasi perawatan bayi baru lahir dan perawatan mandiri oleh ibu
baru.

 Perubahan Fisiologi Dan Anatomi Masa Nifas


1. Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman
sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian
terhindari dari perdarahan. Pada involusi uterus, jaringan ikat dan
jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan
mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula
dengan berat 30 gr proses involusi uteri.
Involusi Tinggi fundus Berat uterus
Plasenta lahir Sepusat 1000
7 hari (1 minggu) Pertengahan pusat- 500
14 hari (2 minggu) symphisis 350
42 hari (6 minggu) Tidak teraba 50
56 hari (8 minggu) Sebesar hamil 2 minggu 30

84
Involusi Tinggi fundus Berat uterus
Normal

Involusi disebabkan oleh :


- Kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus-menerus
sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh darah dan anemi setempat
iskemia.
- Otousis-sitoplasma sel berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggi
jaringan fibroelastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan
- Atrofi-atrofi jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam
jumlah besar kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.

2. Lochea
Lochea adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan
desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas.
- Lochea rubia (krucnta) : berisi darahsegar dan sisa-sisa selaput
ketuban. Sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium selama 2 hari pasca partum.
- Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darha dan lendir
hari ke 3-7 pasca persalinan.
- Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7-14 pasca persalinan.
- Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
- Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk
- Lochiostasis : lochea tidak lancar keluar

3. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang terdapat perlukaan-perlukaan
kecil oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. Karena robekan
kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali kekeadaan
sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti mata jarum.

4. Ligamen-ligamen
Ligamen fasia dan difragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali

85
sehingga tidak jarang uterus jauh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena
ligamentum rotundum menjadi kendor.

5. Vagina dan Perineum


Setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar dan mengalami beberapa
derajat edema dan memar dan celah ada intuitus. Setelah 1-2 hari pertama
pasca partum, tonus otot vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema.
Sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya dan
umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugai vagina sekitar
minggu ke-3 pascapartum. Ruang vagian selalu sedikit lebih besar daripada
sebelum kelahiran pertama.

6. Traktus Urinarus
BAK sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme
sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan setelah plasenta dilahirkan kadar hormon estrogen yang
bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan deuresis ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
tempo 6 minggu.

7. Sistem Gastrointestinal
Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal meskipun
kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama ½ hari. Gerakan tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa
sakit di daerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.

8. Sistem Kardiovaskuler
Jumlah pada sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada
hari ke-5 meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal.
Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya
koagulasi meningkat, pembukaan darah harus dicegah dengan penanganan
yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.

9. Perubahan Psikologis

86
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status kromonal menyebab
ibu yang berada dalam masa nifas sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam
keadaan normal mampu diatasinya.
Depresi ringan, yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “4th day
blues (kemurungan hari ke-4)” sering terjadi dan banyak ibu yang baru pertama
kali mempunyai anak mendapatkan dirinya menangis, paling tidak satu kali,
hanya karena masalah yang sepele. Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam
waktu yang singkat, namun perasaan ini umumnya akan menghilang setelah
kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh. Apabila depresi / insomnia
bertahan lebih dari 1 atau 2 hari pasien harus dirujuk kebagian psikiatri untuk
menyingkirkan kemungkinan pskosis nifas.

10. Tanda-tanda Vital


- Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darha sistole dan diastole.
- Suhu
Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat
selamaperiode intrapartus dan stabil dalam 24 jam pertama pasca partum.
- Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir kembali normal setelah
beberapa jam pertama pasca partum. Apabila denyut nadi 100 selama
puerperium. Hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya
infeksi atau hemoragi pasca partum lambat.
- Pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama
pasca partum.

 PERAWATAN IBU NIFAS


a. Kebersihan Diri
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
- Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk
membersihkan diri setiap kali buang air kecil atau besar.

87
- Sarankan ibu untuk menganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
- Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
b. Istirahat
- Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
- Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur

- Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :


o Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi
o Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
o Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
c. Latihan
- Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu, seperti :
o Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot
perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat
dagu ke dada; tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10
kali.
o Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)
- Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan
pinggul dan tahan sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
d. Gizi
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
- Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup
- Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusu)
- Minum kapsul Vitamin A (200.000) unit agar bisa memberikan Vitamin
A kepada bayinya melalui ASInya.
e. Perawatan Payudara

88
- Menjaga payudara tetap bersih dan kering
- Menggunakan BH yang menyokong payudara
- Apabila puting susu lecet, oleskan kolustrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu seiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
- Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
- Payudara dikeringkan

2) MANAJEMEN LAKTASI
Agar laktasi berjalan baik, diperlukan manajemen yang baik dalam laktasi,
meliputi perawatan payudara, praktek menyusui yang benar, serta dikenalinya
masalah dalam laktasi dan penatalaksanaanya
a. Perawatan Payudara
 Mengganti BH sejak hamil usia 2 bulan dengan ukuran lebih sesuai dan
dapat menopang perkembangan payudara. Biasanya diperlukan BH
dengan ukuran 2 nomor lebih besar
 Latihan gerakan otot badan yang berfungsi menopang payudara untuk
menunjang produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara setelah
selesai masa laktasi.
Bentuk latihan : duduk sila di lantai. Tangan kanan memegang bagian
lengan bwah kiri sejajar pundak. Tekan pegagan tanngan kuat – kuat ke
arah siku sehingga terasa adanya tarikan pada otot dasar payudara
 Menjaga higiene sehari-hari, termasuk payudara, khusunya daerah
puting dan areola
 Setiap mandi, puting susu dan areola tidak disabuni untuk menghindari
keadaan kering dan kaku akibat hilangnya ‘pelumas’ yang dihasilkan
kelenjar Montgomery
 Lakukan persiapan puting susu agar lentur, kuat dan tidak ada sumbatan
sejak usia kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali
Cara melakukan: kompres masing-masing puting susu selama 2-3 menit
dengan kapas dibasahi minyak. Tarik dan putar ke arah luar 20 kali, ke
arah dalam 20 kali untuk masing-masing puting. Pijat daerah areola
untuk membuka saluran susu. Bila keluar cairan, oleskan ke puting dan
sekitarnya. Bersihkan payudara dengan handuk lembut
 Mengoreksi puting susu yang datar / terbenam agar menyembbul keluar
dengan bantuan pompa puting (nipple puller) pada minggu terakhir
kehamilan sehingga siap untuk disusukan kepada bayi

89
b. Langkah menyusui yang baik dan benar
 Persiapan mental dan fisik. Ibu harus menyusui dalam keadaan tenang.
Minum segelas air sebelum menyusui, hindari menyusui dalam keadaan
lapar dan haus
 Persiapan tempat dan alat, seperti kursi dengan sandaran punggung dan
tangan serta bantalan untuk menopang tangan yang menggendong bayi
 Sebelum menggendong bayi, tangan dicuci bersi. Sebelum menyusui,
tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3
tetes ASI, kemudian oleskan ke seluruh puting dan areola. Cara
menyusui yang terbaik adalah bila ibu melepaskan kedua payudaranya
dari pemakaian BH
 Susukan bayi sesuai kebutuhan, jangan dijadwal. Biasanya kebutuhan
terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam. Setiap menyusui, lakukan pada
kedua payudara secara bergantian, masing-masing selama kurang lebih
10 menit. Mulai selalu dengan payudara sisi yang terakhir disusui
sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong
 Setelah selesai, oleskan ASI seperti awal menyusui dan biarkan kering
oleh udara sebelum memakai BH untuk mencegah lecet. Hal ini dapat
dilakukan sambil menyangga bayi agar bersendawa. Menyendawakan
bayi setelah menyusui harus selalu dilakukan untuk mengeluarkan udara
dari lambung supaya bayi tidak muntah

c. Masalah dalam laktasi


 Payudara bengkak
Payudara terasa lebih penuh/tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau
keempat sesudah melahirkan akibat stasis di vena dan pembuluh limfe,
tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi
Untuk pencegahan:
 susukan bayi segera setelah lahir bila memungkinkan tanpa dijadwal
(on demand)
 Keluarkan ASI dengan tangan / pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi
 Lakukan perawatan payudara pascapersalinan secara teratur
 Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek
sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap bayi
 Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri

90
 Berikan kompres hangat sebelum bayi menghisap puting susu kira-
kira 5 menit kemudian lakukan masase dari tep ke arah puting hingga
ASI keluar
 Susukan bayi
 Puting susu nyeri dan lecet
Penatalaksanaan :
 Jangan membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, krim
dan obat –obat iritan lainnya.
 Setelah selesai menyusu lepaskan isapan bayi dengan menekan dagu
bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih
ke mulut bayi
 Tetap menyusui bayi mulai dari puting yang tiak sakit. Untuk puting
yang sakit, kurangi frekuensi dan lama menyusui
 Sebelum diisap, puting yang lecet diolesi es untuk mengurangi rasa
sakit
 Untuk menghindari payudara bengka, ASI dikeluarkan dengan manual
kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet
 Radang payudara (mastitis)
 Usahakan ibu tetap menyusui bayinya agar tidak terjadi stasis dalam
payudara yang dapat berkomplikais menjadi abses
 Berikan antibiotik dan analgesik serta banyak minum dan istirahat
 Lakukan senam laktasi, yaitu menggerakkan lengan secara berputar
sehingga seni bahu ikut bergerak ke arah yang sama guna membantu
memperlancar peredaran darah dan limfe di payudara
 Bayi enggan menyusu
 Mengajarkan ibu cara yang baik untuk membersihkan lubang hidung
bayi pilek
 Berikan pengobatan bila mulut bayi sariawan/monoliasis
 Berikan lebih banyak kesempatan pada ibu untuk merawat bayinya
sendiri agar lebih mengenal sifat/cirinya
 Jangan berikan makanan tambahan terlalu dini
 Bila ASI terlalu deras, keluarkan sedikit sebelum menyusui, kemudian
bayi disusukan dengan posisi tegak/berdiri.
 Bila kurang lancar, susui bayi lebih sering dan lama (on demand).
 Waktu menyusui kepala bayi lebih didekatkan pada payudara, tangan
ibu menahan kepala bayi agar tetap pada posisinya sehingga ASI
dapat keluar lebih sempurna.
 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

91
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 g tanpa
memperhatikan umur kehamilan.
Penatalaksanaan :
 Memberi dukungan agar ibu mau dan ampu menyusui bayinya
 Usahakan agar waktu menyusui singkat (2-3 menit), tetapi sering (tiap
1-2 jam), dan bayi selalu dalam keadaan hangat
 Ibu dianjurkan melaksanakan perawatan paudara pascakelahiran
secara sistematis dan teratur
 Kepala bayi ditahan supaya tetap menempel pada payudara
 Ambil posisi memegang boal, yaitu memegang ekpala bayi dengan
salah satu tangan, seluruh badan berada di lengan ibu, kedua kaki
bayi menghadap punggung ibu
 Waktu menyusui, menahan di bawah dagu akan merangsang bayi
untuk menghisap
 Sebelum bayi disusui, lakukan pengurutan payudara supaya ASI
mengalir
 Bayi kembar
Posisi kombinasi yaitu satu bayi disusui dengan posisi biasa, sedangkan
linnya dengan posisi memegang bola. Posisi biasa sebaiknya dengan
memangku bayi, kepala atau tengkuk berada di siku ibu bagian dala,
lengan menopang punggung dan tangan memegang pantat.
Perhatikan agar perut bayi berhadapan dengan perut ibu, kepla/muka
bayi emnghadap payudara, areola tidak tampak, dagu lebih mendekat
payudara dan bila diisap tidak sakit. Bila bayi disusui bergantian, mulai
dengan bayi yang lebih kecil. Ibu perlu mencukupi kebutuhan gizinya
agar produksi cukup serta status gizi ibu terpelihara baik.
 Ikterus pada neonatus
Ikterus pada neonatus dapat fisologis maupun patologis. Ikterus fisiologis
terjadi sekitar hari ketig/keempat sesudah eklahiran dan membaik padda
usia 7-10 hari. Ikterus patologis terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi
dilahirkan, dapat etrjadi karena infeksi atau intoksikasi obat.
 Laktasi pada persalinan dengan Seksio Sesaria
Posisi menyusui yang dianjurkan adalah ibu dalam posisi berbaring
miring dengan bahu dan kepala yang ditopang bantal. Bayi disusukan
dengan kaki ke arah kepala ibu. Bila ibu sudah dapat duduk, bayi
ditidurkan di bantal di atas pangkuan ibu dengan posisi kaki bayi
mengarah ke belakang ibu di bawah lengan ibu.
 Laktasi pada ibu bekerja

92
Sewaktu ibu mulai bekerja, nasihati agar selama ibu di rumah, bayi diberi
kesematan menyusu ibu saja. Anjurkan ibu menyusui bayi pada jam
bekerja bila ada fasilitas penitipan bayi di lingkungan kerja. Bila terpaksa
meninggalkan bayi di rumah, ibu dianjurkan mngeluarkan ASI nya
selama di tempat kerja dengan tangan/pompa untuk menghindari
pembengkakan payudara. ASI disimpan di lemari pendingin dan
diberikan pada bayi bila mungkin. Sebelum berngkat kerja, ibu harus
menyusui bayi dengan kdua payudara. Stelah datang di rumah, bayi
segera diusui.

3) KELAINAN MASA NIFAS


a) PERDARAHAN POSTPARTUM
 Sisa plasenta dan plasenta polip
Sisa plasenta dalam masa nifas menyebabkan perdarahna dan infeksi
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oelh sisa
plasenta
 Terapi
1. Dengan perlindungan antibiotika sisa
plasenta dikeluarkan secara gigital
2. Kalau ada demam ditunggu dulu sampai
suhu turun dengan pemberian antibiotika dan 3-4 hari kemudian
rahin dibersihkan, tetapi kalau perdarahan banyak maka rahim
segera dibersihkan walaupun ada demam
 Endometritis puerperalis
Peradrahan biasanya tidak banyak, pengobatan seperti yang telah
diterangkan lebih dahulu
 Sebab-sebab fungsionil
Dalam golongan ini termasuk:
1. Perdarahan karena hiperplasia
glandularis yang dapat terjadi berhubung dengan siklus anovulatir
dalam nifas
2. Perubahan dinding pembuluh darah
Pada golongan ini tidak diketemukan sisa plasenta, endometritis
ataupun luka

 Perdarahan luka
Kadang-kadang ada robekan cervik atau robekan rahim tidak
terdiagnosa sewaktu persalinan karena perdarahn pada waktu itu tidak

93
menonjol; beberapa hari postpartum dapat trjadi perdarahan yang
banyak.

b) INFEKSI NIFAS
 Pengertian
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat celcius atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pascapersalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama.
 Manifestasi klinis
 Infeksi yang terbatas pada perineu, vulva, vagina serviks dan
endometrium
 Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan
limfe dan permukaan endometrium
 Diagnosis Banding
Radang saluran pernafasan (bronkitis, pneumonia), pielonefritis, dan
mastitis
 Penatalaksanaan
 Penanganan
suhu harus diuur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari, berikan terapi
antibiotik, perhatikan diet.
Rujuk bila perlu

94
d. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
1) MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR NORMAL
Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan BBL dilakukan pada :
 Saat berada di klinik (dalam 24 jam)
 Saat Kunjungan Tindak Lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali
pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.
Berikan pengertian kepada ibu dan keluarga untuk tidak meninggalkan klinik
sebelum umur bayi 24 jam. Asuhan Bayi Baru Lahir dilakukan selama ibu dan
bayi berada di klinik.

Asuhan BBL selama berada di klinik sampai dengan umur 24 jam

Asuhan dan Pemantauan Tindakan bila ditemukan Abnormal


 Pastikan kamar hangat (tidak kurang  Bila bayi berada dalam ranjang,
dari 25oc dan tidak lembab). pastikan bayi diberi pakaian atau
 Jelaskan pada ibu bahwa menjaga memakai selimut.
kehangatan bayi penting untuk  Tutup kepala bayi dengan topi.
membuat bayi tetap sehat.
 Kenakan pakaian bayi atau selimut
dengan kain yang bersih, kering dan
lembut. Kenakan topi pada kepala bayi
selama beberapa hari pertama,
terutama bila bayi kecil.
 Pastikan bayi berpakaian atau
diselimuti dengan selimut.
 Menjaga bayi mudah dijangkau oleh
ibu. Jangan pisahkan mereka
(rooming-in).
 Nilai kehangatan bayi setiap 4 jam
meraba kaki bayi: jika kaki bayi teraba
dingin, hangatkan bayi dengan
melkukan kontak kulit ke kulit.

 Minta ibu atau orang yang  Jika kaki teraba dingin, hangatkan
menungguinya untuk mengawasi bayi BBL dengan kontak kulit ke kulit:
dan mengingatkan Anda jika:  Sebelum menghangatkan
 Kaki teraba dingin kembali, lepaskan pakaian
 Kesulitan bernapas: merintih, bayi yang dingin

95
Asuhan dan Pemantauan Tindakan bila ditemukan Abnormal
retraksi dingin dada bawah  Tempatkan bayi baru lahir kulit
 Terjadi perdarahan ke kulit pada dada ibu
 Selimuti bayi pada dada ibu
dengan pakaian ibu dengan
selimut tambahan yang sudah
dihangatkan terlebih dahulu
 Pantau suhu bayi jam sampai
normal
 Bayi tetap bersama dengan ibu
sampai suhu tubuh bayi
normal
 Jika bayi kecil, anjurkan ibu
melakukan kontak kulit ke kulit
selama mungkin, siang dan
malam
 Pastikan suhu ruangan dimana
dilakukan penghangatan
setidak-tidaknya 25oc
 Bila suhu bayi tidak 36,5oc
atau lebih dalam 2 jam
penghangatan, nilai bayi
kembali
 Jika dibutuhkan rujukan,
teruskan bayi tetap dalam
posisi kontak kulit ke kulit
dengan ibu atau orang lain
yang menunggu bayi
 Jika perdarahan tali pusar,
periksa apakah ikatan tali
pusar longgar dan ikatlah
kembali
 Jika ada perdarahan, nilai bayi
segera
 Jika terjadi kesulitan bernapas
atau ibu menyatakan adanya
abnormalitas, periksa bayi
 Dukung ASI eksklusif, siang dan  Jika ibu mengalami kesulitan dalam

96
Asuhan dan Pemantauan Tindakan bila ditemukan Abnormal
malam pemberian ASI, lakukan penilaian
 Minta ibu memberitahukan anda bila pemberian ASI dan bantu ibu
mengalami kesulitan memberikan memposisikan dan melekatkan bayi
ASI dengan benar
 Periksa pemberian ASI pada semua
bayi sebelum memulangkan
Jangan memulangkan bayi jika bayi
belum bisa minum dengan baik
 Ajarkan ibu untuk merawat bayi  Jika ibu tidak dapat merawat
 Menjaga bayi tetap hangat bayinya, bantu merawat bayi atau
 Merawat tali pusat ajarkan cara merawat bayi kepada
 Memastikan kebersihan yang menungguinya
Jangan paparkan bayi dibawah sinar  Cuci tangan sebelum dan setelah
matahari memegang bayi
Jangan meletakkan bayi di atas
permukaan dingin
Jangan memandikan bayi sebelum 6
jam
 Berikan obat sesuai resep menurut
jadwal yang telah ditentukan
 Periksa setiap bayi sebelum
merencanakan ibu dan bayi pulang
Jangan perbolehkan pulang sebelum
bayi umur 24 jam
Catatan:
1. Untuk persalinan di fasilitasi kesehatan atau dengan ditunggu oleh
bidan/petugas kesehatan, asuhan BBL 24 jam dapat dilakukan.
2. Untuk persalinan di rumah atau yang tidak mungkin ditunggu oleh bidan/petugas
kesehatan, bayi dikunjungi kembali pada umur 24 jam.

Pemeriksaan Bayi
Adapun pemeriksaan bayi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Umum
Memeriksa pernapasan
a. Apakah merintih
b. Hitung napas: apakah 40-60 per menit? Bila tidak, ulangi kembali
c. Apakah terdapat retraksi dinding dada bawah
Melihat gerakan: apakah tonus baik dan simetris?

97
Melihat warna kulit
Meraba kehangtan: bila teraba dingin atau panas, lakukan pengukuran suhu
Melihat adanya hipersalivasi dan/muntah
Melihat adanya kelainan bawaan
2. Melihat kepala: adakah bengkak atau memar?
3. Melihat abdomen: apakah pucat atau ada perdarahan tali pusar
4. Memeriksa adanya pengeluaran meconium dan air seni
5. Menimbang bayi
6. Menilai cara menyusu

Menimbang dan Menilai Kenaikan Berat Badan Bayi


Menimbang bayi pada bulan pertama kehidupan. Menimbang bayi dilakukan:
 Setiap bulan bila berat badan lahir normal dan bayi menyusu dengan baik.
Penimbangan bayi dilakukan setiap 2 minggu bila bayi tidak menyusu ASI atau
dalam pengobatan isoniazid
 Ketika bayi dibawa untuk pemeriksaan karena tidak dapat menyusu dengan baik
atau sakit
Umur Kehilangan / kenaikan berat badan yang dapat diterima
dalam bulan pertama kehidupan
1 minggu Turun sampai 10%
2-4 minggu Naik setidak-tidaknya 160 gram per minggu (setidak-tidaknya 15
garm per hari)
1 bulan Naik setidak-tidaknya 300 gram dalam bulan pertama
Bila penimbangan dilakukan setiap hari dengan alat timbang yang akurat

Minggu Tidak ada penurunan berat badan atau kurang dari 10%
pertama
Setelah minggu Setiap hari terjadi kenaikan pada bayi kecil setidak-tidaknya 20
pertama gram

Menimbang bayi dengan berat badan rendah dilakukan pada:


 Setiap hari sampai 3 kali kenaikan berat badan (setidak-tidaknya 15
gram/hari)
 Setiap minggu sampai umur 4-6 minggu (mencapai aterm)

Konseling Keluarga untuk Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah


 Ajarkan ibu atau orang yang menunggu bayi tentang tanda-tanda bahaya
Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahwa bayi cukup mendapat ASI bila:
o Bayi terlihat puas

98
o Penurunan berat badan tidak lebih dari 10% berat badan lahir pada
minggu pertama
o Berat badan bayi naik paling tidak 160 gram pada minggu-minggu
berikutnya atau nominal 300 gram pada bulan pertama
o Bayi buang air kecil minimal 6 kali sehari
o Kotoran bayi berubah dari warna gelap ke warna coklat terang atau
kuning setelah hari ke-3
 Menjaga kehangatan bayi di rumah:
o Jelaskan pada ibu bahwa bayi memerlukan tambahan satu lapis kain
dibandingkan dengan keperluan anak yang lebih besar atau orang
dewasa
o Menjaga ruangan atau bagian ruangan tetap hangat, terutama pada
cuaca dingin
o Kenakan pakaian atau selimut bayi sepanjang hari
o Pada malam hari, tidurkan atau tempatkan bayi dekat ibu sehingga mudah
dijangkau untuk disusunkan atau kecukupan asupan ASI
Jangan letakkan bayi pada permukaan yang dingin atau basah
Jangan mandikan bayi pada saat lahir. Tunggu setidak-tidaknya 6 jam sebelum
dimandikan
Jangan bedong, dibungkus terlalu ketat dipakaikan gurita
Jangan tinggalkan bayi terpapar matahari secara langsung

Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Bila ditemukan tanda bahaya berikut, rujuk bayi ke fasilitas kesehatan
 Tidak dapat menyusu
 Kejang
 Mengantuk atau tidak sadar
 Napas cepat (>60 per menit)
 Merintih
 Retraksi dinding dada bawah
 Sianosis sentral

Penanganan Bayi Selama dalam Perjalanan ke Tempat Rujukan


 Menjaga bayi tetap hangat dengan melakukan kontrak kulit bayi ke kulit ibu atau
orang lain
 Selimuti bayi dengan selimut dan kenakan topi pada kepala bayi
 Lindungi bayi dari sinar matahari langsung

99
PENILAIAN :
 Mendorong ibu menyusui selama perjalanan
Bayi menangis atau bernafas spontan dan teratur
 Jika bayi tidak mau menyusu dan perjalanan memakan waktu lebih dari 3 jam,
mintalah ibu untuk memeras ASI dan memberikannya ke bayi dengan cangkir

MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR NORMAL

Asuhan bayi baru lahir

1. Segera potong tali pusat jangan


membubuhi apapaun.
2. Keringkan
3. Tidak perlu pengisapan jalan napas
4. Dekatkan segera bayi pada payudara ibu
dan berikan ASI dini ( kontak bayi
dengan kulit ibu)

100
2) MANAJEMEN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
 Pengertian Asfiksia Bayi Baru Lahir
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat
janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin
berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama
atau sesudah persalinan.

 Penyebab Asfiksia
Hal-hal yang dapat mengakibatkan asfiksia BBL
a. Keadaan Ibu
1. Preeklampsia dan eklampsia
2. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3. Partus lama atau partus mancet
4. Demam selama persalinan
5. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
6. Kehamilan Post Matur (sesudah 42 minggu kehamilan)

b. Keadaan Tali Pusat


1. Lilitan tali pusat
2. Tali pusat pendek
3. Simpul tali pusat
4. Prolapsus tali pusat

c. Keadaan Bayi
1. Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan)
2. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, forsep)
3. Kelainan kingenital
4. Air ketuban bercamour meconium (warna kehijauhan)

 Gawat Janin
Reaksi janin pada kondisi dimana terjadi
APAKAH GAWAT JANIN ?
ketidak-cukupan oksigen
BAGAIMANA Gawat janin dapat diketahui dengan :
MENGETAHUI GAWAT a. Frekuensi bayi janin kurang 100 atau
JANIN ? lebih 180x/menit
b. Berkurangnya gerakan janin. (Janin

101
normal bergerak lebih dari 10x/hari)
c. Adanya air ketuban yang tercampur
dengan meconium atau berwarna
kehijauan (pada bayi dengan presentasi
kepala)

a. Gunakan partograf untuk memantau


persalinan
b. Anjurkan ibu untuk sering berganti
BAGAIMANA MENCEGAH
posisi selama persalinan, ibu hamil yang
GAWAT JANIN ?
berbaring terlentang dapat mengurangi
aliran darahnya ke rahimnya

a. Periksa frekuensi bunyi jantung janin


BAGAIMANA
setiap 30 menit pada kala I dan setiap
MENGIDENTIFIKASI
15 menit sesudah pembukaan lengkap
GAWAT JANIN DALAM
b. Periksa ada-tidaknya air ketuban
PERSALINAN?
bercampur meconium (warna kehijauan)
Jika terdapat gawat janin :
Tingkatkan oksigen pada janin dengan cara
berikut :
a. Mintalah ibu posisi tidurnya
b. Berikan cairan kepada ibu secara oral
dan atau IV
c. Berikan oksigen (bila tersedia)
BAGAIMANA MENANGANI d. Periksa kembali denyut jantung janin
GAWAT JAININ ? setelah 10-15 menit tindakan di atas

Jika frekuensi bunyi jantung masih tidak


normal :
a. RUJUK
Bila merujuk tidak mungkin,
a. Siaplah untuk menolong BBL dengan
asfiksia

Catatan :

102
Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring ke sisi kiri untuk meningkatkan
aliran oksigen ke janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah
maupun oksigen melalui plasenta lalu ke janin. Bila posisi miring ke kiri
tidak membantu, coba posisi lain (miring ke kanan, posisi “sujud”).
Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau mengobati gawat
janin.

 Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir


1) Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi dan
persalinan persiapan

2) Persiapan Tempat Resusitasi


Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi:
a. Gunakan ruangan hangat dan terang
b. Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan
hangat misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar.
Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau
pintu yang terbuka)

Keterangan :
a. Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi
b. Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan
pengaturan posisi kepala bayi
c. Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu
petromak. Nyalakan lampu menjelang persalinan

3) Persiapan Alat Resusitasi


Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan
juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
a. Kain ke-1 : untuk mengeringkan bayi
b. Kain ke-2 : untuk menyelimuti bayi
c. Kain ke-3 : untuk ganjal bahu bayi
d. Alat pengisap lender DeLee atau boal karet
e. Tabung dan Sungkup/Balon dan Sungkup
f. Kotak Alat Resusitasi
g. Sarung Tangan

103
h. Jam atau pencatatan waktu

Keterangan :
a. Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat
menyerap cairan misalnya handuk, kain flanel, dll. Kalau tidak ada
gunakan kain panjang atau sarung.
b. Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos,
selendang, handuk kecil), digulung setinggi 3 cm dan bisa
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tegadah
Cara menyiapkan :
a. Kain ke-1 :
Fungsi kain pertama adalah untuk mngeringkan BBL yang basah oleh air
ketuban segera setelah lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih
meletakkan bayi baru lahir di atas perut ibu, sebelum persalinan akan
menyediakan sehelai kain di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hal ini juga
digunakan pada bayi asfiksia.
Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan di dekat perineum ibu
sampai tali pusat telat diklem dan dipotong kemudian jika perlu dilakukan
tindakan resusitasi.
b. Kain ke-2 :
Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat.
Singkirkan kain ke-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Kain ke-2
ini diletakkan di atas tempat resusitasi, digelar menutupi permukaan yang rata.
c. Kain ke-3 :
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam
pengaturan posisi kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3 cm diletakkan di
bawah kain ke-2 yang menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
d. Alat Resusitasi :
Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lendir DeLee dan alat resusitasi
tabung/balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi, maksudnya agar
mudah diambil sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi
BBL.
e. Sarung Tangan
f. Jam atau pencatat waktu

4) Persiapan Diri

104
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara :
a. Memakai alat pelindung diri dari persalinan (celemek plastic, masker,
penutup kepala, kacamata, sepatu tertutup)
b. Lepaskan perhiasaan, cicin, dan jam tangan sebelum cuci tangan
c. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran
alkohol dan gliserin
d. Keringkan dengan kain/tisu bersih
e. Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan

 Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir


PENILAIAN Sebelum bayi lahir :
 Apakah kehamilan cukup bulan ?
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah :
 Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur
meconium (warna kehijauan) ?
Segera setelah bayi lahir (jika cukup bulan) :
 Menilai apakah bayi menangis atau
bernapas/megap-megap?
 Menilai apakah tonus otot baik?
KEPUTUSAN Memutuskan bayi perlu resusitasi jika :
 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-
megap/tidak bernapas dan atau tonus otot bayi
tidak baik
 Air ketuban bercampur mekonium
TINDAKAN Mulai lakukan resusitasi segera jika :
 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-
megap/tidak bernapas dan atau tonus otot bayi
tidak baik
Laukan tindakan resusitasi BBL
 Air ketuban bercampur meconium :
Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya

DASAR ASUHAN BBL :


a. Kering, basah, dan hangat

105
b. Bebaskan dari bersihan jalan napas BBL
c. Rangsang an taktil
d. ASI

 Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir


a. Pemotongan tali pusat
1. Pola di atas perut ibu
2. Pola dekat perineum ibu

 Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir


Bila bayi cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap dan
atau tonus otot tidak baik :
a. Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk untuk
memulai pernapasannya dan bahwa Anda akan menolongnya bernapas
b. Mintalah salah satu seorang keluarga mendampingi ibu untuk memberi
dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan

TAHAP 1 : LANGKAH AWAL


1. Jaga bayi tetap hangat
a. Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu
b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali
pusat
c. Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras,
bersih, kering, dan hangat
d. Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas
2. Atur Posisi Bayi
a. Baringkan bayi terlntang dengan kepala di dekat penolong
b. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan mendapatkan ganjal
bahu sehingga kepala sedikir ekstensi
3. Isap Lendir
Gunakan alat pengisap lendir DeLee dengan cara :
a. Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung
b. Lakukan pengisapan saaat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu
memasukkan
c. Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebig dari 5 cm ke dalam
mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung), hal itu dapat menyebabkan
denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas
Bila dengan balon karet lakukan dengan cara, sbb :

106
a. Tekan bola di luar mulut
b. Masukkan ujung pengisap di rongga meulut dan lepaskan (lendir akan
terhisap)
c. Untuk hidung, masukkan di lubang hidung
4. Keringkan dan Rangsang Bayi
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala ,dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas
b. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
1) Menepuk/menyentil telapak kaki
2) Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan
5. Atur Kembali Posisi Kepala Bayi dan Selimuti Bayi
a. Ganti kain yang telas basah dengan kain kering di bawahnya
b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar
bisa memantau pernapasa bayi
c. Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi
Lakukan penilaian bayi
 Bila bayi bernapas normal : lakukan asuhan pascaresusitasi
 Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas : mulai lakukan ventialsi bayi

TAHAP II : VENTILASI
1. Pasang sungkup :
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut, dan hidung
2. Ventilasi 2 kali
a. Lakukan tiupan/pemompaan dengan tekanan 30 cm Air. Tiupan awal tabung-
sungkup/pemompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka
alveoli paru agar bayi mulai bernapas dan menguji apakah jalan napas bayi
terbuka
b. Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat melakukan tiupan/pemompaan perhatikan apakah dada bayi
mengembang, bila tidak mengembang :
1) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor
2) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu
3) Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
pengisapan
4) Lakukan tiap 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada
mengembang, lakukan tahap berikutnya
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

107
a. Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon
dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
sama bayi mulai menangis dan bernapas spontan
b. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah
30 detik lakukan penilaian ulang napas

Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap
1) Lihat dada apakah ada retraksi dinding dad bawah
2) Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernafas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat :
 Jangan ventilasi lagi
 Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan
asuhan BBL
 Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
 Katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinn besar akan membaik
Jangan tinggalkan bayi sendiri
3) Lanjutkan asuhan pascaresusitasi

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas lanjutkan ventilasi.

4. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penialian ulang napas


a. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
b. Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apak bernapas,
tidak bernapas atau megap-megap

Jika bayi sudah mulai bernapas spontan, hentikan ventiasi bertahap dan lakukan
asuhan pascresusitasi

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30
detik kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik.

5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
a. Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang akan dilakukan dan
mengapa
b. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
c. Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
d. Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan

108
6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak
teraba, lanjutkan ventilasi selama 10 menit.
Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali
pusat tidak teraba, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta
lakukan pencatatan. Bayi yang mengalami asitol (tidak ada denyut jantung)
selama 10 menit kemungkinan besar kerusakan otak yang permanen.

TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI


Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pascaresusitasi yang merupakan
perawatan intensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan
konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara intensif serta pencatatan. Asuhan
yang diberikan dengan hasil resusitasi:
1. Resusitasi berhasil
Bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah
ventilasi
2. Resusitasi belum / kurang berhasil
Bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2 menit belum bernapas atau megap-
megap ata pada pemantauan didapatkan kondisinya memburuk
3. Resusitasi tidak berhasil
Sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak bernapas dan detak jantung
0.

3) MANAJEMEN AIR KETUBAN BERCAMPUR MEKONIUM


Mekoneum adalah feses pertama BBL. Mekoneum kental pekat dan berwarna hijau
kehitaman.
Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali sesudah persalinan (12-24
jam pertama).
 Bahaya air ketuban bercampur mekonium warna kehijauan
Mekonium dapat masuk ke dalam paru bayi selama di dalam rahim atau saat
bayi mulai bernapas ketikan dilahirkan. Tersedak mekonium dapat
menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.
 Penatalaksanaan
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur
mekonium. Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika
air ketuban bercampur mekonium sama dengan pada bayi yang air
ketubannya tidak bercampur mekonium hanya berbeda pada :
 Jika menangis / bernapas normal,

109
Potong tli pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun,
dilanjutkan dengan Langkah Awal.
 Jika megap-megap atau tidak bernapas,
Buka mulut lebar, usap mulut dan isap lendir, potong tali pusat dengan
cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah
Awal.

Keterangan:
pemotongan tali pusat dapat merangsang pernapasan abyi, apabila masih ada
air ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bisa tersdak (aspirasi).

BAYI PERLU RUJUKAN


 Konseling:
 Jelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayinya memrlukan rujukan.
Sebaiknya bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan
 Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau
salah seorang anggota keluarga perlu menemani selama rujukan
 Beritahukan kepada tempat rujukan yang dituju (bila mungkin) tentang keadaan
bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga bila ibu baru saja melahirkan
 Bawa alat resusitasi dan perlengkaan lain yang diperlukan selama rujukan
 Melanjutkan resusitasi (bila diperlukan)
 Mamantau tanda bahaya
 Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, kenakan tutup kepala bayi dan bila
mungkin lakukan perawatan bayi lekat
 Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya menyusui segera kepada bayinya, kecuali
pada keadaan gangguan anpas dan kontraindikasi lainnya
 Memberikan vitamin K1
 Mencegah infeksi
 Membuat surat rujukan
 Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh)
dan catatan medik
 Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

110
2. KESEHATAN REPRODUKSI
a. GANGGUAN HAID
Siklus perdarahan haid lamanya kurang lebih 2-6 hari. Gangguan yang
berhubungan dengan haid:
1) Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
Penatalaksanaan :
a) Progesterone sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 sampai 10
hari sebelum haid
b) Metiltestosterone 5 mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari
c) Pemberian deuretik selama 5 hari dapat bermanfaat
d) Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10
hari sebelum haid
e) Psikoterapi supportif

2) Dismenorea
a) Diagnosis
Dibuat dari keluhan-keluhan yang timbul, selalu berhubungan dengan
haid. Pada dugaan adanya endometriosis maupun infeksi kronik perlu
dilakukan laparoskopi diagnostik.
b) Penatalaksanaan
Singkirkan terlebih dahulu kelaianan organik. Bila ada, obati sesuai
kelainan yang ada. Pada wanita usia muda dicoba dengan spasmolitik
atau analgesik. Pada dismenorea primer, pengobatannya:
 Antiprostaglandin
 Pil KB atau pemberian progesteron saja (nortestosteron, medroksi
progesteron asetat, didrogesteron) dari hari 5-25 siklus haid 5-10
mg/hari. Pengobatan berlangsung berrbulan-bulan. Setelah keluhan
nyeri berkurang, progesteron cukup diberikan pada hari ke-16
sampai ke-25 siklus haid.
 Pada dismenorea sekunder bergantung pada penyebabnya, untuk
infeksi berikan antibiotika yang sesuai

b. KEPUTIHAN
1) Anamnesis
a) Usia
b) Jumlah
c) Masa inkubasi / lama terjadinya
d) Paparan PHS

111
e) Pemakaian antibiotika, kortikosteroid
f) Hubungan dengan menstruasi, ovulasi, kehamilan
g) Antibiotik vaginal douche
h) Warna
i) Iritatisi: infeksi, benda asing, neoplasma
j) Penyakit sistemik
k) Minum pil KB
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi kulit perut bawahterutama perineum, anus
b) Inspeksi rambut pubis
c) Inspeksi & palpasi genetalia eksterna
d) Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Nilai sekresi dinding avgian (warna, konsistensi, bau)
b) Tes pap
5) Penatalaksanaan
a) Vaginitis
 Metronidazol
 Ampicillin 4 x 500 mg (7-10 hari)
 Sefaleksin 4 x 500 mg (6 hari)
 Sefadrin 250 mg
b) Mycoplasma hominis
 Tetrasiklin 4 x 500 mg (10 hari)
c) Candida albicans
 Medikamentosa nystatin 3 x 500.000 U/hari oral (7-10 hari)
 Medikamentosa nystatin 2 x 100.000 U/hari pervaginam (14 hari)
 Kotrimazol pervaginam 100 mg (7 hari)
 Gentian violet 5%
 Mikonazol krem pervaginam (7-14 hari
 Krem hidrokortison 0,5%
 Sumber infeksi di usus
 Obati partner
d) Trichomonas vaginalis
 Metronidazol 3 x 250 mg (oral)
 Pemakaian kondom
 Obati partner
e) Neisseria gonorrhoea

112
 Ampisilin 3,5 gram oral
 Tetrasiklin / eritromisin 4 x 500 mg (10 hari)

c. MENOPAUSE
1) Diagnosis
a) Umur dan gejala-gejala yang timbul
b) FSh dan LH (FSH = 10-12x/) (LH = 5-10x/), estrogen rendah
c) Kalsium, kolesterol
d) Sitologi (pap smear)
2) Penatalaksanaan
a) Sedatif, psikofarma
b) Psikoterapi
c) Diet
d) Hormonal. Sindrom klimakterik terjadi akibat kekurangan estrogen maka
pengobatan yang tepat adalah pemberian estrogen
Keadaan yang harus diketahui sebelum pemberian estrogen:
 Tekanan darah
 Hasil pemeriksaan pap smear
 Adanya pembesaran uterus
 Adanya varises berat di ekstremitas bagian bawah
 Adanya obesitas
 Fungsi kelenjar tyroid (BMR)
 Kadar HB, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati

d. PAP SMEAR
1) Pengertian
Pap smear adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel
yang diperoleh dari usapan serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90%
pada displapasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada displasia
ringan/sedang.
2) Tujuan
Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV (Human
Papilloma Virus) dan pra kanker serviks.
3) Sasaran
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usia telah mencapai
18 tahun dan sudah menikah.
4) Kapan dilakukan Pap Smear

113
Anjuran untuk melakukan pap smear secara teratur :
a) Setiap 1 kali setahun diperuntukan bagi :
 Wanita yang berusia diatas 35 tahun
 Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah
menderita infeksi HPV atau kulit kelamin
 Wanita yang memakai pil kontrasepsi/KB
b) Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika dalam
pemeriksaan pap smear sebelumnya berturut-turut 3 kali menunjukkan
hasil negatif atau wanita yang telah menjalani pengangkatan rahim
(histerektomi) bukan karena kanker
6) Syarat-syarat dilakukan Pap Smear
a) Sudah pernah melakukan hubungan seksual
b) Tidak melakukan hubungan intim 48 jam (2 hari) sebelum pemeriksaan
c) Tidak sedang menstruasi. Lebih baik pada 2 minggu setelah hari
pertama menstruasi
d) Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidah diperkenankan melakukan
pencucian atau pembilasan vagina dan memakai bahan-bahan
antiseptik pada vagina
e) Penderita setelah bersalin, setelah operasi rahim, setelah radiasi
sebaiknya datang 6-8 minggu kemudian
f) Penderita yang mendapat pengobatan lokal seperti vagina supositoria
atau ovula sebaiknys dihentikan 1 minggu sebelum pap smear
g) Tidak sedang dalam infeksi berat. Contoh keputihan yang sangat parah
7) Langkah-langkah pemeriksaan Pap Smear
a) Alat dan Bahan
b) Formulir konsultasi sitologi
c) Spatula Ayre yang dimodifikasi atau Cytobrush
d) Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label
e) Speculum cocor bebek kering
f) Tabung berisi larutan fiksasi alkohol 95%
8) Cara Pengambilan Sediaan
a) Tuliskan data klinis klien yang jelas pada lembar permintaan konsultasi,
meliputi umur, paritas, alamat.
b) Klien berbaring dalam posisi litotomi
c) Pasang speculum cocor bebek untuk menampilkan serviks
d) Spatula dengan ujung pendek diusap 360° pada permukaan serviks

114
e) Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan
bolpoint pada sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan
geserkan sekali saja agar tidak terjadi kerusakan sel.
f) Spatula Ayre yang telah dimodifikasi dengan ujung yang panjang agar
bisa mencapai sambungan skuamokolumner atau kapas lidi diuasap
360° pada permukaan endoserviks, kemudian digeserkan pada
setengah bagian sisanya.
g) Masukan segera dalam larutan fiksasi, biasanya alkohol 95% (jangan
berada di udara lebih dari 10 detik karena mungkin terjadi artefak).
Biarkan dalam larutan fiksasi minimal selama 30 menit.
h) Keringkan di udara. Bila tempat pewarnaan jauh dari tempat praktek,
masukkan sediaan dalam amplop/pembungkus agar tidak pecah.
9) Interpretasi dan Rekomendasi dari jawaban Sitologi
a) Negatif
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1
tahun lagi.
b) Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik, tidak
ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi
sel. Ulangi pemeriksaan sitologi setelah dilakukan pengobatan radang
dan sebagainya.
c) Displasia
Terdapat sel-sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat
ringan,sedang, sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi dengan
kalposkopi dan biopsi. Lakukan penanganan lebih lanjut dan harus
diamati minimal 6 bulan berikutnya.
d) Positif
Terdapat sel-sel ganas pada pengamatan mikroskopik. Harus
dilakukan biopsi untuk memastikan diagnosis. Penanganan harus
dilakukan di Rumah Sakit rujukan dengan dokter ahli onkologi.
e) HPV
Pada infeksi virus ini dapat ditemukan sediaan negatif atau
displasia. Dilakukan pemantauan ketat dengan konfirmasi kolposkopi
dan ulangi pap smear.

115
e. PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
1) Pengertian
Pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat
dan memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan. Dengan
melakukan pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan
atau masalah lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih
efektif untuk diobati.
2) Tujuan
Dengan melakukan pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya
benjolan atau masalah lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil
sehingga lebih efektif untuk diobati.
3) Sasaran
Sebaiknya pemeriksaan payudara sendiri dilakukan oleh setiap wanita
tiap bulan dimulai pada umur 20 tahun atau sejak menikah.
4) Waktu pelaksanaan
Pemeriksaan payudara dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung
sejak hari ke 1mulai haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri)
atau bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih
tanggal yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal
lahirnya).
5) Tanda-tanda yang harus diwaspadai
Tanda-tanda yang terlihat dengan memperhatikan payudara antara lain:
a) Penambahan ukuran/besar yang tidak biasa pada payudara
b) Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya
c) Lekukan seperti lesung pipit pada kulit payudara
d) Cekungan atau lipatan pada puting
e) Perubahan penampilan payudara
f) Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu puting
g) Adanya benjolan pada payudara
h) Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak atau leher
i) Pembengkakan pada lengan bagian atas
6) Cara memeriksa payudara sendiri
a) Berdirilah didepan cermin dengan tangan disisi tubuh dan lihat apakah
ada perubahan pada payudara

116
b) Perhatikan kedua payudara lihat perubahan dalam hal ukuran, bentuk,
warna kulit atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit
c) Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan
diatas kepala
d) Kemudian meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar
otot dada berkontraksi
e) Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara
menggantung seimbang
f) Dengan lembut tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari
telunjuk untuk melihat apakah ada cairan yang keluar
g) Kemudian dilakukan perabaan payudara
h) Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring
i) Jika memeriksa payudara sambil berbaring, letakkan sebuah bantal di
bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa, angkat lengan kiri ke
atas kepala.
j) Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara kiri dengan ketiga jari
tengah (telunjuk, tengah, manis)
k) Mulailah dari daerah puting susu dan gerakan ketiga jari tersebut
dengan gerakan memutar diseluruh permukaan payudara
l) Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk
memeriksa daerah yang berada diantara payudara, di bawah lengan
dan di bawah tulang selangka
m) Angkat lengan kanan keatas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk
payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri

f. PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL


1) Pengertian
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) adalah perdarahan abnormal
yang terjadi didalam atau di luar siklus haid, oleh karena gangguan fungsi
mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium tanpa
disertai kelainan organik genital.
2) Patofisiologi
PUD dapat terjadi pada siklus ovulatorik, anovulatorik maupun pada
keadaandengan folikel persisten
 Pada siklus persisten
Perdarahan dapat terjadi pada pertengahan haid ataupun
bersamaan dengan haid, perdarahan ini disebabkan korpus luteum

117
persisten dengan kadar estrogen yang rendah, sedangkan
progesterone terus terbentuk
 Pada siklus Anovulatorik
Sering dijumpai pada masa premenopause dan masa
reproduksi. Dasar perdarahan yang terjadi pada siklus anovulatorik ini
karena tidak terjadi ovulasi maka korpus luteum terbentuk, sehingga
akan terjadi kadar progesterone rendah dan kadar estrogen
berlebihan.
 Pada keadaan folikel persisten
Sering dijumpai pada masa perimenopause jarang pada masa
reproduksi. Oleh karena pengaruh estrogen yang terus menerus,
endometrium mengalami hiperplasi baik jenis simple hiperplasi,
adenomatus maupun atipik . Jenis adenomatus dan atipik merupakan
pembakal keganasan (pre cancer) sehingga perlu penanganan khusus
3) Gambaran Klinis
a. Perdarahan dapat terjadi setiap waktu dalam siklus haid
b. Perdarahan dapat bersifat sedikit-sedikit, terus menerus atau banyak
dan berulang-ulang
c. Paling sering dijumpai pada masa menarche atau masa perimenopause
4) Etiologi
Penyebab PUD ini sukar diketahui dengan pasti.
PUD sering dijumpai pada :
a. Sindroma Polikistik ovarii (SOPK)
b. Obesitas
c. Imaturitas poros hipotalamik-hipofise-ovarium, misal : pada masa
menarke
d. Anovulatori terlambat (late anovulatori) misal : pada pra menopause
e. Gangguan kejiwaan
5) Diagnosis
 Anamnesis
Sangat penting untuk melakukan anamnesis cermat, perlu
ditanyakan usia menarke, siklus haid setelah menarke, lama dan jumlah
darah haid. Selain itu perlu ditanyakan latar belakang kehidupan
keluarga serta latar belakang emosionalnya. Penggunaan obat KB dan
terapi hormonal lain, riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit dalam.
6) Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum

118
Pemeriksaan umum ditujukan untuk mengetahui kemungkinan
kelainan yang menjadi sebab perdarahan. Perhatikan kemungkinan
penyakit metabolic, penyakit sistemik lain atau penyakit menahun
termasuk kelainan hemostasis.
b. Pemeriksaan ginekologik
1) Dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kelaianan organic yang
dapat menyebabkan perdarahan abnormal, misalnya : polip serviks,
ulkus, perlukaan, erosi, radang, tumor abortus, keganasan, dll
2) Untuk menegakkan diagnosis pada gadis tak perlu kuret
3) Pada wanita yang sudah menikah, sebaiknya dilakukan kuret untuk
menegakkan diagnosis.
4). Pada pemeriksaan histology, biasanya didapatkan endometrium
hyperplasia. USG vaginal jika memungkinkan dilakukan untuk:
kemungkinan hasil, tebal endometrium, kelainan patologis di cavum
uteri
7) Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan adalah dengan :
a. Membuat diagnosis PUD, dengan menyingkirkan kemungkinan kelainan
organik
b. Menghentikan perdarahan :
1) kuretase ( tidak perlu MRS, kecuali bila akan ditransfusi) dilakukan
untuk penderita yang sudah menikah
2) Obat-obatan
 Estrogen
Biasanya dipilih estrogen alami seperti estrogen konyugasi
misalnya Estradiol Valerat. Estrogen jenis ini lebih
menguntungkan karena tidak membebani hati dan tidak
meningkatkan kadar rennin maupun gangguan pembekuan
darah. Dosis pemberian :
- Bila perdarahan banyak : MRS, diberikan etinil estradiol 0,05
mg/oral tiap 8 jam
- Bila perdarahan tidak banyak, dapat diberikan : benzoate
estradiol 20 mg IM, estradiol konyugasi 2,5 mg per oral 7-10
hari
 Pil kombinasi
Tujuan merubah endometrium menjadi reaksi pseudodesidual
Dosis:

119
- Bila perdarahan banyak dapat diberikan 4x1 selama 7-10 hari
kemudian dilanjutkan 1x1 selama 3-6 siklus
 Progesteron
Tujuan pemberian estrogen ini untuk memberikan keseimbangan
pengaruh pemberian estrogen. Progesterone yang dipilih adalah
jenis progesterone yang molekulnya menyerupai progesterone
alami seperti Medroxy Progesteron Acetate (MPA) dan
diprogesteron
Dosis :
- MPA 10-20 mg perhari selama 7-10 hari atau Norethisteron
2x5 mg 7-10 hari
- Bila ada kontra indikasi estrogen dapat diberikan injeksi 100
mg IM progesterone
 Senyawa antiprostaglandin
Penggunaan senyawa anti prostaglandin terutama pada penderita
dengan kontra indikasi pemberian estrogen dan progesterone,
misalnya kegagalan fungsi hati atau keganasan.
c. Mengatur haid supaya normal kembali
Segera setelah perdarahan berhenti, dilanjutkan terapi untuk mengatur
haid. Untuk mengatur haid dapat diberikan :
 Pil oral selama 3-6 bulan
 Progesteron 2x5 mg selama 10 hari dimulai pada hari ke 14-15 haid.
d. Bila anemis (Hb < 8 gr%) diberi transfusi

120
3. KELUARGA BERENCANA
A. METODE DAN LANGKAH KEGIATAN
1. KONTRASEPSI CARA SEDERHANA
a. Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
1) Pengertian
Metode Amenorea Laktasi adalah kontrasepsi alami yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya
hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun
lainnya.
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila : menyusui secara
penuh (full breast feeding), lebih efektif bila pemberian ≥ 8x sehari, belum
belum haid, umur bayi kurang dari 6 bulan.
MAL efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan
pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
2) Yang dapat menggunakan MAL adalah :
a. Ibu yang menyusui secara eksklusif
b. Umur bayi kurang dari 6 bulan
c. Belum haid setelah melahirkan
3) Yang seharusnya tidak boleh menggunakan MAL adalah :
a. Sudah mendapatkan haid setelah persalinan
b. Tidak menyusui secara eksklusif
c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam
4) Instruksi kepada klien (hal yang harus di sampaikan kepada klien) antara
lain :
a. Seberapa sering harus menyusui, bayi disusui secara on
demand(sesuai kebutuhan bayi)
b. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam
c. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan
hisapannya
d. Bayi terus disusukan walau bayi/ibu sedang sakit
e. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
f. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan
berat badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI
sampai dengan umur 6 bulan.
g. Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain,
bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak
lagi efektif sebagai metode kontrasepsi.

121
h. Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur dan
harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya.

b. Metode Kalender (Pantang Berkala)


1. Pengertian
Kontrasepsi metode kalender adalah suatu metode kontrasepsi dimana
senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan
siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya
lendir encer dari liang vagina.
2. Yang dapat menggunakan KBA adalah :
a. Semua perempuan usia reproduksi baik siklus haid teratur maupun
tidak teratu, tidak haid baik karena menyusui maupun
pramenopause.
b. Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
c. Perempuan dengan proporsi tubuh kurus atau gemuk.
d. Perempuan yang merokok.
e. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain :
hipertensi sedang, varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau
hebat, moima uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi
besi, hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli
paru.
f. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak
menggunakan metode lain.
g. Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi
lain.
h. Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminngu pada
setiap siklus haid.
i. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi,
mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan.
3. Yang seharusnya tidak menggunakan KBA adalah :
a. Perempuan dengan siklus haid tidak teratur
b. Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah
kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko
tinggi
c. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah
abortus)
d. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama
(berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid

122
e. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalnya.

c. Senggama Terputus
1. Pengertian
Senggama terputus adalah metode KB tradisional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina sehingga tidak
ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah.
2. Metode ini dapat dipakai oleh :
a. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam KB
b. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
c. Pasangan yang membutuhkan metode pendukung
d. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi
untuk tidak memakai metode-metode lain.
e. Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil menunggu
metode yang lain
f. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur
3. Kontra indikasi
a. Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
b. Suami yang sulit melakukan senggama terputus
c. Suami yang mempunyai kelainan fisik atau psikologis
d. Pasangan yang kurang saling berkomunikasi
e. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus
f. Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
4. Hal hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Sebelum berhubungan pria terlebih dahulumengosongkan kandung
kencing dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan
sperma dari ejakulasi sebelumnya
b. Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya
dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina
c. Pastikan pria tidak terlambat mengeluarkan penisnya dari vagina
saat akan ejakulasi
d. Senggama dianjurkan pada masa tidak subur

2. KONTRASEPSI DENGAN METODE EFEKTIF


A. Metode Kontrasepsi Hormonal
1) Pil KB Menyusui (Minipil)
a. Jenis-jenis pil KB menyusui (minipil)

123
Kemasan dengan isi 35 pil : 300 µg levonorgestrel atau 350 µg
noretindron (microlut) dan kemasan dengan isi 28 pil : 75µg
desogestrel (excluton).
b. Yang boleh menggunakan minipil
a) Wanita usia reproduksi
b) Telah memiliki atau belum memiliki anak
c) Pascapersalinan dan menyusui
d) Pasca keguguran
e) Perokok segala usia
f) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif
selama periode menyusui
g) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau
dengan masalah pembekuan darah
h) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak
menggunakan estrogen.
c. Yang tidak boleh menggunakan minipil adalah :
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
d) Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin), atau obat untuk
epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
e) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
f) Sering lupa menggunakan pil
g) Mioma uterus, karena progestin memicu pertumbuhan mioma
uterus
h) Riwayat stroke, karena progestin menyebabkan spasme
pembuluh darah.
d. Cara pemakaian
a) Tunjukan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan
beritahukan untuk mengikuti panah tertera di kemasan pil
b) Pil diminum setiap hari dan pada saat yang sama setiap hari
c) Mulai minum pil pada saat hari pertama haid sampai hari ke 7
siklus haid
d) Selanjutnya minum sesuai tanda panah yang ada pada kemasan
e) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan
pil,ambillah pil yang lain
f) Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam tetapi
kondisi baik pil dapat diteruskan

124
g) Bila muntah dan diare lebih dari 2 hari cara penggunaan pil
mengikuti penggunaan pil lupa.
h) Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21) segera minum pil saat ingat atau
minum 2 pil pada hari yang sama, bila lupa 2 pil atau lebih (hari
1-21) sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal
yang ditetapkan. Sebaiknya gunakan metode kontrasepsi lain
atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah
menghabiskan paket pil tersebut.
i) Bila tidak haid perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.

e. Efek Samping
a) Mual, muntah, pusing
b) Nyeri payudara
c) Perdarahan bercak (spotting)
d) Amenorea (tidak ada perdarahan atau spotting)

2) Pil KB kombinasi
a. Jenis-jenis Pil KB kombinasi
a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis yang
sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
b) Bifasik :pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan dua dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
c) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan tiga dosis
yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
b. Indikasi
a) Wanita usia reproduksi
b) Gemuk atau kurus
c) Telah memiliki atau belum memiliki anak
d) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
e) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
f) Pasca keguguran
g) Siklus haid tidak teratur
h) Anemia karena haid berlebihan
i) Nyeri haid hebat
j) Riwayat kehamilan ektopik

125
k) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
mata,saraf
l) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau
tumor ovarium jinak
m) Menderita tuberkulosis (kecuali sedang menggunakan
rifampisin).
n) Varises vena.

c. Kontra Indikasi
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Menyusui eksklusif
c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
d) Penyakit hati akut (hepatitis)
e) Perokok dengan usia > 35 tahun
f) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
g) Riwayat penyaki jantung, stroke atau tekanan darah > 180/110
mmHg
h) Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi)
i) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis
> 20 tahun.
j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
d. Cara pemakaian
a) Tunjukan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan
beritahukan untuk mengikuti panah tertera di kemasan pil
b) Pil diminum setiap hari dan pada saat yang sama setiap hari
c) Mulai minum pil pada saat hari pertama haid sampai hari ke 7
siklus haid
d) Selanjutnya minum sesuai tanda panah yang ada pada
kemasan
e) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan
pil,ambillah pil yang lain
f) Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam tetapi
kondisi baik pil dapat diteruskan
g) Bila muntah dan diare lebih dari 2 hari cara penggunaan pil
mengikuti penggunaan pil lupa.
h) Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21) segera minum pil saat ingat
atau minum 2 pil pada hari yang sama, bila lupa 2 pil atau lebih
(hari 1-21) sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai

126
jadwal yang ditetapkan. Sebaiknya gunakan metode
kontrasepsi lain atau tidak melakukan hubungan seksual
sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
i) Bila tidak haid perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.
e. Efek Samping
a) Mual, muntah, pusing
b) Nyeri payudara
c) Perdarahan bercak (spotting)
d) Amenorea (tidak ada perdarahan atau spotting)

3) Suntik KB
a. Jenis-jenis suntik KB
a) Suntik KB kombinasi (estrogen dan progesteron)
b) Suntik KB yang menagandung progestin
b. Indikasi
a) Usia reproduksi.
b) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.
c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi.
d) Menyusui ASI Pascapersalinan > 6 bulan.
e) Pascapersalinan dan tidak menyusui.
f) Anemia.
g) Nyeri haid hebat.
h) Haid teratur.
i) Riwayat kehamilan ektopik.
j) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

c. Kontra Indikasi
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan.
c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
d) Penyakit hati akut (virus hepatitis)
e) Usia > 35 tahun yang merokok.
f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah
tinggi (> 180/110 MmHg).
g) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20
tahun.
h) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrain.

127
i) Keganasan pada payudara.
d. Waktu pemakaian
a) Suntikan pertama di berikan dalm waktu 7 hari siklus haid.
b) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama diberikan setiap saat
asal ibu tersebut yakin tidak hamil.

e. Cara Pemakaian
a) Kocok dengan baik obat suntikan
b) Ambil obat suntikan dengan menggunakan spuit 3 cc hindarkan
terjadinya gelembung-gelembung udara.
c) Biarkan kulit kering terlebih dahulu sebelum disuntik.
d) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang
dibasahi dengan alkohol 60-90%,
e) Kontrasepsi suntikan diberikan dengan cara disuntik
intramuskular dalam didaerah pantat.
f) Hindari suntikan diberikan terlalu dangkal untuk menghindari
penyerapan obat secara lambat dan tidak bekerja secara segera
dan efektif.
g) Suntikan diberikan setiap 90 hari.
h) Pesankan selama 7 hari setelah suntikan pertama tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
f. Efek Samping
a) Peningkatan/penurunan berat badan
b) Sakit kepala atau pusing
c) Nyeri payudara
d) Terjadinya gangguan haid (amenorea dan perdarahan
bercak/spotting.
g. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a) Setelah suntikan pertama dapat terjadi efek samping tetapi hal ini
tidak berbahaya dan cepat hilang.
b) Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan,
asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
c) Setelah suntikan dihentikan haid tidak segera datang, haid baru
datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan.
d) Kembalinya kesuburan lebih lambat.

128
4) Implant
a. Jenis-jenis Implant
a) Norplant : terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga, lama
kerja 5 tahun.
b) Implanon : terdiri dari satu batang putih lentur, lama kerja 3 tahun
c) Indoplant : terdiri dari 2 batang putih lentur, lama kerja 3 tahun.
b. Indikasi
a) Semua wanita usia reproduksi.
b) Telah memiliki anak atau belum.
c) Pasca keguguran.
d) Pascapersalinan baik menyusui atau tidak menyusui.
e) Riwayat kehamilan ektopik.
f) Sering lupa menggunakan pil.
g) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
h) Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi.
c. Kontra Indikasi
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c) Mioma uterus dan kanker payudara.
d) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
d. Waktu pemakaian
a) Waktu pemakaian setiap saat selama siklus haid hari ke-2
sampai hari ke-7.
b) Bila tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja
diyakini tidak terjadi kehamilan.
e. Cara pemakaian
1) Lakukan konseling pra pemasngan implant.
2) Petugas cuci tangan dengan sabun dan air bersih, keringkan
dengan kain bersih.
3) Pakai sarung tangan steril atau DTT
4) Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung
kapsul untuk memastikan jumlahnya.
5) Persiapkan tempat insisi dengan mengoleskan larutan antiseptik.
6) Tempatkan kain penutup (doek) pada lengan yang akan
dipasang,letakkan alas steril di bawah lengan atas.
7) Ambil spuit dan masukan lidocain 1% tanpa epinefrin
8) Lakukan anestesi lokal, intrakutan dan subdermal

129
9) Sebelum membuat insisi, pastikan efek anestesi telah
berlangsung dan rasa nyeri hilang.
10) Pegang skalpel dengan sudut 45°, buat insisi dangkal hanya
untuk sekedar menembus kulit, jangan buat insisi yang panjang
atau dalam.
11) Ambil trokar dan di pegang dengan ujung yang tajam
menghadap ke atas. Tanda 1 dekat pangkal menunjukkan batas
masuknya trokar sebelum memasukkan setiap kapsul. Tanda 2
dekat ujung menunjukkan batas pencabutan trokar setelah
memasang setiap kapsul.
12) Masukkan ujung trokar pada luka insisi dengan posisi 45° (saat
memasukkan ujung trokar).
13) Saat trokar masuk sampai tanda 1 cabut pendorong dari trokar
(implan-2), untuk implan-2 plus justru pendorong dimasukkan
(posisi panah di sebelah ats) setelah tanda 1 tercapai dan di
putar 180° searah jarum jam hingga terbebas dari tahanan
karena ujung pendorong memasuki alur kapsul yang ada di
dalam saluran trokar.
14) Masukan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan pinset untuk
mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Dorong
kapsul sampai seluruhnya masuk ke dalam trokar dan masukkan
kembali pendorong. Langkah ini tidak dilakukan pada implant-2
plus karena kapsul sudah ada di dalam trokar.
15) Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung
trokar sampai ada tahanan, untuk implan-2 plus setelah
pendorong masuk jalur kapsul maka dorong kapsul hingga terasa
ada tahanan.
16) Tahan pendorong di tempatnya kemudian tarik trokar dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk mendekati pangkal pendorong
sampai tanda 2 muncul di luka insisi dan pangkalnya menyentuh
pegangan pendorong. Untuk implant plus, pangkal trokar tidak
akan mencapai pangkal pendorong karena terhalang ujung
pendorong yang belum memperoleh akses ke kapsul kedua.
17) Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah
keluar seluruhnya dari trokar.Tanpa mengeluarkan seluruh trokar
putar ujung dari trokar ke arah lateral kanan dan kembalikan lagi
ke posisi semula untuk
18) memastikan kapsul pertama bebas.

130
19) Selanjutnya geser trokar sekitar 30° mengikuti pola yang sudah
ditentukan dan masukan kembali trokar mengikuti pola tersebut
20) Masukakn kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan seperti
pada pemasangan kapsul 1.
21) Untuk mengurangi risiko infeksi atau ekspulsi pastikan bahwa
ujung kapsul kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
22) Sebelum mencabut trokar ,raba kapsul untuk memastikan kedua
kapsul telah terpasang.
23) Keluarkan trokar pelan-pelan tekan tempat untuk insisi dengan
menggunakan kasa untuk menghentikan perdarahan.
24) Bersihkan tempat pemasangan implant dengan menggunakan
kasa antiseptik.
25) Pasang band aid atau plester pada luka insisi, kemudian pasang
kasa pembalut pada lengan yang di pasang band aid atau
plester.
26) Masukkan alat-alat kedalam larutan clorin 0,5% dan rendam
selamat 10 menit.
27) Buang bahan-bahan terkontaminasi kedalam tempat sampah
medis.
28) Lepaskan sarung tangan
29) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
30) Lengkapi rekam medik klien.

f. Pencabutan Implan
Pencabutan implan ada beberapa teknik yaitu : teknik baku, teknik
finger pop out, dan teknik U klasik.
1) Teknik Baku
a) Persiapan alat dan bahan
b) Konseling pencabutan implant tentang alasan klien ingin
mecabut implan
c) Persilahkan klien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan
dengan sabun dan air yang mengalir dan membilasnya
hingga bersih
d) Persilahkan klien berbaring dengan lengan atas yang ada
kapsul implan diletakkan diatas tempat tidur yang sudah
diberi alas

131
e) Raba kedua kapsul untuk menentukan lokasinya untuk
menentukan tempat insisi, raba (tanpa sarung tangan)
ujung kapsul dekat lipatan siku.
f) Pastikan posisi dari setiap kapsul dengan membuat tanda
pada kedua ujung setiap kapsul dengan membuat spidol.
g) Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa
menyentuh alat-alat didalamnya.
h) Petugas cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan
dengan kain bersih.
i) Pakai sarung tangan steril atau DTT
j) Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai
k) Oleskan larutan antiseptik pada area kapsul dan sekitarnya,
oleskan dengan gerakan melingkar atas bawah seluas 3-5
inci.
l) Pasang doek berlubang yang steril
m) Sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan
lokasinya.
n) Lakukan anestesi intrakutan pada tempat insisi, kemudian
depositkan 0,3 ml larutan anestesi sehingga timbul
gelembung kecil pada kulit. Masukan jarum secara hati-hati
ke subdermal dibawah ujung kapsul (1cm), depositkan
anestesi (kira-kira 0,5ml) untuk mengangkat ujung kapsul.
o) Sebelum memulai, sentuh tempat insisi dengan ujung jarum
atau skalpel untuk memastikan obat anestesi telah bekerja.
p) Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari
ujung bawah semua kapsul (dekat siku), kira-kira 5mm dari
ujung bawah kapsul.
q) Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang
(transversal) yang kecil lebih kurang 4 mm dengan
menggunakan skalpel, jangan membuat insisi yang besar.
r) Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar
atau yang terdekat tempat insisi.
s) Dorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan
sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi
t) Saat ujung kapsul tampak pada luka insisi, masukan klem
lengkung (mosquito atau crile) dengan klem lengkung
mengarah ke atas, kemudian jepit ujung kapsul dengan
ujung klem tersebut.

132
u) Membebaskan kapsul dari jaringan ikat yang melingkupi,
dapat dilakukan dengan jalan menggosok-gosok kasa steril
atau menorehkan belakang skalpel pada ujung kapsul.
Pastikan ujung kapsul bebas dari jaringan ikat sehingga
dapat dijepit dengan pinset.
v) Jepit ujung kapsul yang terbebas dari jaringan ikat
menggunakan pinset anatomis sambil mengendorkan
jepitan klem pertama pada batang kapsul
w) Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut.
Gunakan teknik yang sama untuk mencabut kapsul
berikutnya.
x) Tunjukkan kedua kapsul tersebut pada klien. Hal ini sangat
penting untuk menyakinkan klien

2) Teknik Pop Out


Untuk menggunakan teknik ini, raba tempat pencabutan secara
hati-hati untuk menentukan dan menandai kapsul.
a) Raba ujung-ujung kapsul didaerah dekat siku untuk memilih
salah satu kapsul yang lokasinya terletak ditengah-tengah
dan mempunyai jarak yang sama dengan ujung kapsul
lainnya. Dorong ujung bagian atas kapsul (dekat bahu klien)
yang telah dipilih tadi dengan menggunakan jari.
b) Pada saat ujung bagian bawah kapsul (dekat siku) tampak
jelas di bawah kulit buat insisi kecil (2-3 mm) diatas ujung
kapsul dengan menggunakan skalpel.
c) Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari
tangan lainnya pada ujung bagian bawah kapsul untuk
membuat ujung kapsul tersebut tepat berada di bawah
tempat insisi.
d) Masukkan ujung tajam skalpel kedalam luka insisi sampai
terasa menyentuh ujung kapsul. Bila perlu, potong jaringan
ikat yang mengelilingi ujung kapsul sambil tetap
memegang kapsul dengan ibu jari dan jari telunjuk.
e) Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan
kedua ibu jari sehingga ujung bawah kapsul tampil keluar.
f) Tekan sedikit ujung kranial kapsul sehingga mencuat (pop
out) pada luka insisi dan dengan mudah dapat dipegang
dan dicabut.

133
g) Setelah kapsul pertama berhasil di cabut, kapsul berikutnya
akan muncul dengan menggunakan teknik yang sama.
h) Setelah semua kapsul berhasil di cabut tunjukkan pada
klien dan hitung jumlahnya
i) Luka ditutup dengan band-aidatau kasa steril dan plester.

3) Teknik “U”
Klem yang dipakai mencabut kapsul pada teknik “U” merupakan
modifikasi klem yang digunakan vasektomi tanpa pisau yang
diameter ujung klem diperkecil dari 3,5 menjadi 2,2 mm.
a) Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 1 dan 2
lebih kurang 3 mm dari ujung kapsul dekat siku.
b) Identifikasi lokasi penjepitan batang kapsul di sekitar 3mm
dari ujung kapsul dan lakukan insisi vertikal pada kulit 3mm
dari ujung kapsul.
c) Jepit batang kapsul pada 3mm dari ujung kapsul dengan
menggunakan klem “U” (klem fiksasi) dan pastikan jepitan
ini mencakup seluruh lingkar batang kapsul.
d) Angkat klem “U” untuk mempresentasikan ujung kapsul
dengan baik, kemudian tusukan ujung klem diseksi pada
jaringan ikat yang meliputi ujung kapsul.
e) Sambil mempertahankan ujung kapsul dengan klem fiksasi,
bersihkan jaringan ikat yang melingkupi ujung kapsul
sehingga bagian tersebut dapat dibebaskan dan tampak
jelas.
f) Dengan ujung tajam klem diseksi (mengarah keatas),
sisihkan selubung jaringan ikat sehingga ujung kapsul
dapat dijepit dengan klem diseksi.
g) Jepit ujung kapsul sambil melonggarkan jepitan klem fiksasi
pada batang kapsul.
h) Tarik keluar ujung kapsul yang dijepit sehingga seluruh
batang kapsul dapat dikeluarkan. Letakkan kapsul yang
sudah dicabut pada cawan.
i) Lakukan langkah yang sama pada kapsul kedua.
j) Rapatkan bekas diseksi pada kulit, kemudian tutup dengan
kasa dan plester.

134
k) Tutup plester (luka diseksi) dengan kasa gulung untuk
menjaga kebersihan luka dan mencegah hematoma akibat
perdarahan bawah kulit.
l) Persilahkan klien untuk duduk dan turun dari ranjang,
kemudian antar ke petugas untuk mendapatkan konseling
dan asuhan mandiri pasca pemasangan.
g. Efek Samping
a) Perubahan pola perdarahanhaid, dapat terjadi perdarahan
bercak atau terus menerus pada 6-9 bulan pertama dari
pemasangan implant.
b) Perubahan berat badan.
c) Sakit kepala.
d) Mual,perubahan selera makan, payudara lembek,bertambahnya
rambut di badan atau muka dan jerawat.
h. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a) Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48
jam pertama.
b) Jelaskan untuk tidak khawatir jika mungkin terjadi sedikit rasa
perih, pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi.
c) Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun hindari benturan,
gesekan, atau penekanan pada daerah insersi.
d) Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan
plester dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari).
e) Klien dianjurkan segera kontrol jika ada tanda infeksi seperti
demam, peradangan, nyeri yang hebat, keluar darah atau nanah
dari luka insisi, ekspulsi dari batang implant.

B. Metode Kontrasepsi Non Hormonal


1. Kondom
a. Pengertian
Kondom merupakan sarung karet yang terbuat dari bahan
diantanya lateks (karet), plastik, atau bahan alami (produksi
hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.
b. Indikasi
1) Ingin berpartisipasi dalam program KB.
2) Ingin segera mendapatkan alat kontrasepsi.
3) Ingin kontrasepsi sementara.
4) Ingin kontrasepsi tambahan.

135
5) Hanya ingin menggunakan kontrasepsi jika akan
berhubungan.
6) Berisiko tinggi tertular/menularkan IMS.
c. Kontra Indikasi
1) Alergi terhadap bahan dasar kondom.
2) Mempunyai pasangan yang berisiko tinggi apabila terjadi
kehamilan.
3) Tidak mau terganggu dengan berbagai persiapan untuk
melakukan hubungan seksual.
4) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
5) Tidak mau terganggu dengan berbagai persiapan untuk
melakukan hubungan seksual
6) Tidak peduli berbagai persyaratan kontrasepsi.
d. Cara Pemakaian
1) Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
2) Jangan menggunakan gigi,atau benda tajam pada saat
membuka kemasan.
3) Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan
ujungnya pada glans penis dan tempatkan bagian penampung
sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya
dengan jalan menggeser gulungan tersebut kearah pangkal
penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penis
penetrasi ke vagina.
4) Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma
pada bagian ujungnya maka saat memakai longgarkan sedikit
bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat
ejakulasi.
5) Kondom dilepas sebelum penis melembek.
6) Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis
sehingga kondom tidak terlepas saat penis dicabut dan
lepaskan kondom diluar vagina agar tidak tumpah disekitar
vagina.
7) Gunakan kondom sekali pakai.
8) Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.
e. Efek Samping
1) Kondom rusak atau diperkirakan bocor
2) Adanya reaksi alergi
3) Mengurangi kenikmatan seksual.

136
2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Pengertian
AKDR adalah alat kontrasepsi yang di pasang didalam rahim. Jenis
AKDR antara lain: CuT-380A dan NOVA T (schering).
b. Indikasi
1) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang.
2) Pascapersalinan menyusui atau tidak menyusui
3) Pasca keguguran
4) Tidak menghendaki metode hormonal
5) Perokok
6) Gemuk ataupun kurus
7) Penderita tumor atau kanker payudara.
8) Tekanan darah tinggi.
9) Varises ditungkai atau vulva
10) Penderita diabetes dll.
c. Kontra Indikasi
1) Sedang hamil atau kemungkinan hamil.
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
3) Menderita penyakit infeksi alat genital (vaginiti, servisitis).
4) Penyakit trofoblas yang ganas.
5) Menderita TBC pelvik.
6) Kanker alat genital.
7) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
8) Tumor jinak rahim.
d. Waktu pemasangan
1) Setiap waktu dalam siklus haid.
2) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam atau 4 minggu
pascapersalinan.
3) Setelah abortus segera setelah 7 hari jika tidak ada gejala
infeksi.
e. Pemasangan AKDR
1) Persiapan alat
2) Jelaskan tentang cara pemasangan
3) Beritahukan klien untuk mengosongkan kandung kemih
4) Pakai sarung tangan DTT atau steril untuk memeriksa adanya
ulkus, pembengkakan kelenjar getah bening
5) Periksa genetalia eksterna untuk memeriksa adanya ulkus,
pembengkakan kelenjar getah bening

137
6) Lakukan pemeriksaan inspekulountuk memeriksa adanya
cairan vagina, servisitis
7) Lakukakan pemeriksaan panggul untuk menentukan besar,
posisi, konsistensi, dan mobilitas uterus
8) Masukan lengan AKDR Copper T 380A didalam kemasan
sterilnya
9) Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan
larutan antiseptik 2 kali atau lebih.
10) Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks, pasang
tenakulum uada posisi vertikal (jam 10 atau jam 2).
11) Masukkan sonde uterus untuk mengetahui kedalaman kavum
uteri, masukan sonde sekali masuk (teknik tanpa sentuh)
untuk mengurangi risiko infeksi.
12) Atur letak pembatas (warna biru) pada tabung inserter sesuai
dengan kedalaman kavum uteri. Masukan tabung inserter
sampai menyentuh fundus atau terasa ada tahanan
13) Gunakan tenakulum untuk menahan posisi uterus saat akan
melepaskan lengan AKDR
14) Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik
tabung inserter (withdrawal technique) dan tarik keluar
pendorong
15) Setelah lengan AKDR terlepas dorong secara perlahan-lahan
tabung inserter kedalam kavum uteri sampai pembatas (warna
biru) menyentuh serviks.
16) Tarik keluar sebagian tabung inserter untuk menampilkan i,
mual atau muntah benang, kemudian potong benang AKDR
kira-kira 3-4cm dari ostium serviks.
17) Lepaskan spekulum dengan perlahan-lahan
18) Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi
19) Bersihkan permukaan meja peralatan, ranjang ginekologi yang
terkontaminasi dengan larutan klorin 0,5%.
20) Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan
21) Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR
22) Minta klien untuk menunggu 15-30 menit setelah pemasangan
AKDR untuk mengobservasi gejala nyeri.
23) Lengkapi register pencatatn dan pelaporan KB.

138
f. Pencabutan AKDR
1) Tanyakan kepada klien alasan mengapa ingin melepas AKDR.
2) Lakukan konseling pencabutan AKDR
3) Anjurkan klien untuk membersihkan alat kelamin di kamar
mandi
4) Beritahukan kklien untuk tidur telentang dengan posisi litotomi
5) Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang
AKDR
6) Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2-3
kali.
7) Memberitahu klien akan dilakukan pencabutan dan minta klien
untuk tidak tegang.
8) Bila benang tampak jelas jepit benang di dekat serviks
menggunakan klem lurus/klem ovum DTT/steril, tarik benang
perlahan-lahan sehingga AKDR bisa dilepas seluruhnya
dengan mudah.
9) Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat
dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
10) Bila pencabutan sulit yaitu bila benang AKDR tidak tampak,
periksa pada kanalis servikalis dengan menggunakan klem
lurus atau lengkung.
11) Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukan alat
pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk mengait AKDR.
12) Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian sulit
untuk dikeluarkan melalui kanalis servikalis, putar klem pelan-
pelan sambil tetap menarik batang AKDR selama klien tidak
mengeluh sakit sampai AKDR terlepas seluruhnya.
13) Setelah AKDR sudah di cabut lepaskan spekulum dengan
perlahan-lahan.
14) Dekontaminasi alat dan bahan yang terkontaminasi
15) Lengkapi rekam medik klien
g. Efek samping
1) Ekspulsi
2) Perdarahan atau spotting
3) Darah menstruasi lebih banyak dan lama
4) Kram atau kejang perut bagian bawah.
5) Nyeri setelah senggama dan rasa tidak nyaman.
h. Hal hal yang perlu diperhatikan

139
1) AKDR langsung efektif segera setelah pemasangan.
2) Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu pasca
pemasangan.
3) Periksa benang secara rutin terutama setelah haid.
4) Jelaskan tentang efek samping yang mungkin dialami.
5) Copper T-380A dilepas setelah 10 tahun atau bisa dilepas
sewaktu waktu apabila diinginkan.
6) Segera kontrol jika : tidak dapat meraba benang AKDR,
merasakan bagian keras dari AKDR, AKDR terlepas, adanya
infeksi atau keluarcairan dari vagina yang mencurigakan.

3. AKDR Post Plasenta


a. Pengertian
AKDR Post plasenta adalah pemakaian AKDR dimana klien
dilakukan insersi AKDR pasca persalinan (setelah plasenta lahir).
b. Indikasi
Semua wanita usia subur setelah persalinan
c. Kontra Indikasi
Tidak ditemukan adanya kontra indikasi pemasangan AKDR post
plasenta.
d. Waktu Pemakaian
Pada saat segera setelah plasenta lahir baik pada klien dengan
persalinan normal ataupun dengan tindakan (post seksio sesarea).
e. Cara pemasangan
1) Beritahukan klien bahwa prosedur insersi akan dilaksanakan
2) Buka kemasan steril AKDR dan masukan kedalam wadah steril
3) Pakai sarung tangan steril
4) Bersihkan serviks dari bekuan darah
5) Ambil AKDR dijepit di antara jari tengah dan telunjuk dengan
benang menjuntai ke bawah
6) Lakukan pemasangan AKDR ke kavum uteri, insersi dengan
menekan SBR dorso-kaudalhingga AKDR mencapai fundus
uteri
7) Tempatkan AKDR di fundus uteri dengan melonggarkan jepitan
jari tengah dan telunjuk sambil memutar tangan 30° kemudian
geser kedua jari tersebut (kearah kanan atau kiri penolong)
8) Stabilisasi AKDR hingga tangan dalam dapat dikeluarkan

140
9) Pastikan tidak terjadi perdarahan baru, keluarkan AKDR bila
tidak terpasang baik dan lakukan insersi ulang
10) Anjurkan klien untuk tetap berbaring selama kurang lebih 2 jam
post partum
f. Efek Samping
1) Ekspulsi
2) Spotting

D.DOKUMENTASI
Pencatatan kegiatan dilakukan di :
1. Pengisian di kohort KB.
2. F/II/KB
3. K/ IV/KB
4. K/I/KB
5. Informed consent
4.

141
BAB V
LOGISTIK

A. GAMBARAN UMUM

Terdapat empat point Manajemen logistik untuk petugas Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) dan KB serta pengelola Obat Puskesmas:
1. Pemesanan ( mendapatkan obat, bahan habis pakai dan alat )
2. Penyimpanan (mencatat,memberi label, menaruh peralatan dalam tempat
persediaan atau penyimpanan
3. Pengeluaran (menghabiskan bahan habis pakai, memelihara dan
memperbaiki peralatan yang tidak habis pakai)
4. Pengawasan dan pemeliharaan (mengawasi peralatan habis pakai,
memelihara dan memperbaiki peralatan tidak habis pakai)

B. LOGISTIK KIA
NO
NAMA ALAT/OBAT/BARANG JUMLAH SATUAN
.
1 Buku KIA 34 Buah
2 Register Kohort Ibu 7 Buah
3 Register Kohort Bayi 7 Buah
4 Register Kohort Anak Balita 6 Buah
5 Register Kohort Apras 6 Buah
6 Form Partograf 100 Lembar
7 Kartu Ibu 100 Lembar
8 Form MTBS 100 Lembar
9 Form MTBM 100 Lembar
10 Form Bayi baru lahir 100 Lembar
11 Kartu Anak 100 Lembar
12 Form Kunjungan Neonatal 100 Lembar
13 KSPR 56 Lembar
14 Form Penjaringan Kesehatan tingkat 171 Lembar

142
NO
NAMA ALAT/OBAT/BARANG JUMLAH SATUAN
.
Dasar
15 Form Penjaringan Kesehatan tingkat 600 Lembar
Lanjutan
16 Poster Cuci tangan 1 Lembar
17 Poster PHBS 1 Lembar
18 Poster Buku KIA 1 Lembar
19 Poster DDTK 1 Lembar
20 Poster Menyusui 1 Lembar
21 Poster Perawatan BBL 1 Lembar
22 Poster Menjaga Bayi Tetap Hangat 1 Lembar
23 Poster Tanda Bahaya BBL 1 Lembar
24 Poster P4K 5 Lembar
25 Underpad 1 Pak
26 Pembalut 10 Pak
27 Jarum Heacting 10 Biji
28 Sabun Anti Bakteri 1 Buah
29 IV Cathether no 16/18 10 Buah
30 Larutan Chlorin 5 Botol
31 Sabun Mandi Bayi 1 Buah
32 Sarung Tangan Obsgyn 100 Pasang
33 Detergen 1 Buah
34 Spuit 10cc 5 Biji
35 Kartu Golongan Darah 10 Lembar
36 Daftar Tilik Penyeliaan Fasilitatif 2 Buku
Program KIA (Tk. Pusk)
37 Daftar Tilik Penyeliaan Fasilitatif 2 Buku
Asuhan Persalinan (Pusk. Perawatan)
38 Daftar Tilik Penyeliaan Fasilitatif 2 Buku
Asuhan Persalinan (Tingkat Polindes)
39 Tas Paket 1 Buah
40 Cetak Kalender DDTK 1 Buah
41 Cetak Lembar Balik ABPK 1 Buah
42 Cetak lembar Balik Kelas Ibu 1 Buah
43 Cetak Paket Kelas Ibu 1 Buah
44 Resusitator 1 Unit
45 Tensimeter 1 Buah
46 Oxytocin 1 Buah
47 Metergin 10 Ampul
48 MgSO4 10 Ampul
49 Phytomenadion 1 Box
50 Spuit 1cc 1 Box
51 Spuit 3cc 1 Box
52 Spuit 5cc 1 Box
52 Kasa 1 Gulung
53 Kapas 1 Gulung
54 Sarung tangan obsgyn 5 Pasang
55 Sarung tangan rumah tangga 1 Pasang

C. LOGISTIK KB

143
JUMLA
NO NAMA ALAT/OBAT/BARANG SATUAN
H
1 Pil Kombinasi 500 Strip
2 Suntik Kombinasi 500 Vial
3 Spuit 3cc 500 Biji
4 Pehacain APBD 200 Ampul
5 Povidon Iodin APBD 3 Botol
6 IUD Copper T 10 Biji
7 Implan Inserter 20 Set
8 Pil Excluton APBD 120 Strip
9 Safety Box 25 Buah
10 Paracetamol 500 Kaplet
11 Asam Mefenamat 500 Kaplet
12 Amoxicillin 500 Kaplet
13 Albotyl 2 Botol
14 Kasa Steril 1 Pak
15 Papan Pet. Klinik 2 Buah
16 Lembar K/I/KB 100 Lembar
17 Inform Concent 100 Lembar
18 Lembar K/IV/KB 100 Lembar
19 F/II/KB 2 Buku
20 Implant Kit
21 Mess
22 Kondom 24 Lusin
23 Aquabides 5 Ampul
24 IUD Nova T 10 Set
25 Poster PUP 2 Lembar
26 Poster 4 Terlalu 2 Lembar
27 Poster Segera KB 2 Lembar
28 IUD Kit 2 Set
29 Sarung Tangan 10 Pasang

144
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (Patient Safety)
Adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien.
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timulnya resiko

Sistem mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh


1. Kesalahaan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil baru.

B. TUJUAN
1. Teciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akutanbilitas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas
4. Terlaksanannya program-program pencegahan sehingga tidak akan terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (DKT)

C. STANDART KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Pengguna metode-metode peningkaan kinerja untuk melaksanakan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)


1. ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cidera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

145
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oelh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak adapt dicegah.

2. KTD YANG TIDAK DAPAT DICEGAH (Undeventable Adverse event)


Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir.

3. KEJADIAN NYARIS CEDERA


a. Near miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang
dapat mencederai pasien, tetapi cidera serius tidak terjadi :
 Karena “keberuntungan”
 Karena “pencegahan”
 Karena “peringanan”

b. Kesalahan Medis (Medical Errors)


Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

c. Kejadian Sentinel
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian tyang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.

E. TATA LAKSANA
1. KESEHATAN IBU DAN ANAK
a. KEHAMILAN
1) Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
2) Penatalaksanaan Kelainan Pada Kehamilan
a) Hiperemesis Gravidarum
b) Abortus
c) Mola Hidatidosa
d) Kehamilan Ektopik
e) Kehamilan Lewat Waktu (Serotinus)
f) Preeklampsia dan Eklampsia
g) Perdarahan Antepartum

146
1.Plasenta Previa
2.Solusio Plasenta

2. PERSALINAN
1) Asuhan Persalinan Normal (APN)
2) Penatalaksanaan Kelainan Pada Persalinan
a) Persalinan Sungsang
b) Persalinan Preterm
c) Distosia
d) Ketuban Pecah Dini
e) Amniotomi
f) Episotomi
g) Penjahitan Luka Episotomi
h) Perdarahan Pasca Persalinan
i) Infeksi Intrapatum

3. NIFAS DAN PENATALAKSANAAN KELAINAN MASA NIFAS


1) Asuhan Masa Nifas
2) Manajemen Laktasi
3) Kelainan Masa Nifas
a) Perdarahan Postpartum
b) Infeksi Nifas

4. ASUHAN BAYI BARU LAHIR


1) Manajemen Bayi Baru Lahir Normal
2) Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir
3) Manajemen Air Ketuban Bercampur Mekonium

2. KESEHATAN REPRODUKSI
g. Gangguan haid
h. Keputihan
i. Menopause
j. Pap Smear
k. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
l. Pemeriksaan uterus disfungsional

3. KELUARGA BERENCANA
1. Kontrasepsi cara sederhana

147
4) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
5) Metode Pantang Berkala / Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
6) Metode Senggama Terputus
2. Kontrasepsi dengan metode efektif :
3) kontrasepsi hormonal
a) Pil KB Menyusui
b) Pil KB kombinasi
c) Suntikan Progestin
d) Implan
4) kontrasepsi non hormonal
d) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e) Kondom
f) AKDR Post Plasenta

148
BAB VII
PENUTUP

A. KESIMPULAN
LINGKUP KEGIATAN
1. KESEHATAN IBU DAN ANAK
a. KEHAMILAN
1) Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
2) Penatalaksanaan Kelainan Pada Kehamilan
a) Hiperemesis Gravidarum
b) Abortus
c) Mola Hidatidosa
d) Kehamilan Ektopik
e) Kehamilan Lewat Waktu (Serotinus)
f) Preeklampsia dan Eklampsia
g) Perdarahan Antepartum
1.Plasenta Previa
2.Solusio Plasenta

b. PERSALINAN
1) Asuhan Persalinan Normal (APN)
2) Penatalaksanaan Kelainan Pada Persalinan
a) Persalinan Sungsang
b) Persalinan Preterm
c) Distosia
d) Ketuban Pecah Dini
e) Amniotomi
f) Episotomi
g) Penjahitan Luka Episotomi
h) Perdarahan Pasca Persalinan
i) Infeksi Intrapatum

c. NIFAS DAN
PENATALAKSANAAN KELAINAN MASA NIFAS
1) Asuhan Masa Nifas
2) Manajemen Laktasi
3) Kelainan Masa Nifas
a) Perdarahan Postpartum

149
b) Infeksi Nifas

d. ASUHAN BAYI BARU LAHIR


1) Manajemen Bayi Baru Lahir Normal
2) Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir
3) Manajemen Air Ketuban Bercampur Mekonium

2. KESEHATAN REPRODUKSI
a. Gangguan haid
b. Keputihan
c. Menopause
d. Pap Smear
e. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
f. Pemeriksaan uterus disfungsional

3. KELUARGA BERENCANA
a. Kontrasepsi cara sederhana
1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
2) Metode Pantang Berkala / Metode Keluarga Berencana Alamiah
(KBA)
3) Metode Senggama Terputus
b. Kontrasepsi dengan metode efektif :
1) kontrasepsi hormonal
a) Pil KB Menyusui
b) Pil KB kombinasi
c) Suntikan Progestin
d) Implan
2) kontrasepsi non hormonal
a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
b) Kondom
c) AKDR Post Plasenta

B. SARAN DAN HARAPAN


Dalam pelaksanaan penerapannya di Puskesmas Bubulan Pedoman
pelayanan KIA/KB perlu dilengkapi dengan Standart Operasional Prosedur dan
pemantauan serta evaluasi yang dilakukan secara berkesinambungan,
sehinggadi harapkan dapat menjadi acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan
asuhan tentang Kesehatan Ibu dan Anak serta KB.

150
DAFTAR PUSTAKA

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi, 2010, “Asuhan Persalinan


Normal”, jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Mansjoer, Arif, 2000, “Kapita Selekta Kedokteran”, Jakarta : Media aesculapius

Bagian Obstetri & Ginekologi, 1981, “Obstetri Patologi”, Bandung : Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran

Prawirohardjo, Sarwono, 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa printer

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC.

Stright R, Barbara. 2004. Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC.

Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.

Indonesia, Departement Kesehatan. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan


Masyarakat, 1999, “Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar”, Jakarta: Departemen
Kesehatan.

Indonesia, Departement Kesehatan. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan


Masyarakat. Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, 1995, “Pedoman Pelayanan Antenatal
di Tingakt Dasar”, Jakarta: edisi 7 Departemen Kesehatan.

Sastrawinata, Sulaiman, Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas


Padjajaran, 1983, “Obstetri Fisiologi”, Bandung: Eleman

Indonesia, Departement Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,


2010, “Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak”, Jakarta:
Departemen Kesehatan.

Indonesia, Departement Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,


2010, “Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu”, Jakarta: Kementerian Kesehatan.

151
Gunardi, Eka Rusdianto, 2011, “Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi”,
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

152

Anda mungkin juga menyukai