Anda di halaman 1dari 16

RESUME

Organisasi Pemerintahan Daerah

Disusun Oleh:
Nama : Tatiano
Nim : 218.057.20201.3065
Mata kuliah : Sistem Organisasi Pemerintahan Lokol
Dosen Pengasuh : Marisa Noor Fitria,S,Sos,MA,P

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


SEKOLAH TINGGI ADMINISTRASI TABALONG
TANJUNG
2020
Organisasi Pemerintahan Daerah
Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 maka
pemerintahan daerah mendapatkan peluang sekaligus tantangan untuk menjalankan fungsi
pemerintahannya. Dalam situasi tersebut pemerintah daerah baik provinsi, kabupatenmaupun
kota diamanatkan untuk mampu mendorong pemberdayaan masyarakat,menumbuhkan prakarsa
dan kreativitas, serta meningkatkan partisipasimasyarakat agar tujuan otonomi dapat tercapai.
Organisasi perangkat daerahdalam konteks manajemen pemerintahan daerah merupakan salah
satu halkrusial yang tidak bisa diabaikan keberadaannya dalam rangka mengemban amanah
dimaksud.
Mengingat pentingnya suatu organisasi perangkat daerah, maka pengertian organisasi itu
sendiri perlu dilihat dari perspektif yang semestinya dan kemudianuntuk dipahami secara benar.
Pada umumnya berbagai pihak memandang bahwaorganisasi adalah sesuatu yang memiliki sifat
statis yang berhubungan dengankotak-kotak jabatan an sich Ditinjau dari sejarah perkembangan
kelembagaan pemerintah, kemungkinan dinamisasi bentuk-bentuk organisasi pemerintah sangat
dipengaruhi oleh petaurusan yang dimiliki oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Selainitu bisa juga dipengaruhi oleh perkembangan tuntutan dan kebutuhanmasyarakat akan
pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Hal-haldemikian tentunya telah menimbulkan
keanekaragaman baik dari sisi jumlah,bentuk, besaran unit dibawahnya maupun nomenklatur
organisasi yang berada dalam naungan perangkat daerah sesuai dengan peta urusan yang
dimiliki.
A. Landasan Teori
1. Unsur-Unsur dan Dimensi-Dimensi Struktur Organisasi
a. Unsur-unsur Organisasi
Menurut Mintzberg (1993), tugas-tugas organisasi dapat dibagi ke dalam 5unsur dasar,
yaitu: (1) Strategic Apex; (2) Middle Line; (3) Technostructure; (4)Supporting Staf; dan (5)
Operating Core. Masing-masing unsur menjalankanfungsi masing-masing dalam suatu hubungan
kerja yang sinergis dan sistematissehingga tujuan yang diharapkan organisasi dapat diwujudkan.
MenurutMintzberg (1993) sejumlah studi keorganisasian menunjukkan bahwa terdapathubungan
antara struktur dengan kinerja organisasi yang bersangkutan. Unsur-unsur organisasi dapat
dilihat dalam gambar 6.1.
Gambar 6.1. Lima Unsur Organisasi
Terkait dengan susunan organisasi perangkat daerah, maka unsur-unsurtersebut dapat
dideskripasikan sebagai berikut:
1. The strategic apex : Unit-unit top manajemen sebagai penanggung jawab keberhasilan
organisasi dalam mencapai tugas pokoknya seperti, Gubernur di Propinsi, Bupati di
Kabupaten dan Walikota di Kota. Untuk lingkup yang lebih mikro dari perangkat daerah,
maka pimpinan unit merupakan strategic apex di unitnya sendiri, seperti : Kepala Dinas
dan Kepala Badan sebagai pelaksana fungsi strategic apex di organisasinya sendiri.
2. The middle line : Yaitu unit organisasi yang bertugas membantu menterjemahkan
kebijakan-kebijakan top manajemen (Gubernur, Bupati, Walikota) untuk selanjutnya
disampaikan kepada unit operating core (Unit Pelaksana) untuk ditindak lanjuti. Di
daerah middle line adalah Sekretariat Daerah yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah.
3. The technostructure : yaitu unit-unit yang berfungsi menganalisis kebijakan-kebijakan
pimpinan dengan mengeluarkan berbagai pedoman- pedoman/standardisasi-standardisasi
tertentu yang harus diperhatikan oleh seluruh perangkat daerah/pengguna masing-masing.
Di Daerah, techno structure adalah lembaga teknis daerah.
4. The support staff : Unit-unit yang pada dasarnya ikut memberi dukungan untuk tugas
perangkat daerah secara keseluruhan. Dalam lingkup makro perangkat daerah, sekretariat
daerah melaksanakan fungsi support staf, sedangkan dalam lingkup mikro seperti di
Dinas atau Badan, support staf dilaksanakan oleh Bagian Tata Usaha.
5. The operating core : yaitu unit-unit organisasi yang merupakan unsur pelaksana tugas
pokok organisasi (Propinsi, Kabupaten/Kota) yang berkaitan dengan pelayanan langsung
kepada masyarakat, seperti Dinas-- Dinas

b. Dimensi-Dimensi Struktur Organisasi


Sebuah organisasi terbagi-bagi ke dalam bagan organisasi atau yang lebihdikenal dengan
struktur organisasi. Struktur organisasi menurut Lubis & Huseini(1987) merupakan bentuk
organisasi yang dirancang dengan memperhatikanakibat dari pengaruh keseluruhan faktor
(lingkungan, ukuran organisasi,teknologi organisasi, sasaran yang ingin dicapai organisasi)
secara bersama.
Uraian dari masing-masing dimensi dapat dijabarkansebagai berikut:
1). Dimensi Kompleksitas
Kompleksitas adalah tinggi atau banyaknya tingkat diferensiasi yang dilakukandalam
pembagian kerja (division of labor). Pada umumnya organisasi pemerintah dewasa ini memiliki
kompleksitas yang tinggi karena beragamnyatugas dan fungsi yang dijalankan. Kompleksitas
merujuk pada tingkat diferensiasi (pemisahan tugas-tugas) yang ada pada suatu organisasi.
Semakin kompleks organisasi, semakin dibutuhkan koordinasi, kontrol dan komunikasi yang
efektif bagi unit-unit yang ada sehingga para pimpinan bisa memastikanbahwa setiap unit
bekerja dengan baik. Diferensiasi (pemisahan tugas-tugas)merujuk pada tiga hal:
a) Diferensiasi (pemisahan tugas-tugas) horizontal, merupakan pemisahan tugas-tugas
dalam struktur horisontal antar unit-unit organisasi berdasarkan perbedaan orientasi unit
organisasi, tugas, fungsi, pendidikan, keahlian dan sebagainya. Pada organisasi pemerintah,
diferensiasi horisontal dipisahkan diantaranya berdasarkan :
Bidang/Urusan Pemerintahan.
(1) yang dilaksanakan;
(2) Kewenangan yang dimiliki;
(3) Pengelompokkan bidang tugas organisasi;
(4) Visi dan Misi Negara atau Daerah

b) Diferensiasi (pemisahan tugas-tugas) vertikal, merujuk pada tingkat hierarkhi


organisasi. Semakin tinggi tingkat hierarkhi didalam struktur organisasi, maka kompleksitasnya
akan semakin tinggi dan potensi distorsi komunikasi dari top manajemen sampai pegawai paling
bawah akan semakin besar. Satu hal yang perlu diperhatikan dari diferensiasi ini adalah rentang
kendali, yaitu jumlah pegawai yang dapat diatur secara efektif oleh seorang pimpinan. Semakin
kompleks pekerjaan semakin kecil rentang kendali yang diperlukan dalam pengawasam.
c) Diferensiasi (pemisahan tugas-tugas) spasial, merujuk pada tingkat sejauhmana
lokasi fasilitas dan pegawai tersebar secara geografis. Semakin jauh dan semakin banyak fasilitas
dan pegawai yang tersebar maka akan semakin kompleks organisasi tersebut. Dalam
kelembagaan pemerintahan di Indonesia, diferensiasi spasial ini besar kemungkinan terjadi
karena memang kondisi geografis di Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau.
2). Dimensi Formalisasi
Formalisasi yang dimaksud dalam konteks ini adalah formalisasi penataanterhadap unit-
unit fungsi atau unit-unit kerja yang pada umumnya ditunjukkanmelalui berbagai bentuk
standarisasi dan prosedurisasi. Formalisasi yang tinggiakan meningkatkan kompleksitas.
Formalisasi yang rendah –terdapatnya standarisasi dan prosedurisasi yang praktis serta on the job
training yang terus-menerus-- akan memungkinkan organisasi dengan tingkat kompleksitas
yangtinggi dapat berjalan lancar.
3). Dimensi Sentralisasi
Sentralisasi adalah tingkat dimana kewenangan (authority) dalam pengambilan
keputusan-keputusan organisasional berada pada manajemen senior. Kebalikan sentralisasi
adalah desentralisasi yaitu pelimpahan wewenang pengambilankeputusan kepada
pejabat/petugas/fungsionaris di bawah Pusat atau dengan katalain para pengambil keputusan
berada pada yang paling dekat dengan kejadian. Bagi organisasi besar, sentralisasi yang
berlebihan akan memperlambat gerakorganisasi dan mengurangi daya saing dengan organisasi
lain. Makin kuat sentralisasi makin rendah tingkat kompleksitas. Makin kuat
desentralisasi,makin rendah sentralisasi, makin tinggi tingkat kompleksitas karena desentralisasi
menciptakan banyak spesialisasi atau kekhususan.
Tabel 6. 1. Dimensi Organisasi

2. Pengorganisasian
Pedoman pengorganisasian untuk sebuah lembaga diperlukan agar organisasitersebut efektif dan
efisien. Setidak-tidaknya terdapat 12 prinsip yang peludiperhatikan dalam pengorganisasian
daerah, yaitu sebagai berikut (LembagaAdministrasi Negara, 20031).

B. Tatanan Organisasi Pemerintahan Daerah


Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan olehPemerintah Daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuandengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam kerangka sistem dan prinsipNKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Bentuk dan
susunanpemerintahan daerah tersebut diatur berdasarkan UU No.32 Tahun 2004.
1. Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, yang masing-
masingberkedudukan sebagai Kepala Daerah; dan Perangkat Daerah sebagai unsurpenyelenggara
pemerintahan daerah.
a. Kepala Daerah
Setiap Daerah dipimpin oleh Kepala Pemerintah Daerah yang disebut Kepala Daerah. Untuk
Provinsi disebut Gubernur, Kabupaten disebut Bupati, dan Kota disebut Walikota. Kepala
Daerah mempunyai tugas dan wewenang :
1) memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
bersama DPRD;
2) mengajukan Rancangan Perda (Raperda);
3) menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;
4) menyusun dan mengajukan Raperda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan
ditetapkan bersama;
5) mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;
6) mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
7) melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Masing-masing Kepala Daerah dimaksud dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah, yang
untuk Provinsi disebut Wakil Gubernur, Kabupaten disebut Wakil Bupati dan Kota disebut
Wakil Walikota. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.
Pengaturan tentang tugas dan tanggung jawab Wakil Kepala Daerah (Wakil Gubernur, Wakil
Bupati dan Wakil Walikota) adalah sebagai berikut :
1) Wakil Kepala Daerah mempunyai tugas :
a) membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah;
b) membantu Kepala Daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerah,
menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan,
melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan
pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;
c) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten dan Kota bagi
Wakil Kepala Daerah Provinsi;
d) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah Kecamatan,
Kelurahan dan/atau Desa bagi Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota;
e) memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah dalam penyelenggaraan
kegiatan pemerintah daerah;
f) melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Daerah; dan
g) melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Daerah apabila berhalangan.

2) Dalam melaksanakan tugas di atas, Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada
Kepala Daerah;
3) Wakil Kepala Daerah menggantikan Kepala Daerah sampai habis masa jabatannya apabila
kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya selama enam bulan secara terus menerus dalam masa jabatannya.
b. Perangkat Pemerintah Daerah
Perangkat Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota berdasarkan PP Nomor 41 Tahun
2007 adalah sebagai berikut :
1) Perangkat Daerah Provinsi, terdiri atas :
a) Sekretariat Daerah;
b) Sekretariat DPRD;
c) Inspektorat;
d) Badan Perencanaan Pembangunan daerah;
e) Dinas Daerah; dan
f) Lembaga Teknis Daerah.

2) Perangkat Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas:


a) Sekretariat Daerah;
b) Sekretariat DPRD;
c) Inspektorat;
d) Badan Perencanaan Pembangunan daerah;
e) Dinas Daerah;
f) Lembaga Teknis Daerah,
g) Kecamatan, dan
h) Kelurahan.

Mengacu pada uraian di atas, secara rinci dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
1) Sekretariat Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota
a) Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah, yang
mempunyai tugas dan kewajiban membantu Kepala Daerah dalam menyusun
kebijakan dan mengkoordinasikan Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah.
Sekretaris Daerah berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah. Apabila berhalangan, pelaksanaan tugas Sekretaris Daerah dilaksanakan oleh
Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
b) Sekretariat daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menyelenggarakan
fungsi :
(1) penyusunan kebijakan pemerintahan daerah;
(2) pengoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah;
(3) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah;
(4) pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah; dan
(5) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
c) Sekretaris Daerah diangkat dari PNS yang memenuhi persyaratan. Untuk Provinsi,
Sekretaris Daerah diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Gubernur sesuai
dengan peraturan perundang- undangan. Sedangkan untuk Kabupaten/Kota, Sekretaris
Daerah diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Karena kedudukannya tersebut, Sekretaris
Daerah menjadi Pembina PNS di daerahnya.
2) Sekretariat DPRD, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota
a) Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD yang dipimpin oleh
Sekretaris DPRD, yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah dengan
persetujuan DPRD. Sekretaris DPRD mempunyai tugas : menyelenggarakan
administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas
dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengoordinasikan tenaga ahli yang
diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
b) Sekretariat DPRD dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menyelenggarakan
fungsi :
(1) penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD;
(2) penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;
(3) penyelenggaraan rapat–rapat DPRD; dan
(4) penyediaan dan pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD.
Dalam hal ini, Sekretaris DPRD wajib meminta pertimbangan Pimpinan
DPRD.

c) Sekretaris DPRD dalam melaksanakan tugasnya, secara teknis operasional berada di


bawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRD, sedangkan secara
administratif bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

3) Inspektorat, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota


a) Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dipimpin oleh Inspektur, yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Daerah dan secara teknis administratif mendapat
pembinaan dari sekretaris daerah.
b) Inspektorat Provinsi mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan
pemerintahan di daerah kabupaten/kota.
c) Inspektorat Kabupaten/Kota mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota, pelaksanaan pembinaan
atas penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan desa
d) Inspektorat dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi:
(1) perencanaan program pengawasan;
(2) perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan; dan
(3) pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.

4) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota


a) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui
sekretaris daerah, Badan perencanaan pembangunan daerah mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan
pembangunan daerah.
b) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menyelenggarakan fungsi:
(1) perumusan kebijakan teknis perencanaan;
(2) pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;
(3) pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah;
dan
(4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

5) Dinas Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota.


a) Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah, yang dipimpin oleh
Kepala Dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah dari PNS yang
memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. Kepala Dinas bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
b) Dinas daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugasnya
tersebut, Dinas menyelenggarakan fungsi
(1) perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
(2) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan
lingkup tugasnya;
(3) pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
(4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

c) Pada dinas daerah dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan
sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang
mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/kota (untuk Dinas
Provinsi) sedangkan untuk Dinas Kabupaten/Kota mempunyai wilayah kerja satu
atau beberapa kecamatan.

6) Lembaga Teknis Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota,


a) Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Dipimpin oleh
Kepala/Direktur yang diangkat oleh Kepala Daerah dari PNS yang memenuhi syarat
atas usul Sekretaris Daerah. Kepala/Direktur Lembaga Teknis Daerah bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah
b) Lembaga teknis daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Dalam melaksanakan tugasnya
tersebut, Lembaga teknis daerah menyelenggarakan fungsi
1) perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
2) pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
lingkup tugasnya;
3) pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

c) Lembaga ini berbentuk badan, kantor, dan rumah sakit. Lembaga teknis daerah yang
berbentuk badan dipimpin oleh kepala badan, yang berbentuk kantor dipimpin oleh
kepala kantor, dan yang berbentuk rumah sakit dipimpin oleh direktur.
d) Pada badan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dibentuk unit pelaksana
teknis tertentu untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah
kabupaten/kota (untuk Badan Provinsi) sedangkan untuk Dinas Kabupaten/Kota
mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.
e) Rumah sakit dapat berbentuk rumah sakit umum daerah dan rumah sakit khusus
daerah.
f) Rumah sakit umum daerah Provinsi terdiri dari 3 (tiga) kelas yakni rumah sakit
umum daerah kelas A; rumah sakit umum daerah kelas B; dan rumah sakit umum
daerah kelas C.
g) Rumah sakit umum daerah Kabupaten/Kota terdiri dari 3 (tiga) kelas yakni rumah
sakit umum daerah kelas A; rumah sakit umum daerah kelas B; rumah sakit umum
daerah kelas C; dan rumah sakit umum daerah kelas D.
h) Rumah sakit khusus daerah terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu: rumah sakit khusus
daerah kelas A; dan rumah sakit khusus daerah kelas B.
i) Penetapan kriteria klasifikasi rumah sakit umum daerah dan rumah sakit khusus
daerah dilakukan oleh menteri kesehatan setelah berkoordinasi secara tertulis dengan
Menteri Dalam Negeri dan menteri yang bertanggung jawab di bidang
pendayagunaan aparatur negara.
7) Kecamatan
Mengenai lembaga ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
a) Kecamatan merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan
daerah kota; Kecamatan dipimpin oleh Camat yang diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul
Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dari PNS yang menguasai pengetahuan teknis
pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b) Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan
oleh bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah yang ditetapkan
dengan Peraturan Bupati/Walikota. Selain tugas dimaksud, Camat juga menyelenggarakan
tugas umum pemerintahan, meliputi :
(1) mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
(2) mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
(3) mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;
(4) mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
(5) mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat Kecamatan;
(6) membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau Kelurahan;
(7) melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau Kelurahan.

c) Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui


Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.

d) Dalam melaksanakan tugasnya, Camat dibantu oleh Perangkat Kecamatan yang


bertanggung jawab kepada Camat. Pedoman organisasi kecamatan ditetapkan dalam
peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.
8) Kelurahan.
a) Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten/Kota dalam
wilayah Kecamatan.
b) Kelurahan dipimpin oleh Lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan dari Bupati/Walikota. Selain tugas dimaksud, Lurah mempunyai beberapa tugas
lain, yaitu :
(1) pelaksanaan kegiatan pemerintahan Kelurahan;
(2) pemberdayaan masyarakat;
(3) pelayanan masyarakat;
(4) penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; dan
(5) pemeliharaan prasarana serta fasilitas pelayanan umum.

Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas, Lurah bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota


melalui Camat, dan dibantu oleh Perangkat Kelurahan, yang bertanggung jawab kepada
Lurah. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Lurah, dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai
dengan kebutuhan yang ditetapkan dengan Perda. Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota atas
usul Camat dari PNS yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Pemerintah Desa
Dalam pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dibentuk Pemerintahan Desa.Berdasarkan PP
No.72 Tahun 2005, Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraanurusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa(BPD) dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormatidalam sistem pemerintahan NKRI.
a. Pemerintah Desa, terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa.
1) Kepala Desa, dipilih langsung oleh dan dari penduduk Desa Warga Negara Republik
Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Perda yang
berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon Kepala Desa yang memperoleh suara
terbanyak dalam pemilihan Kepala Desa, ditetapkan sebagai Kepala Desa. Pemilihan
Kepala Desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat yang
ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Tugas dan
kewajiban Kepala Desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih
lanjut dengan Perda berdasarkan Peraturan Pemerintah.
2) Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Sekretaris Desa
dimaksud diisi dari PNS yang memenuhi persyaratan.
b. Badan Permusyawaratan Desa
Sebagai perwujudan demokrasi, di Desa dibentuk BPD atau disebut dengan nama lain. BPD
dimaksud adalah sebutan nama Badan Perwakilan Desa sebagaimana dimaksud dalam UU No.
10 Tahun 2004. Badan ini berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, dan
menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat.
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara
musyawarah dan mufakat, sedangkan Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota tersebut.
Masa jabatan Anggota BPD adalah enam tahun dan dapat dipilih lagi untuk satu kali masa
jabatan berikutnya. Syarat dan tata cara penetapan Anggota dan Pimpinan BPD diatur dalam
Perda yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di Daerah merupakan wahana untukmelaksanakan
demokrasi berdasarkan Pancasila. Sebagai badan legislatifdaerah, DPRD berkedudukan sejajar
dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah.

Namun berbeda dengan PP No. 8 Tahun, pengaturan dalam PP No. 41 Tahun 2007 lebih
fleksibel, yang bisa dilihat dari penggunaan skoring yang hanya melihat variable umum, yaitu :
a. jumlah penduduk;
b. luas wilayah; dan
c. jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Skoring dalam tiap variabel dibedakan antara daerah yang ada di Pulau Jawa Madura dan
daerah di luar Pulau Jawa. Setelah dijumlahkan, hasil skoring iniakan menentukan besaran
organsiasi perangkat daerah. Rincian jumlah skoringdan besaran organisasi maksimal dari daerah
provinsi dan kabupaten/kota adalahsebagai berikut :
a. Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari 40 (empat puluh) terdiri dari:
1) Sekretariat Daerah, terdiri dari paling banyak 3 (tiga) asisten;
2) Sekretariat DPRD;
3) Dinas paling banyak 12 (dua belas);
4) Lembaga Teknis Daerah paling banyak 8 (delapan);
5) Kecamatan; dan
6) Kelurahan.

b. Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai antara 40 (empat puluh) sampai dengan 70
(tujuh puluh) terdiri dari:
1) Sekretariat Daerah, terdiri dari paling banyak 3 (tiga) asisten;
2) Sekretariat DPRD;
3) Dinas paling banyak 15 (lima belas);
4) Lembaga Teknis Daerah paling banyak 10 (sepuluh);
5) Kecamatan; dan
6) Kelurahan.

c. Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari:
1) Sekretariat Daerah, terdiri dari paling banyak 4 (empat) asisten;
2) Sekretariat DPRD;
3) Dinas paling banyak 18 (delapan belas);
4) Lembaga Teknis Daerah paling banyak 12 (dua belas);
5) Kecamatan; dan
6) Kelurahan.

Seperti halnya Peraturan Pemerintah sebelumnya, ada beberapapertimbangan dalam


penataan organisasi perangkat daerah, yaitu :
a. faktor keuangan,
b. kebutuhan daerah,
c. cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya
tugas,
d. luas wilayah kerja dan kondisi geografis,
e. jumlah dan kepadatan penduduk,
f. potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan
g. sarana dan prasarana penunjang tugas.
Oleh karena, pada daerah dengan hasil skoring yang sama, besaranorganisasinya tidak
harus selalu sama karena kebutuhan akan organisasiperangkat daerah bagi masing-masing daerah
tidak senantiasa sama atau seragam.

a. Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas terdiri dari:


1) bidang pendidikan, pemuda dan olahraga;
2) bidang kesehatan;
3) bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi;
4) bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;
5) bidang kependudukan dan catatan sipil;
6) bidang kebudayaan dan pariwisata;
7) bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya dan tata ruang;
8) bidang perekonomian yang meliputi koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah,
industri dan perdagangan;
9) bidang pelayanan pertanahan;
10) bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan, perikanan darat, kelautan
dan perikanan, perkebunan dan kehutanan;
11) bidang pertambangan dan energi; dan
12) bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset.

b. Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat, dan rumah sakit,
terdiri dari:
1) bidang perencanaan pembangunan dan statistik;
2) bidang penelitian dan pengembangan;
3) bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;
4) bidang lingkungan hidup;
5) bidang ketahanan pangan;
6) bidang penanaman modal;
7) bidang perpustakaan, arsip, dan dokumentasi;
8) bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;
9) bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;
10) bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;
11) bidang pengawasan; dan
12) bidang pelayanan kesehatan.

Susunan organisasi perangkat daerah provinsi dapat dilihat pada tabel 6.3.berikut ini :

Tabel 6.3. Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi

Sedangkan susunan organisasi perangkat daerah Kabupaten/Kota dapatdilihat pada tabel


berikut ini :
Tabel 6.4. Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
Susunan organisasi perangkat daerah Provinsi dan Kabupaten/Kotasebagaimana
ditampilkan pada tabel 6.3. dan 6.4. menunjukan bahwa susunanorganisasi perangkat daerah,
baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota mengalamipengembangan susunan organisasi.
Pengembangan susunan organisasi terjadipada intern Dinas dan Badan, baik pada Provinsi
maupun Kabupaten/Kota. Selain itu kehadiran RSUD dan RSKD juga menambah susunan baru
organisasiperangkat daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Penambahan susunan organisasi demikian tentu memiliki banyak konsekuensi,
diantaranya adalah yang berkaitan dalam pelaksanaan tugas dantanggung jawab jabatan. Sebuah
jabatan dalam struktur organisasi tentu memiliki tugas dan fungsi yang harus diemban dimana
hal tersebut harus diselaraskan pada visi, misi, tujuan dan sasaran daerah yang bersangkutan.
Oleh karena itu, perangkat daerah provinsi dan Kabupaten/Kota perlu menyadari bahwa
penambahan struktur organisasi harus dibarengi dengan kinerja yangmemadai sesuai dengan
harapan masyarakat. Pada tabel 6.5 dapat dilihat perbandingan eselon perangkat daerah provinsi
antara PP No. 41 Tahun 2007dan PP No. 8 Tahun 2003 dan pada tabel 6.7 dapat dilihat
perbandingan eselonperangkat daerah kabupaten/kota antara PP No. 41 Tahun 2007 dan PP No.
8Tahun 2003.
Tabel 6.5 Perbandingan Eselon Perangkat Daerah Provinsi
Berdasarkan uraian di atas, secara umum dapat ditarik benang merah bahwabesaran
organisasi, susunan organisasi dan eselon perangkat daerah yangmengalami pembengkakan,
selain akan berakibat pada melebarnya span ofcontrol, juga dapat menimbulkan inkoherensi
institusional. Inkoherensiinstitusional tersebut terjadi dan sesungguhnya merupakan masalah
umumdimana fungsi yang semestinya dapat ditangani dalam satu unit kerjadimekarkan menjadi
beberapa unit atau biasa disebut proliferasi. Dampak negatif proliferasi birokrasi adalah
timbulnya tarik menarik kewenangan antarunit organisasi sehingga mengakibatkan suasana tidak
harmonis atau bahkanfriksi antar unit. Selain timbul inefisiensi kelembagaan, dampak
proliferasibirokrasi pada umumnya bermuara pada inefektivitas organisasi birokrasi.Kondisi
inilah yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh olehPemerintah.
D. Permasalahan Penataan Kelembagaan Pemerintah Daerah
Permasalahan yang melekat dalam organisasi pemerintah (pusat dan daerah)pada umumnya
merupakan permasalahan klasik yang sampai sekarang belumbanyak mengalami perubahan.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapatdilihat dari ciri-cirinya yaitu: tinggi dan gemuknya
struktur organisasi,overlapping tugas dan fungsi, peranannya lebih bersifat rowing
daripadasteering, dan keberadaannya tidak stabil. Ciri-ciri tersebut diuraikan sebagaiberikut:
1. Tinggi dan gemuknya struktur organisasi. Penyusunan struktur organisasi pemerintah
daerah pada umumnya belum melalui kajian akademis yang memadai. Kecenderungan
pemerintah daerah selama ini lebih mendasarkan pada formasi maksimal yang ditentukan
oleh Peraturan Pemerintah. Bahkan pada umumnya pemerintah daerah meminta formasi
yang lebih besar dari yang ditentukan.
2. Tumpang tindih tugas dan fungsi (overlapping) yang berlebihan. Meskipun untuk
mengindari sama sekali overlapping tugas dan fungsi antar satuan unit kerja pemerintah
daerah tampaknya sesuatu hal yang sangat sulit dilakukan, selayaknya overlapping yang
berlebihan harus dihindari. Overlapping yang berlebihan jelas menyebabkan inefisiensi
yang berlebihan juga.
3. Peranannya lebih bersifat rowing daripada steering. Struktur organisasi pemerintah daerah
yang gemuk merupakan cerminan dari banyaknya fungsi rowing yang dikembangkan oleh
pemerintah daerah. Sementara pergeseran paradigma pemerintahan mengarah pada fungsi
steering. Fungsi rowing tersebut tentunya selain menyebabkan pemborosan baik dari sisi
biaya, tenaga, material dan waktu juga kurang berdampak signifikan terhadap
pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha.
4. Keberadaannya tidak stabil. Perubahan organisasi yang sering terjadi menyebabkan
berbagai kebijakan publik tidak mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini
diakibatkan karena perubahan organisasi akan mempengaruhi pelaksanaan kebijakan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Kondisi ini terjadi disebabkan keberadaan suatu organisasi tidak didukungoleh suatu
kajian yang komprehensif dan lebih berdasarkan pada kepentingan jangka pendek. Dua kali
perubahan organisasi departemen yang dilakukan olehpemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid menunjukkan bahwa keputusan tersebut tidak berdasarkan hasil kajian yang mendalam
oleh institusi yangkompeten.
Melihat permasalahan yang eksis hingga saat ini, tampaknya kita perluuntuk melihat latar
belakang mengapa kondisi tersebut bertahan dan/atau dipertahankan. Disadari atau tidak bahwa
kelembagaan pemerintah pusat dandaerah di Indonesia pada umumnya, merupakan dampak dari
sebuah sistempemerintahan.
Otonomi daerah di Indonesia belum menunjukkan hasil secara optimalkarena banyaknya
kelemahan yang melekat pada seluruh sistem manajemenpemerintahan daerah. Apabila
dicermati, pokok permasalahan belum optimalnyakinerja otonomi daerah bermuara pada
lemahnya strategi pengembangankelembagaan organisasi pemerintahan daerah, dimana resistensi
terhadapnorma-norma dan paradigma perubahan sangat tinggi.
Behavior Strategy ini lebih menekankan bagaimana mengembangkanbudaya organisasi
pada konsep Learning organization. Learning organization lebih menekankan pada pembelajaran
pegawai yang pada gilirannya akanmembawa perubahan organisasi ke arah yang lebih baik.
Dalam konteks ini,pembelajaran pegawai semestinya mengandung pemerolehan knowledge,
skillsand new attitudes yang akan mengarah pada perilaku-perilaku yang baru (newbehaviors).
New behaviors inilah yang kemudian akan mengarah padapeningkatan kualitas dan kinerja
individu, kelompok, dan bahkan organisasi.
Sebaliknya, pendekatan pelatihan dan pengembangan pegawai pemerintahandaerah
belum diorientasikan secara memadai pada pemerolehan danpengembangan knowledge, skills
and attitudes semacam itu. Hal ini bisadirasakan karena implemetasi pelatihan dan
pengembangan dilakukan secaraparsial, tidak konsisten, dan jauh selaras dari pencapaian visi,
misi, dan tujuanorganisasi.
Gambar 6.2. Local Government Organization Development Model Structural Strategy
Local
The Technical Strategy menggunakan pendekatan peningkatanberkelanjutan (continuous
improvement approach). Pendekatan ini menekankanbahwa bidang-bidang yang berkaitan
dengan fokus pada masyarakat, pemberianlayanan, dukungan, dan kemitraan harus ditingkatkan.
Selain itu pendekatan inijuga memandang pentingnya peningkatan (updated) teknologi dan
diselaraskan(aligned) dengan proses-proses produksi dan pelayanan sehingga mampubekerja
secara efisien dan efektif. Penyelarasan teknologi dengan prosesproduksi dan pelayanan di
lingkungan pemerintahan daerah di negara-negaramaju diejawantahkan dalam Electronic
Government (e-Govt) atau GovernmentOn-Line (GOL). Diplikasikannya e-govt atau GOL
dewasa ini merupakan upayamewujudkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan
stakeholders tanpabatas. Dengan peningkatan proses secara terus-menerus dan diselaraskan
denganpenggunaan teknologi yang juga terus-menerus ditingkatkan, akan mengarahpada
peningkatan kualitas dan kinerja.
Berdasarkan uraian strategi pengembangan organisasi di atas, tampaklahjelas bahwa
belum idealnya kelembagaan pemerintahan di daerah bisadisebabkan oleh lemahnya strategi
pengembangan organisasi pemerintahandaerah secara kolektif. Akumulasi permasalahan yang
semakin menumpuk danberat, menimbulkan kesulitan dalam menemukan solusi praktis otonomi
daerahdi Indonesia. Dengan demikian jelas dibutuhkan hadirnya solusi tepat dan bijakyang
mengarah pada peningkatan/penguatan kelembagaan pemerintahan daerahdi era otonomi daerah
dewasa ini.

Anda mungkin juga menyukai