Narkoba adalah obat. Pada tahun 1898 narkoba diproduksi secara massal oleh produsen
obat ternama Jerman yang bernama Bayer. Bayer memproduksi obat penghilang rasa sakit dan
kemudian memberi nama obat itu dengan sebutan heroin.pada tahun itulah narkoba secara resmi
digunakan dalam dunia medis untuk penghilang rasa sakit.Jauh sebelum narkoba di produksi
secara massal, di Persia candu yang merupakan salah satu jenis narkoba telah diperkenalkan oleh
Alexander the Great pada tahun 330 SM yang berfungsi sebagai tambahan bumbu masakan yang
bertujuan untuk relaksasi tubuh. Sayangnya seiring meluasnya hubungan internasional narkoba
disalahgunakan menjadi senjata demi kepentingan politik. Oknum-Oknum tersebut
menambahkan zat-zat adiktif yang porsinya melenceng dari takaran medis.Sehingga, hal tersebut
menjadi cikal-bakal lahirnya penyalahgunaan narkoba di Masyarakat khususnya di kalangan
generasi bangsa.
Menurut data yang kami dapat dari BNN, 17% pengguna narkoba adalah pelajar dan
mahasiswa. Di mana 59 juta dari 87 juta anak merupakan pecandunya. Angka ini dapat menjadi
jalan buntu mengingat dampaknya terhadap kemajuan bangsa dan negara, khususnya dalam
mencapai tujuan revolusi industri 4.0 yang bertumpu pada kualitas sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang produktif, seperti yang dikatakan oleh Menteri Keuangan Republik
Indonesia, Sri Mulyani, merupakan faktor penunjang kemajuan bangsa dan negara. Kemajuan
suatu bangsa tentu berhubungan erat dengan revolusi insutri 4.0 karena pada dasarnya revolusi
industri merupakan salah satu bagian dari usaha pemerintah untuk menaikan anak tangga
Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju. Selain Sri Mulyani, Chairul Tanjung
juga menyatakan hal yang serupa mengenai sumber daya manusia yang menjadi salah satu faktor
keberhasilan revolusi industri 4.0.
Sayangnya, narkoba ini tidak pernah tajam ke bawah dan tumpul ke atas ketika merekrut
oknum-oknum baru. Bahkan, di kalangan pelajar hingga tempat belajar sekalipun. Seperti kasus
yang kami dapat, di Jawa Barat polisi berhasil menemukan gudang narkotika di sekolah. Ketika
ditanya alasan mengapa menggunakan sekolah sebagai gudang penyimpanan, jawaban yang
keluar adlah karena sekolah dianggap tempat yang aman. Dari jawaban tersebut, dapat kita
simpulkan bahwa sasaran yang dituju oleh oknum-oknum tersebut adalah tempat pendidikan
karena bidang ini sudah mendapat label “putih” dari masyarakat sehingga dirasa aman.
Selain itu, menurut Deputi Pemberantasan BNN, Irjen Arman Depari, orang yang
mengonsumsi narkoba syarafnya akan terganggu sehingga tidak bisa mengontrol perbuatannya
hingga berujung pada aksi sadisme. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran bagi masyarakat, apalagi
berdasarkan data yang telah dipaparkan, pengguna narkoba ini hampir setengahnya adalah
pelajar dan mahasiswa yang notabennya adalah generasi bangsa. Dengan melihat sasaran dari
realitas yang dipaparkan maka, salah satu cara untuk memotong rantai narkoba ini dapat
dilakukan melalui bidang pendidikan. (...) Apalagi setelah adanya UU Nomor 20 Tahun 2003
terkait usia belajar, yaitu 7 sampai 15 tahun, atau yang lebih dikenal dengan wajib belejar 9
tahun. Ditambah dengan (...)