Disusun oleh :
2021
i
Kata Pengentar
Mari kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan
Karunia- Nya lah, sehingga Makalah tentang keutamaan sholat berjama’ah dan landasan hukum
sholat berjama’ah ini dapat di susun dengan sebaik – baiknya.
Harapan Kami, Mudah – mudahan Makalah ini dapat bermanfaat meskipun banyak
kekurangan dalam penyusunannya. Karena kami hanyalah insan biasa yang memiliki
kekurangan dan kesempuraan hanyalah milik Allah SWT.
Makalah ini di susun dengan sedemikian rupa, untuk memenuhi tugas yang diberikan
dosen Saiful, mata kuliah ilmu fiqih yang mana, Makalah ini mencakup tentang “ keutamaan
sholat berjama’ah “.
Demikian, harapan kami semoga Makalah ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan
dan wawasan kita semua, serta mudah – mudahan mendapatkan hasil yang memuaskan. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
KATA PENGHANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................... 1
C. TUJUAN ............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A. PENGERTIAN SHOLAT BERJAMA’AH ..................................... 2
B. HUKUM SHOLAT BERJAMA’AH ................................................ 2
C. DALIL-DALIL UNTUK SHOLAT BERTJAMA’AH ................... 2
D. SYARAT-SYARAT SHOLAT JAMA’AH ...................................... 3
E. SHOLAT-SHOLAT YANG BOLEH BERJAMA’AH ................... 3
F. CARA MELAKSANAKAN SHOLAT JAMA’AH......................... 3
G. KEDUDUKAN SEBAGAI IMAM ................................................... 5
H. MAKMUM MASBUQ ....................................................................... 5
I. MANFAAT SHOLAT BERJAMA’AH ........................................... 6
J. BERBAGAI KESALAHAN DALAM MELAKSAKAN SHALAT
JAMA’AH .......................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 8
A. KESIMPULAN .................................................................................. 8
B. KRITI DAN SARAN ......................................................................... 8
C. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat berjamaah merupakan kewajiban bagi tiap-tiap mukmin laki-laki, tidak ada
keringanan untuk meninggalkannya terkecuali ada udzur (yang dibenarkan dalam agama).
HR. Muslim dan Muttafaq ‘alaih adalah dua dari sekian banyak sabda Rasulallah SAW.
yang menegaskan bahwa sholat itu amatlah penting terutama sholat berjamaah. Tetapi
dewasa ini umat islam tidak terlalu memperdulikan panggilan adzan yang terdengar di
telinganya. Banyak alasan yang di dapat dari hal tersebut. Salah satunya adalah kurangnya
pengetahuan umat Islam akan dalil-dalil sholat berjamaah.
Maka dari itu penulis membuat makalah yang berjudul “SHOLAT BERJAMAAH”
yang insya Allah akan membantu pengetahuan akan pentingnya sholat berjamaah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Jamaah
Menurut Bahasa, jamaah berarti sesuatu yang jumlahnya banyak. Kata al-jam’u
berarti menyatukan beberapa hal terpisah. Sedang menurut Istilah syariat, jamaah
dipergunakan untuk sebutan sekumpulan orang, yang diambil dari makna ijtimaa’
(perkumpulan). Minimal perkumpulan tersebut adalah dua orang, yaitu imam dan
makmum. Disebut shalat jamaah karena adanya pertemuaan orang-orang yang shalat
dalam bentuk perbuatan dalam tempat dan waktu yang sama. Jika mereka meninggalkan
keduanya atau salah satu dari keduanya tanpa adanya sebab, maka tidak ada lagi jamaah
atas hal itu.
Para Ulama ada yang menyatakan bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban yang cukup dilaksanakan oleh sebagian umur saja. Jika ada
sebagian umat yang melaksanakannya maka yang lainnya tidak berdosa. Seperti halnya
mengurus jenazah. Ada pula yang menyatakan bahwa shalat berjamaah hukumnya sunah
muakkadah, sunah yang ditekankan. Sebagiannya lagi ada yang menyatakan bahwa ia
fardhu ‘ain, wajib bagi setiap individu yang tidak ‘udzur (halangan). Wanita dan lelaki
yang ‘udzur menurut pendapat ini hukumnya tidak wajib.
Namun para ulama telah sepakat bahwa shalat di Masjid merupakan ibadah yang
paling agung. Tetapi setelah itu mereka berbeda pendapat tentang status hukum shalat
jamaah di Masjid itu sendiri, apakah fardhu ‘ain (wajib bagi masing-masing individu), atau
fardhu kifayah, atau sunah muakad, sebagai berikut :
1. Fardhu ‘ain. Ketatapan ini berasal dari Imam Ahmad dan lainnya dari para Imam salaf
dan fuqaha’ khalaf
2. Fardhu kifayah. Inilah yang rajih dalam madzhab syafi’i juga pendapat sebagian
sahabat Malik dan pendapat dalam madzhab Ahmad.
3. Sunah muakad. Dan itulah yang populer dari sahabat-sahabat Abu Hanifah dan
mayoritas sahabat-sahabat Imam Malik, serta banyak dari sahabat Imam Syafi’i, dan
disebutkan sati riwayat dari Imam Ahmad
4. Fardhu ‘ain dan syarat sahnya shalat. Itulah pendapat satu kelompok dari sahabat lama
Ahmad dan sekelompok ulama salaf. Dan ini pula yang menjadi pilihan Ibnu Hazm
dan lainnya.
Shalat jamaah sangat dianjurkan oleh agama. Pahala yang didapat, dua puluh tujuh
derajat lebih besar daripada shalat seorang diri. Didalam shalat jamaah, terkandung nilai
kebersamaan, persatuan kesatuan, dan rasa solidaritas antar sesama muslim. Karena itu,
Allah menyediakan buat pelakunya pahala yang besar.
2
سلَّ َم َقا
َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى هللا َ ُج ع َْن اَبى ه َُري َْر َة َر ِضى هللا
َ ع ْنهُ ا َنَّ ا لنَّ ِب َّى ِ الزنَا ِد ع َِن ا ْ َْلع َْر
ّ ا َ ْخبَ َرنَا َما ِلكٌ ع َْن ا َ ِبى-۲۹۳
ض ُل مِ ْن ص َََل ِة ا َ َح ِد ُك ْم َوحْ َدهُ بِ َخ ْم ٍس َو ِعش ِْر ْينَ ُج ْز ًءا ْ َ
َ ع ِة أف ُ
َ ص َََلة ا ْل َج َما: َل
293. Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Abi Zinad dari A’raj dari Abi
Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi SAW telah bersabda : “Shalat berjamaah yang
dilakukan salah seorang diantara kamu lebih utama dari pada shalat sendirian, pahalanya
berlipat dua puluh lima kali”.
Untuk melaksanakan shalat berjamaah, ada beberapa syarat yang harus diketahui
diantaranya :
Shalat-shalat yang beleh dilakukan secara berjamaah adalah semua shalat wajib.
Sedangkan shalat-shalat sunnah hanya beberapa saja, diantaranya :
1. Shalat hari raya (Lebaran Idul Fitri dan lebaran Qurban)
2. Shaat tarawih
3. Shalat witir
4. Shalat gerhana
5. Shalat istisqa
6. Shalat jenazah
Adapun shalat sunnah yang lainnya terdapat perbedaan dari para ulama.
3
Berikut cara-cara berjamaah :
1. Posisi satu orang makmum
Dalam hal ini berarti shalat berjamaah dilakukan oleh dua orang. Maka makmum
harus berada disamping kanan imam dengan posisi ujung jari-jari kaki makmum
bertepatan dengan ujung tumit imam.
4
G. Kedudukan sebagai Imam
1. yang boleh menjadi imam
a) Laki-laki makmum kepada laki-laki.
b) Wanita makmum kepada laki-laki.
c) Wanita makmum kepada wanita.
d) Banci makmum kepada laki-laki.
e) Wanita makmum kepada banci.
H. Makmum Masbuq
Dalam sholat berjamaah ada dua istilah yang penting kita ketahui, yaitu
Makmum Muafiq dan Makmum Masbuq.Makmum Muafiq adalah makmum yang
mengikuti berjamaah sejak pertama iqamah, atau makmum yang menyaksikan takbiratul
ihram imam.
Sedangkan makmum Masbuq adalah makmum yang tidak menyaksikan takbiratul
ihram imam.
5
2. Tasyahud Awal bagi Makmum Masbuq
Kita tentu pernah mengalami kasus, misalnya tertinggal 1 rakaat sholat dzuhur.
Artinya kita (sebagai makmum masbuq) akan mendapati rakaat pertama langsung
melakukan tasyahud awal, mengikuti imam.
Pada rakaat kedua, (yang seharusnya melakukan tasyahud awal), adalah rakaat
ketiga bagi imam. Dan pada rakaat terakhir imam, kita mendapati tasyahud juga, sedangkan
ketika kita menambah satu rakaat setelah salam imam, kita akan melakukan tasyahud yang
ketiga. Dalam kasus seperti ini, tasyahud pertama yang kita lakukan bersama imam
bukanlah tasyahud awal, melainkan tasyahud untuk menghormati jamaah. Sedangkan
tasyahud pertama kita adalah pada saat tasyahud terakhir imam.
Sebagaimana, telah dijelaskan, bahwa bagi seorang tidak wajib niat menjadi imam.
Maka hal ini akan memperbolehkan seorang makmum masbuq (yang sudah selesai dari
jamaah awal) menjadi imam bagi makmum masbuq berikutnya. Kasus seperti ini berlaku
hingga berkali lipat kedatangan makmum masbuq lainnya.
Dengan melaksanakan salat secara berjamaah, ada beberapa manfaat yang dapat
kita petik, diantaranya :
1. Merealisasikan salat pada waktunya, karena salat pada awal waktu merupakan salah
satu pekerjaan yang paling disukai Allah swt.
2. Merespon panggilan muadzin dengan niat salat berjamaah.
3. Berjalan menuju masjid dengan tenang.
4. Allah menjadi saksi atas setiap orang yang memelihara salat berjamaah di masjid
dengan penuh keimanan.
5. Setiap langkah yang diayunlan seorang muslim untuk menegakkan salat berjamaah
terhitung di sisi Allah sebagai pahala dan ganjaran baginya.
6. Orang yang merealisasikan salat berjamaah akan terbebas dari perangkap setan dengan
segala kejahatannya, dan dengan demikian ia telah bergabung ke dalam jamaah
muslimin sehingga setan menghindar darinya.
7. Pada salat jamaah terkandung didalamnya makna ta’wun ‘alal biri wa taqwa (tolong
menolong dalaam kebijakan dan takwa) serta amar ma’ruf dan nahi mungkar.
8. Di dalam salat berjamaah, suara kaum muslimin terhimpun menjadi satu, hati-hati
merekaa berpadu saling mengidentifikasi satu dengan lainnya sehingga tergalang rasa
solidaritas diantara mereka.
9. Salat berjamaah melahirkan rasa kelembutan dan kasih sayang sesama muslim,
menghilangkan sifat kesombongan dan besar diri serta dapat mempererat ikatan
persaudaraan seagama (ukhuwah Islamiyah) maka terjadilah interaksi langsung antara
kalangan tua dengan yang muda dan antara orang kaya dan yang miskin.
10. Kita dapat memetik banyak pelajaran keimanan dari salat berjamaah ini, kita dapat
mendengar langsung alunan ayat-ayat Al-Qur’an yang menggetarkan hati.
6
11. Di dalam salat berjamaah juga, mencerminkan di dalamnya syiar-syiar Islam dan
mampu menggentarkan musuh-musuh Islam, serta menggaukan zikrullah di masjid-
masjid yang didirikan atas dasar ketakwaan untuk meninggalkan dan menyebutkan
nama-nya.
12. Dengan masuknya seorang muslim ke dalam masjid untuk memenuhi panggilan azan,
juga secara tidak langsung ia telah mengajak kaum muslimin lainnya untuk ikut
bergabung bersama-sama dalam mendirikan salat berjamaah.
13. Dapat melaksanakan salat tahiyatul masjid ketika masuk masjid.
14. Setan menjauh darinya dikarenakan lari ketika mendengar suara azan.
15. Terbebas dari sifat nafik dan dari kesalahpahaman orang lain terhadap dirinya yaang
mengira bahwa ia telaah meninggalkan salat yang pokok.
16. Berharap agar “amin” yang diucapkan dapat berbarengan dengan “aminnya” imam dan
“aminnya” para malaikat
17. Menjawab perkataan imam ketika imam mengucapakan : “sami’allahu liman
hamidah”.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sholat berjamaah adalah, sholat yang dilakukan secara bersama-sama, baik dua prang atau
lebih dengan memilih seorang imam untuk memimpin.
2. Banyak sekali hikmah dan manfaat sholat berjamaah, diantaranya adalah:
- Setan menjauh darinya dikarenakan mendengar suara adzan.
- Merespon panggilan muadzin dengan berniat sholat berjamaah.
- Berharap agar amiin yang diucapkan bebarengan dengan amiinnya imam
dan amiinnya para malaikat.
- Terhitung di sisi Allah sebagai pahala dan ganjaran baginya.
B. Kritik dan Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mudjab Mahalli, HADIS-HADIS AHKAM, (Jakarta Utara : PT.Raja Grafindo Persada),
2003, hal 246-247
Ust. Abdul Mu’iz, Panduan Sholat Lengkap, (PUSTAKA MAKMUR), hlm113-115