Dokumen tersebut membahas tentang membentuk pribadi yang kuat pada santri baru untuk menghadapi masalah di lingkungan pondok pesantren. Pembentukan pribadi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sosial, dan pengalaman. Terdapat tahapan pembentukan pribadi yakni mengenal diri, berkembang bakat, dan stabilnya karakteristik. Ada dua tipe pribadi utama yaitu normatif dan otoriter.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan14 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang membentuk pribadi yang kuat pada santri baru untuk menghadapi masalah di lingkungan pondok pesantren. Pembentukan pribadi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sosial, dan pengalaman. Terdapat tahapan pembentukan pribadi yakni mengenal diri, berkembang bakat, dan stabilnya karakteristik. Ada dua tipe pribadi utama yaitu normatif dan otoriter.
Dokumen tersebut membahas tentang membentuk pribadi yang kuat pada santri baru untuk menghadapi masalah di lingkungan pondok pesantren. Pembentukan pribadi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sosial, dan pengalaman. Terdapat tahapan pembentukan pribadi yakni mengenal diri, berkembang bakat, dan stabilnya karakteristik. Ada dua tipe pribadi utama yaitu normatif dan otoriter.
Dokumen tersebut membahas tentang membentuk pribadi yang kuat pada santri baru untuk menghadapi masalah di lingkungan pondok pesantren. Pembentukan pribadi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sosial, dan pengalaman. Terdapat tahapan pembentukan pribadi yakni mengenal diri, berkembang bakat, dan stabilnya karakteristik. Ada dua tipe pribadi utama yaitu normatif dan otoriter.
MEMBENTUK PRIBADI KUAT SANTRI BARU DALAM MENGHADAPI
DAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA LINGKUNGAN PONDOK
PESANTREN Tugas Mata Kuliah: Pengembangan Kepribadian
Disusun Oleh: Nama : Ananda Fauzi Munawaroh NIM : 19107030062 Kelas : Ilmu Komunikasi B
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2021 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan anugrah berbeda dengan makhluk lainnya, yaitu akal. Adanya akal tentu menjadikan manusia berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak agar apa yang dilakukannya tidak menimbulkan masalah maupun merugikan dirinya. Meskipun demikian, kehidupan manusia tetap tidak bisa lepas dari berbagai permasalahan walaupun sudah berpikir sebelum melakukan sesuatu. Apalagi di jaman seperti ini dimana permasalahan hidup yang mereka hadapi semakin kompleks dan rumit. Perubahan jaman yang cepat diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEK) menjadikan setiap manusia harus berusaha menyesuaikan dirinya dengan perkembangan yang ada atau mereka akan tergerus oleh jaman dan hanya bisa meratapi nasib tanpa bisa berbuat apa- apa. Setiap maunsia pasti memiliki masalah selama ia masih hidup, baik masalah yang bersifat internal maupun eksternal. Permasalahan hidup akan terus datang silih berganti membentuk suatu pribadi pada diri manusia. Hal itu terjadi karena permasalahan yang dihadapi manusia akan menjadi pengalaman hidup dan membentuk pribadinya juga. Jika seseorang bisa menyikapi masalah yang hadir pada hidupnya maka ia akan terjerumus pada hal positif, begitu pula sebaliknya. Manusia diciptakan dengan penuh keanekaragaman, baik dari fisik maupun sifatnya. Tidak semua manusia juga diberikan anugrah yang sama oleh Allah SWT, dalam hal ini yaitu fisik dan mental. Perbedaan tersebut juga mampu memengaruhi pembentukan pribadi seseorang, utama dikaitkan dengan permasalah yang ia hadapi. Tidak sedikit orang yang memiliki kekurangan secara fisik maupun mental tetapi ia mampu menyikapi permasalahan yang ada secara tenang. Hal itu mengartikan bahwa pribadi yang kuat dapat terbentuk pada siapa saja, tidak pasti hanya pada orang memiliki fisik dan mental yang sehat saja. Jika demikian, pasti ada cara membentuk pribadi yang kuat dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada. B. Landasan Teori Kepribadian menurut Gordon Allport (1951) dalam buku karya Hutagalung (2007:1) adalah organisasi dinamis di dalam individu sebagai suatu sistem psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Dalam pengertian disini dapat diartikan bahwa kepribadian itu bisa berkembang dan berubah walaupun masih ada organisasi sistem yang mengikatnya. Allport juga menekankan bahwa setiap individu memiliki kekhasan atau karatkteristik individualitas sendiri walaupun ia memiliki kembaran identik. Jadi walaupun dilahirkan dengan fisik yang sangat mirip bukan berarti keduanya memiliki kepribadian yang sama. Hal itu terjadi karena keduanya memiliki cara berbeda dalam menyikapi kehidupan yang dijalaninya. Sehingga tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga tidak sekedar pada lingkungan psikologisnya saja, melainkan juga dengan lingkungan fisik. Sementara menurut Schneider, menyesuaikan diri memiliki pengertian seagai suatu proses respon seseorang dalam mengatasi kebutuhan- kebutuhan diri dalam dirinya, ketegangan emosional, frustasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan lingkungan (norma). Sementara menurut Sigmund Freud kepribadian merupakan suatu struktur pada diri manusia yang terdiri dari tiga bagian, yaitu id, ego, dan super ego. Pengertian dari id yaitu komponen kepribadian yang ada sejak seseorang lahir dimana ia menyimpan dorongan biologis manusia. Komponen kedua adalah ego, yaitu komponen kepribadian yang bertanggungjawab untuk menangani dengan realistis. Egolah yang menjembatani antara tuntutan id dengan relitas dunia luar. Sedangkan superego adalah hati nurani atau komponen terakhir yang menampung semua internalisasi moraldari norma-norma sosial dan kultural masyarkatnya. 1. Aspek-aspek kepribadian kepribadian erat kaitannya dengan perilaku individu, baik perilaku yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Tiga aspek tingkah laku manusia, yaitu: Aspek kognitif, seperti pemikiran, ingatan, khalayan, imajinasi, inisiatif dan kreatif. Fungsi aspek ini yaituuntuk menunjukkan jalan, mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku. Aspek afektif, yaitu kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan dalam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kematian, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif. Apek adektif dan aspe konatif tidak dapat dipisahkan karena keduanya berfungsi sebagai energi mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku. Aspek motorik, yaitu aspek yang berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia. 2. Faktor-faktor yang membentuk kepribadian Kepribadian tidak terbentuk begitu saja setelah seseorang dilahirkan, melainkan ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Mildawani (2014) pada bukunya yang berjudul “Membangun Kepribadian yang baik dan menarik” berpendapat bahwa pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: Faktor biologis, yaitu faktor yang berasal dari genetik atau keturunan.. Banyak penelitian yang telah mengungkapkan bahwa faktor ini memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian, terutama mengenai inteligensi dan kondisi biologis. Faktor lingkungan alam, yaitu faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan alam, seperti iklim, topografi, dan sumber daya alam. Penyesuaian manusia terhadap alam akan membentuk pola perilaku masyarakat dan kebudayaan sehingga akan terjadi perbedaan dalam proses pembentukan kepribadian antara satu tempat dengan tempat lainnnya. Faktor sosial atau kebudayaan, dalam hal ini antara manusia, alam, dan kebudayaan memiliki hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Manusia akan berusaha untuk menguasai alam agar sesuai dengan kebudayaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengalaman kelompok manusia, artinya bahwa kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari pengaruh kelompoknya, sehingga pembentukan kepribadian seseorang secara sadar atau tidak juga akan terpengaruh dengan kelompoknya. Kekhasan kelompok tersebut secara tidak sadar terkadang juga melebur menjadi kepribadian anggotanya. Pengalaman unik, memiliki pengertian bahwa tidak dua orang atau lebih yang memiliki pengalaman sama persis walaupun mereka hidup pada lingkungan yang sama. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda jadi cara mereka menyikapi kehidupan ini lah yang menjadikan beragamnya pengalaman unik yang tercipta. 3. Tahapan Pembentukan Kepribadian Setiap orang pasti memiliki karakteristik kepribadiannya masing-masing. Kepribadian yang ada pada diri mereka terbentuk dari beberapa tahap yang dipengaruhi juga oleh beberapa faktor yang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut ini adalah fase pembentukan kepribadian yang dilalui seseorang, diantarnya: a) Fase pertama Fase ini dimulai sejak anak berusia satu hingga dua tahun, yaitu ketika mereka mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kepribadian seseorang dapat dibedakan menjadi dua. Bagian pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap atau disebut attitudes dan cenderung bersifat permanen serta sulit berubah di kemudian hari. Unsur tersebut bisa berasal dari genetis atau keturunan dari orangtuanya. Kemudian bagian kedua berisi unsur-unsur yang atas keyakinan atau anggapan-anggapan yang lebih fleksibel sehingga sifatnya mudah berubah sewaktu-waktu. b) Fase kedua Fase kedua merupakan tahap yang pembentukan dan perkembangan bakat pada diri seorang anak. Pada fase ini karakter seorang anak akan mulai berkembang sesuai dengan lingkungannya. Fase ini juga berlangsung lama hingga seorang anak tumbuh menjadi dewasa sehingga kepribadian yang ada pada dirinya mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas. c) Fase ketiga Fase ketiga merupakan fase terakhir dimana kekhasan atau karakteristik seseorang mulai stabil. Pada fase iniperkembangan kepribadian relatif tetap, setelah kepribadian terbentuk secara permanen maka dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe kepribadian. 4. Tipe-tipe kepribadian a) Kepribadian normatif Merupakan tipe kepribadian ideal karena seseorang dengan kepribadian ini mempunyai prinsip-prinsip yang kuat dalam menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya dari hasil sosialisasi pada pengalaman sebelumnya. Seseorang dengan kepribadian ini mampu cepat beradaptasi dan bisa menampung banyak pendapat dari orang lain. b) Kepribadian otoriter Merupakan tipe kepribadian yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain. Tipe kepribadian ini biasanya dimiliki oleh anak tunggal, seseorang yang mendapat dukungan lebih dari lingkungan sekitarnya, dan seseorang yang sejak kecil memimpin kelompoknya. c) Kepribadian perbatasan Merupakan tipe kepribadian yang labil dimana perilaku atau prinsip- prinsipnya sering mengalami perubahan-perubahan sehingga ia seperti memiliki lebih dari satu corak kepribadian 5. Pribadi Tangguh Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tanggung ialah kuat, andal, sukar dikalahkan, dan tahan menderita. Menurut Setianingsih (2018:2), ketangguhan merupakan kemampuan individu untuk bertahan dalam setiap persialan yang dihadapinya, baik dalam mengatasi permasalahan, mencari solusi dan menjalankan rencananya dengan rajin, ulet, dan pantang menyerah. Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa pribadi tangguh merupakan kuatnya kepribadian seseorang dalam menghadapi suatu masalah. Kemudian dapat diartikan pula bahwa seseroang yang memilik kepribadian tangguh juga menerima segala sesuatu yang Tuhan berikan kepadanya. Jika dia diberi rezeki maka akan bersyukur, dan jika diberi ujian maka ia tetap bersyukur dibarengi dengan rasa sabar. Pribadi seperti ini yakin jika setiap kejadian yang datang kepadanya merupakan kehendak Tuhan sehingga jika ditimpa musibah maka ia akan berusaha bangkit dengan cara mengambil lpelajaran dari setiap kejadian tersebut. 6. Cara menjadi pribadi tangguh Menurut pemikiran dr.Yul Iskandar dalam buku Setianingsih (2018:4) ada 19 cara menjadi pribadi yang tangguh, antara lain: a) Selalu berpikir positif k) Kembangkan minat pada b) Mencari kenalan, teman, berbagai hal sahabat dan relasi l) Selalu baik pada orang lian sebanyak-banyaknya m) Selalu belajar c) Mencintai orang lain n) Selalu mengikuti informasi seperti mencintai diri dan perkembangan terkini sendiri tentang berbagai hal d) Menghargai dan menikmati o) Selalu tegap, sigap, dan alam siap e) Menghargai orang lain p) Selalu tersenyum pada f) Jaga tingkah laku orang lain g) Jangan kenak-kanakan q) Senang bekerja sama h) Tidak mencari kesalahan dengan orang lain orang lain r) Terimalah nasib apa i) Tidak rendah diri adanya. j) Tidak sombong
Dari sekian banyak cara tersebut, kekuatan mental juga memiliki
peranan yang penting karena setiap individu memerlukan kemampuan untuk memahami dan mengendalikan emosi negatif pada dirinya. Kekuatan mental atau kecerdasan emosi (EQ) merupakan cara seseorang mengekspresikan emosi dan berusaha untuk mengatasi setiap emosi yang muncul. Jika emosi dikelola dengan baik makabisa menghasilkan sumber energi, kekuatan, dan semangat. Sehingga kecerdasan dalam mengelola emosi perlu dilatih agar kita mampu mengenali, memahami, mengelola dan mengoptimalkan emosi kita. 7. Pengertian Santri Santri adalah sebutan untuk seseorang yang mengikuti pendidikan agama islam di pesantren di bawah asuhan para kyai. Pesantren atau pondok pesantren sendiri merupakan lembaga pendidikan islam. Banyak orangtua yang mempercayakan anaknya belajar di pesantren agar mereka bisa memberi bekal lebih dini bahwa kehidupan dunia bisa diraih dengan mengutamakan kehidupan di akhirat. BAB II PEMBAHASAN
Manusia merupakan individu yang tidak terlepas dari suatu permasalahan. Di
saat satu masalah selesai ia hadapi maka akan timbul masalah baru. Hal itu akan terus terjadi sampai seseorang meninggal. Tidak ada manusia yang menginginkan mempunyai masalah, tapi kehidupan seakan tidak memiliki tantangan tanpa adanya sebuah masalah. Meskipun demikian, sesulit apapun masalah yang dihadapi manusia pasti ada solusinya. Tergantung bagaimana seseorang menyikapi dan mau berproses menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hal ini, cara penyesuain diri seseorang akan berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadian. Hal itu bisa digambarkan dengan perumpamaan seorang santriwati yang baru pertama kali masuk pondok pesantren. Bukan hal mudah baginya untuk menyesuaikan diri dari yang awalnya hidup bebas menjadi hidup dengan keterikatan aturan dan agama yang lebih kuat dari sebelumnya. Jika ia menyikapi dengan baik proses penyesuaian dirinya di lingkungan pondok maka akan tercipta kepribadian yang mengarah pada kepribadian normatif. Tetapi jika ia salah menyikapi keadaan tersebut dan justru menjadikannya sebagai beban maka kepribaian yang terbentuk bisa mengarah pada otoriter.
A. Faktor yang membentuk kepribadian
Setiap manusia memiliki corak kepribadian yang berbeda antara satu dengan lainnya. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian seseorang. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam maupun luar individu, diantaranya seperti: 1. Faktor biologis Faktor ini memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Faktor biologis yang terpenting adalah intelegensi dan kondisi biologis. Meskipun demikian, masih banyak faktor lain yang turut serta memiliki peranan dalam proses pembentukan kepribadian. Faktor biologis mengarah pada faktor keturunan orang tuanya, contohnya sifat-sifat pemalu atau agresf, bentuk wajah, refleks, temperamen, dan lainnya. Seorang santri baru memiliki masalah tersendiri dalam penyesuaiannya di lingkungan pondok pesantren. Pertemuannya dengan banyak santri lainnya memunculkan kesan pertama yang beragam, baik dilihat dari raut wajahnya, sifat awalnya, perilakunya terhadap lingkungan sekitar maupun feedback yang ia berikan. Menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi santri yang memiliki sifat pemalu untuk menyesuaikan dengan lingkungannya. Santri dengan sifat tersebut biasanya merasa takut jika apa yang ia lakukan dinilai salah oleh orang lain, padahal belum tentu demikian. Ia perlu menanamkan pikiran positif agar bisa nyaman bergaul dengan lingkungan barunya tanpa merasa takut bersalah atas perilakunya. Meskipun demikian, ia tetap harus pandai dalam menempatkan dirinya. Menjadi pribadi yang sering berpikir positif memang baik, tetapi jika berlebihan maka bisa dianggap terlalu polos dan menjadi seirng dimanfaatkan. Berbeda lagi dengan seseorang yang meiliki sifat agresif dan temepramen yang tinggi, ia harus pandai mengatur emosi. Jangan jadikan masalah sepele menjadi besar hanya karena kita tidak mau menurunkan sedikit ego. Tidak mencari kesalahan orang lain, selalu berpikir positif, dan selalu ramah serta tersenyum mampu menjadikan santri dengan sifat agresif dan temperamen mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Menjadi santri dengan pribadi yang kuat dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah memang tidak mudah, belum lagi pengaruhi oleh faktor genetik. Meskipun demikian, beberapa sifat yang diturunkan dari faktor genetik mampu diubah secara perlahan agar menjadi pribadi yang lebih baik. 2. Faktor sosial Faktor sosial atau faktor kebudayaan memberikan pengaruh terhadap warna kepribadian anggota masyarakatnya. Corak kepribadian anggota masyarakat satu dengan lainnya tidaklah sama. Pada lingkungan pesantren banyak santri yang bersal dari berbagai daerah, baik dari desa maupun kota. Masing-masing dari mereka memiliki kepribadian khas yang dibawa dari daerah asalanya. Misalnya santri dari kota biasanya memiliki pribadi yang lebih individualistik dibanding santri yang berasal dari desa. Tetapi biasanya mereka selalu mengikuti informasi dan perkembangan terkini mengenai berbagai hal dibandingkan santri yang besal dari desa. Perilaku dan sifat yang mereka bawa dari daerah asalnya bisa melebur atau hilang begitu saja, bergantung pada pribadi santri tersebut. 3. Pengalaman kelompok manusia Manusia hidup sebagai makhluk sasial. Mereka tidak bisa hidup sendiri dan pasti membutuhkan bantuan oang lain. Dalam lingkungan bermmasyarakat biasanya terdapat kelompok-kelompok, baik yang resmi mapun tidak. Interaksi satu sama lain menjadikan komunikasi menjadi lebih dekat dan memperaerat tali kekeluargaan pada kelompok tersebut. Dalam interaksi tesebut terkadang tidak sengaja bahwa pribadi mereka saling melebur dan mempengaruhi satu sama lain. Tapi seseorang yang memiliki pribadi kuat biasnya sulit terpengaruh dengan kelompoknya.
B. Membentuk pribadi kuat santri baru dalam menghadpi dan menyelesaikan
masalah Semua orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, dimulai dengan pendidikan agama guna perjalan hidup kedepannya. Kehadiran pesantren menjadi salah satu solusi orangtua dalam memberikan pengetahuan agama kepada anaknya. Mereka berharap bahwa anak-anak tetap mengingat agama dalam keadaan apapun. Tetapi tidak sedikit dari anak-anak yang menjalani pendidikan di pesantren dengan rasa terpaksa dan merasa tertekan sehingga berpengaruh pada proses penyesuaian diri mereka di lingkungan pesantren. Hal itu juga mempengaruhi pembentukan pribadi mereka. Pribadi yang kuat tidak bisa ada begitu saja setelah seseorang dilahirkan ke dunia. Tidak selamanya juga seseorang bisa memiliki pribadi yang kuat walaupun ia hidup pada lingkungan yang sama. Seseorang yang tidak pernah merasakan kehidupan di pesantren tentu akan merasakan perbedaan. Banyak dari mereka yang mau menerima dengan mudah keadaan tersebut. Tetapi tidak sedikit pula yang melalui proses lama dalam penyesuaian diri di lingkungan pesantren. Berbagai kegiatan dan penyesuaian waktu antara sekolah dan mengaji menjadi masalah tersendiri bagi seorang santri baru. Management time memiliki peranan penting dalam masalah ini. Jika santri baru mampu mengatur waktu dengan baik maka ia bisa mendapatakn waktu istirahat yang menurutnya cukup sehingga banyaknya kegiatan ngaji dan sekolah tidak menjadikannya sebagai beban yang berat. Selain itu, diperlukan juga membangun mengelola kecerdasan emosi agar terbentuk energi dari dalam diri untuk menjalani aktivitas yang begitu padat. Fungsi penting memiliki kecerdasan emosi yaitu kita mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, peka terhadap emosi orang lain, memotivasi diri sendiri dan mampu mengekspresikan emosi dengan baik. Beberapa cara agar menjadi santri dengan pribadi tangguh antara lain: 1. Berusaha menjadi pribadi yang tenang dan berpikir positif Berpikir positif menjadikan kita selalu bersyukur dengan semua karunia yang diberikan Tuhan. Dengan berpikir positif juga akan membentuk pribadi yang lebih tenang, baik dalam menghadapi masalah maupun tidak. Berpikir positif mampu memudah seseorang dalam menyelesaikan masalah. Salah satu keyakinan dari berpikir positif saat menghadapi masalah yaitu “semua masalah pasti ada solusinya”. Tinggal bagaimana kita menyikapi masalah tersebut. Dalam mencari akar dan solusi masalah diperlukan pribadi yang tenang karena biasanya hal-hal sederhana bisa menjadi kunci untuk solusi permasalahan. Seorang santri yang merasa bahwa kegiatan di pesantren sangat banyak cenderung merasa tertekan dan time managemen yang dibangunnya hancur berantakan. Dari permasalahan tersebut, ia bisa mengambil waktu sejenak untuk refreshing tanpa memikirkan beban tugas sekolah maupun pesantren. Jadikanlah waktu tersebut sebagai me time. Setelah itu perbaikilah planning kegiatan sebelumnya. Tetaplah berpikir positif dan menjadi pribadi yang tenang dalam keadaan apapun agar kita kuat menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada. 2. Semangat Salah satu kunci keberhasilan suatu usaha adalah semangat. Dengan semangat akan tercipta vibrasi positif untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Rasa semangat perlu diterapkan pada berbagai kegiatan. Santri baru tentu merasa asing dengan materi keagamaan yang diberikan di pesantren, kecuali bagi mereka yang pernah bersekolah dengan background keagamaan seperti Madrasah Aliyah. Salah satu materi yang sulit yaitu bahasa arab karena pada sekolah umum di Indonesia tidak ada pelajaran tersebut. Bukan perkara mudah mempelajari bahasa Arab dan menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi santri baru dalam memahami bahasa tersebut. Meskipun demikian, hal itu bisa diatasi dengan rasa semangat belajar yang tinggi dan memahami bahwa bahasa arab juga memiliki manfaat bila kita mau mempelajarinya. Tidak ada ilmu yang sia-sia. Sesulit apapun suatu ilmu tetap akan mudah diserap jika murid belajar dengan penuh semangat, iklhas, dan berusaha untuk menyukai ilmu tersebut. 3. Berpikir sebelum bertindak Manusia diciptakan Tuhan dengan anugrah akal supaya mereka mampu berpikir dan mengetahui tanda-tanda kekuasaanNya. Selain itu, akal digunakan juga untuk berpikir sebelum bertindak. Dalam kehidupan ini tentu banyak permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Salah satu masalah yang sering dihadapi santri baru adalah finansial. Ada saat dimana keluarganya telat mengirimkan uang makan sehingga ia harus pandai dalam mengatur keuangan. Pada zaman sekarang banyak sekali godaan untuk menghabiskan uang, salah satunya yaitu belanja online. Perkembangan jaman yang semakin maju memudahkan para konsumen dalam membeli barang. Kecanggihan teknologi juga menjadikan iklan menjadi semakin persuasif. Diperlukan strategi yang tepat dalam mengatur keuangan agar bisa menabung sedikit demi sedikit guna cadangan di saat genting. Pengeluaran tidak terduga saat belanja kebutuhan menjadi hal biasa bagi sebagian orang. Tetapi hal tersebut bisa diminimalisir guna menekan pengeluaran. Kita perlu berpikir kebutuhan mana saja yang sekunder dan mana yang primer. Dengan begitu, kita akan terbiasa untuk membeli barang-barang yang benar- benar dibutuhkan saja sehingga sangat penting untuk berpikir barang apa saja yang perlu dibeli sebelum pergi ke tokonya. Beberapa hal diatas hanya sebagian cara untuk membentuk pribadia yang kuat pada santri baru dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah di lingkungan pesantren. Ada banyak manfaat dari terbentuknya pribadi yang kuat dalam menghadapi dan menyesaikan masalah, seperti kita mudah mengatur emosi, menyikapi persoalan dengan tenang, dan mampu membantu kita dalam menjaga kesehatan fisik karena kesehatan mental akan berpengaruh pula terhadap kesehatan fisik. BAB III KESIMPULAN
Membentuk pribadi yang kuat dalam menyikapi dan mengahadapi masalah
tidaklah mudah. Dibutuhkan proses dan pengorbanan dari diri sendiri agar terbentuk keribadian yang kuat. Begitu pula dengan santri baru yang berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya di pesantren. Permasalahan yang terus datang silih berganti dan cara menyikapinya menjadi proses pembentukan kepribadian seorang santri. Ada berbagai faktor yang mampu memengaruhi proses pembentukan kepribadian, terutama faktor genetik dan sosial. Meskipun demikian jika kita mau berusaha, tetap bersikap tenang, dan yakin bahwa setiap masalah pasti ada solusinya maka sebesar apapun permasalahan yang datang tetap bisa diatasi. Kita juga tidak perlu menyalahkan orang lain atas permasalahan yang datang. Lebih baik meminta pendapat orang lain terhadap permasalahan tersebbut daripada menyudukannya menjadi pelaku permasalahan. DAFTAR PUSTAKA
Arrozi, M., Nizam, M., Gustama, M. 2019. Kepribadian. Riau. Makalah
Mildawani, Tri. 2014. Mengembangkan Kepribadian Yang Baik dan Menarik. Jakarta Timur. Qisthina, dkk. 2012. Pembentukan Kepribadian. Depok. Makalah. Setianingsih. 2018. Menjadi Pribadi Tangguh. Sukoharjo.