RIDHA TRI 180070300011026 Rev
RIDHA TRI 180070300011026 Rev
1. Mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam pemberian asuhan keperawatan pada
orang dewasa
bertanggung jawab
orang dewasa
5. Mampu membuat asuhan keperawatan pada orang dewasa sakit selama meliputi:
- Melakukan pengkajian pasien dewasa: riwayat alergi, alasan masuk RS, riwayat
kesehatan (Genogram)
pasien meliputi:
- Melakukan suctioning
- Melakukan pemasangan tube feeding atau nasogastric tube untuk pasien kritis
- Melakukan enema
- Melepas kateter
- Melakukan perawatan luka arterial dan venous ulcer dan bandaging tanpa
penyulit
aktivitas)
diberikan
B. Perencanaan Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1. Melakukan pengkajian sesuai kasus meliputi : Hari ke 1
(Genogram)
ekonomi
(VAS/CPOT/NRS)
planning
keperawatan
4. Menetapkan tujuan dan kriteria hasil Hari ke 1
5. Menyusun rencana intervensi keperawatan Hari ke 1
literatur
Laporan pendahuluan
Ca Bronko
A. Anatomi fisiologi
1. Anatomi pernafasan
Sistem pernafasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan pertukaran gas sehingga
oksigen dapat disuplai dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh (Asih, 2003 : 2).
Secara sistematis saluran pernafasan dibagi menjadi saluran pernafasan atas dan saluran
pernafasan bawah. Organ saluran pernafasan atas terletak di luar toraks atau rongga dada,
sementara saluran pernafasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam toraks (Asih, 2003 :
2).
a. Saluran pernafasan atas terdiri dari :
1) Hidung
Hidung adalah pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara keluar melalui
sistem pernafasan yaitu hidung yang terbentuk atas dua tulang hidung dan beberapa
kartilago. Terdapat dua pipi pada dasar hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksternal
yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengah. Lapisan mukus hidung adalah sel
epitel bersila dengan sel goblet yang menghasilkan lendir dan juga sebagai sistem
pembersih pada hidung(Asih, 2003 : 2). Zat mukus yang disekresi hidung mengandung
enzim lisosom yang dapat membunuh bakteri (Alsagaff, 2006 : 9).
2) Faring
Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga
nasal dan oral dan di anterior vertebra servikalis. Faring dapat dibagi menjadi tiga segmen,
setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lain nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Nasofaring terletak di belakang rongga nasal, orofaring terletak di belakang mulut sedangkan
laringofaring terletak di belakang laring (Asih , 2003 : 5).
3) Laring
Laring menghubungkan trakhea dengan faring (Underwood, J.C.E, :1999 : 14).
Laring sering disebut kotak suara fungsinya untuk berbicara, selain itu juga untuk mencegah
benda padat agar tidak masuk ke dalam trakhea. Dinding laring dibentuk oleh tulang rawan
(kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia, kartilago laring
tersusun 9 buah, kartilago yang terbesar adalah kartilago tiroid atau disebut dengan buah
jakun pada pria, terkait di puncak tulang rahang tiroid terdapat epiglotis yang fungsinya
membantu menutup laring sewaktu orang menelan makanan. Pita suara terletak di kedua
sisi selama bernafas, pita suara tertahan di kedua sisi glotis sehingga untuk dapat masuk
dan keluar dengan bebas dari trakhea. Selama berbicara otot intrinsik laring menarik pita
suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya diubah menjadi kata-kata. Saraf kranial
motorik yang mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus vagus dan nervus
aksesorius(Asih , 2003 : 5).
b. Saluran pernafasan bawah terdiri atas
1) Trakhea (pipa udara)
Adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 13 cm.Trakhea terletak
di depan esofagus, tepat di permukaan leher. Dinding trakhea disangga oleh cincin-cincin
kartilago, otot polos dan serat elastik. Cincin kartilago berbentuk kaku guna mencegah agar
tidak kolaps dan menutup jalan udara. Bagian dalam trakhea dilapisi membran mukosa
bersilia (Asih, 2003 : 5).
2) Bronkhial
Ujung distal trakhea terbagi menjadi bronkhus primer kanan dan kiri yang terletak di
dalam rongga dada. Bronkhus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada yang kiri. Fungsi
percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan alveoli
agar jalan udara tetap terbuka dan bersih (Pearce, 2006 : 215).
3) Alveoli
Alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paru-paru orang dewasa.
Fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal
dan aliran darah. Alveoli dikelilingi oleh dinding yang tipis yang terdiri atas satu lapis epitel
skuamosa. Di antara sel epitel terdapat cairan khusus yang menyekresi lapisan molekul lipid
yang disebut surfaktan. Cairan ini dibutuhkan untuk menjaga agar permukaan alveolar tetap
lembab, tanpa surfaktan tekanan permukaan akan menjadi demikian besar sehingga
membutuhkan upaya muskular yang sangat besar untuk mengembangkan alveoli (Asih,
2003 : 3-8). Surfaktan adalah suatu zat campuran antara lemak fosfat, lemak jenis lain,
protein dan karbohidrat yang disekresi oleh epitel alveol tipe II, surfaktan berperan
menurunkan tegangan permukaaan pada cairan alveol sehingga alveol lebih mudah
berkembang pada waktu inspirasi dan mencegah alveol menutup pada akhir respirasi.
Faktor yang dapat mempengaruhi sintesa surfaktan adalah hormon tiroid dan hormon
kortikosteroid.(Alsagaff, 2006 :12)
4) Paru-paru
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta
dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak atas diafragma, bagian apeks
paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula . Pada permukaan tengah dari setiap paru
terdapat identasi yang disebut hilus tempat bronkus primer dan masuknya arteri serta vena
pulmonasi ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang
membentuk jutaan alveoli, jaring-jaring kapiler dan jaringan ikat. Setiap paru dibagi menjadi
kompartemen yang lebih kecil pembagian pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas 3
lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri 2 lobus. Lapisan yang membatasi antara
lobus disebut fisura. Lobus kemudian dibagi lagi menjadi segmen. Setiap segmen terdiri atas
banyak lobulus yang masing-masing mempunyai bronkhiale, arterioale, venula dan
pembuluh limfatik. Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai
pleura. Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum.
Lapisan dalamnya disebut pleura viseral yang mengelilingi paru. Rongga pleura ini
mengandung cairan yang dihasilkan sel-sel serosa di dalam pleura. Jika cairan yang
dihasilkan berkurang atau membran pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang
disebut pleuritis dan terasa sangat nyeri karena membran pleura saling bergesekan (Asih,
2003 : 9).
5) Toraks
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang disebut
mediastinum. Satu-satunya organ dalam rongga toraks yang tidak terletak di dalam
mediastinum adalah paru-paru. (Asih, 2003 : 9).
2. Fisiologi pernafasan
Fisiologi pernafasan adalah serangkaian proses interaksi dan koordinasi yang kompleks yang
mempunyai peranan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan atau homeostasis
lingkungan internal tubuh kita. Ventilasi pulmonal adalah istilah teknis dari bernafas terdiri dari
inspirasi yaitu gerakan perpindahan udara masuk ke dalam paru-paru dan ekspirasi yaitu
gerakan udara meninggalkan paruparu. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Inspirasi
Diafragma berkontraksi, bergerak ke arah bawah dan mengembangkan rongga dada
dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal menarik iga dari atas keluar yang
mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan kanan, dengan begitu pleura
parietal ikut mengembang diikuti oleh pleura viseral, yang menyebabkan tekanan
intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfer dan udara masuk melalui hidung dan
akhirnya sampai alveoli (Asih, 2003: 11). Otot – otot yang digunakan untuk inspirasi adalah
difragma (paling utama), muskulo intercostalis externus, muskulo scaleneus, muskulo
sternocleidomastoideus dan muskulo pectoralis minor (Alsagaff, 2006 :13)
b. Ekspirasi
Diafragma dan otot-otot interkosta rileks, karena rongga menjadi lebih sempit, paru-
paru terdesak dan jaringan elastiknya meregang selama inhalasi, mengerut dan juga
mendesak alveoli. Dengan meningkatnya tekanan intrapulmonal di atas tekanan atmosfir,
udara didorong keluar paru sampai kedua tekanan sama kembali(Asih, 2003 : 10 -11). . Otot-
otot yang digunakan untuk ekspirasi adalah intercostalis internus dan otot-otot dinding perut
(Alsagaff, 2006 : 13)
B. Definisi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus/bronchogenic carcinoma) (Kemenkes RI, 2017 )
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer.
Tumor ganas dapat ditemukan di bagian tubuh mana saja. Metastasis pada kolon dan ginjal
merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan di klinik, keduanya dapat
menyebabkan tumor paru. Metastasis tumor paru sering ditemukan terlebih dahulu sebelum
lesi primernya diketahui. Hal yang berbahaya adalah pada keadaan klinis lokasi lesi primer
sering tidak diketahui selama hidup klien (Muttaqin, 2007).
C. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma bronkogenik masih belum
diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsinogenik
merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi
hubungan keluarga ataupun suku bangsa/ras serta status immunologis.
Bahan inhalasi karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.
1. Pengaruh rokok:
Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain : polomium 210 dan 3,4
benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat menurunkan resiko terkenanya karsinoma
bronkogenik, namun masih tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
a. 1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
b. 20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali
c. 40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.
2. Pengaruh Industri
Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah asbestos, yang
dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali. Menyusul kemudian industri bahan-bahan
radioaktif, penambang uramium mempunyai resiko 4 kali populasi pada umumnya. Paparan
industri ini baru nampak pengaruhnya setalah 15-20 tahun.
3. Pengaruh Penyakit Lain
Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi karsinoma brinkogenik,
melalui mekanisme hyperplasi – metaplasi - karsinoma insitukarsinoma - bronkogenik
sebagai akibat adanya jaringan parut tuberkulosis.
4. Pengaruh Genetik dan Status imunologis
Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh keturunan yang
terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini membuka pendapat bahwa karsinoma
bronkogenik dapat diturunkan. Penelitian akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat
dengan enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis penderita yang
dipantau dari cellular mediated menunjukan adanya korelasi antara derajat deferensiasi sel,
stadia penyakit, tanggapan terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi
umumnya tidak memberikan tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal.
F. Patofisiologi
Asap rokok mengandung 60 macam karsinogen (termasuk benzen, nitrosamin [NNK],
dan oksidan) yang dapat menyebabkan mutasi DNA. Dikemukakan bahwa kanker paru terjadi
pada perokok yang tidak memiliki kemampuan metabolisme untuk mendetoksifikasi karsinogen
secara adekuat. Tumor paru terjadi dari banyak pajanan karsinogen dan bukan karena satu
kejadian pencetus (serangan berulang); diperkirakan bahwa perlu antara 10 sampai 20 mutasi
genetika untuk menciptakan sebuah tumor. Beberapa mutasi yang lebih sering yang telah
teridentifikasi meliputi : Penghilangan lengan pendek kromosom, Aktivasi onkogen, Inaktivasi
gen supresor tumor.Dalam bronkus yang terpajan karsinogen, sel-sel diplastik menjadi
karsinoma in situ, kemudian karsinoma bronkogenik. Sel-sel kanker memproduksi faktor
pertumbuhan autokrin (mis, faktor pertumbuhan epitel, faktor pertumbuhan jaringan, peptida
pelepas gastrin, faktor pertumbuhan menyerupai insulin) yang mendorong pertumbuhan tumor.
G. Stadium klinis
Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut International Union
Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 yang dikutip oleh Nuzulul
(2011) adalah sebagai berikut:
STADIUM TNM
Karsinoma Tx, N0,M0 Spuntum mengandung sel-sel ganas tetapi
tersembunyi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer
atau metastasis
Stadium 0 Tis, N0, M0 Karsinoma in situ
Stadium IA T1, N0, M0 Tumor termasuk T1 tanpa adanya bukti
metastasis pada kelenjar getah bening
regional atau tempat yang jauh
Stadium IB T2, N0, M0 Tumor termasuk klasifikasi T2 dengan bukti
metastasis pada kelenjar getah bening
regional atau tempat yang jauh
Stadium IIA T1, N1, M0 tumor termasuk klasifikasi T1 dengan bukti
hanya terdapat metastasis ke peribrokial
ipsilateral atau hilus kelenjar limfe ; tidak
ada metastasis ke tempat yang jauh
Stadium IIB T2, N1, M0 atau tumor termasuk klasifikasi T2 atau T3
T3, N0, M0 dengan atau tanpa bukti metastasis ke
peribronkial ipsilateral atau hilus kelenjar
limfe ; tidak ada metastasis ke tempat yang
jauh
Stadium IIIA T3, N1, M0 atau T1-3, tumor termasuk klasifikasi T1, T2, atau T3
N2, M0 dengan atau tanpa bukti adanya metastasis
ke peribronkial
Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0 tumor dengan metastasis hilus kontralateral
atau T4, N berapa pun, atau kelenjar getah bening mediastinum
M0 atau ke skalenus atau kelenjar limfe
supraklafikular ; atau setiap tumor yang
diklasifikasikan sebagai T4 dengan atau
tanpa metastasis ke kelenjar getah bening
regional ; tidak ad metastasis ke tempat
yang jauh
Stadium IV T berapa pun, N berapa
pun, M1
Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
Penentuan Stadium Penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM dari American Joint
Committee on Cancer (AJCC) versi 7 tahun 2010 untuk kanker paru (ICD-10 C33-34) adalah
sebagai berikut:
Tumor Primer (T)
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan dengan hasil radiologi dan bronkoskopi tetapi
sitologi sputum atau bilasan bronkus positif (ditemukan sel ganas)
T0 Tidak tampak lesi atau tumor primer
Tis Carcinoma in situ
T1 Ukuran terbesar tumor primer ≤3 cm tanpa lesi invasi intra bronkus yang sampai
ke proksimal bronkus lobaris -14-
T1a Ukuran tumor primer ≤2 cm
T1b Ukuran tumor primer >2 cm tetapi ≤3 cm
T2 Ukuran terbesar tumor primer >3 cm tetapi ≤7 cm, invasi intrabronkus dengan jarak
lesi ≥ 2 cm dari distal karina, berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis
obstruktif pada daerah hilus atau invasi ke pleura visera
T2a Ukuran tumor primer >3 cm tetapi ≤ 5 cm
T2b Ukuran tumor primer >5 cm tetapi ≤ 7 cm
T3 Ukuran tumor primer > 7 cm atau tumor menginvasi dinding dada termasuk sulkus
superior, diafragma, nervus phrenikus, menempel pleura mediastinum,
pericardium. Lesi intrabronkus ≤ 2 cm distal karina tanpa keterlibatan karina.
Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif di paru. Lebih dari
satu nodul dalam satu lobus yang sama dengan tumor primer.
T4 Ukuran tumor primer sembarang tetapi telah melibatkan atau invasi ke
mediastinum, trakea, jantung, pembuluh darah besar, karina, nervus laring,
esophagus, vertebral body. Lebih dari satu nodul berbeda lobus pada sisi yang
sama dengan tumor (ipsilateral).
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Nonbedah
a. Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia perawat dapat memberikan oksigen via masker/ nasal kanula
sesuai dengan permintaan.
b. Terapi Obat
Jika klien mengalami bronkospasme dokter dapat memberikan obat golongan
bronkodilator (seperti pada klien asma)dan kartikosterid untuk mengurangi
bronkospasme,inflamasi dan edema.
c. Kemoterapi
kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru,terutama
pada small cell ling cancer karena metastasis.kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan
dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani
kanker,tumor,termasuk kombinasi dari obatobat tersebut.
・ Cyclophosphamide,deoxorubicin,methotrexate,dan procarbazine
・ Etoposidedan cisplatin
・ Mitomycin,vinblastine,dan cisplatin.
d. Imunoterapi
Banyak klien kanker paru mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (cytokin) biasa di
berikan.
e. Terapi Radiasi
Terapi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut :
・ Klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan
・ Klien adenokarsinoma / sel skuomosa inoperable yang mengalami pembesaran kelenjar
getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
・ Klien dengan Ca. Bronkus dengan oat cell.
・ Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
2. Penatalaksanaan Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru
yang tidak terkena kanker.
a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b. Pneumonektomi pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
d. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
J. Komplikasi
1. Esofagitis,hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
2. Pneumonitis,pada rontgent terlihat bayangan eksudat didaerah penyinaran
I. PATHWAY CA BRONKO
J. Disabilitas pada Pasien Kanker Paru
Kedokteran fisik dan rehabilitasi memerlukan konsep fungsi dan keterbatasan
dalam penanganan pasien. Pada kanker paru, penyakit dan penanganannya dapat
menimbulkan gangguan fungsi pada manusia sebagai makhluk hidup seperti
gangguan fisiologis, psikologis ataupun perilaku yang berpotensi mengakibatkan
terjadinya keterbatasan dalam melakukan aktivitas (disabil itas) dan partisipasi sosial
dalam kehidupan sehari - hari.
1. Keterbatasan Aktifitas
2. Gangguan mobilitas dinding dada, akibat - Pascaoperasi torakotomi & paru-Nyeri
3. Gangguan fungsi kardiorespirasi, akibat lesi kanker dan hendaya pada paru & rongga
toraks ser ta efek tindakan
4. Gangguan fungsi respirasi : retensi sputum, gangguan ekspektorasi sputum,
gangguan pengembangan paru, gangguan pernapasan (dispnea dan kelemahan
bernapas / breathlessness )
5. Gangguan penurunan kebugaran pada kardiomiopati pascakemoterapi
6. Nyeri pada pascaoperasi, metastasis tulang, penekanan pleksus brachialis pada
tumor pancoast,sindrom vena cava superior (SVCS) dengan limfedema lengan
7. Gangguan mobilisasi pada kasus pasca tindakan, nyeri, metastasis tulang dan otak,
cedera medula s pinalis dan tirah baring lama serta fatigue
8. Gangguan mobilitas lengan pada gangguan drainase limfatik / limfedema lengan
pada SVCS
9. Impending / sindrom dekondisi pada tirah baring lama
10. Kesulitan makan akibat nyeri menelan pada radiasi area trunkus atas
11. Gangguan fungsi otak akibat metastasis dan hendaya otak
12. Gangguan fungsi berkemih dan defekasi pada cedera medula spinalis dan
hendaya otak
13. Gangguan pemrosesan sensoris pascatindakan : operasi, polineuropati
akibat kemoterapi/ Chemotherapy Induced Polyneuropathy (CIPN), hendaya
otak, dan cedera medula spinalis
14. Gangguan fungsi psiko – sosial – spiritua Hambatan Partisipasi
15. Gangguan aktivitas sehari –hari
16. Gangguan prevokasional dan okupasi
17. Gangguan leisure
18. Gangguan seksual pada disabilitas Pemeriksaan
7) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum.
Nafas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industry, Serak,paralysis pita
suara. Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan
konsolidasi) Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
8) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma) Kemerahan, kulit pucat
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar) Amenorea/
impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
10) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan untuk
membaik.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas
sekret, keterbatasan gerakan dada, /nyeri, kelemahan,kelelahan.
2. Nyeri akut b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada.
3. Pola pernafasan tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret, perdarahan aktif,
penurunan ekspansi paru, proses inflamsi
4. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian utama
paru, perubahan membran alveoli (atelektasis , edema paru , efusi, sekeresi
berlebihan,/perdarahan aktif).
5. Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik, penyakit kronis.
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat, peningkatan metabolisme,
proses keganasan.
C. Intervensi
1) Diagnosa : Bersihan Jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan jumlah/viskositas sekret,
keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan/kelelahan
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif
Kriteria ;
a. Menunjukan potensi jalan nafas.
b. Cairan sekret mudah dikeluarkan/dibatukan.
c. Bunyi nafas jelas.
d. Whezing(-)/berkurang
Intervensi
1. Auskultasi bunyi dada, untuk karakter bunyi nafas dan adanya sekret.
2. Bantu untuk nafas dalam efektif anjurkan batuk dengan posisi duduk.
3. Observasi jumlah dan karakter sputum/aspirasi sekret.
4. Lakukan penghisapan dengan menggunakan suction. Bila klien tidak dapat batuk.
5. Dorong masukan cairan/oral sedikitnya 2500 CC/hari dalam toleransi jantung.
6. Kolaborasi : Berikan/bantu dengan IPBB , spirometri, meniup botol
7. Gunakan oksigen humidifikasi/nebulizer ultrasonik . Berikan cairan tambahan melalui IV
sesuai indikasi.
8. Berikan bronkodilator, ekspektoran, atau analgetik sesuai indikasi.
2) Diagnosa keperawatan :Nyeri akut/kronis invasi kanker ke pleura, dinding dada.
NOC:
- Tingkat kenyamanan perasaan senang secara fisik & psikologis
- Prilaku mengendalikan nyeri
- Nyeri: efek merusak terhadap emosi dan prilaku yang diamati
- Tingkat nyeri: jumlah nyeri yang dilaporkan
Kriteria evaluasi:
- Menunjukkan perilaku bebas nyeri
- Menunjukkan teknik relaksasi secara individu yang efektif
- Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegahnyeri.
- Durasi nyeri berkurang
- Pola tidur yang baik
- Tidak mengalami gangguan dalam tanda-tanda vital
Intervensi NIC:
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,awitan, durasi dan
frekuensi ,kulaitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
2. Minta pasien untukmenilai nyeri pada skala 0-10
3. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, beberapa lama akan menyesal dan
antisipasi ketidaknyamananakibat prosedur
4. Ajarkan pengunaan teknik non farmakologis (relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik dan
lain-lain.
5. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktifitas dan rasa tidak nyaman, dengan pengalihan
melalui televisi ,radio, tape dan interaksi dengan pengunjung.
ALGORITMA PENATALAKSANAAN CA BRONKO
Daftar Pustaka
Kemenkes RI. 2018. PANDUAN PENATALAKSANAAN KANKER PARU.
Kemenkes RI. 2017. PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN KANKER PARU.
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit
FKUI : Jakarta.
Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011.Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
A. Identitas Klien
Nama :Tn. J.................................. No. RM : 114396xx........................
Usia : 69 tahun Tgl. Masuk : 29 juli 2019......................
Jenis kelamin : Laki-Laki........................... Tgl. Pengkajian : 05 agustus 2019..............
Alamat : Ds PehLumbu RT01/08... Blitar Sumber informasi
Primer : klien dan anak
Klien
Sekunder : Rekam Medik Ps
No. telepon : 085780xxxx......................Nama klg. dekat yg bisa dihubungi:Sdr. J
Status pernikahan : Menikah............................ ..........................................
Agama : Islam................................. Status :Belum menikah................
Suku : Jawa................................. Alamat : Malang
Pendidikan :SD..................................... No. telepon : 085780xxx.......................
Pekerjaan :Swasta.............................. Pendidikan : SMP................................
Lama berkerja : 45 tahun........................... Pekerjaan :swasta .............................
Berdasar keterangan anak klien ayahnya sering sakit-sakitan sejak kematian ibunya
(istri klien ) klien sering mengeluh nggreges- nggreges dan biasanya klien dibawa ke
puskesmas kesamben untuk berobat. Sekitar 6 bulan yang lalu klien mengeluh sesak dan
dibuatkan obat herbal campuran parutan kunyit dan pisang kepok, saat itu klien merasa
nyaman dengan ramuan itu namun selang 3 bulan ramuan herbal tersebut tidak mampu
meredakan keluhan sesak klien, oleh sebab itu klien sering keluar masuk puskesmas
kesamben untuk minta di oksigen. Dengan pemberian oksigen sesak klien berkurang dan
klien bisa langsung pulang. Oleh karena menggap klien tidak cukup hanya dengan diberi
herbal dan oksigen di puskesmas, untuk memastikan kondisi klien anak klien yang nomer 3
berinisiatif membawa klien periksa ke dokter spesialis jantung, di sana klien diberi pengantar
untuk foto rontgen, setelah hasil jadi klien dibawa periksa lagi ke dokter tersebut dan
dinyatakan tidak apa- apa. Seminggu yang lalu klien mengatakan kalau dia ingin menengok
kebunnya. Awalnya anak-anak klien melarang klien untuk pergi ke kebun karena dianggap
posisi jalan naik dan terjal, namun saat dilarang klien malah marah karena menganggap
kebun itu adalah hasil jerih payahnya sehingga dia juga punya hak untuk tahu keadaan
kebunnya tersebut. Klien pulang dari kebun siang sekitar jam 11.00 dengan membawa kayu
besar yang menurut klien sayang kalau ditinggal di kebun, menurut pemikiran klien siapa
tahu bisa dipakai untuk kebutuhan di rumahnya jadi dia bawa kayu tersebut pulang. Sore
harinya klien mengeluh lelah dan sesak, apalagi saat itu cuaca sangat dingin klien dibawa
kepuskesmas untuk diberi oksigen namun sesak klien tidak berkurang, akhirnya klien
dibawa periksa ke dokter spesialis paru yang ada di wlingi dan dianjurkan untuk masuk
rumah sakit wlingi. Di wlingi dirawat sehari dan setelah dokter melihat hasil foto dada klien
dokter menyatakan bahwa peralatan untuk menangani klien kurang jadi klien harus dirujuk
ke RSSA. Klien dibawa dengan ambulan dari RSUD Wlingi dan di UGD diberi tahu kalau
klien tidak bisa hanya kontrol ke poli saja jadi untuk perawatan lanjutan klien harus dirawat
dulu sampai akhirnya klien dibawa ke R. 27 pada tanggal 29 Juli 2019 jam 17.00.
5. Obat-obatan yg digunakan:
JenisLamanyaDosis
Obat- obat darah tinggi Sekitar 3 tahun Ada yang pagi sore dan ada yang malam
saja
Riwayat Keluarga
GENOGRAM Meningg
Tidak diketahui secara spesifik al pada
meninggal di usia dan penyebabnya usia 50
tahun
karena
sakit
Tidak diketahui secara Tidak diketahui secara spesifik komplika
spesifik meninggalnya meninggal di usia dan penyebabnya si
Keterangan:
F. Pola Aktifitas-Latihan
Jenis Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 0 2 (dibantu anaknya)
Mandi 0 2 (dibantu anaknya)
Berpakaian/berdandan 0 2 (dibantu anaknya)
Toileting 0 2 (dibantu anaknya)
Mobilitas ditempat tidur 0 2 (dibantu anaknya)
Berpindah 0 Klien bed rest total
Berjalan 0 Klien bed rest total
Naik tangga 0 Klien bed rest total
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain (1 orang) , 3 = dibantu
orang lain (> 1 orang), 4 = tidak mampu
Anak klien mengatakan: “Ayah saya bilang dia merasa sesak, dan kalau ketika dia
banyak bergerak ditempat tidur sesak dada langsung meningkat”.
I. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Rumah Rumah Sakit
Tidur siang
Lamanya 2 jam 3 Jam
Jam .... s/d .... 11.00-13.00 WIB 09.00 – 12.00
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Nyaman
Tidur malam
Lamanya 7 jam 8 Jam
Jam .... s/d .... 21.00 – 04.00 21.00 – 05.00
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Nyaman
Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
K.
Pola Toleransi-Koping Stres
1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri (√ ) dibantu orang lain, sebutkan , anak,
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll):
klien saat ini merupakan pasien bpjs..................................................................................................
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: bercerita ke ank no.3...............................
4. Harapan setelah menjalani perawatan: kondisinya membaik setelah menjalani perawatan...............
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: menjadi lemah dan harus bedrest...........................................
L. Konsep Diri
1. Gambaran diri: Klien tahu sekarang sedang sakit di RS....................................................................
2. Ideal diri:klien mengatakan harusnya dia sehat .................................................................................
3. Harga diri:Klien tidak mau dianggap lemah........................................................................................
4. Peran:Klien sedih karena sejak sakit tidak bisa ke kebun..................................................................
5. Identitas diri :Klien adalah laki- laki yang bertanggungjawab..............................................................
O. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: () tidak ada (√ ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti, -...........................................................
Q. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: kesadaran klien compos mentis, klien tampak berbaring di tempat tidur
dengan posisi kepala lebih tinggi sekitar 45º , menggunakan Nasal canul 4 lpm. Klien
terpasang infus NS , klien terpasang kateter urin.
2.
Kesadaran: GCS 4-5-6..................................................................................................................
Tanda-tanda vital: - Tekanan darah : 130/70 mmHg - Suhu : 36,1oC
- Nadi : 99x/menit - RR :24 x/menit
Tinggi badan: 160..............................cm Berat Badan:60....................kg
a. Kepala:
Inspeksi: tidak terdapat luka, rambut warna putih terlihat menipis di bagian depan,
masih terlihat bersih, tidak ada edema, terlihat simetris.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema,
b. Mata:
Inspeksi: Konjungtiva tidak pucat, tidak ada ikterik, reflek cahaya baik, mata klien
tertutup rapat, tidak ada racoon eyes
c. Hidung:
Inspeksi:tidak ada perdarahan, tidak ada abrasi, simetris,terpasang nasal canul 4
lt /menit, ada pernapasan cuping hidung saat klien terlentang, RR : 24 x/menit
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada tanda-tanda fraktur
b. Paru
Inspeksi: Dada kanan dan kiri simetris, pergerakan dinding dada simetris, terlihat
otot bantu pernapasan (intercostae dan diafragma), bentuk dada normal, napas
cepat irreguler
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada area sekitar dada, traktir vermitus +
Perkusi: terdengar bunyi sonor
Auskultasi:
- - - -
Ronkhi Wheezing
- - - -
+ + - -
6. Abdomen
Inspeksi:tidak ada luka, tidak ada ascites
Palpasi:tidak ada nyeri tekan pada region abdomen.
Perkusi: Redup di regio kiri kanan hypochardium, kanan dan kiri lumbal, kanan dan kiri
inguinal
Auskultasi: bising usus (+) 23x/menit
7. Genetalia & Anus
Inspeksi: terpasang kateter urin, tidak ada lesi, perdarahan atau tanda jamur
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan
8. Ekstermitas
Ekstermitas Atas:
a. Kanan
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema, tidak ada luka,kekuatan otot 0, warna
kulit sawo matang, terdapat arteri akses dan terpasang monitoring saturasi, akral
dingin.
b. Kiri
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema, tidak ada luka, kekuatan otot0, warna
kulit sawo matang. Pada lengan tangan kiri terdapat line 3 way untuk infuse pump
dan syringe pump, akral dingin.
Ekstermitas Bawah:
a. Kanan
Tidak ada nyeri tekan, tidak, tidak ada luka, kekuatan otot 0, warna kulit sawo
matang dan akraldingin, terpasang akses untuk TPM di vena femoralis.
b. Kiri
Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema, tidak ada luka, kekuatan otot 0, warna
kulit sawo matang dan akraldingin.
9. Sistem Neorologi
Kesadaran pasien : CM
Reflek fisiologis : klien tidak mengalami gangguan fisiologis
Reflek patologis : tidak ada kelainan
10. Kulit & Kuku
a. Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit <2 detik, pucat, kulit kering akral dingin
b. Kuku : Kuku klien panjang kotor, CRT <2 detik, akral dingin
Serum elektrolit
Na 127 mg/dl 136-145
K 3,69 mg/dl 3,5-5,0
Cl 91 mg/dl 98-106
Faal Ginjal
ureum 34,80 mg/dl 16,6-48,5
kreatinin 1,59 mg/dl < 1,2
Hematologi
HEMATOLOGI
- Hemoglobin 13,50 g/dL 13.2 -17.3
- Eritrosit (RBC) 4,58 103/ µL 4.30 – 6.30
- Leukosit 11.910 103/ µL 9.400 -34.000
- Hematokrit 40,20 % 44.0 – 72.0 Rendah
- Trombosit 330.000 103/ µL 217.000 – 497.000
- MCV 86,50 fL 98.0 – 122.0 Rendah
- MCH 29,00 Pg 33.0 – 41.0 Rendah
- RDW-CV 13,70% % 11,5 -14,5
- MCHC 33,60 g/dL 31.0 – 35.0
B A
C
Kesimpulan :
1. Opasitas pada lapang atas tengah paru kanan suspek e.c. massa paru
2. Efusi pleura dekstra
3. Cardiomegali
CTR : 76,3%
Hasil ECG
Tanggal 5 Juli 2019
MORSE FALL SCALE
Skala
No. Pengkajian Nilai Keterangan
Tidak Ya
1. Riwayat jatuh:
Apakah pernah jatuh dalam 3 bulan 0 25 0
terakhir
2. Diagnosa sekunder: Susp Lung tumor
Apakah memiliki lebih dari satu COPD AF non Life
0 15 15
diagnose penyakit? threatening
benda sekitar
4. Terapi intravena: Terpasang IV line
0 20 20
Apakah saat ini terpasang infus?
5. Gaya berjalan/ cara berpindah:
- Normal/ bed rest/ immobile 0
(tidak dapat bergerak
sendiri) 10 0
- Lemah (tidak bertenaga) 20
daya ingat
Total Nilai 50
Risiko Rendah 0 - 24 Risiko Sedang 25 - 45 Risiko Tinggi >45
Kultur sputum
Hasil Class II
- Tidak ditemukan sel ganas
- Ditemukan sel epithel dengan perubahan radang
- Background : Sel Radang PMN, MN, Histiosit
S. Terapi
♦ O2 2-4 lt NC
♦ Infus - NS : frutolit 2 :1
♦ Inj. Ranitidin 2x 50 mg
♦ Nebul combivent 3x/hr
♦ Nebul pulmicort 3 x / hr
♦ Ceftri 2 x 1 gr
♦ PO : NAC 3 x 200 dan vip albumin 3 x 1
jugan mengakuinya,
kata klien dia merokok Lesi sentral dan perifer
sejak muda sekitar 25
tahun dan habis minimal Obstruksi jalan nafas
1 pak rokok
4 4
produk energi menurun
- Klien terpasang infus
NS
malaise
- Klien terpasang
kateter
Intoleransi Aktivitas
- Klien terpasang
kateter urin
- Klien terpasang
nasal canul 4 lt/menit
3. Edema Perifer Deviasi Deviasi cukup Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
berat dari berat dari sedang dari dari ukuran Deviasi dari
ukuran ukuran ukuran normal ukuran
normal normal normal normal
Intervensi Keperawatan:
No.
Tindakan
NIC Indikator Intervensi Keperawatan
ke-
(NOC)
Manajemen 1 1 Monitor status hemodinamik
cairan 2 Monitor TTV
2 1 Monitor TTV
2 Monitor status Hidrasi
3 1 Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi (edema )
2 Kaji lokasi dan luasnya edema
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan pengembangn paru yang tidak optimal
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan proses ventiasi adekuat
Intervensi Keperawatan:
No.
Tindakan
NIC Indikator Intervensi Keperawatan
ke-
(NOC)
NIC : 1 1 Monitor status pernafasan dan oksigenasi
Manaje sebagaimana mestinya
men 2 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3 Posisikan untuk meringankan sesak nafas
jalan
nafas 2 1 Lakukan fisioterapi dada
2 Buang sekret dengan memotivasi klien untuk
melakukan batuk atau menyedot lendir
3. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam dan
batuk.
4 Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan
batuk efektif
6 Kelola nebulizer
7 Auskultasi suara nafas , catat area yang
ventilasinya menurun atau ada tidaknya suara
nafas tambahan
2. Buang sekret
2.1. Lakukan fisioterapi dada
2.2. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot
lendir
2.3. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam , dan batuk
2.4. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
2.5. Kelola pemberian bronkodilator
2.6. Kelola nebulizer
2.7. Auskultasi suara nafas , catat area yang ventilasinya menurun atau ada tidaknya
suara nafas tambahan
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan proses klien mampu
sedikit mentoleransi aktivitasnya
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Tekanan darah Deviasi berat Deviasi cukup Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
sistol dan dari ukuran berat dari sedang dari dari ukuran Deviasi dari
diastol normal ukuran ukuran normal ukuran
normal normal normal
2. Tidak bisa Deviasi Deviasi cukup Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
istirahat berat sedang Deviasi
3 Edema perifer Deviasi Deviasi cukup Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
berat sedang Deviasi
Intervensi Keperawatan:
No.
Tindakan
NIC Indikator Intervensi Keperawatan
ke-
(NOC)
NIC : 1 1 Monitor status kardiorespirasi
Manaje 2 Monitor respon oksigen pasien
men
energi 2 1 Bantu pasien untuk menjadwalkan periode
istirahat
1. 1.3. mengukur RR
2.1.1 Bantu pasien untuk membatasi tidur siang dengan menyediakan kegiatan yang
mendorong klien untuk terjaga
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan pertukaran gas di alveoli
baik
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Saturasi oksigen Deviasi Deviasi cukup Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
berat dari berat dari sedang dari dari ukuran Deviasi dari
ukuran ukuran ukuran normal ukuran
normal normal normal normal
Intervensi Keperawatan:
No.
Tindakan
NIC Indikator Intervensi Keperawatan
ke-
(NOC)
NIC : Manajemen 1 1 Monitor status pernafasan dan oksigenasi
jalan nafas sebagaimana mestinya
2 Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
1 Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea
- Terapi
dengan tepat
oksigen
2 Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan
3 Monitor aliran oksigen
3 Monitor posisi perangkat pemberian oksigen
1 Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
2
Monitor hasis foto thorax
2. 1. Monitor pernafasan
2.1.4. Monitor peningkatan kelelahan , kecemasan dan kekurangn udara pada pasien
3. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn.J ........................................................................................................................... Tanggal Pengkajian : 5 agustus2019
Diagnosa Medis : Lung Tumor................................................................................................................................ Tanggal Implementasi : 5 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
1 08.15 Melakukan pengukuran tensi di lengan kiri pasien di atas mediana T : 130 / 70 mm Hg
cubiti dan mencatat hasil pengukuran tensi
08.20 Menghitung nadi di pergelangan tangan kiri pasien selama satu menit Nadi 99x/menit
08.30 Melihat oedem dan mengamati sejauh mana odem pasien dengan Oedem di kedua tungkai
palpasi dengan menekan jari ke kulit pasien dan melihat kecepatan
pengembalian posisi kulit
08.30 Batasi asupan air pada kondisi pengenceran Hiponatremia dengan n klien minum sedikit
serum Na di bawah 130 mEq per liter Kadar Na : 127 gr/dl
Jaga intake /asupan yang akurat dan catat oputput
09.00 Melihat turgor dan kulit kering atau tidak dengan palpasi kulit pasien Kulit kering turgor kurng
10.15 Membetulkan letak selang kateter yang tertindih paha klien diubh Kateter pada posisi yang tidak tertekan
menjadi diatas paha klien
11.30 Mengganti infus NS 20 tts /menit Infus ns terpasang
12.00 Menanyakan apakah klien bisa menghabiskan porsi makan dan Klien tidak menghabiskan porsi
berapa banyak klien minum makannya
12.30 Menganjurkan keluarga untuk menemani klien saat makan Klien di suapi anaknya
4. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn. J ............................................................................................................................ Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : Lung tumor................................................................................................................................. Tanggal Implementasi : 5 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
Ketidakefektifan 08.15 Melakukan pengkajian awal status pernapasan pada klien KU cukup kes CM GCS 456, tidak nampak
pola nafas penggunaan otot bantu napas.
08.20 Melakukan monitor TTV (RR) TTV : RR 34 x/mnt, tidak terdengar suara napas
tambahan di daerah thoraks
08.20 Monitor status pernapasan dan oksigenasi. Pernapasan cepat dan irreguler, SpO2 : 97 %
08.30 Melakukan Auskultasi suara nafas tambahan dan mencatat area yang Ronchi : - -
terdapat adanya suara napas tambahan - -
+ +
10.45 Memberikan oksigen Nasal 4 liter/m. Klien sedang dalam terapi oksigen nasal 4
liter/mnt.
11.30 Melakukan evaluasi perburukan pernapasan pada klien Klien nampak bernapas spontan
13.00 Melakukan pemberian terapi bronchodilator nebuliser combiven 2,5 Terapi dilayani
mg dan NAC 300 mg.
5. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn. J ............................................................................................................................ Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : Lung tumor................................................................................................................................. Tanggal Implementasi : 5 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
Intoleransi 08.15 Mendengarkan apakah ada suara jantung yang lebih cepat saat Suara detak jantung semakin kuat saat klien
aktivitas beraktivitas lebih seperti dari baring ke duduk dengan berubah posisi.
menempelkan stetoskop di mid clav 5
08.20 Monitor respon oksigen pasien dengan melihat aliran udara di TTV : RR 34 x/mnt, tidak terdengar suara napas
slang nasal canul yang dipakai pasien tambahan di daerah thoraks
08.20 Bantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat dengan Klien merasa terbantu dengan jadwal tersebut
membuat jadwal di kertas dan di taruh di meja klien
08.30 Batasi stimuli lingkungan Pengunjung sedikit klien bisa tidur lebih tenang+
10.45 Bantu klien memenuhi kebutuhan oksigennya dengan memberi Klien sedang dalam terapi oksigen nasal 4
nasal kanul di hidungnya liter/mnt.
11.30 Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangn otot Klien nampak bernapas spontan
13.00 Bantu pasien untuk aktivitas sehari-hari Terapi diberikan dan dilayani kepada pasien
IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn.J .................................................................................................................................. Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : LUNG tumor...................................................................................................................................... Tanggal Implementasi : 5 agustus 2019
No.DX . Kep Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Gangguan 08.00 Monitor peningkatan kelelahan , kecemasan dan kekurangn Klien terlihat mengantuk
pertukaran udara pada pasien
gas 08.20 Memberi posisi yang nyaman bagi pasien sehingga dia bisa bernafas Klien lebih nyaman
lega dengan posisi semifowler
08.20 Membersihkan hidung pasien dan memasang nasal kanul di kedua Kanul O2 terpasang di hidung pasien
lubang hidung
08.30 Berikan Oksigen 4 l /menit Oksigen tepat 4 liter /menit
09.00 Monitor saturasi O2 Saturasi 97 %
10.45 Memeriksa aliran oksigen dan membersihkan alat dari kebuntuan Aliran O2 lancar
11.30 Memasang pengikat selang dengan benar sehingga posisi nasal Selang terpasang tidak terlalu rapat dan tidak terlalu
kanul tidak berubah longgar
1145 Menghitung RR klien 24 x / menit
6. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn.J ........................................................................................................................... Tanggal Pengkajian : 5 agustus2019
Diagnosa Medis : Lung Tumor................................................................................................................................ Tanggal Implementasi : 6 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
1 08.15 Melakukan pengukuran tensi di lengan kiri pasien di atas mediana T : 140 / 70 mm Hg
cubiti dan mencatat hasil pengukuran tensi
08.20 Menghitung nadi di pergelangan tangan kiri pasien selama satu menit Nadi 98x/menit
08.30 Melihat oedem dan mengamati sejauh mana odem pasien dengan Oedem di kedua tungkai
palpasi dengan menekan jari ke kulit pasien dan melihat kecepatan
pengembalian posisi kulit
09.00 Melihat turgor dan kulit kering atau tidak dengan palpasi kulit pasien Kulit kering turgor kurng
10.15 Membetulkan letak selang kateter yang tertindih paha klien diubh Kateter pada posisi yang tidak tertekan
menjadi diatas paha klien
11.30 Mengganti infus NS 20 tts /menit Infus ns terpasang
12.00 Menanyakan apakah klien bisa menghabiskan porsi makan dan Klien tidak menghabiskan porsi
berapa banyak klien minum makannya
7. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn. J ............................................................................................................................ Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : Lung tumor................................................................................................................................. Tanggal Implementasi : 6 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
Ketidakefektifan 08.15 Melakukan pengkajian awal status pernapasan pada klien KU cukup kes CM GCS 456, tidak nampak
pola nafas penggunaan otot bantu napas.
08.20 Melakukan monitor TTV (RR) TTV : RR 24 x/mnt, tidak terdengar suara napas
tambahan di daerah thoraks
08.20 Monitor status pernapasan dan oksigenasi. Pernapasan cepat dan irreguler, SpO2 : 97 %
08.30 Melakukan Auskultasi suara nafas tambahan dan mencatat area yang Ronchi : - -
terdapat adanya suara napas tambahan - -
+ +
10.45 Memberikan oksigen nasal 4 liter/m. Klien sedang dalam terapi oksigen nasal 4
liter/mnt.
13.00 Melakukan pemberian terapi bronchodilator nebuliser combiven 2,5
mg dan NAC 300 mg.
8. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn. J ............................................................................................................................ Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : Lung tumor................................................................................................................................. Tanggal Implementasi : 5 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
Intoleransi 08.15 Mendengarkan apakah ada suara jantung yang lebih cepat saat Suara detak jantung semakin kuat saat klien
aktivitas beraktivitas lebih seperti dari baring ke duduk dengan berubah posisi.
menempelkan stetoskop di mid clav 5
08.20 Monitor respon oksigen pasien dengan melihat aliran udara di TTV : RR 34 x/mnt, tidak terdengar suara napas
slang nasal canul yang dipakai pasien tambahan di daerah thoraks
08.20 Bantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat dengan Klien merasa terbantu dengan jadwal tersebut
membuat jadwal di kertas dan di taruh di meja klien
08.30 Batasi stimuli lingkungan Pengunjung sedikit klien bisa tidur lebih tenang+
10.45 Bantu klien memenuhi kebutuhan oksigennya dengan memberi Klien sedang dalam terapi oksigen nasal 4
nasal kanul di hidungnya liter/mnt.
IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn.J .................................................................................................................................. Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : LUNG tumor...................................................................................................................................... Tanggal Implementasi : 6 agustus 2019
No.DX . Kep Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Gangguan 08.00 Monitor peningkatan kelelahan , kecemasan dan kekurangn Klien terlihat mengantuk
pertukaran udara pada pasien
gas 08.20 Memberi posisi yang nyaman bagi pasien sehingga dia bisa bernafas Klien lebih nyaman
lega dengan posisi semifowler
08.20 Membersihkan hidung pasien dan memasang nasal kanul di kedua Kanul O2 terpasang di hidung pasien
lubang hidung
08.30 Berikan Oksigen 4 l /menit Oksigen tepat 4 liter /menit
09.00 Monitor saturasi O2 Saturasi 97 %
10.45 Memeriksa aliran oksigen dan membersihkan alat dari kebuntuan Aliran O2 lancar
11.30 Memasang pengikat selang dengan benar sehingga posisi nasal Selang terpasang tidak terlalu rapat dan tidak terlalu
kanul tidak berubah longgar
1145 Menghitung RR klien 24 x / menit
EVALUASI HARIAN (PROGRESS NOTE)
3.
Retraksi dinding dada - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3
3.
Retraksi dinding dada - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3
1.
Tekanan darah sistol dan - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
diastol
2. Tidak bisa istirahat - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
3. Edema perifer - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2
1.
Tekanan darah sistol dan - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
diastol
2. Tidak bisa istirahat - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
3. Edema perifer - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3
EVALUASI HARIAN (PROGRESS NOTE)
1. Saturasi oksigen - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3
2. Hasil ronggen dada - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2
3. Edema Perifer 2 5 2
4 Serum elektrolit 2 5 3
Keseimbangan input dan 2 5 3
5
output dalam 24 jam
Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Rabu , 7 2 S: klien mengatakan kadang-kadang masih terasa Ridha
Agustus sesek
2019 O : KU cukup kes cm.
4. - Opasitas pada lapang atas tengah paru kanan
suspek e.c. massa paru
5. Efusi pleura dekstra
6. Cardiomegali
3. Edema perifer 2 5 2
Iron salts adalah nutrisi penting zat anorganik yang digunakan untuk
mengobati anemia, diantaranya adalah:
Ferrous sulfate (Feosol, Fer-In-Sol, Lambat FE, Fer-besi, MyKidz
Besi 10)
Ferrous sulfate digunakan sebagai blok bangunan untuk sintesis
hemoglobin pada pasien dengan anemia CKD yang sedang dirawat
dengan eritropoietin.
Iron dextran complex (Dexferrum, INFed)
Dekstran besi digunakan untuk mengobati anemia mikrositik, anemia
hipokromik akibat defisiensi zat besi, dan untuk mencukupi
kebutuhan zat besi pada individu dengan terapi eritropoietin, bila
pemberian oral tidak mungkin atau tidak efektif. Dosis 0,5 mL (0,25
mL pada anak-anak) harus diberikan sebelum memulai terapi. Agen
ini mengandung 50 mg besi / mL (sebagai dekstran).
Iron Sucrose / Besi sukrosa (Venofer)
Besi sukrosa digunakan untuk mengobati anemia defisiensi besi
(bersamaan dengan eritropoietin) pada pasien dengan CKD dialisis
dan non-dialisis. Kekurangan zat besi pada pasien ini disebabkan
oleh kehilangan darah selama prosedur dialisis, peningkatan
eritropoiesis, dan penyerapan zat besi yang tidak mencukupi dari
saluran cerna. Ada insiden anafilaksis yang lebih rendah dengan
sukrosa besi dibandingkan dengan produk besi parenteral lainnya.
6. Kegiatan Penyuluhan
a. Metode : diskusi dan tanya jawab
b. Kegiatan belajar mengajar
Tindakan Aktivitas Implementasi
STEP 1: Perawat P:” Selamat siang pak , nama saya
Establising memperkenalkan ridha saya mahasiswa praktek di R. 27
Trust diri penyakit dalam ini, monggo silahkan
bapak di tempat tidur, maaf kalau
boleh tahu nama bapak siapa?.”
K: “ Terima kasih suster ridha ,
perkenalkan nama saya Hari, saya
sudah pernah sekali datang ruangan
Perawat ini tapi baru kali ini bertemu dengan
menjelaskan suster,”
perannya P: “ ooh,..begitu ya pak ,mungkin saya
udah rolling, baiklah pak..nanti ibu bisa
tanya-tanya ke saya soal penyakit
bapak, saya lihat dari status bapak
menderita CKD ya..
K: iya suster
P: “mungkin kita butuh waktu sekitar
Kontrak waktu 10 sampai 15 menit untuk sedikit
berbincang- bincang apakah bapak
setuju”
K: “Baiklah suster “
P : “Nanti waktu kita ngobrol bapak
Menciptakan ceritakan kondisi yang sebenarnya
interaksi yang “ soal sakitnya, dan tolong jawab jujur
trust-honest bila saya bertanya masalah ini, karena
hal ini penting untuk saya untuk
menentukan kebutuhan informasi yang
bapak butuhkan
K : “iya suster, saya akan berusaha..”
P: “ngomong-ngomong bapak usia
berapa ya,?”
K : “usia saya 50 tahun suster,”
kenapa suster”
P: “oh...oK. Tidak apa- apa... bapak
DAFTAR PUSTAKA
1. Arora.P. MD, 2017, “Cronic Kidney Disease Medication”,
emedicine.medscedicine.medscape.com/article/238798,
2. https://www.webmd.com/a.../chronic-kidney-disease-medications
3. Mayoclinic doctors, 2017, “ Chronic Kidney Disease”, Mayo clinic. United States
.
RESUME KEPERAWATAN
Ridha Tri Rohyani
Nama : Tn S Ruang/No RM : 27 RSSA 180070300011026
Usia :37 Tahun Diagnosa Medis : CML
S O A P I E
Keluarga ֊ Kes. CM Hipertermia NOC: Thermoregulasi . Memantau S: Ibu klien mengatakan klien
klien ֊ Pasien sering berubah berhubung Indikator 1 2 3 4 5 16.0 TTV: masih panas
mengatakan an dengan 0 - TD: 120/90 O: - di dahi klien terlih
ubah posisi kadang 1. Peningkat
badannya penyakit mmHg - Klien teraba hangat dan
klien terasa duduk kadang ditandai an suhu Nadi: 98 mukosa bibir sedikit kering
panas semifowler peningkata tubuh x/mnt kering
- n suhu 2. Warna Suhu: 38.2 - Keringat dingin
֊ Keringat dingin + kulit dan
tubuh ⁰C - S : 37,4
֊ Badan terasa hangat akral 1630 RR: 23 x/mnt
saat palpasi 17.0 NOC: Termoregulasi
0 Memonitor Skor
֊ Tanda vital:
NIC: Perawatan Demam warna kulit
- TD: 139/65 mmHg Indikator A Tgt Akr
Untuk Pasien: Memonitor
w
- Nadi: 115x/mnt 1. Pantau suhu tubuh dan tanda- kelancaran
l
- Suhu: 39.5⁰C tanda vital lainnya infus dan
1. Peningkat 3 5 4
2. Monitor warna kulit dan suhu memberikan
- RR: 32x/mnt an suhu
3. Monitor asupan dan keluaran 09.0 makan
tubuh 2 5 3
- Klien terpasang infus cairan 0 minum lewat
2. Warna
NS 20 tpm 4. Dorong konsumsi cairan lewat NGT sonde, serta
kulit dan
5. Mandikan pasien dengan spons mencatat
- Diet klien cair TKTP 6 x akral
hangat atau dengan metode ouput klien
200 pendinginan eksternal (kompres) Melakukan A: Hipertermi belum teratasi
- klien terpasang NGT 6. Lembabkan mukosa bibir kolaborasi P: Lanjutkan intervensi (NIC:
Kolaboratif antipiretik: Perawatan Demam)
- klien terpasang
1. Pemberian antipiretik Paracetamol
trakeostomy (Paracetamol tablet 2x 500) infus 500 mg
RESUME KEPERAWATAN
RESUME KEPERAWATAN
Nama Pasien: Tn. S Hari/tanggal : Selasa 6 Agustus 2019
Nomer Rekam Medis: 1449xxx Diagnosa Medis: NHL
Subjek Objek Analisa Planning Implementasi Evaluasi
- Klien suara nafas terdengar suara grok- Ketidak Setelah dilakukan tindakan 08.0 Mengauskulta S: Klien mengatakan masik batuk saja dan
mengat grok efektifan keperawatan selama 1x 8 jam klien 0 si suara nafas: sekret hanya keluar sedikit
akan RR: 28x/menit bersihan menunjukkan: Ronchi masih O:
N: 100x/menit
masih jalan terdengar di Klien tampak dalam posisi duduk dan
T: 36oC
batuk- nafas 08.0 kedua lapang kadang berubah semi fowlerdan
Nafas terlihat berat
batuk Pernafasan cuping hidung + berhubun 0 paru keluarga mempertahankan posisi
dan Tampak banyak secret keluar dari g an Membantu tersebut.
susah mulut klien dengan 08.3 memposisikan Ronchi masih terdengar di kedua lapang
mengel Ronchi: mucus 0 semifowler paru,
uarkan - - yang Memberikan Dyspnea +
sekretn + + berlebih nebulizer retraksi dada +
ya - - 09.0 dengan TTV:
Hasil foto thorax menunjukkan 0 combivent - Nadi: 98 x/mnt
adanya Efusi pleura bilateral - Suhu: 36,6 oC
Klien terpasang suction aktif Melakukan - RR: 28 x/mnt
NIC: Manajemen Jalan nafas 09.3 fisioterapi
1. Posisikan pasien untuk 0 dada
memaksimalkan ventilasi (semi-
fowler) 10.0 Mengukur
2. Lakukan fisioterapi dada sesuai 0 tensi, nadi
kondisi klien dan suhu
3. Gunakan teknik yang tubuh klien
menyenangkan untuk
memotivasi bernafas dalam Kolaborasi
kepada klien dengan
4. Auskultasi suara nafas dokter untuk
5. Kolaboratif Pemberian pemberian
A:
antibiotik dan pemberian obat NAC 2x 200
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
nebulizer mg
belum teratasi
6. Posisikan status pernafasan dan
Subjek Objek Analisa Planning Implementasi Evaluasi
oksigenasi sebagaimana P:
kebutuhan klien - Lanjutkan intervensi
7. Pantau tanda-tanda vital. (NIC: Manajemen jalan nafas)