Anda di halaman 1dari 86

RENCANA KEGIATAN MINGGUAN (RKM)

Departemen : Keperawatan Medikal Persepti : Ridha Tri Rohyani

Periode : 5 – 10 Agustus 2019 Perceptor Klinik : Neni H, S.Kep., Ns

Ruang : R. 27 RSSA Malang Minggu ke : V (Lima)

A. Target yang ingin dicapai

1. Mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam pemberian asuhan keperawatan pada

orang dewasa

2. Mampu menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim

3. Mampu menggunakan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif dan

bertanggung jawab

4. Mengkolaborasikan berbagai aspek budaya dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan

orang dewasa

5. Mampu membuat asuhan keperawatan pada orang dewasa sakit selama meliputi:

a. Mampu melakukan pengkajian awal meliputi:

- Melakukan pengkajian pasien dewasa: riwayat alergi, alasan masuk RS, riwayat

kesehatan (Genogram)

- Mengkaji pemeriksaan neurologis dasar

- Melakukan pengkajian fisik (head-to-toe, B1-B6)

- Melakukan pengkajian fungsional

- Melakukan pengkajian status psikososial dan ekonomi

- Melakukan pengkajian tingkat nyeri (VAS/CPOT/NRS)

- Melakukan pengkajian risiko jatuh

- Melakukan pengkajian skrining gizi

- Melakukan pengkajian kebutuhan edukasi

- Melakukan pengkajian kebutuhan discharge planning

b. Mampu menganalisis data yang didapatkan dari hasil pengkajian

c. Mampu merumuskan prioritas diagnosa keperawatan pada pasien anak

d. Mampu menentukan tujuan dan kriteria hasil dari prioritas masalah

e. Mampu membuat rencana intervensi keperawatan pada pasien anak

f. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah dibuat kepada

pasien meliputi:

- Monitoring tanda perburukan fungsi pernapasan


- Memberikan terapi oksigen

- Melakukan suctioning

- Melakukan perawatan trakeostomi

- Melakukan chest physiotherapy

- Melakukan postural drainage

- Melakukan pemberian transfusi darah

- Melakukan pemberian posisi kepala netral

- Melakukan tatalaksana keperawatan klien yang akan diberikan transfusi dan

produk darah yang membutuhkan observasi khusus

- Melakukan pemasangan tube feeding atau nasogastric tube untuk pasien kritis

- Memberikan nutrisi peroral pada pasien dengan risiko tinggi

- Memberikan nutrisi melalui tube feeding

- Melakukan interpretasi pemeriksaan gula darah

- Melatih fungsi menelan pada pasien dhyphagia

- Pemberian nutrisi parenteral

- Melakukan irigasi NGT

- Melakukan pemasangan urine kateter

- Melakukan enema

- Melakukan manueal evakuasi feses

- Melakukan perawatan sistotomi

- Melakukan perawatan kolostomi

- Melepas kateter

- Mengkaji irigasi kateter/ bladder

- Mengkaji risiko decubitus

- Melakukan perawatan kilit pada pasien dengan risiko tinggi

- Melakukan ambulasi alat bantu jalan

- Melakukan perubahan posisi dengan posisi logroll

- Melatih klien berjalan dengan alat bantu tongkat, walker

- Melatih mobilisasi pada klien dengan gangguan jantung

- Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur

- Melakukan hypnotherapy/imajinasi terpimpin

- Melakukan evaluasi pemberian relaksasi

- Melakukan tindakan untuk mengurangin distraksi lingkungan

- Melakukan pencegahan cidera selama tidur

- Memandika klien dengan kondisi kritis


- Melakukan perawatan mulut pada pasien dengan penurunan kesadaran

- Monitoring dan evaluasi pencapaian dan pemenuhan personal hygiene

- Melakukan perawatan luka ulkus gangren

- Melakukan pengkajian luka kronis

- Melakukan perawatan drain

- Melakukan perawatan luka kaki diabetic tanpa penyulit

- Melakukan perawatan luka pervuteus tube

- Melakukan perawatan luka arterial dan venous ulcer dan bandaging tanpa

penyulit

- Melakukan perawatan kulit post radiasi

- Melakukan irigasi mata

- Melakukan irigasi telinga

- Melakukan monitoring suhu tubuh

- Melakukan tindakan pencegahan pasien jatuh

- Melakukan edukasi kepada klien yang beresiko tinggi untuk jatuh

- Melakukan evaluasi efektivitas penggunaan maras antidekubitus

- Melakukan penggantian alat tenus pada pasien dengan kondisi kritis

- Melakukan penatalaksanaan pemulangan pasien (edukasi, kontrol, obat dan

aktivitas)

- Monitoring dan edukasi tindakan pemberian kemoterapi

- Membersihkan tumpahan kemoterapi dengan spill kit

- Melakukan pelepasan infus saat terjadi ekstravasasi

- Melakukan persiapan klien untuk tindakan radiasi eksternal

- Melakukan persiapan klien untuk tindakan implantasi

- Melakukan pengelolaan paket alat selama brakhiaterapi

- Melakukan persiapan/monitoring selama brakhiaterapi

- Melakukan persiapan klien untuk tindakan radiasi seluruh tubuh

- Mendampingi klien selama simulasi: obsevasi perdarahan dan aspirasi

- Melakukan timbang terima klien ke perawat ruangan

- Melakukan observasi kesadaran

- Melakukanpemeriksaan menggunakan tool MMSE

- Melakukan terapi kognitif

- Melakukan persiapan klien pasca angiografi

- Melakukan pemberian obat melalui nasogastric

- Melakukan pemberian obat peroral


- Melakukan pemberian obat melalui nebulizer

- Melakukan pemberian obat melalui central line

- Melakukan pemberian obat dengan Metered Dose Inhaler

- Melakukan pemberian obat non narcotic agents

- Melakukan tindakan keperawatan dengan model keperawatan kronis

6. Mampu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap asuhan keperawatan yang telah

diberikan
B. Perencanaan Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1. Melakukan pengkajian sesuai kasus meliputi : Hari ke 1

- Melakukan pengkajian pasien dewasa: riwayat

alergi, alasan masuk RS, riwayat kesehatan

(Genogram)

- Mengkaji pemeriksaan neurologis dasar

- Melakukan pengkajian fisik (head-to-toe, B1-B6)

- Melakukan pengkajian fungsional

- Melakukan pengkajian status psikososial dan

ekonomi

- Melakukan pengkajian tingkat nyeri

(VAS/CPOT/NRS)

- Melakukan pengkajian risiko jatuh

- Melakukan pengkajian skrining gizi

- Melakukan pengkajian kebutuhan edukasi

- Melakukan pengkajian kebutuhan discharge

planning

2. Menganalisis data dari hasil pengkajian Hari ke 1


3. Menetapkan diagnosa dan prioritas masalah Hari ke 1

keperawatan
4. Menetapkan tujuan dan kriteria hasil Hari ke 1
5. Menyusun rencana intervensi keperawatan Hari ke 1

berdasarkan masalah yang muncul dan sesuai dengan

literatur
Laporan pendahuluan
Ca Bronko
A. Anatomi fisiologi

1. Anatomi pernafasan
Sistem pernafasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan pertukaran gas sehingga
oksigen dapat disuplai dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh (Asih, 2003 : 2).
Secara sistematis saluran pernafasan dibagi menjadi saluran pernafasan atas dan saluran
pernafasan bawah. Organ saluran pernafasan atas terletak di luar toraks atau rongga dada,
sementara saluran pernafasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam toraks (Asih, 2003 :
2).
a. Saluran pernafasan atas terdiri dari :
1) Hidung
Hidung adalah pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara keluar melalui
sistem pernafasan yaitu hidung yang terbentuk atas dua tulang hidung dan beberapa
kartilago. Terdapat dua pipi pada dasar hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksternal
yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengah. Lapisan mukus hidung adalah sel
epitel bersila dengan sel goblet yang menghasilkan lendir dan juga sebagai sistem
pembersih pada hidung(Asih, 2003 : 2). Zat mukus yang disekresi hidung mengandung
enzim lisosom yang dapat membunuh bakteri (Alsagaff, 2006 : 9).
2) Faring
Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga
nasal dan oral dan di anterior vertebra servikalis. Faring dapat dibagi menjadi tiga segmen,
setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lain nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Nasofaring terletak di belakang rongga nasal, orofaring terletak di belakang mulut sedangkan
laringofaring terletak di belakang laring (Asih , 2003 : 5).
3) Laring
Laring menghubungkan trakhea dengan faring (Underwood, J.C.E, :1999 : 14).
Laring sering disebut kotak suara fungsinya untuk berbicara, selain itu juga untuk mencegah
benda padat agar tidak masuk ke dalam trakhea. Dinding laring dibentuk oleh tulang rawan
(kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia, kartilago laring
tersusun 9 buah, kartilago yang terbesar adalah kartilago tiroid atau disebut dengan buah
jakun pada pria, terkait di puncak tulang rahang tiroid terdapat epiglotis yang fungsinya
membantu menutup laring sewaktu orang menelan makanan. Pita suara terletak di kedua
sisi selama bernafas, pita suara tertahan di kedua sisi glotis sehingga untuk dapat masuk
dan keluar dengan bebas dari trakhea. Selama berbicara otot intrinsik laring menarik pita
suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya diubah menjadi kata-kata. Saraf kranial
motorik yang mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus vagus dan nervus
aksesorius(Asih , 2003 : 5).
b. Saluran pernafasan bawah terdiri atas
1) Trakhea (pipa udara)
Adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 13 cm.Trakhea terletak
di depan esofagus, tepat di permukaan leher. Dinding trakhea disangga oleh cincin-cincin
kartilago, otot polos dan serat elastik. Cincin kartilago berbentuk kaku guna mencegah agar
tidak kolaps dan menutup jalan udara. Bagian dalam trakhea dilapisi membran mukosa
bersilia (Asih, 2003 : 5).
2) Bronkhial
Ujung distal trakhea terbagi menjadi bronkhus primer kanan dan kiri yang terletak di
dalam rongga dada. Bronkhus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada yang kiri. Fungsi
percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan alveoli
agar jalan udara tetap terbuka dan bersih (Pearce, 2006 : 215).
3) Alveoli
Alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paru-paru orang dewasa.
Fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal
dan aliran darah. Alveoli dikelilingi oleh dinding yang tipis yang terdiri atas satu lapis epitel
skuamosa. Di antara sel epitel terdapat cairan khusus yang menyekresi lapisan molekul lipid
yang disebut surfaktan. Cairan ini dibutuhkan untuk menjaga agar permukaan alveolar tetap
lembab, tanpa surfaktan tekanan permukaan akan menjadi demikian besar sehingga
membutuhkan upaya muskular yang sangat besar untuk mengembangkan alveoli (Asih,
2003 : 3-8). Surfaktan adalah suatu zat campuran antara lemak fosfat, lemak jenis lain,
protein dan karbohidrat yang disekresi oleh epitel alveol tipe II, surfaktan berperan
menurunkan tegangan permukaaan pada cairan alveol sehingga alveol lebih mudah
berkembang pada waktu inspirasi dan mencegah alveol menutup pada akhir respirasi.
Faktor yang dapat mempengaruhi sintesa surfaktan adalah hormon tiroid dan hormon
kortikosteroid.(Alsagaff, 2006 :12)
4) Paru-paru
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta
dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak atas diafragma, bagian apeks
paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula . Pada permukaan tengah dari setiap paru
terdapat identasi yang disebut hilus tempat bronkus primer dan masuknya arteri serta vena
pulmonasi ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang
membentuk jutaan alveoli, jaring-jaring kapiler dan jaringan ikat. Setiap paru dibagi menjadi
kompartemen yang lebih kecil pembagian pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas 3
lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri 2 lobus. Lapisan yang membatasi antara
lobus disebut fisura. Lobus kemudian dibagi lagi menjadi segmen. Setiap segmen terdiri atas
banyak lobulus yang masing-masing mempunyai bronkhiale, arterioale, venula dan
pembuluh limfatik. Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai
pleura. Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum.
Lapisan dalamnya disebut pleura viseral yang mengelilingi paru. Rongga pleura ini
mengandung cairan yang dihasilkan sel-sel serosa di dalam pleura. Jika cairan yang
dihasilkan berkurang atau membran pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang
disebut pleuritis dan terasa sangat nyeri karena membran pleura saling bergesekan (Asih,
2003 : 9).
5) Toraks
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang disebut
mediastinum. Satu-satunya organ dalam rongga toraks yang tidak terletak di dalam
mediastinum adalah paru-paru. (Asih, 2003 : 9).
2. Fisiologi pernafasan
Fisiologi pernafasan adalah serangkaian proses interaksi dan koordinasi yang kompleks yang
mempunyai peranan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan atau homeostasis
lingkungan internal tubuh kita. Ventilasi pulmonal adalah istilah teknis dari bernafas terdiri dari
inspirasi yaitu gerakan perpindahan udara masuk ke dalam paru-paru dan ekspirasi yaitu
gerakan udara meninggalkan paruparu. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Inspirasi
Diafragma berkontraksi, bergerak ke arah bawah dan mengembangkan rongga dada
dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal menarik iga dari atas keluar yang
mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan kanan, dengan begitu pleura
parietal ikut mengembang diikuti oleh pleura viseral, yang menyebabkan tekanan
intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfer dan udara masuk melalui hidung dan
akhirnya sampai alveoli (Asih, 2003: 11). Otot – otot yang digunakan untuk inspirasi adalah
difragma (paling utama), muskulo intercostalis externus, muskulo scaleneus, muskulo
sternocleidomastoideus dan muskulo pectoralis minor (Alsagaff, 2006 :13)
b. Ekspirasi
Diafragma dan otot-otot interkosta rileks, karena rongga menjadi lebih sempit, paru-
paru terdesak dan jaringan elastiknya meregang selama inhalasi, mengerut dan juga
mendesak alveoli. Dengan meningkatnya tekanan intrapulmonal di atas tekanan atmosfir,
udara didorong keluar paru sampai kedua tekanan sama kembali(Asih, 2003 : 10 -11). . Otot-
otot yang digunakan untuk ekspirasi adalah intercostalis internus dan otot-otot dinding perut
(Alsagaff, 2006 : 13)

B. Definisi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus/bronchogenic carcinoma) (Kemenkes RI, 2017 )
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer.
Tumor ganas dapat ditemukan di bagian tubuh mana saja. Metastasis pada kolon dan ginjal
merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan di klinik, keduanya dapat
menyebabkan tumor paru. Metastasis tumor paru sering ditemukan terlebih dahulu sebelum
lesi primernya diketahui. Hal yang berbahaya adalah pada keadaan klinis lokasi lesi primer
sering tidak diketahui selama hidup klien (Muttaqin, 2007).

C. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma bronkogenik masih belum
diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsinogenik
merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi
hubungan keluarga ataupun suku bangsa/ras serta status immunologis.
Bahan inhalasi karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.
1. Pengaruh rokok:
Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain : polomium 210 dan 3,4
benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat menurunkan resiko terkenanya karsinoma
bronkogenik, namun masih tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
a. 1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
b. 20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali
c. 40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.
2. Pengaruh Industri
Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah asbestos, yang
dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali. Menyusul kemudian industri bahan-bahan
radioaktif, penambang uramium mempunyai resiko 4 kali populasi pada umumnya. Paparan
industri ini baru nampak pengaruhnya setalah 15-20 tahun.
3. Pengaruh Penyakit Lain
Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi karsinoma brinkogenik,
melalui mekanisme hyperplasi – metaplasi - karsinoma insitukarsinoma - bronkogenik
sebagai akibat adanya jaringan parut tuberkulosis.
4. Pengaruh Genetik dan Status imunologis
Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh keturunan yang
terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini membuka pendapat bahwa karsinoma
bronkogenik dapat diturunkan. Penelitian akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat
dengan enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis penderita yang
dipantau dari cellular mediated menunjukan adanya korelasi antara derajat deferensiasi sel,
stadia penyakit, tanggapan terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi
umumnya tidak memberikan tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal.

D. Klasifikasi Karsinoma Bronkogenik.


Klasifikasi Tumor Paru Secara Histologis Menurut WHO Tahun 2015:
a. Epithelial Tumours
Adenocarcinoma
Squamous cell carcinoma
Neuroendocrine tumours
Large cell carcinoma
Adenosquamous carcinoma
Pleomorphic carcinoma
Spindle cell carcinoma
Giant cell carcinoma
Carcinosarcoma
Pulmonary blastoma
Other and unclassified carcinomas
Salivary gland-type tumours
Papillomas
Adenomas
b. Mesenchymal tumours
Pulmonary hamartoma
Chondroma PEComatous tumours
Congenital peribronchial
Diffuse pulmonary lymphangionatosis
Inflammatory myofibroblastic tumour
Epitheloid haemangioendothelioma
Pleuropulmonary blastoma
Synovial sarcoma
Pulmonary artery intimal sarcoma
Pulmonary myxoid sarcoma with EWSR1-CREB1 translocation
Myoepithelial tumours
c. Lymphohistiocytic tumours
Extranodal marginal zone lymphoma of mucosa-associated lymphoid tissue
(MALT lymphoma)
Diffuse large B-cell lymphoma
Lymphomatoid granulomatosis
Intravascular large B-cell lymphoma
Pulmonary Langerhans cell histiocytosis Erdheim-Chester disease
d. Tumours of ectopic origin
Germ cell tumours
Intrapulmonary thymoma
Melanoma
Meningioma, NOS
E. Manifestasi klinis
Kanker paru tidak memiliki gejala klinis yang khas, tetapi batuk, sesak napas, atau
nyeri dada (gejala respirasi) yang muncul lama atau tidak kunjung sembuh dengan
pengobatan biasa pada pasien “kelompok risiko” harus ditindaklanjuti untuk prosedur
diagnosis kanker paru.
Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung misalnya batuk,
hemoptisis, nyeri dada dan sesak napas/stridor. Batuk merupakan gejala tersering (60-70%)
pada kanker paru. Gejala lain berkaitan dengan pertumbuhan regional, seperti efusi pleura,
efusi perikard, sindrom vena kava superior, disfagia, sindrom Pancoast, dan paralisis
diafragma. Sindrom Pancoast merupakan kumpulan gejala dari kanker paru yang tumbuh di
sulkus superior, yang menyebabkan invasi pleksus brakhial sehingga menimbulkan nyeri
pada lengan dan munculnya sindrom Horner (ptosis, miosis, hemifacial anhidrosis). Keluhan
suara serak menandakan telah terjadinya kelumpuhan saraf atau gangguan pada pita suara.
Gejala klinis sistemik yang juga kadang menyertai yaitu penurunan berat badan
dalam waktu yang singkat, nafsu makan menurun, dan demam hilang timbul. Gejala yang
berkaitan dengan gangguan neurologis (sakit kepala, lemah/parese) sering terjadi jika
terdapat penyebaran ke otak atau tulang belakang. Nyeri tulang sering menjadi gejala awal
pada kanker yang telah menyebar ke tulang.
Gejala lainnya yaitu gejala paraneoplastik, seperti nyeri muskuloskeletal, hematologi,
vaskuler, neurologi, dan lain-lain. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang dapat ditemukan pada
kanker paru dapat bervariasi tergantung pada letak, besar tumor, dan penyebarannya.
Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) supraklavikula, leher dan aksila menandakan
telah terjadi penyebaran ke KGB atau tumor di dinding dada, kepala atau lokasi lain juga
menjadi petanda penyebaran. Sesak napas dengan temuan suara napas yang abnormal
pada pemeriksaan fisik didapat jika terdapat massa yang besar, efusi pleura atau atelektasis.
Venektasi (pelebaran vena) di dinding dada dengan pembengkakan (edema) wajah, leher
dan lengan berkaitan dengan bendungan pada vena kava superior (SVKS). Sindrom Horner
sering terjadi pada tumor yang terletak di apeks -10- (Pancoast tumor). Thrombus pada vena
ekstremitas, yang ditandai dengan edema disertai nyeri pada anggota gerak dan gangguan
sistem hemostatis (peningkatan kadar D-dimer), menjadi gejala telah terjadinya bendungan
vena dalam (DVT). Tanda-tanda patah tulang patologik dapat terjadi pada kanker yang
bermetastasis ke tulang. Tanda-tanda gangguan neurologis akan didapat jika kanker sudah
menyebar ke otak atau tulang belakang.

F. Patofisiologi
Asap rokok mengandung 60 macam karsinogen (termasuk benzen, nitrosamin [NNK],
dan oksidan) yang dapat menyebabkan mutasi DNA. Dikemukakan bahwa kanker paru terjadi
pada perokok yang tidak memiliki kemampuan metabolisme untuk mendetoksifikasi karsinogen
secara adekuat. Tumor paru terjadi dari banyak pajanan karsinogen dan bukan karena satu
kejadian pencetus (serangan berulang); diperkirakan bahwa perlu antara 10 sampai 20 mutasi
genetika untuk menciptakan sebuah tumor. Beberapa mutasi yang lebih sering yang telah
teridentifikasi meliputi : Penghilangan lengan pendek kromosom, Aktivasi onkogen, Inaktivasi
gen supresor tumor.Dalam bronkus yang terpajan karsinogen, sel-sel diplastik menjadi
karsinoma in situ, kemudian karsinoma bronkogenik. Sel-sel kanker memproduksi faktor
pertumbuhan autokrin (mis, faktor pertumbuhan epitel, faktor pertumbuhan jaringan, peptida
pelepas gastrin, faktor pertumbuhan menyerupai insulin) yang mendorong pertumbuhan tumor.
G. Stadium klinis
Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut International Union
Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 yang dikutip oleh Nuzulul
(2011) adalah sebagai berikut:
STADIUM TNM
Karsinoma Tx, N0,M0 Spuntum mengandung sel-sel ganas tetapi
tersembunyi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer
atau metastasis
Stadium 0 Tis, N0, M0 Karsinoma in situ
Stadium IA T1, N0, M0 Tumor termasuk T1 tanpa adanya bukti
metastasis pada kelenjar getah bening
regional atau tempat yang jauh
Stadium IB T2, N0, M0 Tumor termasuk klasifikasi T2 dengan bukti
metastasis pada kelenjar getah bening
regional atau tempat yang jauh
Stadium IIA T1, N1, M0 tumor termasuk klasifikasi T1 dengan bukti
hanya terdapat metastasis ke peribrokial
ipsilateral atau hilus kelenjar limfe ; tidak
ada metastasis ke tempat yang jauh
Stadium IIB T2, N1, M0 atau tumor termasuk klasifikasi T2 atau T3
T3, N0, M0 dengan atau tanpa bukti metastasis ke
peribronkial ipsilateral atau hilus kelenjar
limfe ; tidak ada metastasis ke tempat yang
jauh
Stadium IIIA T3, N1, M0 atau T1-3, tumor termasuk klasifikasi T1, T2, atau T3
N2, M0 dengan atau tanpa bukti adanya metastasis
ke peribronkial
Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0 tumor dengan metastasis hilus kontralateral
atau T4, N berapa pun, atau kelenjar getah bening mediastinum
M0 atau ke skalenus atau kelenjar limfe
supraklafikular ; atau setiap tumor yang
diklasifikasikan sebagai T4 dengan atau
tanpa metastasis ke kelenjar getah bening
regional ; tidak ad metastasis ke tempat
yang jauh
Stadium IV T berapa pun, N berapa
pun, M1

Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
Penentuan Stadium Penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM dari American Joint
Committee on Cancer (AJCC) versi 7 tahun 2010 untuk kanker paru (ICD-10 C33-34) adalah
sebagai berikut:
Tumor Primer (T)
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan dengan hasil radiologi dan bronkoskopi tetapi
sitologi sputum atau bilasan bronkus positif (ditemukan sel ganas)
T0 Tidak tampak lesi atau tumor primer
Tis Carcinoma in situ
T1 Ukuran terbesar tumor primer ≤3 cm tanpa lesi invasi intra bronkus yang sampai
ke proksimal bronkus lobaris -14-
T1a Ukuran tumor primer ≤2 cm
T1b Ukuran tumor primer >2 cm tetapi ≤3 cm
T2 Ukuran terbesar tumor primer >3 cm tetapi ≤7 cm, invasi intrabronkus dengan jarak
lesi ≥ 2 cm dari distal karina, berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis
obstruktif pada daerah hilus atau invasi ke pleura visera
T2a Ukuran tumor primer >3 cm tetapi ≤ 5 cm
T2b Ukuran tumor primer >5 cm tetapi ≤ 7 cm
T3 Ukuran tumor primer > 7 cm atau tumor menginvasi dinding dada termasuk sulkus
superior, diafragma, nervus phrenikus, menempel pleura mediastinum,
pericardium. Lesi intrabronkus ≤ 2 cm distal karina tanpa keterlibatan karina.
Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif di paru. Lebih dari
satu nodul dalam satu lobus yang sama dengan tumor primer.
T4 Ukuran tumor primer sembarang tetapi telah melibatkan atau invasi ke
mediastinum, trakea, jantung, pembuluh darah besar, karina, nervus laring,
esophagus, vertebral body. Lebih dari satu nodul berbeda lobus pada sisi yang
sama dengan tumor (ipsilateral).

Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)


1. N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional
2. N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral
3. N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina.
4. N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus kontralateral; kelenjar
getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.
Metastasis Jauh (M)
1. M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh
2. M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak
H. Pemeriksaan penunjang/ Diagnosis
Penegakkan Diagnosis Kanker paru ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Batuk lama, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada, suara serak, sulit/nyeri menelan
yang tidak merespon dengan pengobatan atau penurunan berat badan dalam waktu
singkat, nafsu makan menurun, demam hilang timbul, sakit kepala, nyeri di tulang atau
parese, dan pembengkakan atau ditemukannya benjolan di leher, aksila atau dinding
dada.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup tampilan umum (performance status) penderita yang
menurun, penemuan abnormal pada pemeriksaan fisik paru seperti suara napas yang
abnormal, benjolan superfisial pada leher, ketiak atau dinding dada, tanda pembesaran
hepar atau tanda asites, dan nyeri ketok di tulang.
3. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Pemeriksaan patologi anatomi mencakup pemeriksaan sitologi dan histopatologi,


pemeriksaan imunohistokimia untuk menentukan jenis tumor (mis. TTF-1 dan lain-lain),
dan pemeriksaan petanda molekuler, seperti mutasi EFGR, yang dilakukan apabila
fasilitasnya tersedia
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, seperti Hb, leukosit, trombosit, serta fungsi hati, dan fungsi
ginjal.
5. Pemeriksaan Pencitraan Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk
menilai pasien dengan kecurigaan terkena kanker paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan
ini, lokasi lesi dan tindakan selanjutnya termasuk prosedur diagnosis penunjang dan
penanganan dapat ditentukan. Jika pada foto toraks ditemukan lesi yang dicurigai
sebagai keganasan, maka pemeriksaan CT scan toraks wajib dilakukan untuk
mengevaluasi lesi tersebut. CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan
yang penting untuk mendiagnosa, menentukan stadium penyakit, dan menentukan
segmen paru yang terlibat secara tepat. CT scan toraks dapat diperluas hingga kelenjar
adrenal untuk menilai kemungkinan metastasis hingga regio tersebut. CT scan
kepala/MRI kepala dengan kontras diindikasikan bila penderita mengeluh nyeri kepala
hebat untuk menilai kemungkinan adanya metastasis ke otak. Pemeriksaan lainnya
seperti USG abdomen dilakukan kecuali pada stadium IV, bone scan dilakukan untuk
mendeteksi metastasis ke tulang-tulang, bone survey dilakukan jika fasilitas bone scan
tidak ada, dan PET Scan dilakukan untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
6. Pemeriksaan Khusus Bronkoskopi adalah prosedur utama untuk mendiagnosis kanker
paru. Prosedur ini dapat membantu menentukan lokasi lesi primer, pertumbuhan tumor
intraluminal dan mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi dan histopatologi,
sehingga diagnosis dan stadium kanker paru dapat ditentukan. Salah satu metode
terkini adalah bronkoskopi fleksibel yang dapat menilai paru hingga sebagian besar
bronkus derajat ke-empat, dan kadang hingga derajat ke-enam. Spesimen untuk
menghasilkan pemeriksaan sitologi dan histologi didapat melalui bilasan bronkus,
sikatan bronkus dan biopsi bronkus. Prosedur ini dapat memberikan hingga >90%
diagnosa kanker paru dengan tepat, terutama kanker paru dengan lesi pada regio
sentral. Kontraindikasi prosedur bronkoskopi ini yaitu hipertensi pulmoner berat,
instabilitas kardiovaskular, hipoksemia refrakter akibat pemberian oksigen tambahan,
perdarahan yang tidak dapat berhenti, dan hiperkapnia akut. Komplikasi yang dapat
terjadi antara lain pneumotoraks dan perdarahan. -12- Bila tersedia, pemeriksaan
Endobrachial Ultrasound (EBUS) dapat dilakukan untuk membantu menilai kelenjar
getah bening mediastinal, hilus, intrapulmoner juga untuk penilaian lesi perifer dan
saluran pernapasan, serta mendapatkan jaringan sitologi dan histopatologi pada
kelenjar getah bening yang terlihat pada CT scan toraks maupun PET CT scan. Biopsi
transtorakal (transthoracal biopsy/TTB) merupakan tindakan biopsi paru transtorakal
yang dapat dilakukan tanpa tuntunan radiologic (blinded TTB) maupun dengan tuntunan
USG (USG-guided TTB) atau CT scan toraks (CT-guided TTB) untuk mendapatkan
sitologi atau histopatologi kanker paru. Tindakan biopsi lain, seperti aspirasi jarum halus
kelenjar untuk pembesaran kelenjar getah bening, maupun biopsi pleura dapat
dilakukan bila diperlukan.
7. Pemeriksaan Lainnya Pleuroscopy
dilakukan untuk melihat masalah intrapleura dan menghasilkan spesimen intrapleura
untuk mendeteksi adanya sel ganas pada cairan pleura yang dapat merubah stadium
dan tatalaksana pasien kanker paru. Jika hasil sitologi tidak menunjukkan adanya sel
ganas, maka penilaian ulang atau CT scan toraks dianjurkan. Mediastinoskopi dengan
VATS kadang dilakukan untuk mendapatkan spesimen, terutama penilaian kelenjar
getah bening mediastinal, dan torakotomi eksplorasi dilakukan sebagai modalitas
terakhir, jika dengan semua modalitas lainnya tidak ditemukan sel ganas.

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Nonbedah
a. Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia perawat dapat memberikan oksigen via masker/ nasal kanula
sesuai dengan permintaan.
b. Terapi Obat
Jika klien mengalami bronkospasme dokter dapat memberikan obat golongan
bronkodilator (seperti pada klien asma)dan kartikosterid untuk mengurangi
bronkospasme,inflamasi dan edema.
c. Kemoterapi
kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru,terutama
pada small cell ling cancer karena metastasis.kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan
dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani
kanker,tumor,termasuk kombinasi dari obatobat tersebut.
・ Cyclophosphamide,deoxorubicin,methotrexate,dan procarbazine
・ Etoposidedan cisplatin
・ Mitomycin,vinblastine,dan cisplatin.
d. Imunoterapi
Banyak klien kanker paru mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (cytokin) biasa di
berikan.
e. Terapi Radiasi
Terapi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut :
・ Klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan
・ Klien adenokarsinoma / sel skuomosa inoperable yang mengalami pembesaran kelenjar
getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
・ Klien dengan Ca. Bronkus dengan oat cell.
・ Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
2. Penatalaksanaan Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru
yang tidak terkena kanker.
a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b. Pneumonektomi pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
d. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
J. Komplikasi
1. Esofagitis,hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
2. Pneumonitis,pada rontgent terlihat bayangan eksudat didaerah penyinaran

I. PATHWAY CA BRONKO
J. Disabilitas pada Pasien Kanker Paru
Kedokteran fisik dan rehabilitasi memerlukan konsep fungsi dan keterbatasan
dalam penanganan pasien. Pada kanker paru, penyakit dan penanganannya dapat
menimbulkan gangguan fungsi pada manusia sebagai makhluk hidup seperti
gangguan fisiologis, psikologis ataupun perilaku yang berpotensi mengakibatkan
terjadinya keterbatasan dalam melakukan aktivitas (disabil itas) dan partisipasi sosial
dalam kehidupan sehari - hari.

1. Keterbatasan Aktifitas
2. Gangguan mobilitas dinding dada, akibat - Pascaoperasi torakotomi & paru-Nyeri
3. Gangguan fungsi kardiorespirasi, akibat lesi kanker dan hendaya pada paru & rongga
toraks ser ta efek tindakan
4. Gangguan fungsi respirasi : retensi sputum, gangguan ekspektorasi sputum,
gangguan pengembangan paru, gangguan pernapasan (dispnea dan kelemahan
bernapas / breathlessness )
5. Gangguan penurunan kebugaran pada kardiomiopati pascakemoterapi
6. Nyeri pada pascaoperasi, metastasis tulang, penekanan pleksus brachialis pada
tumor pancoast,sindrom vena cava superior (SVCS) dengan limfedema lengan
7. Gangguan mobilisasi pada kasus pasca tindakan, nyeri, metastasis tulang dan otak,
cedera medula s pinalis dan tirah baring lama serta fatigue
8. Gangguan mobilitas lengan pada gangguan drainase limfatik / limfedema lengan
pada SVCS
9. Impending / sindrom dekondisi pada tirah baring lama
10. Kesulitan makan akibat nyeri menelan pada radiasi area trunkus atas
11. Gangguan fungsi otak akibat metastasis dan hendaya otak
12. Gangguan fungsi berkemih dan defekasi pada cedera medula spinalis dan
hendaya otak
13. Gangguan pemrosesan sensoris pascatindakan : operasi, polineuropati
akibat kemoterapi/ Chemotherapy Induced Polyneuropathy (CIPN), hendaya
otak, dan cedera medula spinalis
14. Gangguan fungsi psiko – sosial – spiritua Hambatan Partisipasi
15. Gangguan aktivitas sehari –hari
16. Gangguan prevokasional dan okupasi
17. Gangguan leisure
18. Gangguan seksual pada disabilitas Pemeriksaan

Alur Penatalaksnaan Kanker Paru Jenis Karsinoma bukan sel kecil


Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Bronko
A. Pengkajian
1. Identitas pasien : nama,usia, jenis kelamin,tanggal lahir,alamat,nomer register
2. Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang diderita pasien misalnya nyeri pada dada , dan
sesak nafas.
3. Riwayat kesehatan masa lalu: Apakah dahulu pasien mempunyai penyakit paru obstruksi
menahun
4. Riwayat kesehatan keluarga : Apakah keluarganya ada yang menderita penyakit paru
5. ADL (activity dialy lifing )
1) Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena
aktivitas.
Tanda : Kelesuan (biasanya tahap lanjut).
2) Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi/ disritmia.Jari tabuh.
3) Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat/ potensi
keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4) Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan frekuensi/ jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5) Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan.
Kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut) Edema wajah/ leher, dada
punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil) Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal,
tumor epidermoid).
6) Nyeri / kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut)
dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/ tangan
(khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang timbul.

7) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum.
Nafas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industry, Serak,paralysis pita
suara. Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan
konsolidasi) Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
8) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma) Kemerahan, kulit pucat
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar) Amenorea/
impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
10) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan untuk
membaik.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas
sekret, keterbatasan gerakan dada, /nyeri, kelemahan,kelelahan.
2. Nyeri akut b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada.
3. Pola pernafasan tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret, perdarahan aktif,
penurunan ekspansi paru, proses inflamsi
4. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian utama
paru, perubahan membran alveoli (atelektasis , edema paru , efusi, sekeresi
berlebihan,/perdarahan aktif).
5. Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik, penyakit kronis.
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat, peningkatan metabolisme,
proses keganasan.

C. Intervensi
1) Diagnosa : Bersihan Jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan jumlah/viskositas sekret,
keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan/kelelahan
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif
Kriteria ;
a. Menunjukan potensi jalan nafas.
b. Cairan sekret mudah dikeluarkan/dibatukan.
c. Bunyi nafas jelas.
d. Whezing(-)/berkurang
Intervensi
1. Auskultasi bunyi dada, untuk karakter bunyi nafas dan adanya sekret.
2. Bantu untuk nafas dalam efektif anjurkan batuk dengan posisi duduk.
3. Observasi jumlah dan karakter sputum/aspirasi sekret.
4. Lakukan penghisapan dengan menggunakan suction. Bila klien tidak dapat batuk.
5. Dorong masukan cairan/oral sedikitnya 2500 CC/hari dalam toleransi jantung.
6. Kolaborasi : Berikan/bantu dengan IPBB , spirometri, meniup botol
7. Gunakan oksigen humidifikasi/nebulizer ultrasonik . Berikan cairan tambahan melalui IV
sesuai indikasi.
8. Berikan bronkodilator, ekspektoran, atau analgetik sesuai indikasi.
2) Diagnosa keperawatan :Nyeri akut/kronis invasi kanker ke pleura, dinding dada.
NOC:
- Tingkat kenyamanan perasaan senang secara fisik & psikologis
- Prilaku mengendalikan nyeri
- Nyeri: efek merusak terhadap emosi dan prilaku yang diamati
- Tingkat nyeri: jumlah nyeri yang dilaporkan
Kriteria evaluasi:
- Menunjukkan perilaku bebas nyeri
- Menunjukkan teknik relaksasi secara individu yang efektif
- Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegahnyeri.
- Durasi nyeri berkurang
- Pola tidur yang baik
- Tidak mengalami gangguan dalam tanda-tanda vital

Intervensi NIC:
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,awitan, durasi dan
frekuensi ,kulaitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
2. Minta pasien untukmenilai nyeri pada skala 0-10
3. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, beberapa lama akan menyesal dan
antisipasi ketidaknyamananakibat prosedur
4. Ajarkan pengunaan teknik non farmakologis (relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik dan
lain-lain.
5. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktifitas dan rasa tidak nyaman, dengan pengalihan
melalui televisi ,radio, tape dan interaksi dengan pengunjung.
ALGORITMA PENATALAKSANAAN CA BRONKO

Daftar Pustaka
Kemenkes RI. 2018. PANDUAN PENATALAKSANAAN KANKER PARU.
Kemenkes RI. 2017. PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN KANKER PARU.
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit
FKUI : Jakarta.
Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011.Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN


Nama Mahasiswa : Ridha Tri R Tempat Praktik : Ruang 27 RSSA
NIM : 180070300011026 Tgl. Praktik : 5- 10 Agustus 2019

A. Identitas Klien
Nama :Tn. J.................................. No. RM : 114396xx........................
Usia : 69 tahun Tgl. Masuk : 29 juli 2019......................
Jenis kelamin : Laki-Laki........................... Tgl. Pengkajian : 05 agustus 2019..............
Alamat : Ds PehLumbu RT01/08... Blitar Sumber informasi
 Primer : klien dan anak
Klien
 Sekunder : Rekam Medik Ps
No. telepon : 085780xxxx......................Nama klg. dekat yg bisa dihubungi:Sdr. J
Status pernikahan : Menikah............................ ..........................................
Agama : Islam................................. Status :Belum menikah................
Suku : Jawa................................. Alamat : Malang
Pendidikan :SD..................................... No. telepon : 085780xxx.......................
Pekerjaan :Swasta.............................. Pendidikan : SMP................................
Lama berkerja : 45 tahun........................... Pekerjaan :swasta .............................

B. Status kesehatan Saat Ini


1. Keluhan utama :
♦ Saat MRS : sesak
♦ Saat Pengkajian : Sesak,kaki bengkak..............................................................................:
sejak hari , Jumat 12 Juli 2019....................................................................
2. Kualitas keluhan : sesak sedang apalagi kalau sekret tidak bisa keluar................................
3. Faktor pencetus : kelelahan..................................................................................................
4. Faktor pemberat : cuaca dingin.............................................................................................
5. Upaya yg. telah dilakukan : klien dibawa puskesmas kesamben untuk mendapat oksigen,
periksa ke dokter jantung dan ke dokter ahli paru-paru, kemudian dibawa ke RS wlingi
sampai akhirnya dirujuk ke RSSA
6. Diagnosa medis :
a. Susp Lung tumor ( D) T3NxMx std IB ......................... Tanggal 5 Agustus 2019
b. COPD AF non Life threatening.................................... Tanggal 5 Agustus 2019
c. Hipoalbumin ( 2,65 ).................................................... Tanggal 5 Agustus 2019
d. Imbalance electrolit..................................................... Tanggal 5 Agustus 2019
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini

Berdasar keterangan anak klien ayahnya sering sakit-sakitan sejak kematian ibunya
(istri klien ) klien sering mengeluh nggreges- nggreges dan biasanya klien dibawa ke
puskesmas kesamben untuk berobat. Sekitar 6 bulan yang lalu klien mengeluh sesak dan
dibuatkan obat herbal campuran parutan kunyit dan pisang kepok, saat itu klien merasa
nyaman dengan ramuan itu namun selang 3 bulan ramuan herbal tersebut tidak mampu
meredakan keluhan sesak klien, oleh sebab itu klien sering keluar masuk puskesmas
kesamben untuk minta di oksigen. Dengan pemberian oksigen sesak klien berkurang dan
klien bisa langsung pulang. Oleh karena menggap klien tidak cukup hanya dengan diberi
herbal dan oksigen di puskesmas, untuk memastikan kondisi klien anak klien yang nomer 3
berinisiatif membawa klien periksa ke dokter spesialis jantung, di sana klien diberi pengantar
untuk foto rontgen, setelah hasil jadi klien dibawa periksa lagi ke dokter tersebut dan
dinyatakan tidak apa- apa. Seminggu yang lalu klien mengatakan kalau dia ingin menengok
kebunnya. Awalnya anak-anak klien melarang klien untuk pergi ke kebun karena dianggap
posisi jalan naik dan terjal, namun saat dilarang klien malah marah karena menganggap
kebun itu adalah hasil jerih payahnya sehingga dia juga punya hak untuk tahu keadaan
kebunnya tersebut. Klien pulang dari kebun siang sekitar jam 11.00 dengan membawa kayu
besar yang menurut klien sayang kalau ditinggal di kebun, menurut pemikiran klien siapa
tahu bisa dipakai untuk kebutuhan di rumahnya jadi dia bawa kayu tersebut pulang. Sore
harinya klien mengeluh lelah dan sesak, apalagi saat itu cuaca sangat dingin klien dibawa
kepuskesmas untuk diberi oksigen namun sesak klien tidak berkurang, akhirnya klien
dibawa periksa ke dokter spesialis paru yang ada di wlingi dan dianjurkan untuk masuk
rumah sakit wlingi. Di wlingi dirawat sehari dan setelah dokter melihat hasil foto dada klien
dokter menyatakan bahwa peralatan untuk menangani klien kurang jadi klien harus dirujuk
ke RSSA. Klien dibawa dengan ambulan dari RSUD Wlingi dan di UGD diberi tahu kalau
klien tidak bisa hanya kontrol ke poli saja jadi untuk perawatan lanjutan klien harus dirawat
dulu sampai akhirnya klien dibawa ke R. 27 pada tanggal 29 Juli 2019 jam 17.00.

D. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1. Penyakit yg pernah dialami:
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : tidak pernah
b. Operasi (jenis & waktu) : tidak pernah
c. Penyakit:
 Kronis : Susp Lung tumor ( D) T3NxMx std IB
COPD AF non Life threatening
 Akut : Hipoalbumin ( 2,65 dan Imbalance electrolit
d. Terakhir masuki RS : belum pernah
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tipe Reaksi Tindakan
- tidak ada alergi - tidak ada--................. tidak ada
3. Imunisasi:
( ) BCG ( ) Hepatitis
( ) Polio ( ) Campak
( ) DPT ( ) .................
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah
Lamanya
Merokok Rokok sekitar 25 th 3- 7 kali sehari 1 pak atau lebih/hari
Kopi Ya
Alkohol Tidak pernah

5. Obat-obatan yg digunakan:
JenisLamanyaDosis
Obat- obat darah tinggi Sekitar 3 tahun Ada yang pagi sore dan ada yang malam
saja

Riwayat Keluarga

GENOGRAM Meningg
Tidak diketahui secara spesifik al pada
meninggal di usia dan penyebabnya usia 50
tahun
karena
sakit
Tidak diketahui secara Tidak diketahui secara spesifik komplika
spesifik meninggalnya meninggal di usia dan penyebabnya si

Keterangan:

: Laki-laki : Pasien/ Klien


: Perempuan : Menikah
: Tinggal satu rumah : Meninggal
E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
 Kebersihan Anak klien mengatakan rumah disapu Klien tidak bekerja
2x/hari
 Bahaya Anakklien mengatakan rumah bersih, Klien tidak bekerja
kecelakaan lantai tidak licin, perabotan ditata rapi
 Polusi Anakklien mengatakan tidak ada, Klien tidak bekerja
rumah bebas dari bau yang tidak
sedap, sumber suara yang ramai
 Ventilasi Anakklien mengatakan jendela dibuka Klien tidak bekerja
setiap hari. Jumlah jendela yang ada
di rumah tidak terkaji
 Pencahayaan Anakklien mengatakan cahaya dapat Klien tidak bekerja
masuk ke rumah. Klien bisa
membedakan siang dan malam dari
dalam rumah.

F. Pola Aktifitas-Latihan
Jenis Rumah Rumah Sakit
 Makan/minum 0 2 (dibantu anaknya)
 Mandi 0 2 (dibantu anaknya)
 Berpakaian/berdandan 0 2 (dibantu anaknya)
 Toileting 0 2 (dibantu anaknya)
 Mobilitas ditempat tidur 0 2 (dibantu anaknya)
 Berpindah 0 Klien bed rest total
 Berjalan 0 Klien bed rest total
 Naik tangga 0 Klien bed rest total
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain (1 orang) , 3 = dibantu
orang lain (> 1 orang), 4 = tidak mampu

 Anak klien mengatakan: “Ayah saya bilang dia merasa sesak, dan kalau ketika dia
banyak bergerak ditempat tidur sesak dada langsung meningkat”.

G. Pola Nutrisi Metabolik


Jenis Rumah Rumah Sakit
 Jenis diit/makanan Nasi, sayur Diit Tim TKTP II
 Frekuensi/pola 3x/hari 3x/hari
 Porsi yang dihabiskan 1 porsi 2-3 sendok
 Komposisi menu Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk
 Pantangan Rendah garam dan lemak Rendah daram dan lemak
 Nafsu makan Baik Mual
 Fluktuasi BB 6bln terakhir Tidak pernah timbang BB Saat ini 55 Kg
 Jenis minuman Air putih Air putih
 Frekuensi/pola 3 kali/hari, rutin 4 kali/hari, rutin
 Gelas yang dihabiskan 7 gelas @250 mL ± @500 cc/hari
 Sukar menelan Tidak ada Tidak ada
 Pemakaian gigi palsu Tidak ada Tidak ada
 Rwt peyembuhan luka lama Tidak ada Tidak ada
H. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
 Frekuensi/pola 2 hari sekali Sudah BAB 1 kali sejak MRS
 Konsistensi Padat Belum BAB
 Warna dan bau Warna kuning, bau khas Belum BAB
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
BAK
 Frekuensi/pola 4-5x/hari Terpasang kateter sejak 29/5/2019
 Konsistensi Cair Cair (2000 cc/24 jam)
 Warna dan bau Kekuningan, bau khas Sedikit kecoklatan, bau khas
 Kesulitan Tidak ada Mobilisasi ke kamar mandi
 Upaya mengatasi Tidak ada Dipasang kateter

I. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Rumah Rumah Sakit
Tidur siang
 Lamanya 2 jam 3 Jam
 Jam .... s/d .... 11.00-13.00 WIB 09.00 – 12.00
 Kenyamanan setelah tidur Nyaman Nyaman
Tidur malam
 Lamanya 7 jam 8 Jam
 Jam .... s/d .... 21.00 – 04.00 21.00 – 05.00
 Kenyamanan setelah tidur Nyaman Nyaman
 Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

J. Pola Kebersihan Diri


Jenis Rumah Rumah Sakit
 Mandi/frekuensi 2x/hari 1x/hari
 Penggunaan sabun Menggunakan sabun Tidak menggunakan sabun
 Keramas/frekuensi 3-4 hari sekali Belum keramas
 Penggunaan shampoo Menggunakan shampoo Belum keramas

 Gosok gigi/frekuensi 2x/hari 1x/hari kadang- kadang tidak


 Penggunaan odol Menggunakan Tidak menggunakan
 Ganti baju/frekuensi 2x/hari 1x/hari
 Memotong kuku/frekuensi 1x/minggu Belum memotong kuku
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Upaya yang dilakukan Tidak ada Diseka oleh anaknya

K.
Pola Toleransi-Koping Stres
1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri (√ ) dibantu orang lain, sebutkan , anak,
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll):
klien saat ini merupakan pasien bpjs..................................................................................................
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: bercerita ke ank no.3...............................
4. Harapan setelah menjalani perawatan: kondisinya membaik setelah menjalani perawatan...............
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: menjadi lemah dan harus bedrest...........................................

L. Konsep Diri
1. Gambaran diri: Klien tahu sekarang sedang sakit di RS....................................................................
2. Ideal diri:klien mengatakan harusnya dia sehat .................................................................................
3. Harga diri:Klien tidak mau dianggap lemah........................................................................................
4. Peran:Klien sedih karena sejak sakit tidak bisa ke kebun..................................................................
5. Identitas diri :Klien adalah laki- laki yang bertanggungjawab..............................................................

M. Pola Peran & Hubungan


1. Peran dalam keluarga : sebagai kepala rumah tangga.......................................................................
2. Sistem pendukung:suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-lain, sebutkan:
anak-anak..........................................................................................................................................

3. Kesulitan dalam keluarga: ( ) Hub. dengan orang tua ( ) Hub.dengan


pasangan
( )Hub. dengan sanak saudara ( ) Hub.dengan anak
( ) Lain-lain sebutkan, -.....................................................................
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: tidak ada..................
......................................................................................................................................................... ..
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi:-...............................................................................................
N. Pola Komunikasi
1. Bicara: (√ ) Normal ( )
2. Bahasa utama:
( ) Tidak jelas ( √ )Bahasa daerah: jawa........................
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian:............................
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain( ) Afek:..................................................
3. Tempat tinggal: ( ) Sendiri
( ) Kos/asrama
( √) Bersama orang lain, yaitu: kelima anak, menantu dan juga
cucunya
4. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut:-...............................................................................................................
b. Pantangan & agama yg dianut:-..................................................................................................
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 ( )Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta (√) > 2 juta

O. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: () tidak ada (√ ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti, -...........................................................

P. Pola Nilai & Kepercayaan


1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Klien rajin sholat
5 waktu namun sejak sakit dia tidak bisa sholat
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: tidak ada
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: ingin ibadah meski
sakit

Q. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: kesadaran klien compos mentis, klien tampak berbaring di tempat tidur
dengan posisi kepala lebih tinggi sekitar 45º , menggunakan Nasal canul 4 lpm. Klien
terpasang infus NS , klien terpasang kateter urin.
2.
 Kesadaran: GCS 4-5-6..................................................................................................................
 Tanda-tanda vital: - Tekanan darah : 130/70 mmHg - Suhu : 36,1oC
- Nadi : 99x/menit - RR :24 x/menit
 Tinggi badan: 160..............................cm Berat Badan:60....................kg
a. Kepala:
 Inspeksi: tidak terdapat luka, rambut warna putih terlihat menipis di bagian depan,
masih terlihat bersih, tidak ada edema, terlihat simetris.
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema,
b. Mata:
 Inspeksi: Konjungtiva tidak pucat, tidak ada ikterik, reflek cahaya baik, mata klien
tertutup rapat, tidak ada racoon eyes

c. Hidung:
 Inspeksi:tidak ada perdarahan, tidak ada abrasi, simetris,terpasang nasal canul 4
lt /menit, ada pernapasan cuping hidung saat klien terlentang, RR : 24 x/menit
 Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada tanda-tanda fraktur

d. Mulut & tenggorokan:


 Inspeksi: tidak ada lesi dan bibir sdikit kering
 Palpasi: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada tanda fraktur.
e. Telinga:
 Inspeksi: tidak ada luka, daun telinga simetris kanan dan kiri, klien sudah mulai
berkurang pendengarannya
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
f. Leher:
 Inspeksi: tidak ada lesi. Tidak ada memar
 Palpasi: tidak teraba massa, tidak terdapat deviasi trachea, tidak teraba distensi
vena
3. Thorak & Dada:
a. Jantung
 Inspeksi : ictus cordis terlihat dada sebelah kiri, dada simetris, tidak terlihat memar
 Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 mid clavicula sinistra, Lebar 2 cm lateral,
palpasi nadi teraba kuat reguler.
 Perkusi : pekak dari ICS 2 – ICS IV parasternal (batas atas dan bawah)
Batas jantung sebelah kanan : ruang ICS ke 3 s/d 5 pada linea parasternal kanan
Batas jantung sebelah kiri : ruang ICS ke 3 linea parasternal kiri s/d ruang ICS ke
5 linea axillaris anterior kiri
Batas Jantung sebelah atas : ruang ICS ke 3 linea parasternal kanan s/d ICS ke 3
linea parasternal kiri
Batas Jantung Sebelah bawah : ruang ICS ke 5 linea parasternal kanan s/d ruang
ICS ke 5 linea axillaris anterior kiri
 Auskultasi: S1 tunggal terdengar di parasternal sinistra ICS5 dan S2 tunggal
terdengar di ICS 2 parasternal sinistra, tidak ada gallop, murmur (+).

b. Paru
 Inspeksi: Dada kanan dan kiri simetris, pergerakan dinding dada simetris, terlihat
otot bantu pernapasan (intercostae dan diafragma), bentuk dada normal, napas
cepat irreguler
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada area sekitar dada, traktir vermitus +
 Perkusi: terdengar bunyi sonor
 Auskultasi:
- - - -
Ronkhi Wheezing
- - - -
+ + - -

4. Payudara & Ketiak


Tidak ada benjolan atau massa, tidak adabengkak, tidak ada nyeri tekan, dan kondisi
payudara simetris kanan dan kiri.
5. Punggung & Tulang Belakang
Tidak ada perubahan bentuk tulang belakang, seperti lordosis, kifosis, dan scoliosis.
Tidak ada luka tusuk, tidak ada trauma, dan tidak ada jejas.

6. Abdomen
 Inspeksi:tidak ada luka, tidak ada ascites
 Palpasi:tidak ada nyeri tekan pada region abdomen.
 Perkusi: Redup di regio kiri kanan hypochardium, kanan dan kiri lumbal, kanan dan kiri
inguinal
 Auskultasi: bising usus (+) 23x/menit
7. Genetalia & Anus
 Inspeksi: terpasang kateter urin, tidak ada lesi, perdarahan atau tanda jamur
 Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan
8. Ekstermitas
 Ekstermitas Atas:
a. Kanan
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema, tidak ada luka,kekuatan otot 0, warna
kulit sawo matang, terdapat arteri akses dan terpasang monitoring saturasi, akral
dingin.
b. Kiri
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema, tidak ada luka, kekuatan otot0, warna
kulit sawo matang. Pada lengan tangan kiri terdapat line 3 way untuk infuse pump
dan syringe pump, akral dingin.
 Ekstermitas Bawah:
a. Kanan
Tidak ada nyeri tekan, tidak, tidak ada luka, kekuatan otot 0, warna kulit sawo
matang dan akraldingin, terpasang akses untuk TPM di vena femoralis.
b. Kiri
Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema, tidak ada luka, kekuatan otot 0, warna
kulit sawo matang dan akraldingin.
9. Sistem Neorologi
Kesadaran pasien : CM
Reflek fisiologis : klien tidak mengalami gangguan fisiologis
Reflek patologis : tidak ada kelainan
10. Kulit & Kuku
a. Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit <2 detik, pucat, kulit kering akral dingin
b. Kuku : Kuku klien panjang kotor, CRT <2 detik, akral dingin

R. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Jenis Pemeriksaan (Tanggal 12 Juli 2019)
Hasil Satuan Nilai Rujukan Dewasa Keterangan
Normal

Glukosa darah puasa 81 mg/Dl 60-100

Serum elektrolit
Na 127 mg/dl 136-145
K 3,69 mg/dl 3,5-5,0
Cl 91 mg/dl 98-106

Faal Ginjal
ureum 34,80 mg/dl 16,6-48,5
kreatinin 1,59 mg/dl < 1,2

Kimia Klinik Hasil


Albumin 2, 56 g/dl 3,5-5,5

Hematologi
HEMATOLOGI
- Hemoglobin 13,50 g/dL 13.2 -17.3
- Eritrosit (RBC) 4,58 103/ µL 4.30 – 6.30
- Leukosit 11.910 103/ µL 9.400 -34.000
- Hematokrit 40,20 % 44.0 – 72.0 Rendah
- Trombosit 330.000 103/ µL 217.000 – 497.000
- MCV 86,50 fL 98.0 – 122.0 Rendah
- MCH 29,00 Pg 33.0 – 41.0 Rendah
- RDW-CV 13,70% % 11,5 -14,5
- MCHC 33,60 g/dL 31.0 – 35.0

Foto Thorax tgl 30/ 07/ 2019:


M

B A
C
Kesimpulan :
1. Opasitas pada lapang atas tengah paru kanan suspek e.c. massa paru
2. Efusi pleura dekstra
3. Cardiomegali
CTR : 76,3%

Hasil ECG
Tanggal 5 Juli 2019
MORSE FALL SCALE
Skala
No. Pengkajian Nilai Keterangan
Tidak Ya
1. Riwayat jatuh:
Apakah pernah jatuh dalam 3 bulan 0 25 0
terakhir
2. Diagnosa sekunder: Susp Lung tumor
Apakah memiliki lebih dari satu COPD AF non Life
0 15 15
diagnose penyakit? threatening

3. Alat bantu jalan: Kelemahan pada anggota gerak


- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15 0
- Berpegangan pada benda- 30

benda sekitar
4. Terapi intravena: Terpasang IV line
0 20 20
Apakah saat ini terpasang infus?
5. Gaya berjalan/ cara berpindah:
- Normal/ bed rest/ immobile 0
(tidak dapat bergerak
sendiri) 10 0
- Lemah (tidak bertenaga) 20

- Gangguan/ tidak normal


(pincang/diseret)
6. Status mental:
- Menyadari kondisi dirinya 0
15
- Mengalami keterbatasan 15

daya ingat
Total Nilai 50
Risiko Rendah 0 - 24 Risiko Sedang 25 - 45 Risiko Tinggi >45
Kultur sputum
Hasil Class II
- Tidak ditemukan sel ganas
- Ditemukan sel epithel dengan perubahan radang
- Background : Sel Radang PMN, MN, Histiosit
S. Terapi
♦ O2 2-4 lt NC
♦ Infus  - NS : frutolit 2 :1
♦ Inj. Ranitidin 2x 50 mg
♦ Nebul combivent 3x/hr
♦ Nebul pulmicort 3 x / hr
♦ Ceftri 2 x 1 gr
♦ PO : NAC 3 x 200 dan vip albumin 3 x 1

T. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya


Akan sembuh bila dia patuh pada terapi
U. Kesimpulan
Klien membutuhkan bantuan perawatan, pemenuhan kebutuhan nutrisi yang sesuai dan
mengatasi gangguan eliminasi. Diagnosa yang muncul adalah penurunan curah jantung, dan
intoleransi aktivitas
VI. Perencanaan Pulang
 Tujuan pulang: ke rumah klien...........................................................................................................
 Transportasi pulang: dengan mobil kakaknyanya...............................................................................
 Dukungan keluarga: dukungan anak-anaknya...................................................................................
 Antisipasi bantuan biaya setelah pulang:Biaya pengobatan dengan jkn.............................................
 Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang: Perawatan dapat dilakukan secara
mandiri dengan bantuan keluarga di rumah :.....................................................................................
 Pengobatan:mendapat terapi obat dari dokter penyakit jantung selama kontrol di Poli......................
 Rawat jalan ke : Poli paru dan poli jantung.........................................................................................
 Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah:gaya hidup, pembataasan aktifitas dan kontrol
rutin
 Keterangan lain: -.............................................................................................................................

Ridha Tri rohyani


NIM. 180070300011026
ANALISA DATA
No Masalah
Data Etiologi
. keperawatan
1. S:menurut anak Klien Ketidakefektifa
mengatakan sedikit sesak dan n pola nafas
akan semakin sesak bila udara Rokok, pajanan zat
dingin karsinogen dan polusi udara
- Anak klien mengatakan
dulu ,klien merupakan
perokok berat dan klien Pertumbuhan neoplasma

jugan mengakuinya,
kata klien dia merokok Lesi sentral dan perifer
sejak muda sekitar 25
tahun dan habis minimal Obstruksi jalan nafas
1 pak rokok

O:Hasil Ro thorak Ketidakefektifan pola nafas


1. - Opasitas pada lapang
atas tengah paru kanan
suspek e.c. massa paru
2. Efusi pleura dekstra
3. Cardiomegali

 Akral kulit dingin CRT < 2


detik
 Tanda-tanda Vital :
 T: Tekanan darah :
130/70 mmHg
- Nadi : 99x/menit
- RR :24 x/menit
♦ - Nebul combivent 3x/hr
♦ Nebul pulmicort 3 x / hr

2. S: Anak klien Gangguan


mengatakan klien tidak Rokok, pajanan zat
keseimbangan
menghabiskan porsi karsinogen dan polusi udara
makannya dan minum cairan b/d
hanya 1 botol aqua
intake yang
pada hari itu Pertumbuhan neoplasma
Klien mengatakan tidak adekuat
perutnya terasa penuh Inflamasi
jadi tidak bisa minum
banyak
O: Nadi : 99x/mnt Produk mukus meningkat

 Klien memakai Mual


No Masalah
Data Etiologi
. keperawatan
nasas kanul 4
lpm Intake inadekuat
 Klien tampak
lemah
 Kulit klien Gangguan keseimbangan
kelihatan kering cairan
 Mukosa bibir
terlihat kering

3. S: Klien mengatakan Intoleransi


kakinya susah untuk Rokok, pajanan zat aktivitas
diangkat karsinogen dan polusi udara
- Anak Klien
mengatakan klien
badannya lemah dan Pertumbuhan neoplasma
butuh bantuan dalam
aktivitasnya
O : Oedem tungkai Lesi sentral dan perifer
bilateral
- Klien tidak mampu
menahan kaki lama
efusi pleura
saat kaki diangkat
- Klien di tempat tidur
posisi semi fowler
Suplay O2 ke jaringan turun
- Aktivitas klien
dibantu anaknya
- Kekuatan otot
Metabolisme menurun
- 5 5

4 4
produk energi menurun
- Klien terpasang infus
NS
malaise
- Klien terpasang
kateter
Intoleransi Aktivitas
- Klien terpasang
kateter urin
- Klien terpasang
nasal canul 4 lt/menit

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


(Berdasarkan prioritas)
Ruang : R. 27 RSUD dr.Saiful Anwar Malang
Nama Pasien : Tn. J

No. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANDA


Dx MUNCUL TERATASI TANGAN
1 5 agustus Ketidakefektifan pola nafas yang
2019 berhubungan dengan pengembangn
paru yang tidak optimal

2 5 agustus Gangguan keseimbangan cairan b/d


2019 intake yang tidak adekuat

3 5 agustus Intoleransi aktivitas b/d kelemahan


fisik
2019
4 5 agustus Gangguan pertukarangas
b/dhipoventilasi
2019
5 5 agustus Ketidakefektifan Pemeliharaan
2019 kesehatan
6 5 agustus Resiko Jatuh
2019

Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan keseimbangan cairan b/d intake yang tidak adekuat
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan pengembangn paru yang
tidak optimal
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

 Diagnosa Keperawatan No. 1


 Gangguan keseimbangan cairan b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan:
 Dalam intervensi 3 x 24 jam, intak menunjukkan tanda yang adekuat dalam memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh.

 Kriteria Hasil dan Intervensi :

NOC: Keseimbangan cairan


No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Tekanan darah Deviasi Deviasi
Deviasi cukup Tidak ada
systole/ diastole berat dari sedang dari
berat dari Deviasi ringan Deviasi dari
ukuran ukuran
ukuran dari ukuran ukuran
normal normal
normal normal normal

2. Denyut nadi Deviasi Deviasi cukup Deviasi Tidak ada


radial berat dari berat dari sedang dari Deviasi ringan Deviasi dari
ukuran ukuran ukuran dari ukuran ukuran
normal normal normal normal normal

3. Edema Perifer Deviasi Deviasi cukup Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
berat dari berat dari sedang dari dari ukuran Deviasi dari
ukuran ukuran ukuran normal ukuran
normal normal normal normal

4. Serum elektrolit Deviasi cukup


Deviasi berat dari Deviasi Tidak ada
berat dari ukuran sedang dari Deviasi ringan Deviasi dari
ukuran normal ukuran dari ukuran ukuran
normal normal normal normal

5 Keseimbangan Deviasi cukup


input dan output Deviasi berat dari Deviasi Tidak ada
dalam 24 jam berat dari ukuran sedang dari Deviasi ringan Deviasi dari
ukuran normal ukuran dari ukuran ukuran
normal normal normal normal

 Intervensi Keperawatan:
No.
Tindakan
NIC Indikator Intervensi Keperawatan
ke-
(NOC)
Manajemen 1 1 Monitor status hemodinamik
cairan 2 Monitor TTV
2 1 Monitor TTV
2 Monitor status Hidrasi
3 1 Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi (edema )
2 Kaji lokasi dan luasnya edema

1 Batasi asupan air pada kondisi pengenceran


4
Hiponatremia dengan serum Na di bawah 130 mEq
per liter
2 Jaga intake /asupan yang akurat dan catat oputput

1 Masukkan kateter urin


5 2 Berikan terapi IV sesuai indikasi
3 Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung
asupan kalori harian
4 Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam
pemberian makan dengan baik
5 Konsultasikan pada dokter jika ada tanda dan gejala
kelebihan volume cairan menetap atau memburuk

RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN NO. 2

1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan pengembangn paru yang tidak optimal
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan proses ventiasi adekuat

NOC: Status pernafasan: Kepatenan jalan nafas


No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Frekuensi >35x/m 31-35x/m 30- 34 mmHg 25-30x/m 18-20x/m
pernapasan
2. Suara napas terdengar terdengar terdengar terdengar tidak ada
dengan lemah
tambahan keras telinga dengan dengan
tanpa alat stetoskope stetoskope
bantu

 Intervensi Keperawatan:
No.
Tindakan
NIC Indikator Intervensi Keperawatan
ke-
(NOC)
NIC : 1 1 Monitor status pernafasan dan oksigenasi
Manaje sebagaimana mestinya
men 2 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3 Posisikan untuk meringankan sesak nafas
jalan
nafas 2 1 Lakukan fisioterapi dada
2 Buang sekret dengan memotivasi klien untuk
melakukan batuk atau menyedot lendir
3. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam dan
batuk.
4 Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan
batuk efektif

5 Kelola pemberian bronkodilator

6 Kelola nebulizer
7 Auskultasi suara nafas , catat area yang
ventilasinya menurun atau ada tidaknya suara
nafas tambahan

NIC : Manajemen jalan nafas


1. Buka jalan nafas
1.1 Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust
1.2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
1.3. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan alat membuka
jalan nafas
1.4. Posisikan klien untuk meringankan sesak nafas

2. Buang sekret
2.1. Lakukan fisioterapi dada
2.2. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot
lendir
2.3. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam , dan batuk
2.4. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
2.5. Kelola pemberian bronkodilator
2.6. Kelola nebulizer
2.7. Auskultasi suara nafas , catat area yang ventilasinya menurun atau ada tidaknya
suara nafas tambahan

RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN NO. 3..Intoleransi aktivitas

TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan proses klien mampu
sedikit mentoleransi aktivitasnya

NOC: Managemen energi

No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Tekanan darah Deviasi berat Deviasi cukup Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
sistol dan dari ukuran berat dari sedang dari dari ukuran Deviasi dari
diastol normal ukuran ukuran normal ukuran
normal normal normal

2. Tidak bisa Deviasi Deviasi cukup Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
istirahat berat sedang Deviasi
3 Edema perifer Deviasi Deviasi cukup Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
berat sedang Deviasi

 Intervensi Keperawatan:
No.
Tindakan
NIC Indikator Intervensi Keperawatan
ke-
(NOC)
NIC : 1 1 Monitor status kardiorespirasi
Manaje 2 Monitor respon oksigen pasien
men
energi 2 1 Bantu pasien untuk menjadwalkan periode
istirahat

2 Batasi stimuli lingkungan

1 Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan


ketegangn otot

3 2 Bantu pasien untuk aktivitas sehari-hari

NIC : Manajemen energi


1...1 Monitor status kardiorespirasi

1,1.1 Mengukur tensi

1. 1.2. Mengukur nadi

1. 1.3. mengukur RR

1. 2. Monitor respon oksigen pasien

Bantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat


1.2.1 mengukur saturasi

2.1 Bantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat

2.1.1 Bantu pasien untuk membatasi tidur siang dengan menyediakan kegiatan yang
mendorong klien untuk terjaga

2.1.2 Anjurkan tidur siang jika diperlukan

2.1. Hindari kegiatan perawatan selama jadwal istiraha klien

2.1 Batasi stimuli lingkungan

2.1.1 Membatasi pengunjung

3.1 Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangn otot

3.1.1 Meninggikan kaki yang odem

3.2. Bantu pasien unttuk ADL

3.2.1. Bantu klien makan dan minum

3.2.2. Bantu klien mandi dan menggosok gigi

RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN NO. 4


Gangguan pertukarangas b/dhipoventilasi

TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan pertukaran gas di alveoli
baik

NOC: Status pernafasan: Pertukaran gas

No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Saturasi oksigen Deviasi Deviasi cukup Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
berat dari berat dari sedang dari dari ukuran Deviasi dari
ukuran ukuran ukuran normal ukuran
normal normal normal normal

2. Hasil ronggen terdengar terdengar terdengar terdengar tidak ada


dengan lemah
dada keras telinga dengan dengan
tanpa alat stetoskope stetoskope
bantu

 Intervensi Keperawatan:
No.
Tindakan
NIC Indikator Intervensi Keperawatan
ke-
(NOC)
NIC : Manajemen 1 1 Monitor status pernafasan dan oksigenasi
jalan nafas sebagaimana mestinya
2 Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
1 Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea
- Terapi
dengan tepat
oksigen
2 Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan
3 Monitor aliran oksigen
3 Monitor posisi perangkat pemberian oksigen
1 Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
2
Monitor hasis foto thorax

NIC :1.1. Manajemen jalan nafas


1.1.1Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya
1.1. 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

1.2. Terapi Oksigen

1..2.1. Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan tepat

1.2.2. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan

1.2.3. Monitor aliran oksigen


1.2..4. Monitor posisi perangkat pemberian oksigen

1.2.5. Monitor posisi perangkat pemberian oksigen

2. 1. Monitor pernafasan

2.1.1.Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas

2.1.2. Monitor hasil foto thoraks

2.1.3. Monitor saturasi oksigen

2.1.4. Monitor peningkatan kelelahan , kecemasan dan kekurangn udara pada pasien
3. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn.J ........................................................................................................................... Tanggal Pengkajian : 5 agustus2019
Diagnosa Medis : Lung Tumor................................................................................................................................ Tanggal Implementasi : 5 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
1 08.15 Melakukan pengukuran tensi di lengan kiri pasien di atas mediana T : 130 / 70 mm Hg
cubiti dan mencatat hasil pengukuran tensi
08.20 Menghitung nadi di pergelangan tangan kiri pasien selama satu menit Nadi 99x/menit
08.30 Melihat oedem dan mengamati sejauh mana odem pasien dengan Oedem di kedua tungkai
palpasi dengan menekan jari ke kulit pasien dan melihat kecepatan
pengembalian posisi kulit
08.30 Batasi asupan air pada kondisi pengenceran Hiponatremia dengan n klien minum sedikit
serum Na di bawah 130 mEq per liter Kadar Na : 127 gr/dl
Jaga intake /asupan yang akurat dan catat oputput
09.00 Melihat turgor dan kulit kering atau tidak dengan palpasi kulit pasien Kulit kering turgor kurng
10.15 Membetulkan letak selang kateter yang tertindih paha klien diubh Kateter pada posisi yang tidak tertekan
menjadi diatas paha klien
11.30 Mengganti infus NS 20 tts /menit Infus ns terpasang
12.00 Menanyakan apakah klien bisa menghabiskan porsi makan dan Klien tidak menghabiskan porsi
berapa banyak klien minum makannya
12.30 Menganjurkan keluarga untuk menemani klien saat makan Klien di suapi anaknya

4. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn. J ............................................................................................................................ Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : Lung tumor................................................................................................................................. Tanggal Implementasi : 5 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
Ketidakefektifan 08.15 Melakukan pengkajian awal status pernapasan pada klien KU cukup kes CM GCS 456, tidak nampak
pola nafas penggunaan otot bantu napas.
08.20 Melakukan monitor TTV (RR) TTV : RR 34 x/mnt, tidak terdengar suara napas
tambahan di daerah thoraks
08.20 Monitor status pernapasan dan oksigenasi. Pernapasan cepat dan irreguler, SpO2 : 97 %
08.30 Melakukan Auskultasi suara nafas tambahan dan mencatat area yang Ronchi : - -
terdapat adanya suara napas tambahan - -
+ +

10.45 Memberikan oksigen Nasal 4 liter/m. Klien sedang dalam terapi oksigen nasal 4
liter/mnt.
11.30 Melakukan evaluasi perburukan pernapasan pada klien Klien nampak bernapas spontan
13.00 Melakukan pemberian terapi bronchodilator nebuliser combiven 2,5 Terapi dilayani
mg dan NAC 300 mg.

5. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn. J ............................................................................................................................ Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : Lung tumor................................................................................................................................. Tanggal Implementasi : 5 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
Intoleransi 08.15 Mendengarkan apakah ada suara jantung yang lebih cepat saat Suara detak jantung semakin kuat saat klien
aktivitas beraktivitas lebih seperti dari baring ke duduk dengan berubah posisi.
menempelkan stetoskop di mid clav 5
08.20 Monitor respon oksigen pasien dengan melihat aliran udara di TTV : RR 34 x/mnt, tidak terdengar suara napas
slang nasal canul yang dipakai pasien tambahan di daerah thoraks
08.20 Bantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat dengan Klien merasa terbantu dengan jadwal tersebut
membuat jadwal di kertas dan di taruh di meja klien

08.30 Batasi stimuli lingkungan Pengunjung sedikit klien bisa tidur lebih tenang+

10.45 Bantu klien memenuhi kebutuhan oksigennya dengan memberi Klien sedang dalam terapi oksigen nasal 4
nasal kanul di hidungnya liter/mnt.

11.30 Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangn otot Klien nampak bernapas spontan

13.00 Bantu pasien untuk aktivitas sehari-hari Terapi diberikan dan dilayani kepada pasien

IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn.J .................................................................................................................................. Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : LUNG tumor...................................................................................................................................... Tanggal Implementasi : 5 agustus 2019
No.DX . Kep Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Gangguan 08.00 Monitor peningkatan kelelahan , kecemasan dan kekurangn Klien terlihat mengantuk
pertukaran udara pada pasien
gas 08.20 Memberi posisi yang nyaman bagi pasien sehingga dia bisa bernafas Klien lebih nyaman
lega dengan posisi semifowler
08.20 Membersihkan hidung pasien dan memasang nasal kanul di kedua Kanul O2 terpasang di hidung pasien
lubang hidung
08.30 Berikan Oksigen 4 l /menit Oksigen tepat 4 liter /menit
09.00 Monitor saturasi O2 Saturasi 97 %
10.45 Memeriksa aliran oksigen dan membersihkan alat dari kebuntuan Aliran O2 lancar
11.30 Memasang pengikat selang dengan benar sehingga posisi nasal Selang terpasang tidak terlalu rapat dan tidak terlalu
kanul tidak berubah longgar
1145 Menghitung RR klien 24 x / menit

6. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn.J ........................................................................................................................... Tanggal Pengkajian : 5 agustus2019
Diagnosa Medis : Lung Tumor................................................................................................................................ Tanggal Implementasi : 6 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
1 08.15 Melakukan pengukuran tensi di lengan kiri pasien di atas mediana T : 140 / 70 mm Hg
cubiti dan mencatat hasil pengukuran tensi
08.20 Menghitung nadi di pergelangan tangan kiri pasien selama satu menit Nadi 98x/menit
08.30 Melihat oedem dan mengamati sejauh mana odem pasien dengan Oedem di kedua tungkai
palpasi dengan menekan jari ke kulit pasien dan melihat kecepatan
pengembalian posisi kulit
09.00 Melihat turgor dan kulit kering atau tidak dengan palpasi kulit pasien Kulit kering turgor kurng
10.15 Membetulkan letak selang kateter yang tertindih paha klien diubh Kateter pada posisi yang tidak tertekan
menjadi diatas paha klien
11.30 Mengganti infus NS 20 tts /menit Infus ns terpasang
12.00 Menanyakan apakah klien bisa menghabiskan porsi makan dan Klien tidak menghabiskan porsi
berapa banyak klien minum makannya

7. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn. J ............................................................................................................................ Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : Lung tumor................................................................................................................................. Tanggal Implementasi : 6 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
Ketidakefektifan 08.15 Melakukan pengkajian awal status pernapasan pada klien KU cukup kes CM GCS 456, tidak nampak
pola nafas penggunaan otot bantu napas.
08.20 Melakukan monitor TTV (RR) TTV : RR 24 x/mnt, tidak terdengar suara napas
tambahan di daerah thoraks
08.20 Monitor status pernapasan dan oksigenasi. Pernapasan cepat dan irreguler, SpO2 : 97 %
08.30 Melakukan Auskultasi suara nafas tambahan dan mencatat area yang Ronchi : - -
terdapat adanya suara napas tambahan - -
+ +

10.45 Memberikan oksigen nasal 4 liter/m. Klien sedang dalam terapi oksigen nasal 4
liter/mnt.
13.00 Melakukan pemberian terapi bronchodilator nebuliser combiven 2,5
mg dan NAC 300 mg.

8. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn. J ............................................................................................................................ Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : Lung tumor................................................................................................................................. Tanggal Implementasi : 5 agustus 2109
No.DX Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Keperawatan
Intoleransi 08.15 Mendengarkan apakah ada suara jantung yang lebih cepat saat Suara detak jantung semakin kuat saat klien
aktivitas beraktivitas lebih seperti dari baring ke duduk dengan berubah posisi.
menempelkan stetoskop di mid clav 5
08.20 Monitor respon oksigen pasien dengan melihat aliran udara di TTV : RR 34 x/mnt, tidak terdengar suara napas
slang nasal canul yang dipakai pasien tambahan di daerah thoraks

08.20 Bantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat dengan Klien merasa terbantu dengan jadwal tersebut
membuat jadwal di kertas dan di taruh di meja klien

08.30 Batasi stimuli lingkungan Pengunjung sedikit klien bisa tidur lebih tenang+

10.45 Bantu klien memenuhi kebutuhan oksigennya dengan memberi Klien sedang dalam terapi oksigen nasal 4
nasal kanul di hidungnya liter/mnt.
IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn.J .................................................................................................................................. Tanggal Pengkajian : 5 agustus 2019
Diagnosa Medis : LUNG tumor...................................................................................................................................... Tanggal Implementasi : 6 agustus 2019
No.DX . Kep Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Gangguan 08.00 Monitor peningkatan kelelahan , kecemasan dan kekurangn Klien terlihat mengantuk
pertukaran udara pada pasien
gas 08.20 Memberi posisi yang nyaman bagi pasien sehingga dia bisa bernafas Klien lebih nyaman
lega dengan posisi semifowler
08.20 Membersihkan hidung pasien dan memasang nasal kanul di kedua Kanul O2 terpasang di hidung pasien
lubang hidung
08.30 Berikan Oksigen 4 l /menit Oksigen tepat 4 liter /menit
09.00 Monitor saturasi O2 Saturasi 97 %
10.45 Memeriksa aliran oksigen dan membersihkan alat dari kebuntuan Aliran O2 lancar
11.30 Memasang pengikat selang dengan benar sehingga posisi nasal Selang terpasang tidak terlalu rapat dan tidak terlalu
kanul tidak berubah longgar
1145 Menghitung RR klien 24 x / menit
EVALUASI HARIAN (PROGRESS NOTE)

Diagnosa keperawatan no.1


NOC
- Keseimbangan cairan

Tanggal 6Agustus 2019


No Indikator 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
1. Tekanan darah systole/ diastole - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
2. Denyut nadi radial - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
3. Edema Perifer - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3
4. Serum elektrolit - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2
Keseimbangan input dan output
5. - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
dalam 24 jam

Diagnosa keperawatan no.1


NOC : Keseimbangan cairan
-

Tanggal 7 Agustus 2019


No Indikator 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
1. Tekanan darah systole/ diastole - - + 1 - - - + 1 - - - + 1 - - - + 1 - - - + 1 - - - + 1 - - + + 2 - - + + 2
2. Denyut nadi radial - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3
3. Edema Perifer - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
4. Serum elektrolit - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3
Keseimbangan input dan output
5
dalam 24 jam
Diagnosa keperawatan no.2
NOC :Status pernafasan: Kepatenan jalan nafas

Tanggal 6Agustus 2019


No Indikator 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
1. Frekuensi pernapasan - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
2. Suara napas tambahan - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4

3.
Retraksi dinding dada - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3

4. Penggunaan otot bantu napas - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2

Diagnosa keperawatan no.2


NOC :Status pernafasan: Kepatenan jalan nafas
Tanggal 7 Agustus 2019
No Indikator 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
1. Frekuensi pernapasan - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
2. Suara napas tambahan - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4

3.
Retraksi dinding dada - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3

4. Penggunaan otot bantu napas - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2


Diagnosa keperawatan no.3
NOC :Management energi

Tanggal 6Agustus 2019


No Indikator 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S

1.
Tekanan darah sistol dan - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
diastol
2. Tidak bisa istirahat - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
3. Edema perifer - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2

Diagnosa keperawatan no.3


NOC : Management energi
Tanggal 7 Agustus 2019
No Indikator 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S

1.
Tekanan darah sistol dan - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
diastol
2. Tidak bisa istirahat - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4 - + + + 4
3. Edema perifer - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3
EVALUASI HARIAN (PROGRESS NOTE)

Diagnosa keperawatan no.4


NOC Status pernafasan : pertukaran gas

Tanggal 6 Agustus 2019


14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00
No Indikator 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S

1. Saturasi oksigen - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3
2. Hasil ronggen dada - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2 - - - + 2

Diagnosa keperawatan no.4


NOC : Status pernafasan : pertukaran gas

Tanggal 7 Agustus 2019


N
Indikator 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00
o
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
1 Saturasi oksigen - - + 1 - - - + 1 - - - + 1 - - - + 1 - - - + 1 - - - + 1 - - + + 2 - - + + 2
.
2 Hasil ronggen dada - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3 - - + + 3
.
EVALUASI
Hari/
No Dx Tanda
Tanggal/ Evaluasi
Kep tangan
Jam
Rabu , 7 3 NOC: S: klien mengatakan kadang-kadang masih terasa Ridha
Agustus Keseimbanga lemas
2019 n cairan Anak klien mengatakan klien minum 1,5 botol air
mineral
O : KU cukup kes cm.
TTV : TD : 130/70 mmHg ( MAP : 98), N : 98 x/mnt, RR :24
x/mnt.
Hasil Ro Thoraks Kesimpulan

NOC : Managemen energi


Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
1 Tekanan darah systole/ 5 5 5
diastole
2 Denyut nadi radial 5 5 5

3. Edema Perifer 2 5 2

4 Serum elektrolit 2 5 3
Keseimbangan input dan 2 5 3
5
output dalam 24 jam

A: Masalah sesuai dengan NOC belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan sesuai NIC
EVALUASI

Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
Rabu , 7 2 S: klien mengatakan kadang-kadang masih terasa Ridha
Agustus sesek
2019 O : KU cukup kes cm.
4. - Opasitas pada lapang atas tengah paru kanan
suspek e.c. massa paru
5. Efusi pleura dekstra
6. Cardiomegali

 Akral kulit dingin CRT < 2 detik


 Tanda-tanda Vital :
 T: Tekanan darah : 140/70 mmHg
- Nadi : 98x/menit - RR :28 x/menit

Status Kepatenan Jalan Nafas.


Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
1 Frekuensi pernapasan 5 5 5

2 Suara napas tambahan 2 5 2

A: Masalah sesuai dengan NOC belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan sesuai NIC Manajemen jalan nafas
EVALUASI
Hari/
No Dx Tanda
Tanggal/ Evaluasi
Kep tangan
Jam
Rabu , 7 3 NOC: S: klien mengatakan kadang-kadang masih terasa Ridha
Agustus Managemen lemas dan mengantuk
2019 t energy O : KU cukup kes cm.
TTV : TD : 130/70 mmHg ( MAP : 98), N : 98 x/mnt, RR :24
x/mnt.
Hasil Ro Thoraks Kesimpulan

NOC : Managemen energi


Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
1 Tekanan darah sistol 5 5 5
dan diastol
2 Tidak bisa istirahat 5 5 5

3. Edema perifer 2 5 2

A: Masalah sesuai dengan NOC belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan sesuai NIC
EVALUASI
Hari/ No
Tanda
Tanggal Dx
Evaluasi tanga
/ Ke
n
Jam p
Rabu , 7 4 S: klien mengatakan kadang-kadang masih terasa sesak dan Ridha
Agustus lemas
2019 O : KU cukup kes cm.
7. - Opasitas pada lapang atas tengah paru kanan suspek e.c.
massa paru
8. Efusi pleura dekstra
9. Cardiomegali

 Akral kulit dingin CRT < 2 detik


 Tanda-tanda Vital :
 T: Tekanan darah : 140/70 mmHg
- Nadi : 98x/menit - RR :28 x/menit
 Saturasi oksigen : 97 dengan nasal canul
 Klien pada posisi semifowler

Status Kepatenan Jalan Nafas.


Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
1 Saturasi oksigen 5 5 5

2 Hasil ronggen dada 2 5 2

A: Masalah sesuai dengan NOC belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan sesuai NIC Manajemen jalan nafas
SATUAN ACARA EDUKASI “CRONIC KIDNEY DISEASE”

Pokok Bahasan            : Manajemen pasien CKD


Sub. Pokok Bahasan : Pengobatan pasien CKD
Sasaran                         : Pasien dan Keluarga Pasien
Tempat                          : R. 27 RSSA
Waktu                            : 10– 15 Menit

1.    Tujuan Instruksional Umum ( TIU )


    Setelah diberikan penyuluhan selama 10 – 15 menit pasien dan
keluarga mengetahui tentang management pasien CKD
2.    Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit keluarga dapat :
a. Klien mampu menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat
CKD
b. Klien mampu menyebutkan dan menjelaskan secara singkat manifestasi patologis
yang mungkin muncul pada pasien CKD
c. Klien mampu menyebutkan contoh obat untuk pasien CKD
d. Klien mampu menyebutkan obat-obatan yang diperlukan untuk mengobati gejala
dan komplikasi dan memperlambat kerusakan ginjal lebih lanjut selain obat inti
CKD
f. Klien Menyatakan kesediaannya untuk mematuhi program pengobatan
3. Metode
 Ceramah
 Tanya Jawab
4. Media
Catatan dan alat tulis
5.     Materi Penyuluhan
PENGOBATAN PASIEN CKD
Pada penyakit ginjal kronik (CKD), dosis dan interval pemberian obat yang
diekskresikan atau dimetabolisme harus disesuaikan sesuai dengan tingkat filtrasi
glomerulus residual (GFR). Beberapa obat dikontraindikasikan pada kerusakan ginjal
sedang sampai berat karena efek yang berpotensi serius dari akumulasi obat atau
metabolit. Konsultasi rutin dari referensi yang tepat harus dilakukan saat meresepkan obat
baru kepada pasien CKD.
Bagi pasien yang menjalani dialisis, sangat penting untuk memeriksa secara hati-hati
petunjuk dosis. Pasien rawat inap yang menjalani jenis terapi penggantian ginjal kontinu
lainnya juga memerlukan pemantauan ketat. Apoteker klinis berpengalaman sangat
dibutuhkan dalam membantu merancang rejimen pemberian dosis individual.
Pengobatan untuk manifestasi patologis CKD meliputi:
 Hyperphosphatemia:Pasien meminum Dietary phosphate binders dan dietary
phosphate restriction untuk mengikat fosfat sehingga jumlah fosfat dalam darah
bisa diturunkan, dan melindungi pembuluh darah dari kerusakan oleh endapan
kalsium (kalsifikasi).
 Pembersih PO4 (PO4 Scavengers)
Lanthanum karbonat (Fosrenol)
Sevelamer (Renagel, Renvela)
Oksimidroksida Sucroferrik (Velphoro)
 Garam kalsium yang berfungsi sebagai dietary phosphate binder di saluran
pencernaan yang berfungsi menurunkan hyperfosfatemia adalah:
Kalsium asetat ( PhosLo, Elifos, Phosil)
Kalsium karbonat (Caltrate 600, Tums)

 Hipokalsemia: Suplemen kalsium dan mungkin kalsitriol


Dokter akan memberikan resep suplemen kalsium dan vitamin D untuk mencegah
tulang lemah dan menurunkan resiko patah tulang.

 Hiperparatiroidisme: Analog Calcitriol atau vitamin D


Analog vitamin D direkomendasikan pada pasien dengan stadium CKD 3-5 yang
tidak menjalani dialisis dan tingkat serum paratiroid (PTH) meningkat atau telah
meningkat secara terus-menerus. Vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium di
usus dan membantu mencegah sekresi kalsium di ginjal. Dengan meningkatnya
kadar kalsium dalam serum, membantu menurunkan kadar fosfat dan PTH, serta
resorpsi tulang.
Analog vitamin D yang digunakan adalah:
Calcitriol (Rocaltrol, Calcijex, Vectical)
Doxercalciferol (Hectorol)
Paricalcitol (Zemplar)
Calcifediol (Rayaldee)
 Anemia: Terapi pengganti zat besi dan agen stimulasi erythropoiesis .
 Hematopoietic Growth Factors Faktor pertumbuhan digunakan untuk
mengobati anemia CKD dengan merangsang produksi sel darah merah
(RBC ). Suplemen eritropoietin membantu produksi sel darah merah lebih
banyak, sehingga dapat mengurangi kelelahan dan kelemahan yang terkait
dengan anemia. Jenis obat yang termasuk di dalamnya adalah:
Epoetin alfa (Epogen, Procrit)
Darbepoetin (Aranesp)
Produk –produk obat yang mengandung zat besi

Iron salts adalah nutrisi penting zat anorganik yang digunakan untuk
mengobati anemia, diantaranya adalah:
 Ferrous sulfate (Feosol, Fer-In-Sol, Lambat FE, Fer-besi, MyKidz
Besi 10)
Ferrous sulfate digunakan sebagai blok bangunan untuk sintesis
hemoglobin pada pasien dengan anemia CKD yang sedang dirawat
dengan eritropoietin.
 Iron dextran complex (Dexferrum, INFed)
Dekstran besi digunakan untuk mengobati anemia mikrositik, anemia
hipokromik akibat defisiensi zat besi, dan untuk mencukupi
kebutuhan zat besi pada individu dengan terapi eritropoietin, bila
pemberian oral tidak mungkin atau tidak efektif. Dosis 0,5 mL (0,25
mL pada anak-anak) harus diberikan sebelum memulai terapi. Agen
ini mengandung 50 mg besi / mL (sebagai dekstran).
 Iron Sucrose / Besi sukrosa (Venofer)
Besi sukrosa digunakan untuk mengobati anemia defisiensi besi
(bersamaan dengan eritropoietin) pada pasien dengan CKD dialisis
dan non-dialisis. Kekurangan zat besi pada pasien ini disebabkan
oleh kehilangan darah selama prosedur dialisis, peningkatan
eritropoiesis, dan penyerapan zat besi yang tidak mencukupi dari
saluran cerna. Ada insiden anafilaksis yang lebih rendah dengan
sukrosa besi dibandingkan dengan produk besi parenteral lainnya.

 Ferric gluconate (Ferrlecit, Nulecit)


Feronel glukonat menggantikan besi yang ditemukan di hemoglobin,
mioglobin, dan sistem enzim spesifik, yang memungkinkan
pengangkutan oksigen melalui hemoglobin.
 Ferumoxytol (Feraheme)
 Ferric pyrophosphate (Triferic)
 Ferric carboxymaltose (Injectafer)
terhadap zat besi oral. Hal ini juga ditunjukkan untuk IDA pada orang
dewasa dengan penyakit ginjal kronis nondialisis.
Terkadang obat-obatan tidak mampu mengobati penyakit penyakit ginjal kronis
(CKD) ini. Obat-obatan berikut ini sering digunakan untuk membantu mengobati gejala dan
komplikasi dan memperlambat kerusakan ginjal lebih lanjut:
 Obat untuk mengobati tekanan darah tinggi

Kebanyakan orang yang memiliki penyakit ginjal kronis memiliki


masalah dengan tekanan darah tinggi pada suatu waktu selama
penyakitnya. Obat-obatan yang menurunkan tekanan darah membantu
mempertahankannya dalam kisaran target dan menghentikan kerusakan
ginjal lagi
Obat tekanan darah umum meliputi:
ACE-Inhibitor
Penghambat reseptor angiotensin II (ARBs).
Beta-blocker
Penghambat saluran kalsium.
Penghambat renin langsung
Diuretik
Vasodilator

Pasien mungkin perlu mencoba beberapa obat tekanan darah


sebelum menemukan obat yang mampu mengendalikan tekanan darah
mereka dengan baik tanpa efek samping yang mengganggu. Kebanyakan
orang perlu mengkombinasikan obat-obatan untuk mendapatkan hasil
terbaik. Dokter kemungkinan akan meminta pasien untuk melakukan cek
darah setelah 3 sampai 5 hari setelah pasien memulai atau mengganti obat
Anda. Tes tersebut membantu dokter memastikan bahwa obat bekerja
dengan benar.
 Obat untuk menurunkan kadar kolesterol karena orang dengan penyakit
ginjal kronis sering mengalami kadar kolesterol jahat yang tinggi, yang dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung. Dokter mungkin akan
merekomendasikan obat yang disebut statin.
 Obat pereda pembengkakan. Orang dengan penyakit ginjal kronis mungkin
mengalami resistensi cairan. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan di
kaki, serta tekanan darah tinggi. Obat yang disebut diuretik dapat membantu
menjaga keseimbangan cairan pada pasien CKD.

6.    Kegiatan Penyuluhan
a.    Metode : diskusi dan tanya jawab
b.    Kegiatan belajar mengajar
Tindakan Aktivitas Implementasi
STEP 1:  Perawat P:” Selamat siang pak , nama saya
Establising memperkenalkan ridha saya mahasiswa praktek di R. 27
Trust diri penyakit dalam ini, monggo silahkan
bapak di tempat tidur, maaf kalau
boleh tahu nama bapak siapa?.”
K: “ Terima kasih suster ridha ,
perkenalkan nama saya Hari, saya
sudah pernah sekali datang ruangan
 Perawat ini tapi baru kali ini bertemu dengan
menjelaskan suster,”
perannya P: “ ooh,..begitu ya pak ,mungkin saya
udah rolling, baiklah pak..nanti ibu bisa
tanya-tanya ke saya soal penyakit
bapak, saya lihat dari status bapak
menderita CKD ya..
K: iya suster
 P: “mungkin kita butuh waktu sekitar
 Kontrak waktu 10 sampai 15 menit untuk sedikit
berbincang- bincang apakah bapak
setuju”
 K: “Baiklah suster “
 P : “Nanti waktu kita ngobrol bapak
 Menciptakan ceritakan kondisi yang sebenarnya
interaksi yang “ soal sakitnya, dan tolong jawab jujur
trust-honest bila saya bertanya masalah ini, karena
hal ini penting untuk saya untuk
menentukan kebutuhan informasi yang
bapak butuhkan
 K : “iya suster, saya akan berusaha..”
 P: “ngomong-ngomong bapak usia
berapa ya,?”
 K : “usia saya 50 tahun suster,”
kenapa suster”
 P: “oh...oK. Tidak apa- apa... bapak

STEP 2: Pemberi edukasi  P :” Pada pertemuan kemarin di poli


Asses menyusun masalah atuau dimana gitu apa saja yang
Patient’s yang akan dijadikan sudah dijelaskan oleh dokter atau
needs topik edukasi perawat bapak, apakah sudah
dijelaskan tentang apa itu CKD, tanda
dan gejalanya, tindakan dan
pengobatannya, makanan , ataupun
aktivitas pasien CKD atau ada hal lain
yg belum saya sebutkan yang bisa kita
diskusikan ini ada kertas, bapak bisa
menuliskannya disini
 K :” baiklah akan saya tulis keluhan-
keluhan yang aku rasakan ya , ( sambil
menulis bapak itu berkata).sebenarnya
saya takut sekali lho sus sakit ginjal ini,
saya dulu seorang pekerja yang jam
kerjanya full sehingga jarang minum air
putih dan sering jajan di luar saya
sering minum minuman berenergi,
apakah dengan sakit ginjal yang saya
derita ini saya harus cuci darah atau
cukup dari makanan. Obat-obatan apa
saja yang boleh dan tidak boleh saya
konsumsi, saya takut ginjal saya
diangkat suster..sekarang menyesal
juga tidak ada tidak menjaga makanan
dan gaya hidup ya sus.. saya juga
memikirkan anak saya karena si
bungsu masih sekolah, akhir –akhir ini
saya juga sering merasa lelah, pusing
dan nyeri sendi, kaki kadang juga
bengkak.
 K : “baiklah suster..”

STEP 3 :  Mengarahkan  P: “bagaimana bapak, saat ini


Setting klien untuk bagaimana kalau kita bahas
Priorities And menentukan pengobatan saja karena waktu kita
Time Frame topik yang dinilai juga terbatas saya coba memilihkan
perlu untuk topik yang bisa digunakan untuk sedikit
segera diatasi mengurangi keluhan ibu.”
 K : “baiklah suster, saya juga p
penasaran soal pengobatan untuk
pasien CKD sus..
 P :” o...begitu ya bapak...memang ini
penting sekali bapak ketahui biar
bapak tetap segar meskipun ibu sakit
ya..
 Menyusun  K : “ iya suster, saya siap
deadline mendengarkan
pencapaaian  P: ““ saya harap nanti sepulang dari
sini bapak paham obat dan suplemen
apa saja yang diberikan kepada bapak
 K : iya sus
STEP 4:  Memberikan  P:” baiklah bapak mari kita mulai
Delivering edukasi kepada ngobrol-ngobrolnya soal pengobatan
The Education klien mengenai CKD ya...
Content topik yang  K:” Iya suster””
disepakati  P : “Pada penyakit ginjal kronik (CKD),
apalagi pasien CKD yang harus cuci
darah (dialisis) dosis dan waktu
pemberian obat harus diatur bapak..
karena berberapa obat tidak boleh
diberikan untuk para penderita
gangguan ginjal karena obat tersebut
bisa bersisa di ginjal akibat kurangnya
kemampuan ginjal untuk menyaring
sehingga menyebabkan beban kerja
ginjal akan semakin berat.Ibu tidak
usah khawatir obat-obatan yang
diberikan pada ibu sudah pasti aman
karena dokter sudah mengatur
pemberiannya. Ibu juga harus rajin
kontrol ya dan kalau ada keluhan pada
pemakaian obat segera konsultasikan
kepada dokter kami ya bapak...”
 K : “ Ehhhmmm...begitu ya
 Perawat suster...kalau pasien di rawat inap juga
memberi begitu ya prosedurnya?”
kesempatan  P :” Iya bapak..sama saja dokter tetap
kepada klien melakukan pengawasan dan kami
untuk memiliki apoteker yang sangat
menyampaikan berpengalaman sehingga bisa
feedback mengatur obat apa saja yang boleh
dan tidak boleh serta pemakaian obat
apa saja dan sudah berapa lama
semua tercatat “
 K : “wwwaah...bagus ya suster “
 P:” Sekarang kita bahas tanda dan
gejala yang diderita pasien CKD dan
pengobatannya ya bapak, untuk yang
pertama adalah
Hyperphosphatemia: yaitu tingginya
kadar phospat dalam darah yang bisa
mengakibatkan rusaknya pembuluh
darah oleh endapan kalsium.Pasien
hyperphosphatemia diberi :
- Obat pengikat phospat seperti
fosrenol , renvela, velphoro dan
Renagel.
- Garam kalsium yaitu kalsium asetat
dan kalsium Contoh dari obat ini
adalah caltrase 600
 Hipokalsemia : diberikan suplemen
kalsium dan vitamin D untuk
mencegah tulang lemah dan
menurunkan resiko patah tulang.
 Hiperparatiroidisme: pasien akan
diberikan Analog Calcitriol atau vitamin
D , bahan ini direkomendasikan pada
pasien dengan stadium CKD 3-5 yang
tidak menjalani dialisis dan tingkat
serum paratiroid (PTH) meningkat atau
telah meningkat secara terus-menerus
jadi dengan Vitamin D meningkatkan
penyerapan kalsium di usus dan
membantu mencegah sekresi kalsium
di ginjal. Dengan meningkatnya kadar
kalsium dalam serum, membantu
menurunkan kadar fosfat dan PTH,
serta resorpsi tulang.
 Anemia: Seperti hal nya yang ibu
keluhkan gampang lelah, pusing ,
nyeri sensi itu, bu... Terapi pengganti
zat besi dan suplemen tambah darah
sangat dibutuhkan.
 K : “beberapa hal dari yang suster
jelaskan saya merasakannya.”
 P : ..”Oh..iya ya bapak, Terkadang
obat-obatan tidak mampu mengobati
penyakit penyakit ginjal kronis (CKD)
ini. untuk membantu mengobati gejala
dan komplikasi dan memperlambat
kerusakan ginjal lebih lanjut:
 Obat untuk mengobati tekanan
darah tinggi
 Obat untuk menurunkan kadar
kolesterol
 Obat pereda pembengkakan.
 P : “Apakah bapak mengerti apa yang
saya sampaikan tadi”
 K : “Iya suster saya mengerti”

STEP 5 :  Perawat  P : “Bagaimana bapak. apakah materi


Evaluation- mengevaluasi pengobatan pasien CKD yang sudah
Reevaluation- implementasi saya sampaikan kepada bapak sudah
Follow Up materi edukasi bisa mengerti, kalau sudah saya bisa
Strategies oleh klien sedikit mengajukan pertanyaan terkait
materi tersebut ya bapak..?”
 K :” iya suster saya mengerti dan siap
ditanya.”
 P: Tolong ibu sebutkan 3 hal yang
diperhatikan dalam pemberian obat
 K : “dosis, jarak pemberian , konsultasi
dokter jika ada keluhan”
 P: “Gejala apa saja yg timbul dari
pasien CKD,serta pengobatannya
 K :” 1. Hyperphosphatemia, diberi
obat pengikat fosfat
2. Hipokalsemia: dengan
suplemen kalsium dan vit D
3. Hiperparatiroidisme: dengan
calcitrion
4. Anemia, dengan suplemen zat
besi
 P : “obat apa sajakah yang diberikan
untuk untuk mengurangi gejala yang
tidak sembuh oleh karena
pengobatan?
 K : - Obat antihypertensi
- Obat anti kolesterol
- Dan obat anti pembengkakan
 P :” tepat sekali bapak,
 K : “wah...terimakasih suster
 Perawat  P : “Hari ini bapak bisa ngobrol dengan
melakukan saya besok- besok bisa baca buku di
rencana tindak perpustakaan umum, dan bisa melihat
lanjut atau talkshow kesehatan ya bapak..jangan
modifikasi sinetron saja yang dilihat..,nanti pada
pembelajaran pertemuan berikutnya kita akan
membahas topik yang lain ya bapak
terkait CKD
 K :” iya suster nanti di pertemuan
selanjutnya saya bisa dijelaskan
masalah diet pasien CKD yaa.”
 P : “baiklah bapak, untuk pertemuan
sekarang saya cukupkan sampai
 Terminasi sesi sekian y bu...smoga sedikit ilmunya
edukasi akan memberi manfaat bagi bapak dan
keluarga”
 K : “Iya suster terima kasih, “
 P : “selamat siang bapak..”
7.    Evaluasi
a.    Prosedur                              :  Post test
b.    Bentuk pertanyaan              :  Pertanyaan langsung

DAFTAR PUSTAKA
1. Arora.P. MD, 2017, “Cronic Kidney Disease Medication”,
emedicine.medscedicine.medscape.com/article/238798,
2. https://www.webmd.com/a.../chronic-kidney-disease-medications
3. Mayoclinic doctors, 2017, “ Chronic Kidney Disease”, Mayo clinic. United States
.
RESUME KEPERAWATAN
Ridha Tri Rohyani
Nama : Tn S Ruang/No RM : 27 RSSA 180070300011026
Usia :37 Tahun Diagnosa Medis : CML

S O A P I E
Keluarga ֊ Kes. CM Hipertermia NOC: Thermoregulasi . Memantau S: Ibu klien mengatakan klien
klien ֊ Pasien sering berubah berhubung Indikator 1 2 3 4 5 16.0 TTV: masih panas
mengatakan an dengan 0 - TD: 120/90 O: - di dahi klien terlih
ubah posisi kadang 1. Peningkat
badannya penyakit mmHg - Klien teraba hangat dan
klien terasa duduk kadang ditandai an suhu Nadi: 98 mukosa bibir sedikit kering
panas semifowler peningkata tubuh x/mnt kering
- n suhu 2. Warna Suhu: 38.2 - Keringat dingin
֊ Keringat dingin + kulit dan
tubuh ⁰C - S : 37,4
֊ Badan terasa hangat akral 1630 RR: 23 x/mnt
saat palpasi 17.0 NOC: Termoregulasi
0 Memonitor Skor
֊ Tanda vital:
NIC: Perawatan Demam warna kulit
- TD: 139/65 mmHg Indikator A Tgt Akr
Untuk Pasien: Memonitor
w
- Nadi: 115x/mnt 1. Pantau suhu tubuh dan tanda- kelancaran
l
- Suhu: 39.5⁰C tanda vital lainnya infus dan
1. Peningkat 3 5 4
2. Monitor warna kulit dan suhu memberikan
- RR: 32x/mnt an suhu
3. Monitor asupan dan keluaran 09.0 makan
tubuh 2 5 3
- Klien terpasang infus cairan 0 minum lewat
2. Warna
NS 20 tpm 4. Dorong konsumsi cairan lewat NGT sonde, serta
kulit dan
5. Mandikan pasien dengan spons mencatat
- Diet klien cair TKTP 6 x akral
hangat atau dengan metode ouput klien
200 pendinginan eksternal (kompres) Melakukan A: Hipertermi belum teratasi
- klien terpasang NGT 6. Lembabkan mukosa bibir kolaborasi P: Lanjutkan intervensi (NIC:
Kolaboratif antipiretik: Perawatan Demam)
- klien terpasang
1. Pemberian antipiretik Paracetamol
trakeostomy (Paracetamol tablet 2x 500) infus 500 mg
RESUME KEPERAWATAN

Nama Pasien: Tn. B Hari/tanggal : kamis 8 Agustus 2019


Nomer Rekam Medis:10102916 Diagnosa Medis: Diarhea mild to moderate dehidrasi
cairan kuning bantuan P: Lanjutkan intervensi
5. Monitor tanda dan gejal diare ulserasi
saja Bising usus 7 (NIC:Manajemen diare)
6. Monitor kulit perineum terhadap
7x/mnt
adaanya iritasi

RESUME KEPERAWATAN
Nama Pasien: Tn. S Hari/tanggal : Selasa 6 Agustus 2019
Nomer Rekam Medis: 1449xxx Diagnosa Medis: NHL
Subjek Objek Analisa Planning Implementasi Evaluasi
- Klien  suara nafas terdengar suara grok- Ketidak Setelah dilakukan tindakan 08.0 Mengauskulta S: Klien mengatakan masik batuk saja dan
mengat grok efektifan keperawatan selama 1x 8 jam klien 0 si suara nafas: sekret hanya keluar sedikit
akan  RR: 28x/menit bersihan menunjukkan: Ronchi masih O:
 N: 100x/menit
masih jalan terdengar di  Klien tampak dalam posisi duduk dan
 T: 36oC
batuk- nafas 08.0 kedua lapang kadang berubah semi fowlerdan
 Nafas terlihat berat
batuk  Pernafasan cuping hidung + berhubun 0 paru keluarga mempertahankan posisi
dan  Tampak banyak secret keluar dari g an Membantu tersebut.
susah mulut klien dengan 08.3 memposisikan  Ronchi masih terdengar di kedua lapang
mengel  Ronchi: mucus 0 semifowler paru,
uarkan - - yang Memberikan  Dyspnea +
sekretn + + berlebih nebulizer  retraksi dada +
ya - - 09.0 dengan  TTV:
 Hasil foto thorax menunjukkan 0 combivent - Nadi: 98 x/mnt
adanya Efusi pleura bilateral - Suhu: 36,6 oC
 Klien terpasang suction aktif Melakukan - RR: 28 x/mnt
NIC: Manajemen Jalan nafas 09.3 fisioterapi
1. Posisikan pasien untuk 0 dada
memaksimalkan ventilasi (semi-
fowler) 10.0 Mengukur
2. Lakukan fisioterapi dada sesuai 0 tensi, nadi
kondisi klien dan suhu
3. Gunakan teknik yang tubuh klien
menyenangkan untuk
memotivasi bernafas dalam Kolaborasi
kepada klien dengan
4. Auskultasi suara nafas dokter untuk
5. Kolaboratif Pemberian pemberian
A:
antibiotik dan pemberian obat NAC 2x 200
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
nebulizer mg
belum teratasi
6. Posisikan status pernafasan dan
Subjek Objek Analisa Planning Implementasi Evaluasi
oksigenasi sebagaimana P:
kebutuhan klien - Lanjutkan intervensi
7. Pantau tanda-tanda vital. (NIC: Manajemen jalan nafas)

Anda mungkin juga menyukai