Anda di halaman 1dari 200

DAFTAR PUSTAKA

Auristha, Ade. M. 2014. Skripsi: Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera


Utara Nomor 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan
dan Anak di Kota Medan. Medan: Fisip USU.

Azkha, Nizwardi. 2013. Jurnal: Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan PERDA Kota
tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok
Aktif di Sumatera Barat Tahun 2013. Padang: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

. 2011. Metodologi penelitian kualitatif (akualisasi metodologis


kearah ragam varian kontemporer). Jakarta : PT Rajagrafindo.

Dunn, William N. 1998. Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Fatmasari, Intan. dkk. Jurnal: Perilaku Supir Angkutan Pasca penetapan PERDA
Kawasan Tanpa Rokok di Kota Makassar. Makassar: Bagian Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan FKM Universitas Hasanuddin.

Iswanti. 2013. Jurnal: Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5


Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
di Terminal Joyoboyo Surabaya.

Kecamatan Medan Deli Dalam Angka 2013.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Dinas (LPPD) Dinas Kesehatan Kota Medan


Tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara


Prabandari, Yayi Suryo. dkk. 2009. Jurnal: Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif
Pengendalian Tembakau Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus
Bebas Rokok terhadap Perilaku dan Status Merokok di Fakultas Kedokteran
UGM, Yogyakarta. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Prianggara, Agil. 2013. Pelaksanaan Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Surabaya


Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Dan Kawasan
Terbatas Merokok (Studi Di Dinas Kesehatan Kota Surabaya). Surabaya:
Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Putu Devhy, Ni Luh. 2014. Tesis: Pengaruh Faktor Pengelola terhadap Kepatuhan
Pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Hotel
Berbintang di Kabupaten Bandung. Denpasar: Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Medan 2011-2015.

Rohana, Iasni. 2007. Skripsi: Peranan Aparatur Pemerintah dalam Peningkatan


Pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP) (Studi Pada Kantor Kecamatan
Medan Deli). Medan: Fisip USU.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1995.

Soehartono, Dr. Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi Negara. Bandung: Alfabet.

Susanti, Dewi. 2011. Skripsi: Persepsi Unsur Pimpinan Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang Kawasan Tanpa Rokok.
Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Universitas Sumatera Utara


Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta:
Lukman Offset YPAPI.

Usman, Husaini. 2009. Metode Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi
Aksara.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo.

World Health Organization (WHO). 2008. WHO Report on the Global Tobacco
Epidemic.

Sumber Perundang-undangan:

Undang - Undang Nomor. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang -Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang–


Undangan.

PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif
berupa produk tembakau bagi kesehatan.

Instruksi Menteri Kesehatan RI No. 459/MENKES/INS/VI/1999 tentang kawasan


bebas rokok pada sarana kesehatan.

Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 4/U/1997 tentang lingkungan


sekolah bebas rokok.

Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri RI No.


188/MENKES/PB/I/2011 tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa
rokok.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan


Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan

Universitas Sumatera Utara


Peraturan Walikota Medan Nomor 43 tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Peraturan Walikota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Peraturan


Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Internet:

http://tehangatsekali.blogspot.com/2011/11/tata-perundangan-menurut-uu-no12
tahun.html, diakses 25 Oktober 2014.

http://pemkomedan.go.id/new/hal-selayang-pandang.html. Diakses Pada 19


Desember 2015 Pukul 16.58 WIB.

http://pemkomedan.go.id/new/hal-kependudukan.html. Diakses pada 27 November


2015 pukul 06.40 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan. Diakses pada 19 Desember 2015 Pukul


17.56 WIB.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III. 1 Gambaran Umum Kota Medan

III. 1. 1 Letak Geografis

Kota Medan terletak di bagian utara Pulau Sumatera yang berbatasan dengan

Selat Malaka di sebelah utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah selatan, barat

dan timurnya. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari

keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°

30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota

Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas

permukaan laut.

Secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya

alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli

Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota

Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan

yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah

sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan

memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang

dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi

Universitas Sumatera Utara


geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub

pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini. 42

Kota Medan terdiri atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. 43 Hal

tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut:

Gambar III.1 Peta Lokasi Kecamatan Kota Medan

III. 1. 2 Pemerintahan

Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat

daerah otonomnya yang lain sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Secara

umum, struktur organisasi Pemerintah Kota medan dapat kita lihat sebagai berikut:

42
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan. Diakses pada 19 Desember 2015 Pukul 17.56 WIB
43
http://pemkomedan.go.id/new/hal-selayang-pandang.html. Diakses Pada 19 Desember 2015 Pukul
16.58 WIB

Universitas Sumatera Utara


Bagan III.1 Bagan Organisasi Pemerintah Kota Medan

Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima

sifat, yaitu: 44

1. Pemberian pelayanan

2. Fungsi pengaturan (Penetapan perda)

3. Fungsi Pembangunan

4. Fungsi Perwakilan (dengan berinteraksi dengan Pemerintah Provinsi/Pusat)

5. Fugsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota.

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah,

pemerintah Kota Medan menyelenggarakan dua bidang urusan, yaitu:

44
Ade Auristha Manurung. Skripsi: Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6
Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak di Kota Medan. (Medan: Fisip
USU, 2014), hal. 39-40

Universitas Sumatera Utara


1. Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh dinas-

dinas daerah.

2. Urusan pemerintahan umum, yang terdiri dari:

a. Kewenangan mengatur yang diselenggarakan bersama-sama dengan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, sebagai badan eksekutif kota.

b. Kewenangan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup dalam

kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang diselenggarakan oleh

walikota/wakil walikota, sebagai pimpinan tertinggi badan eksekutif kota.

Maka berdasarkan fungsi dan kewenangan tersebut, walikota Medan

membawahi (pimpinan eksekutif tertinggi) seluruh instansi pelaksana eksekutif kota

Medan.

III. 2 Dinas Kesehatan Kota Medan

III. 2. 1 Sejarah Berdirinya Dinas Kesehatan Kota Medan

Awal pendirian Kantor Dinas Kesehatan Medan adalah pada tahun 1970 yaitu

pembangunan sebuah gedung yang berlokasi didaerah Jalan Gatot Subroto Medan

yang tepatnya didepan Taman Ria Medan dan kantornya berada dilantai 1. Yang

diresmikan oleh Bapak Mahmud yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Luar

Negeri Republik Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


Puskesmas – puskesmas yang ada pada waktu itu terdiri dari beberapa cabang

puskesmas pembantu diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Puskesmas Petisah

2. Puskesmas Glugur Kota

3. Puskesmas Teladan

4. Puskesmas Pulo Brayan

5. Puskesmas Padang Bulan

Pada tahun 1972 barulah resmi seluruh aktivitas kegiatan operasional dan

administrasi Dinas Kesehatan Kota Medan. Hal ini disesuaikan Instruksi Presiden

atau Inpers No. 75/1975 Lk, agar pemenuhan kebutuhan puskesmas – puskesmas dan

balai pengobatan agar dijadikan prioritas utama dalam mencapai tujuan mencipatakan

manusia Indonesia yang sehat dan sejahteran.

Sekarang gedung Dinas Kesehatan Kota yang berlokasi dijalan Rotan

Komplek Petisah telah diresmikan pada tanggal 30 April 1984 oleh Bapak A.S.

Rangkuti yang waktu itu menjabat sebagai Walikota Daerah Tk II. Medan.

Nama – nama Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan:

1. Kel. Alm dr. Gono Pane

2. dr. H. Hamsar Siregar

3. dr. H. Masroel Siregar, SKM

4. dr. MP. Siregar

5. Kel. Alm. dr. H. Zulkarnain Lubis

Universitas Sumatera Utara


6. dr. H. Syahrial R. Anas, MHA

7. drg. H. Herman Shadeck, MBA, MSc.PH.

8. dr. Hj. Linda Wardani Lubis

9. Dr. H. Umar Zein, DTM&H, Sp.PD-KPTI

10. Dr. H. Edwin Effendi, M.Sc

11. Drg. Hj. Usma Polita Nst, M.Kes

III. 2. 2 Visi dan Misi

Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana Dinas Kesehatan Kota

Medan harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif , dan inovatif secara umum Visi

adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan Instansi Pemerintah.

Visi Dinas Kesehatan Kota Medan dapat dirumuskan sebagai berikut: 45

MASYARAKAT MEDAN SEHAT SEJAHTERA

Penjelasan dari Visi tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat Medan, mengandung arti bahwa sasaran kerja dari Dinas Kesehatan

Kota Medan adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah kerja pemerintah

kota Medan.

2. Sehat, diartikan sebagai cara berpikir masyarakat kota Medan yang selalu

dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan yang pada akhirnya mewujudkan lingkungan

yang sehat serta perilaku hidup bersih dan sehat.

45
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Medan 2011-2015.

Universitas Sumatera Utara


3. Sejahtera, mengandung arti bahwa masyarakat kota Medan dengan cara berpikir

yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan, akan memperoleh kesejahteraan,

terutama dibidang kesehatan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi

pencapaian derajat kesejahteraan secara umum.

Untuk merealisasikan dan mewujudkan visi, maka dijabarkan misi yang akan

dicapai dalam kurun waktu tertentu. Misi merupakan sesuatu yang harus

dilaksanakan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan Visi

yang ditetapkan.

Misi Dinas Kesehatan Kota Medan, yaitu :

1. Menggerakkan Pembangunan Kota Berwawasan Kesehatan

Para penanggungjawab program pembangunan di Pemerintahan Kota Medan

harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijaksanaan

pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap

kesehatan apalagi yang berdampak negatif, seharusnya tidak dilaksanakan. Untuk itu,

maka seluruh elemen dari sistem pemerintahan kota harus berperan sebagai pengerak

utama pembangunan Kota Medan menuju Kota Metropolitan yang Modern, Madani

dan Relijius berwawasan kesehatan.

2. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat

Sehat merupakan hak asasi sehingga setiap individu berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan. Disamping itu sehat juga merupakan investasi, yaitu bahwa

derajat kesehatan yang optimal akan dapat dicapai melalui investasi baik pemerintah

maupun individu. Dengan demikian diharapkan terciptanya suatu kondisi dimana

Universitas Sumatera Utara


masyarakat menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi

permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan

kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan

akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tudak mendukung untuk hidup

sehat.

3. Memelihara dan Meningkatkan Profesionalisme Layanan Kesehatan

Sesuai dengan paradigma sehat, Dinas kesehatan harus mengutamakan pada

upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan seimbang dengan

upaya kesehatan perorangan. Dinas Kesehatan melakukan revitalisasi sistem

kesehatan dasar dan rujukannya dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien,

serta peningkatan kualitas pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Sejalan dengan

upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, harus dilakukan pula peningkatan

jumlah dan kualitas sumberdaya manusia kesehatan, yang terdistribusi sesuai

kebutuhan pelayanan kesehatan. Perlu juga ditunjang dengan administrasi kesehatan

dan peraturan perundang-undangan yang memadai, serta pengembangan kesehatan.

III. 2. 3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan

Secara umum, rencana strategis Dinas Kesehatan Kota Medan dalam tahap

implementasi pelaksanaan akan dikelola oleh seluruh jajaran aparatur Dinas

Kesehatan Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan dapat kita lihat pada gambar
berikut ini: 46

KEPALA DINAS KESEHATAN Lampiran IV : Peraturan Daerah


BAGAN ORGANISASI Drg. Hj. USMA POLITA NASUTION, M.Kes Kota Medan Nomor 3 TAHUN
Pembina Utama Muda (IV/c) 2009
NIP. 19611003 198903 2 002 Tanggal 4 Maret 2009
DINAS KESEHATAN

SEKRETARIAT
Drg. Hj. Irma Suryani, MKM
Pembina Tingkat I (IV/b)
NIP. 19680113 199212 2 001

SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN


Arifah, S.Kep, Ners, DAN PERLENGKAPAN PENYUSUNAN PROGRAM
M.Kes Drs. Mustafa Munar Madona Susanti, DCN
KELOMPOK JABATAN Penata (III/c) Penata Tingkat I (III/d) Penata Muda Tingkat I (III/b)
FUNGSIONAL NIP. 19700707 199012 2 NIP. 19630420 198312 1 001 NIP. 19770413 200502 2 002
002

BIDANG BINA PELAYANAN BIDANG PENGENDALIAN BIDANG PENGEMBANGAN BIDANG KEFARMASIAN JAMINAN
KESEHATAN MASALAH KESEHATAN SDM KESEHATAN DAN SARANA KESEHATAN
Dr. Iman Surya Masrita Tiominar A. L. Tobing, Dr. H. Mardohar Tambunan Dirgo Dirhamsyah,SKM, M.Kes
Penata Tk. I (III/d) SKM. M. Kes Pembina (IV/a) Pembina (IV/a)
NIP. 19740518 200604 1 007 Pembina (IV/a) NIP. 19680407 200212 1 001 NIP. 19630824 198703 1 013
NIP. 19690609 199203 2 002

SEKSI KESEHATAN SEKSI PENGENDALIAN DAN


SEKSI PERENCANAAN SEKSI KEFARMASIAN
DASAR PEMBERANTASAN PENYAKIT
Sondang Gredia Siagian, DAN PENDAYAGUNAAN Santi Meriani Simanullang,
Dr. Hj. Pocut Fatimah Fitri,
SKM, MARS Dr. Zairul Rambe S.Si, Apt
MARS
Pembina (IV/a) Pembina (IV/a) Penata (III/c) Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19690601 199303 2 NIP. 19671231 199503 2 014 NIP. 19720422 200604 1 014 NIP. 19800610 200604 2 004
002

SEKSI KESEHATAN RUJUKAN SEKSI WABAH DAN BENCANA SEKSI PENDIDIKAN DAN SEKSI JAMINAN KESEHATAN
Roida Sitinjak, SKM, MPH Edy Yusuf, SKM PELATIHAN Dr. Shereivia Faradillah
Pembina (IV/a) Penata (III/c) Parlin Boang Manalu, SKM Penata (III/c)
NIP. 19690807 199303 2 NIP. 19690129 199702 1 001 Penata (III/c) NIP. 19790625 200801 2 002
002 NIP. 19670702 198903 1 004

SEKSI KESEHATAN KHUSUS SEKSI KESEHATAN SEKSI REGISTRASI & AKREDITASI SEKSI SARANA DAN
Dr. Dyan Purwani LINGKUNGAN Yurina Rahmah Siregar, S.Psi., PERALATAN KESEHATAN
Nugraheni, M.Kes Odentara Sembiring, SKM, M.Psi Drg. Baby Nainggolan
Pembina (IV/a) M.Kes Penata Tk. I (III/d) Penata Tingkat I (III/d)
NIP. 19591025 198912 2 Pembina (IV/a) NIP. 19671111 198703 2 002 NIP. 19580614 198703 2 002
001 NIP. 19620210 198301 1 002

UPT

Bagan III.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan

46
Susunan Kepegawaian Dinas Kesehatan Kota Medan. Pada 26 Januari 2016

Universitas Sumatera Utara


Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Dinas

2. Sekretariat, membawahi:

a. Sub Bagian Umum;

b. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan;

c. Sub Bagian Penyusunan Program.

3. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan, membawahi :

a. Seksi Kesehatan Dasar;

b. Seksi Kesehatan Rujukan;

c. Seksi Kesehatan Khusus.

4. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, membawahi :

a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit;

b. Seksi Wabah dan Bencana;

c. Seksi Kesehatan Lingkungan.

5. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan, membawahi :

a. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan;

b. Seksi Pendidikan dan Pelatihan;

c. Seksi Registrasi dan Akreditasi.

6. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan, membawahi :

a. Seksi Kefarmasian;

b. Seksi Jaminan Kesehatan;

c. Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


7. Unit Pelaksana Teknis Dinas

Terdiri atas :

a. Puskesmas (39 unit) dan Puskesmas Pembantu (41 Unit)

b. Gudang Farmasi (1 unit)

c. Klinik Spesialis Bestari(1 unit)

d. Balai Laboratorium kesehatan lingkungan (1 unit)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

III. 2. 4 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan pasal 109 dan 110 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3

Tahun 2009 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota

Medan, telah diatur tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan.

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan tertuang dalam

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan dan Peraturan Walikota

Medan Nomor 43 tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas

Kesehatan Kota Medan. Dalam Peraturan Daerah ini telah ditetapkan kedudukan,

tugas, fungsi dan susunan organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai berikut:

1. Kedudukan

Universitas Sumatera Utara


Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang

dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab

kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

2. Tugas

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan

daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Kesehatan

menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kesehatan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Tugas dan Fungsi Bidang dan Sekretariat

1. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Dinas.

1. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup

kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan

penyusunan program.

Universitas Sumatera Utara


2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Sekretariat menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan;

b. pengoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;

c. pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan

Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan

kerumahtanggaan Dinas;

d. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan

organisasi, dan ketatalaksanaan;

e. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas;

f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

A. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

1. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Sekretariat lingkup administrasi umum.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub

Bagian Umum menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum;

Universitas Sumatera Utara


b. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;

c. pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah

dinas, penataan kearsipan, urusan rumahtangga, hukum, hubungan

masyarakat;

d. pengelolaan administrasi kepegawaian;

e. penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,

ketatalaksanaan, dan kepegawaian;

f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

B. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian,

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

1. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan dan

perlengkapan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub

Bagian Keuangan dan Perlengkapan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan dan

Perlengkapan;

Universitas Sumatera Utara


b. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan dan

perlengkapan;

c. pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan

penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan

verifikasi;

d. penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi

keuangan;

e. penyusunan laporan keuangan Dinas;

f. pelaksanaan pengelolaan perlengkapan;

g. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

h. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

C. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

1. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub

Bagian Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan

Program;

Universitas Sumatera Utara


b. pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan

program Dinas;

c. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas;

d. penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan Dinas;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

2. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

1. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan

kesehatan khusus.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang

Bina Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bina Pelayanan

Kesehatan;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan

rujukan, dan kesehatan khusus;

c. pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar;

d. penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan /

spesialistik, dan sistem rujukan;

Universitas Sumatera Utara


e. penyelenggaraan upaya kesehatan khusus meliputi kesehatan jiwa, kesehatan

mata, kesehatan kerja, kesehatan haji, kesehatan gigi dan mulut;

f. penyelenggaraan upaya kesehatan perkotaan, kesehatan indera, dan usia

lanjut;

g. penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan;

h. pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup pelayanan

kesehatan;

i. pelaksanaan registrasi, akreditasi, dan sertifikasi sarana pelayanan kesehatan;

j. pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian lingkup pelayanan

kesehatan;

k. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang bina

pelayanan kesehatan;

l. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

A. Seksi Kesehatan Dasar

Seksi Kesehatan Dasar dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan.

1. Seksi Kesehatan Dasar mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Bidang Pelayanan Kesehatan lingkup kesehatan dasar.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Kesehatan Dasar menyelenggarakan fungsi :

Universitas Sumatera Utara


a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Kesehatan Dasar;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup kesehatan dasar;

c. penyiapan bahan pembinaan kesehatan dasar dan kesehatan komunitas;

d. penyiapan bahan pembinaan upaya kesehatan dasar perkotaan;

e. penyiapan bahan pelaksanan registrasi, akrediatasi, dan sertifikasi sarana

pelayanan kesehatan dasar;

f. pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup kesehatan dasar

sesuai urusan pemerintahan kota;

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

B. Seksi Kesehatan Rujukan

Seksi Kesehatan Rujukan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan.

1. Seksi Kesehatan Rujukan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan lingkup kesehatan rujukan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Kesehatan Rujukan menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Kesehatan Rujukan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup kesehatan rujukan;

c. penyiapan bahan dan data pengelolaan upaya kesehatan rujukan /

spesialistik, dan sistem rujukan;

Universitas Sumatera Utara


d. penyiapan bahan dan data pengelolaan upaya kesehatan rujukan perkotaan;

e. penyiapan bahan pelaksanan registrasi, akreditasi, dan sertifikasi sarana

kesehatan rujukan;

f. pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup kesehatan

rujukan sesuai urusan pemerintahan kota;

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

C. Seksi Kesehatan Khusus

Seksi Kesehatan Khusus dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan.

1. Seksi Kesehatan Khusus mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan lingkup kesehatan khusus.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Kesehatan Khusus menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Kesehatan Khusus;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup kesehatan khusus;

c. penyiapan bahan dan data penyelenggaraan upaya kesehatan khusus meliputi

kesehatan jiwa, kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji, kesehatan

gigi dan mulut, kesehatan indera, dan lanjut usia;

d. penyiapan bahan dan data penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah

perbatasan dan kerjasama lintas batas;

Universitas Sumatera Utara


e. pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup kesehatan

khusus sesuai urusan pemerintahan kota;

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

3. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

1. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Dinas lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit, wabah,

bencana, dan kesehatan lingkungan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang

Pengendalian Masalah Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengendalian Masalah

Kesehatan;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pengendalian dan pemberantasan

penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan;

c. pengendalian dan pemberantasan penyakit meliputi surveilans epidemiologi,

pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian penyakit bersumber

binatang, pengendalian penyakit tidak menular, immunisasi, kesehatan mata,

dan penyelidikan kejadian luar biasa (KLB);

Universitas Sumatera Utara


d. pengendalian wabah dan bencana meliputi kesiapsiagaan, mitigasi dan

kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan;

e. penyelenggaraan penyehatan lingkungan meliputi penyehatan air,

pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan sanitasi darurat,

sanitasi makanan, dan bahan pangan serta pengamanan limbah;

f. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang

pengendalian masalah kesehatan;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

A. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit dipimpin oleh Kepala Seksi,

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian

Masalah Kesehatan.

1. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan lingkup

pengendalian dan pemberantasan penyakit.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengendalian dan

Pemberantasan Penyakit;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengendalian dan pemberantasan

penyakit;

Universitas Sumatera Utara


c. penyiapan bahan dan data penyelenggaraan pengendalian surveilans

epidemiologi, pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian

penyakit bersumber binatang, pengendalian penyakit tidak menular,

immunisasi, kesehatan mata, dan penyelidikan kejadian luar biasa (KLB);

d. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

B. Seksi Wabah dan Bencana

Seksi Wabah dan Bencana dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan.

1. Seksi Wabah dan Bencana mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan lingkup wabah dan bencana.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Wabah dan Bencana menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Wabah dan Bencana;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengendalian wabah dan

bencana;

c. Penyiapan bahan dan data penyelenggaraan pengendalian wabah dan

bencana meliputi kesiapsiagaan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat,

dan pemulihan;

d. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

Universitas Sumatera Utara


e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

C. Seksi Kesehatan Lingkungan

Seksi Kesehatan Lingkungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian Masalah

Kesehatan.

1. Seksi Kesehatan Lingkungan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan lingkup kesehatan lingkungan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Kesehatan Lingkungan menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Kesehatan Lingkungan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengendalian kesehatan

lingkungan;

c. Penyiapan bahan dan data penyelenggaraan pengendalian kesehatan

lingkungan meliputi penyehatan air, pengawasan kualitas lingkungan,

penyehatan kawasan dan sanitasi darurat, sanitasi makanan dan bahan

pangan serta pengamanan limbah;

d. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Universitas Sumatera Utara


4. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dipimpin oleh Kepala

Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

1. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup perencanaan, pendayagunaan,

pendidikan, pelatihan, registrasi, dan akreditasi.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang

Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Sumber

Daya Manusia Kesehatan;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan, pendayagunaan,

pendidikan dan pelatihan, registrasi dan akreditasi sumber daya manusia

kesehatan;`

c. pendayagunaan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis;

d. pelaksanaan pelatihan teknis;

e. pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup tenaga medis,

tenaga para medis dan tenaga non medis / tradisional terlatih sesuai urusan

pemerintahan kota;

f. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang

pengembangan sumber daya manusia kesehatan;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Universitas Sumatera Utara


A. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan

Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan

Sumber Daya Manusia Kesehatan.

1. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan lingkup

perencanaan dan pendayagunaan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Perencanaan dan Pendayagunaan menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Perencanaan dan

Pendayagunaan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup perencanaan dan pendayagunaan

sumber daya manusia kesehatan;

c. penyiapan bahan dan data pemberian rekomendasi tenaga kesehatan

strategis;

d. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

B. Seksi Pendidikan dan Pelatihan

Seksi Pendidikan dan Pelatihan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya

Manusia Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


1. Seksi Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan lingkup

pendidikan dan pelatihan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Pendidikan dan Pelatihan menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendidikan dan Pelatihan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendidikan dan pelatihan teknis;

c. penyiapan bahan dan data penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis;

d. penyiapan bahan dan data pelaksanaan registrasi dan akreditasi, pendidikan,

dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan;

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

C. Seksi Registrasi dan Akreditasi

Seksi Registrasi dan Akreditasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya

Manusia Kesehatan.

1. Seksi Registrasi dan Akreditasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan lingkup registrasi

dan akreditasi.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Registrasi dan Akreditasi menyelenggarakan fungsi :

Universitas Sumatera Utara


a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Registrasi dan Akreditasi;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup registrasi dan akreditasi;

c. penyusunan bahan dan data poses penyelenggaraan registrasi dan akreditasi

serta perijinan lingkup tenaga medis, tenaga para medis, dan tenaga non

medis / tradisional terlatih sesuai urusan pemerintahan kota;

d. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

5. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan

Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dipimpin oleh Kepala

Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

1. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan

peralatan kesehatan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang

Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Kefarmasian Jaminan

dan Sarana Kesehatan;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan

peralatan kesehatan;

c. penyelenggaraan kefarmasian;

d. penyelenggaraan jaminan kesehatan;

Universitas Sumatera Utara


e. pelayanan sarana dan peralatan kesehatan;

f. pelaksanaan proses pelayanan perijinan dan pelayanan lainnya lingkup

kefarmasian, jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan sesuai urusan

pemerintahan kota;

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang kefarmasian

jaminan dan sarana kesehatan;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

A. Seksi Kefarmasian

Seksi Kefarmasian dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana

Kesehatan.

1. Seksi Kefarmasian mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang

Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan lingkup kefarmasian.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Kefarmasian menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Kefarmasian;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup kefarmasian;

c. penyediaan dan pengelolaan bufferstock obat, reagensia, vaksin,

ketersediaan obat, dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT);

d. penyelenggaraan kefarmasian meliputi obat, makanan, minuman, NAPZA,

kosmetika, dan alat kesehatan sesuai urusan pemerintahan kota;

Universitas Sumatera Utara


e. pelaksanaan proses rekomendasi ijin Industri Kecil Obat Tradisional

(IKOT), rekomendasi ijin PBF dan PBF cabang;

f. pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup kefarmasian

sesuai urusan pemerintahan kota;

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

B. Seksi Jaminan Kesehatan

Seksi Jaminan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana

Kesehatan.

1. Seksi Jaminan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan lingkup jaminan kesehatan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Jaminan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Jaminan Kesehatan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup jaminan kesehatan;

c. penyiapan bahan dan data penyelenggaraan jaminan kesehatan meliputi

kepesertaan, pemeliharaan kesehatan, dan pembiayaan;

d. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Universitas Sumatera Utara


C. Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan

Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kefarmasian Jaminan dan

Sarana Kesehatan.

1. Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan lingkup sarana

dan peralatan kesehatan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi

Sarana dan Peralatan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Sarana dan Peralatan

Kesehatan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup sarana dan peralatan kesehatan;

c. penyiapan bahan dan data penyelenggaraan registrasi, akreditasi, dan

sertifikasi sarana peralatan kesehatan;

d. pelaksanaan proses rekomendasi ijin Pedagang Besar Alat Kesehatan

(PBAK);

e. pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup sarana dan

peralatan kesehatan;

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Universitas Sumatera Utara


Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis

akan ditentukan dan ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

1. Kelompok Jabatan Fungsional dimaksud dalam Pasal 47, terdiri dari sejumlah

tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional tersebut pada ayat (1), dipimpin oleh Tenaga

Fungsional Senior yang ditunjuk.

3. Jumlah tenaga fungsional tersebut pada ayat (1), ditentukan berdasarkan

kebutuhan dan beban kerja.

4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut pada ayat (1), diatur berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

III. 2. 5 Susunan Kepegawaian

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan,

jumlah SDM yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Medan adalah sebanyak 1.986

orang dengan komposisi sebagai berikut: 47

47
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Dinas (LPPD) Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2015. hal.
35-36.

Universitas Sumatera Utara


Tabel III. 1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan

No. Kualifikasi Jabatan Jumlah (orang) %


Jabatan Struktural :
1. Kepala Dinas 1 0,05
2. Sekretaris 1 0,05
3. Kepala Bidang 4 0,20
4. Kasi 15 0,75
5. Kepala Puskesmas 39 1,96
6. Kepala UPTD 2 0,10
7. Kepala Tata Usaha 39 1,96
Jumlah 101 orang 5,08
Jabatan Fungsional :
1. Dokter Umum 260 13,09
2. Dokter Gigi 130 6,54
3. Bidan 392 19,73
4. Perawat 546 27,49
5. Apoteker 22 1,1
6. Asisten apoteker 114 5,74
7. Tenaga Gizi/ Nutrisionis 66 3,32
8. Perawat Gigi 69 3,47
9. Sanitarian 36 1,81
10. Analis Laboratorium 82 4,12
11. Tenaga Fisioterapis 1 0,05
12. Penata Rontgen 1 0,05
13. Penyuluh Kes.Masyarakat 133 6,69
Jumlah 1.852 93,25
Non Fungsional (Staf) : 33 1,66

Jumlah 1.986 100

Universitas Sumatera Utara


Tabel III. 2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat / Golongan

No. Pangkat / Golongan Jumlah (orang) %


1. Golongan I 3 0,15
2. Golongan II 431 21,7
3. Golongan III 1.341 67,52
4. Golongan IV 211 10,62

Jumlah 1.986 100

Tabel III.3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jumlah dan Kualifikasi Pendidikan

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah %


1 S-2 Kesehatan 39 1,96
2 Dokter Spesialis 11 0,55
3 Dokter Umum 260 13,09
4 Dokter Gigi 130 6,55
5 Bidan (D1 + D3 + PKE) 392 19,74
6 Perawat (S.Kep+D.IV+D.III+D1+PKC) 546 27,49
7 Tenaga Farmasi ( Apot + AKFAR+ Aspot) 136 6,85
8 Tenaga Gizi (D.IV+ AKZI+SPAG) 66 3,32
9 Tenaga Perawat Gigi ( AKG + SPRG) 69 3,47
10 Tenaga Sanitasi ( AKL + SPPH) 36 1,81
11 Tenaga Analis Lab ( AAK + SMAK) 82 4,13
12 Tenaga Teknisi Medis ( Fisio+APRO) 5 0,25
13 Tenaga Kesehatan Masyarakat ( SKM) 133 6,70
14 LCPK 19 0,96
15 SPPM 0 0,0
16 S.Psi 6 0,30
17 S.Sos 9 0,45

Universitas Sumatera Utara


18 S1. Ekonomi 8 0,40
19 S1. Hukum 4 0,20
20 S1. Teknik 1 0,05
21 S1. Akuntansi 1 0,05
22 SMA 29 1,46
23 SMP 4 0,20
Jumlah 1.986 orang 100

III. 3 Kecamatan Medan Deli

III. 3. 1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Deli

Kecamatan Medan Deli adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di

bagian Utara Wilayah Kota Medan memiliki luaslebih kurang 2.300 Ha. Kecamatan

Medan Deli merupakan pecahan dari Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli

Serdang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1973 tanggal 10 Mei

1973 yang awalnya terdiri dari (5) lima Kelurahan.

Seiring dengan perkembangan penduduk di Kecamatan Medan Deli sesuai

dengan Surat Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara tanggal 19 Oktober

1987 Nomor: 140/4078/K/1987 tentang Pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota

Medan, yang salah satu diantaranya terdapat Kecamatan Medan Deli yaitu Kelurahan

Universitas Sumatera Utara


Tanjung Mulia dan Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, sehingga Kecamatan Medan Deli

menjadi 6 (enam) Kelurahan. 48

Sejak berdiri dari tahun 1973 sampai sekarang, Kecamatan Medan Deli telah

ada 10 (Sepuluh) orang Camat yang memimpin di kecamtan ini. Nama-nama Camat

tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut ini: 49

Tabel. III. 4 Nama Camat yang Memimpin Kecamatan Medan Deli dari Tahun

1973 hingga 2015

No Nama Pejabat Masa Bakti


1 BS. PARLAUNGAN 1974 s/d 1979
2 ZAINAL ARIFIN, BA 1979 s/d 1985
3 DRS. ABDUL CHOLID NASUTION 1985 s/d 1991
4 DRS. ARMEN 1991 s/d 1993
5 CHADIDJAH, BA 1993 s/d 1999
6 DRS. YUSRI RAMADHAN SIREGAR 1999 s/d 2002
7 H. DARWIN SIREGAR, S.Sos 2002 s/d 2009
8 HJ. YUSDARLINA, S.Sos 2009 s/d 2012
9 HENDRA ASMILAN, S.IP 2012 s/d 2014
10 FERY SUHERY,S.Sos 2014 s/d saat ini

48
Iasni Rohana, Skripsi: Peranan Aparatur Pemerintah dalam Peningkatan Pelayanan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) (Studi Pada Kantor Kecamatan Medan Deli), (Medan: Fisip Universitas Sumatera
Utara, 2007), hal 27
49
Kantor Camat Medan Deli, Pada 15 Januari 2016

Universitas Sumatera Utara


III. 3. 2 Letak Geografis & Luas Wilayah Kecamatan Medan Deli

Kecamatan Medan Deli merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang

mempunyai luas sekitar 2, 197 km2 dan berada pada 25,4 Km diatas permukaan laut.

Kecamatan ini memiliki batas-batas dengan: 50

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Labuhan

Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Timur dan Kecamatan Medan Barat

Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

Kecamatan Medan Deli terdiri atas 6 Kelurahan. Hal tersebut dapat kita lihat

pada gambar berikut:

Gambar III.2 Peta Lokasi Kelurahan di Kecamatan Medan Deli

50
Kecamatan Medan Deli Dalam Angka 2013, hal 5

Universitas Sumatera Utara


Secara keseluruhan luas Kecamatan Medan Deli adalah 2,197 km2. Kelurahan

yang terluas adalah Kelurahan Tanjung Mulia dengan luas sekitar 5,13 km2 dan

kelurahan yang mempunyai luas terkecil adalah Kelurahan Kota Bangun dengan luas

2,5 km2.

Berikut ini tabel Kelurahan, Lurah, Luas Wilayah dan jumlah lingkungan di

Kecamatan Medan Deli hingga saat ini, yaitu:

Tabel III. 5 Nama Kelurahan, Lurah, Luas Wilayah dan Jumlah Lingkungan di

Kecamatan Medan Deli

N Kelurahan Nama Lurah Luas Jumlah


o Wilayah Lingkung
(Km2) an
1 Tanjung Mulia Binu Hajar, S.Sos 5, 13 28
2 Tanjung Mulia Hilir Maulana Harahap, S.Sos 3, 25 22
3 Mabar Hilir H. Syahrul, S.Sos 3, 16 12
4 Mabar Amri, S.Sos 4, 56 19
5 Kota Bangun Chairul Amin, S.Sos 2, 50 8
6 Titi Papan Ansari Hasibuan, SSTP 4, 00 16
Jumlah 22,6 105

III. 3. 3 Demografi Kecamatan Medan Deli

Data penduduk merupakan salah satu data pokok dalam perencanaan

pembangunan karena penduduk merupakan objek dan subjek dalam pembangunan.

Universitas Sumatera Utara


Sesuai dengan Laporan Kependudukan Kecamatan Medan Deli Tahun 2012,

jumlah penduduk Kecamatan Medan Deli adalah 170.931 orang penduduk, dimana

penduduk terbanyak berada di Kelurahan Tanjung Mulia yakni sebanyak 34.799

orang. Jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Kota Bangun yakni sebanyak 10.904

orang. Jumlah penduduk yang 170.931 orang tersebut terdiri dari 86.482 orang laki-

laki dan 84.449 orang perempuan. 51

Berikut ini tabel jumlah penduduk yang ada di 6 (enam) Kelurahan di

Kecamatan Medan Deli.

Tabel III. 6 Jumlah Penduduk di 6 (enam) Kelurahan di Kecamatan Medan Deli

Tahun 2012

No Nama Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah


1 Tanjung Mulia 17.424 17.375 34.799
2 Tanjung Mulia Hilir 17.439 17.033 34.472
3 Mabar Hilir 13.764 13.224 26.988
4 Mabar 16.931 16.428 33.359
5 Kota Bangun 5.546 5.358 10.904
6 Titi Papan 15.378 15.031 30.409
Medan Deli 86.482 84.449 170.931

Kecamatan Medan Deli bila dilihat dari segi mata pencahariannya, maka

sebagian besar penduduknya adalah Pegawai Swasta dengan jumlah 22.130 orang dan

51
Kecamatan Medan Deli Dalam Angka 2013, hal. 19

Universitas Sumatera Utara


mata pencaharian lainnya seperti Pegawai Negeri, ABRI, Petani, Nelayan, Pedagang,

dan Pensiunan.

III. 3. 4 Potensi Daerah Kecamatan Medan Deli

Kecamatan Medan Deli merupakan salah satu kecamatan di kota Medan

dengan luas wilayahnya sekitar 2.197 km2. Dimana kecamatan Medan Deli ini

merupakan daerah kawasan industri dan pergudangan di kota Medan.

Di Kecamatan Medan Deli ini terdapat potensi wilayah berupa Kawasan

Industri Medan (KIM). Dimana perusahaan-perusahaan industri di Kecamatan Medan

Deli ini lebih di dominasi oleh industri besar sedang. Tercatat pada tahun 2012

terdapat 54 industri besar sedang, 48 industri kecil dan 65 industri rumah tangga.52

Dengan keberadaan perusahaan-perusahaan industri di KIM ini dapat mendukung

kota Medan sebagai kota Industri dan Jasa serta dapat mengurangi pengangguran di

kota Medan.

52
Kecamatan Medan Deli Dalam Angka 2013, hal. 51

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PENYAJIAN DATA

Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan, maka

diperoleh data yang terdapat kaitannya dengan Proses Implementasi Peraturan Daerah

Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Data yang

diperoleh selama penelitian disajikan dalam bentuk analisis data dan dengan

menggunakan tabel frekuensi yang kemudian akan diinterpretasikan.

Penyajian data didapatkan melalui hasil wawancara, penyebaran kuesioner

yang dijawab oleh responden dan juga hasil dari data-data sekunder. Pihak-pihak

yang diwawancarai sebanyak delapan (8) orang yaitu dengan Kepala Bidang PMK

(Pengendalian Masalah Kesehatan) dan pegawai yang menangani tentang Kawasan

Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kota Medan, dari LSM Pusaka Indonesia yakni

Manager Divisi Perlindungan Kesehatan, dari Kantor Camat Medan Deli yakni

Sekretaris Camat Medan Deli, serta empat (4) orang masyarakat Kecamatan Medan

Deli yang merupakan perokok aktif. Peneliti juga mengambil sebanyak enam puluh

(60) orang responden yang berasal dari masyarakat di Kecamatan Medan Deli.

Adapun data-data yang disajikan terdiri dari 2 bagian, yaitu data identitas

informan dan data hasil penelitian. Data-data tersebut disajikan sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara


IV. 1 Karakteristik Informan

Penyajian data karakteristik informan bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-

ciri khusus yang dimiliki informan, sehingga memudahkan penulis dalam

mengadakan analisis penelitian. Karakteristik informan dapat dilihat di bawah ini:

IV. 1. 1 Identitas Informan Kunci

Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Berikut adalah identitas informan

kunci dalam penelitian:

1. Ibu Masrita Tiominar A. L. Tobing, SKM, M.Kes, Kepala Bidang PMK

(Pengendalian Masalah Kesehatan) Dinas Kesehatan Kota Medan.

2. Ibu dr. Helena Rugun N. Nainggolan, M.KT, Pengelola Program PTM (Penyakit

Tidak Menular) Dinas Kesehatan Kota Medan.

IV. 1. 2 Identitas Informan Utama

Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial

yang diteliti. Mereka adalah masyarakat kota Medan yang tinggal di Kecamatan

Medan Deli. Berikut ini adalah hasil data mengenai identitas informan utama dalam

penelitian ini, yakni enam puluh (60) orang responden disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi dan empat (4) orang melalui wawancara:

Universitas Sumatera Utara


IV. 1. 2. 1 Identitas Informan Utama berdasarkan Kuesioner

Berikut ini adalah hasil data mengenai identitas informan utama dalam

penelitian melalui hasil kuesioner yang merupakan masyarakat yang tidak merokok,

yang disajikan dalam bentuk tabel frekuensi:

Tabel IV. 1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Orang Persentase (%)


Laki-laki 34 56,66
Perempuan 26 43,33
Jumlah 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Dari data kuesioner yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa informan

penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 60 orang yang terdiri dari 34

orang laki-laki (56,66%) dan 26 orang perempuan (43,33%).

Tabel IV. 2 Identitas Informan Berdasarkan Usia

Kelompok Umur Jumlah Orang Persentase (%)


15 – 19 9 15,00
20 – 24 26 43,33
25 – 29 9 15,00
30 – 34 5 8,33
35 – 39 5 8,33
40 – 44 3 5,00
45 – 49 3 5,00
Jumlah 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


Pada awalnya penulis menetapkan usia informan antara 15 tahun sampai 64

tahun karena pada usia 15 tahun sampai 64 tahun dianggap sebagai usia produktif.

Namun setelah menyebarkan kuesioner, hasil data usia yang di peroleh hanya sampai

usia 49 tahun. Sehingga penjelasan dalam tabel hanya sampai usia 49 tahun. Jika

dilihat dalam tabel, persentase umur informan yang terbesar yaitu pada usia 20-24

tahun yaitu sebanyak 26 orang atau sekitar 43,33% dari 60 informan yang ada.

Tabel IV. 3 Identitas Informan Berdasarkan Tempat Tinggal atau Kelurahan

Kelurahan Jumlah Orang Persentase (%)


Tanjung Mulia 10 16,66
Tanjung Mulia Hilir 10 16,66
Mabar Hilir 10 16,66
Mabar 10 16,66
Kota Bangun 10 16,66
Titi Papan 10 16,66
Jumlah 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Dari data kuesioner yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa informan

penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 60 orang yang terdiri dari 10

orang dari setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Deli yang terdiri dari 6

kelurahan. Peneliti menetapkan masing-masing 10 orang dari setiap kelurahan agar

dapat mewakili dari semua kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Deli tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel IV. 4 Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan

Kategori Pekerjaan Jumlah Orang Persentase (%)


Wiraswasta 9 15,00
Pegawai Negeri Sipil 1 1,66
Ibu Rumah Tangga 3 5,00
Pegawai Swasta/BUMN 1 1,66
Pelajar/Mahasiswa 19 31,66
Buruh 24 40,00
Lainnya 3 5,00
Jumlah 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa informan penelitian memiliki

pekerjaan yang bermacam-macam. Dari persentase tersebut terlihat bahwa informan

yang terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai buruh yaitu 24 orang atau sekitar

40,00%. Kemudian diikuti oleh pelajar/mahasiswa 19 orang atau 31,66%, wiraswasta

9 orang atau 15,00%, ibu rumah tangga 3 orang atau 5,00%, lainnya 3 orang atau

5,00%, yang dimaksud dengan informan dengan pekerjaan lainnya adalah mereka

yang bekerja sebagai SPG, tukang becak dan tidak bekerja. Kemudian diikuti oleh

PNS 1 orang atau 1,66% dan pegawai swasta/BUMN 1 orang juga atau 1,66%.

Tabel IV. 5 Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Penghasilan Per Bulan

Tingkat Penghasilan (Rp) Jumlah Orang Persentase (%)


0 - 1.000.000 21 35,00
1.100.000 - 2.000.000 9 15,00
2.100.000 - 3.000.000 23 38,33
3.100.000 - 4.000.000 7 11,66

Universitas Sumatera Utara


Jumlah 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Penulis menetapkan tingkat penghasilan mulai dari 0 rupiah karena informan

yang terlibat dalam penelitian ini ada juga dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang

belum berpenghasilan. Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa informan penelitian

memiliki tingkat penghasilan yang bervariasi. Dari persentase tersebut terlihat bahwa

informan yang mempunyai penghasilan Rp.2.100.000 - Rp.3.000.000 merupakan

informan terbanyak, yakni 23 orang atau sekitar 38,33%.

Tabel IV. 6 Identitas Informan Berdasarkan Etnis/Suku

Etnis/Suku Jumlah Orang Persentase (%)


Melayu 5 8,33
Jawa 42 70,00
Batak Toba 5 8,33
Batak Karo 2 3,33
Mandailing 4 6,66
Minangkabau 2 3,33
Jumlah 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa informan penelitian memiliki

etnis/suku yang bermacam-macam. Dari persentase tersebut terlihat bahwa informan

yang terbanyak berasal dari suku Jawa, yaitu 42 orang atau 70,00%. Kemudian diikuti

oleh suku Melayu dan Batak Toba yang masing-masing 5 orang atau sekitar 8,33%.

Universitas Sumatera Utara


Suku Mandailing 4 orang atau sekitar 6,66%, serta diikuti oleh suku Batak Karo dan

Minangkabau yang masing-masing 2 orang atau sekitar 3,33%.

IV. 1. 2. 2 Identitas Informan Utama berdasarkan Wawancara

Berikut adalah identitas informan utama dalam penelitian melalui hasil

wawancara dengan masyarakat yang merupakan perokok aktif, yakni:

1. Bapak M. Jati, yang merupakan masyarakat yang tinggal di Jalan Mangan Satu,

Lingkungan VIII, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli. Beliau bekerja

sebagai seorang wiraswasta dan merupakan suku Minangkabau.

2. Bapak Parlindungan Lubis, yang merupakan masyarakat yang tinggal di Jalan

Kawah Satu, Lingkungan VII, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan

Deli. Beliau bekerja sebagai seorang wiraswasta dan merupakan suku Mandailing.

3. Bapak Supriadi, yang merupakan masyarakat yang tinggal di Jalan Aluminium

Raya, Lingkungan II, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli. Beliau

bekerja sebagai seorang tukang becak dan merupakan suku Jawa.

4. Bapak Septian Dwi Cahyo, yang merupakan masyarakat yang tinggal di Jalan

Pasar III, Lingkungan XI, Kelurahan Mabar Hilir, Kecamatan Medan Deli. Beliau

bekerja sebagai seorang buruh dan merupakan suku Jawa.

Universitas Sumatera Utara


IV. 1. 3 Identitas Informan Tambahan

Informan Tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi

tambahan terkait dengan apa yang sedang di teliti. Berikut adalah identitas informan

tambahan dalam penelitian ini yakni:

1. Abangda OK. Syahputra Harianda, Manager Divisi Perlindungan Kesehatan LSM

Pusaka Indonesia.

2. Bapak Irfan Asardi Siregar, S.Sos, Sekretaris Camat Medan Deli.

IV. 2 Penyajian Data tentang Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota

Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok

IV. 2. 1 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Informan Kunci

Penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Medan selama ± 3 bulan.

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan

penelitian, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti, yang pertama penelitian

diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen tertulis, profil Dinas Kesehatan Kota

Medan dan data lain yang berkaitan dengan Dinas Kesehatan Kota Medan. Kedua,

peneliti melakukan wawancara kepada informan kunci sebanyak dua orang yaitu

dengan Kepala Bidang PKM (Pengendalian Masalah Kesehatan) Kota Medan, dan

pegawai yang menangani tentang penerapan Peraturan Daerah Kota Medan tentang

Universitas Sumatera Utara


Kawasan Tanpa Rokok. Ketiga, peneliti melakukan dokumentasi foto, melihat

kondisi dan keadaan Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan tersebut.

Tipe wawancara yang dipilih peneliti yaitu wawancara terstruktur dimana

sebelum memulai wawancara terlebih dahulu peneliti menyusun daftar pertanyaan

yang hendak diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun jelas berhubungan

dengan proses Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3

Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Namun di dalam prosesnya sendiri

peneliti tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru

yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

Adapun variabel yang digunakan untuk menganalisis proses implementasi

kebijakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari

atas ke bawah maupun sebaliknya, antar bagian dalam organisasi maupun kepada

eksternal organisasi. Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar

implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan

sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group)

sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.

Menurut informan, proses sosialisasi antar bagian dalam organisasi Dinas

Kesehatan Kota Medan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Kawasan

Universitas Sumatera Utara


Tanpa Rokok di Kota Medan sudah dilakukan dengan baik. Berikut dengan keluarnya

Perda Nomor 3 Tahun 2014 maka atas arahan dari Kepala Dinas Kesehatan, Kepala

Bidang PMK (Pengendalian Masalah Kesehatan dan pegawai yang menangani

tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok sudah melakukan sosialisasi, penyuluhan di

masing-masing bidang baik itu dalam rapat para kabid, rapat para kepala seksi, dan

pertemuan-pertemuan lainnya.

Melalui kepala bidang masing-masing juga memberitahukan lagi ke

anggotanya masing-masing untuk menyikapi Perda Nomor 3 ini. Artinya, sebenarnya

Dinas Kesehatan dari satu sisi bukan pelayanan, tetapi karena Dinas Kesehatan yang

menginisiasi Perda KTR ini ada baiknya Dinas Kesehatan yang memberi contoh. Hal

itu sudah terlaksana dan sudah terimplementasi. Jadi tidak ada lagi merokok

khususnya staf dan pegawai di Dinas Kesehatan yang di area Kawasan Tanpa Rokok.

Kalaupun staf dan pegawai ingin merokok harus di bawah pohon dan bukan di

Kawasan Tanpa Rokok.

Untuk sosialisasi kepada Dinas lain dan kecamatan di kota Medan, Dinas

Kesehatan juga sudah melakukan ini baik melalui Surat Edaran yang dibuat oleh

Sekda untuk penegakan Perda KTR ini dan melalui Ibu Kepala Dinas, ketika ada

rapat-rapat koordinasi yang tentunya menyampaikan ini ke Kepala Dinas lain, SKPD

lain bahwa Kota Medan sudah mempunyai Perda Nomor 3 tentang KTR ini. Dinas

kesehatan juga pernah beberapa kali membuat pertemuan khusus dengan SKPD.

SKPD pun diharapkan akan menurunkan informasinya ke bawah, ke anggotanya

Universitas Sumatera Utara


masing-masing. Dinas Kesehatan juga bekerja sama dengan PT.KA, bekerja sama

dengan Dinas Kesehatan provinsi, dengan Kemenkes.

Dinas Kesehatan juga sudah membentuk FGD (Focus Group Discussion)

sesudah maupun sebelum keluarnya Perda ini baik dia per SKPD, per kantor maupun

per kawasan. Mereka mengundang tokoh agama, sekolah-sekolah, angkutan-angkutan

umum, pemilik-pemilik hotel atau mall dan perwakilan dari ke tujuh Kawasan Tanpa

Rokok tersebut. Dimana proses sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok ini

dilakukan bersamaan dengan semua perwakilan ke tujuh Kawasan Tanpa Rokok

tersebut. Karena jika bicaranya per fokus-fokus seperti kesehatan, agama, sekolah,

angkutan umum dan sarana fasilitas yang lain akan butuh waktu. Selain itu jika

mereka dikumpulkan bersamaan, mereka bisa saling control satu sama lain dan

diharapkan setiap perwakilan dari kawasan tersebut akan menerapkan Perda KTR ini

di kawasannya masing-masing.

Selain melalui unit organisasi yang sudah terstruktur dan kepada SKPD lain,

komunikasi terhadap target group atau kelompok sasaran juga sangat penting

dilakukan. Dinas Kesehatan juga selalu memberikan penyuluhan kepada masyarakat

dengan berkoordinasi dengan kecamatan. Dimana salah satu kegiatan dari

implementasi Perda KTR ini didukung oleh anggaran yang ada di APBD. Di APBD

2015 ada satu mata anggaran yang namanya sosialisasi Perda HIV dan KTR. Dimana

Dinas Kesehatan mengundang 100 orang per kecamatan yang dikumpulkan oleh

Puskesmas dan Camat setempat yang terdiri dari beberapa orang perwakilan dari

tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Selain itu, Puskesmas juga selalu memberikan

Universitas Sumatera Utara


sosialisasi tentang Kawasan Tanpa Rokok ini kepada masyarakat setiap kali

Puskesmas melakukan kegiatan lokakarya mini. Jadi merekalah sebagai perwakilan

Dinas Kesehatan untuk menyebarkan lagi ke masyarakat di wilayah kerja masing-

masing baik itu ke sekolah, ke kantor lurah, kantor camat, fasilitas kesehatan, fasilitas

pendidikan, tempat-tempat umum dan seluruh tempat yang merupakan Kawasan

Tanpa Rokok.

Informan menambahkan bahwa sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat

kota Medan tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok dilakukan secara

berkesinambungan. Dinas Kesehatan mempunyai program penyuluhan atau promosi

kesehatan. Dimana penyuluhan atau promosi kesehatan ini tidak hanya berfokus

untuk sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok saja tetapi bersamaan dengan program

lainnya. Selain itu, tidak ada jadwal khusus untuk sosialisasi Perda KTR karena

masih banyak program lain yang harus disampaikan dan semua program tersebut

dibuat secara terpadu. Tetapi yang namanya jadwal mini lokakarya Puskesmas

dengan kecamatan itu per 3 bulan sekali. Kegiatan tersebut sudah rutin dilakukan,

jadi mereka ada 4 kali setahun pertemuan di kecamatan untuk menyampaikan

program-program.

Adapun bentuk-bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

kepada masyarakat seperti memberikan penyuluhan, membuat stiker-stiker, brosur,

membuat spanduk walaupun masih bertahap dalam setiap tahunnya. membuat

billboard (papan reklame besar di jalan), memasang rolling banner elektrik di

tempat-tempat strategis. Bahkan ada radio spot, dimana pada tahun 2014 lalu Dinas

Universitas Sumatera Utara


Kesehatan pernah membuat siaran melalui radio, talkshow, serta kegiatan talkshow di

televisi seperti di TVRI dan DAI TV.

Beberapa waktu lalu pernah juga datang bupati dari Ponorogo untuk

memberikan motivasi kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. Selain itu juga pernah

datang Kepala Dinas Kesehatan Bogor yang sudah berhasil dalam menjalankan Perda

KTR tersebut untuk memberikan contoh bagaimana penegakan yang sebagusnya.

B. Sumber Daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya yang

dibutuhkan dalam proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3

tentang Kawasan Tanpa Rokok terdiri dari sumber daya manusia, finansial dan

fasilitas.

a. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan keterangan informan, sumber daya manusia yang dimiliki oleh

Dinas Kesehatan Kota Medan sudah cukup mampu untuk melaksanakan kebijakan

tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada. Namun, hal yang harus

diketahui bahwa dalam mengimplementasikan Perda Kawasan Tanpa Rokok tersebut

tidak dilaksanakan sendiri oleh Dinas Kesehatan. Dalam Perda KTR tersebut

dikatakan bahwa dalam implementasinya dilaksanakan oleh SKPD terkait dengan ke

tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut dan Dinas Kesehatan sebagai koordinatornya.

Universitas Sumatera Utara


Maka ketika ingin melihat implementasi Perda KTR ini, dibentuk dulu SK

Tim Pemantau KTR tersebut. Dimana SK Tim Pemantau ini tidak di internal Dinas

Kesehatan, namun berada di tingkat pemerintah kota. Artinya di SK kan oleh

Walikota Medan. Jadi Dinas Kesehatan hanya sebatas mengingatkan kepada SKPD

bahwa Kota Medan sudah mempunyai Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok, agar

merokok di tempatnya dan tidak merokok di area pelayanan. Namun, sampai saat ini

SK tersebut masih dalam tahap penyempurnaan dan pengesahan di Pemko Medan dan

belum sampai kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. 53 Tetapi dalam tingkat internal,

Dinas Kesehatan juga selalu mengingatkan tentang Perda KTR tersebut baik di apel

pagi, dipertemuan rutin, serta di kesempatan-kesempatan lain.

b. Sumber Daya Finansial

Informan menyatakan bahwa dana yang digunakan dalam proses

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tentang Kawasan

Tanpa Rokok berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota

Medan, tepatnya sudah tercantum di dalam APBD. Baik itu pada APBD tahun 2015

yakni ketika Perda ini masih dalam tahap sosialisasi dan pada tahun 2016 ini juga

sedang dianggarkan untuk tahap implementasinya. Namun selain dana APBD, dalam

proses implementasi Perda KTR ini juga dibantu dana DBHCHT (Dana Bagi Hasil

Cukai Hasil Tembakau) dari pusat yang digunakan untuk sebagian sosialisasi.

53
Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang PMK Dinas Kesehatan Kota Medan, Pada tanggal 26
Januari 2016.

Universitas Sumatera Utara


Namun karena Perda ini baru keluar dalam dua tahun ini. Jadi dana yang

keluar untuk penerapan Perda Kawasan Tanpa Rokok ini juga masih bertahap. Selain

APBD dan dana DBHCHT, dalam penegakan Perda ini nantinya juga akan dibantu

oleh dana dari pajak rokok karena memang prioritas dana yang dikeluarkan oleh

pemerintah dari dana DBHCHT dan pajak rokok ini untuk kabupaten/kota yang

mempunyai Perda KTR.

Dana untuk sosialisasi Perda tentang Pencegahan dan Penanggulangan

HIV/AIDS dan Kawasan Tanpa Rokok itu digabungkan. Dimana dana sosialisasinya

di tahun 2015 lalu sekitar Rp.281.400.000. Di tahun 2016, Dinas Kesehatan Kota

Medan juga sudah usulkan dana untuk implementasi Perda KTR ini yakni sekitar

Rp.475.650.000. Dimana dana itu nantinya akan digunakan untuk pembuatan media

promosi, baliho, poster, perjalanan dinas, dana untuk menggerakkan Tim Pemantau

dan kebutuhan-kebutuhan lain untuk penerapan Perda KTR tersebut.

c. Fasilitas

Menurut keterangan informan, untuk saat ini sarana dan prasarana itu belum

memadai dan masih hanya sebatas alat bantu alat tulis saja seperti stiker, brosur,

spanduk, billboard dan rolling banner elektrik serta pendistribusian buku Perda dan

Perwal tentang Kawasan Tanpa Rokok. Jika daerah lain seperti Bogor yang sudah

mempunyai mobil seperti tempat sidang itu, Kota Medan belum mampu menyiapkan

hal tersebut. Sampai saat ini hal tersebut masih sebatas pemikiran dan wacana saja.

Untuk Tim Pemantau Kawasan Tanpa Rokok juga baru tahun ini (2016) akan mereka

anggarkan. Serta sosialisasi juga masih harus ditingkatkan terlebih dahulu.

Universitas Sumatera Utara


Pegawai yang menangani tentang Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan

Kota Medan menambahkan bahwa, sekarang di Puskesmas mereka juga sudah

menyediakan klinik UBM (Upaya Berhenti Merokok), membuat blangko dan

pelaporannya, melakukan pelatihan kepada pihak Puskesmas bagaimana

menganalisanya, bagaimana melakukan totok anti rokok dan konseling untuk

masyarakat yang ingin berhenti merokok.

C. Disposisi

Disposisi implementor adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor, seperti pemahaman, komitmen, persepsi, respon dan tindakan yang

akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Pemahaman

serta dukungan terhadap kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun

2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini sangat ditunjukan oleh para pegawai Dinas

Kesehatan Kota Medan.

Menurut informan kunci, respon atau sikap implementor terhadap hadirnya

kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan

Tanpa Rokok adalah baik dan sangat mendukung. Informan sangat mengapresiasi

sekali dan sangat senang dengan keluarnya Perda Kawasan Tanpa Rokok ini. Karena

memang setiap warga Negara mempunyai hak asasi untuk hidup dengan kualitas

udara yang baik dan mendapatkan udara yang bersih dan sehat.

Universitas Sumatera Utara


Informan menambahkan bahwa Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok ini

baik. Karena Perda ini tidak melarang orang untuk merokok, tetapi kita menjaga

orang yang tidak merokok itu agar tidak menghirup udara yang tidak sehat dan

kesehatannya tetap terjaga. Perda ini hanya mengatur secara sosial dimana orang

boleh merokok dan dimana yang tidak boleh merokok.

Adapun tindakan-tindakan yang informan lakukan untuk mendukung

implementasi Perda KTR ini adalah sebagai Kepala Bidang melakukan sosialisasi

kepada bidang lain dan pegawai di internal bidangnya sendiri dan melakukan

peneguran-peneguran kepada pegawainya, melakukan pengusulan anggaran,

kemudian menjalin kerja sama dengan yayasan yang bisa membantu dalam penerapan

Perda ini, yakni dengan LSM Pusaka Indonesia. Serta kerja sama dengan Pemko

Medan untuk mengapresiasi tempat-tempat kawasan yang sudah memberlakukan

KTR.

D. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi

ini mencakup dua hal penting, pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi

pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan

melalui standar operating procedures atau SOP yang dicantumkan dalam guideline

program/kebijakan. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

Universitas Sumatera Utara


Menurut informan dari hasil lapangan di Dinas Kesehatan Kota Medan,

struktur birokrasi untuk penerapan Perda Kawasan Tanpa Rokok ini tidak hanya dari

Dinas Kesehatan semata, tetapi ada juga dari SKPD yang ada di Kota Medan. Hal itu

disebut sebagai Tim Pemantau KTR. Namun, berdasarkan keterangan informan SK

Tim Pemantau tersebut baru diterima dari Pemko. Sehingga penganggaran dana untuk

Tim Pemantau juga baru akan dimulai tahun 2016 ini. 54 Tetapi untuk internal Dinas

Kesehatan sendiri, Perda KTR ini sudah diterapkan. Sesudah Perda ini keluar maka

berdasarkan arahan Ibu Kepala Dinas agar masing-masing Kepala Bidang itu

melakukan pembinaan internal. Tidak terlepas dari bidang PMK (Pengendalian

Masalah Kesehatan) juga karena bidang PMK yang telah menginisiasi Perda KTR

tersebut.

Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pelaksanaan Peraturan Daerah

Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut

sebenarnya di mulai dari pada menginisiasi Perda ini sendiri. Dimulai dengan

persuasif ke pengambil-pengambil keputusan, ke dewan. Kemudian setelah Perda

dan Perwal KTR ini disahkan maka untuk 1 (satu) tahun pertama implementasi Perda

dan Perwal KTR di Kota Medan, sasaran utamanya adalah tersosialisasikannya Perda

KTR yang bersifat preventif. SOP nya sudah bagus, dan itu merupakan landasan

dasar Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melaksanakan Peraturan Daerah tentang

Kawasan Tanpa Rokok ini.

54
Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang PMK Dinas Kesehatan Kota Medan, Pada tanggal 5 Maret
2016.

Universitas Sumatera Utara


IV. 2. 2 Deskripsi dengan Informan Utama

Berikut ini akan di paparkan deskriptif data kuesioner dan deskripsi hasil

wawancara dengan informan utama, yakni masyarakat Kota Medan yang tinggal di

Kecamatan Medan Deli. Dimana penelitian ini dilakukan selama ± 3 bulan di

Kecamatan Medan Deli, bersamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan di

Dinas Kesehatan Kota Medan. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk

menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti, yang

pertama penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen tertulis, profil

Kecamatan Medan Deli dan data lain yang berkaitan dengan Kecamatan Medan Deli.

Kedua, peneliti melakukan kegiatan penyebaran kuesioner kepada enam puluh (60)

orang masyarakat di 6 Kelurahan di Kecamatan Medan Deli. Ketiga, peneliti

melakukan wawancara kepada empat (4) orang masyarakat yang tinggal di

Kecamatan Medan Deli. Keempat, peneliti melakukan dokumentasi foto.

IV. 2. 2. 1 Deskriptif Data Kuesioner

A. Komunikasi

Tabel IV. 7 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pengetahuan tentang Perda

KTR

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Mengetahui 1 1,66
Cukup Mengetahui 2 3,33

Universitas Sumatera Utara


Mengetahui 1 1,66
Kurang Mengetahui 14 23,33
Tidak Mengetahui 42 70,00
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 7 diatas diketahui bahwa sebanyak 1 orang informan

(1,66%) menyatakan bahwa sangat mengetahui tentang adanya Peraturan Daerah

Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, 2 orang informan

(3,33%) menyatakan cukup mengetahui tentang Perda KTR, 1 orang informan

(1,66%) menyatakan mengetahui tentang Perda KTR, dan 14 orang informan

(23,33%) menyatakan kurang mengetahui serta 42 orang informan (70,00%)

menyatakan tidak mengetahui tentang adanya Perda KTR.

Tabel IV. 8 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pemahaman tentang Perda

KTR

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Mengerti 1 1,66
Cukup Mengerti 2 3,33
Mengerti 2 3,33
Kurang Mengerti 15 25,00
Tidak Mengerti 40 66,66
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 8 diatas diketahui bahwa sebanyak 1 orang informan

(1,66%) menyatakan bahwa sangat mengerti maksud dari Peraturan Daerah Kota

Universitas Sumatera Utara


Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, 2 orang informan

(3,33%) menyatakan cukup mengerti maksud dari Perda KTR, 2 orang informan

(3,33%) menyatakan mengerti maksud dari Perda KTR, 15 orang informan (25,00%)

menyatakan kurang mengerti maksud dari Perda KTR dan 40 orang informan

(66,66%) menyatakan tidak mengerti maksud dari Perda KTR.

Tabel IV. 9 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Intensitas Sosialisasi

tentang Perda KTR

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Sering 2 3,33
Cukup Sering 1 1,66
Sering 2 3,33
Jarang 18 30,00
Tidak Pernah 37 61,66
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 9 diatas diketahui bahwa sebanyak 2 orang informan

(3,33%) menyatakan bahwa sosialisasi tentang Peraturan Daerah Kota Medan Nomor

3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok sangat sering dilakukan, 1 orang

informan (1,66%) menyatakan bahwa sosialisasi cukup sering dilakukan, 2 orang

informan (3,33%) menyatakan bahwa sosialisasi sering dilakukan, dan 18 orang

informan (30,00%) menyatakan bahwa sosialisasi jarang dilakukan serta 37 orang

informan (61,66%) menyatakan bahwa sosialisasi tidak pernah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


B. Sumber Daya

Tabel IV. 10 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Penyampaian Sosialisasi

Perda KTR yang Dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Memuaskan 1 1,66
Cukup Memuaskan 2 3,33
Memuaskan 2 3,33
Kurang Memuaskan 8 13,33
Tidak Memuaskan 47 78,33
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 10 diatas diketahui bahwa sebanyak 1 orang informan

(1,66%) menyatakan bahwa penyampaian sosialisasi Perda KTR yang dilakukan oleh

Dinas Kesehatan Kota Medan sangat memuaskan, 2 orang informan (3,33%)

menyatakan bahwa sosialisasi yang dilakukan cukup memuaskan, 2 orang informan

(3,33%) menyatakan bahwa sosialisasi yang dilakukan memuaskan, 8 orang informan

(13,33%) menyatakan bahwa sosialisasi yang dilakukan kurang memuaskan dan 47

orang informan (78,33%) menyatakan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kota Medan tidak memuaskan.

Tabel IV. 11 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Penyampaian Sosialisasi

Perda KTR yang Dilakukan oleh Pegawai Puskesmas

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Memuaskan 1 1,66

Universitas Sumatera Utara


Cukup Memuaskan - -
Memuaskan 1 1,66
Kurang Memuaskan 4 6,66
Tidak Memuaskan 54 90,00
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 11 diatas diketahui bahwa sebanyak 1 orang informan

(1,66%) menyatakan bahwa penyampaian sosialisasi Perda KTR yang dilakukan oleh

pegawai Puskesmas sangat memuaskan, 1 orang informan (1,66%) menyatakan

bahwa sosialisasi yang dilakukan memuaskan, 4 orang informan (6,66%) menyatakan

bahwa sosialisasi yang dilakukan kurang memuaskan dan 54 orang informan

(90,00%) menyatakan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh pegawai Puskesmas

tidak memuaskan.

Tabel IV. 12 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Intensitas Fasilitas yang

Mereka Lihat untuk Pelaksanaan Perda KTR

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Sering 1 1,66
Cukup Sering 3 5,00
Sering 17 28,33
Jarang 12 20,00
Tidak Pernah 27 45,00
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Tabel IV. 12 diatas diketahui bahwa sebanyak 1 orang informan

(1,66%) menyatakan bahwa sangat sering melihat fasilitas yang digunakan untuk

penerapan Perda KTR, 3 orang informan (5,00%) menyatakan cukup sering melihat

fasilitas yang digunakan untuk penerapan Perda KTR, 17 orang informan (28,33%)

menyatakan sering melihat fasilitas yang digunakan untuk penerapan Perda KTR, 12

orang informan (20,00%) menyatakan jarang melihat fasilitas yang digunakan untuk

penerapan Perda KTR dan 27 orang informan (45,00%) menyatakan tidak pernah

melihat fasilitas yang digunakan untuk penerapan Perda KTR. Fasilitas yang

dimaksud disini adalah brosur, stiker, selebaran, papan pengumuman, baliho dan

tempat khusus merokok serta fasilitas lain untuk penerapan Perda KTR ini.

C. Disposisi

Tabel IV. 13 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Sikap Pegawai yang

Mensosialisasikan Perda KTR

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Baik 2 3,33
Cukup Baik 3 5,00
Baik 35 58,33
Kurang Baik 6 10,00
Tidak Baik 14 23,33
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Tabel IV. 13 diatas diketahui bahwa sebanyak 2 orang informan

(3,33%) menyatakan bahwa sikap pegawai yang ditunjukkan ketika melakukan

sosialisasi Perda KTR sangat baik, 3 orang informan (5,00%) menyatakan sikap yang

ditunjukkan cukup baik, 35 orang informan (58,33%) menyatakan sikap yang

ditunjukkan pegawai baik, 6 orang informan (10,00%) menyatakan sikap yang

ditunjukkan kurang baik dan 14 orang informan (23,33%) menyatakan sikap yang

ditunjukkan pegawai tidak baik.

Tabel IV. 14 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Komitmen Pegawai yang

Mensosialisasikan Perda KTR

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Berkomitmen 3 5,00
Cukup Berkomitmen 4 6,66
Berkomitmen 26 43,33
Kurang Berkomitmen 16 26,66
Tidak Berkomitmen 11 18,33
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 14 diatas diketahui bahwa sebanyak 3 orang informan

(5,00%) menyatakan bahwa pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR sangat

berkomitmen, 4 orang informan (6,66%) menyatakan bahwa pegawai yang

mensosialisasikan Perda KTR cukup berkomitmen, 26 orang informan (43,33%)

menyatakan bahwa pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR berkomitmen, 16

orang informan (26,66%) menyatakan bahwa pegawai yang mensosialisasikan Perda

Universitas Sumatera Utara


KTR kurang berkomitmen dan 11 orang informan (18,33%) menyatakan bahwa

pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR tidak berkomitmen.

D. Struktur Birokrasi

Tabel IV. 15 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kesesuaian Kerja dengan

Prosedur Kerja Dinas Kesehatan Kota Medan

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Sesuai - -
Cukup Sesuai - -
Sesuai 2 3,33
Kurang Sesuai 6 10,00
Tidak Sesuai 52 86,66
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 15 diatas diketahui bahwa sebanyak 2 orang informan

(3,33%) menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota

Medan sangat sesuai dengan prosedur kerjanya, 6 orang informan (10,00%)

menyatakan kurang sesuai dengan prosedur kerjanya dan 52 orang informan (86,66)

menyatakan tidak sesuai dengan prosedur kerjanya. Adapun prosedur kerja yang

dimaksud adalah dimana dalam SOP nya dikatakan bahwa dalam satu tahun pertama

setelah Perda KTR keluar, maka harus di sosialisasikan secara maksimal. Namun

masyarakat menilai belum demikian adanya.

Universitas Sumatera Utara


Tabel IV. 16 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Tepatkah Tindakan

Pemerintah dengan Dibentuknya Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Tepat 2 3,33
Cukup Tepat 2 3,33
Tepat 25 41,66
Kurang Tepat 13 21,66
Tidak Tepat 18 30,00
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 16 diatas diketahui bahwa sebanyak 2 orang informan

(3,33%) menyatakan bahwa tindakan pemerintah dengan dibentuknya Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok sangat

tepat, 2 orang informan (3,33%) menyatakan cukup tepat, 25 orang informan

(41,66%) menyatakan tepat, 13 orang informan (21,66%) menyatakan kurang tepat,

dan 18 orang informan (30,00%) menyatakan tidak tepat.

Tabel IV. 17 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pengetahuan tentang

Instansi apa saja yang Bertugas Mensosialisasikan Perda KTR

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Mengetahui - -
Cukup Mengetahui 1 1,66
Mengetahui 2 3,33
Kurang Mengetahui 11 18,33

Universitas Sumatera Utara


Tidak Mengetahui 46 76,66
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 17 diatas diketahui bahwa sebanyak 1 orang informan

(1,66%) menyatakan cukup mengetahui tentang instansi apa saja yang bertugas untuk

mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok, 2 orang informan (3,33%) menyatakan mengetahui instansi

apa saja yang bertugas mensosialisasikan Perda KTR, 11 orang informan (18,33%)

menyatakan kurang mengetahui instansi apa saja yang bertugas mensosialisasikan

Perda KTR, dan 46 orang informan (76,66%) menyatakan tidak mengetahui instansi

apa saja yang bertugas mensosialisasikan Perda KTR.

E. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Tabel IV. 18 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Persepsi Masyarakat

dengan adanya Perda KTR

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Setuju 33 55,00
Cukup Setuju 6 10,00
Setuju 20 33,33
Kurang Setuju 1 1,66
Tidak Setuju - -
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Tabel IV. 18 diatas diketahui bahwa sebanyak 33 orang informan

(55,00%) menyatakan bahwa masyarakat sangat setuju dengan adanya Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut, 6

orang informan (10,00%) menyatakan bahwa masyarakat cukup setuju dengan

adanya Perda KTR, 20 orang informan (33,33%) menyatakan bahwa masyarakat

setuju dengan adanya Perda KTR dan 1 orang informan (1,66%) menyatakan bahwa

masyarakat kurang setuju dengan adanya Perda KTR.

Tabel IV. 19 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Dukungan Pedagang

Rokok tentang Perda KTR

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Mendukung 21 35,00
Cukup Mendukung 5 8,33
Mendukung 16 26,66
Kurang Mendukung 13 21,66
Tidak Mendukung 5 8,33
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 19 diatas diketahui bahwa sebanyak 21 orang informan

(35,00%) menyatakan bahwa pedagang rokok sangat mendukung adanya Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut, 5

orang informan (8,33%) menyatakan bahwa pedagang rokok cukup mendukung

adanya Perda KTR, 16 orang informan (26,66%) menyatakan bahwa pedagang rokok

mendukung adanya Perda KTR, 13 orang informan (21,66%) menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara


pedagang rokok kurang mendukung adanya Perda KTR dan 5 orang informan

(8,33%) menyatakan bahwa pedagang rokok tidak mendukung adanya Perda KTR.

Tabel IV. 20 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Dukungan anggota DPRD

tentang Perda KTR

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Mendukung 34 56,66
Cukup Mendukung 6 10,00
Mendukung 14 23,33
Kurang Mendukung 5 8,33
Tidak Mendukung 1 1,66
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 20 diatas diketahui bahwa sebanyak 34 orang informan

(56,66%) menyatakan bahwa anggota DPRD sangat mendukung adanya Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut, 6

orang informan (10,00%) menyatakan bahwa anggota DPRD cukup mendukung

adanya Perda KTR, 14 orang informan (23,33%) menyatakan bahwa anggota DPRD

mendukung adanya Perda KTR, 5 orang informan (8,33%) menyatakan bahwa

anggota DPRD kurang mendukung adanya Perda KTR dan 1 orang informan (1,66%)

menyatakan bahwa anggota DPRD tidak mendukung adanya Perda KTR.

Universitas Sumatera Utara


Tabel IV. 21 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Dukungan Ormas atau

LSM tentang Perda KTR

Kategoti Jawaban Jumlah Orang Persentase (%)


Sangat Mendukung 23 38,33
Cukup Mendukung 6 10,00
Mendukung 23 38,33
Kurang Mendukung 7 11,66
Tidak Mendukung 1 1,66
Total 60 100,00
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan Tabel IV. 21 diatas diketahui bahwa sebanyak 23 orang informan

(38,33%) menyatakan bahwa Ormas atau LSM sangat mendukung adanya Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut, 6

orang informan (10,00%) menyatakan bahwa Ormas atau LSM cukup mendukung

adanya Perda KTR, 23 orang informan (38,33%) menyatakan bahwa Ormas atau

LSM mendukung adanya Perda KTR, 7 orang informan (11,66%) menyatakan bahwa

Ormas atau LSM kurang mendukung adanya Perda KTR dan 1 orang informan

(1,66%) menyatakan bahwa Ormas atau LSM tidak mendukung adanya Perda KTR.

IV. 2. 2. 2 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Informan Utama

Berikut ini akan di paparkan deskripsi hasil wawancara dengan informan

utama, yakni kepada empat (4) orang masyarakat yang merupakan perokok aktif yang

tinggal di Kecamatan Medan Deli. Wawancara dengan masyarakat ini dilakukan

Universitas Sumatera Utara


untuk menggali lebih dalam lagi apa yang menjadi alasan masyarakat tersebut untuk

merokok. Dimana hal ini nantinya akan menggambarkan salah satu variabel dalam

penelitian ini yakni variabel kondisi sosial, ekonomi dan politiknya.

Adapun alasan mendasar mengapa masyarakat Kota Medan cenderung untuk

merokok adalah karena beberapa faktor yakni pertama, awalnya ikut pergaulan

dengan teman-teman sehingga terbiasa untuk merokok. Kedua, merokok dianggap

sebagai upaya untuk tidak suntuk dan jika tidak merokok akan mengakibatkan sakit

kepala. Ketiga, informan menganggap bahwa jika selesai makan tidak merokok, maka

rasanya akan seperti orang bodoh dan linglung kesana-kemari. Keempat, informan itu

merokok karena sudah terbiasa. Kelima, merokok itu dianggap untuk menutupi

kekurangan, karena jika tidak merokok akan terasa ada yang kurang tetapi kalau

sudah merokok itu rasanya menjadi lengkap. Selain itu kurang semangat rasanya jika

tidak merokok. Dimana para informan itu suda mulai merokok di usia 17 tahun, 18

tahun dan bahkan di usia 11 tahun.

Tempat biasanya informan ini merokok adalah di rumah, di tempat kerja, di

tempat pangkalan becak, di tempat-tempat berkumpul dengan teman-teman, kecuali

ada larangan tidak boleh merokok (No smoking) seperti di dalam angkot, di rumah

makan, di tempat umum, dan di dalam ruangan ber AC. Namun ada juga informan

yang akan merokok dimana saja yang mereka sukai.

Dengan penghasilan rata-rata 3 juta rupiah, seorang informan mengatakan

bahwa uang tersebut akan digunakan untuk keperluan rumah sehari-hari sebanyak Rp.

Universitas Sumatera Utara


2.100.000, keperluan sekolah sebanyak Rp.300.000 dan yang lainnya untuk biaya

membeli rokok. Dimana rokok tersebut dengan harga rata-rata Rp.17.000 per

bungkus di kali 2 bungkus per hari dan dalam sebulan itu biaya untuk rokok sekitar

Rp.1.020.000. Maka penghasilan tersebut dapat dikatakan kurang untuk memenuhi

kebutuhan informan setiap bulannya karena harus membeli rokok tersebut.

Informan lain mengatakan bahwa, dengan pendapatan rata-rata Rp.1.500.000

per bulan, akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti beli beras dan

keperluan dapur sekitar Rp. 800.000 dan selebihnya akan digunakan untuk membeli

rokok. Bahkan berdasarkan pernyataan informan bahwa biaya untuk rokok sendiri

akan lebih di utamakan dibandingkan kebutuhan rumah lainnya.

Dalam sehari informan mampu menghabiskan satu bungkus per hari, dan ada

juga yang habis sampai 2 bungkus per hari. Bahkan salah satu informan mampu

menghabiskan 3 sampai 4 bungkus per hari. Tergantung pada suasana hati dan

kegiatan pada malam harinya ketika berkumpul dengan kawan-kawannya. Dan harga

rokok per bungkusnya mulai dari Rp.10.000, Rp.12.000, Rp.17.000 atau bahkan

Rp.19.000.

Maka untuk sebulan informan menghabiskan gaji yang dimilikinya sekitar

12% untuk rokok, namun ada juga yang 40% dan 42% dan bahkan ada juga gaji yang

dimilikinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari karena harus

membeli rokok juga. Dan masyarakat tetap membeli rokok dan mengonsumsi dengan

jumlah yang sama yakni 2 atau bahkan ada yang 4 bungkus per harinya meskipun

Universitas Sumatera Utara


akhir-akhir ini harga rokok terus naik, karena mereka menganggap bahwa rokok itu

sudah menjadi suatu kebutuhan kecuali seorang informan yang mengurangi untuk

mengonsumsi rokok.

Ketika dibahas tentang niat untuk berhenti merokok, informan mengatakan

bahwa mereka pernah berniat untuk berhenti merokok. Tetapi karena sudah

kecanduan dan merupakan suatu kebutuhan, informan sangat susah untuk berhenti

merokok. Tanpa disadari sudah mulai lagi untuk merokok. Bahkan seorang informan

menyatakan bahwa ia akan tetap merokok kecuali pabrik rokoknya tutup. Selain itu

itu berdasarkan pernyataan seorang informan, pernah dalam waktu 3 bulan mencoba

untuk berhenti merokok. Namun ketika suntuk dan ada masalah di dalam keluarga

ingin kembali merokok lagi dan pada akhirnya sampai sekarang kembali lagi

merokok.

Ketika informan ditanya tentang Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3

Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, sebagian mereka mengetahui adanya

Perda tersebut tetapi belum mengerti dengan jelas apa maksud dari Perda tersebut.

Namun sebagian lagi belum pernah mendengar tentang adanya Perda tersebut.

Adapun fasilitas yang mereka ketahui untuk penerapan Perda Kawasan Tanpa

Rokok ini adalah berupa selebaran dan brosur yang terdapat di Rumah Sakit, di

kantor, di mall, di jalan-jalan umum, di masjid, area pabrik, di SPBU, dan di

angkutan umum.

Universitas Sumatera Utara


IV. 2. 3 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Informan Tambahan

Berikut ini akan di paparkan deskripsi hasil wawancara dengan informan

tambahan, yakni dengan Manager Divisi Perlindungan Kesehatan LSM Pusaka

Indonesia dan Sekretaris Camat Medan Deli. Peneliti melakukan wawancara dengan

pihak LSM Pusaka Indonesia, karena LSM ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan

Kota Medan dalam menerapkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014

tentang Kawasan Tanpa Rokok. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak

kecamatan Medan Deli untuk mengetahui bagaimana proses implementasi Perda

Kawasan Tanpa Rokok ini di kecamatan Medan Deli.

Adapun indikator yang digunakan untuk menganalisis proses implementasi

kebijakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Komunikasi

Adapun kerja sama antara LSM Pusaka Indonesia dengan Dinas Kesehatan

Kota Medan dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3

Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok hanya sebatas mitra kerja saja dan tidak

terdapat ikatan kerja secara khusus. Karena Pusaka Indonesia fokus terhadap

persoalan kesehatan juga salah satunya dengan pengembangan Kawasan Tanpa

Rokok, sehingga melakukan kerja dengan Dinas Kesehatan Kota Medan. Bentuk

kerja samanya seperti ketika Pusaka Indonesia membuat program kerja dalam setahun

tentang KTR, seperti sosialisasi dan pelatihan hukumnya. Maka Pusaka Indonesia

harus bekerja sama dengan Dinas Kesehatan kota Medan dalam menyelenggarakan

Universitas Sumatera Utara


kegiatannya. Begitu juga sebaliknya, ketika Dinas Kesehatan melakukan kegiatan

tentang Kawasan Tanpa Rokok mereka pasti melibatkan Pusaka Indonesia.

Adapun bentuk kerja sama antara kecamatan Medan Deli dengan Dinas

Kesehatan Kota Medan dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah KTR ini

hanya sebatas koordinasi saja. Dimana ketika Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi

tentang Perda KTR ini, kecamatan mengumpulkan masyarakat untuk mengikuti

kegiatan tersebut. Selain itu, diberikan surat edaran agar memberitahukan dan

menghimbau kepada kelurahan tentang adanya Perda KTR ini.

Menurut kaca mata Pusaka Indonesia, kegiatan sosialisasi tentang Perda KTR

yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan sudah bagus karena langsung

menyentuh ke perwakilan masyarakat dan membuat brosur, spanduk-spanduk di

beberapa titik di Kota Medan. Namun kegiatan sosialisasi tersebut belum

dilaksanakan secara berkelanjutan. Karena setelah melakukan kegiatan roadshow di

21 kecamatan di Kota Medan, belum ada tindak lanjutnya. Dan sepengetahuan

Pusaka Indonesia, kegiatan sosialisasi di 21 kecamatan di Kota Medan yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan hanya sekali itu saja. Dan berdasarkan

keterangan sekretaris camat Medan Deli, bahwa sosialisasi tentang Perda KTR ini

memang sudah dilaksanakan dengan baik di kecamatan Medan Deli. Namun kegiatan

sosialisasi tersebut baru berlangsung sekali saja.

Universitas Sumatera Utara


B. Sumber Daya

a. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan keterangan informan, kinerja pegawai Dinas Kesehatan Kota

Medan yang menangani tentang pelaksanaan Perda KTR tersebut bagus. Sekretaris

camat Medan Deli menambahkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan memang sudah baik, namun kegiatannya belum dilaksanakan secara rutin.

Menurut Pusaka Indonesia bahwa secara person to person bagus, begitu juga secara

kelembagaan juga bagus. Dinas Kesehatan Kota Medan itu aktif dalam kegiatan-

kegiatan tentang KTR, akan tetapi Dinas Kesehatan tersebut aktif karena masih ada

Pusaka Indonesia. Sampai saat ini Pusaka masih support, Dinas Kesehatan Kota

Medan juga masih aktif dan masih tetap komitmen. Jika Dinas Kesehatan tidak

komitmen maka Pusaka Indonesia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena semua

butuh dukungan dari pemerintah. Namun, masih minimnya inisiatif untuk membuat

kegiatan sendiri untuk pelaksanaan Perda KTR ini.

b. Sumber Daya Finansial

Dari pandangan Pusaka Indonesia sendiri, dana untuk penerapan Perda

Kawasan Tanpa Rokok ini masih sekian persen dan masih merupakan angka yang

kecil dari anggaran Dinas Kesehatan Kota Medan. Berbeda dengan daerah-daerah

lain seperti Bogor, dimana anggaran mereka untuk Perda KTR cukup besar sehingga

pelaksanaan Perda KTR daerah Bogor tersebut juga luar biasa.

Universitas Sumatera Utara


Maka jika melihat dari mata anggaran yang disusun oleh Dinas Kesehatan

Kota Medan, hal itu mencerminkan bahwa Perda KTR ini tidak menjadi prioritas.

Namun, sebagai sebuah dinas yang memiliki program-program yang banyak, Pusaka

Indonesia tetap berpikiran positif dan Dinas Kesehatan Kota Medan juga tetap

mendukung program dari Pusaka Indonesia.

c. Fasilitas

Menurut keterangan informan, untuk saat ini sarana dan prasarana untuk

penerapan Perda KTR ini belum memadai seperti alat peraga yang masih kurang,

sosialisasinya juga masih kurang. Berdasarkan keterangan informan, sebenarnya ada

tanggung jawab dari pemerintah dengan si pengelola kawasan dimana dalam Perda

untuk menyediakan tempat khusus untuk merokok. Untuk di swasta fasilitas tersebut

sudah relatif bagus karena mereka mengurus sendiri misalnya Sun Plaza, yayasan

Don Bosco juga sudah menerapkan ini. Namun untuk di kantor pemerintah kota,

beberapa sudah ada tetapi belum begitu baik penyediaan fasilitas tempat khusus

merokok. Dan berdasarkan keterangan sekretaris camat Medan Deli bahwa fasilitas

yang ada sekarang di Kecamatan Medan Deli hanya berupa brosur dan stiker-stiker.

C. Disposisi

Menurut sekretaris camat Medan Deli bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan

mendukung sepenuhnya Perda KTR ini. Tetapi kegiatan sosialisasinya belum

dilaksanakan secara maksimal. Dan menurut Pusaka Indonesia bahwa Dinas

Universitas Sumatera Utara


Kesehatan Kota Medan mendukung adanya Perda KTR tersebut karena itu memang

produk hukumnya Dinas Kesehatan Kota Medan. Namun jika ingin mengetahui

komitmennya, hal itu dapat dilihat dari program kerja dari Dinas Kesehatan Kota

Medan tersebut. Keseriusan program kerja itu indikatornya bisa dilihat dari

anggarannya dan hal itu bisa dilihat bagaimana faktanya. Dimana dana untuk Perda

KTR ini masih kecil. Karena jika memang benar-benar mendukung tentu akan

membuat anggaran yang cukup besar untuk Perda KTR ini.

Program kerja Pusaka Indonesia untuk Perda KTR ini sendiri mulai dari

mendorong lahirnya Perda KTR. Kemudian setelah Perda KTR keluar, Pusaka

Indonesia bersama Dinas Kesehatan Kota Medan melakukan penguatan implementasi

Perda. Penguatan implementasi Perda tersebut mulai dari sosialisasi, kemudian juga

pembentukan Tim Pemantau KTR dan mendorong Peraturan Walikotanya. Pusaka

Indonesia juga pernah melakukan pelatihan terhadap Satpol PP untuk melakukan

pemantauan KTR.

Untuk sekarang, program Pusaka Indonesia masih dalam rangka penguatan

implementasi Perda KTR. Yang dilakukan di dua sasaran: yang pertama, adalah

bagaimana Pusaka Indonesia mendorong Dinas Kesehatan Kota Medan agar bisa

menggunakan dana pajak rokok untuk mendukung implementasi Perda Kawasan

Tanpa Rokok. Yang kedua, Pusaka Indonesia fokus terhadap penegakan hukumnya.

Dimana Pusaka Indonesia akan melakukan perkara sidang lapangan 2 sampai 3 kali

dalam periode setahun ini. Selain itu, Pusaka Indonesia juga sedang mengembangkan

aplikasi mobile phone untuk masyarakat yang mau melaporkan pelanggaran KTR,

Universitas Sumatera Utara


berbasis android dengan IOS. Dimana nantinya website tersebut akan dikelola

bersama oleh Pusaka Indonesia dan Dinas Kesehatan Kota Medan. Akan tetapi

program ini adalah program dari Pusaka Indonesia dan mereka yang fokus

melaksanakan program tersebut.

Selain itu, jika seandainya Pusaka Indonesia kedepan tidak lagi mendukung

secara langsung dan hanya sebagai monitoring-monitoring saja, maka implementasi

Perda KTR tersebut mungkin tidak berjalan lagi. Ada kekhawatiran dari Pusaka

Indonesia bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan mungkin tidak terlalu

memprioritaskan secara internal mereka tentang KTR ini karena masih di dukung

oleh Pusaka Indonesia. Karena masih di dukung oleh Pusaka indonesia, Dinas

Kesehatan Kota Medan menganggap bahwa kegiatan-kegiatan Pusaka itu masih jadi

bagian dari kerja mereka juga. Tetapi di khawatirkan nanti ketika Pusaka Indonesia

tidak ada lagi bagaimana keberlanjutan Perda KTR ini.

D. Struktur Birokrasi

Untuk melaksanakan Perda KTR ini sebenarnya bukan hanya Dinas

Kesehatan Kota Medan saja. Dalam Perda KTR tersebut disebutkan bahwa struktur

organisasi pelaksana Perda KTR tidak hanya dari Dinas Kesehatan sendiri tetapi

seluruh SKPD yang terkait. Jadi jika hal tersebut sudah bisa dimaksimalkan dengan

baik sebenarnya sudah bagus. Dan SK Tim Pemantau KTR tersebut juga telah di

tetapkan oleh walikota Medan.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan keterangan sekretaris camat Medan Deli bahwa seiring dengan

lahirnya Perda KTR ini, maka penambahan struktur di kantor camat untuk penerapan

Perda KTR ini memang tidak ada. Namun, pihak kecamatan Medan Deli selalu

mengingatkannya kepada kepala lurah tentang Perda KTR ini.

E. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Terkait soal rokok, di seluruh Indonesia ini pasti ada pro dan kotranya.

Sebuah kebijakan itu pasti ada pro dan kontranya. Tetapi memang tentang Perda

Kawasan Tanpa Rokok ini menyentuh langsung soal perilaku. Masyarakat tidak

setuju karena belum memahami benar esensi dari Perda ini sendiri. Perda ini bukan

untuk melarang orang merokok, tetapi hanya mengatur saja secara sosial dimana

tempat yang boleh merokok dan dimana yang tidak boleh merokok.

Pusaka Indonesia pernah melakukan Survey Opini Masyarakat tentang

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Kota Medan. Dimana 89% masyarakat setuju

diberlakukannya Perda KTR di kota Medan, 10% masyarakat menyatakan tidak

setuju dan 1% masyarakat menyatakan tidak tahu. Survey juga dilakukan kepada

masyarakat yang merokok, dimana 63% perokok setuju diterapkannya Perda KTR,

30% perokok menyatakan tidak setuju dan 7% perokok menyatakan tidak tahu. Selain

itu berdasarkan hasil survey juga diperoleh bahwa 76% masyarakat menyatakan

bahwa kota Medan layak memiliki Perda KTR, 16% masyarakat menyatakan tidak

layak dan 8% masyarakat menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


masyarakat setuju dengan adanya Perda KTR ini tetapi setelah mereka mengerti

maksud dan tujuan dari Perda tersebut.

Menurut Pusaka Indonesia dan sekretaris camat Medan Deli, persepsi

pedagang rokok terhadap Perda KTR tersebut pasti menolaknya. Mereka menolak

karena tidak mengetahui apa esensi dari Perda KTR ini. Kerena sebenarnya tidak ada

hubungannya terhadap pendapatan mereka. Dengan adanya Perda Kawasan Tanpa

Rokok ini orang tetap boleh merokok, tetapi merokoknya tidak sembarangan lagi

sekarang karena sudah ada tempat-tempatnya. Jadi sebenarnya maupun itu pedagang

dan industri rokok tidak ada pengaruhnya dengan pemberlakuan Perda Kawasan

Tanpa Rokok.

Jika dilihat dari persepsi anggota DPRD, mereka mendukung diberlakukannya

Perda KTR tersebut. Namun mendukungnya hanya secara normatif saja, tetapi dalam

pelaksanaannya tidak. Karena jika mereka mendukung secara pelaksanaannya tentu

mereka tidak akan merokok sembarangan di kantor dewan, di ruang rapat.

Jika dilihat dari persepsi Ormas atau LSM, mereka juga mendukung

diberlakukannya Perda KTR tersebut. Terutama bagi lembaga-lembaga perlindungan

anak, seperti Pusaka Indonesia juga pasti mendukung. Pusaka Indonesia juga fokus

terhadap Kawasan Tanpa Rokok karena yang selalu menjadi korban adalah anak.

Sehingga Pusaka Indonesia dan lembaga-lembaga perlindungan anak sepakat

mendukung adanya Perda Kawasan Tanpa Rokok karena akan melindungi anak dari

paparan bahaya asap rokok. Ormas-ormas keagamaan juga relatif mendukung Perda

Universitas Sumatera Utara


KTR ini, seperti Muhammadiyah. Selain itu AJI (Aliansi Jurnalis Indonesia) juga

mendukung, dimana mereka merupakan mitra Pusaka Indonesia dalam melakukan

sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok ini.

IV. 2. 4 Data Sekunder

Selain dari hasil wawancara dengan informan kunci, informan utama dan

informan tambahan serta penyebaran kuesioner kepada responden, peneliti juga

memperoleh data-data pendukung yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Medan

mengenai jadwal kegiatan sosialisasi Perda Kota Medan tentang pencegahan dan

penanggulangan HIV/AIDS dan Kawasan Tanpa Rokok. Sosialisasi Perda tentang

pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan Kawasan Tanpa Rokok tersebut

diselenggarakan secara bersama-sama oleh Dinas Kesehatan Kota Medan.

Berdasarkan jadwal sosialisasi yang peneliti peroleh, bahwa sosialisasi tentang Perda

Kawasan Tanpa Rokok ini memang sudah dilaksanakan dengan baik di 21 kecamatan

di Kota Medan. Dalam sosialisasinya dibagi dalam dua Tim, yakni Tim A dan Tim B.

Dimana yang memberikan materi pada saat sosialisasi tersebut berasal dari Dinas

Kesehatan Kota Medan dan mereka juga mengundang dari LSM Pusaka Indonesia.

Sosialisasi tersebut mulai dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2015 sampai tanggal 4

Agustus 2015.

Dari data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa sosialisasi yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok

Universitas Sumatera Utara


ini memang sudah dilaksanakan dengan baik di 21 kecamatan di Kota Medan. Namun

hal itu masih berlangsung dalam waktu lebih kurang satu bulan saja dan hanya

dilakukan sekali di Tahun 2015.

Data lain yang peneliti peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan adalah SOP

dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Kawasan Tanpa Rokok. Dimana dalam SOP Perda KTR dalam Bab II tentang

Sosialisasi KTR disebutkan bahwa:

“Untuk 1 (satu) tahun pertama implementasi PERDA KTR dan PERWAL KTR di
Kota Medan, sasaran utamanya adalah tersosialisasikannya Perda KTR yang bersifat
preventif dengan langkah-langkah persuasive dan belum sampai pada penegakan
hukum yang bersifat represif, seperti pengenaan besaran denda sesuai dengan
ketentuan Perda KTR melalui pendekatan Pro Justisia. Dengan kata lain sasaran
utama tahun pertama ini adalah menyebarkan seluas-luasnya kepada semua lapisan
masyarakat yang berada pada semua KTR agar tujuan pengundangan Perda KTR dan
perangkat pelaksana lainnya dipahami oleh Tim Pemantau KTR Kota Medan,
Penanggungjawab KTR, Pengawas Internal, dan Masyarakat.”

Maka berdasarkan SOP diatas seharusnya dalam satu tahun pertama itu

dilakukan sosialisasi seluas-luasnya kepada semua lapisan masyarakat yang berada

pada semua KTR. Agar masyarakat mengetahui tentang adanya Perda KTR ini.

Namun sosialisasi yang ada di 21 kecamataan di Kota Medan baru berlangsung sekali

berdasarkan data sebelumnya diatas.

Di dalam SOP Perda KTR juga terdapat Struktur Tim Pemantau KTR Kota

Medan, yakni sebagai berikut:

Pengarah : Walikota Medan


Penanggung Jawab : Sekretaris Daerah Kota Medan

Universitas Sumatera Utara


Koordinator :Asisten Kesejahteraan dan Kemasyarakatan Sekretaris
Daerah Kota Medan
Ketua : Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan
Wakil Ketua I : Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan
Wakil Ketua II : Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan
Sekretaris :Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Medan
Wakil Sekretaris : Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Medan
Anggota : 1. Dinas Kesehatan Kota Medan
2. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan
3. Dinas Pendidikan Kota Medan
4. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan
5. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan
6. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan
7. Dinas Perhubungan Kota Medan
8. Dinas Pertamanan Kota Medan
9. Badan Lingkungan Hidup Kota Medan
10. Bagian Adminstrasi Tata Pemerintahan Umum Pemko
Medan
11. Bagian Hukum Pemko Medan
12. Kantor Kementerian Agama Kota Medan
13. PD Pasar Kota Medan
14. RSU Pringadi Medan
15. Majelis Ulama Indonesia Kota Medan
16. Persekutuan Gereja Indonesia Kota Medan
17. Keuskupan Agung Medan
18. Perwalian Umat Buddha Indonesia
19. Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia
20. Parisada Hindu Darma Indonesia
21. Perguruan Tinggi.
22. Organisasi Gabungan Pengusaha Angkutan Darat
23. Asosiasi Pengusaha Indonesia Kota Medan
24. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI)
Sumatera Utara
25. LSM Pusaka Indonesia.

Data lain yang peneliti peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan adalah SK

Tim Pemantau Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan

Universitas Sumatera Utara


Tanpa Rokok. (untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran). Namun untuk

memperoleh SK Tim Pemantau KTR ini dari Dinas Kesehatan Kota Medan,

berdasarkan informasi yang di peroleh dari Kabid PMK Dinas Kesehatan Kota

Medan pada tanggal 26 Januari 2016 bahwa SK Tim Pemantau masih di Pemko

Medan. Dan peneliti baru memperoleh SK Tim Pemantau dari Dinas Kesehatan Kota

Medan pada tanggal 5 Maret 2016. Sementara ketika peneliti melakukan wawancara

dengan pihak LSM Pusaka Indonesia pada tanggal 10 Februari 2016, SK Tim

Pemantau tersebut sudah ada di LSM Pusaka Indonesia. Maka berdasarkan data yang

diperoleh tersebut, dapat dilihat bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan kurang aktif

untuk memperoleh perkembangan terkini tentang SK Tim Pemantau KTR tersebut.

Data lain yang peneliti peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan adalah

bahwa bidang yang menangani tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok ini adalah

bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK). Bidang PMK ini menangani tentang

Penyakit Tidak Menular (PTM), karena di penyakit tidak menular ini salah satu faktor

pencetusnya itu adalah rokok. Bidang PMK ini terdiri dari tiga seksi, yakni Seksi

Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit, Seksi Wabah dan Bencana dan Seksi

Kesehatan Lingkungan. Dimana jumlah pegawai di bidang PMK ini sebanyak 46

orang. Data tersebut diperoleh dari Struktur Sub Bagian Umum Dinas Kesehatan

Kota Medan dengan rincian; 5 orang dr.umum, 1 orang dr.gigi, 4 orang perawat, 2

orang perawat gigi, 1 orang bidan, 7 orang sanitarian, 19 orang PKM, 2 orang S-2

Kesmas, 4 orang non kesehatan dan 1 orang SLTP sederajat.

Universitas Sumatera Utara


Data lain yang peneliti peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan adalah

contoh rekapitulasi Upaya Berhenti Merokok (UBM) di puskesmas yang

dilaksanakan pada bulan Januari, Februari dan Maret 2016. Hal ini menunjukkan

bahwa implementasi Perda KTR di puskesmas baru dimulai sejak Januari 2016.

Data lain yang peneliti peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan adalah

Program dan Kegiatan Dinas Kesehatan Kota Medan. 55 Dimana di dalam Program

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat terdapat beberapa kegiatan terkait

KTR yakni: pertama, penegakan Perda KTR Kota Medan. Kedua, sosialisasi Perda

KTR untuk 7 Kawasan KTR. Ketiga, pengadaan Perda dan Perwal KTR. Keempat,

pembuatan media promosi KTR stiker. Selain itu di dalam Program Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Menular terdapat kegiatan sosialisasi Perda Kota Medan

tentang HIV AIDS dan KTR.

Adapun pencapaian dari Program dan Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan Kota Medan terkait KTR dapat kita lihat berikut ini: 56 pada Program

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat terdapat pengadaan Perda dan

Perwal KTR. Dimana terlaksananya pengadaan Perda dan Perwal kota Medan tentang

KTR Kota Medan. Dengan tujuan untuk menyediakan media sosialisasi Perda dan

Perwal kepada seluruh SKPD dan pimpinan lokasi/area yang ditetapkan sebagai KTR

di Kota Medan. Kegiatan ini dilaksanakan pada Triwulan IV Tahun 2015 yaitu Perda

sebanyak 1.250 eksemplar dan Perwal sebanyak 1.250 eksemplar. Selain itu

55
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Dinas (LPPD) Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2015. hal
4-5
56
Ibid., hal 22 dan 25

Universitas Sumatera Utara


pembuatan media promosi stiker. Dengan tujuan untuk menyediakan media

sosialisasi Perda KTR kepada seluruh masyarakat Kota Medan. Dimana kegiatan ini

dilaksanakan pada Triwulan IV Tahun 2015 dengan tersedianya 10.000 buah stiker

KTR. Dan pada Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular terdapat

sosialisasi Perda Kota Medan tentang HIV/AIDS dan KTR. Dimana terlaksananya

sosialisasi Perda HIV/AIDS dan KTR di Kota Medan dengan tujuan agar masyarakat

memahami pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan terlindungi dari bahaya

asap rokok. Dimana kegiatan ini berlangsung sejak 27 Juli s/d 4 Agustus 2015 di 21

kecamatan dengan masing-masing 100 orang peserta.

Maka berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa program dan kegiatan

yang terlaksana itu adalah pengadaan Perda dan Perwal tentang KTR Kota Medan,

pembuatan media promosi stiker dan kegiatan sosialisasi Perda HIV/AIDS dan KTR

di Kota Medan. Sedangkan untuk program penegakan Perda KTR Kota Medan belum

terlaksana.

Selain data pendukung yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan,

peneliti juga memperoleh data dari LSM Pusaka Indonesia. Data yang diperoleh

tersebut yakni, SK Tim Pemantau Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun

2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang diperoleh pada tanggal 10 Februari 2016.

Data lain yang peneliti peroleh dari LSM Pusaka Indonesia adalah program

kerja dari LSM Pusaka Indonesia itu sendiri untuk implementasi Peraturan Daerah

Universitas Sumatera Utara


Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok (untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam lampiran).

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa LSM Pusaka

Indonesia pada tahun 2014-2015 mempunyai program untuk memperkuat dan

mendukung kerja implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014

tentang Kawasan Tanpa Rokok. Dan pada tahun 2015-2016, LSM Pusaka Indonesia

mempunyai program untuk mendorong Pemerintah Kota Medan untuk melakukan

optimalisasi pemanfaatan pajak rokok dalam implementasi Perda Kota Medan

Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Data lain yang peneliti peroleh dari LSM Pusaka Indonesia adalah hasil

Pelaksanaan Kegiatan Memantau Implementasi Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2014

Tentang Kawasan Tanpa Rokok melalui aplikasi KTR yang dilaksanakan dari tanggal

28 Maret sampai dengan 2 April 2016 di 4 lokasi Kawasan Tanpa Rokok di 120

tempat yakni fasilitas layanan kesehatan (24 tempat atau 20 %), tempat proses belajar

mengajar (24 tempat atau 20 %), tempat kerja ( 36 tempat atau 30 %) dan tempat

umum (36 tempat atau 30 %), dengan melibatkan 10 (sepuluh) orang surveyor (untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran).

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa untuk fasilitas

layanan kesehatan, Perda KTR ini sudah diberlakukan cukup baik terutama di rumah

sakit. Namun untuk di puskesmas dan apotik penerapan perda KTR ini masih minim.

Untuk tempat proses belajar, Perda KTR ini sudah diterapkan, namun untuk

Universitas Sumatera Utara


implementasinya sendiri masih kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan masih

banyaknya bau asap rokok dan puntung rokok terutama di perguruan tinggi. Namun

di bimbingan belajarnya sudah cukup baik.

Untuk tempat kerja, Perda KTR ini sudah diterapkan cukup baik. Hal ini

dibuktikan dengan adanya larangan merokok di tempat kerja, ketersediaan asbak yang

sedikit, sedikitnya punting rokok dan bau asap rokok. Untuk fasilitas umum,

penerapannya sudah cukup baik di mall, namun untuk fasilitas umum lainnya masih

kurang baik, seperti restoran. Hal ini dibuktikan masih banyaknya tempat yang belum

membuat adanya larangan merokok, masih adanya ketersediaan asbak dan bau asap

rokok.

Selain dokumen-dokumen tersebut, peneliti juga memperoleh foto-foto yang

diperoleh ketika di lapangan untuk mendukung penelitian ini. Foto-foto tersebut

meliputi lokasi penelitian, informan utama dan informan tambahan. Adapun foto-foto

yang dimaksudkan oleh peneliti yakni sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Gambar IV. 1 Gedung Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan

Universitas Sumatera Utara


Gambar IV. 2 Stiker Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Dinas Kesehatan Kota

Medan

Gambar IV. 3 Brosur Kawasan Tanpa Rokok di depan pintu pegawai di Kantor

Dinas Kesehatan Kota Medan

Universitas Sumatera Utara


Gambar IV. 4 Buku Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok yang dibagikan oleh

Dinas Kesehatan Kota Medan saat melaksanakan sosialisasi Perda KTR

Gambar IV. 5 Billboard Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kota

Medan

Universitas Sumatera Utara


Gambar IV. 6 Informan Tambahan (Abangda OK. Syahputra Harianda).

Manager Divisi Perlindungan Kesehatan LSM Pusaka Indonesia.

Gambar IV. 7 Brosur Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Camat Medan Deli

Universitas Sumatera Utara


Gambar IV. 8 Informan Utama (Bersama Bapak Supriadi dan Bapak

Parlindungan).

Masyarakat Kecamatan Medan Deli

Universitas Sumatera Utara


BAB V

ANALISIS DATA

Dalam bab ini, seluruh data yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan

dianalisis sesuai dengan kelompok masalah yang dikaji peneliti dari variabel-variabel

yang digunakan. Setelah itu akan dilakukan juga analisis hubungan variabel. Adapun

analisis yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan metode deskriptif

dengan analisis kualitatif. Metode ini mengumpulkan data dan fakta yang telah

didapatkan di lapangan yang akan dideskripsikan sebagaimana adanya serta

menafsirkannya dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk menjelaskan suatu

fenomena sosial yang diteliti. Dari hasil analisis data inilah nantinya akan diperoleh

jawaban mengenai bagaimana proses implementasi Peraturan Daerah Kota Medan

Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan seperti apa kendala yang

dihadapi.

V. 1 Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014

tentang Kawasan Tanpa Rokok

Suatu kebijakan yang telah ditetapkan haruslah di implementasikan secara

maksimal untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Implementasi kebijakan

merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan tahapan kebijakan. Suatu

program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut

tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang diambil sebagai

Universitas Sumatera Utara


alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh

badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah dengan

mendayagunakan segenap sumber daya yang ada. Proses implementasi Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini dapat

dilihat dari beberapa variabel, yaitu:

A. Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari

atas ke bawah maupun sebaliknya, antar bagian dalam organisasi maupun kepada

eksternal organisasi. Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar

implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan

sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group)

sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.

Menurut informan kunci, proses sosialisasi antar bagian dalam organisasi

Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah tentang

Kawasan Tanpa Rokok di Kota Medan sudah dilakukan dengan baik. Kepala Bidang

PMK (Pengendalian Masalah Kesehatan dan pegawai yang menangani tentang Perda

Kawasan Tanpa Rokok mengatakan bahwa sudah melakukan sosialisasi, penyuluhan

di masing-masing bidang baik itu dalam rapat para kabid, rapat para kepala seksi, dan

pertemuan-pertemuan lainnya. Dinas Kesehatan Kota Medan juga sudah melakukan

sosialisasi kepada Dinas lain dan kecamatan di kota Medan, baik melalui Surat

Universitas Sumatera Utara


Edaran yang dibuat oleh Sekda untuk penegakan Perda KTR ini dan melalui Ibu

Kepala Dinas, ketika ada rapat-rapat koordinasi yang tentunya menyampaikan ini ke

Kepala Dinas lain, SKPD lain bahwa Kota Medan sudah mempunyai Perda Nomor 3

tentang KTR ini. Selain itu, Dinas Kesehatan juga sudah membentuk FGD (Focus

Group Discussion) sesudah maupun sebelum keluarnya Perda ini baik per SKPD, per

kantor maupun per kawasan.

Dinas Kesehatan juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat dengan

berkoordinasi dengan kecamatan. Dimana Dinas Kesehatan mengundang 100 orang

per kecamatan yang dikumpulkan oleh Puskesmas dan Camat setempat yang terdiri

dari beberapa orang perwakilan dari tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Hal ini

didukung oleh data sekunder penelitian bahwa Dinas Kesehatan melakukan kegiatan

sosialisasi Perda HIV/AIDS dan KTR yang berlangsung sejak 27 Juli s/d 4 Agustus

2015 di 21 kecamatan dengan masing-masing 100 orang peserta.

Informan kunci menambahkan bahwa sosialisasi yang dilakukan kepada

masyarakat kota Medan tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok dilakukan secara

berkesinambungan. Dinas Kesehatan mempunyai program penyuluhan atau promosi

kesehatan. Dimana penyuluhan atau promosi kesehatan ini tidak hanya berfokus

untuk sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok saja tetapi bersamaan dengan program

lainnya. Selain itu, tidak ada jadwal khusus untuk sosialisasi Perda KTR karena

masih banyak program lain yang harus disampaikan dan semua program tersebut

dibuat secara terpadu. Tetapi yang namanya jadwal mini lokakarya Puskesmas

dengan kecamatan itu per 3 bulan sekali.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil kuesioner pada Tabel IV. 9 pada bab sebelumnya mengenai

intensitas sosialisasi Perda KTR diketahui bahwa informan menyatakan bahwa

sosialisasi Perda KTR jarang dilakukan. Selain itu, berdasarkan Tabel IV. 7 pada bab

sebelumnya mengenai pengetahuan tentang Perda KTR diketahui bahwa lebih dari

setengah (70,00%) informan menyatakan tidak mengetahui tentang adanya Perda

KTR ini. Juga berdasarkan data kuesioner pada Tabel IV. 8 yang disajikan pada bab

sebelumnya mengenai pemahaman informan tentang Perda KTR, dapat dilihat bahwa

informan masih kurang mengerti maksud dari Perda KTR tersebut.

Berdasarkan keterangan informan tambahan atau LSM Pusaka Indonesia,

bahwa Pusaka Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam

menerapkan Perda KTR ini. Namun kerja sama itu hanya sebatas mitra kerja saja

seperti ketika Pusaka Indonesia membuat program kerja dalam setahun tentang KTR.

Begitu juga sebaliknya, ketika Dinas Kesehatan melakukan kegiatan tentang

Kawasan Tanpa Rokok mereka pasti melibatkan Pusaka Indonesia.

Menurut kaca mata Pusaka Indonesia, kegiatan sosialisasi tentang Perda KTR

yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan sudah bagus karena langsung

menyentuh ke perwakilan masyarakat dan membuat brosur, spanduk-spanduk di

beberapa titik di Kota Medan. Namun kegiatan sosialisasi tersebut belum

dilaksanakan secara berkelanjutan. Karena setelah melakukan kegiatan roadshow di

21 kecamatan di Kota Medan, belum ada tindak lanjutnya. Dan sepengetahuan

Pusaka Indonesia, kegiatan sosialisasi di 21 kecamatan di Kota Medan yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan hanya sekali itu saja.

Universitas Sumatera Utara


Selain itu, berdasarkan keterangan sekretaris camat Medan Deli bahwa kerja

sama antara kecamatan Medan Deli dengan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam

mengimplementasikan Peraturan Daerah KTR ini hanya sebatas koordinasi saja.

Dimana ketika Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi tentang Perda KTR ini,

kecamatan mengumpulkan masyarakat untuk mengikuti kegiatan tersebut. Menurut

sekretaris camat, sosialisasi tentang Perda KTR ini memang sudah dilakukan dengan

baik di kecamatan Medan Deli. Namun kegiatannya masih berlangsung sekali saja

dan belum berkelanjutan.

Hal itu diperkuat oleh data yang diperoleh dari data sekunder penelitian

bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tentang Perda

Kawasan Tanpa Rokok ini memang sudah dilaksanakan dengan baik di 21 kecamatan

di Kota Medan. Namun hal itu masih berlangsung dalam waktu lebih kurang satu

bulan saja dan hanya dilakukan sekali di Tahun 2015. Berdasarkan SOP KTR

seharusnya dalam satu tahun pertama itu dilakukan sosialisasi seluas-luasnya kepada

semua lapisan masyarakat yang berada pada semua KTR. Agar masyarakat

mengetahui tentang adanya Perda KTR ini. Namun sosialisasi yang ada di 21

kecamataan di Kota Medan baru berlangsung sekali.

Maka berdasarkan hasil analisis keseluruhan dapat dilihat bahwa komunikasi

sudah dilakukan dan berjalan cukup baik di lingkungan Dinas Kesehatan Kota

Medan, baik secara perbidang maupun keseluruhan di internal Dinas Kesehatan Kota

Medan. Adapun bentuk komunikasi Dinas Kesehatan Kota Medan kepada SKPD dan

kecamatan di kota Medan dalam mengimplementasikan Perda KTR ini dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara


koordinasi saja. Dan bentuk komunikasi Dinas Kesehatan kepada LSM Pusaka

Indonesia itu hanya sebatas mitra kerja dan tidak ada ikatan secara khusus. Dimana

koordinasi dan mitra kerja Dinas Kesehatan Kota Medan dengan SKPD dan LSM

Pusaka itu sudah berjalan cukup baik.

Namun, komunikasi atau sosialisasi kepada masyarakat di kecamatan sendiri

belum berjalan dengan baik. Sosialisasi tentang Perda KTR masih dilakukan secara

bersamaan dengan program kesehatan lainnya dan belum dilakukan secara khusus

serta belum adanya jadwal khusus untuk sosialisasi Perda KTR karena masih banyak

program lain yang harus disampaikan. Selain itu, sosialisasi tentang Perda KTR yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan di 21 kecamatan di kota Medan belum

dilakukan secara maksimal dan baru dilaksanakan sekali di tahun 2015 serta belum

dilaksanakan secara berkelanjutan. Masyarakat lebih dari setengah menyatakan

bahwa sosialisasi tidak pernah dilakukan dan menyatakan kurang mengetahui serta

kurang mengerti maksud dari Perda KTR tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masih

sangat minimnya kegiatan sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat.

B. Sumber Daya

Ketersediaan sumber daya merupakan faktor penting dalam implementasi

kebijakan. Tanpa sumber daya yang cukup, implementasi kebijakan tidak akan bisa

tercapai. Sumber daya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sumber daya

materil meliputi dana dan peralatan yang dipakai, dan sumber daya non materil

Universitas Sumatera Utara


meliputi pegawai yang memadai serta keahlian-keahlian yang tepat untuk

melaksanakan tugas-tugasnya.

a. Sumber Daya Manusia

Kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu kebijakan

harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitasnya. Sumber daya manusia yang

berkualitas sesuai dengan tugas dan fungsi yang diisyaratkan dalam peraturan

kebijakan akan memberi dampak positif bagi proses implementasi dan tercapainya

tujuan kebijakan.

Berdasarkan keterangan informan kunci, sumber daya manusia yang dimiliki

oleh Dinas Kesehatan Kota Medan sudah cukup mampu untuk melaksanakan

kebijakan tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada. Namun, hal yang

harus diketahui bahwa dalam mengimplementasikan Perda Kawasan Tanpa Rokok

tersebut tidak dilaksanakan sendiri oleh Dinas Kesehatan. Dalam Perda KTR tersebut

dikatakan bahwa dalam implementasinya dilaksanakan oleh SKPD terkait dengan ke

tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut dan Dinas Kesehatan sebagai koordinatornya.

Jadi di bentuk sebuah Tim Pemantau dalam melaksanakannya. Namun Tim Pemantau

tersebut baru di bentuk dan belum beroperasi.

Berdasarkan Tabel IV. 10 pada bab sebelumnya mengenai penyampaian

sosialisasi Perda KTR yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan, diketahui

bahwa 78,33% informan menyatakan bahwa penyampaian sosialisasi Perda KTR

yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tidak memuaskan. Selain itu,

Universitas Sumatera Utara


berdasarkan Tabel IV. 11 pada bab sebelumnya mengenai penyampaian sosialisasi

Perda KTR yang dilakukan oleh pegawai Puskesmas, diketahui bahwa 90,00%

informan menyatakan bahwa penyampaian sosialisasi Perda KTR yang dilakukan

oleh pegawai Puskesmas tidak memuaskan.

Berdasarkan pernyataan informan tambahan, kinerja pegawai Dinas

Kesehatan Kota Medan yang menangani tentang pelaksanaan Perda KTR tersebut

bagus. Sekretaris camat Medan Deli menambahkan bahwa kegiatan yang dilakukan

oleh Dinas Kesehatan memang sudah baik, namun kegiatannya belum dilaksanakan

secara rutin. Menurut Pusaka Indonesia bahwa secara person to person bagus, begitu

juga secara kelembagaan juga bagus. Dinas Kesehatan Kota Medan itu aktif dalam

kegiatan-kegiatan tentang KTR, akan tetapi Dinas Kesehatan tersebut aktif karena

masih ada Pusaka Indonesia. Sampai saat ini Pusaka masih support, Dinas Kesehatan

Kota Medan juga masih aktif dan masih tetap komitmen. Jika Dinas Kesehatan tidak

komitmen maka Pusaka Indonesia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena semua

butuh dukungan dari pemerintah. Namun, masih minimnya inisiatif untuk membuat

kegiatan sendiri untuk pelaksanaan Perda KTR ini.

Selain itu, berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari penelitian bahwa

bidang yang menangani tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok ini adalah bidang

Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK). Dimana jumlah pegawai di bidang PMK

ini sebanyak 46 orang. Data tersebut diperoleh dari Struktur Sub Bagian Umum

Dinas Kesehatan Kota Medan dengan rincian; 5 orang dr.umum, 1 orang dr.gigi, 4

Universitas Sumatera Utara


orang perawat, 2 orang perawat gigi, 1 orang bidan, 7 orang sanitarian, 19 orang

PKM, 2 orang S-2 Kesmas, 4 orang non kesehatan dan 1 orang SLTP sederajat.

Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

secara kuantitas, pegawai di Dinas Kesehatan Kota Medan sudah mencukupi untuk

melaksanakan Perda KTR ini. Namun jika dilihat dari segi kualitasnya maka pegawai

Dinas Kesehatan Kota Medan yang menangani tentang Perda KTR ini belum

melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal itu dapat kita lihat dari jawaban masyarakat

tentang penyampaian dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk sosialisai Perda

KTR ini. Masyarakat belum puas dengan kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan.

Hal itu juga sejalan dengan pendapat Pusaka Indonesia bahwa sejauh ini Dinas

Kesehatan masih aktif dalam melaksanakan Perda KTR karena masih adanya

dukungan dari Pusaka Indonesia.

Untuk Tim Pemantau KTR belum bisa di analisis karena sampai penelitian

selesai Tim Pemantau tersebut belum beroperasi karena SK Tim Pemantau tersebut

masih baru selesai disahkan.

b. Sumber Daya Finansial

Kebutuhan akan sumber daya finansial dalam melaksanakan suatu kebijakan

harus memadai agar suatu kebijakan dapat dilaksanakan. Karena tanpa adanya dana

yang memadai, suatu kebijakaan tentu tidak akan bisa berjalan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan keterangan informa kunci, bahwa dana yang digunakan untuk

proses Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tentang

Kawasan Tanpa Rokok berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Kota Medan, tepatnya sudah tercantum di dalam APBD. Baik itu pada

APBD tahun 2015 yakni ketika Perda ini masih dalam tahap sosialisasi dan sedang

dianggarkan untuk tahun 2016. Namun selain dana APBD, dalam proses

implementasi Perda KTR ini juga dibantu dana DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai

Hasil Tembakau) dari pusat. Selain APBD dan dana DBHCHT, dalam penegakan

Perda ini nantinya juga akan dibantu oleh dana dari pajak rokok. Namun, dana yang

keluar untuk penerapan Perda KTR ini juga masih bertahap. Dimana di tahun 2015

untuk sosialisasi Perda KTR, dananya sekitar Rp.281.400.000. dan di tahun 2016

untuk penerapan Perda KTR sedang diusulkan sekitar Rp.475.650.000.

Berdasarkan pernyataan Pusaka Indonesia bahwa dana untuk penerapan Perda

Kawasan Tanpa Rokok ini masih sekian persen dan masih merupakan angka yang

kecil dari anggaran Dinas Kesehatan Kota Medan. Berbeda dengan daerah-daerah

lain seperti Bogor, dimana anggaran mereka untuk Perda KTR cukup besar sehingga

pelaksanaan Perda KTR daerah Bogor tersebut juga luar biasa.

Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

sumber daya finansial untuk mengimplementasikan Perda KTR ini belum memadai

dan masih harus lebih ditingkatkan lagi agar Perda tersebut dapat berjalan.

Universitas Sumatera Utara


c. Fasilitas

Sumber daya lain yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan

implementasi suatu kebijakan adalah fasilitas. Dengan adanya fasilitas yang memadai

tentu segala program yang telah dibuat akan berjalan dengan adanya dukungan dari

fasilitas tersebut.

Berdasarkan keterangan informan kunci, untuk saat ini sarana dan prasarana

untuk penerapan Perda KTR ini belum memadai dan masih hanya sebatas alat bantu

alat tulis saja seperti stiker, brosur, spanduk, billboard dan rolling banner elektrik

serta pendistribusian buku Perda dan Perwal tentang Kawasan Tanpa Rokok. Jika

daerah lain seperti Bogor yang sudah mempunyai mobil seperti tempat sidang itu,

Kota Medan belum mampu menyiapkan hal tersebut. Sampai saat ini hal tersebut

masih sebatas pemikiran dan wacana saja. Namun sekarang di Puskesmas, Dinas

Kesehatan Kota Medan sudah mulai menyediakan klinik UBM (Upaya Berhenti

Merokok) untuk masyarakat yang ingin berhenti merokok. Hal ini didukung oleh data

sekunder penelitian tentang contoh rekapitulasi Upaya Berhenti Merokok (UBM) di

puskesmas yang dilaksanakan sejak Januari 2016.

Selain itu pada data sekunder penelitian juga terdapat kegiatan Dinas

Kesehatan Kota Medan tentang pengadaan Perda dan Perwal KTR dan pembuatan

media promosi KTR stiker. Dimana pencapaian program dan kegiatannya, Perda di

buat sebanyak 1.250 eksemplar dan Perwal sebanyak 1.250 eksemplar serta 10.000

buah stiker KTR.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Tabel IV. 12 pada bab sebelumnya mengenai intensitas fasilitas

yang masyarakat lihat untuk pelaksanaan Perda KTR diketahui bahwa informan

menyatakan bahwa fasilitas yang mereka lihat untuk pelaksanaan Perda KTR ini

masih jarang.

Hal itu di perkuat oleh informan tambahan, bahwa untuk saat ini sarana dan

prasarana untuk penerapan Perda KTR ini belum memadai seperti alat peraga yang

masih kurang, sosialisasinya juga masih kurang. Namun, untuk di swasta fasilitas

tersebut sudah relatif bagus karena mereka mengurus sendiri misalnya Sun Plaza.

Tetapi untuk di kantor pemerintah kota, beberapa sudah ada tetapi belum begitu baik

penyediaan fasilitas tempat khusus merokok. Dan berdasarkan keterangan sekretaris

camat Medan Deli bahwa fasilitas yang ada sekarang di Kecamatan Medan Deli

hanya berupa brosur dan stiker-stiker.

Selain itu, dapat juga dilihat fasilitas yang ada sekarang seperti yang terdapat

pada data sekunder penelitian pada bab sebelumnya pada Gambar IV. 2 yakni Stiker

Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan, Gambar IV. 3 yakni

Brosur Kawasan Tanpa Rokok di depan pintu pegawai di Kantor Dinas Kesehatan

Kota Medan, Gambar IV. 4 yakni Buku Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok yang

dibagikan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan saat melaksanakan sosialisasi Perda

KTR, Gambar IV. 5 yakni Billboard Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kota

Medan, dan Gambar IV. 7 yakni Brosur Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Camat

Medan Deli.

Universitas Sumatera Utara


Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

fasilitas yang digunakan untuk mengimplementasikan Perda KTR ini belum

memadai. Karena fasilitas yang ada masih sebatas alat bantu tulisan saja dan klinik

UBM (Upaya Berhenti Merokok) yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan

juga baru dimulai di beberapa Puskesmas sejak januari 2016.

C. Disposisi

Sikap dan karakteristik dari para implementor kebijakan dalam menyikapi

suatu kebijakan merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan. Jika para

implementor kebijakan setuju dengan isi suatu kebijakan dan adanya dukungan,

kemungkinan besar mereka akan melaksanakannya sebagaimana yang diinginkan

oleh para pembuat kebijakan dan hal itu akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari

implementasi kebijakan tersebut.

Menurut informan kunci, respon atau sikap terhadap hadirnya kebijakan

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok

adalah baik dan sangat mendukung. Informan sangat mengapresiasi sekali dan sangat

senang dengan keluarnya Perda Kawasan Tanpa Rokok ini. Adapun tindakan-

tindakan yang informan dilakukan untuk mendukung implementasi Perda KTR ini

adalah sebagai Kepala Bidang melakukan sosialisasi kepada bidang lain dan pegawai

di internal bidangnya sendiri dan melakukan peneguran-peneguran kepada

Universitas Sumatera Utara


pegawainya, melakukan pengusulan anggaran, kemudian menjalin kerja sama dengan

LSM Pusaka Indonesia dan Pemko Medan.

Berdasarkan Tabel IV. 13 pada bab sebelumnya mengenai sikap pegawai yang

mensosialisasikan Perda KTR diketahui bahwa informan menyatakan bahwa sikap

pegawai ketika melakukan sosialisasi Perda KTR adalah baik. Namun, pada Tabel

IV. 14 mengenai komitmen pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR diketahui

bahwa sebanyak 3 orang informan (5,00%) menyatakan bahwa pegawai yang

mensosialisasikan Perda KTR sangat berkomitmen, 4 orang informan (6,66%)

menyatakan bahwa pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR cukup berkomitmen,

26 orang informan (43,33%) menyatakan bahwa pegawai yang mensosialisasikan

Perda KTR berkomitmen, 16 orang informan (26,66%) menyatakan bahwa pegawai

yang mensosialisasikan Perda KTR kurang berkomitmen dan 11 orang informan

(18,33%) menyatakan bahwa pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR tidak

berkomitmen.

Berdasarkan keterangan sekretaris camat Medan Deli bahwa Dinas Kesehatan

Kota Medan mendukung sepenuhnya Perda KTR ini, tetapi kegiatan sosialisasinya

belum dilaksanakan secara maksimal. Dan menurut Pusaka Indonesia bahwa Dinas

Kesehatan Kota Medan mendukung adanya Perda KTR tersebut karena itu memang

produk hukumnya Dinas Kesehatan Kota Medan. Namun jika ingin mengetahui

komitmennya, hal itu dapat dilihat dari program kerja dari Dinas Kesehatan Kota

Medan tersebut. Keseriusan program kerja itu indikatornya bisa dilihat dari

anggarannya dan hal itu bisa dilihat bagaimana faktanya. Dimana dana untuk Perda

Universitas Sumatera Utara


KTR ini masih kecil. Karena jika memang benar-benar mendukung tentu akan

membuat anggaran yang cukup besar untuk Perda KTR ini.

Selain itu, menurut Pusaka Indonesia, jika kedepan mereka tidak lagi

mendukung secara langsung dan hanya sebagai monitoring-monitoring saja, maka

implementasi Perda KTR tersebut mungkin tidak berjalan lagi. Ada kekhawatiran dari

Pusaka Indonesia bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan mungkin tidak terlalu

memprioritaskan secara internal mereka tentang KTR ini karena masih di dukung

oleh Pusaka Indonesia. Karena masih di dukung oleh Pusaka indonesia, Dinas

Kesehatan Kota Medan menganggap bahwa kegiatan-kegiatan Pusaka itu masih jadi

bagian dari kerja mereka juga. Tetapi di khawatirkan nanti ketika Pusaka Indonesia

tidak ada lagi bagaimana keberlanjutan Perda KTR ini.

Hal itu dapat dilihat dari program kerja Pusaka Indonesia untuk Perda KTR

ini sendiri mulai dari mendorong lahirnya Perda KTR. Kemudian setelah Perda KTR

keluar, Pusaka Indonesia bersama Dinas Kesehatan Kota Medan melakukan

penguatan implementasi Perda. Penguatan implementasi Perda tersebut mulai dari

sosialisasi, kemudian juga pembentukan Tim Pemantau KTR dan mendorong

Peraturan Walikotanya. Pusaka Indonesia juga pernah melakukan pelatihan terhadap

Satpol PP untuk melakukan pemantauan KTR.

Dan untuk sekarang, program Pusaka Indonesia masih dalam rangka

penguatan implementasi Perda KTR. Yang dilakukan di dua sasaran: yang pertama,

adalah bagaimana Pusaka Indonesia mendorong Dinas Kesehatan Kota Medan agar

Universitas Sumatera Utara


bisa menggunakan dana pajak rokok untuk mendukung implementasi Perda Kawasan

Tanpa Rokok. Yang kedua, Pusaka Indonesia fokus terhadap penegakan hukumnya.

Selain itu, Pusaka Indonesia juga sedang mengembangkan aplikasi mobile phone

untuk masyarakat yang mau melaporkan pelanggaran KTR, berbasis android dengan

IOS. Dimana nantinya website tersebut akan dikelola bersama oleh Pusaka Indonesia

dan Dinas Kesehatan Kota Medan. Akan tetapi program ini adalah program dari

Pusaka Indonesia dan mereka yang fokus melaksanakan program tersebut. Selain itu

pada data sekunder penelitian juga terdapat data tentang program kerja dari Pusaka

Indonesia.

Selain itu dapat dilihat berdasarkan data sekunder penelitian bahwa untuk

memperoleh SK Tim Pemantau KTR dari Dinas Kesehatan Kota Medan, berdasarkan

informasi yang di peroleh dari Kabid PMK Dinas Kesehatan Kota Medan pada

tanggal 26 Januari 2016 bahwa SK Tim Pemantau masih di Pemko Medan. Dan

peneliti baru memperoleh SK Tim Pemantau dari Dinas Kesehatan Kota Medan pada

tanggal 5 Maret 2016. Sementara ketika peneliti melakukan wawancara dengan pihak

LSM Pusaka Indonesia pada tanggal 10 Februari 2016, SK Tim Pemantau tersebut

sudah ada di LSM Pusaka Indonesia. Maka berdasarkan data yang diperoleh tersebut,

dapat dilihat bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan kurang aktif untuk memperoleh

perkembangan terkini tentang SK Tim Pemantau KTR tersebut.

Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

disposisi yang ditunjukkan untuk mengimplementasikan Perda KTR ini sudah baik,

namun belum mendukung sepenuhnya Perda KTR ini. Hal itu di tunjukkan oleh

Universitas Sumatera Utara


jawaban sebagian masyarakat bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan dalam

mengimplementasikan Perda KTR ini masih kurang berkomitmen. Hal itu diperkuat

oleh pernyataan informan tambahan bahwa program kerja dari Dinas Kesehatan

untuk Perda KTR ini masih belum dioptimalkan karena masih di dukung oleh LSM

Pusaka Indonesia. Serta yang mempunyai program kerja yang lebih banyak itu LSM

Pusaka Indonesia dibandingkan Dinas Kesehatan kota Medan yang mempunyai

tanggung jawab untuk mengimplementasikan Perda KTR ini.

D. Struktur Birokrasi

Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi

adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau

SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Selain itu,

struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

Menurut informan kunci, bahwa struktur birokrasi untuk penerapan Perda

Kawasan Tanpa Rokok ini tidak hanya dari Dinas Kesehatan semata, tetapi ada juga

dari SKPD yang ada di Kota Medan. Hal itu disebut sebagai Tim Pemantau KTR.

Namun SK Tim Pemantau tersebut baru diterima dari Pemko. Sehingga

penganggaran dana untuk Tim Pemantau juga baru akan dimulai tahun 2016 ini.

Tetapi untuk internal Dinas Kesehatan sendiri, Perda KTR ini sudah diterapkan.

Sesudah Perda ini keluar maka berdasarkan arahan Ibu Kepala Dinas agar masing-

Universitas Sumatera Utara


masing Kepala Bidang itu melakukan pembinaan internal. Dan SOP untuk

melaksanakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan

Tanpa Rokok itu sudah bagus dan itu merupakan landasan dasar Dinas Kesehatan

Kota Medan untuk melaksanakan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok

ini.

Berdasarkan Tabel IV. 15 pada bab sebelumnya mengenai kesesuaian kerja

dengan prosedur kerja Dinas Kesehatan Kota Medan, diketahui bahwa 86,66%

informan menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota

Medan tidak sesuai dengan prosedur kerjanya. Selain itu, berdasarkan Tabel IV. 16

pada bab sebelumnya mengenai tepatkah tindakan pemerintah dengan dibentuknya

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok,

diketahui bahwa informan menyatakan bahwa tindakan pemerintah membentuk Perda

KTR ini adalah tepat.

Berdasarkan keterangan LSM Pusaka Indonesia jika Tim Pemantau KTR

sudah bisa dimaksimalkan dengan baik sebenarnya sudah bagus. Dan Berdasarkan

keterangan sekretaris camat Medan Deli bahwa seiring dengan lahirnya Perda KTR

ini, maka penambahan struktur di kantor camat untuk penerapan Perda KTR ini

memang tidak ada. Namun, pihak kecamatan Medan Deli selalu mengingatkannya

kepada kepala lurah tentang Perda KTR ini.

Selain itu, di dalam data sekunder penelitian juga terdapat Struktur Tim

Pemantau KTR Kota Medan yang terdapat pada bab sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan

kebijakan pemerintah untuk membuat Perda KTR ini sudah tepat. Namun jika dilihat

dari internal Dinas Kesehatan Kota Medan belum melaksanakan tugasnya sesuai

dengan prosedur kerja yang ada. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan

masyarakat, bahwa Dinas Kesehatan dalam menerapkan Perda KTR ini belum sesuai

dengan prosedur kerjanya.

Seiring dengan lahirnya Perda KTR ini, maka penambahan struktur birokrasi

di kantor camat untuk penerapan Perda KTR ini tidak ada. Adapun struktur Tim

Pemantau KTR secara keseluruhan untuk penerapan Perda KTR sudah bagus karena

mewakili setiap kawasan dari ke tujuh kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan

Tanpa Rokok.

E. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan sangat ditentukan oleh faktor

birokrasi yang melaksanakan kebijakan tersebut. Namun, selain faktor birokrasi

terdapat faktor non-birokrasi yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu

kebijakan. Hal itu adalah kondisi lingkungan sekitar dimana kebijakan atau peraturan

tersebut dikeluarkan yakni seperti kondisi sosial, ekonomi dan politik.

Adapun alasan mendasar mengapa masyarakat Kota Medan cenderung untuk

merokok adalah karena beberapa faktor yakni pertama, awalnya ikut pergaulan

dengan teman-teman sehingga terbiasa untuk merokok. Kedua, merokok dianggap

Universitas Sumatera Utara


sebagai upaya untuk tidak suntuk dan jika tidak merokok akan mengakibatkan sakit

kepala. Ketiga, informan menganggap bahwa jika selesai makan tidak merokok, maka

rasanya akan seperti orang bodoh dan linglung kesana-kemari. Keempat, informan itu

merokok karena sudah terbiasa. Kelima, merokok itu dianggap untuk menutupi

kekurangan, karena jika tidak merokok akan terasa ada yang kurang tetapi kalau

sudah merokok itu rasanya menjadi lengkap. Selain itu kurang semangat rasanya jika

tidak merokok.

Dalam sehari masyarakat mampu menghabiskan satu bungkus per hari, dan

ada juga yang habis sampai 2 bungkus per hari. Bahkan salah satu informan mampu

menghabiskan 3 sampai 4 bungkus per hari. Tergantung pada suasana hati dan

kegiatan pada malam harinya ketika berkumpul dengan kawan-kawannya. Dimana

untuk sebulan masyarakat menghabiskan gaji yang dimilikinya sekitar 12% untuk

rokok, namun ada juga yang 40% dan 42% dan bahkan ada juga gaji yang

dimilikinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari karena harus

membeli rokok juga. Meskipun demikian, masyarakat tetap membeli rokok dan

mengonsumsi dengan jumlah yang sama yakni 2 atau bahkan ada yang 4 bungkus per

harinya meskipun akhir-akhir ini harga rokok terus naik, karena mereka menganggap

bahwa rokok itu sudah menjadi suatu kebutuhan kecuali seorang informan yang

mengurangi untuk mengonsumsi rokok.

Dimana tempat biasa masyarakat merokok adalah di rumah, di tempat kerja,

di tempat pangkalan becak, di tempat-tempat berkumpul dengan teman-teman,

kecuali ada larangan tidak boleh merokok (No smoking) seperti di dalam angkot, di

Universitas Sumatera Utara


rumah makan, di tempat umum, dan di dalam ruangan ber AC. Namun, tidak jarang

juga mereka merokok di tempat-tempat yang mereka sukai tanpa mempedulikan

kawasan yang ada.

Hal itu senada dengan pandangan informan tambahan bahwa masyarakat

masih banyak yang tidak setuju dengan Perda KTR, karena belum memahami benar

esensi dari Perda ini sendiri. Perda ini bukan untuk melarang orang merokok, tetapi

hanya mengatur saja secara sosial dimana tempat yang boleh merokok dan dimana

yang tidak boleh merokok.

Ketika ditanya tentang dukungan masyarakat terhadap Perda KTR ini, maka

berdasarkan Tabel IV. 18 pada bab sebelumnya mengenai persepsi masyarakat

dengan adanya Perda KTR diketahui bahwa masyarakat setuju dengan adanya Peda

KTR tersebut.

Ketika ditanya tentang dukungan pedagang rokok, maka berdasarkan Tabel

IV. 19 pada bab sebelumnya mengenai dukungan pedagang rokok tentang Perda KTR

diketahui bahwa pedagang rokok mendukung adanya Perda KTR tersebut.

Hal itu berbeda dengan pandangan informan tambahan bahwa persepsi

pedagang rokok terhadap Perda KTR tersebut pasti menolaknya. Mereka menolak

karena tidak mengetahui apa esensi dari Perda KTR ini. Kerena sebenarnya tidak ada

hubungannya terhadap pendapatan mereka. Dengan adanya Perda Kawasan Tanpa

Rokok ini orang tetap boleh merokok, tetapi merokoknya tidak sembarangan lagi

sekarang karena sudah ada tempat-tempatnya.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Tabel IV. 20 pada bab sebelumnya mengenai dukungan anggota

DPRD tentang Perda KTR diketahui bahwa anggota DPRD mendukung adanya Perda

KTR ini. Hal tersebut senada dengan jawaban informan tambahan bahwa anggota

DPRD mendukung diberlakukannya Perda KTR tersebut. Namun mendukungnya

hanya secara normatif saja, tetapi dalam pelaksanaannya tidak. Karena jika mereka

mendukung secara pelaksanaannya tentu mereka tidak akan merokok sembarangan di

kantor dewan, di ruang rapat.

Dan jika dilihat dari persepsi Ormas atau LSM, mereka juga mendukung

diberlakukannya Perda KTR tersebut. Terutama bagi lembaga-lembaga perlindungan

anak, seperti Pusaka Indonesia juga pasti mendukung. Ormas-ormas keagamaan juga

relatif mendukung Perda KTR ini, seperti Muhammadiyah. Selain itu AJI (Aliansi

Jurnalis Indonesia) juga mendukung, dimana mereka merupakan mitra Pusaka

Indonesia dalam melakukan sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok ini.

Hal ini di dukung oleh jawaban informan utama pada data kuesioner pada

Tabel IV. 21 pada bab sebelumnya mengenai dukungan Ormas atau LSM tentang

Perda KTR, dimana diketahui bahwa informan menyatakan bahwa Ormas atau LSM

mendukung adanya Perda KTR tersebut.

Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

masyarakat setuju dengan adanya Perda KTR tersebut. Namun belum mendukung

dengan tindakan nyata, Karena masyarakat sudah terbiasa untuk merokok dan dengan

jumlah yang cukup banyak juga per harinya. Sehingga tanpa sadar masyarakat masih

Universitas Sumatera Utara


terbiasa merokok dimana saja di tempat-tempat yang mereka suka tanpa

mempedulikan kawasan yang ada.

Selain itu, dukungan untuk Perda KTR ini jika dilihat dari beberapa sudut

pandang bahwa: pertama, pedagang-pedagang rokok belum mendukung adanya Perda

KTR ini karena belum memahami esensi dari Perda ini sendiri. Kedua, anggota

DPRD mendukung adanya Perda KTR ini, namun mendukungnya masih secara

normatif saja, karena pada kenyataannya mereka masih merokok di tempat yang

dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok seperti di ruang rapat. Ketiga, ormas atau

LSM sudah mendukung adanya Perda KTR ini, khususnya ormas atau LSM yang

bergerak di bidang kesehatan dan perlindungan anak serta ormas-ormas keagamaan.

V. 2 Analisis Hubungan Variabel

Setelah menganalisis setiap variabel implementasi kebijakan yang digunakan,

perlu juga dilakukan analisis hubungan setiap variabel. Hal ini perlu untuk melihat

hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain, karena kegagalan atau

keberhasilan suatu variabel bisa dipengaruhi oleh variabel lain. Dengan melihat

analisis setiap variabel yang telah disebutkan diatas, maka peneliti melihat adanya

hubungan antara beberapa variabel.

Dengan melihat fakta di lapangan, bahwa masalah proses implementasi

kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan

Tanpa Rokok disebabkan oleh kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan bahwa kurangnya sosialisasi disebabkan oleh kurangnya anggaran dan

fasilitas yang disediakan untuk mengimplementasikan Perda KTR ini. Dimana

sosialisasi merupakan salah satu indikator dalam variabel komunikasi, sedangkan

anggaran dan fasilitas merupakan indikator dari sumber daya yang memiliki

hubungan yang erat diantara keduanya.

Selain alasan kurangnya anggaran dan fasilitas, peneliti juga melihat bahwa

kurangnya sosialisasi juga disebabkan oleh kurangnya komitmen dari Dinas

Kesehatan kota Medan untuk menerapkan Perda KTR ini. Karena jika melihat

program kerja yang ada, program kerja dari Dinas Kesehatan untuk Perda KTR ini

masih belum dioptimalkan karena masih di dukung oleh LSM Pusaka Indonesia.

Serta yang mempunyai program kerja yang lebih banyak itu LSM Pusaka Indonesia

dibandingkan Dinas Kesehatan kota Medan yang mempunyai tanggung jawab untuk

mengimplementasikan Perda KTR ini. Namun, hal ini juga dipengaruhi oleh

kurangnya anggaran yang ada untuk mendukung para pelaksana kebijakan untuk

melaksanakan Perda KTR ini. Sehingga dengan kurangnya anggaran akan

mempengaruhi motivasi pelaksana kebijakan dalam melaksanakan tugasnya. Dimana

komitmen merupakan salah satu indikator dari disposisi.

Peneliti juga melihat bahwa sosialisasi tidak terlaksana karena Dinas

Kesehatan Kota Medan belum melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur kerja

yang ada sehingga proses implementasi belum berjalan sesuai yang diharapkan. Hal

ini dipengaruhi oleh komitmen kerja yang masih kurang dari Dinas Kesehatan Kota

Medan. Selain itu, struktur organisasi untuk melaksanakan kebijakan ini, dalam hal

Universitas Sumatera Utara


ini Tim Pemantau KTR yang terdiri dari SKPD terkait belum di jalankan dan baru

akan berjalan di 2016 karena SK Tim Pemantau sendiri baru disahkan oleh walikota.

Sehingga Perda KTR ini belum bisa dilaksanakan secara maksimal. Dimana prosedur

kerja dan struktur organisasi merupakan indikator dari struktur birokrasi.

Selain itu peneliti juga melihat bahwa masyarakat sebagai penerima kebijakan

yang dibuat, belum mendukung Perda KTR ini dengan tindakan nyata. Karena

masyarakat sudah terbiasa untuk merokok dan dengan jumlah yang cukup banyak

juga per harinya. Sehingga tanpa sadar masyarakat masih terbiasa merokok dimana

saja di tempat-tempat yang mereka suka tanpa mempedulikan kawasan yang ada. Hal

ini juga sejalan dengan pedagang rokok yang belum mendukung adanya Perda KTR

ini. Selain itu, anggota DPRD sebagai pembuat kebijakan juga masih mendukung

secara normatif saja dan belum mendukung sepenuhnya Perda KTR ini. Namun,

ormas atau LSM sudah mendukung adanya Perda KTR ini, khususnya ormas atau

LSM yang bergerak di bidang kesehatan dan perlindungan anak serta ormas-ormas

keagamaan. Dimana dukungan atau tidak mendukungnya masyarakat, pedagang,

anggota DPRD dan ormas atau LSM merupakan indikator dari kondisi sosial,

ekonomi dan politik yang sangat mempengaruhi juga dalam keberhasilan atau

kegagalan suatu kebijakan.

Jadi dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel komunikasi,

sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi dalam pelaksanaan kebijakan sangat

berpengaruh besar terhadap keberhasilan proses implementasi Peraturan Daerah Kota

Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Serta semua variabel

Universitas Sumatera Utara


ini sangat berhubungan satu sama lain. Sehingga jika suatu variabel tidak terpenuhi

dengan baik, maka dapat dipastikan kebijakan akan gagal dilaksanakan. Namun

selain karena faktor internal birokrasi, keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan

tidak lepas pula dari faktor non-birokrasi seperti kondisi sosial, ekonomi dan politik.

Karena lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap jalan atau tidaknya suatu

kebijakan.

Untuk memperjelas pemahaman, peneliti membuatnya dalam sebuah bagan

seperti berikut:

Komunikasi

Sumberdaya
Implementasi
Disposisi

BIROKRASI
Struktur Birokrasi

NON-BIROKRASI (Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik)

Bagan V. 1: Variabel-variabel yang Mempengaruhi Proses Implementasi Perda

KTR

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

PENUTUP

Pada bab ini peneliti akan menyampaikan kesimpulan penelitian serta

rekomendasi atau saran-saran atas proses implementasi Peraturan Daerah Kota

Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, sehingga saran-saran

tersebut dapat digunakan menjadi solusi atas tindakan-tindakan implementasi di masa

yang akan datang.

VI. 1 Kesimpulan

Kesimpulan merupakan inti pokok yang ditarik oleh peneliti dari hasil

interpretasi dan analisis yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun

kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi Proses

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Kawasan Tanpa Rokok.

Proses implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014

tentang Kawasan Tanpa Rokok dapat dilihat dari beberapa variabel implementasi

yaitu komunikasi sumber daya, disposisi, struktur birokrasi dan kondisi sosial,

ekonomi dan politik. Secara lengkap kesimpulan dari penelitian dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


A. Komunikasi

Jika dilihat dari aspek komunikasi adalah bahwa komunikasi sudah dilakukan

dan berjalan cukup baik di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Medan, baik secara

perbidang maupun keseluruhan di internal Dinas Kesehatan Kota Medan. Adapun

bentuk komunikasi Dinas Kesehatan Kota Medan kepada SKPD dan kecamatan di

kota Medan dalam mengimplementasikan Perda KTR ini dalam bentuk koordinasi

saja. Dan bentuk komunikasi Dinas Kesehatan kepada LSM Pusaka Indonesia itu

hanya sebatas mitra kerja dan tidak ada ikatan secara khusus. Dimana koordinasi dan

mitra kerja Dinas Kesehatan Kota Medan dengan SKPD dan LSM Pusaka itu sudah

berjalan cukup baik.

Namun, komunikasi atau sosialisasi kepada masyarakat di kecamatan sendiri

belum berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari pernyataan masyarakat bahwa lebih

dari setengah menyatakan bahwa sosialisasi tidak pernah dilakukan dan menyatakan

kurang mengetahui serta kurang mengerti maksud dari Perda KTR tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa masih sangat minimnya kegiatan sosialisasi yang dilakukan

kepada masyarakat.

B. Sumber Daya

Dari aspek sumber daya, dibagi 3 (tiga) yakni:

a. Sumber Daya Manusia

Jika dilihat dari aspek sumber daya manusia bahwa secara kuantitas, pegawai di

Dinas Kesehatan Kota Medan sudah mencukupi untuk melaksanakan Perda KTR ini. Namun

Universitas Sumatera Utara


jika dilihat dari segi kualitasnya maka pegawai Dinas Kesehatan Kota Medan yang

menangani tentang Perda KTR ini belum melaksanakan tugasnya dengan baik. Sementara

Untuk Tim Pemantau KTR belum bisa di analisis karena sampai penelitian selesai Tim

Pemantau tersebut belum beroperasi karena SK Tim Pemantau tersebut masih baru selesai

disahkan.

b. Sumber Daya Finansial

Jika dilihat dari aspek sumber daya finansial, maka dapat disimpulkan bahwa

sumber daya finansial untuk mengimplementasikan Perda KTR ini belum memadai

untuk melaksanakan sebuah Perda. Namun, berhubung karena Perda KTR ini baru

keluar sehingga dana yang keluar juga masih bertahap.

c. Fasilitas

Jika dilihat dari aspek fasilitas maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang

digunakan untuk mengimplementasikan Perda KTR ini belum memadai. Karena

fasilitas yang ada masih sebatas alat bantu tulisan saja seperti stiker, brosur, spanduk,

billboard dan rolling banner elektrik serta pendistribusian buku Perda dan Perwal

tentang Kawasan Tanpa Rokok dan klinik UBM (Upaya Berhenti Merokok) yang

disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan juga baru dimulai di beberapa

Puskesmas sejak Januari 2016.

C. Disposisi

Disposisi yang ditunjukkan untuk mengimplementasikan Perda KTR ini sudah

baik, namun belum mendukung sepenuhnya Perda KTR ini. Hal itu di tunjukkan oleh

Universitas Sumatera Utara


jawaban sebagian masyarakat bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan dalam

mengimplementasikan Perda KTR ini masih kurang berkomitmen. Hal itu diperkuat

oleh pernyataan informan tambahan bahwa program kerja dari Dinas Kesehatan

untuk Perda KTR ini masih belum dioptimalkan karena masih di dukung oleh LSM

Pusaka Indonesia. Serta yang mempunyai program kerja yang lebih banyak itu LSM

Pusaka Indonesia dibandingkan Dinas Kesehatan kota Medan yang mempunyai

tanggung jawab untuk mengimplementasikan Perda KTR ini.

D. Struktur Birokrasi

Dari aspek struktur birokrasi jika dilihat dari struktur Tim Pemantau KTR

sudah bagus karena mewakili setiap kawasan dari ke tujuh kawasan yang ditetapkan

sebagai Kawasan Tanpa Rokok. Namun jika dilihat dari internal Dinas Kesehatan

Kota Medan belum melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur kerja yang ada.

Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan masyarakat, bahwa Dinas Kesehatan dalam

menerapkan Perda KTR ini belum sesuai dengan prosedur kerjanya yang seharusnya

mensosialisasikan seluas-luasnya Perda KTR ini satu tahun pertama dikeluarkannya

Perda KTR ini. Dan seiring dengan lahirnya Perda KTR ini, maka penambahan

struktur birokrasi di kantor camat untuk penerapan Perda KTR ini tidak ada.

E. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Jika dilihat dari aspek kondisi sosial, ekonomi dan politik dapat disimpulkan

bahwa masyarakat sebagai penerima kebijakan yang dibuat, belum mendukung Perda

Universitas Sumatera Utara


KTR ini dengan tindakan nyata. Karena masyarakat sudah terbiasa untuk merokok

dan dengan jumlah yang cukup banyak juga per harinya. Sehingga tanpa sadar

masyarakat masih terbiasa merokok dimana saja di tempat-tempat yang mereka suka

tanpa mempedulikan kawasan yang ada. Hal ini juga sejalan dengan pedagang rokok

yang belum mendukung adanya Perda KTR ini. Selain itu, anggota DPRD sebagai

pembuat kebijakan juga masih mendukung secara normatif saja dan belum

mendukung sepenuhnya Perda KTR ini. Namun, ormas atau LSM sudah mendukung

adanya Perda KTR ini, khususnya ormas atau LSM yang bergerak di bidang

kesehatan dan perlindungan anak serta ormas-ormas keagamaan.

2. Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014

tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Adapun tujuan dari Perda KTR ini adalah untuk memberikan perlindungan

kepada masyarakat dari dampak buruk rokok baik secara langsung maupun tidak

langsung di Kawasan Tanpa Rokok yang terdiri dari: fasilitas layanan kesehatan,

tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan

umum, tempat kerja dan tempat umum.

Maka berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa Proses

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan

Tanpa Rokok belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dari

pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang Perda KTR ini dan masih

minimnya sumber daya yang ada untuk pelaksanaan Perda KTR. Selain itu dari tujuh

kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok, yang

Universitas Sumatera Utara


mengimplementasikan Perda KTR ini dengan cukup baik baru di fasilitas layanan

kesehatan dan tempat kerja. Sedangkan untuk tempat belajar, yang menerapkannya

masih sedikit seperti MAN 1 Medan, Yayasan Pendidikan Harapan dan penerapannya

di tempat belajar masih rendah. Di tempat umum, yang menerapkannya masih sebatas

fasilitas mall. Di tempat ibadah, yang menerapkannya masih Yayasan Don Bosco.

Namun untuk tempat umum, tempat belajar dan tempat ibadah lainnya, tempat anak

bermain dan angkutan umum belum menerapkan Perda KTR ini. Hal ini dapat

diartikan bahwa, sebagai sebuah Perda yang telah di undangkan selama 2 tahun,

proses implementasinya belum bisa direalisasikan setengah dari kawasan yang

ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok. Hal ini juga dapat dibuktikan dari

Pencapaian Program dan Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota

Medan terkait KTR. Dimana Penegakan Perda KTR ini sendiri belum bisa

direalisasikan.

VI. 2 Saran

Adapun saran dari peneliti tentang proses implementasi Peraturan Daerah

Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini adalah sebagai

berikut:

1. Perlunya melakukan sosialisasi secara maksimal dan berkelanjutan kepada SKPD

dan masyarakat. Agar masyarakat mengetahui, memahami dan mau mematuhi

Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2. Perlu dibenahi lagi sumber daya manusia untuk melaksanakan Perda KTR ini.

Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan fasilitas untuk

mengimplementasikan Perda KTR ini juga sangat perlu di tingkatkan, karena

dengan dana dan fasilitas yang kurang suatu peraturan tidak akan bisa berjalan

dengan baik sebagai mana yang telah di harapkan.

3. Perlunya meningkatkan komitmen kerja dan kerja nyata untuk melaksanakan

Perda KTR ini. Karena sebuah program bisa berjalan harus dilakukan dengan

komitmen yang nyata. Selain itu perlu di tingkatkannya dan di fokuskannya

program kerja untuk mengimplementasikan Perda KTR ini.

4. Perlu digerakkannya Tim Pemantau KTR secepatnya agar program-program yang

telah dibuat bisa dilaksanakan sesuai yang diharapkan.

5. Dinas Kesehatan Kota Medan sebagi penanggung jawab implementasi Perda KTR

ini perlu memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan politik dalam

mengimplementasikan Perda KTR ini. Karena aspek sosial, ekonomi dan politik

tersebut merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan atau

kegagalan suatu peraturan.

6. Perlunya dukungan nyata dari masyarakat dan anggota DPRD agar tidak

melanggar Perda KTR yang telah dibuat.

7. Perlunya dukungan Ormas dan LSM untuk membantu Dinas Kesehatan Kota

Medan untuk mengimplementasikan Perda KTR ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

METODE PENELITIAN

II. 1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah

atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian

menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang

sesuai dengan kenyataan dan mencoba menganalisis untuk memberikan

kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Pada pendekatan kualitatif ini

menekankan analisisnya pada proses penyimpulan hubungan masalah-masalah

penelitian yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.

II. 2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Kesehatan Kota Medan, di Jl. Rotan

No. 1 – Komplek Petisah Medan Telp. 4520331 dan di Kecamatan Medan Deli,

Medan.

Universitas Sumatera Utara


II. 3 Informan Penelitian

Dalam penelitian deskriptif kualitatif, subyek penelitian telah tercermin dalam

fokus penelitian yang ditentukan secara sengaja. Subyek penelitian inilah yang akan

menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama

proses penelitian. 38

Dalam penelitian ini menggunakan populasi dan sampel. Dimana populasi

adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari data yang memiliki karakteristik

tertentu dalam penelitian. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pegawai di Dinas Kesehatan Kota Medan dan seluruh masyarakat yang

tinggal di Kota Medan.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin di teliti. Oleh karena itu

sampel harus dilihat berdasarkan suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan

populasi itu sendiri. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling dimana sampel dalam penelitian ini dipilih dengan sengaja dan

mereka yang benar-benar paham mengenai permasalahan yang diteliti serta dengan

pertimbangan tertentu demi keakuratan data yang akan diperoleh. Dalam hal ini yang

menjadi sampel dari aparatur pemerintah adalah Kepala Bidang PMK (Pengendalian

Masalah Kesehatan) dan pegawai yang menangani tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Dinas Kesehatan Kota Medan.

38
Husaini Usman, Metode Penelitian Sosial (Edisi Kedua). (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Dan untuk masyarakat Kota Medan yang menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah masyarakat yang tinggal di Kecamatan Medan Deli karena Kecamatan Medan

Deli merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dari 21 kecamatan di

Kota Medan yakni sebayak 171.951 jiwa pada data BPS tahun 2013 39 dan merupakan

kecamatan dengan gejala yang kompleks.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan

informan yang terdiri dari:

1. Informan Kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi

pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi informan kunci dalam

penelitian ini adalah Kepala Bidang dan pegawai yang menangani tentang

Kawasan Tanpa Rokok Kota Medan.

2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang

diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah

beberapa orang masyarakat kota Medan. Dalam hal ini adalah masyarakat di

Kecamatan Medan Deli.

3. Informan Tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi tambahan

terkait dengan apa yang sedang di teliti. Adapun yang menjadi informan tambahan

dalam penelitian ini adalah LSM Pusaka Indonesia dan Sekretaris Camat Medan

Deli.

39
http://pemkomedan.go.id/new/hal-kependudukan.html. Diakses pada 27 November 2015 pukul
06.40 WIB

Universitas Sumatera Utara


II. 4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan

dengan instrumen sebagai berikut:

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara

mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan.

Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara

langsung dan mendalam serta terbuka kepada informan atau pihak yang

berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan

dengan penelitian. 40

b. Kuesioner, yaitu suatu daftar yang berisi rangkaian pertanyaan mengenai

masalah yang akan diteliti dan bertujuan untuk memperoleh informasi yang

relevan.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan

melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data-

data primer. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen sebagai berikut:

40
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial
lainnya. (Jakarta: Kencana, 2007).

Universitas Sumatera Utara


a. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang

berkompetensi dan lainnya yang berkenaan dengan penelitian ini.

b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan

atau foto-foto dan rekaman video yang ada di lokasi penelitian serta sumber-

sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

II.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak awal

penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian

dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Teknik analisis data kualitatif dilakukan

dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, dan

menyusunnya dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap

berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis

sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

Menurut Burhan Bungin terdapat beberapa aktifitas dalam analisis data

yaitu: 41

1. Data reduction / reduksi data

41
Burhan Bungin, Metodologi penelitian kualitatif (akualisasi metodologis kearah ragam varian
kontemporer) (Jakarta: PT Rajagrafindo, 2011)

Universitas Sumatera Utara


Reduksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus

menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tentu saja proses

reduksi data ini tidak harus menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru

melaksanakan analisis namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga

selain meringankan kerja peneliti juga memudahkan peneliti dalam melakukan

kategorisasi data yang telah ada.

2. Data display / penyajian data

Display data bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Kegiatan

reduksi data dan proses penyajian data adalah aktivitas-aktivitas yang terkait

dengan proses analisis data model interaktif. Dengan demikian kedua proses ini

berlangsung selama proses penelitian berlangsung dan belum berakhir sebelum

laporan hasil akhir penelitian disusun. Display data dilakukan untuk

mempermudah peneliti memahami data yang diperoleh selama penelitian

memahami data yang diperoleh selama penelitian dibuat dalam bentuk uraian atau

teks yang bersifat naratif, bagan atau bentuk tabel.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai hipotesis, dan bila

didukung oleh data maka akan dapat menjadi teori.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Merokok sangat berbahaya dan merusak kesehatan baik bagi perokok aktif

maupun orang-orang yang berada disekitar perokok tersebut, karena rokok

mengandung zat-zat sangat yang berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok

adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Selain itu, dalam sebatang rokok juga

mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya.

Dampak kesehatan yang diakibatkan penggunaan tembakau atau kebiasaan

merokok dapat kita lihat bahwa pada tahun 2001, angka kejadian akibat penyakit

yang berkaitan dengan kebiasaan merokok yang dilaporkan di Indonesia adalah

22,6% atau 427,948 kematian. Insidensi kanker paru pada laki-laki di tahun 2001

menunjukkan 20 per 100.000 ribu penduduk, sementara pada wanita 6,8 per 100.000.

Penyebab kematian nomor 1 di Indonesia pada tahun 1999 adalah penyakit sistem

sirkulasi, termasuk di dalamnya adalah penyakit kardiovaskular, Kebiasaan merokok

merupakan salah satu faktor risiko kanker paru-paru dan penyakit kardiovaskular.

Dampak perokok pasif dengan bukti yang sugestif menyebabkan tumor otak, limfoma

dan leukemia. Data kematian pada perokok pasif cukup tinggi. Data yang didapatkan

dari survei pada 23 negara di Eropa pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kematian

yang berkaitan dengan perokok pasif sebesar 79.449, dengan rincian sebesar 32.342

kematian karena penyakit jantung iskemik, 28.591 karena stroke, serta kanker paru

Universitas Sumatera Utara


sebesar 13.241 dan PPOK sebesar 5.275.3 Data di Amerika menunjukkan sebanyak

38.000 perokok pasif meninggal setiap tahunnya akibat kanker paru dan penyakit

jantung. 1

Indonesia merupakan salah satu dari lima negara dengan konsumsi rokok

terbanyak. Data Tobacco Atlas 2012 menunjukkan bahwa Indonesia masih

merupakan salah satu dari lima konsumsi terbanyak, meskipun sudah menduduki

peringkat keempat sejajar dengan Jepang. Persentase di lima negara tersebut, yaitu

Cina (38%), Rusia (7%), Amerika serikat (5%), Indonesia dan Jepang (4%). 2

Beberapa negara dan kota di dunia telah membuktikan bahwa Undang-

Undang Kawasan Tanpa Rokok (UU KTR) yang diikuti dengan penegakan hukum

yang ketat, memiliki dukungan dan tingkat kepatuhan masyarakat yang cukup tinggi.

Negara-negara yang memiliki dukungan dan tingkat kepatuhan tinggi, yaitu Irlandia

(90%), Uruguay (80%), New York (75%), California (75%), dan New Zealand

(70%). Hasil penelitian di California menunjukkan bahwa terjadi perubahan sikap

yang positif dan signifikan terkait hukum bebas asap rokok dimana pada survei tahun

1998 (43,0%), meningkat pada survei tahun 2002 (82,1%) pemilik bar dan staf akan

meminta untuk berhenti atau merokok di luar ketika ada pelanggan yang merokok di

bar. Selain itu, penelitian yang dilakukan di Meksiko untuk menilai tentang sikap dan

1
Yayi Suryo Prabandari. dkk, Jurnal: Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian
Tembakau Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok terhadap Perilaku dan Status
Merokok di Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta (Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,
2009), hal 220.
2
Intan Fatmasari. dkk, Jurnal: Perilaku Supir Angkutan Pasca penetapan PERDA Kawasan Tanpa
Rokok di Kota Makassar (Makassar: Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM Universitas
Hasanuddin) hal 2.

Universitas Sumatera Utara


keyakinan terhadap hukum bebas asap rokok memberikan hasil adanya dukungan

tinggi yang meningkat untuk 100% kebijakan bebas asap rokok, meskipun 25%

bukan perokok dan 50% dari perokok setuju dengan hak perokok untuk merokok di

tempat umum. 3

Namun hal tersebut tidak sejalan dengan fakta yang ada di Indonesia.

Indonesia sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang belum menandatangani

dan meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), jumlah

perokok di Indonesia dari tahun ke tahun tidak beranjak turun, justru naik. Pada tahun

2001 menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) prevalensi perokok pria di

atas 15 tahun adalah 58.3%, sementara pada tahun 2004 menurut SKRT prevalensi

perokok pria di atas 15 tahun adalah 63.2%. Angka tersebut meningkat seiring

dengan naiknya jumlah konsumsi rokok dari 198 milyar batang di tahun 2003

menjadi 220 milyar batang di tahun 2005. Rata-rata perokok menghabiskan 10-11

batang per hari di tahun 2004. Naiknya jumlah rokok yang dikonsumsi oleh para

perokok mencerminkan hasil produksi rokok yang terus naik dari 141.000 ton di

tahun 2001 menjadi 177.895 ton pada tahun 2004. 4

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui bahwa

prevalensi penduduk umur lebih dari atau sama dengan 10 tahun yang merokok

sebesar 29,2% dimana 81,2 % diantaranya merokok setiap hari dan 85,4% merokok

di dalam rumah bersama anggota keluarga yang lain. Pada tahun 2010 prevalensi

3 World Health Organization (WHO). WHO Report on the Global Tobacco Epidemic; 2008.
4
Yayi Suryo Prabandari. dkk, ibid., hal 218.

Universitas Sumatera Utara


perokok meningkat menjadi 34,7% dimana 81,3% diantaranya merokok setiap hari.

dan berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, proporsi penduduk umur >15 tahun yang

merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat dalam Riskesdas 2010

(34,7%) dan Riskesdas 2013 (36,3%). 5

Sehingga untuk menanggulangi meningkatnya prevalensi perokok dan

masalah yang ditimbulkan oleh paparan asap rokok, Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengharapkan para kepala daerah baik gubernur

maupun bupati/walikota mengembangkan kebijakan kawasan tanpa rokok di daerah

masing-masing (Kemenkes RI, 2007 dan 2010) yang di dasari oleh UU No. 36 tahun

2009 tentang kesehatan dan PP Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan

yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

Maka sebagai bentuk implementasi dari himbauan Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia tersebut, daerah-daerah di Indonesia membentuk Peraturan

Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok. Dimana

dalam implementasi Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan

Terbatas Merokok tersebut ada daerah atau kawasan yang telah dapat dikatakan

efektif dan efisien dalam mengimplementasikan Perda tersebut, namun ada juga

daerah yang belum mampu menjalankannya secara efektif dan efisien.

Seperti penerapan kebijakan kampus bebas rokok di Fakultas Kedokteran

UGM, Yogyakarta. Dimana dari hasil penelitian bahwa dengan adanya pelaksanaan

5
Ni Luh Putu Devhy, Tesis: Pengaruh Faktor Pengelola terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Peraturan
Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Hotel Berbintang di Kabupaten Bandung, (Denpasar:
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, 2014), hal 1-2.

Universitas Sumatera Utara


kebijakan kampus bebas rokok mempunyai dampak positif pada pengurangan

kebiasaan merokok dan mempromosikan perilaku berhenti merokok pada mahasiswa

FK UGM. Mayoritas mahasiswa dan mahasiswi FK UGM sangat mendukung

kebijakan kampus bebas rokok. Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut: 6

Tabel I. 1 Status Merokok Mahasiswa FK UGM Tahun 2003 dan 2007

Laki-laki % Perempuan %
2003(n=311) 2007 (n=189) 2003(n=423) 2007 (n=274)
Tidak merokok 50,20 69,30 90,10 92,30
Perokok 36 21,20 9,20 7,30
eksperimen
Mantan perokok 2,90 1,10
Perokok 10,90 8,50 0,70 0,40

Berdasarkan Tabel I. 1 diatas menunjukkan bahwa pola perilaku merokok

mahasiswa FK UGM setelah pemberlakukan kampus bebas rokok. Meskipun

sebagian besar mahasiswa FK UGM tidak pernah merokok, namun sekitar 12%

mahasiswa laki-lakinya dan 6% mahasiswi menghentikan kebiasaan merokoknya

semenjak menjadi mahasiswa FK UGM. Setelah kampus bebas rokok diberlakukan,

sebanyak 6% mahasiswa laki-laki dan 3.7% mahasiswi berhenti merokok, meskipun

masih ada yang tetap mempertahankan perilaku merokoknya.

Penerapan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan

Terbatas Merokok dapat juga kita lihat di kabupaten Bandung yakni tentang

6
Yayi Suryo Prabandari. dkk, ibid.,

Universitas Sumatera Utara


kepatuhan pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Hotel

Berbintang. Dimana pada hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa kepatuhan hotel

berbintang terhadap Perda KTR masih rendah (15,4%). Faktor yang meningkatkan

kepatuhan adalah pengetahuan yang baik, sikap yang baik, dukungan yang nyata

terhadap Perda KTR dan adanya himbauan organisasi. Perilaku merokok pengelola

berpengaruh secara bermakna menghambat kepatuhan. 7 Hal ini menunjukkan bahwa

penerapan Perda tentang KTR di kabupaten Bandung masih rendah.

Kita juga dapat melihat efektivitas penerapan kebijakan Perda tentang

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam upaya menurunkan perokok aktif di Sumatera

Barat. Hal tersebut dapat kita lihat dalam tabel berikut:

Tabel I. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Efektifitas KTR

KTR Efektif Frekuensi Persentase


Ya 51 51
Tidak 49 49
Jumlah 100 100

Pada Tabel I. 2 di atas dapat dilihat 51% menyatakan bahwa KTR cukup

efektif menurunkan perokok aktif. Dimana efektifitas KTR dalam penurunan perokok

aktif pada tiga kota belum menunjukkan angka yang signifikan, namun ada

kecenderungan penurunan perokok. Berdasarkan data kuantitatif dapat dilihat bahwa

di tiga kabupaten perokok masih mencapai 59%. Di Padang Panjang, peraturan ini

sudah berjalan karena adanya komitmen dari Walikota dan DPR. Di Kota

7
Ni Luh Putu Devhy, ibid.,

Universitas Sumatera Utara


Payakumbuh juga adanya komitmen dari Walikota dan dukungan dari Dinas

Kesehatan berdasarkan Perda KTR No. 15/2011. Dan di kota Padang baru perusahaan

swasta yang telah menerapkan KTR seperti BANK, sedangkan di kantor

pemerintahan, sekolah dan tempat umum belum sepenuhnya dilaksanakan KTR. 8

Selain itu, kita juga dapat melihat penerapan Peraturan Daerah tentang

Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di kota Surabaya. dimana

dalam pelaksanaan pasal 7 Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2008 Tentang Kawasan

Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya

dalam upaya Pembinaan meliputi 2 tahap, yaitu bimbingan dan penyuluhan.

Bimbingan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surabaya terhadap sarana – sarana

kesehatan sudah berjalan dengan baik dalam pelaksanaanya sesuai dengan Peraturan

Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan

Kawasan Terbatas Merokok. Namun, penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kota Surabaya masih belum sesuai dengan Peraturan Daerah Kota

Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan

Terbatas Merokok karena masih terdapat hambatan – hambatan eksternal dalam

pelaksanaannya. 9

Maka berdasarkan beberapa uraian dan implementasi Peraturan Daerah

tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di beberapa daerah
8
Nizwardi Azkha, Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan PERDA Kota tentang Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera Barat Tahun 2013 , (Padang: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, 2013).
9
Agil Prianggara, Pelaksanaan Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008
Tentang Kawasan Tanpa Rokok Dan Kawasan Terbatas Merokok (Studi Di Dinas Kesehatan Kota
Surabaya), (Surabaya: Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2013).

Universitas Sumatera Utara


di Indonesia, penulis ingin mengetahui bagaimana proses implementasi Peraturan

Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok di kota Medan yang diundangkan sejak

tanggal 20 Januari 2014 lalu. Dimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan

Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok diserahkan kepada Dinas

Kesehatan Kota Medan 10 yang menjadi tugas dan kewajiban dari Dinas Kesehatan

Kota Medan untuk benar-benar merealisasikannya. Selain itu, penulis tertarik

meneliti tentang proses implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun

2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini karena dari beberapa penelitian di Medan

belum ada yang meneliti dari perspektif kebijakan publik. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian tentang implementasi kebijakan publik dengan

judul “Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun

2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok”.

I. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses implementasi

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa

Rokok?

10
Peraturan Walikota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Pasal 1

Universitas Sumatera Utara


I. 3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memiliki tujuan

yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis melalui penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan mengkaji lebih mendalam mengenai proses

implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan

Tanpa Rokok.

I. 4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Manfaat secara ilmiah

Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah,

sistematis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dan menuliskan karya

ilmiah di lapangan berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperolah dari

Ilmu Administrasi Negara.

2. Manfaat secara akademis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk memperkaya khasanah kepustakaan

sehingga dapat menjadi sumbangan ilmiah, menambah bahan kajian akademik,

referensi dan tambahan informasi bagi para pembaca mengenai evaluasi terhadap

implementasi kebijakan.

3. Manfaat secara praktis

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Dinas

Kesehatan Kota Medan dalam rangka implementasi Kawasan Tanpa Rokok.

I. 5 Kerangka Teori

Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka

dibutuhkan teori-teori sebagai pedoman kerangka berfikir untuk menggambarkan dari

sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Kerangka teori merupakan

landasan berpikir untuk melakukan penelitian dan teori yang dipergunakan untuk

menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Landasan teori perlu

ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar

perbuatan coba-coba. 11

I. 5. 1 Kebijakan Publik

I. 5. 1. 1 Pengertian Kebijakan Publik

Secara etimologis, istilah kebijakan publik atau policy berasal dari bahasa

Yunani “polis” berarti negara kota yang kemudian masuk ke dalam bahasa Latin

menjadi “politia” yang berarti negara. Akhirnya masuk ke dalam bahasa Inggris

11
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi Negara. (Bandung: Alfabet, 2007), hal. 55

Universitas Sumatera Utara


“policie” yang artinya berkenaan dengan pengendalian masalah-masalah atau

administrasi pemerintahan. 12

Secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk

menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok,

maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan

tertentu. 13

Untuk keperluan analisis ada beberapa batasan kebijakan publik yang dapat

digunakan, salah satunya menurut Robert Eyestone, ia mengatakan bahwa “secara

luas” kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah

dengan lingkungannya. 14 Batasan lain diberikan oleh Thomas R. Dye yang

mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah

untuk dilakukan dan tidak dilakukan. 15 Konsep kebijakan publik dari Thomas R. Dye

ini mengandung makna bahwa kebijakan publik tersebut dibuat oleh pemerintah,

bukan swasta dan kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau

tidak dilakukan oleh badan pemerintah. 16

Harrold Laswell dan Abraham Kaplan memandang kebijakan publik tersebut

hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai dan praktika-praktika sosial yang ada dalam

12
William N Dunn. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2000), hal 22-25.
13
Budi Winarno. Teori dan Proses Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Media Pressindo, 2002), hal. 14
14
Ibid., hal 15
15
,AG Subarsono. Analisis Kebijakan Publik:Konsep, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hal 2
16
Ibid., hal 2

Universitas Sumatera Utara


masyarakat. 17 Ini berarti kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai

dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat.

Batasan lain juga disebutkan oleh James Anderson. Ia mengatakan bahwa

kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh

seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu

persoalan. Konsep kebijakan publik ini kemudian mempunyai beberapa implikasi,

yakni: Pertama, titik perhatian kita dalam membicarakan kebijakan publik

berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara serampangan. Kedua,

kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat

pemerintah dan kukan merupakan keputusan-keputusan yang tersendiri. Ketiga,

kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatur

perdagangan, mengendalikan inflasi, atau mempromosikan perumahan rakyat dan

bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Keempat, kebijakan publik mungkin

dalam bentuknya bersifat positif atau negatif. Secara positif, kebijakan mungkin

mencakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas untuk mempengaruhi suatu masalah

tertentu. Secara negatif, kebijakan mungkin mencakup suatu keputusan oleh pejabat-

pejabat pemerintah, tetapi tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk

melakukan sesuatu mengenai suatu persoalan yang memerlukan keterlibatan

pemerintah. 18

17
AG Subarsono. Ibid., hal 3
18
Budi Winarno, ibid., hal 16-18

Universitas Sumatera Utara


Dari beberapa uraian diatas dan sejalan dengan pendapat dari Charles O.

Jones, bahwa kebijakan publik terdiri dari komponen-komponen:

1. Goals atau tujuan yang diinginkan

2. Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan

3. Programs, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan

4. Decision atau keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan,

membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program

5. Efek, yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primer atau

sekunder). 19

Meskipun terdapat berbagai defenisi kebijakan publik yang telah

dikemukakan diatas, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kebijakan publik

adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang

mempunyai tujuan dan berorientasi pada tujuan dan kepentingan masyarakat.

I. 5. 1. 2 Tahapan Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena

melibatkan banyak proses dan variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa

ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-

19
Hessel Nogi S. Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi. (Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI,
2003), hal 2-3

Universitas Sumatera Utara


proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahapan. Seperti tahapan-

tahapan kebijakan publik yang dikemukakan oleh William N Dunn berikut ini: 20

1. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.

Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk

ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda

kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak

disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut

ditunda untuk waktu yang lama.

Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Formulasi Kebijakan (Policy Formulation)

Adopsi Kebijakan (Policy Adoption)

Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)

Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)

Bagan I.1: Tahapan Kebijakan Publik

20
William N Dunn. Analisa Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998), hal
24-25

Universitas Sumatera Utara


Proses kebijakan publik menurut William N Dunn ini juga dapat kita lihat
pada bagan berikut: 21

Perumusan
Masalah Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan
Forecasting

Rekomendasi Adopsi Kebijakan


kebijakan

Monitoring
Kebijakan Implementasi Kebijakan

Evaluasi Penilaian Kebijakan


Kebijakan

Bagan I.2: Proses Kebijakan Publik Menurut William N Dunn

2. Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari

pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai

21
AG. Subarsono, ibid., hal 9

Universitas Sumatera Utara


alternatif kebijakan. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk

ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing

alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagi kebijakan yang diambil untuk

memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan “bermain” untuk

mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

Tahapan kebijakan publik juga dapat kita lihat dari pandangan Ripley (1985)

berikut ini: 22

Penyusunan Hasil
Agenda
Agenda Pemerintah

Formulasi dan Diikuti


Kebijakan
Legitimasi
Kebijakan Hasil

Diperlukan
Implementasi Tindakan
Hasil
Kebijakan Kebijakan

Mengarah ke
Evaluasi terhadap
implementasi, Diperlukan
kinerja, dan Kinerja &
dampak Kebijakan Dampak
Kebijakan

Kebijakan Baru

Bagan I.3: Tahapan Kebijakan Publik Menurut Ripley

22
AG. Subarsono,. ibid., hal 11

Universitas Sumatera Utara


3. Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau

keputusan peradilan.

4. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program

tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang

diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni

dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di

tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit

administrasi yang memobilisasi sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap

implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa

implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa

yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

5. Tahap penilaian kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk

melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah.

Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.

Dalam hal ini, memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu,

ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk

menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang dinginkan.

Universitas Sumatera Utara


I. 5. 2 Implementasi Kebijakan Publik

I. 5. 2. 1 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Menurut James P. Lester dan Joseph Stewart, implementasi kebijakan

dipandang dalam pengertian yang sangat luas, merupakan alat administrasi hukum

dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama

untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.23

Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin

dapat dipahami sebagai proses, keluaran (output) maupun sebagai hasil. 24

Batasan lain mengenai implementasi kebijakan juga disebutkan oleh Van

Meter dan Van Horn. Mereka membatasi bahwa implementasi kebijakan sebagai

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok)

pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

Dari beberapa defenisi implementasi kebijakan publik yang telah

dikemukakan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa implementasi kebijakan

publik adalah pelaksanaan kebijakan oleh mesin-mesin administrasi negara dalam

mengatasi masalah.

23
Budi Winarno, ibid., hal. 101
24
Ibid., hal. 102

Universitas Sumatera Utara


I. 5. 2. 2 Model-model Implementasi Kebijakan Publik

Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel

atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Untuk memperkaya pemahaman kita tentang berbagai variabel yang terlibat di

dalamnya, maka kita akan melihat beberapa teori implementasi kebijakan sebagai

berikut:

A. Teori George C. Edwards III (1980)

Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh

empat variabel, yakni: (a) komunikasi, (b) sumberdaya, (c) disposisi dan (d) struktur

birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain. 25

a. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui

apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus

ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan

mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan

tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka

kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelomok sasaran.

b. Sumberdaya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi

apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi

25
AG. Subarsono, ibid., hal. 90-92

Universitas Sumatera Utara


tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya

manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial. Sumberdaya

adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa

sumberdaya, kebijakan hanya di kertas menjadi dokumen saja.

Komunikasi

Sumberdaya
Implementasi
Disposisi

Struktur Birokrasi

Bagan I.4: Faktor Penentu implementasi menurut Edwards III

c. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti

komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi

yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa

yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau

perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan juga menjadi tidak efektif.

d. Struktur birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek

struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi

yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman

bagi setiap implementor dalam bertindak.

Universitas Sumatera Utara


Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan

dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini

pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

B. Teori Donald S. Van Meter dan Van Horn (1975)

Menurut Meter dan Horn ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja

implementasi kinerja implementasi, yakni: (a) standar dan sasaran kebijakan, (b)

sumberdaya, (c) komunikasi, (d) karakteristik agen pelaksana, (e) disposisi

implementor, dan (f) kondisi sosial, ekonomi dan politik.26

a. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.

Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi

dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

b. Sumberdaya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia

(human resources) maupun sumberdaya non-manusia (non-human resources).

c. Hubungan antar Organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan

koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama

antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

26
AG. Subarsono, ibid., hal. 99-101

Universitas Sumatera Utara


Komunikasi antar
organisasi & kegiatan
pelaksanaan

Ukuran dan
tujuan kebijakan
Kinerja
implemen-
Disposisi tasi
Karakteristik
pelaksana
badan pelaksana

Sumberdaya
Lingkungan ekonomi,
sosial dan politik

Bagan I.5: Model Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn

d. Karakteristik agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi,

norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu

akan mempengaruhi implementasi suatu program.

e. Kondisi sosial, politik dan ekonomi

Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung

keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok

kepentingan memberi dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para

partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada

di lingkungan, dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

f. Disposisi implementor

Universitas Sumatera Utara


Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni: (1) respon

implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya untuk

melaksanakan kebijakan, (2) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan

dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh

implementor.

C. Teori Merilee S, Grindle (1980)

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (1980) dipengaruhi

oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan

implementasi (context of implementation). 27

Variabel isi kebijakan mencakup: (a) sejauh mana kepentingan kelompok

sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan, (b) jenis manfaat yang

diterima oleh target groups (c) sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah

kebijakan, (d) apakah letak sebuah program sudah tepat, (e) apakah sebuah kebijakan

telah menyebutkan implementornya dengan rinci dan (f) apakah sebuah program

didukung oleh sumberdaya yang memadai.

Sedangkan variabel lingkungan mencakup: (a) seberapa besar kekuasaan,

kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam

implementasi kebijakan, (b) karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa

dan (c) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

27
AG. Subarsono, ibid., hal. 93

Universitas Sumatera Utara


D. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)

Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983), ada tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni: (a) karakteristik dari masalah

(tractability of the problems), (2) karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of

statute to structure implementation) dan (3) variabel lingkungan (nonstatutory

variables affecting implementation). 28

I. 5. 3 Peraturan Daerah

I. 5. 3. 1 Pengertian Peraturan Daerah

Pengertian Perda kabupaten / kota adalah Peraturan Perundang - undangan

yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten atau Kota dengan

persetujuan bersama Bupati atau Walikota. 29

Peraturan Daerah Kabupaten / Kota, yang berlaku di kabupaten / kota

tersebut. dibentuk oleh DPRD Kabupaten / Kota dengan persetujuan bersama Bupati /

Walikota. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota tidak subkordinat terhadap Peraturan

Daerah Provinsi. Materi muatan Peraturan Daerah Kabupaten / Kota berisi materi

muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta

28
AG. Subarsono, ibid., hal. 94
29
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan Pasal 1
angka 8

Universitas Sumatera Utara


menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan

Perundang - undangan yang lebih tinggi. 30

I. 5. 4 Hasil-hasil Riset tentang Implementasi Kawasan Tanpa Rokok

Selain kerangka teori, kita juga dapat melihat hasil-hasil riset yang

menunjukkan implementasi tentang Kawasan Tanpa Rokok di beberapa daerah

berikut ini:

A. Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008


tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di Terminal
Joyoboyo Surabaya (Jurnal oleh Iswanti (iswanti.shanty@yahoo.com) 2013)

Berdasarkan hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi yang sudah


dilaksanakan terdapat kesesuaian dengan pelaksanaan Perda No.5/2008 di terminal
Joyoboyo Kota Surabaya bahwa dapat dilihat sudah adanya tanda/ petunjuk /
peringatan larangan merokok dan ruangan khusus merokok meskipun kenyataanya
adanya tanda/ petunjuk / peringatan larangan merokok dan ruangan khusus merokok
tersebut masih minim. Hal tersebut terjadi karena adanya beberapa kendala dalam
pelaksanaannya.
Kendala-kendala terhadap pemberlakuan Perda No.5/2008 tentang Kawasan
Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di terminal Joyoboyo Kota Surabaya
apabila dikaji dengan menggunakan pendapat Soerjono Soekanto. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum antara lain yaitu: pertama, hukum atau aturan
dalam Perda No.5/2008 ini sudah benar, sanksinya pun sudah jelas. Namun, sanksi
bagi pelanggar Perda No.5/2008 selama ini belum terlaksana dengan baik. Hal itu
dapat kita lihat banyaknya pelanggar dari Perda No.5/2008 namun tidak diberikan
sanksi sesuai dalam Perda No.5/2008.
Kedua, penegak hukum yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap
Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok adalah Pegawai Negeri Sipil
Daerah (PNS Daerah) yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. Pengawasan terhadap
penerapan Perda No.5/2008 tentang pada Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan

30
http://tehangatsekali.blogspot.com/2011/11/tata-perundangan-menurut-uu-no12-tahun.html, diakses 25
Oktober 2014

Universitas Sumatera Utara


Terbatas Merokok di terminal Joyoboyo Kota Surabaya tidak dilakukan sebagaimana
mestinya yang tercantum dalam Perda No.5/2008.
Ketiga, sarana atau fasilitas yang ada di terminal Joyoboyo Kota Surabaya
ini sebenarnya sudah ada tetapi masih minim dan kurang terawat. Hal yang
mengejutkan sarana ruangan khusus merokok yang ada di terminal Joyoboyo Kota
Surabaya beralih fungsi sebagai tempat parkir sepeda motor dan tempat istirahat atau
tempat tidur.
Keempat kesadaran hukum masyarakat, sarana atau fasilitas di terminal
Joyoboyo Kota Surabaya sudah ada serta pihak UPTD terminal Joyoboyo Kota
Surabaya telah berupaya memperingatkan perokok yang sembarangan merokok di
area terminal Joyoboyo Kota Surabaya melalui media, siaran-siaran atau warning-
warning. Namun, kesadaran hukum masyarakat di terminal Joyoboyo Kota Surabaya
masih rendah.
Kelima, budaya hukum (legal cultur) banyaknya perokok yang ada di
terminal Joyoboyo Kota Surabaya dan tidak adanya sanksi tegas bagi pelanggar Perda
No.5/2008 hal ini membuat para perokok secara bebas merokok di area terminal
Joyoboyo Kota Surabaya. Pemahaman terhadap Perda No.5/2008 ini dibutuhkan oleh
masyarakat yang ada di terminal Joyoboyo Kota Surabaya agar mematuhi Perda
No.5/2008.
Maka dari penelitian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

implementasi peraturan daerah kota Surabaya nomor 5 tahun 2008 tentang Kawasan

Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di Terminal Joyoboyo Surabaya yang

dikeluarkan Pemerintah Kota Surabaya belum berjalan efektif. Hal itu bisa kita lihat

mengenai banyaknya perokok yang sembarangan merokok di area terminal Joyoboyo

Kota Surabaya. Kendala-kendala dalam memberlakukan Perda No.5/2008 di terminal

Joyoboyo Kota Surabaya yaitu: (a) Sarana dan fasilitas terhadap pemberlakukan

Perda No.5/2008 di terminal Joyoboyo Kota Surabaya masih minim. (b) Tidak ada

pengawasan dan peringatan masih kurang. (c) Kesadaran masyarakat atau pengguna

jasa terminal Joyoboyo Kota Surabaya masih rendah. (e) Para penegak hukum tidak

pernah memberikan sanksi pelanggar Perda No.5/2008 di terminal Joyoboyo Kota

Surabaya.

Universitas Sumatera Utara


B. Pelaksanaan Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008
Tentang Kawasan Tanpa Rokok Dan Kawasan Terbatas Merokok (Studi Di
Dinas Kesehatan Kota Surabaya) (Skripsi oleh Agil Prianggara, Hukum
Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 2013)

1. Substansi Hukum
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok oleh Dinas Kesehatan Kota
Surabaya adalah dengan cara memberikan Pembinaan dan Pengawasan yang telah
diatur dalam pasal 7. Pembinaan dan Pengawasan kawasan tanpa rokok dan kawasan
terbatas merokok oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya meliputi 3 tahap, yaitu:

a. Bimbingan
Dinas Kesehatan Kota Surabaya dalam melakukan bimbingan dengan
menyampaikan implementasi peraturan daerah yang telah dibuat oleh pemerintah
secara langsung kepada sarana-sarana kesehatan dan memberikan teguran tertulis dan
sanksi administrasi jika tidak melaksanakan peraturan yang telah dibuat. Dengan
mengadakan pertemuan dengan pimpinan sarana kesehatan dan turun langsung
ketempat sarana-sarana kesehatan dengan memberikan stiker larangan merokok, hal
ini terbukti dengan dilaksanakannya oleh sarana-sarana kesehatan dengan melakukan
pemasangan stiker larangan merokok di area sarana kesehatan.

b. Penyuluhan
Pada tahap penyuluhan Dinas Kesehatan melakukan pertemuan yang
dilakukan bersama pimpinan sarana kesehatan dengan memberikan penyuluhan
masalah kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Dan memberikan
arahan tentang bahaya rokok bagi kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Surabaya
memberikan tanggung jawab kepada setiap pimpinan sarana kesehatan untuk
menjalankan peraturan mengenai kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas
merokok. Hal ini terbukti dengan belum terlaksana sepenuhnya mengenai penyuluhan
yang dilakukan Kepala Kantor atau pimpinan sarana kesehatan kepada setiap
bawahannya.

c. Pemantauan
Dalam tahap ini Dinas Kesehatan turun langsung ke sarana kesehatan dengan
melakukan pengawasan sacara langsung terhadap pihak atau indivudu yang
melakukan pelanggaran mengenai kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas
merokok. Dinas Kesehatan memberikan teguran tertulis kepada pihak atau yang
melakukan pelanggaran.

2. Struktur Hukum
Dinas Kesehatan Kota Surabaya turun langsung ke sarana-sarana kesehatan
dengan memberikan arahan mengenai Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5
Tahun 2008 Tentang kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Tebatas Merokok.
Pelaksanaan tersebut Dinas Kesehatan bergabung dengan IAKMI (Ikatan Ahli

Universitas Sumatera Utara


Kesehatan Masyarakat Indonesia), LPA Jatim (Lembaga Perlindungan Anak), dan
Stiekes Yarsi Kota Surabaya. dalam memberikan arahan kepada setiap sarana-sarana
kesehatan, Dinas Kesehatan masih mengalami berbagai kendala. Peraturan tersebut
kurang berjalan dengan baik, karena masih ada sarana-sarana kesehatan yang belum
menerapkan dan mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Surbaya Nomor 5 Tahun
2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok.
Berkurangnya Tim Pemantau yang dibentuk oleh Kepala Daerah dari SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) dalam menjalankan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor
5 tahun 2008.

3. Budaya Hukum
Sarana–sarana kesehatan di Kota Surabaya masih belum sepenuhnya
menerapkan dan mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun
2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok yang
diberikan oleh Dinas kesehatan kota Surabaya. Seperti penerapan pemasangan tanda
larangan merokok yang seharusnya dipasang di pintu masuk setiap sarana kesehatan
sebagai pentujuk bahwa area tersebut tidak diperbolehkannya ada kegiatan merokok.
Dan belum sepenuhnya sarana-sarana kesehatan memahami isi dari Peraturan Daerah
Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan
Terbatas Merokok.
Maka dari penelitian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

bimbingan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surabaya terhadap sarana – sarana

kesehatan sudah berjalan dengan baik dalam pelaksanaanya sesuai dengan Perda Kota

Surabaya tersebut. Penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya

masih belum sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008

tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok karena masih

terdapat hambatan – hambatan eksternal dalam pelaksanaannya.

C. Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Tembakau Studi


Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok terhadap Perilaku
dan Status Merokok di Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. (Jurnal oleh
Yayi Suryo Prabandari, Nawi Ng, Retna Siwi Padmawati Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat, FK UGM, Yogyakarta 2009)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan kawasan tanpa rokok di


FK UGM dapat memberikan dampak yang positif berupa turunnya proporsi
mahasiswa yang merokok, meskipun penurunan tersebut kemungkinan tidak hanya

Universitas Sumatera Utara


merupakan dampak langsung dari penerapan kampus bebas rokok tetapi gabungan
antara penerapan kampus bebas rokok dan pemberlakuan larangan merokok bagi
mahasiswa sebagai bagian dari perilaku profesional.
Tabel I. 3 Status Merokok Mahasiswa FK UGM Tahun 2003 dan 2007

Laki-laki % Perempuan %
2003 (n=311) 2007 (n=189) 2003 (n=423) 2007
(n=274)
Tidak merokok 50,20 69,30 90,10 92,30
Perokok 36 21,20 9,20 7,30
eksperimen
Mantan perokok 2,90 1,10
Perokok 10,90 8,50 0,70 0,40

Tabel I. 4 Perilaku Merokok Mahasiswa FK UGM Semenjak Diberlakukan


Kampus Bebas Rokok

Laki-laki Perempuan
% %
Tidak pernah merokok 66,2 85,8
Tidak merokok sejak menjadi mahasiswa FK 11,9 6,3
UGM
Berhenti merokok setelah diberlakukan kampus 6,0 3,7
bebas rokok
Mengurangi jumlah rokok setelah diberlakukan 6,6 2,1
kampus bebas rokok
Kebiasaan merokok tidak berubah (tetap 9,3 2,1
merokok)

Maka berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa

FK UGM mendukung penerapan kampus bebas rokok yang terbukti sebagai salah

satu metode yang efektif untuk pengendalian rokok. Penerapan kampus bebas rokok

berdampak terhadap pengurangan jumlah mahasiswa perokok dan dapat menurunkan

jumlah perokok teratur dan eksperimen, baik pada mahasiswa laki-laki maupun

perempuan.

D. Pengaruh Faktor Pengelola terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Peraturan


Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Hotel Berbintang di Kabupaten

Universitas Sumatera Utara


Bandung (Tesis oleh Ni Luh Putu Devhy, Program Pasca Sarjana Universitas
Udayana 2014)

Pengaruh Sikap Pengelola Terhadap Kepatuhan


Gambaran sikap pengelola hotel terhadap Perda KTR berdasarkan masing-
masing poin penilaian dan pengaruhnya terhadap kepatuhan dapat dilihat pada Tabel
I. 5
Tabel I. 5 Pengaruh Sikap Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda
KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014

Variabel Kategori Kepatuhan PR 95%CI Nilai p


Patuh, f(%) Tidak, f(%)
Sikap Baik 13 (19,7) 53 (80,3) 2,5 0,8 – 8,2 0,159
Kurang 3 (7,9) 35 (92,1) 1

Tabel I. 5 menunjukkan hasil analisis pengaruh sikap pengelola tentang Perda


KTR terhadap kepatuhan. Terlihat ada perbedaan kepatuhan berdasarkan kategori
sikap pengelola. Pada pengelola dengan sikap yang baik memiliki kepatuhan sebesar
19,7% sedangkan pada pengelola dengan sikap kurang hanya 7,9%. Perbedaan ini
menghasilkan prevalens ratio (PR) sebesar 2,5 yang menunjukkan bahwa peluang
patuh pada pengelola hotel yang memiliki sikap baik 2,5 kali dibandingkan pengelola
yang memiliki sikap kurang. Walaupun demikian secara statistik pengaruh tersebut
tidak bermakna dengan 95%CI dari PR: 0,8 – 8,2 dan nilai p = 0,159.

Tabel I. 6 Pengaruh Dukungan Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan


Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014

Variabel Kategori Kepatuhan PR 95%CI Nilai p


Patuh, f(%) Tidak, f(%)
Dukungan Baik 14 (22,6) 48(77,4) 4,7 1,1 – 0,014
19,8
Kurang 2 (4,8) 40 1
(95,2)

Tabel I. 6 menunjukkan hasil analisis pengaruh dukungan pengelola pada


pelaksanaan Perda KTR terhadap kepatuhan. Terlihat ada perbedaan kepatuhan
berdasarkan kategori dukungan pengelola. Pada pengelola dengan dukungan yang
baik memiliki kepatuhan sebesar 22,6% sedangkan pada pengelola dengan sikap
kurang hanya 4,8%. Perbedaan ini menghasilkan prevalens ratio (PR) sebesar 4,7
yang menunjukkan bahwa peluang patuh pada pengelola hotel yang memiliki
dukungan baik 4,7 kali dibandingkan pengelola yang memiliki dukungan kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik, pengaruh dukungan terhadap kepatuhan dinyatakan
bermakna dengan 95%CI dari PR: 1,1 – 19,8 dan nilai p = 0,014.

Universitas Sumatera Utara


Maka berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan

hotel berbintang terhadap Perda KTR masih rendah (15,4%). Faktor yang

meningkatkan kepatuhan adalah pengetahuan yang baik, sikap yang baik, dukungan

yang nyata terhadap Perda KTR dan adanya himbauan organisasi. Perilaku merokok

pengelola berpengaruh secara bermakna menghambat kepatuhan.

E. Perilaku Supir Angkutan Pasca penetapan PERDA Kawasan Tanpa Rokok


di Kota Makassar (Jurnal oleh Intan Fatmasari, Indar, Darmansyah, Bagian
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM Universitas Hasanuddin)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya responden sudah


mengetahui mengenai kawasan tanpa rokok dan angkutan umum sebagai salah satu
kawasan tanpa rokok. Sedangkan, sebagian besar responden telah mengetahui bahwa
tempat-tempat umum, fasilitas umum, dan fasilitas kesehatan juga merupakan
kawasan tanpa rokok. Tetapi, hanya sebagian kecil yang mengetahui tujuan dari
adanya peraturan kawasan tanpa rokok. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah
memiliki informasi yang memadai tentang kawasan tanpa rokok dan dinilai memiliki
pengetahuan yang baik, meskipun hanya sebagian kecil yang mengetahui tentang
tujuan dari adanya kawasan tanpa rokok.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersikap positif dengan
adanya kebijakan tentang KTR, tetapi tidak setuju dengan adanya sanksi karena
mereka menganggap hal itu akan memberatkan, ditambah lagi ketika penumpang sepi
dan setiap hari mereka harus menyetor sejumlah uang kepada pemilik angkutan.
Sehingga, untuk penerapan KTR di angkutan umum akan sulit untuk terealisasi.
Peran pemerintah terhadap regulasi dapat dibedakan menjadi tiga, salah
satunya adalah peran sebagai regulator dimana pemerintah melakukan pengawasan
agar regulasi yang diterapkan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan.19 Tetapi, hasil
penelitian didapatkan bahwa sebanyak 186 orang (71,5%) yang masih merokok di
angkutan umum. Selain itu, masih saja responden yang mengaku merokok pada saat
mengemudi sebanyak 188 orang (72,3%), tetapi tidak merokok pada saat dihadapan
penumpang ketika sedang bekerja sebanyak 167 orang (64,2%). Sedangkan,
responden yang mengaku menaati kebijakan kawasan tanpa rokok sebanyak 174
orang (66,9%) dan sebagian besar responden akan menerima rokok ketika ada yang
menawarkannya sebanyak 186 orang (71,5%). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku
merokok responden masih kurang dan pengawasan terhadap adanya regulasi ini
masih sangat rendah.
Sebagian besar supir angkutan umum memiliki kemampuan ekonomi rendah,
sehingga dapat mempengaruhi perilaku merokoknya. Selain itu, pekerjaan dan

Universitas Sumatera Utara


pengaruh orang lain yang merokok juga menjadi pemicu orang untuk merokok.
Penelitian ini sejalan dengan Wahidien menyatakan bahwa pengaruh orang lain atau
teman yang punya kebiasaan merokok mempunyai pengaruh yang besar dalam
inisiasi merokok.
Maka dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada

umumnya supir angkutan dan penumpang sudah mengetahui tentang kawasan tanpa

rokok. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan responden untuk tidak merokok

di angkutan umum. Salah satunya dikarenakan pengetahuan tentang kebijakan

kawasan tanpa rokok masih rendah. Sikap responden terhadap penerapan kawasan

tanpa rokok pada umumnya setuju dengan adanya peraturan tersebut. Tetapi,

sebagian besar tidak setuju dengan adanya sanksi yang tegas jika ada yang merokok

di angkutan umum. Tindakan responden terhadap penerapan kawasan tanpa rokok

pada umumnya masih kurang. Hal ini disebabkan masih tingginya prevalensi yang

merokok di angkutan umum dan merokok di hadapan penumpang lain.

F. Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan PERDA Kota tentang Kawasan


Tanpa Rokok (KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera
Barat Tahun 2013 (Jurnal oleh Nizwardi Azkha, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas, Padang 2013)

Efektifitas Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dalam Penurunan Perokok Aktif

Tabel I. 7 Distribusi Responden Berdasarkan Efektifitas KTR

KTR Efektif Frekuensi Persentase


Ya 51 51
Tidak 49 49
Jumlah 100 100

Pada Tabel I. 7 di atas dapat dilihat 51% menyatakan bahwa KTR cukup
efektif menurunkan perokok aktif.

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok

Universitas Sumatera Utara


Di Kota Padang Panjang penerapan KTR ini sudah dapat melarang adanya
iklan rokok di sepanjang kota, bahkan juga sudah menunjuk institusi kesehatan dan
pendidikan sebagai pelopor dari KTR, walaupun warga masih ada yang merokok, tapi
penerapan KTR ini sudah dapat menurunkan perokok aktif.
Kota Payakumbuh masih terbatas pada institusi kesehatan dan rumah sakit
dengan melakukan inspeksi mendadak oleh tim yang telah ditunjuk Kepala Daerah.
Lain halnya di Kota Padang, sejak keluarnya Peraturan Walikota (Perwako) KTR
No.14/2011 namun belum nampak penerapannya terutama pelarangan pemasangan
iklan belum terlaksana begitu juga lokasi KTR baru terlaksana pada kantor BUMN,
seperti bank dan plaza. Iklan-iklan rokok masih tetap mendominasi iklan di sepanjang
jalan, dan di perkantoran maupun institusi pendidikan masih ada yang merokok,
padahal itu merupakan tempat umum dengan mengedarkan surat edaran yang
dikeluarkan oleh walikota.
Maka dari penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa efektifitas KTR

dalam penurunan perokok aktif pada tiga kota belum menunjukkan angka yang

signifikan, namun ada kecenderungan penurunan perokok. Di Padang Panjang,

peraturan ini sudah berjalan karena adanya komitmen dari Walikota dan DPR. Di

Kota Payakumbuh juga adanya komitmen dari Walikota dan dukungan dari Dinas

Kesehatan berdasarkan Perda KTR No. 15/2011. Kota Padang baru perusahaan

swasta yang telah menerapkan KTR seperti BANK, sedangkan di kantor

pemerintahan, sekolah dan tempat umum belum sepenuhnya dilaksanakan KTR.

I. 5. 5 Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok

I. 5. 5. 1 Latar Belakang & Dasar Hukum Pemberlakuan KTR

Dalam rangka menciptakan tujuan pembangunan kesehatan masyarakat

Indonesia, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

Universitas Sumatera Utara


tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomis. Telah secara tegas dituangkan dalam Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab II Pasal 3. Sehingga kesehatan itu

sangatlah penting bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Maka dengan disemangati oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ini,

pemerintah juga telah menerbitkan PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan

bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan. Dimana

PP ini melakukan penyelenggaraan pengamanan penggunaan bahan yang

mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan diarahkan agar

tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga,

masyarakat, dan lingkungan.

Adapun yang menjadi dasar hukum pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok

adalah sebagai berikut:

1. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

a. Pasal 10 yaitu setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam

upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial.

b. Pasal 11 setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,

mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.

c. Pasal 113 ayat 1 dan 2. Ayat 1 tentang pengamanan penggunaan bahan yang

mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan

kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Ayat 2 yaitu zat

adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang

Universitas Sumatera Utara


mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang

penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat

sekelilingnya.

2. PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat

adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.

3. Instruksi Menteri Kesehatan RI No. 459/MENKES/INS/VI/1999 tentang kawasan

bebas rokok pada sarana kesehatan.

4. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 4/U/1997 tentang

lingkungan sekolah bebas rokok.

5. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri RI No.

188/MENKES/PB/I/2011 tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok.

a. Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa kawasan tanpa rokok meliputi fasilitas

pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain,

tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum, dan tempat

lainnya yang ditetapkan. Ayat 2 menyatakan bahwa pimpinan atau penanggung

jawab tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menetapkan

dan menerapkan KTR.

b. Pasal 4 menyatakan bahwa KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)

fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak

bermain, tempat ibadah, angkutan umum dilarang menyediakan tempat khusus

untuk merokok dan merupakan KTR yang bebas dari asap rokok hingga batas

terluar.

Universitas Sumatera Utara


c. Pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (1) tempat kerja dan tempat umum dapat menyediakan tempat khusus

untuk merokok.

6. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa

Rokok.

7. Peraturan Walikota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

I. 5. 5. 2 Defenisi dan Ruang Lingkup KTR

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan

dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,

mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. 31

Adapun Ruang lingkup dari KTR ini meliputi: 32

a. hak dan kewajiban;

b. KTR, antara lain: fasilitas pelayanan kesehatan; tempat proses belajar mengajar;

tempat anak bermain; tempat ibadah; angkutan umum; tempat kerja; dan tempat

umum.

c. pengendalian iklan produk rokok di media luar ruang;

d. sponsor untuk produk rokok;

e. tanggung jawab sosial perusahaan untuk produk rokok;

31
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Bab I, Pasal 1
ayat 9. hal. 4
32
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014. Ibid., Bab II, Pasal 4. hal. 7-8.

Universitas Sumatera Utara


f. kewajiban dan larangan;

g. mekanisme peneguran;

h. peran serta masyarakat;

i. pembinaan dan pengawasan;

j. penyidikan;

k. sanksi administratif; dan

l. ketentuan pidana.

I. 5. 5. 3 Pembinaan dan Pengawasan KTR

1. Pembinaan

Pembinaan KTR dilaksanakan oleh SKPD, yang dijelaskan dalam pasal-pasal

berikut: 33

1. Pasal 33: ayat 1, Pembinaan KTR dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai tugas

pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan sebagai KTR. Ayat 2,

SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan melakukan

pembinaan terhadap KTR fasilitas pelayanan kesehatan;

33
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014. Ibid., hal. 21-22

Universitas Sumatera Utara


b. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pendidikan melakukan

pembinaan KTR tempat proses belajar mengajar dan tempat anak bermain

dan/atau berkumpulnya anak-anak;

c. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang sosial melakukan pembinaan

terhadap KTR tempat ibadah;

d. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang perhubungan melakukan

pembinaan terhadap KTR angkutan umum;

e. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang olahraga melakukan

pembinaan terhadap KTR fasilitas olahraga;

f. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketenagakerjaan melakukan

pembinaan KTR tempat kerja;

g. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pariwisata dan bidang

perhubungan melakukan pembinaan KTR tempat umum;

h. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketertiban umum melakukan

pembinaan seluruh KTR; dan

i. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pertamanan melakukan

pembinaan KTR di kawasan pertamanan atau tempat lain yang menjadi

tanggung jawabnya. Ayat 3, Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah.

2. Pasal 34, Pembinaan pelaksanaan KTR dilaksanakan oleh SKPD sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) sesuai bidang tugasnya dan/atau wewenangnya

di bawah koordinasi Dinas Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


3. Pasal 35, Pembinaan pelaksanaan KTR, berupa: a. penyadaran, bimbingan,

dan/atau penyuluhan; b. pemberdayaan masyarakat; dan c. menyiapkan petunjuk

teknis.

4. Pasal 36, Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dapat dilakukan oleh:

a. masing-masing SKPD dengan melaksanakan berbagai kegiatan pembinaan

dalam rangka pembinaan pelaksanaa KTR; dan

b. bekerja sama dengan masyarakat, badan atau lembaga dan/atau organisasi

kemasyarakatan.

2. Pengawasan

Dalam melakukan pengawasan, SKPD dapat melibatkan masyarakat, badan

atau lembaga dan/atau organisasi kemasyarakatan dalam melakukan pengawasan

pelaksanaan KTR seperti yang dijelaskan oleh pasal-pasal berikut: 34

1. Pasal 37, SKPD dapat melibatkan masyarakat, badan atau lembaga dan/atau

organisasi kemasyarakatan melakukan pengawasan pelaksanaan KTR.

2. Pasal 38, ayat 1, Pengawasan KTR dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai

tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan sebagai KTR. Ayat

2, SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan melakukan

pengawasan terhadap KTR fasilitas pelayanan kesehatan;

34
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014. ibid., hal. 22-23

Universitas Sumatera Utara


b. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pendidikan melakukan

pengawasan terhadap KTR tempat proses belajar mengajar dan tempat anak

bermain dan/atau berkumpulnya anak-anak;

c. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang sosial melakukan pengawasan

terhadap KTR tempat ibadah;

d. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang perhubungan melakukan

pengawasan terhadap KTR angkutan umum;

e. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang olahraga melakukan

pengawasan terhadap KTR fasilitas olahraga;

f. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketenagakerjaan melakukan

pengawasan KTR di tempat kerja;

g. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pariwisata dan bidang

perhubungan melakukan pengawasan KTR di tempat umum;

h. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketertiban umum melakukan

pengawasan seluruh KTR; dan

i. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pertamanan melakukan

pengawasan KTR di kawasan pertamanan atau tempat lain yang menjadi

tanggung jawabnya. Ayat 3, Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dilaporkan oleh masing-masing instansi sesuai dengan tugas dan

fungsi masing-masing kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah paling

lambat 6 (enam) bulan.

Universitas Sumatera Utara


3. Pasal 39, ayat 1, Pengelola, pemimpin dan/atau penanggung jawab KTR wajib

melakukan inspeksi dan pengawasan di KTR yang menjadi tanggung jawabnya.

Ayat 2, Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR harus melaporkan

hasil inspeksi dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada SKPD

terkait paling lambat 6 (enam) bulan sekali.

I. 6 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak

mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu

sosial. 35 Selain itu, tujuan adanya konsep adalah untuk mendapatkan batasan yang

jelas dari setiap konsep yang diteliti. Maka untuk mendapatkan batasan yang jelas,

defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kebijakan Publik menurut James Anderson merupakan arah tindakan yang

mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam

mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. 36 Kebijakan publik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014

tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2. Implementasi kebijakan publik menurut William N Dunn merupakan tahapan yang

sangat penting dalam keseluruhan tahapan kebijakan. Suatu program kebijakan

35
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES, 1995), hal. 33
36
Budi Winarno. ibid., hal 16-18

Universitas Sumatera Utara


hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak

diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang diambil sebagai

alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh

badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah.

Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang

memobilisasi sumber daya finansial dan manusia. 37 Maka implementasi kebijakan

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses implementasi Peraturan Daerah

Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Adapun variabel yang digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan

dalam penelitian ini diambil dari model implementasi kebijakan George C.

Edwards III dan Donald S. Van Meter dan Van Horn, yakni:

1. Komunikasi

2. Sumber Daya

3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

5. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

3. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang

untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan,

dan/atau mempromosikan produk tembakau.

37
William N. Dunn, Analisa Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998), hal.
24-25

Universitas Sumatera Utara


I. 7 Operasionalisasi Konsep

Adapun operasionalisasi konsep yang digunakan peneliti dalam rangka

mempermudah dalam mengumpulkan data yang akan dibutuhkan peneliti lewat

penyusunan daftar wawancara, yaitu:

1. Komunikasi

a. Intensitas sosialisasi antar bagian dalam organisasi Dinas Kesehatan kota

Medan terhadap pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di kota Medan.

b. Intensitas sosialisasi kepada SKPD kota Medan dan masyarakat kota Medan

tentang kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di kota Medan.

c. Penyampaian informasi tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2. Sumber Daya

a. Ketersediaan sumber daya manusia/aparatur.

b. Ketersediaan dana (financial) dalam penerapan Kawasan Tanpa Rokok.

c. Ketersediaan fasilitas (sarana dan prasarana).

d. Kemampuan dan kinerja sumber daya manusia dalam pelaksanaan kebijakan.

3. Disposisi

a. Persepsi implementor terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di kota

Medan.

b. Respon implementor terhadap pelaksanaan kebijakan Peraturan Daerah kota

Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

c. Tindakan implementor kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di kota Medan.

4. Struktur Birokrasi

Universitas Sumatera Utara


a. Pembentukan struktur organisasi yang berkaitan dengan pengelompokan kerja

masing-masing pelaksana.

b. Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pelaksanaan Peraturan Daerah kota

Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik

a. Karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak Peraturan Daerah

tentang Kawasan Tanpa Rokok.

b. Kondisi ekonomi masyarakat dengan perilaku merokok.

c. Apakah elit politik mendukung implementasi Peraturan Daerah tentang

Kawasan Tanpa Rokok.

d. Sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberi dukungan bagi

implementasi Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok.

1. 8 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika

penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai objek atau lokasi

penelitian, sejarah singkat dan visi serta misi organisasi yang relevan

dengan topik penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan data-data yang diperoleh dari lapangan dan berupa

dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang akan dianalisis.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisa data yang diperoleh dari hasil penelitian dan

memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran

dari penulis untuk memberikan masukan bagi pihak yang

bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
PROSES IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN
NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK
Nama : Hapsoh Gultom
NIM : 120903019
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.Si

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa
Rokok merupakan tindak lanjut dari harapan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI) yang mengharapkan para kepala daerah baik gubernur
maupun bupati/walikota mengembangkan kebijakan kawasan tanpa rokok di daerah
masing-masing yang di dasari oleh UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan PP
Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Maka dengan adanya Peraturan Daerah
tentang Kawasan Tanpa Rokok ini tentunya sangat membantu Pemko Medan untuk
mewujudkan kota Medan dengan masyarakat yang sehat dan terhindar dari paparan
asap rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana
proses implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Kawasan Tanpa Rokok
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan analisis data
kualitatif. Adapun pengumpulan data yang dilakukan dengan metode wawancara dan
penyebaran kuesioner, serta pengumpulan data sekunder. Wawancara mendalam
dilakukan kepada Kepala Bidang dan pegawai Dinas Kesehatan Kota Medan, kepada
Sekretaris camat Medan Deli, 4 orang masyarakat kecamatan Medan Deli dan kepada
Manager Divisi Perlindungan Kesehatan LSM Pusaka Indonesia. Serta penyebaran
kuesioner kepada 60 (enam puluh) orang masyarakat di kecamatan Medan Deli.
Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan penting dalam penelitian ini.
Bahwa proses implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014
tentang Kawasan Tanpa Rokok belum terlaksana dengan baik. Komunikasi dalam
bentuk sosialisasi atau penyuluhan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan kepada
masyarakat belum terlaksana dengan baik. Akibatnya, sebagian besar masyarakat
belum mengetahui dan belum mengerti maksud dari Peraturan Daerah tentang
Kawasan Tanpa Rokok ini. Selain itu sumber daya yang digunakan untuk
mengimplementasikan Perda KTR ini juga belum memadai.

Kata Kunci (key words): Proses Implementasi Kebijakan, Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 3 Tahun 2014, Kawasan Tanpa Rokok,
Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


PROSES IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN
NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

HAPSOH GULTOM

120903019

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Hapsoh Gultom

NIM : 120903019

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun


2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok

Medan, 13 April 2016

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.Si Drs. Rasudyn Ginting, M.Si


NIP. 196110041986011001 NIP. 195908141986011002

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M. Si


NIP. 196805251992031002

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan

kesehatan, semangat dan ketekunan kepada penulis selama masa penyelesaian skripsi

yang berjudul “Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun

2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok”. Adapun penulisan skripsi ini sebagai syarat

untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Ilmu Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Sebagai suatu karya ilmiah, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengaharapkan adanya kritik

maupun saran yang sifatnya membangun demi perbaikan skripsi ini.

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta (Bunda, T. Pane

dan Ayah, Alm. R. Gultom). Uma, Ayah, Jadi do sude akka na dicita-citahon ni

halak uma dohot ayah lao pasikkolahon hami gelleng muna. Mudah-mudahan uma,

ayah hami selalu gabe gelleng muna na berbakti tu orang tua jala boi gabe jolma na

hasea, dohot selalu di jalan-Nya. Terima kasih untuk kasih sayang, motivasi dan

perjuangan bunda dan ayah. Mudah-mudahan bunda selalu diberikan kesehatan,

keselamatan dan umur panjang oleh-Nya agar bisa membimbing kami anak-anak

bunda dan kelak bisa lebih kami bahagiakan lagi. Untuk ayah yang telah kembali

Universitas Sumatera Utara


kepada-Nya, mudah-mudahan ayah ditempatkan di tempat terindah-Nya. Amin ya

Rabb…

Juga untuk saudara-saudari tercinta, Abangda Irwan Gultom, Kakanda Linra

Wati Gultom, Amd.Kep, kakanda Sri Herdiyanti Gultom, abangda Shoumul Akhyar

Gultom yang telah memberikan motivasi kepada penulis, terutama untuk abangda

Hasmar Gultom, abangda Sholihin Gultom, S.HI., M.HI, abangda Yusnar Gultom,

S.Pd, yang telah memberikan nasehat, dukungan moril dan materil yang tidak akan

bisa penulis balas. Dan juga untuk kakanda tercinta Jamilah Gultom, S.HI yang

senantiasa menjadi teman berantam, bercanda, tertawa bersama dan selalu

memberikan dukungan kepada penulis. Terima kasih untuk semua perjuangan,

motivasi dan kebersamaan selama ini. Semoga kebersamaan ini selalu terjalin

selamanya dan apa yang kita cita-citakan di ridhoi Allah dan dikabulkan oleh-Nya.

Amiin ya Rabb…

Selama penulisan skripsi ini, penulis juga telah banyak mendapat bantuan,

bimbingan, semangat dan dorongan, baik itu secara moral maupun secara materil dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terimakasih sedalam-dalamnya kepada pihak yang terlibat secara langsung maupun

tidak langsung selama penulis kuliah dan saat pengerjaan skripsi ini. Skripsi ini saya

dedikasikan untuk semua pihak yang telah banyak membantu, yaitu:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.,

M.Hum.

Universitas Sumatera Utara


2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.

3. Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si.

4. Kepada Ibu Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi

Negara FISIP USU.

5. Kepada Ibu Arlina, SH., M.Hum selaku dosen Pembimbing Akademik.

6. Kepada Bapak Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi

yang selalu meluangkan waktu dan memberikan masukan yang membangun serta

motivasi seperti seorang teman dan seorang ayah kepada anak dari awal hingga

akhir penulisan skripsi ini.

7. Kepada Bapak Dadang Darmawan S.sos., M.Si selaku dosen penguji untuk

seminar proposal.

8. Kepada Bapak Hatta Ridho, S.Sos., M.SP selaku dosen penguji untuk meja hijau.

9. Kepada seluruh Dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU

yang telah memberikan banyak ilmu selama perkuliahan.

10. Staf administrasi di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU, khusus

untuk Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu penulis dalam

urusan administrasi. Sehat selalu kak dan makin cantik. Amiin… 

11. Kepada Kepala Bidang PMK (Pengendalian Masalah Kesehatan) Dinas

Kesehatan Kota Medan, Ibu Masrita Tiominar A. L. Tobing, SKM, M.Kes.

Kepada Pengelola Program PTM (Penyakit Tidak Menular) Dinas Kesehatan

Kota Medan, Ibu dr. Helena Rugun N. Nainggolan, M.KT dan seluruh pegawai

Universitas Sumatera Utara


di Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah memberikan informasi dan

membantu penulis selama proses penelitian.

12. Kepada Sekretaris Camat Medan Deli, Bapak Irfan Asardi Siregar, S.Sos, dan

seluruh pegawai di kantor camat Medan Deli. Kepada masyarakat di kecamatan

Medan Deli yang telah banyak memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

penulis.

13. Kepada Manager Divisi Perlindungan Kesehatan LSM Pusaka Indonesia,

Abangda OK. Syahputra Harianda dan kepada seluruh pegawai di Pusaka

Indonesia yang begitu ramah dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

penulis.

14. Kepada semua Instansi yang telah membantu penulis secara finansial selama

perkuliahan seperti Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik), Beasiswa

Daerah Tapanuli Utara dan Beasiswa Inalum.

15. Untuk kawan-kawan di Dinas Sosial, PEMA FISIP USU. Semangat untuk

kawan-kawan Dinsos; pak kadis (Jos Gidion), bendahara kami (Yunita), serta

rekan-rekan (Iman Kandias, Umi Fatiah, Samuel Duha, Eka, Nugra, Kaka dan

Afif) yang dalam proses kuliah, PKL, berorganisasi dan menyusunnya ya guys.

16. Untuk kawan-kawan Intership/Magang Kelompok 7, Nur Hariana, Rida Maryeti,

Rasid Ritonga, Migupudwianti Ismanto, Muhammad Fadlan, Alqindy Selisco

Trg dan Dwi Rachmadsyah. Terima kasih atas kebersamaannya teman-teman 

17. Untuk seorang motivator yang jauh disana. Tetap semangat, sukses untuk

penyusunan skripsinya dan tercapai segala angan dan cita-cita yang diharapkan.

Amiin ya Rabb…

Universitas Sumatera Utara


18. Untuk adek Nugra Ferdino, Ilmu Politik’ 014 yang telah membantu penulis untuk

menyebarkan kuesioner penelitian. Sukses untuk kuliah dan organisasinya dek.

19. Untuk abang Mhd. Suhendra Sepriadi, AB 011 yang telah banyak memberikan

motivasi kepada penulis, khususnya dalam belajar bahasa Inggris. Terima kasih

untuk semua motivasi yang telah diberikan, semoga kelak penulis bisa lebih

membenahi bahasa Inggris penulis.

20. Untuk teman-teman di Asmaru Club: Misnah, Supiana, Irma Susanti, Rida, Emi,

Try Ningsih, Sri Rezeky, Nur Aisyah, Melda, Patma Wati, Vivia, Febrina.

Terima kasih untuk kebersamaan selama ini guys.

21. Kepada seluruh teman-teman AN’ 012, senior dan junior AN yang selalu

menemani dan memberikan motivasi kepada penulis dalam masa perkuliahan

yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan kita

setiap harinya, terima kasih untuk semuanya. Sukses selalu untuk anak-anak AN.

“AN Satu AN Jaya”.

22. Untuk Amrul Syah Nasution’ AN 012 yang telah membantu penulis untuk

mencari alamat tempat penelitian. Semangat menyusunnya Amrul dan cepat

menyusul wisudanya.

Medan, 21 April 2016

Penulis,

Hapsoh Gultom

NIM.120903019

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN.............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
ABSTRAK .......................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
I. 2 Perumusan Masalah .................................................................................... 8
I. 3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9
I. 4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9
I. 5 Kerangka Teori ............................................................................................. 10
I. 5. 1 Kebijakan Publik............................................................................ 10
I. 5. 1. 1 Pengertian Kebijakan Publik ......................................... 10
I. 5. 1. 2 Tahapan Kebijakan Publik ............................................. 13
I. 5. 2 Implementasi Kebijakan Publik ..................................................... 18
I. 5. 2. 1 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik................... 18
I. 5. 2 .2 Model-model Implementasi Kebijakan Publik .............. 19
I. 5. 3 Peraturan Daerah............................................................................ 24
I. 5. 3. 1 Pengertian Peraturan Daerah ......................................... 24
I. 5. 4 Hasil-hasil Riset tentang Implementasi Kawasan Tanpa Rokok ... 25

Universitas Sumatera Utara


I. 5. 5 Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok................................................. 33
I. 5. 5. 1 Latar Belakang & Dasar Hukum Pemberlakuan KTR... 33
I. 5. 5. 2 Defenisi dan Ruang Lingkup KTR ................................ 36
I. 5. 5. 3 Pembinaan dan Pengawasan KTR ................................. 37
I. 6 Defenisi Konsep............................................................................................. 41
I. 7 Operasionalisasi Konsep ................................................................................ 43
1. 8 Sistematika Penulisan ................................................................................... 44

BAB II METODE PENELITIAN


II. 1 Bentuk Penelitian.......................................................................................... 46
II. 2 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 46
II. 3 Informan Penelitian ...................................................................................... 47
II. 4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 49
II. 5 Teknik Analisis Data ................................................................................... 50

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN


III. 1 Gambaran Umum Kota Medan ................................................................... 52
III. 1. 1 Letak Geografis ........................................................................... 52
III. 1. 2 Pemerintahan ............................................................................... 53
III. 2 Dinas Kesehatan Kota Medan ..................................................................... 55
III. 2. 1 Sejarah Berdirinya Dinas Kesehatan Kota Medan ...................... 55
III. 2. 2 Visi dan Misi ............................................................................... 57
III. 2. 3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan ..................... 59
III. 2. 4 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ......................................... 62
III. 2. 5 Susunan Kepegawaian ................................................................ 82
III. 3 Kecamatan Medan Deli ............................................................................... 85
III. 3. 1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Deli........................... 85

Universitas Sumatera Utara


III. 3. 2 Letak Geografis & Luas Wilayah Kecamatan Medan Deli ........ 87
III. 3. 3 Demografi Kecamatan Medan Deli ............................................ 88
III. 3. 4 Potensi Daerah Kecamatan Medan Deli ..................................... 90

BAB IV PENYAJIAN DATA


IV. 1 Karakteristik Informan ................................................................................ 92
IV. 1. 1 Identitas Informan Kunci ........................................................... 92
IV. 1. 2 Identitas Informan Utama .......................................................... 92
IV. 1. 2. 1 Identitas Informan Utama berdasarkan Kuesioner ..... 93
IV. 1. 2. 2 Identitas Informan Utama berdasarkan Wawancara ... 97
IV. 1. 3 Identitas Informan Tambahan ..................................................... 98
IV. 2 Penyajian Data tentang Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok................... 98
IV. 2. 1 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Informan Kunci ................. 98
IV. 2. 2 Deskripsi dengan Informan Utama ............................................. 109
IV. 2. 2. 1 Deskriptif Data Kuesioner .......................................... 109
IV. 2. 2. 2 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Informan
Utama......................................................................... 121
IV. 2. 3 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Informan Tambahan.......... 125
IV. 2. 4 Data Sekunder ............................................................................. 133

BAB V ANALISIS DATA


V. 1 Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun
2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ........................................................... 146
V. 2 Analisis Hubungan Variabel ........................................................................ 168

Universitas Sumatera Utara


BAB VI PENUTUP
VI. 1 Kesimpulan ................................................................................................. 172
VI. 2 Saran ........................................................................................................... 177

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 179

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel I. 1 Status Merokok Mahasiswa FK UGM Tahun 2003 dan


2007 ................................................................................... 5
Tabel I. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Efektifitas KTR ......... 6
Tabel I. 3 Status Merokok Mahasiswa FK UGM Tahun 2003 dan
2007 ................................................................................... 29
Tabel I. 4 Perilaku Merokok Mahasiswa FK UGM Semenjak
Diberlakukan Kampus Bebas Rokok ............................... 29
Tabel I. 5 Pengaruh Sikap Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan
Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung
Tahun 2014 ........................................................................ 30
Tabel I. 6 Pengaruh Dukungan Pengelola Terhadap Kepatuhan
Pelaksanaan Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten
Badung Tahun 2014........................................................... 30
Tabel I. 7 Distribusi Responden Berdasarkan Efektifitas KTR ......... 32
Tabel III. 1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan ......................... 83
Tabel III. 2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat / Golongan ...... 84
Tabel III. 3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jumlah dan Kualifikasi
Pendidikan ......................................................................... 84
Tabel III. 4 Nama Camat yang Memimpin Kecamatan Medan Deli dari
Tahun 1973 hingga 2015 ................................................... 86
Tabel III. 5 Nama Kelurahan, Lurah, Luas Wilayah dan Jumlah
Lingkungan di Kecamatan Medan Deli ............................. 88
Tabel III. 6 Jumlah Penduduk di 6 (enam) Kelurahan di Kecamatan Medan
Deli Tahun 2012 ................................................................ 89
Tabel IV. 1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ................. 93
Tabel IV. 2 Identitas Informan Berdasarkan Usia ................................ 93
Tabel IV. 3 Identitas Informan Berdasarkan Tempat Tinggal atau
Kelurahan ........................................................................... 94
Tabel IV. 4 Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan ........................ 95

Universitas Sumatera Utara


Tabel IV. 5 Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Penghasilan Per Bulan
........................................................................................... 95
Tabel IV. 6 Identitas Informan Berdasarkan Etnis/Suku ...................... 96
Tabel IV. 7 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pengetahuan tentang
Perda KTR ......................................................................... 109
Tabel IV. 8 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pemahaman tentang
Perda KTR ......................................................................... 110
Tabel IV. 9 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Intensitas Sosialisasi
tentang Perda KTR ............................................................ 111
Tabel IV. 10 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Penyampaian
Sosialisasi Perda KTR yang Dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kota Medan ....................................................................... 112
Tabel IV. 11 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Penyampaian
Sosialisasi Perda KTR yang Dilakukan oleh Pegawai
Puskesmas .......................................................................... 112
Tabel IV. 12 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Intensitas Fasilitas
yang Mereka Lihat untuk Pelaksanaan Perda KTR ........... 113
Tabel IV. 13 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Sikap Pegawai yang
Mensosialisasikan Perda KTR ........................................... 114
Tabel IV. 14 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Komitmen Pegawai
yang Mensosialisasikan Perda KTR .................................. 115
Tabel IV. 15 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kesesuaian Kerja
dengan Prosedur Kerja Dinas Kesehatan Kota Medan ...... 116
Tabel IV. 16 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Tepatkah Tindakan
Pemerintah dengan Dibentuknya Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok .... 117
Tabel IV. 17 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pengetahuan tentang
Instansi apa saja yang Bertugas Mensosialisasikan Perda KTR
........................................................................................... 117
Tabel IV. 18 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Persepsi Masyarakat
dengan adanya Perda KTR ................................................ 118
Tabel IV. 19 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Dukungan Pedagang
Rokok tentang Perda KTR ................................................. 119

Universitas Sumatera Utara


Tabel IV. 20 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Dukungan anggota
DPRD tentang Perda KTR ................................................. 120
Tabel IV. 21 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Dukungan Ormas atau
LSM tentang Perda KTR ................................................... 121

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR BAGAN

Bagan I. 1 Tahapan Kebijakan Publik ................................................. 14

Bagan I. 2 Proses Kebijakan Publik Menurut William N Dunn .......... 15

Bagan I. 3 Tahapan Kebijakan Publik Menurut Ripley ........................ 16

Bagan I. 4 Faktor Penentu implementasi menurut Edwards III........... 20

Bagan I. 5 Model Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Van


Horn ................................................................................... 22

Bagan III. 1 Bagan Organisasi Pemerintah Kota Medan ....................... 54

Bagan III. 2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan ........... 60

Bagan V. 1 Variabel-variabel yang Mempengaruhi Proses Implementasi


Perda KTR ......................................................................... 171

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar III. 1 Peta Lokasi Kecamatan Kota Medan ................................. 53


Gambar III. 2 Peta Lokasi Kelurahan di Kecamatan Medan Deli ............ 87
Gambar IV. 1 Gedung Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan .................. 141
Gambar IV. 2 Stiker Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Dinas Kesehatan Kota
Medan ................................................................................ 142
Gambar IV. 3 Brosur Kawasan Tanpa Rokok di depan pintu pegawai di
Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan ............................... 142
Gambar IV. 4 Buku Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok yang dibagikan
oleh Dinas Kesehatan Kota Medan saat melaksanakan
sosialisasi Perda KTR ........................................................ 143
Gambar IV. 5 Billboard Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kota
Medan ................................................................................ 143
Gambar IV. 6 Informan Tambahan (Abangda OK. Syahputra Harianda)
........................................................................................... 144
Gambar IV. 7 Brosur Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Camat Medan Deli
........................................................................................... 144
Gambar IV. 8 Informan Utama (Bersama Bapak Supriadi dan Bapak
Parlindungan)..................................................................... 145

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pengajuan Judul Skripsi


2. Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi
3. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing
4. Undangan Seminar Proposal
5. Jadwal Seminar Proposal
6. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal
7. Berita Acara Seminar Proposal
8. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU
9. Surat Rekomendasi dari BALITBANG Kota Medan
10. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan
11. Surat Izin Penelitian dari Kantor Camat Medan Deli
12. Undangan Ujian Meja Hijau/Komprehensif
13. Hasil Wawancara dengan Informan
14. Daftar Kuesioner
15. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa
Rokok
16. Peraturan Walikota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
17. SOP Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Kawasan Tanpa Rokok
18. SK Walikota Medan tentang Tim Pemantau Kawasan Tanpa Rokok di Kota
Medan Tahun Anggaran 2015
19. Jadwal Kegiatan Sosialisasi Perda KTR yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kota Medan-Tahun 2015
20. Contoh Rekapitulasi Upaya Berhenti Merokok di Puskesmas
21. Program Kerja LSM Pusaka Indonesia Implementasi Kawasan Tanpa Rokok di
Medan, Periode 2014-2016
22. Hasil Survey LSM Pusaka Indonesia tentang Implementasi Perda KTR di 4
Lokasi Kawasan Tanpa Rokok.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai