Daftar Pustaka: Universitas Sumatera Utara
Daftar Pustaka: Universitas Sumatera Utara
Azkha, Nizwardi. 2013. Jurnal: Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan PERDA Kota
tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok
Aktif di Sumatera Barat Tahun 2013. Padang: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas.
Fatmasari, Intan. dkk. Jurnal: Perilaku Supir Angkutan Pasca penetapan PERDA
Kawasan Tanpa Rokok di Kota Makassar. Makassar: Bagian Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan FKM Universitas Hasanuddin.
Putu Devhy, Ni Luh. 2014. Tesis: Pengaruh Faktor Pengelola terhadap Kepatuhan
Pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Hotel
Berbintang di Kabupaten Bandung. Denpasar: Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana.
Soehartono, Dr. Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Usman, Husaini. 2009. Metode Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi
Aksara.
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo.
World Health Organization (WHO). 2008. WHO Report on the Global Tobacco
Epidemic.
Sumber Perundang-undangan:
PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif
berupa produk tembakau bagi kesehatan.
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
Internet:
http://tehangatsekali.blogspot.com/2011/11/tata-perundangan-menurut-uu-no12
tahun.html, diakses 25 Oktober 2014.
Kota Medan terletak di bagian utara Pulau Sumatera yang berbatasan dengan
Selat Malaka di sebelah utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah selatan, barat
dan timurnya. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°
30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota
Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas
permukaan laut.
Secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya
alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli
Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota
sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan
memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang
dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi
pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini. 42
Kota Medan terdiri atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. 43 Hal
III. 1. 2 Pemerintahan
daerah otonomnya yang lain sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Secara
umum, struktur organisasi Pemerintah Kota medan dapat kita lihat sebagai berikut:
42
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan. Diakses pada 19 Desember 2015 Pukul 17.56 WIB
43
http://pemkomedan.go.id/new/hal-selayang-pandang.html. Diakses Pada 19 Desember 2015 Pukul
16.58 WIB
Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima
sifat, yaitu: 44
1. Pemberian pelayanan
3. Fungsi Pembangunan
44
Ade Auristha Manurung. Skripsi: Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6
Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak di Kota Medan. (Medan: Fisip
USU, 2014), hal. 39-40
dinas daerah.
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, sebagai badan eksekutif kota.
b. Kewenangan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup dalam
Medan.
Awal pendirian Kantor Dinas Kesehatan Medan adalah pada tahun 1970 yaitu
pembangunan sebuah gedung yang berlokasi didaerah Jalan Gatot Subroto Medan
yang tepatnya didepan Taman Ria Medan dan kantornya berada dilantai 1. Yang
diresmikan oleh Bapak Mahmud yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Luar
1. Puskesmas Petisah
3. Puskesmas Teladan
Pada tahun 1972 barulah resmi seluruh aktivitas kegiatan operasional dan
administrasi Dinas Kesehatan Kota Medan. Hal ini disesuaikan Instruksi Presiden
atau Inpers No. 75/1975 Lk, agar pemenuhan kebutuhan puskesmas – puskesmas dan
balai pengobatan agar dijadikan prioritas utama dalam mencapai tujuan mencipatakan
Komplek Petisah telah diresmikan pada tanggal 30 April 1984 oleh Bapak A.S.
Rangkuti yang waktu itu menjabat sebagai Walikota Daerah Tk II. Medan.
Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana Dinas Kesehatan Kota
Medan harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif , dan inovatif secara umum Visi
adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan Instansi Pemerintah.
1. Masyarakat Medan, mengandung arti bahwa sasaran kerja dari Dinas Kesehatan
Kota Medan adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah kerja pemerintah
kota Medan.
2. Sehat, diartikan sebagai cara berpikir masyarakat kota Medan yang selalu
45
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Medan 2011-2015.
Untuk merealisasikan dan mewujudkan visi, maka dijabarkan misi yang akan
dicapai dalam kurun waktu tertentu. Misi merupakan sesuatu yang harus
dilaksanakan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan Visi
yang ditetapkan.
kesehatan apalagi yang berdampak negatif, seharusnya tidak dilaksanakan. Untuk itu,
maka seluruh elemen dari sistem pemerintahan kota harus berperan sebagai pengerak
utama pembangunan Kota Medan menuju Kota Metropolitan yang Modern, Madani
pelayanan kesehatan. Disamping itu sehat juga merupakan investasi, yaitu bahwa
derajat kesehatan yang optimal akan dapat dicapai melalui investasi baik pemerintah
akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tudak mendukung untuk hidup
sehat.
upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan seimbang dengan
kesehatan dasar dan rujukannya dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien,
serta peningkatan kualitas pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Sejalan dengan
Secara umum, rencana strategis Dinas Kesehatan Kota Medan dalam tahap
SEKRETARIAT
Drg. Hj. Irma Suryani, MKM
Pembina Tingkat I (IV/b)
NIP. 19680113 199212 2 001
BIDANG BINA PELAYANAN BIDANG PENGENDALIAN BIDANG PENGEMBANGAN BIDANG KEFARMASIAN JAMINAN
KESEHATAN MASALAH KESEHATAN SDM KESEHATAN DAN SARANA KESEHATAN
Dr. Iman Surya Masrita Tiominar A. L. Tobing, Dr. H. Mardohar Tambunan Dirgo Dirhamsyah,SKM, M.Kes
Penata Tk. I (III/d) SKM. M. Kes Pembina (IV/a) Pembina (IV/a)
NIP. 19740518 200604 1 007 Pembina (IV/a) NIP. 19680407 200212 1 001 NIP. 19630824 198703 1 013
NIP. 19690609 199203 2 002
SEKSI KESEHATAN RUJUKAN SEKSI WABAH DAN BENCANA SEKSI PENDIDIKAN DAN SEKSI JAMINAN KESEHATAN
Roida Sitinjak, SKM, MPH Edy Yusuf, SKM PELATIHAN Dr. Shereivia Faradillah
Pembina (IV/a) Penata (III/c) Parlin Boang Manalu, SKM Penata (III/c)
NIP. 19690807 199303 2 NIP. 19690129 199702 1 001 Penata (III/c) NIP. 19790625 200801 2 002
002 NIP. 19670702 198903 1 004
SEKSI KESEHATAN KHUSUS SEKSI KESEHATAN SEKSI REGISTRASI & AKREDITASI SEKSI SARANA DAN
Dr. Dyan Purwani LINGKUNGAN Yurina Rahmah Siregar, S.Psi., PERALATAN KESEHATAN
Nugraheni, M.Kes Odentara Sembiring, SKM, M.Psi Drg. Baby Nainggolan
Pembina (IV/a) M.Kes Penata Tk. I (III/d) Penata Tingkat I (III/d)
NIP. 19591025 198912 2 Pembina (IV/a) NIP. 19671111 198703 2 002 NIP. 19580614 198703 2 002
001 NIP. 19620210 198301 1 002
UPT
46
Susunan Kepegawaian Dinas Kesehatan Kota Medan. Pada 26 Januari 2016
1. Dinas
2. Sekretariat, membawahi:
a. Seksi Kefarmasian;
Terdiri atas :
Sesuai dengan pasal 109 dan 110 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3
Tahun 2009 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Medan, telah diatur tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan.
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan tertuang dalam
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan dan Peraturan Walikota
Medan Nomor 43 tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Kesehatan Kota Medan. Dalam Peraturan Daerah ini telah ditetapkan kedudukan,
tugas, fungsi dan susunan organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai berikut:
1. Kedudukan
dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
2. Tugas
3. Fungsi
menyelenggarakan fungsi:
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
1. Sekretariat
penyusunan program.
kerumahtanggaan Dinas;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
masyarakat;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian,
perlengkapan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Perlengkapan;
perlengkapan;
verifikasi;
keuangan;
i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Program;
program Dinas;
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bidang Bina Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada
sebagian tugas Dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan
kesehatan khusus.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang
Kesehatan;
lanjut;
kesehatan;
kesehatan;
pelayanan kesehatan;
l. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
Seksi Kesehatan Dasar dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
Seksi Kesehatan Rujukan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
kesehatan rujukan;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
Seksi Kesehatan Khusus dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang
Kesehatan;
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian
Masalah Kesehatan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Pemberantasan Penyakit;
penyakit;
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
Seksi Wabah dan Bencana dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah
1. Seksi Wabah dan Bencana mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
bencana;
dan pemulihan;
Kesehatan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
lingkungan;
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang
kesehatan;`
tenaga para medis dan tenaga non medis / tradisional terlatih sesuai urusan
pemerintahan kota;
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Pendayagunaan;
strategis;
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
Seksi Pendidikan dan Pelatihan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
Seksi Registrasi dan Akreditasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
dan akreditasi.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
serta perijinan lingkup tenaga medis, tenaga para medis, dan tenaga non
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
peralatan kesehatan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang
peralatan kesehatan;
c. penyelenggaraan kefarmasian;
pemerintahan kota;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
A. Seksi Kefarmasian
Seksi Kefarmasian dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
Kesehatan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
Seksi Jaminan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana
Kesehatan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kefarmasian Jaminan dan
Sarana Kesehatan.
sebagian tugas Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan lingkup sarana
2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Kesehatan;
(PBAK);
peralatan kesehatan;
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
1. Kelompok Jabatan Fungsional dimaksud dalam Pasal 47, terdiri dari sejumlah
undangan.
2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional tersebut pada ayat (1), dipimpin oleh Tenaga
4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut pada ayat (1), diatur berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan,
jumlah SDM yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Medan adalah sebanyak 1.986
47
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Dinas (LPPD) Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2015. hal.
35-36.
Kecamatan Medan Deli adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di
bagian Utara Wilayah Kota Medan memiliki luaslebih kurang 2.300 Ha. Kecamatan
Medan Deli merupakan pecahan dari Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli
dengan Surat Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara tanggal 19 Oktober
Medan, yang salah satu diantaranya terdapat Kecamatan Medan Deli yaitu Kelurahan
Sejak berdiri dari tahun 1973 sampai sekarang, Kecamatan Medan Deli telah
ada 10 (Sepuluh) orang Camat yang memimpin di kecamtan ini. Nama-nama Camat
Tabel. III. 4 Nama Camat yang Memimpin Kecamatan Medan Deli dari Tahun
48
Iasni Rohana, Skripsi: Peranan Aparatur Pemerintah dalam Peningkatan Pelayanan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) (Studi Pada Kantor Kecamatan Medan Deli), (Medan: Fisip Universitas Sumatera
Utara, 2007), hal 27
49
Kantor Camat Medan Deli, Pada 15 Januari 2016
Kecamatan Medan Deli merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang
mempunyai luas sekitar 2, 197 km2 dan berada pada 25,4 Km diatas permukaan laut.
Kecamatan Medan Deli terdiri atas 6 Kelurahan. Hal tersebut dapat kita lihat
50
Kecamatan Medan Deli Dalam Angka 2013, hal 5
yang terluas adalah Kelurahan Tanjung Mulia dengan luas sekitar 5,13 km2 dan
kelurahan yang mempunyai luas terkecil adalah Kelurahan Kota Bangun dengan luas
2,5 km2.
Berikut ini tabel Kelurahan, Lurah, Luas Wilayah dan jumlah lingkungan di
Tabel III. 5 Nama Kelurahan, Lurah, Luas Wilayah dan Jumlah Lingkungan di
jumlah penduduk Kecamatan Medan Deli adalah 170.931 orang penduduk, dimana
orang. Jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Kota Bangun yakni sebanyak 10.904
orang. Jumlah penduduk yang 170.931 orang tersebut terdiri dari 86.482 orang laki-
Tahun 2012
Kecamatan Medan Deli bila dilihat dari segi mata pencahariannya, maka
sebagian besar penduduknya adalah Pegawai Swasta dengan jumlah 22.130 orang dan
51
Kecamatan Medan Deli Dalam Angka 2013, hal. 19
dan Pensiunan.
dengan luas wilayahnya sekitar 2.197 km2. Dimana kecamatan Medan Deli ini
Deli ini lebih di dominasi oleh industri besar sedang. Tercatat pada tahun 2012
terdapat 54 industri besar sedang, 48 industri kecil dan 65 industri rumah tangga.52
kota Medan sebagai kota Industri dan Jasa serta dapat mengurangi pengangguran di
kota Medan.
52
Kecamatan Medan Deli Dalam Angka 2013, hal. 51
PENYAJIAN DATA
diperoleh data yang terdapat kaitannya dengan Proses Implementasi Peraturan Daerah
Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Data yang
diperoleh selama penelitian disajikan dalam bentuk analisis data dan dengan
yang dijawab oleh responden dan juga hasil dari data-data sekunder. Pihak-pihak
yang diwawancarai sebanyak delapan (8) orang yaitu dengan Kepala Bidang PMK
Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kota Medan, dari LSM Pusaka Indonesia yakni
Manager Divisi Perlindungan Kesehatan, dari Kantor Camat Medan Deli yakni
Sekretaris Camat Medan Deli, serta empat (4) orang masyarakat Kecamatan Medan
Deli yang merupakan perokok aktif. Peneliti juga mengambil sebanyak enam puluh
(60) orang responden yang berasal dari masyarakat di Kecamatan Medan Deli.
Adapun data-data yang disajikan terdiri dari 2 bagian, yaitu data identitas
informan dan data hasil penelitian. Data-data tersebut disajikan sebagai berikut.
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Berikut adalah identitas informan
2. Ibu dr. Helena Rugun N. Nainggolan, M.KT, Pengelola Program PTM (Penyakit
Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial
yang diteliti. Mereka adalah masyarakat kota Medan yang tinggal di Kecamatan
Medan Deli. Berikut ini adalah hasil data mengenai identitas informan utama dalam
penelitian ini, yakni enam puluh (60) orang responden disajikan dalam bentuk tabel
Berikut ini adalah hasil data mengenai identitas informan utama dalam
penelitian melalui hasil kuesioner yang merupakan masyarakat yang tidak merokok,
Dari data kuesioner yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa informan
penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 60 orang yang terdiri dari 34
tahun karena pada usia 15 tahun sampai 64 tahun dianggap sebagai usia produktif.
Namun setelah menyebarkan kuesioner, hasil data usia yang di peroleh hanya sampai
usia 49 tahun. Sehingga penjelasan dalam tabel hanya sampai usia 49 tahun. Jika
dilihat dalam tabel, persentase umur informan yang terbesar yaitu pada usia 20-24
tahun yaitu sebanyak 26 orang atau sekitar 43,33% dari 60 informan yang ada.
Dari data kuesioner yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa informan
penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 60 orang yang terdiri dari 10
orang dari setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Deli yang terdiri dari 6
dapat mewakili dari semua kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Deli tersebut.
yang terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai buruh yaitu 24 orang atau sekitar
9 orang atau 15,00%, ibu rumah tangga 3 orang atau 5,00%, lainnya 3 orang atau
5,00%, yang dimaksud dengan informan dengan pekerjaan lainnya adalah mereka
yang bekerja sebagai SPG, tukang becak dan tidak bekerja. Kemudian diikuti oleh
PNS 1 orang atau 1,66% dan pegawai swasta/BUMN 1 orang juga atau 1,66%.
yang terlibat dalam penelitian ini ada juga dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang
belum berpenghasilan. Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa informan penelitian
memiliki tingkat penghasilan yang bervariasi. Dari persentase tersebut terlihat bahwa
yang terbanyak berasal dari suku Jawa, yaitu 42 orang atau 70,00%. Kemudian diikuti
oleh suku Melayu dan Batak Toba yang masing-masing 5 orang atau sekitar 8,33%.
1. Bapak M. Jati, yang merupakan masyarakat yang tinggal di Jalan Mangan Satu,
Kawah Satu, Lingkungan VII, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan
Deli. Beliau bekerja sebagai seorang wiraswasta dan merupakan suku Mandailing.
Raya, Lingkungan II, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli. Beliau
4. Bapak Septian Dwi Cahyo, yang merupakan masyarakat yang tinggal di Jalan
Pasar III, Lingkungan XI, Kelurahan Mabar Hilir, Kecamatan Medan Deli. Beliau
tambahan terkait dengan apa yang sedang di teliti. Berikut adalah identitas informan
Pusaka Indonesia.
penelitian, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti, yang pertama penelitian
diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen tertulis, profil Dinas Kesehatan Kota
Medan dan data lain yang berkaitan dengan Dinas Kesehatan Kota Medan. Kedua,
peneliti melakukan wawancara kepada informan kunci sebanyak dua orang yaitu
dengan Kepala Bidang PKM (Pengendalian Masalah Kesehatan) Kota Medan, dan
pegawai yang menangani tentang penerapan Peraturan Daerah Kota Medan tentang
Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Namun di dalam prosesnya sendiri
A. Komunikasi
atas ke bawah maupun sebaliknya, antar bagian dalam organisasi maupun kepada
implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan
Perda Nomor 3 Tahun 2014 maka atas arahan dari Kepala Dinas Kesehatan, Kepala
masing-masing bidang baik itu dalam rapat para kabid, rapat para kepala seksi, dan
pertemuan-pertemuan lainnya.
Dinas Kesehatan dari satu sisi bukan pelayanan, tetapi karena Dinas Kesehatan yang
menginisiasi Perda KTR ini ada baiknya Dinas Kesehatan yang memberi contoh. Hal
itu sudah terlaksana dan sudah terimplementasi. Jadi tidak ada lagi merokok
khususnya staf dan pegawai di Dinas Kesehatan yang di area Kawasan Tanpa Rokok.
Kalaupun staf dan pegawai ingin merokok harus di bawah pohon dan bukan di
Untuk sosialisasi kepada Dinas lain dan kecamatan di kota Medan, Dinas
Kesehatan juga sudah melakukan ini baik melalui Surat Edaran yang dibuat oleh
Sekda untuk penegakan Perda KTR ini dan melalui Ibu Kepala Dinas, ketika ada
rapat-rapat koordinasi yang tentunya menyampaikan ini ke Kepala Dinas lain, SKPD
lain bahwa Kota Medan sudah mempunyai Perda Nomor 3 tentang KTR ini. Dinas
kesehatan juga pernah beberapa kali membuat pertemuan khusus dengan SKPD.
sesudah maupun sebelum keluarnya Perda ini baik dia per SKPD, per kantor maupun
umum, pemilik-pemilik hotel atau mall dan perwakilan dari ke tujuh Kawasan Tanpa
Rokok tersebut. Dimana proses sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok ini
tersebut. Karena jika bicaranya per fokus-fokus seperti kesehatan, agama, sekolah,
angkutan umum dan sarana fasilitas yang lain akan butuh waktu. Selain itu jika
mereka dikumpulkan bersamaan, mereka bisa saling control satu sama lain dan
diharapkan setiap perwakilan dari kawasan tersebut akan menerapkan Perda KTR ini
di kawasannya masing-masing.
Selain melalui unit organisasi yang sudah terstruktur dan kepada SKPD lain,
komunikasi terhadap target group atau kelompok sasaran juga sangat penting
implementasi Perda KTR ini didukung oleh anggaran yang ada di APBD. Di APBD
2015 ada satu mata anggaran yang namanya sosialisasi Perda HIV dan KTR. Dimana
Dinas Kesehatan mengundang 100 orang per kecamatan yang dikumpulkan oleh
Puskesmas dan Camat setempat yang terdiri dari beberapa orang perwakilan dari
tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Selain itu, Puskesmas juga selalu memberikan
masing baik itu ke sekolah, ke kantor lurah, kantor camat, fasilitas kesehatan, fasilitas
Tanpa Rokok.
kesehatan. Dimana penyuluhan atau promosi kesehatan ini tidak hanya berfokus
untuk sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok saja tetapi bersamaan dengan program
lainnya. Selain itu, tidak ada jadwal khusus untuk sosialisasi Perda KTR karena
masih banyak program lain yang harus disampaikan dan semua program tersebut
dibuat secara terpadu. Tetapi yang namanya jadwal mini lokakarya Puskesmas
dengan kecamatan itu per 3 bulan sekali. Kegiatan tersebut sudah rutin dilakukan,
program-program.
tempat-tempat strategis. Bahkan ada radio spot, dimana pada tahun 2014 lalu Dinas
Beberapa waktu lalu pernah juga datang bupati dari Ponorogo untuk
memberikan motivasi kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. Selain itu juga pernah
datang Kepala Dinas Kesehatan Bogor yang sudah berhasil dalam menjalankan Perda
B. Sumber Daya
tentang Kawasan Tanpa Rokok terdiri dari sumber daya manusia, finansial dan
fasilitas.
Dinas Kesehatan Kota Medan sudah cukup mampu untuk melaksanakan kebijakan
tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada. Namun, hal yang harus
tidak dilaksanakan sendiri oleh Dinas Kesehatan. Dalam Perda KTR tersebut
tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut dan Dinas Kesehatan sebagai koordinatornya.
Tim Pemantau KTR tersebut. Dimana SK Tim Pemantau ini tidak di internal Dinas
Walikota Medan. Jadi Dinas Kesehatan hanya sebatas mengingatkan kepada SKPD
bahwa Kota Medan sudah mempunyai Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok, agar
merokok di tempatnya dan tidak merokok di area pelayanan. Namun, sampai saat ini
SK tersebut masih dalam tahap penyempurnaan dan pengesahan di Pemko Medan dan
belum sampai kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. 53 Tetapi dalam tingkat internal,
Dinas Kesehatan juga selalu mengingatkan tentang Perda KTR tersebut baik di apel
Tanpa Rokok berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota
Medan, tepatnya sudah tercantum di dalam APBD. Baik itu pada APBD tahun 2015
yakni ketika Perda ini masih dalam tahap sosialisasi dan pada tahun 2016 ini juga
sedang dianggarkan untuk tahap implementasinya. Namun selain dana APBD, dalam
proses implementasi Perda KTR ini juga dibantu dana DBHCHT (Dana Bagi Hasil
Cukai Hasil Tembakau) dari pusat yang digunakan untuk sebagian sosialisasi.
53
Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang PMK Dinas Kesehatan Kota Medan, Pada tanggal 26
Januari 2016.
keluar untuk penerapan Perda Kawasan Tanpa Rokok ini juga masih bertahap. Selain
APBD dan dana DBHCHT, dalam penegakan Perda ini nantinya juga akan dibantu
oleh dana dari pajak rokok karena memang prioritas dana yang dikeluarkan oleh
pemerintah dari dana DBHCHT dan pajak rokok ini untuk kabupaten/kota yang
HIV/AIDS dan Kawasan Tanpa Rokok itu digabungkan. Dimana dana sosialisasinya
di tahun 2015 lalu sekitar Rp.281.400.000. Di tahun 2016, Dinas Kesehatan Kota
Medan juga sudah usulkan dana untuk implementasi Perda KTR ini yakni sekitar
Rp.475.650.000. Dimana dana itu nantinya akan digunakan untuk pembuatan media
promosi, baliho, poster, perjalanan dinas, dana untuk menggerakkan Tim Pemantau
c. Fasilitas
Menurut keterangan informan, untuk saat ini sarana dan prasarana itu belum
memadai dan masih hanya sebatas alat bantu alat tulis saja seperti stiker, brosur,
spanduk, billboard dan rolling banner elektrik serta pendistribusian buku Perda dan
Perwal tentang Kawasan Tanpa Rokok. Jika daerah lain seperti Bogor yang sudah
mempunyai mobil seperti tempat sidang itu, Kota Medan belum mampu menyiapkan
hal tersebut. Sampai saat ini hal tersebut masih sebatas pemikiran dan wacana saja.
Untuk Tim Pemantau Kawasan Tanpa Rokok juga baru tahun ini (2016) akan mereka
C. Disposisi
serta dukungan terhadap kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun
2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini sangat ditunjukan oleh para pegawai Dinas
kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan
Tanpa Rokok adalah baik dan sangat mendukung. Informan sangat mengapresiasi
sekali dan sangat senang dengan keluarnya Perda Kawasan Tanpa Rokok ini. Karena
memang setiap warga Negara mempunyai hak asasi untuk hidup dengan kualitas
udara yang baik dan mendapatkan udara yang bersih dan sehat.
baik. Karena Perda ini tidak melarang orang untuk merokok, tetapi kita menjaga
orang yang tidak merokok itu agar tidak menghirup udara yang tidak sehat dan
kesehatannya tetap terjaga. Perda ini hanya mengatur secara sosial dimana orang
implementasi Perda KTR ini adalah sebagai Kepala Bidang melakukan sosialisasi
kepada bidang lain dan pegawai di internal bidangnya sendiri dan melakukan
kemudian menjalin kerja sama dengan yayasan yang bisa membantu dalam penerapan
Perda ini, yakni dengan LSM Pusaka Indonesia. Serta kerja sama dengan Pemko
KTR.
D. Struktur Birokrasi
ini mencakup dua hal penting, pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi
melalui standar operating procedures atau SOP yang dicantumkan dalam guideline
struktur birokrasi untuk penerapan Perda Kawasan Tanpa Rokok ini tidak hanya dari
Dinas Kesehatan semata, tetapi ada juga dari SKPD yang ada di Kota Medan. Hal itu
Tim Pemantau tersebut baru diterima dari Pemko. Sehingga penganggaran dana untuk
Tim Pemantau juga baru akan dimulai tahun 2016 ini. 54 Tetapi untuk internal Dinas
Kesehatan sendiri, Perda KTR ini sudah diterapkan. Sesudah Perda ini keluar maka
berdasarkan arahan Ibu Kepala Dinas agar masing-masing Kepala Bidang itu
Masalah Kesehatan) juga karena bidang PMK yang telah menginisiasi Perda KTR
tersebut.
Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut
sebenarnya di mulai dari pada menginisiasi Perda ini sendiri. Dimulai dengan
dan Perwal KTR ini disahkan maka untuk 1 (satu) tahun pertama implementasi Perda
dan Perwal KTR di Kota Medan, sasaran utamanya adalah tersosialisasikannya Perda
KTR yang bersifat preventif. SOP nya sudah bagus, dan itu merupakan landasan
dasar Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melaksanakan Peraturan Daerah tentang
54
Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang PMK Dinas Kesehatan Kota Medan, Pada tanggal 5 Maret
2016.
Berikut ini akan di paparkan deskriptif data kuesioner dan deskripsi hasil
wawancara dengan informan utama, yakni masyarakat Kota Medan yang tinggal di
Dinas Kesehatan Kota Medan. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk
menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti, yang
Kecamatan Medan Deli dan data lain yang berkaitan dengan Kecamatan Medan Deli.
Kedua, peneliti melakukan kegiatan penyebaran kuesioner kepada enam puluh (60)
A. Komunikasi
KTR
Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, 2 orang informan
KTR
(1,66%) menyatakan bahwa sangat mengerti maksud dari Peraturan Daerah Kota
(3,33%) menyatakan cukup mengerti maksud dari Perda KTR, 2 orang informan
(3,33%) menyatakan mengerti maksud dari Perda KTR, 15 orang informan (25,00%)
menyatakan kurang mengerti maksud dari Perda KTR dan 40 orang informan
(3,33%) menyatakan bahwa sosialisasi tentang Peraturan Daerah Kota Medan Nomor
3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok sangat sering dilakukan, 1 orang
(1,66%) menyatakan bahwa penyampaian sosialisasi Perda KTR yang dilakukan oleh
orang informan (78,33%) menyatakan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas
(1,66%) menyatakan bahwa penyampaian sosialisasi Perda KTR yang dilakukan oleh
tidak memuaskan.
(1,66%) menyatakan bahwa sangat sering melihat fasilitas yang digunakan untuk
penerapan Perda KTR, 3 orang informan (5,00%) menyatakan cukup sering melihat
fasilitas yang digunakan untuk penerapan Perda KTR, 17 orang informan (28,33%)
menyatakan sering melihat fasilitas yang digunakan untuk penerapan Perda KTR, 12
orang informan (20,00%) menyatakan jarang melihat fasilitas yang digunakan untuk
penerapan Perda KTR dan 27 orang informan (45,00%) menyatakan tidak pernah
melihat fasilitas yang digunakan untuk penerapan Perda KTR. Fasilitas yang
dimaksud disini adalah brosur, stiker, selebaran, papan pengumuman, baliho dan
tempat khusus merokok serta fasilitas lain untuk penerapan Perda KTR ini.
C. Disposisi
sosialisasi Perda KTR sangat baik, 3 orang informan (5,00%) menyatakan sikap yang
ditunjukkan kurang baik dan 14 orang informan (23,33%) menyatakan sikap yang
D. Struktur Birokrasi
(3,33%) menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota
menyatakan kurang sesuai dengan prosedur kerjanya dan 52 orang informan (86,66)
menyatakan tidak sesuai dengan prosedur kerjanya. Adapun prosedur kerja yang
dimaksud adalah dimana dalam SOP nya dikatakan bahwa dalam satu tahun pertama
setelah Perda KTR keluar, maka harus di sosialisasikan secara maksimal. Namun
Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok sangat
(1,66%) menyatakan cukup mengetahui tentang instansi apa saja yang bertugas untuk
apa saja yang bertugas mensosialisasikan Perda KTR, 11 orang informan (18,33%)
Perda KTR, dan 46 orang informan (76,66%) menyatakan tidak mengetahui instansi
Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut, 6
setuju dengan adanya Perda KTR dan 1 orang informan (1,66%) menyatakan bahwa
Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut, 5
adanya Perda KTR, 16 orang informan (26,66%) menyatakan bahwa pedagang rokok
(8,33%) menyatakan bahwa pedagang rokok tidak mendukung adanya Perda KTR.
Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut, 6
adanya Perda KTR, 14 orang informan (23,33%) menyatakan bahwa anggota DPRD
anggota DPRD kurang mendukung adanya Perda KTR dan 1 orang informan (1,66%)
(38,33%) menyatakan bahwa Ormas atau LSM sangat mendukung adanya Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut, 6
orang informan (10,00%) menyatakan bahwa Ormas atau LSM cukup mendukung
adanya Perda KTR, 23 orang informan (38,33%) menyatakan bahwa Ormas atau
LSM mendukung adanya Perda KTR, 7 orang informan (11,66%) menyatakan bahwa
Ormas atau LSM kurang mendukung adanya Perda KTR dan 1 orang informan
(1,66%) menyatakan bahwa Ormas atau LSM tidak mendukung adanya Perda KTR.
utama, yakni kepada empat (4) orang masyarakat yang merupakan perokok aktif yang
merokok. Dimana hal ini nantinya akan menggambarkan salah satu variabel dalam
merokok adalah karena beberapa faktor yakni pertama, awalnya ikut pergaulan
sebagai upaya untuk tidak suntuk dan jika tidak merokok akan mengakibatkan sakit
kepala. Ketiga, informan menganggap bahwa jika selesai makan tidak merokok, maka
rasanya akan seperti orang bodoh dan linglung kesana-kemari. Keempat, informan itu
merokok karena sudah terbiasa. Kelima, merokok itu dianggap untuk menutupi
kekurangan, karena jika tidak merokok akan terasa ada yang kurang tetapi kalau
sudah merokok itu rasanya menjadi lengkap. Selain itu kurang semangat rasanya jika
tidak merokok. Dimana para informan itu suda mulai merokok di usia 17 tahun, 18
ada larangan tidak boleh merokok (No smoking) seperti di dalam angkot, di rumah
makan, di tempat umum, dan di dalam ruangan ber AC. Namun ada juga informan
bahwa uang tersebut akan digunakan untuk keperluan rumah sehari-hari sebanyak Rp.
membeli rokok. Dimana rokok tersebut dengan harga rata-rata Rp.17.000 per
bungkus di kali 2 bungkus per hari dan dalam sebulan itu biaya untuk rokok sekitar
per bulan, akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti beli beras dan
keperluan dapur sekitar Rp. 800.000 dan selebihnya akan digunakan untuk membeli
rokok. Bahkan berdasarkan pernyataan informan bahwa biaya untuk rokok sendiri
Dalam sehari informan mampu menghabiskan satu bungkus per hari, dan ada
juga yang habis sampai 2 bungkus per hari. Bahkan salah satu informan mampu
menghabiskan 3 sampai 4 bungkus per hari. Tergantung pada suasana hati dan
kegiatan pada malam harinya ketika berkumpul dengan kawan-kawannya. Dan harga
rokok per bungkusnya mulai dari Rp.10.000, Rp.12.000, Rp.17.000 atau bahkan
Rp.19.000.
12% untuk rokok, namun ada juga yang 40% dan 42% dan bahkan ada juga gaji yang
membeli rokok juga. Dan masyarakat tetap membeli rokok dan mengonsumsi dengan
jumlah yang sama yakni 2 atau bahkan ada yang 4 bungkus per harinya meskipun
sudah menjadi suatu kebutuhan kecuali seorang informan yang mengurangi untuk
mengonsumsi rokok.
bahwa mereka pernah berniat untuk berhenti merokok. Tetapi karena sudah
kecanduan dan merupakan suatu kebutuhan, informan sangat susah untuk berhenti
merokok. Tanpa disadari sudah mulai lagi untuk merokok. Bahkan seorang informan
menyatakan bahwa ia akan tetap merokok kecuali pabrik rokoknya tutup. Selain itu
itu berdasarkan pernyataan seorang informan, pernah dalam waktu 3 bulan mencoba
untuk berhenti merokok. Namun ketika suntuk dan ada masalah di dalam keluarga
ingin kembali merokok lagi dan pada akhirnya sampai sekarang kembali lagi
merokok.
Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, sebagian mereka mengetahui adanya
Perda tersebut tetapi belum mengerti dengan jelas apa maksud dari Perda tersebut.
Namun sebagian lagi belum pernah mendengar tentang adanya Perda tersebut.
Adapun fasilitas yang mereka ketahui untuk penerapan Perda Kawasan Tanpa
Rokok ini adalah berupa selebaran dan brosur yang terdapat di Rumah Sakit, di
angkutan umum.
Indonesia dan Sekretaris Camat Medan Deli. Peneliti melakukan wawancara dengan
pihak LSM Pusaka Indonesia, karena LSM ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
Kota Medan dalam menerapkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014
tentang Kawasan Tanpa Rokok. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak
A. Komunikasi
Adapun kerja sama antara LSM Pusaka Indonesia dengan Dinas Kesehatan
Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok hanya sebatas mitra kerja saja dan tidak
terdapat ikatan kerja secara khusus. Karena Pusaka Indonesia fokus terhadap
Rokok, sehingga melakukan kerja dengan Dinas Kesehatan Kota Medan. Bentuk
kerja samanya seperti ketika Pusaka Indonesia membuat program kerja dalam setahun
tentang KTR, seperti sosialisasi dan pelatihan hukumnya. Maka Pusaka Indonesia
harus bekerja sama dengan Dinas Kesehatan kota Medan dalam menyelenggarakan
Adapun bentuk kerja sama antara kecamatan Medan Deli dengan Dinas
hanya sebatas koordinasi saja. Dimana ketika Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi
kegiatan tersebut. Selain itu, diberikan surat edaran agar memberitahukan dan
Menurut kaca mata Pusaka Indonesia, kegiatan sosialisasi tentang Perda KTR
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan sudah bagus karena langsung
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan hanya sekali itu saja. Dan berdasarkan
keterangan sekretaris camat Medan Deli, bahwa sosialisasi tentang Perda KTR ini
memang sudah dilaksanakan dengan baik di kecamatan Medan Deli. Namun kegiatan
Medan yang menangani tentang pelaksanaan Perda KTR tersebut bagus. Sekretaris
camat Medan Deli menambahkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan memang sudah baik, namun kegiatannya belum dilaksanakan secara rutin.
Menurut Pusaka Indonesia bahwa secara person to person bagus, begitu juga secara
kelembagaan juga bagus. Dinas Kesehatan Kota Medan itu aktif dalam kegiatan-
kegiatan tentang KTR, akan tetapi Dinas Kesehatan tersebut aktif karena masih ada
Pusaka Indonesia. Sampai saat ini Pusaka masih support, Dinas Kesehatan Kota
Medan juga masih aktif dan masih tetap komitmen. Jika Dinas Kesehatan tidak
komitmen maka Pusaka Indonesia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena semua
butuh dukungan dari pemerintah. Namun, masih minimnya inisiatif untuk membuat
Kawasan Tanpa Rokok ini masih sekian persen dan masih merupakan angka yang
kecil dari anggaran Dinas Kesehatan Kota Medan. Berbeda dengan daerah-daerah
lain seperti Bogor, dimana anggaran mereka untuk Perda KTR cukup besar sehingga
Kota Medan, hal itu mencerminkan bahwa Perda KTR ini tidak menjadi prioritas.
Namun, sebagai sebuah dinas yang memiliki program-program yang banyak, Pusaka
Indonesia tetap berpikiran positif dan Dinas Kesehatan Kota Medan juga tetap
c. Fasilitas
Menurut keterangan informan, untuk saat ini sarana dan prasarana untuk
penerapan Perda KTR ini belum memadai seperti alat peraga yang masih kurang,
tanggung jawab dari pemerintah dengan si pengelola kawasan dimana dalam Perda
untuk menyediakan tempat khusus untuk merokok. Untuk di swasta fasilitas tersebut
sudah relatif bagus karena mereka mengurus sendiri misalnya Sun Plaza, yayasan
Don Bosco juga sudah menerapkan ini. Namun untuk di kantor pemerintah kota,
beberapa sudah ada tetapi belum begitu baik penyediaan fasilitas tempat khusus
merokok. Dan berdasarkan keterangan sekretaris camat Medan Deli bahwa fasilitas
yang ada sekarang di Kecamatan Medan Deli hanya berupa brosur dan stiker-stiker.
C. Disposisi
Menurut sekretaris camat Medan Deli bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan
produk hukumnya Dinas Kesehatan Kota Medan. Namun jika ingin mengetahui
komitmennya, hal itu dapat dilihat dari program kerja dari Dinas Kesehatan Kota
Medan tersebut. Keseriusan program kerja itu indikatornya bisa dilihat dari
anggarannya dan hal itu bisa dilihat bagaimana faktanya. Dimana dana untuk Perda
KTR ini masih kecil. Karena jika memang benar-benar mendukung tentu akan
Program kerja Pusaka Indonesia untuk Perda KTR ini sendiri mulai dari
mendorong lahirnya Perda KTR. Kemudian setelah Perda KTR keluar, Pusaka
Perda. Penguatan implementasi Perda tersebut mulai dari sosialisasi, kemudian juga
pemantauan KTR.
implementasi Perda KTR. Yang dilakukan di dua sasaran: yang pertama, adalah
bagaimana Pusaka Indonesia mendorong Dinas Kesehatan Kota Medan agar bisa
Tanpa Rokok. Yang kedua, Pusaka Indonesia fokus terhadap penegakan hukumnya.
Dimana Pusaka Indonesia akan melakukan perkara sidang lapangan 2 sampai 3 kali
dalam periode setahun ini. Selain itu, Pusaka Indonesia juga sedang mengembangkan
aplikasi mobile phone untuk masyarakat yang mau melaporkan pelanggaran KTR,
bersama oleh Pusaka Indonesia dan Dinas Kesehatan Kota Medan. Akan tetapi
program ini adalah program dari Pusaka Indonesia dan mereka yang fokus
Selain itu, jika seandainya Pusaka Indonesia kedepan tidak lagi mendukung
Perda KTR tersebut mungkin tidak berjalan lagi. Ada kekhawatiran dari Pusaka
memprioritaskan secara internal mereka tentang KTR ini karena masih di dukung
oleh Pusaka Indonesia. Karena masih di dukung oleh Pusaka indonesia, Dinas
Kesehatan Kota Medan menganggap bahwa kegiatan-kegiatan Pusaka itu masih jadi
bagian dari kerja mereka juga. Tetapi di khawatirkan nanti ketika Pusaka Indonesia
D. Struktur Birokrasi
Kesehatan Kota Medan saja. Dalam Perda KTR tersebut disebutkan bahwa struktur
organisasi pelaksana Perda KTR tidak hanya dari Dinas Kesehatan sendiri tetapi
seluruh SKPD yang terkait. Jadi jika hal tersebut sudah bisa dimaksimalkan dengan
baik sebenarnya sudah bagus. Dan SK Tim Pemantau KTR tersebut juga telah di
lahirnya Perda KTR ini, maka penambahan struktur di kantor camat untuk penerapan
Perda KTR ini memang tidak ada. Namun, pihak kecamatan Medan Deli selalu
Terkait soal rokok, di seluruh Indonesia ini pasti ada pro dan kotranya.
Sebuah kebijakan itu pasti ada pro dan kontranya. Tetapi memang tentang Perda
Kawasan Tanpa Rokok ini menyentuh langsung soal perilaku. Masyarakat tidak
setuju karena belum memahami benar esensi dari Perda ini sendiri. Perda ini bukan
untuk melarang orang merokok, tetapi hanya mengatur saja secara sosial dimana
tempat yang boleh merokok dan dimana yang tidak boleh merokok.
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Kota Medan. Dimana 89% masyarakat setuju
setuju dan 1% masyarakat menyatakan tidak tahu. Survey juga dilakukan kepada
masyarakat yang merokok, dimana 63% perokok setuju diterapkannya Perda KTR,
30% perokok menyatakan tidak setuju dan 7% perokok menyatakan tidak tahu. Selain
itu berdasarkan hasil survey juga diperoleh bahwa 76% masyarakat menyatakan
bahwa kota Medan layak memiliki Perda KTR, 16% masyarakat menyatakan tidak
layak dan 8% masyarakat menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa
pedagang rokok terhadap Perda KTR tersebut pasti menolaknya. Mereka menolak
karena tidak mengetahui apa esensi dari Perda KTR ini. Kerena sebenarnya tidak ada
Rokok ini orang tetap boleh merokok, tetapi merokoknya tidak sembarangan lagi
sekarang karena sudah ada tempat-tempatnya. Jadi sebenarnya maupun itu pedagang
dan industri rokok tidak ada pengaruhnya dengan pemberlakuan Perda Kawasan
Tanpa Rokok.
Perda KTR tersebut. Namun mendukungnya hanya secara normatif saja, tetapi dalam
Jika dilihat dari persepsi Ormas atau LSM, mereka juga mendukung
anak, seperti Pusaka Indonesia juga pasti mendukung. Pusaka Indonesia juga fokus
terhadap Kawasan Tanpa Rokok karena yang selalu menjadi korban adalah anak.
mendukung adanya Perda Kawasan Tanpa Rokok karena akan melindungi anak dari
paparan bahaya asap rokok. Ormas-ormas keagamaan juga relatif mendukung Perda
Selain dari hasil wawancara dengan informan kunci, informan utama dan
memperoleh data-data pendukung yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Medan
mengenai jadwal kegiatan sosialisasi Perda Kota Medan tentang pencegahan dan
Berdasarkan jadwal sosialisasi yang peneliti peroleh, bahwa sosialisasi tentang Perda
Kawasan Tanpa Rokok ini memang sudah dilaksanakan dengan baik di 21 kecamatan
di Kota Medan. Dalam sosialisasinya dibagi dalam dua Tim, yakni Tim A dan Tim B.
Dimana yang memberikan materi pada saat sosialisasi tersebut berasal dari Dinas
Kesehatan Kota Medan dan mereka juga mengundang dari LSM Pusaka Indonesia.
Sosialisasi tersebut mulai dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2015 sampai tanggal 4
Agustus 2015.
Dari data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa sosialisasi yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok
hal itu masih berlangsung dalam waktu lebih kurang satu bulan saja dan hanya
Data lain yang peneliti peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan adalah SOP
dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Kawasan Tanpa Rokok. Dimana dalam SOP Perda KTR dalam Bab II tentang
“Untuk 1 (satu) tahun pertama implementasi PERDA KTR dan PERWAL KTR di
Kota Medan, sasaran utamanya adalah tersosialisasikannya Perda KTR yang bersifat
preventif dengan langkah-langkah persuasive dan belum sampai pada penegakan
hukum yang bersifat represif, seperti pengenaan besaran denda sesuai dengan
ketentuan Perda KTR melalui pendekatan Pro Justisia. Dengan kata lain sasaran
utama tahun pertama ini adalah menyebarkan seluas-luasnya kepada semua lapisan
masyarakat yang berada pada semua KTR agar tujuan pengundangan Perda KTR dan
perangkat pelaksana lainnya dipahami oleh Tim Pemantau KTR Kota Medan,
Penanggungjawab KTR, Pengawas Internal, dan Masyarakat.”
Maka berdasarkan SOP diatas seharusnya dalam satu tahun pertama itu
pada semua KTR. Agar masyarakat mengetahui tentang adanya Perda KTR ini.
Namun sosialisasi yang ada di 21 kecamataan di Kota Medan baru berlangsung sekali
Di dalam SOP Perda KTR juga terdapat Struktur Tim Pemantau KTR Kota
Data lain yang peneliti peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan adalah SK
Tim Pemantau Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan
memperoleh SK Tim Pemantau KTR ini dari Dinas Kesehatan Kota Medan,
berdasarkan informasi yang di peroleh dari Kabid PMK Dinas Kesehatan Kota
Medan pada tanggal 26 Januari 2016 bahwa SK Tim Pemantau masih di Pemko
Medan. Dan peneliti baru memperoleh SK Tim Pemantau dari Dinas Kesehatan Kota
Medan pada tanggal 5 Maret 2016. Sementara ketika peneliti melakukan wawancara
dengan pihak LSM Pusaka Indonesia pada tanggal 10 Februari 2016, SK Tim
Pemantau tersebut sudah ada di LSM Pusaka Indonesia. Maka berdasarkan data yang
diperoleh tersebut, dapat dilihat bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan kurang aktif
Data lain yang peneliti peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan adalah
bahwa bidang yang menangani tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok ini adalah
bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK). Bidang PMK ini menangani tentang
Penyakit Tidak Menular (PTM), karena di penyakit tidak menular ini salah satu faktor
pencetusnya itu adalah rokok. Bidang PMK ini terdiri dari tiga seksi, yakni Seksi
Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit, Seksi Wabah dan Bencana dan Seksi
orang. Data tersebut diperoleh dari Struktur Sub Bagian Umum Dinas Kesehatan
Kota Medan dengan rincian; 5 orang dr.umum, 1 orang dr.gigi, 4 orang perawat, 2
orang perawat gigi, 1 orang bidan, 7 orang sanitarian, 19 orang PKM, 2 orang S-2
dilaksanakan pada bulan Januari, Februari dan Maret 2016. Hal ini menunjukkan
bahwa implementasi Perda KTR di puskesmas baru dimulai sejak Januari 2016.
Data lain yang peneliti peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan adalah
Program dan Kegiatan Dinas Kesehatan Kota Medan. 55 Dimana di dalam Program
KTR yakni: pertama, penegakan Perda KTR Kota Medan. Kedua, sosialisasi Perda
KTR untuk 7 Kawasan KTR. Ketiga, pengadaan Perda dan Perwal KTR. Keempat,
pembuatan media promosi KTR stiker. Selain itu di dalam Program Pencegahan dan
Adapun pencapaian dari Program dan Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kota Medan terkait KTR dapat kita lihat berikut ini: 56 pada Program
Perwal KTR. Dimana terlaksananya pengadaan Perda dan Perwal kota Medan tentang
KTR Kota Medan. Dengan tujuan untuk menyediakan media sosialisasi Perda dan
Perwal kepada seluruh SKPD dan pimpinan lokasi/area yang ditetapkan sebagai KTR
di Kota Medan. Kegiatan ini dilaksanakan pada Triwulan IV Tahun 2015 yaitu Perda
sebanyak 1.250 eksemplar dan Perwal sebanyak 1.250 eksemplar. Selain itu
55
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Dinas (LPPD) Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2015. hal
4-5
56
Ibid., hal 22 dan 25
sosialisasi Perda KTR kepada seluruh masyarakat Kota Medan. Dimana kegiatan ini
dilaksanakan pada Triwulan IV Tahun 2015 dengan tersedianya 10.000 buah stiker
KTR. Dan pada Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular terdapat
sosialisasi Perda Kota Medan tentang HIV/AIDS dan KTR. Dimana terlaksananya
sosialisasi Perda HIV/AIDS dan KTR di Kota Medan dengan tujuan agar masyarakat
asap rokok. Dimana kegiatan ini berlangsung sejak 27 Juli s/d 4 Agustus 2015 di 21
Maka berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa program dan kegiatan
yang terlaksana itu adalah pengadaan Perda dan Perwal tentang KTR Kota Medan,
pembuatan media promosi stiker dan kegiatan sosialisasi Perda HIV/AIDS dan KTR
di Kota Medan. Sedangkan untuk program penegakan Perda KTR Kota Medan belum
terlaksana.
Selain data pendukung yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan,
peneliti juga memperoleh data dari LSM Pusaka Indonesia. Data yang diperoleh
tersebut yakni, SK Tim Pemantau Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun
2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang diperoleh pada tanggal 10 Februari 2016.
Data lain yang peneliti peroleh dari LSM Pusaka Indonesia adalah program
kerja dari LSM Pusaka Indonesia itu sendiri untuk implementasi Peraturan Daerah
Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa LSM Pusaka
mendukung kerja implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014
tentang Kawasan Tanpa Rokok. Dan pada tahun 2015-2016, LSM Pusaka Indonesia
Data lain yang peneliti peroleh dari LSM Pusaka Indonesia adalah hasil
Pelaksanaan Kegiatan Memantau Implementasi Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2014
Tentang Kawasan Tanpa Rokok melalui aplikasi KTR yang dilaksanakan dari tanggal
28 Maret sampai dengan 2 April 2016 di 4 lokasi Kawasan Tanpa Rokok di 120
tempat yakni fasilitas layanan kesehatan (24 tempat atau 20 %), tempat proses belajar
mengajar (24 tempat atau 20 %), tempat kerja ( 36 tempat atau 30 %) dan tempat
umum (36 tempat atau 30 %), dengan melibatkan 10 (sepuluh) orang surveyor (untuk
Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa untuk fasilitas
layanan kesehatan, Perda KTR ini sudah diberlakukan cukup baik terutama di rumah
sakit. Namun untuk di puskesmas dan apotik penerapan perda KTR ini masih minim.
Untuk tempat proses belajar, Perda KTR ini sudah diterapkan, namun untuk
banyaknya bau asap rokok dan puntung rokok terutama di perguruan tinggi. Namun
Untuk tempat kerja, Perda KTR ini sudah diterapkan cukup baik. Hal ini
dibuktikan dengan adanya larangan merokok di tempat kerja, ketersediaan asbak yang
sedikit, sedikitnya punting rokok dan bau asap rokok. Untuk fasilitas umum,
penerapannya sudah cukup baik di mall, namun untuk fasilitas umum lainnya masih
kurang baik, seperti restoran. Hal ini dibuktikan masih banyaknya tempat yang belum
membuat adanya larangan merokok, masih adanya ketersediaan asbak dan bau asap
rokok.
meliputi lokasi penelitian, informan utama dan informan tambahan. Adapun foto-foto
Medan
Gambar IV. 3 Brosur Kawasan Tanpa Rokok di depan pintu pegawai di Kantor
Medan
Gambar IV. 7 Brosur Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Camat Medan Deli
Parlindungan).
ANALISIS DATA
Dalam bab ini, seluruh data yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan
dianalisis sesuai dengan kelompok masalah yang dikaji peneliti dari variabel-variabel
yang digunakan. Setelah itu akan dilakukan juga analisis hubungan variabel. Adapun
dengan analisis kualitatif. Metode ini mengumpulkan data dan fakta yang telah
fenomena sosial yang diteliti. Dari hasil analisis data inilah nantinya akan diperoleh
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan seperti apa kendala yang
dihadapi.
merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan tahapan kebijakan. Suatu
program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut
tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang diambil sebagai
Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini dapat
A. Komunikasi
atas ke bawah maupun sebaliknya, antar bagian dalam organisasi maupun kepada
implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan
Kawasan Tanpa Rokok di Kota Medan sudah dilakukan dengan baik. Kepala Bidang
PMK (Pengendalian Masalah Kesehatan dan pegawai yang menangani tentang Perda
di masing-masing bidang baik itu dalam rapat para kabid, rapat para kepala seksi, dan
sosialisasi kepada Dinas lain dan kecamatan di kota Medan, baik melalui Surat
Kepala Dinas, ketika ada rapat-rapat koordinasi yang tentunya menyampaikan ini ke
Kepala Dinas lain, SKPD lain bahwa Kota Medan sudah mempunyai Perda Nomor 3
tentang KTR ini. Selain itu, Dinas Kesehatan juga sudah membentuk FGD (Focus
Group Discussion) sesudah maupun sebelum keluarnya Perda ini baik per SKPD, per
per kecamatan yang dikumpulkan oleh Puskesmas dan Camat setempat yang terdiri
dari beberapa orang perwakilan dari tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Hal ini
didukung oleh data sekunder penelitian bahwa Dinas Kesehatan melakukan kegiatan
sosialisasi Perda HIV/AIDS dan KTR yang berlangsung sejak 27 Juli s/d 4 Agustus
masyarakat kota Medan tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok dilakukan secara
kesehatan. Dimana penyuluhan atau promosi kesehatan ini tidak hanya berfokus
untuk sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok saja tetapi bersamaan dengan program
lainnya. Selain itu, tidak ada jadwal khusus untuk sosialisasi Perda KTR karena
masih banyak program lain yang harus disampaikan dan semua program tersebut
dibuat secara terpadu. Tetapi yang namanya jadwal mini lokakarya Puskesmas
sosialisasi Perda KTR jarang dilakukan. Selain itu, berdasarkan Tabel IV. 7 pada bab
sebelumnya mengenai pengetahuan tentang Perda KTR diketahui bahwa lebih dari
KTR ini. Juga berdasarkan data kuesioner pada Tabel IV. 8 yang disajikan pada bab
sebelumnya mengenai pemahaman informan tentang Perda KTR, dapat dilihat bahwa
bahwa Pusaka Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam
menerapkan Perda KTR ini. Namun kerja sama itu hanya sebatas mitra kerja saja
seperti ketika Pusaka Indonesia membuat program kerja dalam setahun tentang KTR.
Menurut kaca mata Pusaka Indonesia, kegiatan sosialisasi tentang Perda KTR
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan sudah bagus karena langsung
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan hanya sekali itu saja.
sama antara kecamatan Medan Deli dengan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam
Dimana ketika Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi tentang Perda KTR ini,
sekretaris camat, sosialisasi tentang Perda KTR ini memang sudah dilakukan dengan
baik di kecamatan Medan Deli. Namun kegiatannya masih berlangsung sekali saja
Hal itu diperkuat oleh data yang diperoleh dari data sekunder penelitian
bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tentang Perda
Kawasan Tanpa Rokok ini memang sudah dilaksanakan dengan baik di 21 kecamatan
di Kota Medan. Namun hal itu masih berlangsung dalam waktu lebih kurang satu
bulan saja dan hanya dilakukan sekali di Tahun 2015. Berdasarkan SOP KTR
seharusnya dalam satu tahun pertama itu dilakukan sosialisasi seluas-luasnya kepada
semua lapisan masyarakat yang berada pada semua KTR. Agar masyarakat
mengetahui tentang adanya Perda KTR ini. Namun sosialisasi yang ada di 21
sudah dilakukan dan berjalan cukup baik di lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Medan, baik secara perbidang maupun keseluruhan di internal Dinas Kesehatan Kota
Medan. Adapun bentuk komunikasi Dinas Kesehatan Kota Medan kepada SKPD dan
kecamatan di kota Medan dalam mengimplementasikan Perda KTR ini dalam bentuk
Indonesia itu hanya sebatas mitra kerja dan tidak ada ikatan secara khusus. Dimana
koordinasi dan mitra kerja Dinas Kesehatan Kota Medan dengan SKPD dan LSM
belum berjalan dengan baik. Sosialisasi tentang Perda KTR masih dilakukan secara
bersamaan dengan program kesehatan lainnya dan belum dilakukan secara khusus
serta belum adanya jadwal khusus untuk sosialisasi Perda KTR karena masih banyak
program lain yang harus disampaikan. Selain itu, sosialisasi tentang Perda KTR yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan di 21 kecamatan di kota Medan belum
dilakukan secara maksimal dan baru dilaksanakan sekali di tahun 2015 serta belum
bahwa sosialisasi tidak pernah dilakukan dan menyatakan kurang mengetahui serta
kurang mengerti maksud dari Perda KTR tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masih
B. Sumber Daya
kebijakan. Tanpa sumber daya yang cukup, implementasi kebijakan tidak akan bisa
tercapai. Sumber daya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sumber daya
materil meliputi dana dan peralatan yang dipakai, dan sumber daya non materil
melaksanakan tugas-tugasnya.
harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitasnya. Sumber daya manusia yang
berkualitas sesuai dengan tugas dan fungsi yang diisyaratkan dalam peraturan
kebijakan akan memberi dampak positif bagi proses implementasi dan tercapainya
tujuan kebijakan.
oleh Dinas Kesehatan Kota Medan sudah cukup mampu untuk melaksanakan
kebijakan tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada. Namun, hal yang
tersebut tidak dilaksanakan sendiri oleh Dinas Kesehatan. Dalam Perda KTR tersebut
tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut dan Dinas Kesehatan sebagai koordinatornya.
Jadi di bentuk sebuah Tim Pemantau dalam melaksanakannya. Namun Tim Pemantau
sosialisasi Perda KTR yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan, diketahui
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tidak memuaskan. Selain itu,
Perda KTR yang dilakukan oleh pegawai Puskesmas, diketahui bahwa 90,00%
Kesehatan Kota Medan yang menangani tentang pelaksanaan Perda KTR tersebut
bagus. Sekretaris camat Medan Deli menambahkan bahwa kegiatan yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan memang sudah baik, namun kegiatannya belum dilaksanakan
secara rutin. Menurut Pusaka Indonesia bahwa secara person to person bagus, begitu
juga secara kelembagaan juga bagus. Dinas Kesehatan Kota Medan itu aktif dalam
kegiatan-kegiatan tentang KTR, akan tetapi Dinas Kesehatan tersebut aktif karena
masih ada Pusaka Indonesia. Sampai saat ini Pusaka masih support, Dinas Kesehatan
Kota Medan juga masih aktif dan masih tetap komitmen. Jika Dinas Kesehatan tidak
komitmen maka Pusaka Indonesia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena semua
butuh dukungan dari pemerintah. Namun, masih minimnya inisiatif untuk membuat
Selain itu, berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari penelitian bahwa
bidang yang menangani tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok ini adalah bidang
ini sebanyak 46 orang. Data tersebut diperoleh dari Struktur Sub Bagian Umum
Dinas Kesehatan Kota Medan dengan rincian; 5 orang dr.umum, 1 orang dr.gigi, 4
PKM, 2 orang S-2 Kesmas, 4 orang non kesehatan dan 1 orang SLTP sederajat.
secara kuantitas, pegawai di Dinas Kesehatan Kota Medan sudah mencukupi untuk
melaksanakan Perda KTR ini. Namun jika dilihat dari segi kualitasnya maka pegawai
Dinas Kesehatan Kota Medan yang menangani tentang Perda KTR ini belum
melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal itu dapat kita lihat dari jawaban masyarakat
tentang penyampaian dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk sosialisai Perda
KTR ini. Masyarakat belum puas dengan kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan.
Hal itu juga sejalan dengan pendapat Pusaka Indonesia bahwa sejauh ini Dinas
Kesehatan masih aktif dalam melaksanakan Perda KTR karena masih adanya
Untuk Tim Pemantau KTR belum bisa di analisis karena sampai penelitian
selesai Tim Pemantau tersebut belum beroperasi karena SK Tim Pemantau tersebut
harus memadai agar suatu kebijakan dapat dilaksanakan. Karena tanpa adanya dana
yang memadai, suatu kebijakaan tentu tidak akan bisa berjalan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
Kawasan Tanpa Rokok berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kota Medan, tepatnya sudah tercantum di dalam APBD. Baik itu pada
APBD tahun 2015 yakni ketika Perda ini masih dalam tahap sosialisasi dan sedang
dianggarkan untuk tahun 2016. Namun selain dana APBD, dalam proses
implementasi Perda KTR ini juga dibantu dana DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai
Hasil Tembakau) dari pusat. Selain APBD dan dana DBHCHT, dalam penegakan
Perda ini nantinya juga akan dibantu oleh dana dari pajak rokok. Namun, dana yang
keluar untuk penerapan Perda KTR ini juga masih bertahap. Dimana di tahun 2015
untuk sosialisasi Perda KTR, dananya sekitar Rp.281.400.000. dan di tahun 2016
Kawasan Tanpa Rokok ini masih sekian persen dan masih merupakan angka yang
kecil dari anggaran Dinas Kesehatan Kota Medan. Berbeda dengan daerah-daerah
lain seperti Bogor, dimana anggaran mereka untuk Perda KTR cukup besar sehingga
sumber daya finansial untuk mengimplementasikan Perda KTR ini belum memadai
dan masih harus lebih ditingkatkan lagi agar Perda tersebut dapat berjalan.
implementasi suatu kebijakan adalah fasilitas. Dengan adanya fasilitas yang memadai
tentu segala program yang telah dibuat akan berjalan dengan adanya dukungan dari
fasilitas tersebut.
Berdasarkan keterangan informan kunci, untuk saat ini sarana dan prasarana
untuk penerapan Perda KTR ini belum memadai dan masih hanya sebatas alat bantu
alat tulis saja seperti stiker, brosur, spanduk, billboard dan rolling banner elektrik
serta pendistribusian buku Perda dan Perwal tentang Kawasan Tanpa Rokok. Jika
daerah lain seperti Bogor yang sudah mempunyai mobil seperti tempat sidang itu,
Kota Medan belum mampu menyiapkan hal tersebut. Sampai saat ini hal tersebut
masih sebatas pemikiran dan wacana saja. Namun sekarang di Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kota Medan sudah mulai menyediakan klinik UBM (Upaya Berhenti
Merokok) untuk masyarakat yang ingin berhenti merokok. Hal ini didukung oleh data
Selain itu pada data sekunder penelitian juga terdapat kegiatan Dinas
Kesehatan Kota Medan tentang pengadaan Perda dan Perwal KTR dan pembuatan
media promosi KTR stiker. Dimana pencapaian program dan kegiatannya, Perda di
buat sebanyak 1.250 eksemplar dan Perwal sebanyak 1.250 eksemplar serta 10.000
yang masyarakat lihat untuk pelaksanaan Perda KTR diketahui bahwa informan
menyatakan bahwa fasilitas yang mereka lihat untuk pelaksanaan Perda KTR ini
masih jarang.
Hal itu di perkuat oleh informan tambahan, bahwa untuk saat ini sarana dan
prasarana untuk penerapan Perda KTR ini belum memadai seperti alat peraga yang
masih kurang, sosialisasinya juga masih kurang. Namun, untuk di swasta fasilitas
tersebut sudah relatif bagus karena mereka mengurus sendiri misalnya Sun Plaza.
Tetapi untuk di kantor pemerintah kota, beberapa sudah ada tetapi belum begitu baik
camat Medan Deli bahwa fasilitas yang ada sekarang di Kecamatan Medan Deli
Selain itu, dapat juga dilihat fasilitas yang ada sekarang seperti yang terdapat
pada data sekunder penelitian pada bab sebelumnya pada Gambar IV. 2 yakni Stiker
Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan, Gambar IV. 3 yakni
Brosur Kawasan Tanpa Rokok di depan pintu pegawai di Kantor Dinas Kesehatan
Kota Medan, Gambar IV. 4 yakni Buku Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok yang
dibagikan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan saat melaksanakan sosialisasi Perda
KTR, Gambar IV. 5 yakni Billboard Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kota
Medan, dan Gambar IV. 7 yakni Brosur Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Camat
Medan Deli.
memadai. Karena fasilitas yang ada masih sebatas alat bantu tulisan saja dan klinik
UBM (Upaya Berhenti Merokok) yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan
C. Disposisi
suatu kebijakan merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan. Jika para
implementor kebijakan setuju dengan isi suatu kebijakan dan adanya dukungan,
oleh para pembuat kebijakan dan hal itu akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok
adalah baik dan sangat mendukung. Informan sangat mengapresiasi sekali dan sangat
senang dengan keluarnya Perda Kawasan Tanpa Rokok ini. Adapun tindakan-
tindakan yang informan dilakukan untuk mendukung implementasi Perda KTR ini
adalah sebagai Kepala Bidang melakukan sosialisasi kepada bidang lain dan pegawai
Berdasarkan Tabel IV. 13 pada bab sebelumnya mengenai sikap pegawai yang
pegawai ketika melakukan sosialisasi Perda KTR adalah baik. Namun, pada Tabel
berkomitmen.
Kota Medan mendukung sepenuhnya Perda KTR ini, tetapi kegiatan sosialisasinya
belum dilaksanakan secara maksimal. Dan menurut Pusaka Indonesia bahwa Dinas
Kesehatan Kota Medan mendukung adanya Perda KTR tersebut karena itu memang
produk hukumnya Dinas Kesehatan Kota Medan. Namun jika ingin mengetahui
komitmennya, hal itu dapat dilihat dari program kerja dari Dinas Kesehatan Kota
Medan tersebut. Keseriusan program kerja itu indikatornya bisa dilihat dari
anggarannya dan hal itu bisa dilihat bagaimana faktanya. Dimana dana untuk Perda
Selain itu, menurut Pusaka Indonesia, jika kedepan mereka tidak lagi
implementasi Perda KTR tersebut mungkin tidak berjalan lagi. Ada kekhawatiran dari
Pusaka Indonesia bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan mungkin tidak terlalu
memprioritaskan secara internal mereka tentang KTR ini karena masih di dukung
oleh Pusaka Indonesia. Karena masih di dukung oleh Pusaka indonesia, Dinas
Kesehatan Kota Medan menganggap bahwa kegiatan-kegiatan Pusaka itu masih jadi
bagian dari kerja mereka juga. Tetapi di khawatirkan nanti ketika Pusaka Indonesia
Hal itu dapat dilihat dari program kerja Pusaka Indonesia untuk Perda KTR
ini sendiri mulai dari mendorong lahirnya Perda KTR. Kemudian setelah Perda KTR
penguatan implementasi Perda KTR. Yang dilakukan di dua sasaran: yang pertama,
adalah bagaimana Pusaka Indonesia mendorong Dinas Kesehatan Kota Medan agar
Tanpa Rokok. Yang kedua, Pusaka Indonesia fokus terhadap penegakan hukumnya.
Selain itu, Pusaka Indonesia juga sedang mengembangkan aplikasi mobile phone
untuk masyarakat yang mau melaporkan pelanggaran KTR, berbasis android dengan
IOS. Dimana nantinya website tersebut akan dikelola bersama oleh Pusaka Indonesia
dan Dinas Kesehatan Kota Medan. Akan tetapi program ini adalah program dari
Pusaka Indonesia dan mereka yang fokus melaksanakan program tersebut. Selain itu
pada data sekunder penelitian juga terdapat data tentang program kerja dari Pusaka
Indonesia.
Selain itu dapat dilihat berdasarkan data sekunder penelitian bahwa untuk
memperoleh SK Tim Pemantau KTR dari Dinas Kesehatan Kota Medan, berdasarkan
informasi yang di peroleh dari Kabid PMK Dinas Kesehatan Kota Medan pada
tanggal 26 Januari 2016 bahwa SK Tim Pemantau masih di Pemko Medan. Dan
peneliti baru memperoleh SK Tim Pemantau dari Dinas Kesehatan Kota Medan pada
tanggal 5 Maret 2016. Sementara ketika peneliti melakukan wawancara dengan pihak
LSM Pusaka Indonesia pada tanggal 10 Februari 2016, SK Tim Pemantau tersebut
sudah ada di LSM Pusaka Indonesia. Maka berdasarkan data yang diperoleh tersebut,
dapat dilihat bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan kurang aktif untuk memperoleh
disposisi yang ditunjukkan untuk mengimplementasikan Perda KTR ini sudah baik,
namun belum mendukung sepenuhnya Perda KTR ini. Hal itu di tunjukkan oleh
mengimplementasikan Perda KTR ini masih kurang berkomitmen. Hal itu diperkuat
oleh pernyataan informan tambahan bahwa program kerja dari Dinas Kesehatan
untuk Perda KTR ini masih belum dioptimalkan karena masih di dukung oleh LSM
Pusaka Indonesia. Serta yang mempunyai program kerja yang lebih banyak itu LSM
D. Struktur Birokrasi
Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi
adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau
SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Selain itu,
Kawasan Tanpa Rokok ini tidak hanya dari Dinas Kesehatan semata, tetapi ada juga
dari SKPD yang ada di Kota Medan. Hal itu disebut sebagai Tim Pemantau KTR.
penganggaran dana untuk Tim Pemantau juga baru akan dimulai tahun 2016 ini.
Tetapi untuk internal Dinas Kesehatan sendiri, Perda KTR ini sudah diterapkan.
Sesudah Perda ini keluar maka berdasarkan arahan Ibu Kepala Dinas agar masing-
melaksanakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan
Tanpa Rokok itu sudah bagus dan itu merupakan landasan dasar Dinas Kesehatan
Kota Medan untuk melaksanakan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok
ini.
dengan prosedur kerja Dinas Kesehatan Kota Medan, diketahui bahwa 86,66%
informan menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota
Medan tidak sesuai dengan prosedur kerjanya. Selain itu, berdasarkan Tabel IV. 16
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok,
sudah bisa dimaksimalkan dengan baik sebenarnya sudah bagus. Dan Berdasarkan
keterangan sekretaris camat Medan Deli bahwa seiring dengan lahirnya Perda KTR
ini, maka penambahan struktur di kantor camat untuk penerapan Perda KTR ini
memang tidak ada. Namun, pihak kecamatan Medan Deli selalu mengingatkannya
Selain itu, di dalam data sekunder penelitian juga terdapat Struktur Tim
kebijakan pemerintah untuk membuat Perda KTR ini sudah tepat. Namun jika dilihat
dari internal Dinas Kesehatan Kota Medan belum melaksanakan tugasnya sesuai
dengan prosedur kerja yang ada. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan
masyarakat, bahwa Dinas Kesehatan dalam menerapkan Perda KTR ini belum sesuai
Seiring dengan lahirnya Perda KTR ini, maka penambahan struktur birokrasi
di kantor camat untuk penerapan Perda KTR ini tidak ada. Adapun struktur Tim
Pemantau KTR secara keseluruhan untuk penerapan Perda KTR sudah bagus karena
mewakili setiap kawasan dari ke tujuh kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan
Tanpa Rokok.
terdapat faktor non-birokrasi yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu
kebijakan. Hal itu adalah kondisi lingkungan sekitar dimana kebijakan atau peraturan
merokok adalah karena beberapa faktor yakni pertama, awalnya ikut pergaulan
kepala. Ketiga, informan menganggap bahwa jika selesai makan tidak merokok, maka
rasanya akan seperti orang bodoh dan linglung kesana-kemari. Keempat, informan itu
merokok karena sudah terbiasa. Kelima, merokok itu dianggap untuk menutupi
kekurangan, karena jika tidak merokok akan terasa ada yang kurang tetapi kalau
sudah merokok itu rasanya menjadi lengkap. Selain itu kurang semangat rasanya jika
tidak merokok.
Dalam sehari masyarakat mampu menghabiskan satu bungkus per hari, dan
ada juga yang habis sampai 2 bungkus per hari. Bahkan salah satu informan mampu
menghabiskan 3 sampai 4 bungkus per hari. Tergantung pada suasana hati dan
untuk sebulan masyarakat menghabiskan gaji yang dimilikinya sekitar 12% untuk
rokok, namun ada juga yang 40% dan 42% dan bahkan ada juga gaji yang
membeli rokok juga. Meskipun demikian, masyarakat tetap membeli rokok dan
mengonsumsi dengan jumlah yang sama yakni 2 atau bahkan ada yang 4 bungkus per
harinya meskipun akhir-akhir ini harga rokok terus naik, karena mereka menganggap
bahwa rokok itu sudah menjadi suatu kebutuhan kecuali seorang informan yang
kecuali ada larangan tidak boleh merokok (No smoking) seperti di dalam angkot, di
masih banyak yang tidak setuju dengan Perda KTR, karena belum memahami benar
esensi dari Perda ini sendiri. Perda ini bukan untuk melarang orang merokok, tetapi
hanya mengatur saja secara sosial dimana tempat yang boleh merokok dan dimana
Ketika ditanya tentang dukungan masyarakat terhadap Perda KTR ini, maka
dengan adanya Perda KTR diketahui bahwa masyarakat setuju dengan adanya Peda
KTR tersebut.
IV. 19 pada bab sebelumnya mengenai dukungan pedagang rokok tentang Perda KTR
pedagang rokok terhadap Perda KTR tersebut pasti menolaknya. Mereka menolak
karena tidak mengetahui apa esensi dari Perda KTR ini. Kerena sebenarnya tidak ada
Rokok ini orang tetap boleh merokok, tetapi merokoknya tidak sembarangan lagi
DPRD tentang Perda KTR diketahui bahwa anggota DPRD mendukung adanya Perda
KTR ini. Hal tersebut senada dengan jawaban informan tambahan bahwa anggota
hanya secara normatif saja, tetapi dalam pelaksanaannya tidak. Karena jika mereka
Dan jika dilihat dari persepsi Ormas atau LSM, mereka juga mendukung
anak, seperti Pusaka Indonesia juga pasti mendukung. Ormas-ormas keagamaan juga
relatif mendukung Perda KTR ini, seperti Muhammadiyah. Selain itu AJI (Aliansi
Hal ini di dukung oleh jawaban informan utama pada data kuesioner pada
Tabel IV. 21 pada bab sebelumnya mengenai dukungan Ormas atau LSM tentang
Perda KTR, dimana diketahui bahwa informan menyatakan bahwa Ormas atau LSM
masyarakat setuju dengan adanya Perda KTR tersebut. Namun belum mendukung
dengan tindakan nyata, Karena masyarakat sudah terbiasa untuk merokok dan dengan
jumlah yang cukup banyak juga per harinya. Sehingga tanpa sadar masyarakat masih
Selain itu, dukungan untuk Perda KTR ini jika dilihat dari beberapa sudut
KTR ini karena belum memahami esensi dari Perda ini sendiri. Kedua, anggota
DPRD mendukung adanya Perda KTR ini, namun mendukungnya masih secara
normatif saja, karena pada kenyataannya mereka masih merokok di tempat yang
dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok seperti di ruang rapat. Ketiga, ormas atau
LSM sudah mendukung adanya Perda KTR ini, khususnya ormas atau LSM yang
perlu juga dilakukan analisis hubungan setiap variabel. Hal ini perlu untuk melihat
hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain, karena kegagalan atau
keberhasilan suatu variabel bisa dipengaruhi oleh variabel lain. Dengan melihat
analisis setiap variabel yang telah disebutkan diatas, maka peneliti melihat adanya
kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan
Tanpa Rokok disebabkan oleh kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini
anggaran dan fasilitas merupakan indikator dari sumber daya yang memiliki
Selain alasan kurangnya anggaran dan fasilitas, peneliti juga melihat bahwa
Kesehatan kota Medan untuk menerapkan Perda KTR ini. Karena jika melihat
program kerja yang ada, program kerja dari Dinas Kesehatan untuk Perda KTR ini
masih belum dioptimalkan karena masih di dukung oleh LSM Pusaka Indonesia.
Serta yang mempunyai program kerja yang lebih banyak itu LSM Pusaka Indonesia
dibandingkan Dinas Kesehatan kota Medan yang mempunyai tanggung jawab untuk
mengimplementasikan Perda KTR ini. Namun, hal ini juga dipengaruhi oleh
kurangnya anggaran yang ada untuk mendukung para pelaksana kebijakan untuk
Kesehatan Kota Medan belum melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur kerja
yang ada sehingga proses implementasi belum berjalan sesuai yang diharapkan. Hal
ini dipengaruhi oleh komitmen kerja yang masih kurang dari Dinas Kesehatan Kota
Medan. Selain itu, struktur organisasi untuk melaksanakan kebijakan ini, dalam hal
akan berjalan di 2016 karena SK Tim Pemantau sendiri baru disahkan oleh walikota.
Sehingga Perda KTR ini belum bisa dilaksanakan secara maksimal. Dimana prosedur
Selain itu peneliti juga melihat bahwa masyarakat sebagai penerima kebijakan
yang dibuat, belum mendukung Perda KTR ini dengan tindakan nyata. Karena
masyarakat sudah terbiasa untuk merokok dan dengan jumlah yang cukup banyak
juga per harinya. Sehingga tanpa sadar masyarakat masih terbiasa merokok dimana
saja di tempat-tempat yang mereka suka tanpa mempedulikan kawasan yang ada. Hal
ini juga sejalan dengan pedagang rokok yang belum mendukung adanya Perda KTR
ini. Selain itu, anggota DPRD sebagai pembuat kebijakan juga masih mendukung
secara normatif saja dan belum mendukung sepenuhnya Perda KTR ini. Namun,
ormas atau LSM sudah mendukung adanya Perda KTR ini, khususnya ormas atau
LSM yang bergerak di bidang kesehatan dan perlindungan anak serta ormas-ormas
anggota DPRD dan ormas atau LSM merupakan indikator dari kondisi sosial,
ekonomi dan politik yang sangat mempengaruhi juga dalam keberhasilan atau
sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi dalam pelaksanaan kebijakan sangat
Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Serta semua variabel
dengan baik, maka dapat dipastikan kebijakan akan gagal dilaksanakan. Namun
selain karena faktor internal birokrasi, keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan
tidak lepas pula dari faktor non-birokrasi seperti kondisi sosial, ekonomi dan politik.
Karena lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap jalan atau tidaknya suatu
kebijakan.
seperti berikut:
Komunikasi
Sumberdaya
Implementasi
Disposisi
BIROKRASI
Struktur Birokrasi
KTR
PENUTUP
Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, sehingga saran-saran
VI. 1 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan inti pokok yang ditarik oleh peneliti dari hasil
interpretasi dan analisis yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun
tentang Kawasan Tanpa Rokok dapat dilihat dari beberapa variabel implementasi
yaitu komunikasi sumber daya, disposisi, struktur birokrasi dan kondisi sosial,
ekonomi dan politik. Secara lengkap kesimpulan dari penelitian dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Jika dilihat dari aspek komunikasi adalah bahwa komunikasi sudah dilakukan
dan berjalan cukup baik di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Medan, baik secara
bentuk komunikasi Dinas Kesehatan Kota Medan kepada SKPD dan kecamatan di
kota Medan dalam mengimplementasikan Perda KTR ini dalam bentuk koordinasi
saja. Dan bentuk komunikasi Dinas Kesehatan kepada LSM Pusaka Indonesia itu
hanya sebatas mitra kerja dan tidak ada ikatan secara khusus. Dimana koordinasi dan
mitra kerja Dinas Kesehatan Kota Medan dengan SKPD dan LSM Pusaka itu sudah
belum berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari pernyataan masyarakat bahwa lebih
dari setengah menyatakan bahwa sosialisasi tidak pernah dilakukan dan menyatakan
kurang mengetahui serta kurang mengerti maksud dari Perda KTR tersebut. Hal ini
kepada masyarakat.
B. Sumber Daya
Jika dilihat dari aspek sumber daya manusia bahwa secara kuantitas, pegawai di
Dinas Kesehatan Kota Medan sudah mencukupi untuk melaksanakan Perda KTR ini. Namun
menangani tentang Perda KTR ini belum melaksanakan tugasnya dengan baik. Sementara
Untuk Tim Pemantau KTR belum bisa di analisis karena sampai penelitian selesai Tim
Pemantau tersebut belum beroperasi karena SK Tim Pemantau tersebut masih baru selesai
disahkan.
Jika dilihat dari aspek sumber daya finansial, maka dapat disimpulkan bahwa
sumber daya finansial untuk mengimplementasikan Perda KTR ini belum memadai
untuk melaksanakan sebuah Perda. Namun, berhubung karena Perda KTR ini baru
c. Fasilitas
Jika dilihat dari aspek fasilitas maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang
fasilitas yang ada masih sebatas alat bantu tulisan saja seperti stiker, brosur, spanduk,
billboard dan rolling banner elektrik serta pendistribusian buku Perda dan Perwal
tentang Kawasan Tanpa Rokok dan klinik UBM (Upaya Berhenti Merokok) yang
disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan juga baru dimulai di beberapa
C. Disposisi
baik, namun belum mendukung sepenuhnya Perda KTR ini. Hal itu di tunjukkan oleh
mengimplementasikan Perda KTR ini masih kurang berkomitmen. Hal itu diperkuat
oleh pernyataan informan tambahan bahwa program kerja dari Dinas Kesehatan
untuk Perda KTR ini masih belum dioptimalkan karena masih di dukung oleh LSM
Pusaka Indonesia. Serta yang mempunyai program kerja yang lebih banyak itu LSM
D. Struktur Birokrasi
Dari aspek struktur birokrasi jika dilihat dari struktur Tim Pemantau KTR
sudah bagus karena mewakili setiap kawasan dari ke tujuh kawasan yang ditetapkan
sebagai Kawasan Tanpa Rokok. Namun jika dilihat dari internal Dinas Kesehatan
Kota Medan belum melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur kerja yang ada.
Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan masyarakat, bahwa Dinas Kesehatan dalam
menerapkan Perda KTR ini belum sesuai dengan prosedur kerjanya yang seharusnya
Perda KTR ini. Dan seiring dengan lahirnya Perda KTR ini, maka penambahan
struktur birokrasi di kantor camat untuk penerapan Perda KTR ini tidak ada.
Jika dilihat dari aspek kondisi sosial, ekonomi dan politik dapat disimpulkan
bahwa masyarakat sebagai penerima kebijakan yang dibuat, belum mendukung Perda
dan dengan jumlah yang cukup banyak juga per harinya. Sehingga tanpa sadar
masyarakat masih terbiasa merokok dimana saja di tempat-tempat yang mereka suka
tanpa mempedulikan kawasan yang ada. Hal ini juga sejalan dengan pedagang rokok
yang belum mendukung adanya Perda KTR ini. Selain itu, anggota DPRD sebagai
pembuat kebijakan juga masih mendukung secara normatif saja dan belum
mendukung sepenuhnya Perda KTR ini. Namun, ormas atau LSM sudah mendukung
adanya Perda KTR ini, khususnya ormas atau LSM yang bergerak di bidang
Adapun tujuan dari Perda KTR ini adalah untuk memberikan perlindungan
kepada masyarakat dari dampak buruk rokok baik secara langsung maupun tidak
langsung di Kawasan Tanpa Rokok yang terdiri dari: fasilitas layanan kesehatan,
tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan
Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan
Tanpa Rokok belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dari
pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang Perda KTR ini dan masih
minimnya sumber daya yang ada untuk pelaksanaan Perda KTR. Selain itu dari tujuh
kesehatan dan tempat kerja. Sedangkan untuk tempat belajar, yang menerapkannya
masih sedikit seperti MAN 1 Medan, Yayasan Pendidikan Harapan dan penerapannya
di tempat belajar masih rendah. Di tempat umum, yang menerapkannya masih sebatas
fasilitas mall. Di tempat ibadah, yang menerapkannya masih Yayasan Don Bosco.
Namun untuk tempat umum, tempat belajar dan tempat ibadah lainnya, tempat anak
bermain dan angkutan umum belum menerapkan Perda KTR ini. Hal ini dapat
diartikan bahwa, sebagai sebuah Perda yang telah di undangkan selama 2 tahun,
ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok. Hal ini juga dapat dibuktikan dari
Pencapaian Program dan Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota
Medan terkait KTR. Dimana Penegakan Perda KTR ini sendiri belum bisa
direalisasikan.
VI. 2 Saran
Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini adalah sebagai
berikut:
Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan fasilitas untuk
dengan dana dan fasilitas yang kurang suatu peraturan tidak akan bisa berjalan
Perda KTR ini. Karena sebuah program bisa berjalan harus dilakukan dengan
5. Dinas Kesehatan Kota Medan sebagi penanggung jawab implementasi Perda KTR
mengimplementasikan Perda KTR ini. Karena aspek sosial, ekonomi dan politik
6. Perlunya dukungan nyata dari masyarakat dan anggota DPRD agar tidak
7. Perlunya dukungan Ormas dan LSM untuk membantu Dinas Kesehatan Kota
METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan
Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Kesehatan Kota Medan, di Jl. Rotan
No. 1 – Komplek Petisah Medan Telp. 4520331 dan di Kecamatan Medan Deli,
Medan.
fokus penelitian yang ditentukan secara sengaja. Subyek penelitian inilah yang akan
menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama
proses penelitian. 38
adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari data yang memiliki karakteristik
tertentu dalam penelitian. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pegawai di Dinas Kesehatan Kota Medan dan seluruh masyarakat yang
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin di teliti. Oleh karena itu
sampel harus dilihat berdasarkan suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan
populasi itu sendiri. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling dimana sampel dalam penelitian ini dipilih dengan sengaja dan
mereka yang benar-benar paham mengenai permasalahan yang diteliti serta dengan
pertimbangan tertentu demi keakuratan data yang akan diperoleh. Dalam hal ini yang
menjadi sampel dari aparatur pemerintah adalah Kepala Bidang PMK (Pengendalian
Masalah Kesehatan) dan pegawai yang menangani tentang Kawasan Tanpa Rokok di
38
Husaini Usman, Metode Penelitian Sosial (Edisi Kedua). (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
adalah masyarakat yang tinggal di Kecamatan Medan Deli karena Kecamatan Medan
Kota Medan yakni sebayak 171.951 jiwa pada data BPS tahun 2013 39 dan merupakan
1. Informan Kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi
pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi informan kunci dalam
penelitian ini adalah Kepala Bidang dan pegawai yang menangani tentang
2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah
beberapa orang masyarakat kota Medan. Dalam hal ini adalah masyarakat di
terkait dengan apa yang sedang di teliti. Adapun yang menjadi informan tambahan
dalam penelitian ini adalah LSM Pusaka Indonesia dan Sekretaris Camat Medan
Deli.
39
http://pemkomedan.go.id/new/hal-kependudukan.html. Diakses pada 27 November 2015 pukul
06.40 WIB
Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu
1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan.
langsung dan mendalam serta terbuka kepada informan atau pihak yang
dengan penelitian. 40
masalah yang akan diteliti dan bertujuan untuk memperoleh informasi yang
relevan.
40
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial
lainnya. (Jakarta: Kencana, 2007).
berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang
atau foto-foto dan rekaman video yang ada di lokasi penelitian serta sumber-
dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Teknik analisis data kualitatif dilakukan
dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, dan
sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.
yaitu: 41
41
Burhan Bungin, Metodologi penelitian kualitatif (akualisasi metodologis kearah ragam varian
kontemporer) (Jakarta: PT Rajagrafindo, 2011)
reduksi data ini tidak harus menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru
melaksanakan analisis namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga
reduksi data dan proses penyajian data adalah aktivitas-aktivitas yang terkait
dengan proses analisis data model interaktif. Dengan demikian kedua proses ini
memahami data yang diperoleh selama penelitian dibuat dalam bentuk uraian atau
3. Penarikan Kesimpulan
sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai hipotesis, dan bila
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Merokok sangat berbahaya dan merusak kesehatan baik bagi perokok aktif
mengandung zat-zat sangat yang berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok
adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Selain itu, dalam sebatang rokok juga
merokok dapat kita lihat bahwa pada tahun 2001, angka kejadian akibat penyakit
22,6% atau 427,948 kematian. Insidensi kanker paru pada laki-laki di tahun 2001
menunjukkan 20 per 100.000 ribu penduduk, sementara pada wanita 6,8 per 100.000.
Penyebab kematian nomor 1 di Indonesia pada tahun 1999 adalah penyakit sistem
merupakan salah satu faktor risiko kanker paru-paru dan penyakit kardiovaskular.
Dampak perokok pasif dengan bukti yang sugestif menyebabkan tumor otak, limfoma
dan leukemia. Data kematian pada perokok pasif cukup tinggi. Data yang didapatkan
dari survei pada 23 negara di Eropa pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kematian
yang berkaitan dengan perokok pasif sebesar 79.449, dengan rincian sebesar 32.342
kematian karena penyakit jantung iskemik, 28.591 karena stroke, serta kanker paru
38.000 perokok pasif meninggal setiap tahunnya akibat kanker paru dan penyakit
jantung. 1
Indonesia merupakan salah satu dari lima negara dengan konsumsi rokok
merupakan salah satu dari lima konsumsi terbanyak, meskipun sudah menduduki
peringkat keempat sejajar dengan Jepang. Persentase di lima negara tersebut, yaitu
Cina (38%), Rusia (7%), Amerika serikat (5%), Indonesia dan Jepang (4%). 2
Undang Kawasan Tanpa Rokok (UU KTR) yang diikuti dengan penegakan hukum
yang ketat, memiliki dukungan dan tingkat kepatuhan masyarakat yang cukup tinggi.
Negara-negara yang memiliki dukungan dan tingkat kepatuhan tinggi, yaitu Irlandia
(90%), Uruguay (80%), New York (75%), California (75%), dan New Zealand
yang positif dan signifikan terkait hukum bebas asap rokok dimana pada survei tahun
1998 (43,0%), meningkat pada survei tahun 2002 (82,1%) pemilik bar dan staf akan
meminta untuk berhenti atau merokok di luar ketika ada pelanggan yang merokok di
bar. Selain itu, penelitian yang dilakukan di Meksiko untuk menilai tentang sikap dan
1
Yayi Suryo Prabandari. dkk, Jurnal: Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian
Tembakau Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok terhadap Perilaku dan Status
Merokok di Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta (Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,
2009), hal 220.
2
Intan Fatmasari. dkk, Jurnal: Perilaku Supir Angkutan Pasca penetapan PERDA Kawasan Tanpa
Rokok di Kota Makassar (Makassar: Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM Universitas
Hasanuddin) hal 2.
tinggi yang meningkat untuk 100% kebijakan bebas asap rokok, meskipun 25%
bukan perokok dan 50% dari perokok setuju dengan hak perokok untuk merokok di
tempat umum. 3
Namun hal tersebut tidak sejalan dengan fakta yang ada di Indonesia.
perokok di Indonesia dari tahun ke tahun tidak beranjak turun, justru naik. Pada tahun
2001 menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) prevalensi perokok pria di
atas 15 tahun adalah 58.3%, sementara pada tahun 2004 menurut SKRT prevalensi
perokok pria di atas 15 tahun adalah 63.2%. Angka tersebut meningkat seiring
dengan naiknya jumlah konsumsi rokok dari 198 milyar batang di tahun 2003
menjadi 220 milyar batang di tahun 2005. Rata-rata perokok menghabiskan 10-11
batang per hari di tahun 2004. Naiknya jumlah rokok yang dikonsumsi oleh para
perokok mencerminkan hasil produksi rokok yang terus naik dari 141.000 ton di
prevalensi penduduk umur lebih dari atau sama dengan 10 tahun yang merokok
sebesar 29,2% dimana 81,2 % diantaranya merokok setiap hari dan 85,4% merokok
di dalam rumah bersama anggota keluarga yang lain. Pada tahun 2010 prevalensi
3 World Health Organization (WHO). WHO Report on the Global Tobacco Epidemic; 2008.
4
Yayi Suryo Prabandari. dkk, ibid., hal 218.
dan berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, proporsi penduduk umur >15 tahun yang
Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengharapkan para kepala daerah baik gubernur
masing-masing (Kemenkes RI, 2007 dan 2010) yang di dasari oleh UU No. 36 tahun
2009 tentang kesehatan dan PP Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan
Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok. Dimana
dalam implementasi Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan
Terbatas Merokok tersebut ada daerah atau kawasan yang telah dapat dikatakan
efektif dan efisien dalam mengimplementasikan Perda tersebut, namun ada juga
UGM, Yogyakarta. Dimana dari hasil penelitian bahwa dengan adanya pelaksanaan
5
Ni Luh Putu Devhy, Tesis: Pengaruh Faktor Pengelola terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Peraturan
Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Hotel Berbintang di Kabupaten Bandung, (Denpasar:
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, 2014), hal 1-2.
kebijakan kampus bebas rokok. Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut: 6
Laki-laki % Perempuan %
2003(n=311) 2007 (n=189) 2003(n=423) 2007 (n=274)
Tidak merokok 50,20 69,30 90,10 92,30
Perokok 36 21,20 9,20 7,30
eksperimen
Mantan perokok 2,90 1,10
Perokok 10,90 8,50 0,70 0,40
sebagian besar mahasiswa FK UGM tidak pernah merokok, namun sekitar 12%
Terbatas Merokok dapat juga kita lihat di kabupaten Bandung yakni tentang
6
Yayi Suryo Prabandari. dkk, ibid.,
Berbintang. Dimana pada hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa kepatuhan hotel
berbintang terhadap Perda KTR masih rendah (15,4%). Faktor yang meningkatkan
kepatuhan adalah pengetahuan yang baik, sikap yang baik, dukungan yang nyata
terhadap Perda KTR dan adanya himbauan organisasi. Perilaku merokok pengelola
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam upaya menurunkan perokok aktif di Sumatera
Pada Tabel I. 2 di atas dapat dilihat 51% menyatakan bahwa KTR cukup
efektif menurunkan perokok aktif. Dimana efektifitas KTR dalam penurunan perokok
aktif pada tiga kota belum menunjukkan angka yang signifikan, namun ada
di tiga kabupaten perokok masih mencapai 59%. Di Padang Panjang, peraturan ini
sudah berjalan karena adanya komitmen dari Walikota dan DPR. Di Kota
7
Ni Luh Putu Devhy, ibid.,
Kesehatan berdasarkan Perda KTR No. 15/2011. Dan di kota Padang baru perusahaan
Selain itu, kita juga dapat melihat penerapan Peraturan Daerah tentang
Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di kota Surabaya. dimana
dalam pelaksanaan pasal 7 Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2008 Tentang Kawasan
Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Bimbingan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surabaya terhadap sarana – sarana
kesehatan sudah berjalan dengan baik dalam pelaksanaanya sesuai dengan Peraturan
Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan
Kesehatan Kota Surabaya masih belum sesuai dengan Peraturan Daerah Kota
Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan
pelaksanaannya. 9
tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di beberapa daerah
8
Nizwardi Azkha, Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan PERDA Kota tentang Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera Barat Tahun 2013 , (Padang: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, 2013).
9
Agil Prianggara, Pelaksanaan Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008
Tentang Kawasan Tanpa Rokok Dan Kawasan Terbatas Merokok (Studi Di Dinas Kesehatan Kota
Surabaya), (Surabaya: Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2013).
Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok di kota Medan yang diundangkan sejak
tanggal 20 Januari 2014 lalu. Dimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok diserahkan kepada Dinas
Kesehatan Kota Medan 10 yang menjadi tugas dan kewajiban dari Dinas Kesehatan
meneliti tentang proses implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun
2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini karena dari beberapa penelitian di Medan
belum ada yang meneliti dari perspektif kebijakan publik. Oleh karena itu, penulis
I. 2 Perumusan Masalah
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa
Rokok?
10
Peraturan Walikota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Pasal 1
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memiliki tujuan
yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis melalui penelitian ini
implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan
Tanpa Rokok.
I. 4 Manfaat Penelitian
ilmiah di lapangan berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperolah dari
referensi dan tambahan informasi bagi para pembaca mengenai evaluasi terhadap
implementasi kebijakan.
I. 5 Kerangka Teori
sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Kerangka teori merupakan
landasan berpikir untuk melakukan penelitian dan teori yang dipergunakan untuk
menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Landasan teori perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba. 11
I. 5. 1 Kebijakan Publik
Secara etimologis, istilah kebijakan publik atau policy berasal dari bahasa
Yunani “polis” berarti negara kota yang kemudian masuk ke dalam bahasa Latin
menjadi “politia” yang berarti negara. Akhirnya masuk ke dalam bahasa Inggris
11
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi Negara. (Bandung: Alfabet, 2007), hal. 55
administrasi pemerintahan. 12
maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan
tertentu. 13
Untuk keperluan analisis ada beberapa batasan kebijakan publik yang dapat
luas” kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah
mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan dan tidak dilakukan. 15 Konsep kebijakan publik dari Thomas R. Dye
ini mengandung makna bahwa kebijakan publik tersebut dibuat oleh pemerintah,
bukan swasta dan kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau
hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai dan praktika-praktika sosial yang ada dalam
12
William N Dunn. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2000), hal 22-25.
13
Budi Winarno. Teori dan Proses Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Media Pressindo, 2002), hal. 14
14
Ibid., hal 15
15
,AG Subarsono. Analisis Kebijakan Publik:Konsep, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hal 2
16
Ibid., hal 2
kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh
seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu
berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara serampangan. Kedua,
kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat
kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatur
bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Keempat, kebijakan publik mungkin
dalam bentuknya bersifat positif atau negatif. Secara positif, kebijakan mungkin
mencakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas untuk mempengaruhi suatu masalah
tertentu. Secara negatif, kebijakan mungkin mencakup suatu keputusan oleh pejabat-
pejabat pemerintah, tetapi tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk
pemerintah. 18
17
AG Subarsono. Ibid., hal 3
18
Budi Winarno, ibid., hal 16-18
2. Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan
5. Efek, yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primer atau
sekunder). 19
dikemukakan diatas, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kebijakan publik
adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang
melibatkan banyak proses dan variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa
ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-
19
Hessel Nogi S. Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi. (Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI,
2003), hal 2-3
tahapan kebijakan publik yang dikemukakan oleh William N Dunn berikut ini: 20
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.
kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak
disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut
20
William N Dunn. Analisa Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998), hal
24-25
Perumusan
Masalah Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Forecasting
Monitoring
Kebijakan Implementasi Kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
21
AG. Subarsono, ibid., hal 9
alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagi kebijakan yang diambil untuk
memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan “bermain” untuk
Tahapan kebijakan publik juga dapat kita lihat dari pandangan Ripley (1985)
berikut ini: 22
Penyusunan Hasil
Agenda
Agenda Pemerintah
Diperlukan
Implementasi Tindakan
Hasil
Kebijakan Kebijakan
Mengarah ke
Evaluasi terhadap
implementasi, Diperlukan
kinerja, dan Kinerja &
dampak Kebijakan Dampak
Kebijakan
Kebijakan Baru
22
AG. Subarsono,. ibid., hal 11
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi
dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau
keputusan peradilan.
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program
administrasi yang memobilisasi sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk
melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah.
Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.
Dalam hal ini, memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu,
dipandang dalam pengertian yang sangat luas, merupakan alat administrasi hukum
dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama
untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.23
Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin
Meter dan Van Horn. Mereka membatasi bahwa implementasi kebijakan sebagai
pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
mengatasi masalah.
23
Budi Winarno, ibid., hal. 101
24
Ibid., hal. 102
atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain.
dalamnya, maka kita akan melihat beberapa teori implementasi kebijakan sebagai
berikut:
empat variabel, yakni: (a) komunikasi, (b) sumberdaya, (c) disposisi dan (d) struktur
birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain. 25
a. Komunikasi
apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus
tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka
b. Sumberdaya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi
25
AG. Subarsono, ibid., hal. 90-92
Komunikasi
Sumberdaya
Implementasi
Disposisi
Struktur Birokrasi
c. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti
yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa
yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau
perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan juga menjadi tidak efektif.
d. Struktur birokrasi
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek
struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi
yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman
dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini
Menurut Meter dan Horn ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja
implementasi kinerja implementasi, yakni: (a) standar dan sasaran kebijakan, (b)
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.
Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi
b. Sumberdaya
koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama
26
AG. Subarsono, ibid., hal. 99-101
Ukuran dan
tujuan kebijakan
Kinerja
implemen-
Disposisi tasi
Karakteristik
pelaksana
badan pelaksana
Sumberdaya
Lingkungan ekonomi,
sosial dan politik
Bagan I.5: Model Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn
norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu
partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada
f. Disposisi implementor
dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh
implementor.
oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan
sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan, (b) jenis manfaat yang
diterima oleh target groups (c) sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah
kebijakan, (d) apakah letak sebuah program sudah tepat, (e) apakah sebuah kebijakan
telah menyebutkan implementornya dengan rinci dan (f) apakah sebuah program
kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam
implementasi kebijakan, (b) karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa
27
AG. Subarsono, ibid., hal. 93
Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983), ada tiga kelompok variabel yang
I. 5. 3 Peraturan Daerah
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten atau Kota dengan
tersebut. dibentuk oleh DPRD Kabupaten / Kota dengan persetujuan bersama Bupati /
Daerah Provinsi. Materi muatan Peraturan Daerah Kabupaten / Kota berisi materi
muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta
28
AG. Subarsono, ibid., hal. 94
29
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan Pasal 1
angka 8
Selain kerangka teori, kita juga dapat melihat hasil-hasil riset yang
berikut ini:
30
http://tehangatsekali.blogspot.com/2011/11/tata-perundangan-menurut-uu-no12-tahun.html, diakses 25
Oktober 2014
implementasi peraturan daerah kota Surabaya nomor 5 tahun 2008 tentang Kawasan
Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di Terminal Joyoboyo Surabaya yang
dikeluarkan Pemerintah Kota Surabaya belum berjalan efektif. Hal itu bisa kita lihat
Joyoboyo Kota Surabaya yaitu: (a) Sarana dan fasilitas terhadap pemberlakukan
Perda No.5/2008 di terminal Joyoboyo Kota Surabaya masih minim. (b) Tidak ada
pengawasan dan peringatan masih kurang. (c) Kesadaran masyarakat atau pengguna
jasa terminal Joyoboyo Kota Surabaya masih rendah. (e) Para penegak hukum tidak
Surabaya.
1. Substansi Hukum
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok oleh Dinas Kesehatan Kota
Surabaya adalah dengan cara memberikan Pembinaan dan Pengawasan yang telah
diatur dalam pasal 7. Pembinaan dan Pengawasan kawasan tanpa rokok dan kawasan
terbatas merokok oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya meliputi 3 tahap, yaitu:
a. Bimbingan
Dinas Kesehatan Kota Surabaya dalam melakukan bimbingan dengan
menyampaikan implementasi peraturan daerah yang telah dibuat oleh pemerintah
secara langsung kepada sarana-sarana kesehatan dan memberikan teguran tertulis dan
sanksi administrasi jika tidak melaksanakan peraturan yang telah dibuat. Dengan
mengadakan pertemuan dengan pimpinan sarana kesehatan dan turun langsung
ketempat sarana-sarana kesehatan dengan memberikan stiker larangan merokok, hal
ini terbukti dengan dilaksanakannya oleh sarana-sarana kesehatan dengan melakukan
pemasangan stiker larangan merokok di area sarana kesehatan.
b. Penyuluhan
Pada tahap penyuluhan Dinas Kesehatan melakukan pertemuan yang
dilakukan bersama pimpinan sarana kesehatan dengan memberikan penyuluhan
masalah kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Dan memberikan
arahan tentang bahaya rokok bagi kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Surabaya
memberikan tanggung jawab kepada setiap pimpinan sarana kesehatan untuk
menjalankan peraturan mengenai kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas
merokok. Hal ini terbukti dengan belum terlaksana sepenuhnya mengenai penyuluhan
yang dilakukan Kepala Kantor atau pimpinan sarana kesehatan kepada setiap
bawahannya.
c. Pemantauan
Dalam tahap ini Dinas Kesehatan turun langsung ke sarana kesehatan dengan
melakukan pengawasan sacara langsung terhadap pihak atau indivudu yang
melakukan pelanggaran mengenai kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas
merokok. Dinas Kesehatan memberikan teguran tertulis kepada pihak atau yang
melakukan pelanggaran.
2. Struktur Hukum
Dinas Kesehatan Kota Surabaya turun langsung ke sarana-sarana kesehatan
dengan memberikan arahan mengenai Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5
Tahun 2008 Tentang kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Tebatas Merokok.
Pelaksanaan tersebut Dinas Kesehatan bergabung dengan IAKMI (Ikatan Ahli
3. Budaya Hukum
Sarana–sarana kesehatan di Kota Surabaya masih belum sepenuhnya
menerapkan dan mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun
2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok yang
diberikan oleh Dinas kesehatan kota Surabaya. Seperti penerapan pemasangan tanda
larangan merokok yang seharusnya dipasang di pintu masuk setiap sarana kesehatan
sebagai pentujuk bahwa area tersebut tidak diperbolehkannya ada kegiatan merokok.
Dan belum sepenuhnya sarana-sarana kesehatan memahami isi dari Peraturan Daerah
Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan
Terbatas Merokok.
Maka dari penelitian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
bimbingan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surabaya terhadap sarana – sarana
kesehatan sudah berjalan dengan baik dalam pelaksanaanya sesuai dengan Perda Kota
Surabaya tersebut. Penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya
masih belum sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008
tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok karena masih
Laki-laki % Perempuan %
2003 (n=311) 2007 (n=189) 2003 (n=423) 2007
(n=274)
Tidak merokok 50,20 69,30 90,10 92,30
Perokok 36 21,20 9,20 7,30
eksperimen
Mantan perokok 2,90 1,10
Perokok 10,90 8,50 0,70 0,40
Laki-laki Perempuan
% %
Tidak pernah merokok 66,2 85,8
Tidak merokok sejak menjadi mahasiswa FK 11,9 6,3
UGM
Berhenti merokok setelah diberlakukan kampus 6,0 3,7
bebas rokok
Mengurangi jumlah rokok setelah diberlakukan 6,6 2,1
kampus bebas rokok
Kebiasaan merokok tidak berubah (tetap 9,3 2,1
merokok)
FK UGM mendukung penerapan kampus bebas rokok yang terbukti sebagai salah
satu metode yang efektif untuk pengendalian rokok. Penerapan kampus bebas rokok
jumlah perokok teratur dan eksperimen, baik pada mahasiswa laki-laki maupun
perempuan.
hotel berbintang terhadap Perda KTR masih rendah (15,4%). Faktor yang
meningkatkan kepatuhan adalah pengetahuan yang baik, sikap yang baik, dukungan
yang nyata terhadap Perda KTR dan adanya himbauan organisasi. Perilaku merokok
umumnya supir angkutan dan penumpang sudah mengetahui tentang kawasan tanpa
rokok. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan responden untuk tidak merokok
kawasan tanpa rokok masih rendah. Sikap responden terhadap penerapan kawasan
tanpa rokok pada umumnya setuju dengan adanya peraturan tersebut. Tetapi,
sebagian besar tidak setuju dengan adanya sanksi yang tegas jika ada yang merokok
pada umumnya masih kurang. Hal ini disebabkan masih tingginya prevalensi yang
Pada Tabel I. 7 di atas dapat dilihat 51% menyatakan bahwa KTR cukup
efektif menurunkan perokok aktif.
dalam penurunan perokok aktif pada tiga kota belum menunjukkan angka yang
peraturan ini sudah berjalan karena adanya komitmen dari Walikota dan DPR. Di
Kota Payakumbuh juga adanya komitmen dari Walikota dan dukungan dari Dinas
Kesehatan berdasarkan Perda KTR No. 15/2011. Kota Padang baru perusahaan
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
secara sosial dan ekonomis. Telah secara tegas dituangkan dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab II Pasal 3. Sehingga kesehatan itu
pemerintah juga telah menerbitkan PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan
bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan. Dimana
mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan diarahkan agar
a. Pasal 10 yaitu setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam
upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial.
c. Pasal 113 ayat 1 dan 2. Ayat 1 tentang pengamanan penggunaan bahan yang
adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang
sekelilingnya.
2. PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat
tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum, dan tempat
b. Pasal 4 menyatakan bahwa KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
untuk merokok dan merupakan KTR yang bebas dari asap rokok hingga batas
terluar.
ayat (1) tempat kerja dan tempat umum dapat menyediakan tempat khusus
untuk merokok.
6. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa
Rokok.
Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
b. KTR, antara lain: fasilitas pelayanan kesehatan; tempat proses belajar mengajar;
tempat anak bermain; tempat ibadah; angkutan umum; tempat kerja; dan tempat
umum.
31
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Bab I, Pasal 1
ayat 9. hal. 4
32
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014. Ibid., Bab II, Pasal 4. hal. 7-8.
g. mekanisme peneguran;
j. penyidikan;
l. ketentuan pidana.
1. Pembinaan
berikut: 33
1. Pasal 33: ayat 1, Pembinaan KTR dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan sebagai KTR. Ayat 2,
33
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014. Ibid., hal. 21-22
pembinaan KTR tempat proses belajar mengajar dan tempat anak bermain
c. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang sosial melakukan pembinaan
g. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pariwisata dan bidang
h. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketertiban umum melakukan
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) sesuai bidang tugasnya dan/atau wewenangnya
teknis.
4. Pasal 36, Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dapat dilakukan oleh:
kemasyarakatan.
2. Pengawasan
1. Pasal 37, SKPD dapat melibatkan masyarakat, badan atau lembaga dan/atau
2. Pasal 38, ayat 1, Pengawasan KTR dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan sebagai KTR. Ayat
34
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014. ibid., hal. 22-23
pengawasan terhadap KTR tempat proses belajar mengajar dan tempat anak
c. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang sosial melakukan pengawasan
g. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pariwisata dan bidang
h. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketertiban umum melakukan
ayat (1), dilaporkan oleh masing-masing instansi sesuai dengan tugas dan
hasil inspeksi dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada SKPD
I. 6 Defenisi Konsep
mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu
sosial. 35 Selain itu, tujuan adanya konsep adalah untuk mendapatkan batasan yang
jelas dari setiap konsep yang diteliti. Maka untuk mendapatkan batasan yang jelas,
mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam
mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. 36 Kebijakan publik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014
35
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES, 1995), hal. 33
36
Budi Winarno. ibid., hal 16-18
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses implementasi Peraturan Daerah
Edwards III dan Donald S. Van Meter dan Van Horn, yakni:
1. Komunikasi
2. Sumber Daya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
3. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
37
William N. Dunn, Analisa Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998), hal.
24-25
1. Komunikasi
b. Intensitas sosialisasi kepada SKPD kota Medan dan masyarakat kota Medan
2. Sumber Daya
3. Disposisi
Medan.
4. Struktur Birokrasi
masing-masing pelaksana.
1. 8 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
penulisan.
penelitian, sejarah singkat dan visi serta misi organisasi yang relevan
Bab ini berisikan data-data yang diperoleh dari lapangan dan berupa
Bab ini memuat analisa data yang diperoleh dari hasil penelitian dan
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran
bersangkutan.
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa
Rokok merupakan tindak lanjut dari harapan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI) yang mengharapkan para kepala daerah baik gubernur
maupun bupati/walikota mengembangkan kebijakan kawasan tanpa rokok di daerah
masing-masing yang di dasari oleh UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan PP
Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Maka dengan adanya Peraturan Daerah
tentang Kawasan Tanpa Rokok ini tentunya sangat membantu Pemko Medan untuk
mewujudkan kota Medan dengan masyarakat yang sehat dan terhindar dari paparan
asap rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana
proses implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Kawasan Tanpa Rokok
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan analisis data
kualitatif. Adapun pengumpulan data yang dilakukan dengan metode wawancara dan
penyebaran kuesioner, serta pengumpulan data sekunder. Wawancara mendalam
dilakukan kepada Kepala Bidang dan pegawai Dinas Kesehatan Kota Medan, kepada
Sekretaris camat Medan Deli, 4 orang masyarakat kecamatan Medan Deli dan kepada
Manager Divisi Perlindungan Kesehatan LSM Pusaka Indonesia. Serta penyebaran
kuesioner kepada 60 (enam puluh) orang masyarakat di kecamatan Medan Deli.
Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan penting dalam penelitian ini.
Bahwa proses implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014
tentang Kawasan Tanpa Rokok belum terlaksana dengan baik. Komunikasi dalam
bentuk sosialisasi atau penyuluhan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan kepada
masyarakat belum terlaksana dengan baik. Akibatnya, sebagian besar masyarakat
belum mengetahui dan belum mengerti maksud dari Peraturan Daerah tentang
Kawasan Tanpa Rokok ini. Selain itu sumber daya yang digunakan untuk
mengimplementasikan Perda KTR ini juga belum memadai.
Kata Kunci (key words): Proses Implementasi Kebijakan, Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 3 Tahun 2014, Kawasan Tanpa Rokok,
Kota Medan.
SKRIPSI
Oleh:
HAPSOH GULTOM
120903019
MEDAN
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 120903019
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
kesehatan, semangat dan ketekunan kepada penulis selama masa penyelesaian skripsi
yang berjudul “Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun
2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok”. Adapun penulisan skripsi ini sebagai syarat
Sebagai suatu karya ilmiah, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengaharapkan adanya kritik
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta (Bunda, T. Pane
dan Ayah, Alm. R. Gultom). Uma, Ayah, Jadi do sude akka na dicita-citahon ni
halak uma dohot ayah lao pasikkolahon hami gelleng muna. Mudah-mudahan uma,
ayah hami selalu gabe gelleng muna na berbakti tu orang tua jala boi gabe jolma na
hasea, dohot selalu di jalan-Nya. Terima kasih untuk kasih sayang, motivasi dan
keselamatan dan umur panjang oleh-Nya agar bisa membimbing kami anak-anak
bunda dan kelak bisa lebih kami bahagiakan lagi. Untuk ayah yang telah kembali
Rabb…
Wati Gultom, Amd.Kep, kakanda Sri Herdiyanti Gultom, abangda Shoumul Akhyar
Gultom yang telah memberikan motivasi kepada penulis, terutama untuk abangda
Hasmar Gultom, abangda Sholihin Gultom, S.HI., M.HI, abangda Yusnar Gultom,
S.Pd, yang telah memberikan nasehat, dukungan moril dan materil yang tidak akan
bisa penulis balas. Dan juga untuk kakanda tercinta Jamilah Gultom, S.HI yang
motivasi dan kebersamaan selama ini. Semoga kebersamaan ini selalu terjalin
selamanya dan apa yang kita cita-citakan di ridhoi Allah dan dikabulkan oleh-Nya.
Amiin ya Rabb…
Selama penulisan skripsi ini, penulis juga telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan, semangat dan dorongan, baik itu secara moral maupun secara materil dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
tidak langsung selama penulis kuliah dan saat pengerjaan skripsi ini. Skripsi ini saya
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.,
M.Hum.
3. Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
4. Kepada Ibu Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi
6. Kepada Bapak Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi
yang selalu meluangkan waktu dan memberikan masukan yang membangun serta
motivasi seperti seorang teman dan seorang ayah kepada anak dari awal hingga
7. Kepada Bapak Dadang Darmawan S.sos., M.Si selaku dosen penguji untuk
seminar proposal.
8. Kepada Bapak Hatta Ridho, S.Sos., M.SP selaku dosen penguji untuk meja hijau.
10. Staf administrasi di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU, khusus
untuk Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu penulis dalam
Kota Medan, Ibu dr. Helena Rugun N. Nainggolan, M.KT dan seluruh pegawai
12. Kepada Sekretaris Camat Medan Deli, Bapak Irfan Asardi Siregar, S.Sos, dan
Medan Deli yang telah banyak memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
penulis.
Indonesia yang begitu ramah dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
penulis.
14. Kepada semua Instansi yang telah membantu penulis secara finansial selama
15. Untuk kawan-kawan di Dinas Sosial, PEMA FISIP USU. Semangat untuk
kawan-kawan Dinsos; pak kadis (Jos Gidion), bendahara kami (Yunita), serta
rekan-rekan (Iman Kandias, Umi Fatiah, Samuel Duha, Eka, Nugra, Kaka dan
Afif) yang dalam proses kuliah, PKL, berorganisasi dan menyusunnya ya guys.
17. Untuk seorang motivator yang jauh disana. Tetap semangat, sukses untuk
penyusunan skripsinya dan tercapai segala angan dan cita-cita yang diharapkan.
Amiin ya Rabb…
19. Untuk abang Mhd. Suhendra Sepriadi, AB 011 yang telah banyak memberikan
motivasi kepada penulis, khususnya dalam belajar bahasa Inggris. Terima kasih
untuk semua motivasi yang telah diberikan, semoga kelak penulis bisa lebih
20. Untuk teman-teman di Asmaru Club: Misnah, Supiana, Irma Susanti, Rida, Emi,
Try Ningsih, Sri Rezeky, Nur Aisyah, Melda, Patma Wati, Vivia, Febrina.
21. Kepada seluruh teman-teman AN’ 012, senior dan junior AN yang selalu
yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan kita
setiap harinya, terima kasih untuk semuanya. Sukses selalu untuk anak-anak AN.
22. Untuk Amrul Syah Nasution’ AN 012 yang telah membantu penulis untuk
menyusul wisudanya.
Penulis,
Hapsoh Gultom
NIM.120903019
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
I. 2 Perumusan Masalah .................................................................................... 8
I. 3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9
I. 4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9
I. 5 Kerangka Teori ............................................................................................. 10
I. 5. 1 Kebijakan Publik............................................................................ 10
I. 5. 1. 1 Pengertian Kebijakan Publik ......................................... 10
I. 5. 1. 2 Tahapan Kebijakan Publik ............................................. 13
I. 5. 2 Implementasi Kebijakan Publik ..................................................... 18
I. 5. 2. 1 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik................... 18
I. 5. 2 .2 Model-model Implementasi Kebijakan Publik .............. 19
I. 5. 3 Peraturan Daerah............................................................................ 24
I. 5. 3. 1 Pengertian Peraturan Daerah ......................................... 24
I. 5. 4 Hasil-hasil Riset tentang Implementasi Kawasan Tanpa Rokok ... 25
LAMPIRAN