TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Coronavirus
yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan, sedang sampai berat. Virus
manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Di akhir tahun 2019 telah muncul jenis
penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan.
pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus.
Orang tua dan orang-orang yang memiliki komorbit seperti penyakit kardiovaskular,
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh turunan
coronavirus baru. ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan ‘D’ disease (penyakit).
Sebelumnya, penyakit ini disebut ‘2019 novel coronavirus’ atau ‘2019- nCoV.’ Virus
COVID-19 adalah virus baru yang terkait dengan keluarga virus yang sama dengan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa
(UNICEF, 2020). Menurut Sun et al., 2020, COVID-19 adalah penyakit coronavirus
zoonosis ketiga yang diketahui setelah SARS dan sindrom pernapasan Timur Tengah
(MERS). Menurut Gennaro et al., 2020, penyakit Virus Corona 2019 (COVID-19)
6
7
adalah virus RNA, dengan penampakan seperti mahkota di bawah mikroskop elektron
1.3. Patogenesis
beberapa virus SARS-CoV-2 telah diketahui dan tidak jauh berbeda dengan lainnya.
Pada umumnya, virus ini menginfeksi sel-sel disaluran pernapasan yang melapisi
alveolus di dalam tubuh manusia. Hal ini akan membuat saling berikatan dengan
reseptor-reseptor lalu membuat jalan dan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang
terdapat dalam envelope spike virus akan berikatan juga dengan reseptor selular seperti
ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel, virus ini akan melakukan duplikasi materi
sebuah virion baru yang muncul pada permukaan sel. Sama halnya dengan SARS-CoV,
pada SARS-CoV-2 diketahui saat setelah virus masuk di dalam sel, genom RNA virus
juga akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi 2 poliprotein dan
Selanjutnya, virus genom akan mulai bereplikasi. Di dalam selubung virus baru
pada glikoprotein akan membentuk serta masuk ke dalam golgi sel atau membran
retikulum endoplasma. Hal ini, akan terjadi pembentukan nukleokapsid yang tersusun
dari protein nukleokapsid dan genom RNA. Partikel virus akan tumbuh ke dalam
retikulum endoplasma dan Golgi sel. Ditahap akhir, vesikel yang mengandung partikel
virus akan bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan komponen virus
yang baru. Pada SARS-CoV, Spike Protein dilaporkan sebagai determinan signifikan
yang didalamnya virus masuk kedalam sel pejamu. Dan telah diketahui bahwa SARS-
8
CoV masuk ke dalam sel dimulai dengan fusi antara plasma membran dengan
Dalam proses ini, protein S2’ sangat berperan penting pada proses pembelahan
proteolitik yang memediasi sampai terjadinya sebuah proses fusi membran. Selain fusi
yang memediasi masuknya SARS-CoV kedalam sel pejamu. Salah satu faktor virus dan
pejamu memiliki peran dalam infeksi SARS-CoV. Dampak yang ditimbulkan dari virus
dalam kerusakan suatu jaringan pada infeksi virus SARS-CoV-2. Respons imun yang
tidak adekuat menyebabkan replikasi virus dan kerusakan jaringan. Bila respons imun
ini berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan. Respons imun ini
disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang belum dapat dipahami sepenuhnya, akan tetapi
dapat dipelajari dari mekanisme yang ditemukan pada MERS-CoV dan SARS-CoV.
Saat virus ini masuk ke dalam sel, antigen virus akan di presentasikan ke Antigen
Presentation Cells (APC). Presentasi antigen virus ini bergantung pada Molekul Major
dan selular tubuh yang dimediasi oleh sel B dan sel T yang spesifik pada virus. Pada
respons imun humoral ini terbentuk IgG dan IgM pada SARS-CoV. Akhirnya IgM
pada SAR-CoV ini hilang di akhir minggu ke-12 dan IgG bertahan dalam jangka
panjang.
9
1.4. Transmisi
1. Droplet
pasien batuk atau bersin, droplet yang mengandung virus mungkin dihirup oleh
2. Kontak Langsung
karena kontak dengan individu dari Wuhan. Lebih dari 1800 dari 2055 (~ 88%)
pekerja medis dengan COVID-19 berada di Hubei, menurut laporan dari 475
rumah sakit.
meja, gagang pintu, telepon, dan benda mati lainnya. Virus itu dipindahkan dari
bertahan hingga 5 hari pada suhu 20 ° C, kelembaban 40-50%, dan dapat bertahan
hidup kurang dari 48 jam di udara kering, dengan pengurangan viabilitas setelah 2
jam.
4. Penularan Asimptomatik
didiagnosis dengan COVID-19. Virus itu dulu ditularkan ke tiga anggota keluarga
10
sehat lainnya. Sebelum berkembangnya gejala, individu mungkin tidak diisolasi dan
Penularan dalam klaster keluarga sangat umum. Satu studi melaporkan bahwa
78 hingga 85% kasus dalam kelompok agregat besar terjadi karena transmisi antar
6. Transmisi Aerosol
udara selama 24-48 jam dan menyebar dari beberapa meter hingga puluhan meter.
Namun, belum ada bukti kuat untuk aerosol penularan. WHO juga menganggap
7. Penularan Okuler
inspeksi di Wuhan pada 22 Januari 2020. Studi lebih lanjut ditemukan bahwa
COVID-19 dapat dideteksi dalam air mata dan sekresi konjungtiva pasien COVID-
19.
8. Penularan Tinja-Oral
Selanjutnya, 23,3% dari Pasien COVID-19 tetap COVID-19 positif bahkan ketika
viral load tidak lagi terdeteksi di saluran pernapasan. SARS-CoV-2 juga telah
terdeteksi di epitel lambung, duodenum, dan rektal. Tidak ada bukti yang cukup
untuk mendukung transmisi vertikal karena sampel dari neonatus yang dilahirkan
dengan positif COVID-19 dari ibu negatif. Apalagi tidak ada viral load telah
11
sebagai berikut.
Tingkat keparahan dan hasil dari penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-19)
sangat bergantung pada usia pasien. Orang lansia dengan usia 65 tahun keatas
mewakili 80% rawat inap dan memiliki risiko kematian 23 kali lipat lebih besar
Hal ini disebabkan perawatan atau kebersihan yang buruk dan kekurangan alat
pelindung diri sehingga mudah berisiko covid-19 (S. M. Shi et al., 2020).
laboratorium COVID-19 di Cina, PPOK terdeteksi pada 1,1% pasien. Dalam meta-
analisis yang mengevaluasi kejadian penyakit ini mendasari pasien COVID-19 yang
membutuhkan rawat inap, 0,95% pasien ditemukan mengalami PPOK (95%) (Çakır
Edis, 2020).
4. Penderita Asma
Proporsi penderita asma dan COVID-19 selama masa penelitian adalah 1,41%,
yang jauh lebih tinggi dari 0,86% yang diamati pada populasi umum. Meskipun data
ini menunjukkan frekuensi COVID-19 yang lebih tinggi pada pasien asma,
manifestasi dari penyakit pada populasi klinis ini tidak terlalu parah, dengan angka
12
rumah sakit yang rendah penerimaan. Selain itu, proporsi ini lebih rendah daripada
yang dilaporkan untuk pasien kronis lainnya penyakit (Izquierdo et al., 2020).
terutama di antara mereka yang memiliki penyakit lebih parah. Dalam 1 kohort dari
191 pasien dari Wuhan, Cina, komorbiditas ditemukan pada 48% (67% yang tidak
bertahan), hipertensi pada 30% (48% yang tidak bertahan), DM pada 19% (31%
tidak bertahan), dan CVD pada 8% (13% dari tidak bertahan). Dalam kohort dari
lazim (46% secara keseluruhan dan 72% pada pasien yang membutuhkan perawatan
pada 31% (58% pada pasien yang membutuhkan perawatan ICU), CVD pada 15%
(25% pada pasien yang membutuhkan perawatan ICU), dan DM pada 10% (22%
6. Menerima Kemoterapi
dan komplikasi, setelah transplantasi sel induk memiliki peningkatan risiko infeksi
dengan risiko gangguan pernapasan yang lebih tinggi dan situasi ini bisa menjadi
8. Defisiensi Imun
Singkatnya, dampak klinis COVID-19 pada IDP bervariasi dari gejala ringan
sampai kematian. Proporsi kematian dalam hal ini seri (25%) lebih besar dari pada
populasi umum dengan COVID-19 dilaporkan di rumah sakit Kota New York
(10,2%), dan serupa dengan data hasil yang dilaporkan dalam transplantasi ginjal
populasi (28%). Dalam pengalaman single-center ini, mereka yang meninggal karena
penyakit terkait PID atau penyakit penyerta lainnya yang sudah ada sebelumnya.
infeksi HIV. Gejala umum adalah demam (165 dari 223, 74,0%), batuk (130 dari
223, 58,3%), dan dispnea (68 dari 223, 30,5%). Kurang umum adalah sakit kepala
(44 dari 223, 19,7%), artralgia / mialgia (33 dari 223, 14,8%), dan sakit tenggorokan
(18 dari 223, 8,1%). Setiap gejala gastrointestinal dilaporkan sebesar 13,0%.
COVID-19 dilaporkan ringan hingga sedang di 141 kasus 212 (66,5%), parah pada
46 pasien (21,7%), dan kritis pada 25 pasien (11,8%). Mayoritas pasien (158 dari
244, 64,7%) dirawat di rumah sakit; 16,8% dirawat di unit perawatan intensif
dan kasus COVID-19 yang parah 95%. Selain itu, ditemukan hubungan antara
riwayat merokok saat ini dan COVID-19 yang parah 95%. kemudian 10,7%
aktif, COVID-19 yang parah terjadi pada 21,2% (65/305) kasus (Gülsen et al.,
2020).
virus dan bakteri yang mempengaruhi saluran pernapasan. Salah satu mekanisme
yang bertanggung jawab atas kecenderungan ini adalah sindrom leukosit, yang
merupakan gangguan fungsi leukosit dari fagositosis (gangguan kekebalan). Hal ini
Penyakit ginjal kronis dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari infeksi yang
parah. Dalam sebuah meta-analisis menunjukkan 20% pasien dengan penyakit ginjal
kronis yang terjangkit COVID-19 memiliki penyakit parah, risiko 3 kali lipat lebih
tinggi dibandingkan dengan mereka tanpa penyakit ginjal kronis (Hassanein et al.,
2020).
Selain itu menurut Susilo et al. (2020) beberapa faktor risiko lain seperti jenis
kelamin laki-laki yang diketahui berkaitan erat dengan prevalensi perokok aktif yang
tinggi, orang yang memiliki kontak erat, orang yang tinggal serumah dengan pasien
yang terkonfirmasi virus covid-19, pernah bepergian ke daerah yang terjangkit virus,
satu lingkungan yang sama tapi tidak pernah kontak dekat atau jarak 2 meter
termasuk resiko rendah, dan terakhir tenaga kesahatan menjadi salah satu yang
1. Kasus Suspek
Dibawah ini merupakan salah satu kriteri yang dimiliki oleh seseorang yang
a. Orang yang memiliki Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), selama 14 hari
b. Orang yang memiliki salah satu tanda/gejala ISPA dan sebelum munculnya
gejala pada 14 hari terakhir mempunyai riwayat kontak dengan orang yang
terkonfirmasi/probable COVID-19.
perawatan di rumah sakit serta tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
2. Kasus Probable
yang meyakinkan COVID-19 dan belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-
PCR.
3. Kasus Konfirmasi
4. Kontak Erat
Seseorang yang mempunyai riwayat kontak dengan salah satu seseorang yang
berikut:
probable atau kasus konfirmasi dalam jarak 1 meter serta kurun waktu 15 menit
/ lebih.
sebagainya).
c. Orang yang melakukan perawatan langsung pada pasien dengan kasus probable
atau konfirmasi dengan tidak menggunakan APD yang lengkap atau sesuai
ketentuan standar.
d. Situasi dari lainnya menunjukkan bahwa adanya kontak yang berdasarkan pada
penilaian risiko lokal yang telah ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi
di wilayah masing-masing.
mencari kontak erat, terhitung dari 2 hari sebelum kasus gejala ini timbul dan 14
menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari
5. Pelaku Perjalanan
17
Seseorang yang telah melakukan suatu perjalanan baik dalam atau luar negeri
6. Discarded
a. Seseorang yang memiliki status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-
PCR ne gative sebanyak 2 kali berlangsung selama 2 hari dalam kurun waktu
>24 jam.
7. Selesai Isolasi
b. Kasus simtomatik atau kasus konfirmasi dengan gejala atau probable yang tidak
terhitung 10 hari diawal dan juga ditambah minimal 3 hari setelah tidak
c. Kasus konfirmasi dengan gejala atau kasus probable atau simptomatik yang
8. Kematian
18
1.7. Komplikasi
Komplikasi yang paling utama yang ada pada pasien COVID-19 adalah ARDS,
tapi tidak hanya ARDS, melainkan dapat terjadi komplikasi lain daintaranya (Susilo et
al., 2020).
b. Jejas Kardiak
c. Disfungsi Hati
d. Dan Pneumotoraks.
e. Syok Sepsis
g. Rabdomiolisis
h. Pneumomediastinum
sebagai berikut.
c. Tromboemboli Vena
d. Catheter-Related Bloodstream
1.8. Prognosis
dilaporkan tingkat mortalitas pada pasien COVID-19 yang berat sudah mencapai 38%
dengan median lama perawatan ICU dan hingga meninggal sebanyak 7 hari.
Peningkatan kasus yang cepat ini dapat membuat RS kesusahan dengan banyak beban
pasien covid-19 yang tinggi. Hal ini akan meningkatkan laju percepatan mortalitas pada
fasilitas rumah sakit. Laporan lain mengungkan perbaikan eosinofil yang ada pada
pasien, yang awalnya eosinofil itu rendah diperkirakan dapat menjadi sebuah prediktor
Studi pada hewan-hewan mengungkapkan bahwa kera yang dinyatakan sembuh tidak
bisa terkena COVID-19, tetapi telah ada laporan yang menemukan pasien kembali lagi
positif rRT-PCR dalam kurun waktu 5-13 hari setelah dinyatakan negatif 2 kali secara
berturut-turut dan lalu dipulangkan kembali dari rumah sakit. Hal ini kemungkinan
dikarenakan reinfeksi atau hasilnya yang negatif palsu pada rRT-PCR disaat kembali ke
rumah atau dipulangkan. Peneliti lainnya juga melaporkan deteksi COVID-19 yang ada
di feses pada pasien negatif berdasarkan swab orofaring (Susilo et al., 2020).
1.9. Komorbit
2. Penyakit Ginjal
3. Glucocorticoid-Associated Diabetes
7. Hipertensi
10. Tuberculosis
11. Penyakit kronis lain yang diperberat oleh kondisi penyakit covid-19
Menurut WHO bahwa masa inkubasi berkisar 5 – 6 hari dan paling lama 14
hari. Akan tetapi menurut salah jurnal Clinical characteristics of 2019 novel
Dari jurnal penelitian Pullen et al. (2020) didapatkan 1.252 peserta yang
menyelesaikan survei penyaringan dan dimasukkan dalam analisis ini, ada 316 peserta
dengan infeksi yang dikonfirmasi, 393 dengan kemungkinan infeksi, dan 543 dengan
kemungkinan infeksi. Semua peserta dengan infeksi yang dikonfirmasi dalam analisis
ini melaporkan setidaknya 1 gejala pada saat penyaringan. Usia rata-rata untuk populasi
sampel (kisaran interkuartil [IQR]) adalah 45 (35-55) tahun, dengan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara yang dikonfirmasi, mungkin, dan mungkin kelompok.
Petugas kesehatan terdiri dari 37% dari mereka yang termasuk dalam analisis ini. Di
antara 316 orang dewasa yang tidak dirawat di rumah sakit dengan infeksi SARSCoV-
2 yang dikonfirmasi, 258 (82%) melaporkan batuk, 212 (67%) melaporkan demam, dan
143 (45%) melaporkan dispnea, terlepas dari waktu dari perkembangan gejala. Hanya
27% peserta dengan infeksi yang dikonfirmasi dilaporkan memiliki semua 3 gejala
batuk, demam, dan dispnea, sedangkan 53% peserta (168/316) menderita demam dan
21
batuk. Jika dibandingkan tanpa dengan durasi gejala, beberapa gejala menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara kelompok infeksi yang dikonfirmasi dan kelompok
yang tidak dikonfirmasi, termasuk demam, sakit kepala, diare, kelelahan, mialgia, dan
anosmia (semua P <.01), meskipun kelompok infeksi yang mungkin dan kemungkinan
muncul sangat mirip. Jadi, jika dilihat tanpa konteks gejala durasi, sulit untuk
memisahkan kemungkinan infeksi dan kemungkinan infeksi satu sama lain. Ini
mungkin juga menyarankan mereka dengan infeksi yang dikonfirmasi memiliki gejala
yang lebih parah (atau banyak), menuntun mereka untuk mencari perawatan dan
SARS-CoV-2, kami memeriksa tingkat gejala yang dilaporkan pada peserta dengan
infeksi yang dikonfirmasi yang menyelesaikan survei skrining selama infeksi awal (n =
77), midinfection (n = 84), dan infeksi lanjut (n = 155). Ada perbedaan yang signifikan
di ambang batas dalam prevalensi kelelahan di 3 titik waktu (P = .011). Tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam prevalensi gejala yang tersisa disertakan dalam survei
penyaringan kami di seluruh titik waktu ini. Durasi median gejala pada saat skrining
(IQR) sedikit lebih lama pada kelompok yang dikonfirmasi, pada 5 (3-11) hari,
dibandingkan dengan 2 (1–5) hari untuk kemungkinan infeksi dan 3 hari (1–7) hari
untuk kemungkinan infeksi. Pada infeksi awal, penderita infeksi yang dikonfirmasi
lebih mungkin dibandingkan mereka dengan infeksi yang belum dikonfirmasi untuk
melaporkan demam, sakit kepala, kelelahan, mialgia, dan diare (semua P <.01).
Menurut Sukmana & Yuniarti, 2020, tanda-tanda dan gejala khas yang paling
umum meliputi:
3. Kelelahan (38,1%).
22
6. Menggigil (11,4%)
9. Diare (3,7%)
12. Anosmia, Rash Skin pada Jari dan Kaki (WHO, 2020)
Gejala berat :
3. Hipoxemia
Kemudian telah muncul gejala baru yakni happy hypoxia, suatu kondisi di mana
pasien memiliki saturasi oksigen rendah (SpO2 < 90%), tetapi tidak sedang mengalami
gangguan pernapasan yang signifikan dan sering tampak baik secara klinis (Widysanto
et al., 2020).
Pada 14 Desember 2020, pihak berwenang Inggris Raya dan Irlandia Utara
pengurutan genom virus. Varian ini disebut sebagai SARS-CoV-2 VUI 202012/01
(Variant Under Investigation, tahun 2020, bulan 12, varian 01). Analisis awal
menunjukkan bahwa varian tersebut dapat menyebar lebih mudah di antara orang-
yang telah terdeteksi di Inggris pada 13 Desember 2020. Varian tersebut diambil
sebagai bagian dari penyelidikan epidemiologi dan virologi yang dimulai pada awal
Desember 2020 menyusul kejadian yang tidak terduga. peningkatan kasus COVID-19
di Inggris Tenggara. Hal ini ditandai dengan peningkatan lebih dari 3 kali lipat dalam
tingkat pemberitahuan kasus 14 hari dari minggu ke-41 epidemiologis menjadi minggu
ke-50 (5 Oktober hingga 13 Desember 2020). Rata-rata, antara 5 - 10% dari semua
virus SARS-CoV-2 secara rutin diurutkan di Inggris Raya dan 4% secara rutin
Desember, lebih dari 50% isolat diidentifikasi sebagai strain varian di Inggris Tenggara.
England, pada 20 September 2020, yang diikuti oleh peningkatan cepat dari varian yang
sama yang diidentifikasi kemudian pada November. Sebagian besar kasus COVID-19
yang darinya varian ini telah diidentifikasi terjadi pada orang di bawah usia 60 tahun
(WHO, 2020b).
Berikut beberapa hal yang dilakukan saat skrining melalui telepon di rumah sakit.
3. Tim call center menanyakan nama, NIK, usia, tanggal lahir, alamat, nomor
PERTANYAAN
1. ISPA (Demam/Batuk / pilek / nyeri tenggorokan / Sesak Nafas / Pneumonia
ringan )
2. ISPA berat / Pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di RS
a. Pasien remaja atau dewasa : RR>30x/menit, distress pernapasan berat atau saturasi
oksigen <90%;
b. Pasien anak batuk dan sesak nafas disertai salah satu
1. Sianosis sentral , saturasi oksigen <90%
2. Distres pernafasan berat ( tarikan dinding dada berat atau mendengkur )
3. Tanda pneumonia berat ( ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi,
penurunan kesadaran atau kejang )
Tanda lain dari pneumonia = tarikan dinding dada, takipnca : <2 bulan, 60x/menit;
2-11 bulan , 50x/menit; 1-5 tahun, >40x/menit; >5 tahun,>30x/menit.
3. ARDS (baru terjadi atau perburukan dalam waktu 1 minggu)
2. Memiliki riwayat paparan kontak dengan kasus konfirmasi atau probable COVID-
19 dalam waktu 14 hari terakhir
□ Kasus probable adalah kasus dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan
gambaran klinis meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil laboratorium RT-
PCR.
□ Kasus konfirmasi adalah seseorang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan
laboratorium RT-PCR positif (+).
Termasuk kontak erat adalah:
a. kontak/tatap muka/berdekatan dalam radius 1 meter dalam jangka waktu > 15
menit.
25
5. Setelah itu tim call center memberikan saran dan masukan seperti memakai
7. Bila memiliki riwayat konfirmasi covid-19 dengan gejala berat segera menuju
selanjutnya.