Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ALIRAN AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

Dosen Pengampu:
ULIL ALBAB, S.H.I., M.Pd.

Penulis
MOH. WAFIYUL AHDI
191810006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.

Dalam makalah ini akan membahas tentang Ahlussunnah wal Jama’ah


sebagai tugas untuk mata kuliah ASWAJA I yang diampuh oleh Bapak Ulil Albab,
S.H.I., M.Pd. semoga dapat menambah wawasan serta pengetahuan, sehingga dapat
bermanfaat untuk diri saya dan orang lain.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak


kekurangan, Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca untuk penulis

Lamongan , 18 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3

A. Latar Belakang ............................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

C. Tujuan .......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5

A. Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah ......................................................... 5

B. Sejarah Lahirnya Aliran Ahlussunah Wal Jama’ah ..................................... 6

C. Pokok-Pokok Ajaran Aswaja ....................................................................... 8

D. Tokoh - Tokoh Ahlusunnah wal Jamaah dalam Bidang Akidah ................. 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ahlussunah Wal Jama’ah (Aswaja) lahir mewarnai alur sejarah


peradaban dan pemikiran islam yang tentunya tidak berangkat dari ruang
kosong. Aswaja adalah sebuah stereotipe yang muncul dan sengaja
dikembangkan oleh umat islam untuk menjadi rujukan personifikasi golongan
yang akan mendapat kemulyaan disisi Allah dengan segenap kepatuhan pada
Rasulallah SAW.
Aswaja merupakan mata pelajaran khusus bagi satuan pendidikan
tertentu. Pembelajaran Aswaja diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa visi
Aswaja adalah untuk mewujudkan manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah, cerdas, produktif, etis, jujur dan adil, berdisiplin, toleransi, menjaga
keharmonisan, secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya
Ahlussunnah wal Jama’ah (amar makruf nahi munkar).
Aswaja merupakan salah satu mata pelajaran yang dalam kajiannya
merujuk pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam tahap pemahaman Aswaja
menggunakan cara logis dan rasional, karena mengaitkan materi dengan
pengalaman peserta didik dalam kehidupan sehari-hari bukan dengan dogmatis
dan doktrin tertentu.
Pembelajaran Aswaja juga bertujuan untuk mendorong peserta didik
supaya mendalami dan mengamalkan ajaran Islam Ahlusunnah wal Jama’ah,
yang diharapkan nantinaya akan lahir generasi-generasi kiyai yang unggul serta
mampu menjadi pilar-pilar kokoh dalam mensyi’arkan Islam ditengahtengah
masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai tawasut, tawazun, tasamuh.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiman pengertian ahlussunnah wal jama’ah


2. Bagaimana sejarah lahirnya aliran ahlussunnah wal jamaah
3. Bagaimana pokok-pokok ajaran ahlussunnah wal jamaah
4. Siapa saja tokoh-tokoh ahlussunnah wal jamaah dalam bidang aqidah

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian ahlussunnah wal jama’ah


2. Mengetahui sejarah lahirnya aliran ahlussunnah wal jamaah
3. Mengetahui pokok-pokok ajaran ahlussunnah wal jamaah
4. Mengetahui siapa saja tokoh-tokoh ahlussunnah wal jamaah dalam bidang
aqidah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah

Pengertian Ahlu Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) dapat dilihat dari dua
aspek penting, pertama dari segi bahasa atau etimologi, kedua dari segi
peristilahan atau terminologi. Secara etimologi, Aswaja berasal dari bahasa Arab
ahl artinya keluarga. Al-sunnah, berarti jalan, tabi„at dan perilaku kehidupan.
Sedangkan al-jama„ah, berarti sekumpulan. ASWAJA adalah kepanjangan kata
dari “Ahlus sunnah wal jama’ah”. Ahlus sunnah berarti orang-orang yang
menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dan Wal Jama‟ah
berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi
definisi Ahlus sunnah wal jama’ah yaitu; “ Orang-orang yang mengikuti sunnah
Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat (maa ana alaihi waashhabi), baik
di dalam syariat (hukum Islam) maupun akidah dan tasawuf.

Definisi Aswaja Secara umum adalah satu kelompok atau golongan


yang senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi SAW. Dan Thoriqoh para
shabatnya dalam hal aqidah, amaliyah fisik (fiqih) dan hakikat (Tasawwuf dan
Akhlaq).

Definisi Aswaja secara khusus adalah Golongan yang mempunyai


Itikad/ keyakinan yang searah dengan keyakinan jamaah Asya’iroh dan
Maturidiyah. Menurut pengertian istilah (terminologi) al-sunnah, berarti
penganut sunnah Nabi Muhammad saw, yaitu mengikuti apa-apa yang datang
dari Nabi Muhammad saw. baik berupa perkataan, perbuatan, dan pengakuan
(taqrir). Sedangkan al-jama„ah berarti penganut itiqad para sahabat Nabi, yakni
apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah pada masa khulafaur al-
rashidin (Abu Bakr al-Siddiq, Umar, Ustman, dan Ali). Jadi, yang dimaksud
dengan Aswaja adalah kaum yang mengikuti amaliah Nabi Muhammad saw dan
para sahabatnya. Menurut Imam Asy’ari, Ahlus sunnah Wal Jama’ah adalah
golongan yang berpegang teguh kepada al-Qur’an, hadis, dan apa yang
diriwayatkan sahabat, tabi’in, imam-imam hadis, dan apa yang disampaikan oleh
Abu Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal. Menurut KH. M. Hasyim
Asy’ari, Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah golongan yang berpegang teguh
kepada sunnah Nabi, para sahabat, dan mengikuti warisan para wali dan ulama.
Secara spesifik, Ahlus sunnah Wal Jama’ah yang berkembang di Jawa adalah
mereka yang dalam fikih mengikuti Imam Syafi’i, dalam akidah mengikuti
Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari, dan dalam tasawuf mengikuti Imam al-Ghazali
dan Imam Abu al-Hasan al-Syadzili.1

B. Sejarah Lahirnya Aliran Ahlussunah Wal Jama’ah

Aswaja (Ahlussunnah wa al-Jama’ah) adalah satu diantara banyak


aliran dan sekte yang bermunculan dalam tubuh Islam. Diantara semua aliran,
kiranya aswaja yang mempunyai banyak pengikut, bahkan paling banyak
diantara semua sekte. Dapat dikatakan bahwa Aswaja memegang peran sentral
dalam perkembangan pemikiran ke-Islaman. Ada banyak hal yang
mempengaruhi proses lahirnya Aswaja. Diantaranya yang cukup populer adalah
tingginya suhu konstelasi politik yang terjadi pada masa pasca Nabi wafat.
Kematian Utsman bin Affan, khalifah ke-3 menyulut berbagai reaksi.
Utamanya, karena ia terbunuh tidak dalam peperangan. Hal ini memantik
semangat banyak kalangan untuk menuntut Imam Ali, pengganti Utsman untuk
bertanggung jawab. Terlebih, sang pembunuh yang ternyata masih berhubungan
darah dengan Ali, tidak segera mendapat hukuman setimpal.
Muawiyah bin Abu Sofyan, Aisyah, dan Abdullah bin Thalhah, serta
Amr bin Ash adalah beberapa diantara sekian banyak sahabat yang sangat
menuntut Ali. Bahkan semuanya harus menghadapi Ali dalam sejumlah
peperangan yang semuanya dimenangkan pihak Ali. Dan yang paling luar biasa
pada tahun 39 H, adalah strategi Amr bin Ash dalam perang Shiffin di tepi sungai
Eufrat, dengan mengangkat mushaf di atas tombak. Hal ini dilakukan setelah

1
Kotimah (2016). ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah).
pasukan Amr dan Muawiyah terdesak. Tujuannya untuk mengembalikan segala
perselisihan kepada hukum Allah dan Ali setuju, meski banyak pengikutnya
yang merasa tidak puas.
Akhirnya, tahkim (arbitrase) di Daumatul Jandal, sebuah desa di tepi
laut merah beberapa puluh kilometer utara Makkah menjadi akar perpecahan
pendukung Ali menjadi Khawarij dan Syi’ah. Semakin lengkap perseteruan yang
terjadi antara kelompok Ali, Khawarij, Muawiyah, dan sisa-sisa pengikut Aisyah
dan Abdullah ibn Thalhah. Perseteruan politik ini membawa efek yang cukup
besar dalam ajaran Islam. Hal ini terjadi karena banyak kalangan menunggangi
teks-teks untuk kepentingan politis.
Berdasarkan data sejarah yang ada, setelah terjadinya fitnah pada masa
Khalifah Utsman bin Affan, kemudian aliran-aliran yang menyimpang dari
ajaran Islam yang murni dan asli mulai bermunculan, seperti aliran Khawarij,
Murjiah, Saba’iyah (Syiah) dan Qadariyah, maka pada periode akhir generasi
sahabat Nabi Muhammad SAW istilah Ahlussunnah wal Jama’ah mulai
diperbincangkan dan dipopulerkan sebagai nama bagi kaum Muslimin yang
masih setia kepada ajaran Islam yang murni dan tidak terpengaruh dengan
ajaran-ajaran baru yang keluar dari mainstream.
Dapat dikatakan bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah merupakan
kelangsungan yang alami dari kaum Muslimin generasi pertama yang mengikuti
dan menerapkan ajaran Nabi Muhammad SAW dalam prinsip-prinsip dan
hukum-hukum keagamaan. Sejak kapan titik permulaan ajaran Ahlussunnah wal
Jama’ah tidak akan mampu kita pastikan, kecuali apabila kita mengatakan bahwa
titik permulaan ajarannya adalah titik permulaan ajaran Islam itu sendiri.
Ahlussunnah wal Jama’ah adalah aliran yang asli dan murni dalam
Islam, sedangkan aliran-aliran lain adalah sempalan-sempalan yang
menyimpang dari aliran yang asli dan murni. Aliran yang dapat dikatakan
Ahlussunnah wal Jama’ah adalah aliran yang dalam bidang fiqih mengikuti salah
satu madzhab yang empat dan dalam bidang aqidah mengikuti madzhab al
Asy’ari dan al Maturidi.2

C. Pokok-Pokok Ajaran Aswaja

1. Aqidah

Ada beberapa pokok-pokok dalam bidang akidah antara lain


a. Allah swt mempunyai sifat-sifat yang sempurna, yaitu Allah adalah satu (Esa),
sifat wajib jumlahnya 20, sifat mustahil jumlahnya 20 dan sifat jaiz .
b. Beriman terhadap hal-hal yang gaib sebagaimana diterangkan dalam Nash
Qur’an dan Hadits.
c. Mempercayai bahwa besok di Akhirat orang mu’min dapat melihat Allah
SWT sebagaimana dalam firman-firmanNya
d. Iman adalah ucapan dan perbuatan yang dapat bertambah dan
berkurang.Bertambahnya keimanan dengan ketaatan dan berkurngnya
keimanan dengan kemksiatan.
e. Meyakini bahwa al-Qur’an adalah Kalamullah al-Qadim, bukan makhluk dan
tidak mengalami perubahan..
f. Nabi Muhammad memberi syafa’at kepada orang beriman kelak di alam
akhirat.
g. Dalam persoalan dosa besar: Pelaku dosa besar yang mati dalamkeadaan
tauhid, tidak abadi dalam neraka. Mereka sepenuhnya berada diatas kehendak
Allah. Bila berkehendak, Allah akan mengampuninya.
2. Akhlak/tasawuf
Ada beberapa pokok-pokok dalam bidang akhlak antara lain

a. Takhalli, yaitu mengosongkan atau membersihkan diri dari sifat dan perbuatan
yang tercela baik lahir maupun batin, seperti : sombong, hasut, dendam, iri
hati, dsb.

2
Muhammad Idris Ramli, Pengantar Sejarah Ahlussunah Wal Jamaah, (Surabaya: Khalista, 2011),
hlm 72-74.
b. Tah}alli, yaitu mengisi atau membiasakan diri dengan sifat dan perbuatan
yang terpuji, seperti : ikhlas, tawadhu’, suka menolong, dsb.
c. Tajalli, yaitu melakukan sesuatu yang tujuannya mendekatkan diri kepada
Allah, seperti : sedekah, zikir, dan mengerjakan sunnah-sunnah.
3. Fiqih
Ada beberapa pokok-pokok dalam bidang fiqih antara lain yaitu
Sumber hukum yang dijadikan pijakan dalam ilmu fiqh sunni ada empat,
yaitu: Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Beberapa sikap yang menjadi
ciri/karakter yang selalu diajarkan Rasulullah dan para sahabat yang
membedakan Ahlu sunnah wal Jama’ah dengan yang lain:

a. At-Tawasut ( sikap tengah-tegah, sedang, tidak ekstrim kiri/kanan)


b. At–Tawazun (seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan
dalil’aqli dan dalil naqli).
c. Al –I’tidal ( sikap tegak lurus).
d. At–Tasamuh (toleransi, menghargai perbedaan pendapat dan menghormati
orang yang memiliki prinsip hidup tidak sama, namun tidak membenarkan
dalam konteks akidah).3
D. Tokoh - Tokoh Ahlusunnah wal Jamaah dalam Bidang Akidah

1. Dalam bidang akidah:


a. Abu Hasan Al-Asy’ari
Nama lengkap Al-Asy’ari adalah Abu Al-Hasan ‘Ali bin Isma’il
bin Ishaq bin Salim bin I’smail bin ‘Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi
Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari.8 Menurut beberapa riwayat, Al-Asy’ari
lahir di Bashrah pada tahun 260H/875M. Beliau wafat di Baghdad pada
tahun 324H/935M. Sebelumnya, Al-Asy’ari merupakan salah satu murid
dari tokoh Mu’tazilah Abu ‘Ali Al-Jubbai. Sebagai murid, Al-Asy’ari
sering di tunjukAl-Jubbai menggantikannya dalam perdebatan menentang
lawan-lawan Mu’tazilah dan banyak menulis buku yang membela

3
Kalam, K. A. I. Konsep Dasar Kajian Aqidah Ilmu Kalam. Universitas Islam Negri Sunan Ampel
Lamongan. 107-109
alirannya. Hanya sampai pada usia 40 tahun Al-Asy’ari menganut paham
Mu’tazilah. Setelah itu, ia mengumumkan telah keluar dari ajaran
Mu’tazilah yang menurut Ibn ‘Asakir keluarnya tersebut dilatarbelakangi
oleh pengakuan Al-Asy’ari telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah
SAW sebanyak 3 kali, yang dalam ketiga kali mimpinya, Rasulullah
memperingatkan kepadanya agar segera meninggalkan paham Mu’tazilah
yang salah dan segera mengikuti ajaran/paham yang telah diriwayatkan
Rasulullah dan sahabatnya lah yang benar. Sebab lainnya adalah karena
pada saat perdebatan, Al-Jubba’i akhirnya diam dantidak dapat menjawab
pertanyaan dari Al-Asy’ari (muridnya) tentang bagaimana kedudukan
seorang mukmin, kafir dan anak kecil di akhirat kelak? Hal itu membuat
Al-Asy’ari mulai ragu, tidak puas lagi dengan ajaran Mu’tazilah yang
selama itu dianutnya hingga keluar dan menyusun teologi baru yang sesuai
dengan aliran orang yang berpegang teguh pada pada ajaran Rasulullah
dan para sahabat yang nantinya dikanal dengan Al-Maturidiyah.
Pemikiran-pemikiran Al-Asy’ari yang terpenting antara lain::
o Tuhan dan sifat-sifatnya Al-Asy’ari berpendapat bahwa Allah
mempunyai sifat-sifat (bertentangan dengan Mu’tazilah) dan sifat-
sifat itu tidak boleh diartikan secara harfiah tetapi secara simbolis.
• Kebebasan dalam berkehendak Allah adalah pencipta (khaliq)
perbuatan manusia, sedangkan manusia adalah yang
mengupayakannya (muktasib).
• Qadimnya Al-Qur’an Al-Qur’an terdiri atas kata-kata , huruf dan
bunyi, teatapihal itu tidak melekat pada esensi Allah dan tidak qadim
• Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk Dalam menghadapi
persoalan yang memperoleh penjelasan kontradiktif, serta dalam
menentukan baik dan buruk, Al-Asy’ari lebih mengutamakan wahyu
daripada akal.
• Melihat Allah Allah dapat dilihat di akhirat kelak,12 tetapi tidak dapat
digambarkan. Dan kalau dikatakan Allah dapat dilihat, itu tidak
mengandung pengertian seperti bahwa apa yang bisa dilihat harus
bersifat diciptakan.
• Kedudukan orang yang berdosa Orang mukmin yang berdosa besar
adalah mukmin yang fasik sebab iman tidak mungkin hilang karena
dosa selain kufur13. Dalam kenyataan, Iman adalah lawan dari kufur,
predikat seseorang harus berada satu diantaranya. Jika tidak mukmin,
maka ia kafir.
• Keadilan Allah memiiki kekuasaan mutlak, tak ada satupun yang
wajib bagi-Nya dan Allah berbuat sekehendaknya.
b. Abu Manshur al-Maturidi
Nama lengkapnya adalah Abu Manshur Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi, lahir di Maturid, daerah Samarkand
(Uzbekistan). Tahun kelahirannya tidak diketahui pasti, namun
diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3H. Beliau wafat pada tahun
333H/944M. Gurunya dalam bidang fiqh dan teologi antara lain, Nasyr bin
Yahya al-Balakhi dan Ia juga pengikut Abu Hanifah yang banyak
memakai rasio dalam pandangan keagamaannya, sehingga banyak
persamaan di sistem teologi yang di timbulkannya namun termasuk dalam
golongan teori Ahli Sunnah yang kemudian dikenal dengan nama al-
Maturidiyah. Literatur mengenai ajaran Abu Manshur tidak sebanyak
literatur mengenai ajaran Al-Asy’ari. Banyak karangan Al-Maturidi yang
belum dicetak dan kemungkinan masih dalam bentuk manuskrip antara
lain kitab al-Tauhid dan kitab Ta’wil Al-Qur’an. Selain itu, ada pula
karangan-karangan yang dikatakan dan diduga di tulis oleh Al-Maturidi,
antara lain Risalah fi Al-Aqaid dan Syarh} Fiqh Al-Akbar. Pemikiran-
pemikiran Al-Maturidi antara lain:
o Akal dan wahyu Dalam pemikiran teologi, Al-Maturidi mendasar pada
Al-Qur’an dan akal, namun porsi yang diberikan pada akal lebih besar
daripada yang diberikan pada Al-Asy’ari.
• Perbuatan manusia Perbuatan manusia adalah ciptaan Allah karena
segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya. Beliau
mempertemukan antara ikhtiar sebagai perbuatan manusia dengan
qudrat Allah sebagai pencipta perbuatan manusia.
• Melihat Allah Manusia dapat melihat Allah. Namun melihat Allah,
kelak di akherat tidak dalam bentuknya (bila kaifa), karena keadaan di
akherat tidak sama dengan keadaan di dunia.
• Kalam Tuhan Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun
dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya
atau kalam abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah,
sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu
(hadist). Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya bagaimana
Allah bersifat dengannya (bila kaifa) tidak di ketahui, kecuali dengan
suatu perantara.
• Pelaku dosa besar Orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal
dalam neraka walaupun ia meninggal sebelum bertaubat. Hal ini karena
Allah telah menjanjikan dan akan memberikan balasan kepada manusia
sesuai dengan amal perbuatannya. Perbuatan dosa besar selain syirik
tidak menjadikan seorang kafir atau murtad.
• Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan Qudrat Tuhan tidak sewenang-
wenang (absolut), tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung
sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya sendiri.
Sesungguhnya di dalam pokok-pokok akidah Islam Imam Abu al-
Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-berada pada jalan yang sama.
Namun, ada juga perbedaan yang terjadi di antara Asy’ariyah dan
Maturidiyah yang hanya dalam masalah-masalah cabang akidah saja
(Furu’ al-‘Aqidah). Meskipun begitu, hal ini tidak menjadikan kedua
kelompok ini saling menghujat atau saling menyesatkan satu sama lainnya.
Usaha serta perjuangan dua imam ini telah berhasil mengokohkan
keimanan kita.
c. Imam Abu Hasan al-Basri
Namaaslidari Hasan Al-Basriadalah Abu Sa'id Al Hasan
binYasar. Baliau dilahirkan oleh seorang perempuan yang bernama
Khoiroh, dan beliau adalah anak dari Yasaar, budak Zaid bin Tsabit
tepatnya pada tahun 21 H di kota Madinah setahun setelah perang shiffin,
ada sumber lain yang menyatakan bahwa beliau lahir dua tahun sebelum
berakhirnya masa pemerintahan Khalifah Umar bin Al- Khattab.4

4
Kalam, K. A. I. Konsep Dasar Kajian Aqidah Ilmu Kalam. Universitas Islam Negri Sunan Ampel
Lamongan. 109-112
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aswaja adalah satu diantara banyak aliran dan sekte yang bermunculan
dalam tubuh Islam. Diantara semua aliran, kiranya aswaja yang mempunyai
banyak pengikut, bahkan paling banyak diantara semua sekte. Dapat dikatakan
bahwa Aswaja memegang peran sentral dalam perkembangan pemikiran ke-
Islaman. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses lahirnya Aswaja.
Diantaranya yang cukup populer adalah tingginya suhu konstelasi politik yang
terjadi pada masa pasca Nabi wafat.

Abu Manshur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi,


lahir di Maturid, daerah Samarkand . Tahun kelahirannya tidak diketahui pasti,
namun diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3H. Beliau wafat pada tahun
333H/944M. Gurunya dalam bidang fiqh dan teologi antara lain, Nasyr bin
Yahya al-Balakhi dan Ia juga pengikut Abu Hanifah yang banyak memakai rasio
dalam pandangan keagamaannya, sehingga banyak persamaan di sistem teologi
yang di timbulkannya namun termasuk dalam golongan teori Ahli Sunnah yang
kemudian dikenal dengan nama al-Maturidiyah. Literatur mengenai ajaran Abu
Manshur tidak sebanyak literatur mengenai ajaran Al-Asy’ari. Banyak karangan
Al-Maturidi yang belum dicetak dan kemungkinan masih dalam bentuk
manuskrip antara lain kitab al-Tauhid dan kitab Ta’wil Al-Qur’an. Selain itu,
ada pula karangan-karangan yang dikatakan dan diduga di tulis oleh Al-
Maturidi, antara lain Risalah fi Al-Aqaid dan Syarh Fiqh Al-Akbar.
DAFTAR PUSTAKA
Kalam, K. A. I. Konsep Dasar Kajian Aqidah Ilmu Kalam. Universitas Islam Negri Sunan
Ampel Lamongan. 109-112

Kalam, K. A. I. Konsep Dasar Kajian Aqidah Ilmu Kalam. Universitas Islam Negri Sunan
Ampel Lamongan. 107-109

Muhammad Idris Ramli, Pengantar Sejarah Ahlussunah Wal Jamaah, (Surabaya:


Khalista, 2011), hlm 72-74.

Anda mungkin juga menyukai