GENETIKA
Dosen Pengampu:
Dr. Harini Nurcahya, M. Si.
Oleh:
MARIA NENDYA
183112620150128
LABORATORIUM MIKROTIKA
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Barr Body
Jenis kelamin dapat dideteksi secara mikroskopis atau histologis dengan cara
mengamati keberadaan kromatin seks yaitu; kromatin-X (Gambar 1) dan kromatin-Y
(Gambar 2). Barr dan Bertam di tahun 1949, merupakan orang yang pertama kali
menemukan perbedaan kedua kromatin tersebut. Mereka mendapati adanya kondensasi
kromatin pada inti sel dari sel saraf kucing betina namun tidak didapati pada sel-sel
kucing jantan (Ursula, 1964). Berdasarkan penemuan yang telah dilakukan oleh Barr dan
Bertam maka penemuan tersebut dinamakan sebagai Barr body. Pada manusia, peristiwa
kondensasi kromatin juga dapat terjadi pada tulang, sel retina, sel mukosa rongga mulut,
biopsi sel kulit, darah, tulang rawan, akar batang rambut dan pulpa gigi (Suazo et al,
2010). Barr body dapat ditemukan pada sekitar 40% sel wanita sedangkan pada sel pria
tidak ditemukan Barr body sehingga disebut kromatin negatif. Kromatin Y dapat diamati
pada sel yang sedang berada pada fase interfase yaitu dengan cara memberikan
pewarnaan Quinacrine mustard, dimana dengan pewarnaan tersebut dapat membantu
mengidetifikasi keberadaan kromosom Y dan jenis kelamin positif pada pria (Suazo et al,
2011).
B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui identifikasi jenis kelamin dan untuk mengetahui suatu penyakit
keturunan.
BAB II METODE PENGAMATAN
A. Hasil Praktikum
1. Pemeriksaan Barr Body
2. Pemeriksaan Drumstick
B. Pembahasan
1. Pemeriksaan Barr Body
Barr body dan drum stick termasuk dalam jenis sex chromatin. Sex chromatin
merupakan sebuh kromosom-X yang inaktif. Inaktivasi kromosom X terjadi pada awal
embriogenesis. Kromosom-X yang teraktivasi tersebut dapat berasal dari ayah maupun
ibu. Inaktivasi kromosom-X bersifat tetap atau stabil, yaitu kromosom-X inaktif
diwariskan dari parental tetap dalam bentuk inaktif. Badan barr dapat diamati pada sel
epitel yang banyak ditemukan dari lapisan mukosa mulut, vagina, atau uretra.
Pada percobaan ini diperoleh Badan Barr dengan memeriksa sel– sel epitel tunika
mukosa mulut (selaput lendir mulut) dan sel – sel darah putih (leukosit). Inti sel selaput
lendir mulut dari perempuan mengandung sebuah Badan Barr, letaknya perifer (di tepi)
dekat dengan dinding inti, bentuknya bulat. Sedangan Badan Barr tidak ditemukan pada
laki-laki. Pada laki – laki normal tidak tidak ditemukan Badan Barr sehingga hal ini dapat
digunakan untuk membedakan jenis kelamin. Dengan demikian badan kromatin
dinamakan kromatin kelamin atau seks kromatin. Berdasarkan uraian diatas, maka
perempuan dikatakan bersifat seks kromatin positif, sedangkan laki–laki seks kromatin
negatif.
Menurut seorang ilmuan Bernama Lyon, terdapat sebuah hipotesis mengenai sex
chromatin yaitu jumlah sex chromatin = jumlah total kromosom X dikurangi satu.
Sehingga apabila sex chromatin-nya berjumlah 1 maka individu tersebut adalah wanita
normal, namun apabila jumlah sex chromatin-nya tidak ada maka individu tersebut pria
karena pria hanya memiliki satu kromosom-X. Melalui pewarnaan menggunakan
pewarna giemsa dapat membantu dalam memperlihatkan keberadaan kromatin Y yang
mana akan berfluoresensi lebih terang dan dengan kehadirannya dapat secara konklusif
mengindikasikan kromosom Y dan jenis kelamin positif sebagai pria. Cairan pewarna
Giemsa sendiri dibuat dengan cara diencerkan dalam pelarut buffer pro giemsa (bpg).
2. Pemeriksaan Drumstick
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
penentuan dan identifikasi jenis kelamin pada manusia, dapat dilakukan dengan
pemeriksaan barr body dan drumstick. Pada jenis kelamin wanita ditemukan barr body
berupa struktur gelap pada tepi nucleus sel somatik dan drumstick berupa tonjolan
berbentuk gendering pada membrane nucleus neutrofil. Munculnya barr body dan
drumstick disebabkan oleh adanya inaktivasi kromosom X.
B. Saran
Untuk praktikum kedepannya diharapkan praktikan dapat lebih teliti lagi dan
memperhatikan lebih detail mengenai pembelajaran selama praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Elrod SL, Stansfield WD. 2007. Schaum’s outlines genetika 4 ed. Indonesia: Penerbit
Erlangga hal. 162-165.
Suazo G, Flores A, Roa HI. 2011. Sex determination of observation of barr body in teeth
subjected to high temperatures. Int J Morphol 29(1): 199-203.
Suazo G, Roa HI, Cantin LM. 2010. Sex Chromatin in dental pulp. Performance of
diagnosis test and gold standard generation. Int J Morphol 28(4): 1093-96.
Tucker R, Collins M. 2009. The science and management of sex verification in sport.
SAJM 21(4): 147-50.