Anda di halaman 1dari 17

BAB III.

SAMBUNGAN KAYU DAN ALAT-ALAT SAMBUNGAN

1. PENDAHULUAN
Pada konstruksi kayu yang perlu diperhatikan adalah tempat-tempat sambungan,
karena sambungan selalu merupakan titik terlemah pada suatu konstruksi.
Pada zaman dulu masalah sambungan merupakan penyebab tidak dapat dibuatnya
konstruksi-konstruksi yg besar. Dengan kemajuan ilmu gaya yang terpakai dan
dipakainya alat-alat sambung yang modern dan kuat, maka timbulah kemungkinan
untuk membuat konstruksi-konstruksi yang besar dari bahan kayu.
Di Indonesia sampai saat ini kebanyakan masih menggunakan alat sambung yang
sudah termasuk kuno yaitu baut dan mur. Oleh sebab itu di Indonesia jarang sekali
dijumpai konstruksi kayu yang besar-besar.
Di Eropa sudah biasa menggunakan alat-alat sambung modern(modern timber
connector) diantaranya kokot buldog, alligator, geka, cincin belah (split ring) dan
sebagainya, maka dengan alat-alat sambung modern tersebut dapat dibuat
konstruksi-konstruksi yang besar.
Tidak seperti pada konstruksi baja dimana sambungan dapat melekat rapat, pada
sambungan kayu sering timbul sesaran yang besar ssesuai dengan besarnya beban
yang dipikulnya.sambugan tarik merupakan masalah yang penting sekali
Oleh sebab itu jika perhitungan kekuatan sambungan hanya didasarkan pada beban
patah (beban masimum) saja akan tidak tepat, tetapi harus juga memperhitungkan
sesaran pada sambungan itu. Biasanya sambungan-sambungan itu mempunyai
angka keamanan sebesar 2,75-3 berdasarkan beban patah, disamping itu sesarannya
harus ≤ 1,5 mm, karena sesaran yang besar akan menimbulkan tegangan-tegangan
sekunder yang besar.
Sambungan kayu dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu sambungan tekan,
sambungan tarik dan sambungan momen.
Sabungan tekan tidak menimbulkan kesukaran yang besar, sedangkan sambungan
tarik merupakan masalah yang penting sekali, karena sering menimbulkan kesukaran
seperti yang akan kita bahas pada bab-bab berikutnya.

Sambungan momen merupakan sambungan yang mahal dan lebih sulit


perhitungannya. Mengenai alat sambung, dapat digolongkan ke dalam 4 golongan,
yaitu :
a. Paku, baut, sekrup kayu dan sebagainya
b. Pasak-pasak kayu keras dan sebagainya
c. Alat-alat sambung modern (modern timber connector) seperti kokot billdog,
Geka, Alligator, cincin belah (split ring) dan sebagainya
d. Perekat
Dilihat cara pembebanannya, alat-alat sambung itu dapat dibagi menjadi 4 macam,
yaitu :

a. Dibebani geseran, misal perekat, baut, paku dan pasak kayu keras.
b. Dibebani bengkokan atau lenturan, misalnya baut, paku dan pasak kayu keras.
c. Dibebani jungkitan misalnya baji (pasak kayu keras)
d. Dibebani desakan, misalnya kokot bulldog, cincin belah dan sebagainya.

Untuk membandingkan alat sambung apa yang paling baik untuk sebuah konstruksi,
maka dibuatlah percobaan dengan 4 macam alat sambung, yaitu perekat, paku,
kokot bulldog dan baut. Sambungan dengan perekat ternyata paling kuat dan
kokoh, karena sesarannya relatif kecil sekali, lagipula dengan dipakainya perekat,
kayu yang disambung tidak menderita pengurangan luas tampang tidak seperti
halnya jika dipakai alat sambung lainnya yang memerlukan lubang di dalam kayu
(paku, baut, dsb).

Oleh karena itu bekerjanya sambungan dengan perekat adalah sangat baik.
Sambungan dengan paku dan kokot termasuk baik juga, karena sesarannya juga
tidak terlalu besar.

Sambungan dengan baut membawa kerugian, bahwa sambungna bekerjanya kurang


baik, karena sesarannya terlalu besar dengan bertambah besarnya gaya. Kita
terpaksa membatasi gaya dengan sesaran 1,5 mm, lagipula sambungan ini
mengurangi luas tampang kayu, sehingga memperlemah sambungan.

Oleh karena itu didalam konstruksi kayu di Eropa pada umumnya jarang sekali
dipakai baut tanpa alat sambung lainnya. Walau demikian masih menjadi kenyataan
bahwa di Indonesia baut masih merupakan alat sambung yang paling banyak
digunakan.

2. SAMBUNGAN DENGAN BAUT


Baut sebagai alat sambung yang dibebani masih banyak dipakai, meskipun
sebetulnya tidak begitu baik karena :
a. Sesarannya besar
b. Perlemahan sambungan besar

Beberapa negara telah menetapkan syarat dan cara-cara perhitungan serta


perencanaan berdasarkan penyelidikan sendiri-sendiri.
Sambungan dengan baut :

1. Alat sambung harus dibuat dari baja St 37 atau dari besi yang mempunyai
kekuatan paling sedikit 37 St
2. Lubang baut harus dibuat secukupnya saja dan kelonggaran tidak boleh lebih dari
1,5 mm.
3. Garis tengah baut paling kecil harus 10 mm (3/8”), sedang untuk sambungan baik
tampang satu atau tampang dua, dengan tebal kayu lebih besar daripada 8 cm,
harus dipakai baut dengan garis tengah paling kecil 12,7 mm (1/2”).
4. Baut harus disertai cincin tutup yang tebalnya minimum 0,3 d dan maksimum 5
mm dengan garis tengah 3d, atau jika mempunyai bentuk persegi empat,
lebarnya 3d, dimana d=garis tengah baut. Jika bautnya hanya sebagai pelengkap,
maka tebal cincin tutup dapat diambil minimum 0,2d dan maksimum 4mm.
5. Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan menurut kekuatan kayu, yaitu
golongan-golongan I, II, III.
Agar sambungan dapat memberi hasil kekuatan yang sebaik-baiknya, hendaknya
b
λ b= diambil dari angka-angka yang tertera di bawah ini.
d

b2
b1
b 1<b 2

b1
b3

b 1<b 3

GOLONGAN I :
Sambungan tampang satu: λ b=4,8
Ś=50.d . b1 .(1−0,6 sin α )
Ś=240.d 2 .(1−0,35 sin α )

Sambungan tampang dua : λ b=3,8


Ś=125.d . b3 .(1−0,6 sin α )
Ś=250.d . b1 .(1−0,6 sin α )
Ś=480. d 2 .(1−0,35 sin α )
GOLONGAN II :
Sambungan tampang satu: λ b=5,4
Ś=40. d . b 1 .(1−0,6 sin α )
Ś=215.d 2 .(1−0,35 sin α )

Sambungan tampang dua : λ b=4,3


Ś=100.d . b3 .(1−0,6 sin α )
Ś=200.d . b1 .(1−0,6 sin α )
Ś=430. d 2 .(1−0,35 sin α )

GOLONGAN III :
Sambungan tampang satu: λ b=6,8
Ś=25.d . b1 .(1−0,6 sin α )
Ś=170.d 2 .(1−0,35 sin α )

Sambungan tampang dua : λ b=5,7


Ś=60.d . b3 .(1−0,6 sin α )
Ś=120.d . b1 . (1−0,6 sin α )
Ś=340.d 2 .(1−0,35 sin α )

Dimana :
Ś=¿ kekuatan sambungan (kg)
α =¿ sudut antara arah gaya dan arah serat kayu
b 1=¿ tebal kayu tepi (cm)
b 3=¿ tebal kayu tengah (cm)
d=¿ garis tengah baut atau diameter (cm)

Dari tiap-tiap golongan yang diambil adalah harga yang terkecil, yang termasuk
di dalam golongan I ialah semua kayu dengan kelas kuat I ditambah dengan kayu
rasamala.
Yang termasuk di dalam golongan II ialah semua kayu dengan kelas kuat II.
Yang termasuk di dalam golongan III ialah semua kayu dengan kelas kuat III.

6. Jika sambungan tampang satu, salah satu batangnya adalah dari besi (baja) atau
pada sambungan tampang dua plat-plat sambungnya dari besi (baja), maka
harga-harga S dalam rumus-rumus tersebut dapat dinaikan 25 %.
7. Apabila baut tersebut dipergunakan pada konstruksi dalam keadaan seperti
dalam pasal 6 ayat 1a, maka di dalam perhitungan, kekuatannya harus dikalikan
dengan angka 2/3. Apabila baut tersebut dipergunakan seperti dalam keadaan
pada pasal 6 ayat 1b, kekuatannya harus dikalikan dengan angka 5/6.

8. Jika keadaan beban seperti dalam pasal 6 ayat 2, maka kekuatan sambungan
dapat dinaikan dengan 25 %.

9. Penempatan baut-baut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Arah gaya sejajar dengan arah serat kayu

2d
d
3d

2d

x 6d 6d
Nilai x adalah 7d dan ≤10 cm untuk tarik dan 3,5d untuk tekan
Jarak minimum :
 antara sumbu baut dan ujung kayu (kayu muka) yang di bebani 7d dan
≤ 10 cm.
 antara sumbu baut dan ujung kayu (kayu muka) yang tidak di bebani
3,5d.
 antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah gaya (6d)
 antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah tegak lurus gaya
(3d)
 antara sumbu baut dengan tepi kayu

b. Arah gaya tegak lurus arah serat

5d

5d

2d
7d

3d
2d

5d

5d
3d

Jarak minimum :
 antara sumbu baut dengan tepi kayu yang di bebani (5d)
 antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah gaya (5d)
 antara sumbu baut dengan tepi kayu yang tidak dibebani (2d)
 antara sumbu baut dalam arah tegak lurus gaya ( 3d)

c. Arah gaya membentuk sudut (0 ° <α <90 °)

2d

2d

3d

2d

2d

3d
Jarak minimum :

 Antara sumbu baut dan tepi kayu yang dibebani dalam arah gaya,
ditentukan dengan menginterpolasi lurus diantara nialai 5d dan 6d
tetapi harus dipenuhi juga jarak minimum antara sumbu baut dan
tepi kayu yang dibebani .....(2d)
 Antara sumbu baut dan sumbu baut dalam arah gaya ditentukan
dengan interpolasi lurus diantara nilai-nilai .....(5d dan 6d)
 Antara sumbu baut dan tepi kayu yang tidak dibebani.....(2d)
 Antara sumbu baut dan baris baut dalam arah gaya .....(3d)

Contoh soal :
1. Hitunglah konstruksi sambungan batang tarik dari konstruksi rangka kuda-kuda,
yang mendukung gaya tarik sebesar 3 ton, sedang ukuran batang tarik 8/12 dan
plat sambung 2 x 4/12.
Dengan ketentuan :
 Kayu kelas II
 Alat sambung baut diameter 16 mm
 Konstruksi terlindung
 Beban permanen (tetap)

Penyelesaian :

sambungan tampang dua

arah gaya dan arah serat kayu sejajar, α =0 °

Ś=100.d . b3 .(1−0,6 sin α )


Ś=100.1,6. 8. ( 1−0,6 sin 0 )=1280 kg /baut

Ś=200.d . b1 .(1−0,6 sin α )


Ś=200.1,6 . 4. ( 1−0,6 sin 0 )=1280 kg /baut

Ś=430. d 2 .(1−0,35 sin α )


Ś=430. 1,62 . ( 1−0,35 sin 0 )=1100 kg /baut

Dipilih Ś yang terkecil yaitu : 1100 kg/baut


Menggunakan baut diameter 16 mm sebanyak :
3000 kg
n= =2,73 buah~ 3 buah
1100 kg/baut

2. Hitunglah konstruksi sambungan titik buhul dari suatu konstruksi rangka kuda-
kuda. Ukuran batang dan besarnya gaya batang dapat dilihat pada gambar
berikut :
12

8
1200 30°

1020

4 8 4
Ketentuan :
 Kayu kelas II
 Alat sambung baut diameter 16 mm
 Konstruksi terlindung
 Beban permanen (tetap)

Penyelesaian :

Sambungan bertampang dua :

Ś=100.d . b3 .(1−0,6 sin α )


Ś=100.1,6. 8. ( 1−0,6 sin 0 )=1280 kg /baut

Ś=200.d . b1 .(1−0,6 sin α )


Ś=200.1,6 . 4. ( 1−0,6 sin 30 )=200.1,6 .4 .0,7=896 kg /baut

Ś=430. d 2 .(1−0,35 sin α )


Ś=430. 1,62 . ( 1−0,35 sin 30 ) =430. 1,62 .0,825=907 kg /baut

Diambil nilai Ś yang terkecil, yaitu : Ś=896 kg /baut


Menggunakan baut diameter 16 mm sebanyak :
1200 kg
n= =1,343 buah~ 2 buah baut
896 kg/baut

3. Hitunglah konstruksi sambungan titik buhul dari suatu konstruksi rangka kuda-
kuda. Ukuran dan besarnya gaya batang dapat dilihat pada gambar berikut ini :
12

4
4

1200 30°

1020

8
Ketentuan :
 Kayu kelas II
 Alat sambung baut diameter 16 mm
 Konstruksi terlindung
 Beban permanen (tetap)

Penyelesaian :

Sambungan bertampang dua :

Ś=100.d . b3 .(1−0,6 sin α )


Ś=100.1,6. 8. ( 1−0,6 sin 30 )=100. 1,6.8. 0,7=896 kg /baut

Ś=200.d . b1 .(1−0,6 sin α )


Ś=200.1,6 . 4. ( 1−0,6 sin 0 )=200. 1,6. 4=1280 kg/ baut

Ś=430. d 2 .(1−0,35 sin α )


Ś=430. 1,62 . ( 1−0,35 sin 30 ) =430. 1,62 .0,825=907 kg /baut

Diambil nilai Ś yang terkecil, yaitu : Ś=896 kg /baut


Menggunakan baut diameter 16 mm sebanyak :
1200 kg
n= =1,343 buah~ 2 buah baut
896 kg/baut
4. Hitunglah konstruksi sambungan titik buhul dari suatu konstruksi rangka kuda-
kuda seperti gambar berikut ini, dan rencanakan juga dimensi batang yang tepat
dengan ketentuan sebagai berikut :
 Kayu kelas II
 Alat sambung baut diameter 16 mm
 Konstruksi terlindung
 Beban permanen (tetap)

b1

11 kg
1000

b2

Penyelesaian :

Sambungan bertampang dua, dengan sudut α =90 °

Ś=100.d . b3 .(1−0,6 sin 0)


Ś=100.1,6. 8. ( 1−0 )=100. 1,6. 8.1=1280 kg/baut

Ś=200.d . b1 .(1−0,6 sin 90 ° )


Ś=200.1,6 . 4. ( 1−0,6 )=200. 1,6. 4.0,4=512 kg/baut

Ś=430. d 2 .(1−0,35 sin α )


Ś=430. 1,62 . ( 1−0,35 sin 90 ° )=430.1,6 2 .0,65=715,52kg /baut

Diambil yang terkecil, yaitu : Ś=512kg /baut


1000 kg
n= =1,95 buah~ 2 buah baut
512 kg /baut

b1
a

a
5d
b2
2d

7d

2d 3d 2d

Lebar batang minimum :


b 1=2 d+3 d+2 d
b 1=7 d=7.1,6=11,2 cm

b 2=5 d+ 2 d
b 2=7. d=7.1,6=11,2 cm

Jadi lebar batang b 1=12 cm dan b 2=12 cm


2 2
Asumsi bahwa tebal batang adalah a= b= ×12 cm=8 cm
3 3

3. SAMBUNGAN DENGAN PAKU


Paku termasuk alat sambung yang tertua disamping baut. Biasanya terbuat dari baja
thomas yang mempunyai σ ds max .=6000−8000 kg /cm2 dan
2
σ ¿ max .=8000−1200 kg/cm . Bentuk ukuran paku ada bermacam-macam, yaitu :
1. Paku tampang bulat
2. Paku tampang segitiga
3. Paku tampang persegi
4. Paku alur spiral (spirally grooved nail)
5. Paku alur lurus (longitudinally grooved nail)
6. Paku sisik (barbet nail)

Sambungan dengan paku jika dibandingkan dengan sambungan baut, akan lebih baik
karena :

1. Sesarannya kecil
2. Perlemahan sambungan lebih kecil
3. Kekuatan tidak tergantung sudut antara arah serat kayu dengan arah gaya yang
didukungnya, sehingga perhitungan lebih mudah dan cepat.

Sambungan dengan paku


1. Paku yang dipergunakan dapat mempunyai tampang lintang yang berbentuk
bulat, persegi atau beralur lurus.
2. Kekuatan paku bertampang bulat diberikan dalam daftar IX dan berlaku untuk
tebal kayu seperti tertera dalam daftar tersebut. Kekuatan paku tidak tergantung
dari besar sudut antara arah gaya dan arah serat kayu.
3. Untuk sambungan yang menyimpang dari daftar IX dapat dipakai rumus-rumus
di bawah ini dengan mengingat syarat-syarat ukuran paku seperti tertera pada
gambar 2-10 dan σ tk dalam daftar IX.

Sambungan bertampang satu :


1
Ś= . b . d . σ tk b≤7d
2
Ś=3,5.d 2 . σ tk 7 d ≤b

Dimana :
Ś=¿ kekuatan sambungan (kg)
b=¿ tebal kayu (cm)
d=¿ diameter paku (cm) ⟶ lihat daftar X
σ tk=¿ kuat tekan kayu (cm)

3d 3d 3d 3d

5d

Sambungan bertampang dua :


Ś=b . d . σ tk b≤7d
Ś=7.d 2 . σ tk 7 d ≤b

Dimana :
Ś=¿ kekuatan sambungan (kg)
b=¿ tebal kayu (cm)
d=¿ diameter paku (cm) ⟶ lihat daftar X
σ tk=¿ kuat tekan kayu (kg /cm2)

3d 3d

5d
4. Ujung paku yang keluar dari sambungan sebaiknya dibengkokan tegak lurus arah
serat, asal pembengkokan tersebut tidak merusak kayu.
5. Apabila dalam satu berisan terdapat lebih dari 10 batang paku, maka kekuatan
paku harus dikurangi dengan 10% dan jika lebih dari 20 batang paku harus
dikurangi dengan 20%.
6. Pada sambungan dengan paku, paling sedikit harus digunakan 4 batang paku.
7. Jarak paku minimum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Dalam arah gaya


 12 d (untuk tepi kayu yang dibebani)
 5d (untuk tepi kayu yang tidak dibebani)
 10d ( jarak antara paku dalam satu barisan)

b. Dalam arah tegak lurus gaya


 5d (untuk jarak sampai tepi kayu)
 5d (untuk jarak barisan paku)
8. Apabila banyak kemungkinan bahwa paku akan berkarat maka hendaknya
dipakai paku yang disepuh seng atau cadmium.
9. Jika paku dipergunakan untuk konstruksi yang tidak terlindung, maka
kekuatannya harus dikalikan dengan 5/6
10. Jika suatu konstruksi dengan paku berbentuk lengkung, maka jari-jari
lengkungannya paling kecil harus 400 b, dimana b adalah tebal papan kayu yang
dipergunakan dalam konstruksi tersebut.

Meletakan paku di dalam masing-masing baris dan juga dalam deretan ke arah
tegaklurus baris harus dibuat berselang-seling untuk mengurangi kemungkinan
retaknya kayu.

5d
12d
10d
5d

5d
12d 10d 10d 10d 12d

Di dalam gambar-gambar konstruksi, letak paku yang harus selang seling itu tidak di
gambar, oleh karena itu sebelumnya tukang kayu harus diberi petunjuk dalam
penempatan paku-paku.

Contoh Soal :
1. Sebuah batang dari kayu durian (BJ=0,4) mempunyai ukuran 6/12, mendukung
gaya tarik sebesar 3600 kg.
Hitung konstruksi sambungan, jika :
 Dipakai alat sambung paku
 Konstruksi terlindung
 Beban permanen

Penyelesaian :

Plat sambung diambil 2 x 3/12

Menurut Daftar IX dipilih paku 3” x 10 dengan papan tebal 3 cm; B.J = 0,40 ,
3600 kg
terdapat S=40 kg. Menggunakan paku sebanyak : n= =90 buah
40 kg /buah

(β=γ =1¿

12cm
Dipasang 4 baris paku dengan jarak masing-masing =2,4 cm≥ 5 d
5

¿ 5 ×0,34 cm=1,7 cm

90 buah
Tiap baris menggunakan paku sebanyak =12 paku
2×4

Karena tiap baris memakai 12 paku, ini lebih besar daripada 10 buah, maka S
untuk setiap paku dikurangi dengan 10%. Jadi S=0,9× 40 kg=36 kg, sehingga
3600
sambungan membutuhkan paku sebanyak n= =100 buah .
36

100
Dipasang 4 baris paku dengan jumlah masing-masing = 13 buah
2× 4
2. Sebuah titik simpul dari sebuah konstruksi rangka kuda-kuda dari kayu meranti
mempunyai (BJ=0,5). Ukuran batang dan gaya-gaya yang didukungnya seperti
gambar berikut :

1150 kg

45°
+ + + +

+ + + +

+ + + +

Menghitung konstruksi sambungan, jika dipakai alat sambung paku

Penyelesaian :

Konstruksi rangka kuda-kuda termasuk konstruksi terlindung dan beban


permanen ( β=γ=1 ) . Menurut daftar dipilih paku 3’’×10dengan papan tebal 3
cm, BJ=0,5 terdapat S=50 kg .

4. SAMBUNGAN DENGAN PASAK


a. PASAK PERSEGI PANJANG
b. PASAK SILINDRIK
c. PASAK BULAT (SISTEM KUBLER)

5. SAMBUNGAN DENGAN ALAT SAMBUNG MODERN


a. KOKOT BULLDOG
b. CINCIN BELAH

6. SAMBUNGAN GIGI
a. SAMBUNGAN GIGI TUNGGAL
a. Gigi membagi sudut luar sama besar

1
N=S . cos α
2
N=t s . b . σ 1
ds α
2

1 S . cos2 1/2 α
t =t . cos α =
b. Gigi tegak lurus batang horizontal

N=H =S . cos α

N=t v . b . σ ds α

S . cos α ¿ t v . b . σ ds α

S .cos α
t v=
b . σ ds α

c. Gigi tegak lurus batang diagonal

N=S

N=t s . b . σ ds α

s .cos α
t v=
b . σ ds α

b. SAMBUNGAN GIGI RANGKAP

c. BATANG DIPERLEBAR (DIPERTEBAL)

d. BATANG DIPERTINGGI

e. PERKUATAN PADA BIDANG TAKIKAN

7. SAMBUNGAN MOMEN
a. SAMBUNGAN DENGAN PLAT SAMBUNG DILETAKAN PADA BAGIAN ATAS DAN
BAWAH DARI BALOK

b. SAMBUNGAN DENGAN PLAT SAMBUNG YANG DILETAKAN PADA BAGIAN SISI


(SAMPING) BALOK

Anda mungkin juga menyukai