1. PENDAHULUAN
Pada konstruksi kayu yang perlu diperhatikan adalah tempat-tempat sambungan,
karena sambungan selalu merupakan titik terlemah pada suatu konstruksi.
Pada zaman dulu masalah sambungan merupakan penyebab tidak dapat dibuatnya
konstruksi-konstruksi yg besar. Dengan kemajuan ilmu gaya yang terpakai dan
dipakainya alat-alat sambung yang modern dan kuat, maka timbulah kemungkinan
untuk membuat konstruksi-konstruksi yang besar dari bahan kayu.
Di Indonesia sampai saat ini kebanyakan masih menggunakan alat sambung yang
sudah termasuk kuno yaitu baut dan mur. Oleh sebab itu di Indonesia jarang sekali
dijumpai konstruksi kayu yang besar-besar.
Di Eropa sudah biasa menggunakan alat-alat sambung modern(modern timber
connector) diantaranya kokot buldog, alligator, geka, cincin belah (split ring) dan
sebagainya, maka dengan alat-alat sambung modern tersebut dapat dibuat
konstruksi-konstruksi yang besar.
Tidak seperti pada konstruksi baja dimana sambungan dapat melekat rapat, pada
sambungan kayu sering timbul sesaran yang besar ssesuai dengan besarnya beban
yang dipikulnya.sambugan tarik merupakan masalah yang penting sekali
Oleh sebab itu jika perhitungan kekuatan sambungan hanya didasarkan pada beban
patah (beban masimum) saja akan tidak tepat, tetapi harus juga memperhitungkan
sesaran pada sambungan itu. Biasanya sambungan-sambungan itu mempunyai
angka keamanan sebesar 2,75-3 berdasarkan beban patah, disamping itu sesarannya
harus ≤ 1,5 mm, karena sesaran yang besar akan menimbulkan tegangan-tegangan
sekunder yang besar.
Sambungan kayu dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu sambungan tekan,
sambungan tarik dan sambungan momen.
Sabungan tekan tidak menimbulkan kesukaran yang besar, sedangkan sambungan
tarik merupakan masalah yang penting sekali, karena sering menimbulkan kesukaran
seperti yang akan kita bahas pada bab-bab berikutnya.
a. Dibebani geseran, misal perekat, baut, paku dan pasak kayu keras.
b. Dibebani bengkokan atau lenturan, misalnya baut, paku dan pasak kayu keras.
c. Dibebani jungkitan misalnya baji (pasak kayu keras)
d. Dibebani desakan, misalnya kokot bulldog, cincin belah dan sebagainya.
Untuk membandingkan alat sambung apa yang paling baik untuk sebuah konstruksi,
maka dibuatlah percobaan dengan 4 macam alat sambung, yaitu perekat, paku,
kokot bulldog dan baut. Sambungan dengan perekat ternyata paling kuat dan
kokoh, karena sesarannya relatif kecil sekali, lagipula dengan dipakainya perekat,
kayu yang disambung tidak menderita pengurangan luas tampang tidak seperti
halnya jika dipakai alat sambung lainnya yang memerlukan lubang di dalam kayu
(paku, baut, dsb).
Oleh karena itu bekerjanya sambungan dengan perekat adalah sangat baik.
Sambungan dengan paku dan kokot termasuk baik juga, karena sesarannya juga
tidak terlalu besar.
Oleh karena itu didalam konstruksi kayu di Eropa pada umumnya jarang sekali
dipakai baut tanpa alat sambung lainnya. Walau demikian masih menjadi kenyataan
bahwa di Indonesia baut masih merupakan alat sambung yang paling banyak
digunakan.
1. Alat sambung harus dibuat dari baja St 37 atau dari besi yang mempunyai
kekuatan paling sedikit 37 St
2. Lubang baut harus dibuat secukupnya saja dan kelonggaran tidak boleh lebih dari
1,5 mm.
3. Garis tengah baut paling kecil harus 10 mm (3/8”), sedang untuk sambungan baik
tampang satu atau tampang dua, dengan tebal kayu lebih besar daripada 8 cm,
harus dipakai baut dengan garis tengah paling kecil 12,7 mm (1/2”).
4. Baut harus disertai cincin tutup yang tebalnya minimum 0,3 d dan maksimum 5
mm dengan garis tengah 3d, atau jika mempunyai bentuk persegi empat,
lebarnya 3d, dimana d=garis tengah baut. Jika bautnya hanya sebagai pelengkap,
maka tebal cincin tutup dapat diambil minimum 0,2d dan maksimum 4mm.
5. Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan menurut kekuatan kayu, yaitu
golongan-golongan I, II, III.
Agar sambungan dapat memberi hasil kekuatan yang sebaik-baiknya, hendaknya
b
λ b= diambil dari angka-angka yang tertera di bawah ini.
d
b2
b1
b 1<b 2
b1
b3
b 1<b 3
GOLONGAN I :
Sambungan tampang satu: λ b=4,8
Ś=50.d . b1 .(1−0,6 sin α )
Ś=240.d 2 .(1−0,35 sin α )
GOLONGAN III :
Sambungan tampang satu: λ b=6,8
Ś=25.d . b1 .(1−0,6 sin α )
Ś=170.d 2 .(1−0,35 sin α )
Dimana :
Ś=¿ kekuatan sambungan (kg)
α =¿ sudut antara arah gaya dan arah serat kayu
b 1=¿ tebal kayu tepi (cm)
b 3=¿ tebal kayu tengah (cm)
d=¿ garis tengah baut atau diameter (cm)
Dari tiap-tiap golongan yang diambil adalah harga yang terkecil, yang termasuk
di dalam golongan I ialah semua kayu dengan kelas kuat I ditambah dengan kayu
rasamala.
Yang termasuk di dalam golongan II ialah semua kayu dengan kelas kuat II.
Yang termasuk di dalam golongan III ialah semua kayu dengan kelas kuat III.
6. Jika sambungan tampang satu, salah satu batangnya adalah dari besi (baja) atau
pada sambungan tampang dua plat-plat sambungnya dari besi (baja), maka
harga-harga S dalam rumus-rumus tersebut dapat dinaikan 25 %.
7. Apabila baut tersebut dipergunakan pada konstruksi dalam keadaan seperti
dalam pasal 6 ayat 1a, maka di dalam perhitungan, kekuatannya harus dikalikan
dengan angka 2/3. Apabila baut tersebut dipergunakan seperti dalam keadaan
pada pasal 6 ayat 1b, kekuatannya harus dikalikan dengan angka 5/6.
8. Jika keadaan beban seperti dalam pasal 6 ayat 2, maka kekuatan sambungan
dapat dinaikan dengan 25 %.
2d
d
3d
2d
x 6d 6d
Nilai x adalah 7d dan ≤10 cm untuk tarik dan 3,5d untuk tekan
Jarak minimum :
antara sumbu baut dan ujung kayu (kayu muka) yang di bebani 7d dan
≤ 10 cm.
antara sumbu baut dan ujung kayu (kayu muka) yang tidak di bebani
3,5d.
antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah gaya (6d)
antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah tegak lurus gaya
(3d)
antara sumbu baut dengan tepi kayu
5d
5d
2d
7d
3d
2d
5d
5d
3d
Jarak minimum :
antara sumbu baut dengan tepi kayu yang di bebani (5d)
antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah gaya (5d)
antara sumbu baut dengan tepi kayu yang tidak dibebani (2d)
antara sumbu baut dalam arah tegak lurus gaya ( 3d)
2d
2d
3d
2d
2d
3d
Jarak minimum :
Antara sumbu baut dan tepi kayu yang dibebani dalam arah gaya,
ditentukan dengan menginterpolasi lurus diantara nialai 5d dan 6d
tetapi harus dipenuhi juga jarak minimum antara sumbu baut dan
tepi kayu yang dibebani .....(2d)
Antara sumbu baut dan sumbu baut dalam arah gaya ditentukan
dengan interpolasi lurus diantara nilai-nilai .....(5d dan 6d)
Antara sumbu baut dan tepi kayu yang tidak dibebani.....(2d)
Antara sumbu baut dan baris baut dalam arah gaya .....(3d)
Contoh soal :
1. Hitunglah konstruksi sambungan batang tarik dari konstruksi rangka kuda-kuda,
yang mendukung gaya tarik sebesar 3 ton, sedang ukuran batang tarik 8/12 dan
plat sambung 2 x 4/12.
Dengan ketentuan :
Kayu kelas II
Alat sambung baut diameter 16 mm
Konstruksi terlindung
Beban permanen (tetap)
Penyelesaian :
2. Hitunglah konstruksi sambungan titik buhul dari suatu konstruksi rangka kuda-
kuda. Ukuran batang dan besarnya gaya batang dapat dilihat pada gambar
berikut :
12
8
1200 30°
1020
4 8 4
Ketentuan :
Kayu kelas II
Alat sambung baut diameter 16 mm
Konstruksi terlindung
Beban permanen (tetap)
Penyelesaian :
3. Hitunglah konstruksi sambungan titik buhul dari suatu konstruksi rangka kuda-
kuda. Ukuran dan besarnya gaya batang dapat dilihat pada gambar berikut ini :
12
4
4
1200 30°
1020
8
Ketentuan :
Kayu kelas II
Alat sambung baut diameter 16 mm
Konstruksi terlindung
Beban permanen (tetap)
Penyelesaian :
b1
11 kg
1000
b2
Penyelesaian :
b1
a
a
5d
b2
2d
7d
2d 3d 2d
b 2=5 d+ 2 d
b 2=7. d=7.1,6=11,2 cm
Sambungan dengan paku jika dibandingkan dengan sambungan baut, akan lebih baik
karena :
1. Sesarannya kecil
2. Perlemahan sambungan lebih kecil
3. Kekuatan tidak tergantung sudut antara arah serat kayu dengan arah gaya yang
didukungnya, sehingga perhitungan lebih mudah dan cepat.
Dimana :
Ś=¿ kekuatan sambungan (kg)
b=¿ tebal kayu (cm)
d=¿ diameter paku (cm) ⟶ lihat daftar X
σ tk=¿ kuat tekan kayu (cm)
3d 3d 3d 3d
5d
Dimana :
Ś=¿ kekuatan sambungan (kg)
b=¿ tebal kayu (cm)
d=¿ diameter paku (cm) ⟶ lihat daftar X
σ tk=¿ kuat tekan kayu (kg /cm2)
3d 3d
5d
4. Ujung paku yang keluar dari sambungan sebaiknya dibengkokan tegak lurus arah
serat, asal pembengkokan tersebut tidak merusak kayu.
5. Apabila dalam satu berisan terdapat lebih dari 10 batang paku, maka kekuatan
paku harus dikurangi dengan 10% dan jika lebih dari 20 batang paku harus
dikurangi dengan 20%.
6. Pada sambungan dengan paku, paling sedikit harus digunakan 4 batang paku.
7. Jarak paku minimum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Meletakan paku di dalam masing-masing baris dan juga dalam deretan ke arah
tegaklurus baris harus dibuat berselang-seling untuk mengurangi kemungkinan
retaknya kayu.
5d
12d
10d
5d
5d
12d 10d 10d 10d 12d
Di dalam gambar-gambar konstruksi, letak paku yang harus selang seling itu tidak di
gambar, oleh karena itu sebelumnya tukang kayu harus diberi petunjuk dalam
penempatan paku-paku.
Contoh Soal :
1. Sebuah batang dari kayu durian (BJ=0,4) mempunyai ukuran 6/12, mendukung
gaya tarik sebesar 3600 kg.
Hitung konstruksi sambungan, jika :
Dipakai alat sambung paku
Konstruksi terlindung
Beban permanen
Penyelesaian :
Menurut Daftar IX dipilih paku 3” x 10 dengan papan tebal 3 cm; B.J = 0,40 ,
3600 kg
terdapat S=40 kg. Menggunakan paku sebanyak : n= =90 buah
40 kg /buah
(β=γ =1¿
12cm
Dipasang 4 baris paku dengan jarak masing-masing =2,4 cm≥ 5 d
5
¿ 5 ×0,34 cm=1,7 cm
90 buah
Tiap baris menggunakan paku sebanyak =12 paku
2×4
Karena tiap baris memakai 12 paku, ini lebih besar daripada 10 buah, maka S
untuk setiap paku dikurangi dengan 10%. Jadi S=0,9× 40 kg=36 kg, sehingga
3600
sambungan membutuhkan paku sebanyak n= =100 buah .
36
100
Dipasang 4 baris paku dengan jumlah masing-masing = 13 buah
2× 4
2. Sebuah titik simpul dari sebuah konstruksi rangka kuda-kuda dari kayu meranti
mempunyai (BJ=0,5). Ukuran batang dan gaya-gaya yang didukungnya seperti
gambar berikut :
1150 kg
45°
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Penyelesaian :
6. SAMBUNGAN GIGI
a. SAMBUNGAN GIGI TUNGGAL
a. Gigi membagi sudut luar sama besar
1
N=S . cos α
2
N=t s . b . σ 1
ds α
2
1 S . cos2 1/2 α
t =t . cos α =
b. Gigi tegak lurus batang horizontal
N=H =S . cos α
N=t v . b . σ ds α
S . cos α ¿ t v . b . σ ds α
S .cos α
t v=
b . σ ds α
N=S
N=t s . b . σ ds α
s .cos α
t v=
b . σ ds α
d. BATANG DIPERTINGGI
7. SAMBUNGAN MOMEN
a. SAMBUNGAN DENGAN PLAT SAMBUNG DILETAKAN PADA BAGIAN ATAS DAN
BAWAH DARI BALOK