Anda di halaman 1dari 17

48

BAB IV

ANALISA GANGGUAN SWITCH GEAR 10.5 KV

4.1 Pengujian Sistem Transfer

Untuk dapat mengidentifikasi permasalahan kegagalan dari sistem auto

fast transfer, sebelumnya terlebih dahulu dilakukan tahapan-tahapan pengujian

meliputi :

 Mempelajari Logic Diagram Sistem transfer

 Mempelajari wiring control auto fast transfer dan slow transfer

 Pengumpulan data pada saat unit operasi

 Melakukan simulasi transfer dan melakukan pengukuran kecepatan kontak

Tahapan-tahapan pengujian tersebut, di buat sebagai landasan untuk

mempermudah kajian lebih lanjut dari sistem auto fast transfer. Adapun, untuk

lebih jelasnya mengenai tahapan-tahapan pengujian yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

4.1.1 Logic Diagram Sistem transfer

Sebelum mempelajari lebih jauh mengenai sistem auto fast transfer,

terlebih dahulu dipelajari logic diagram dari sistem transfer switch gear 10,5kV

yang ada di UBP Suralaya Unit 5-7. Untuk logic diagram sistem transfer dapat

digambarkan sebagai berikut :

48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49

Gambar 4.1 logic diagram sistem transfer main side

Dari gambar diatas, dapat dipahami bahwa sistem auto fast transfer akan

bekerja ketika mendapat sinyal dari lock out relay 86A1 dan 86B1. Lock out relay

86A1 merupakan relay yang bekerja ketika ada pemasalahan di unit pembangkit

yang meliputi :

 Boiler Trip

 Turbin Trip

 Excitation Off/ AVR trip

 500 kV Breaker Off

http://digilib.mercubuana.ac.id/
50

Sedangkan, untuk lock out relay 86B1 bekerja ketika ada permasalahan di

unit pembangkit yang meliputi:

 Coolans trip

 Over excitation

 Loss of excitation

 Reverse Power dan Auto stop oil pressure low

 Stator ground

Dari data diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa lock out relay 86A1 dan

86B1 akan bekerja ketika terjadi gangguan di unit pembangkit seperti yang telah

dipaparkan di atas. Dengan adanya gangguan tersebut maka dengan sendirinya

relay 86A1/86B1 akan bekerja dan memberi sinyal ke sistem auto fast transfer

untuk menginisiasi.

Gambar 4.2 logic diagram sistem transfer second side

http://digilib.mercubuana.ac.id/
51

Selain untuk menginisiasi terjadinya sistem auto fast transfer, lock out

relay 86A1/86B1 juga berperan untuk menginisiasi perintah open/trip pada

incoming breaker 10,5kV dari UST seperti yang digambarkan diatas. Dengan

demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika unit pembangkit mengalami

gangguan yang menyebabkan lock out relay 86A1/86B1 bekerja , maka sistem

auto fast transfer akan bekerja. Dan apabila sistem auto fast transfer bekerja

dengan baik, maka switch gear 10,5kV akan tetap teraliri tegangan, dan

diharapkan supply yang masuk ke switch gear 10,5kV akan terjaga, sehingga

peralatan di unit pembangkit diharapkan tetap bekerja optimal dan proses

recovery unit dapat cepat terjadi.

4.1.2 Wiring control auto fast transfer dan Slow Transfer

Untuk pemahaman sistem auto fast transfer, terlebih dahulu harus

diketahui wiring control dari sistem atu fast transfer. Wiring auto fast transfer

dapat digambarkan sebagai berikut:

http://digilib.mercubuana.ac.id/
52

Gambar 4.3 Wiring control autofast transfer

Dari gambar sederhana tersebut terlihat ada sembilan item peralatan yang

dapat menimbulkan proses gagalnya sistem auto fast transfer. Adapun, beberapa

penyebab berhasil atau tidaknya sistem auto fast transfer diantaranya yaitu :

 DCIS auto fast tansfer on/off

 Lock Out relay Generator Reset/Trip

 PMT Position Close/Open

 Relay 25 Position Syncron/Not syncron

 Tegangan SST dalam kondisi baik

 Lock Out Breaker Inc SST Reset

 Breaker Remote Position

 Breaker Inc SST Rack In

http://digilib.mercubuana.ac.id/
53

 Breaker Inc SST Position

Sedangkan, untuk prinsip kerja dari sistem auto fast transfer, akan bekerja

ketika ada indikasi unit trip (bekerjanya relay 86A1/86B1), seperti tergambar pada

diagram logic berikut ini:

Gambar 4.4 Logic Diagram Auto Fast transfer switchgear 10,5kV

Apabila proses auto fast transfer mengalami kegagalan, dan tegangan di

switch gear turun lebih dari 20%, maka relay under voltage 27L akan melepas

semua beban 10,5 kV dan 3,3 kV dalam dua detik. Dan apabila tegangan turun

terus lebih dari 50%, maka relay 27R akan bekerja dan proses slow transfer

dimulai, seperti tergambar pada logic diagram berikut ini:

Gambar 4.5 Logic Diagram Slow transfer switchgear 10,5kV

http://digilib.mercubuana.ac.id/
54

Dan apabila proses slow transfer yang terjadi, maka peralatan di unit

pembangkit sebagian besar tidak beroperasi, sehingga membutuhkan waktu yang

cukup lama untuk menghidupkannya kembali. Hal tersebut akan memperlambat

proses recovery unit pembangkitan , dan menyebabkan unit pembangkit

kehilangan kesempatan beroperasi lebih awal sehingga mengakibatkan kerugian

materi yang cukup besar. Berdasar pada pemahaman tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa auto fast transfer harus berhasil dilakuakan sehingga proses

recovery unit lebih cepat dan kerugian materi bisa diminimalisir.

4.1.3 Pengumpulan data pada saat unit operasi/sebelum terjadi unit trip

Setelah dipahami logic untuk sistem transfer switch gear 10,5 kV,

Untuk tahapan berikutnya yaitu proses pengumpulan data pada saat unit

beroperasi dan pada kondisi unit mengalami gangguan/trip. Adapun, beberapa

data yang dikumpulkan didapat dari pengukuran parameter operasi yang ada di

tampilan layar panel DCIS seperti pada gambar berikut:

http://digilib.mercubuana.ac.id/
55

Gambar 4.6 Parameter Operasi Switchgear 10,5kV

Dari gambar diatas, didapat data-data (pada saat unit operasi) yang

dibutuhkan untuk pengkajian sistem transfer switch gear 10,5 kV. Berdasarkan

parameter tersebut, dapat diasumsikan bahwa tegangan SST dalam kondisi baik

(±10,5kV) dan juga dalam kondisi sinkron (tegangan SST = tegangan UST).

Gambar 4.7 Permissive Sistem transfer switchgear 10,5kV

Gambar 4.8 Indikator Sistem transfer switchgear 10,5kV

http://digilib.mercubuana.ac.id/
56

Dari penunjukkan data yang diperoleh seperti yang ada pada gambar-

gambar diatas , maka dapat diasumsikan sebagai berikut:

 Tidak ada alarm auto fast transfer , ini berarti :

 Tegangan UST dan SST kondisi sinkron

 Tegangan SST kondisi baik

 Lock out breaker SST posisi reset

 Breaker SST posisi remote dan rack in ( readi close )

 Command auto fast transfer ON

 Pemutus tenaga ( PMT ) tidak ada masalah.

 Switch gear berhasil transfer melalui slow transfer, ini berarti :

 Breaker SST kondisi baik

 Fuse untuk breaker SST kondisi baik

Dari pengumpulan data-data, didapat seluruh alat auto fast transfer

dalam kondisi baik dan siap transfer. Sehingga masih perlu mencari solusi /

langkah berikutnya untuk mengetahui masalah yang menyebabkan gagalnya auto

fast transfer.

4.2 Melakukan simulasi transfer dan pengukuran kecepatan kontak

Pengumpulan data berikutnya yaitu dengan melakukan proses simulasi

sistem auto fast transfer dengan kondisi unit mengalami gangguan/trip. Pada saat

terjadi unit trip tentu terjadi perubahan status pada peralatan sistem auto fast

transfer, perubahan status dari close menjadi open atau sebaliknya memerlukan

waktu. Kecepatan kontak ini pula menurut hemat kami akan mempengaruhi gagal

http://digilib.mercubuana.ac.id/
57

/ berhasilnya auto fast transfer. Adapun dari proses simulasi tersebut didapat data

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil pengukuran kecepatan kontak peralatan auto fast transfer

LOCK OUT RELAY LOCK OUT RELAY

NO GENERATOR 86A1 GENERATOR 86A1 / 86B1 WAKTU

/ 86B1 RESET TRIP

DCIS AUTO FAST

1 TRANSFER ON DCIS AUTO FAST TRANSFER OFF 320 Mili Second

2 RELAY 25 / SINCRON RELAY 25 / NOT SINCRON 47 Mili Second

KONTAK AUXILIARI Asumsi 52 Mili

3 PMT CLOSE KONTAK AUXILIARI PMT OPEN Second

4 BREAKER UST CLOSE BREAKER UST OPEN 23 Mili Second

5 BREAKER SST OPEN BREAKER SST CLOSE 55 Mili Second

Beda waktu saat Relay 25 / Not Sincron dan Breaker SST Close 08 Mili Second

Setelah mendapatkan data dari kecepatan kontak breaker pada saat auto fast

transfer berlangsung, dapat diketahui bahwa permasalahan terletak pada lamanya

proses close breaker SST. Selanjutnya, dilakukan indiviual test pada breaker SST

dan UST (sebagai pembanding). Data individual test breaker UST dan SST adalah

sebagai berikut:

http://digilib.mercubuana.ac.id/
58

Tabel 4.2 Hasil pengukuran individual test kecepatan kontak breaker

NO POSISI BREAKER POSISI BREAKER WAKTU

1 BREAKER UST CLOSE BREAKER UST OPEN 23 Mili Second

2 BREAKER SST OPEN BREAKER SST CLOSE 30 Mili Second

Perbedaan waktu saat UST Open dan SST Close 7 Mili Second

4.3 Analisa Sistem

Dari Tabel 4.1 hasil pengukuran kecepatan kontak peralatan auto fast

transfer, didapat waktu yang dibutuhkan breaker SST dari open menjadi close

lebih lama sekitar 8 mili second dari kontak relay sinkron open / not sinkron.

Inilah yang menurut hemat Penulis factor penyebab masalahnya. Idealnya waktu

yang dibutuhkan breaker SST dari posisi open menjadi posisi close harus lebih

cepat / sama dibandingkan dengan waktu kontak relay sinkron open / not sinkron

yaitu 47 mili second. Pada tabel 4.2 hasil individual test kecepatan kontak breaker

menunjukan waktu breaker SST close lebih lambat 7 mili second dari breaker

UST open. Dengan pertimbangan bahwa nilai normal kinerja breaker antara 20 –

52 mili second dan melihat hasil individual test breaker SST yaitu 30 mili

second,berarti waktu breaker SST close masih bisa dibuat lebih cepat lagi.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
59

UNIT TRIP

DCIS AUTO FAST TRANSFER OFF 320 mSec

RELAY 25 / NOT SINCRON 47 mSec

KONTAK AUXILIARI PMT OPEN 52 mSec

BREAKER UST OPEN 23 mSec

BREAKER SST CLOSE 55 Sec

Dari hasil analisa, didapat kesimpulan kecepatan kontak breaker SST

dari posisi open menjadi posisi close dipersingkat waktunya sehingga mendekati

kecepatan kontak breaker UST open yaitu 23 mili second. dengan harapan waktu

breaker SST close lebih cepat atau sama dengan relay sinkron open / not sinkron.

UNIT TRIP

DCIS AUTO FAST TRANSFER OFF 320 mSec

RELAY 25 / NOT SINCRON 47 mSec

KONTAK AUXILIARI PMT OPEN 52 mSec

BREAKER UST OPEN 23 mSec

BREAKER SST CLOSE 23 mSec<“x”<47 mSec

a. Solusi Alternatif

Dari pengumpulan data hasil pengujian, penulis dapat menganalisis bahwa

faktor penyebab dari kegagalan auto fast transfer disebabkan oleh lambatnya

prose open/close dari breaker SST. Sehingga solusi termudah yang dapat

dilakukan yeitu dengan melakukan setting/pengaturan ulang waktu pada proses

http://digilib.mercubuana.ac.id/
60

open/close breaker SST menjadi lebih cepat dari proses Sinkron (Relay 25) yaitu

harus lebih cepat dari 47 ms dan lebih lambat dari proses pembukaan (opening)

breaker UST yaitu 23ms.

Dari variabel diatas, dapat disimpulkan bahwa rentang pengaturan proses

open/close breaker SST yaitu antara 23ms sampai 47ms. Adapun tindakan yang

bisa dilakukan untuk proses pengaturan waktu open/close breaker SST yaitu

dengan malakukan Reseting mecanicel closing breaker ( push road ).

b. Hasil Simulasi

Gambar 4.9 Unit normal operasi

Pada saat unit normal operasi energi listrik dialirkan melalui Trafo UST

(Unit Service Transformer), dimana tegangan normal yang diberikan sebesar

http://digilib.mercubuana.ac.id/
61

(±10,5kV). Apabila sistem tidak terjadi masalah maka tegangan yang dialirkan

tetap terjaga pada tegangan tersebut.

Gambar 4.10 Relay 86A1/86B1 bekerja

prinsip kerja dari sistem auto fast transfer, akan bekerja ketika ada indikasi

unit trip (bekerjanya relay 86A1/86B1). Seperti pada Gambar 4.10 dapat dipahami

bahwa sistem auto fast transfer akan bekerja ketika mendapat sinyal dari lock out

relay 86A1 dan 86B1. Lock out relay 86A1 merupakan relay yang bekerja ketika

ada pemasalahan di unit pembangkit

http://digilib.mercubuana.ac.id/
62

Gambar 4.11 Auto transfer UST ke SST gagal

Apabila proses auto fast transfer mengalami kegagalan, dan tegangan di

switch gear turun lebih dari 20%, maka relay under voltage 27L akan melepas

semua beban 10,5 kV dan 3,3 kV dalam dua detik. Dan apabila tegangan turun

terus lebih dari 50%, maka relay 27R akan bekerja dan proses slow transfer

dimulai karena tegangan menjadi 50% (±5,5kV).

http://digilib.mercubuana.ac.id/
63

Gambar 4.12 Langkah pemulihan unit slow transfer

Proses penormalan unit apabila menggunakan slow transfer maka waktu yang

dibutuhkan relatif lebih lama dibanding auto transfer. Seperti yang terlihat pada

Gambar 4.11 diatas.

Gambar 4.13 86A1/86B1 trip auto transfer berhasil

http://digilib.mercubuana.ac.id/
64

Gambar 4.14 Langkah pemulihan unit Auto transfer

Proses penormalan unit apabila menggunakan Auto transfer maka waktu

yang dibutuhkan relatif lebih cepat dibanding slow transfer dan proses produksi

energi listrik dapat dibangkitkan. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.13 diatas.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai