Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN ABNORMAL UTERINE BLEEDING (AUB)

DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh :

IRHAS CAESAR TS
2111040136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A.Definisi

Abnormal uterus bleeding yaitu perdarahan yang terjadi diluar siklus menstruasi
yang dianggap normal. Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan oleh faktor
hormonal, berbagai komplikasi kehamilan, penyakit sistemik, kelainan endometrium
(polip), masalah-masalah serviks / uterus (leiomioma) / kanker. Namun pola
perdarahan abnormal seringkali sangat membantu dalam menegakkan diagnosa
secara individual (Ralph. C Benson, 2009). Perdarahan Uterus Abnormal digunakan
untuk menunjukan semua keadaan perdarahan melalui vagina yang abnormal. AUB
disini didefenisikan sebagai perdarahan vagina yang terjadi didalam siklus <20
hari / >40 hari, berlangsung >8 hari mengakibatkan kehilang darah > 80 mL &
anemia. Ini merupakan diagnosis penyingkiran dimana penyakit lokal & sistemik
harus disingkirkan. Sekitar 50 % dari pasien ini sekurang-kurangnya berumur 40 th
& 20 % yang lain adalah remaja, karena merupakan saat siklus anovulatori lebih
sering ditemukan (Rudolph,A. 2007). Perdarahan uterus abnormal yang meliputi
gangguan perdarahan berasal dari uterus yang disebabkan oleh gangguan hormonal,
kelainan organik genetalia dan kontak berdarah. (Manuaba, 2010) Perdarahan uterus
abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun lamanya.
Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang
memanjang atau tidak beraturan. Terminologi menoragia saat ini diganti dengan
perdarahan haid banyak atau heavy menstrual bleeding (HMB) sedangkan
perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor koagulopati, gangguan
hemostasis lokal endometrium dan gangguan ovulasi merupakan kelainan yang
sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD) (Baziad, 2011).
B.Etiologi
Menurut wiknjoksastro (2007) penyebab anomali uterus bleeding antara lain:

*Kelainan hormonal

-Anovulasi/ovulasi

-Gangguan korpus luteum

-KB hormonal

*Kelainan anatomi genitalis

-Tumor jinak

-Pemakaian IUD

*Kontak berdarah

-Endometrium

-Partio uteri

-Vagina

-Labia
C. Manifestasi Klinis
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah
perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada
siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa
diramalkan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada anovulasi
merupakan kebalikannya (Rudolph,Abraham, 2006). Selain itu gejala yang yang
dapat timbul diantaranya seperti mood ayunan, kekeringan atau kelembutan
Vagina serta juga dapat menimbulkan rasa lelah yang berlebih (Stork,Susan,
2006).

1..Pada siklus ovulasi


Karakteristik AUB bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga
spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan kurang
lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau
panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu dilakukan kerokan
pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur
sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang bentuk kurve suhu
badan basal dapat menolong (Wiknjoksastro, 2007). Jika sudah dipastikan bahwa
perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, yaitu :

a. Korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan


kadang- kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga
menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur.
b. insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual
spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya
produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing faktor.
Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal
tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat
pada hari siklus yang bersangkutan.
c. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
pembuluh darah dalam uterus.
2.Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu


bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya.
Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan (Wiknjoksastro, 2007).
Berdasarakan jenis perdarahan yaitu :

Batasan Pola Abnormalitas Perdarahan

Oligomenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari dan
disebabkan oleh fase folikuler yang memanjang.
Polimenorea Perdarahan uterus yg trjadi dgn interval <21 hari & disebabkan
defek fase luteal.
Menoragia Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval normal ( 21 – 35
hari) namun jumlah darah haid > 80 ml atau > 7 hari.
Menometroragia Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengan
darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi yang
panjang ( > 7 hari).
Metroragia/ Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir
perdarahan dengan penyebab a.l penyakit servik, AKDR, endometritis, polip,
antara haid mioma submukosa, hiperplasia endometrium, dan keganasan.
Bercak Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi yang
intermenstrual umumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen.
Perdarahan Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause yang
pasca sekurang-kurangnya sudah tidak mendapatkan haid selama 12
menopause bulan.
Perd.uterus Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah yang
abnormal akut sangat banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis (hipotensi ,
takikardia atau renjatan).
Perdarahan Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang
uterus disfungsi tidak berkaitan dengan kehamilan, pengobatan, penyebab
iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata dan atau gangguan
kondisi sistemik.
D. PATHOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya anomali uterus bleeding masih belum diketahui secara


pasti, tetapi ada beberapa studiyang menyimpulkan bahwa terjadinya AUB
tersebut disebabkan adanya kerusakan dari jaringan -jaringan dan pembuluh-
pembuluh darah karena kelainan- kelainan organik (terutamakarena adanya
infeksi dan tumor) pada alat- alat genitalia interna dan tidak berfungsinya
jaringan-jaringan tersebut secara maksimal untuk melakukan proses penghentian
perdarahannya.Secara umum penyebab terjadinya AUB adalah kelainan organik
pada alat-alat genitaliainterna dalam (seperti serviks uteri, korpus uterus, tuba
fallopi, dan ovarium), kelainansistemik atau darah (seperti kelainan faktor
pembekuan darah), dan kelainan fungsional darialat-alat genitalia. Beberapa
kelainan organik pada alat- alat genitalia interna yang dapatmenjadi penyebab
terjadinya AUB adalah bagian berikut ini.a. Pada serviks uteri: polip serviks
uteri, erosi porsio uteri,ulkus (borok) porsio uteri,karsinoma (kanker pada sel
tubuh) uteri. b. Pada korpus uteri: polip endometrium uteri, abortus iminens,
proses berlangsungnyaabortus, abortus inkomplit, kehamilan mola hidatidosa,
khorio-karsinoma, subinvolusi uteri,karsinoma korpus uteri, sarkoma (kanker
pada jaringan lunak tubuh) uteri, dan mioma uteri.c. Pada tuba fallopi: kehamilan
ektopik terganggu (KET), peradangan pada tuba fallopi, dantumor tuba fallopi.d.
Pada ovarium: peradangan pada ovarium dan tumor ovarium (Wiknjoksastro)
E. Komplikasi

- Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi


-Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama
- Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat ketikseimbngan hormonal
merupakan faktor penyebab kanker endometrium
F.Penatalaksanaan Medis
Menurut (Wiknjoksastro, 2007) & (Estephan A. 2005), prinsip secara umum yaitu
Menghentikan perdarahan Langkah-langkah upaya menghentikan
perdarahan adalah sebagai berikut:

A.Kuret (curettage) Hanya untuk wanita yang sudah menikah.


B.obat medikamentos
Golongan estrogen

Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat


(nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani
kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis
lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan
gangguan fungsi liver. Dosis dan cara pemberian :
A.Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.
B. Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler.(melalui bokong)

C. Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan


diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara
intravenus (suntikan lewat selang fus) perlahan-lahan (10-15 menit),
dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari.
Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam
sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui
perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek langsung terhadap
koagulasi, termasuk peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit.
Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada
kasus endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan
pada kasus DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ).
Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan,
perdarahan timbul lagi.
2.Obat Kombinasi

Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan


paling efektif. Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan
perdarahan yang banyak atau perdarahan yang terjadi setelah beberapa
bulan amenore. Cara terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral ; obat
ini dapat dihentikan setelah 3– 6 bulan dan dilakukan observasi untuk
melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang normal. Banyak
pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan
diperlukan.
3.Golongan progesterone
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat
anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh
estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain
-Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari,diminum 7-10 hari.
-Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari.
-Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuskular.

4. OAINS

Menorragia dapat dikurangi dengan Obat Anti Inflamasi Non Steroid.


Fraser dan Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika
diberikan selama 7 hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang
diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada
onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan
berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi
( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar pada
DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling
tinggi.Mengatur menstruasi agar kembali normal à Setelah
perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk
mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan
progesteron: 2×1 tablet diminumselama 10 hari. Minum obat dimulai
pada hari ke 14-1 menstruasi. Transfusi jika kadar hemoglobin kurang
dari 8 gr% Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di
Rumah Sakit atau klinik. Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat
menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb
ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4 kantong
darah.
G.PATHWAYS
H.PENGKAJIAN ASKEP

1.Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin,


pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data
penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit Biasanya klien
merasa nyeri
pada daerah perut & terasa ada massa di daerah
abdomen, menstruasi yg tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan
klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak
berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan keluarga kaji riwayat keluarga dlm
kelainan ginekologi
4. Riwayat kehamilan dan persalinan Dengan kehamilan
dan persalinan/tidak
5. Riwayat menstruasi kadang-kadang terjadi
digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea. menarche,
lama, siklus, jumlah, warna dan bau
6. Pemeriksaan Fisik Dilakukan mulai dari kepala sampai
ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Abdomen Nyeri tekan pada abdomen, Teraba massa
pada abdomen.
b. Ekstremitas Nyeri panggul saat beraktivitas, Tidak
ada kelemahan.
c. Eliminasi, urinasi Adanya konstipasi, Susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi kaji golongan masyarakat dan tingkat
umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum
menopause.

8. Data Psikologis Ovarium merupakan bagian dari


organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai
penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium
tersebut sementara pada klien dengan perdarahan
abnormal pervaginam hal ini akan mempengaruhi
mental klien yang ingin hamil
9. Pola kebiasaan Sehari-hari Biasanya klien
mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri

1. Dx. Keperawatan
1) Pola napas tidak efektif
2) Hipovolemia
3) Perfusi perifer tidak efektif
4) Nyeri akut
5) Gangguan eliminasi urin
6) Defisit nutrisi
7) Intolerasni aktivitas
8) Risiko syok
9) Risiko infeksi
2. Intervensi Keperawatan
No Dx keperawatan SLKI SIKI
1. Setelah dilakukan asuhan O:
Hipovolemia b.d keperawatan selama 2x2 jam -mengidentifikasi keluhan ibu
perdarahan diharapkan tingkat perdarahan pasien -memonitor keadaan uterus
terpenuhi dgn kriteria hasil: dan abdomen
Indikator A T -memonitor kadar kehilangan
Perdarahan vagina 1 3 darah
Hemoglobin 1 3
Tekanan darah 1 3 -memonitor kadar
Ket: hemobglobin
1. Menurun T:
2. Cukup menurun -memposisikan supinasi atau
3. Sedang tredelenberg
4. Cukup meningkat -memasang oksimeter nadi
5. Meningkat -memasang kateter untuk
mengosongkan kandung
kemih

C:
-Kolaborasi dpemberian
uterotonika
-kolaborasi pemberian
koagulan
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan O:
pencedera fisiologis keperawatan selama 2x2 jam -Mengidentifikasi skala nyeri
diharapkan atingkat nyeri pasien T:
dapat memenuhi kriteria hasil: -memberikan teknik
nonfarmakologis teknik napas
dalam
Indikator A T -memfasilitasi istirahat dan
Keluhan nyeri 1 2 tidur
Gelisah 1 2
Uterus teraba 1 2 E: menjelaskan pemicu nyeri
membulat pada pasien
Ket: -mengajarkan teknik napas
1. Menurun dalasm
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan O:
keperawatan selama 2x2 jam -memonitor tanda gejala
diharapkan tingkat infeksi pasien infeksi lokal dan sistemik
dapat memenuhi kriteria hasil:
Indikator A T
Nyeri 2 5 T:
Nafsu makan 2 4
Kebersihan badan 4 2 -mempertahankan teknik
Ket: aseptik pada pasien beresiko
1. Menurun tinggi
2. Cukup menurun E;
3. Sedang -Menjelaskan tanda dan
4. Cukup meningkat gejala infeksi
5. Meningkat -mengajarkan cara mencuci
tangan yang baik dan benar

C:

DAFTAR PUSTAKA
Arvin, B.K. diterjemahkan oleh Samik wahab. (2000). Nelson : Ilmu Kesehatan
maternitas
Vol. 1 Edisi 15. ECG : Jakarta. Halaman 600-601.
Gomella, (2009). Neonatology : Management Procedures Call Problems Sixth
Edition.
Lange Clinical Science : New York.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi


dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai