Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Post Partum

1. Pengertian

Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhri ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu (Vivian&Tri, 2011).

Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami

banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya

sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan

pendampingan melalui asuhan kebidanan, maka tidak menutup

kemungkinan akan terjadi keadaan patologis (Vivian&Tri, 2011).

2. Tahapan Masa Nifas

Beberapa tahapan masa nifas menurut Vivian&Tri (2011) adalah

sebagai berikut:

1) Puerperium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan,

serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

2) Puerperium intermediate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya

sekitar 6-8 minggu.

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3) Puerperium remote

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama apabila selama hamil atau persalinan mempunyai

komplikasi.

3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Perubahan fisiolgis yang terjadi pada masa nifas menurut Vivian&Tri

(2011) antara lain:

1. Perubahan sistem reproduksi

a. Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah

proses kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil

setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta

keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

b. Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai dan mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat

membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi

asam yang ada pada vagina normal. Lokhea mempunyai bau

yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya

berbeda-beda pada setiap wanita. Sekret mikroskopik lokhea

terdiri dari eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel dan bakteri.

Lokhea mengalami perubahan karena proses involusi.

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Pengeluaran lokhea dapat dapat dibagi berdasarkan waktu dan

warnanya diantarnya sebagi berikut:

a) Lokhea rubra/ merah (kruenta)

Lokhea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga

masa postpartum. Sesuai namanya, warnanya biasanaya

merah dan mengandung darah dari perobekan/ luka pada

plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lokhea

ini terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut

lanugo, sisa mekoneum, dan sisa darah.

b) Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir karena pengaruh plasenta darah, pengeluarannya

pada hari ke 3-5 hari postpartum.

c) Lokhea serosa

Lokhea ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum.

Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan.

Lokhea ini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih

banyak serum, juga terdiri tas leukosit dan robekan

laserasi plasenta.

d) Lokhea alba

Lokhea ini muncul lebih dari hari ke-10 pasca

postpartum. Warnnya lebih pucat, putih kekuningan,

10

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir

serviks, dan serabut jaringan yang mati.

c. Perubahan pada serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak

menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh corpus

uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi sehingga seola-olah pada perbatasan antara korpus

dan serviks berbentuk semacam cincin (Sulistyawati, 2009).

d. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan dan peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan. Dalam beberapa hari

pertama sesudah tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan

kendur setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan

tidak hamil, sementara labia menjadi lebih menonjol

(Sulistyawati, 2009).

2. Perubahan tanda-tanda vital

Perubahan tanda-tanda vital yang terjadi pada masa nifas menurut

Vivian&Tri (2011) antara lain:

a. Suhu badan

Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-

380 C ) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan

cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan

menjadi biasa. Biasanya hari ke-3 suhu badan akan naik lagi

11

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak,

berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun

kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitid, traktus

genitalis, atau sistem lain.

b. Nadi

Denyut nadi normal pad orang dewasa 60-80 x/menit. Setelah

melahirkan denyut nadi biasanya akan lebih cepat.

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah

setelah melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi

pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia

postpartum.

d. Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu

dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan

juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus

pada saluran pernapasan.

3. Perubahan sistem kardiovaskuler

a. Volume darah

Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor,

misalnya kehilangan darah selama melahirkan dam mobilisasi,

serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis).

b. Curah jantung

12

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat

sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan,

keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit

karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi uteroplasenta

tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada

semua jenis kelahiran.

c. Perubahan sistem hematologi

Pada hari postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan pertama

sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental dengan

peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah.

4. Perubahan sistem perkemihan

a. Fungsi sistem perkemihan

1. Mencapai hemostatis internal

a) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan unsur-unsur

lain yang terlarut didalamnya.

b) Edema

Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat

gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.

c) Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang

terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak

diganti.

13

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2. Keseimbangan asam basa tubuh

Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila ph>7,4 disebut

alkalosis dan jika ph< 7,35 disebut asidosis.

3. Mengeluarkan sisa metabolisme, racun dan zat toksin

Ginjal mengeksresi hasil akhir metabolisme protein yang

mengandung nitrogen terutama: urea, asam urat dan kreatinin.

b. Sistem urinarius

Penurunan kadar steriod setelah wanita melahirkan sebagian

menjelaskan penyebab penurunan fungsi ginjal selama masa

postpartum fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah

wanita melahirkan.

c. Komponen urine

Blood urea nitrogen (BUN) yang meningkat pasca postpartum,

merupakan akibat autolisis uterus yang berinovasi.

4. Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas

Menurut Saleha (2009) dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu

akan mengalami fase-fase sebagai berikut:

1. Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama

sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian

ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses

persalinan berulang kali diceritakannya.

2. Fase taking hold

14

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Adalah fase/ periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini, biasanya ibu khawatir akan

ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya terhadap merawat

bayi.

3. Fase letting go

Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang

berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat

menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan

dirinya sudah meningkat.

5.Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Menurut (Ambarwati, 2010) kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan

ibu nifas antara lain:

1. Nutrisi dan cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama

kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat

erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan

oleh tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka

berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot,

serta kebiasaan makan yang memuaskan.

15

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2. Ambulasi

Kini perawatan puerperium lebih efektif dengan dianjurkan untuk

melakukan mobilisasi dini. Perawatan mobilisasi dini mempunyai

keuntungan, yaitu sebagai berikut:

a. Melancarkan pengeluaran lokhea, mengurangi infeksi

puerperium

b. Mempercepat involusi uterus

c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin

d. Meningkatkan peredaran darah sehingga mempercepat fungsi

ASI dan pengeluaran sisa metabolisme

3. Eliminasi

Setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali

melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Keadaan ini kemungkinan

disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan

sehingga penderita takut BAK. Miksi disebut normal bila dapat BAK

spontan tiap 3-4 jam. Ibu diusahakan mampu buang air kecil sendiri,

bila tidak, maka dilakukan tindakan sebagai berikut:

1) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien

2) Mengompres air hangat diatas simpisis

3) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK

4. Kebersihan diri dan perinium

1. Personal hygiene

a. Putting susu

16

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Harus diperhatikan kebersihannya dan luka pecah

(rhagade) harus segera diobati karena kerusakan putting

merupakan port de entree dan dapat menimbulkan

mastitis.

b. Partum lokhea

Lokhea yang berbau amis dan lokhea yang berbau busuk

menunjukkan terjadinya infeksi. Jika lokhea berwarna

merah setelah 2 minggu, ada kemungkinan tertinggalnya

sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna

sehingga sering disebabkan retrolexio uteri.

c. Perinium

Bila sudah buang air besar atau kecil, perinium harus

dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan

sabun yang lembut minimal sehari sekali.

5. Istirahat

Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu:

a. Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan.

b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang

tidak berat.

6. Seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka

episiotomi telah sembuh dan lokhea berhenti. Sebaiknya

17

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
hubungan seksual ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari

(Vivian&Tri, 2011).

7. Keluarga berencana

Tujuan dari kontrasepi adalah menghindari/ mencegah

terjadinya kehamilan sebagai pertemuan antara sel telur yang

matang dengan sel sperma. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu

nifas antara lain Metode Amenorhea Laktasi (MAL), pil

progestin, suntikan progestin, kontrasepsi (Vivian&Tri, 2011).

8. Senam nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah

melahirkan setelah kedaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas

bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan, mencegah

timbulnya komplikasi, serta memuihkan dan menguatkan otot-

otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut (Vivian&Tri,

2011).

B. Sectio Caesarea

1. Pengertian

Sectio caesarea (SC) merupakan tindakan untuk melahirkan bayi

yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO,

2010).

Sectio caesarea merupakan tindakan pembedahan, berupa irisan di

perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan bayi

(Abasi, 2015).

18

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2. Tujuan Sectio Caesarea

1. Untuk mempersingkat lamanya pendarahandan mencegah terjadinya

robekan serviks dan segmen bawah rahim.

2. Robekan pada serviks dan segmen bawah rahim mudah terjadi bila

bayi yang dilahirkan per vaginam karena daerah tersebut. Misalnya

pada plasenta previa banyak mengandung pembuluh darah.

3. Indikasi Sectio Caesarea

1. Indikasi mutlak

1) Indikasi ibu

a. Panggul sempit absolut (CPD)

b. Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya

stimulasi

c. Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi

d. Stenosis serviks atau vagina

e. Plasenta previa

f. Distribusi frekuensi sefalopelvik

g. Rupture uteri

2) Indikasi janin

a. Malpresentasi janin

b. Gawat janin

c. Prolapse plasenta

d. Perkembangan bayi yang terhambat

e. Mencegah hipoksia janin

19

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2. Indikasi relatif

a. Riwayat sektio caesarea sebelumnya

b. Prensentasi bokong

c. Distosia

d. Gawat janin/ fetal distress

e. Preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes

f. Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu

g. Gemili ( hamil ganda).

3. Indikasi sosial

a. Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman

sebelumnya.

b. Wanita yng ingin sectio caesarea elektif karena selama

persalinan.

c. Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya.

4. Kontra Indikasi Sectio Caesarea

1. Janin mati

2. Syok

3. Anemia berat

4. Kelainan kongenital berat

5. Infeksi pliogenik pada dinding abdomen

6. Minimnya fasilitas operasi sectio caesarea (Rasjidi, 2009).

5. Klasifikasi Sectio Caesarea

Klasifikasi sectio caesarea menurut Oxorn&Forte (2010) antara lain:

20

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
1. Segmen bawah lintang

Karena cara ini memungkinkan kelahiran perabdominam yang aman

sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun

rongga rahim terinfeksi, maka insisi melintang segmen bawah uterus

telah menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan obstetrik pada hal-hal

berikut:

a. Insisi ini memungkinkan ahli kebidanan untuk mengubah

keputusannya

b. Insisi ini menghasilkan konsep trial of labor, trial of oxytocin

stimulation dan trial forceps

c. Indikasi kelahiran dengan dengan forceps yang membawa cidera

benar-benar telah ditiadakan

d. Indikasi akan sectio caesarea semakin luas

e. Mordibitas dan mortalitas maternal lebih rendah dibandingkan

dengan insisi segmen atas

f. Cicatrix yang terjadi pada uterus lebih kuat

Insisi melintang segmen bawah ini merupakan prosedur pilihan.

Abdomen dibuka dan uterus di singkpakan. Lipatan vesicouterina

dengan peritoneum (Bladder Flap) yang terletak dekat

sambungan segmen atas dan bawah bersama-sama kandung

kemih didorong kebawah serta ditarik agar tidak menutupi

lapangan pandang.

2. Segmen bawah: insisi membujur

21

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti

pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan scalpel dan

dilebarkan dengan gunting untuk menghindari cidera pada bayi.

Insisi membujur memiliki keuntungan yaitu, kalau perlu luka insisi

bisa diperlebar keatas. Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya besar,

pembentukan segmen bawah jelek, ada malposisi janin seperti letak

lintang atau kalau ada anomali jain seperti kehamilan kembar yang

menyatu.

3. Sectio caesarea klasik

Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan sklapel kedalam

dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan

gunting berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena

bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu. Janin serta pasenta

dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada masa

modern ini hampir sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk

mengerjakan sectio caesarea klasik. Satu-satunya indikasi untuk

prosedur segmen atas adalah kesulitan teknik dalam menyingkpakan

segmen bawah.

4. Sectio caesarea extraperitoneal

Pembedahan extraperitoneal dikerjakan untuk menghindari perlunya

histeroktomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan

mencegah peritonitis generalisata yang bersifat fatal. Ada beberapa

metode sectio caesarea extraperitoneal, seperti metode watres, latzko

22

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dan norton. Teknik pada prosedur ini relatif sulit, sering tanpa

sengaja masuk kedalam cavum peritonei, dan insidensi cidera vesika

urinaria meningkat. Perawatan parental yang lebih baik, penurunan

insidensi kasus yang terlantar, dan tersedianya darah dan antibiotik

telah mengurangi perlunya teknik extraperitoneal. Metode ini tidak

boleh dibuang, tetapi tetap disimpan sebagai cadangan bagi kasus=-

kasus tersebut.

5. Histerektomi caesarea

Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan

pengeluaran uterus. Kalau mungkin histerektomo harus dikerjakan

lengkap. Akan tetapi karena pembedahan subtotal menjadi prosedur

pilihan kalau terdapat perdarahan hebat dan pasiennya shok, atau

kalau pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain.

6. Komplikasi Sectio Caesarea

Beberapa komplikasi sektio caesarea antara lain:

1. Perdarahan

a. Sectio caesarea adalah operasi vaskuler dan hilangnya darah

umumnya antara 500 dan 1000 ml.

b. Perdarahan meningkat harus diantisipasi dalam kasus plasenta

previa, kehamilan ganda dimana mungkin ada gangguan retraksi

dari palsenta.

23

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
c. Pasien dapat dengan cepat menjadi syok, untuk mengurangi

perdarahan yang banyak dilakukan penjahitan disumber

perdarahan tersebut.

d. Namun, jika jahitan tersebut gagal, mungkin perlu tindakan

histerektomi.

2. Dehisensi dan eviserasi

a. Dehisensi berarti terbukanya lapisan kulit subkutan dan fasia pada

luka jahitan operasi.

b. Pada eviserasi, peritoneumikut terbuka sehingga omentum dan

organ intra-abdomen dalam terlihat dari luar.

c. Dehisensi mengakibatkan infeksi, memperpanjang masa rawat

inap dan dapat menyebabkan hernia insisional.

d. Dehisensi dan eviserasi umumnya terjadi dalam 2 minggu pasca

operasi dengan onset dalam 24 jam.

e. Diagnosis dibuat berdasarkan gambaran klinis yang meliouti

terlihatnya luka yang membuka, keluarnya cairan serosanguinus

dalam jumlah banyak dari luka jahitan operasi disertai dengan

tanda-tanda radang akut.

3. Gastrointestinal akut (mual dan muntah pasca operasi)

a. Sedikit gangguan pada fungsi gastrointestinal tidak berbahaya.

b. Hal ini terjadi sebagai akibat dari anestesi, obat-obatan

perioperatif, dan operasi itu sendiri.

24

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
c. Umumnya pasien akan merasa mual, yang kadang diserati muntah

selama 12 jam pasca operasi.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Elektroensefalogram (EEG)

Untuk menetapkan jenis dan fokus dari kejang

b. Pemindaian

Untuk mendeteksi kerapatan jaringan

c. Magnety Resonance Imaging (MRI)

Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik

dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan dengan

pemindaian CT.

d. Pemindaian positron Emmision Tomography (PET)

e. Ultrasonografi (USG)

f. Uji Laboratorium

Fungsi lumbal, pemeriksaan darah lengkap, panel elektrolit, skriining

toksik dari urin dan serum, AGD, kadar kalsium darah, kadar natrium

darah, kadar magnesium darah (Laely, 2016).

C. Manajemen Nyeri

1. Definisi

Nyeri adalah persepsi dalam kondisi sadar yang menghasilkan dari

stres lingkungan. Nonsiseptor sering disebut juga sebagai reseptor

nyeri, merupakan ujung saraf bebas yang diaktifasi oleh stimulus yang

dapat menyebabkan jerusakan jaringan. Transmisi neural dari

25

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
nosiseptor berlebih diatur hanya sebagian kecil yang tersaring sebelum

mencapai koretks somatosensory (Joyke, 2012).

Nyeri merupakan sensasi yang dihasilkan oleh stimulasinya

noonsiseptor yang menyebabkan beberapa karakteristik, yaitu seperti

nyeri tajam, nyeri tumpul, dan rasa terbakar. Nyeri yang dirasakan ibu

post sectio caesarea merupakan nyeri dengan rasa yang tajam, yang

menyebar diseluruh area perlakuan bedah. Nyeri dapat menimbulkan

trauma pada individu. Semakin tubuh kita menyadari rangsang nyeri,

semakin banyak bagian tubuh yang mengalami rasa tidak nyaman pula

(Levine&Phillips, 2012).

2. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan

pada tempat, sifat, berat ringannya, dan waktu lamanya serangan.

a. Nyeri berdasarkan tempatnya:

1. Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan

tubuh. Misalnya pada mukosa, kulit.

2. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubh yang

lebih dalam atau organ-organ visceral.

3. Refered pain, yaitu nyeri yang disebabkan karena penyakit

organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian

tubuh didaerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.

26

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan

pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus dan

lain-lain.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya:

1. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang.

2. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta

dirasakan dalam waktu yang lama.

3. Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas

tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap kurang

lebih 10-15 menit, lalu menghilang kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya:

1. Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah

2. Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi

3. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intenitas yang tinggi

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya penyerangan:

1. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang

singkat dan berakhir kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah

nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai

akibat dari luka.

2. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan.

Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-

bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang

27

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari

nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri.

3. Penilaian Nyeri

Adapun beberapa cara untuk mengerathu tingkat nyeri menggunakan

skala assessment nyeri tunggal atau multidimensi. Skala assessment

nyeri:

A. Un-dimensional

 Hanya mengukur intensitas nyeri

 Cocok untuk nyeri akut

 Skala assessment nyeri un-dimensional meliputi:

1. Visual Analog Scale (VAS)

Skala analog visual adalah cara yang paling banyak digunakan

untuk menili nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara

visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin di alami seorang

pasien. Rentang nyeri diawali sebagai garis panjang 10 cm,

dengan atau tanpa tanda pada setiap sentimeter. Digunakan

pada pasien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat VAS adalah

penggunaannya yang sangat mudah dan sederhana.

Tabel 1.1 Skala Nyeri VAS

Tidak nyeri nyeri sangat hebat

28

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2. Verbal Rating Scale (VRS)

Skala verbal menggunakan kata-kata dan bukan garis atau

angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang dapat

digunakan berupa tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang

redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak

berkurang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/ nyeri

hilang. Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada

periode pasca bedah, karena secara alam verbal atau kata-kata

tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan motorik.

Karena skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak

dapat membedakan berbagai tipe nyeri.

Tabel 1.2 Skala Nyeri VRS

No pain Mild Moderate Savere Wost Possuble Pain

3. Numeric Rating Scale

Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitive,

terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik

daripada VAS terutama untuk menilai nyeri akut. Namun,

kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata untuk

menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk

membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap

29

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
terdapat jarak yang sama antar kata yang menggambarkan

efek analgetik.

Tabel 1.3 Skala Nyeri NRS

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri tak


Nyeri
nyeri ringan berat tertahank
sedang
an

4. Wong Baker Pain Rating Scale

Skala ini menggambarkan ekspresi wajah klien. Digunakan

pada pasien anak >3 tahun yang tidak dapat menggambarkan

intensitas nyerinya dengan angka.

Gambar 1.1 Skala Nyeri Wong Baker Pain Rating Scale

B. Multi-dimensional

 Mengukur intensitas dan efektifitas nyeri

 Diaplikasikan untuk nyeri kronis

 Dapat dipakai untuk outcome assessment klinis

30

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
 Skala multi-dimensional meliputi:

41 Mc-Gill Pain Questionnaire (MPQ)

Terdiri dari empat bagian, yaitu gambar nyeri, indeks nyeri,

pertanyaan-pertanyaan mengenai nyeri terdahulu dan

lokasinya dan indeks intensitas nyeri yang dialami saat ini.

42 The Brief Inventory (BPI)

Adalah kuesioner medis yang digunakan untuk menilai

nyeri. Awalnya digunakan untuk mengassessment nyeri

kanker, namun sudah divalidasi juga untuk mengassessment

nyeri kronik.

43 Memorial Pain Assessment Card

Merupakan instrument yang cukup valid untuk validasi

efektivitas dan pengobatan nyeri kronis secara subjektif.

Terdiri atas 4 komponen penilaian tentang nyeri meliputi

intensitas nyeri, deskripsi nyeri, pengutangan nyeri dan

mood.

44 Catatan Harian Nyeri (Pain Diary)

Adalah catatan tertulis atau lisan mengenai pengalaman

pasien dan perilakunya. Jenis laporan ini sangat membantu

untuk memantau variasi status penyakit sehari-hari dan

respon pasien terhadap terapi.

31

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
5. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain:

1. Usia

Usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada

anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan

antara kedua kelompok ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan

orang dewasa bereaksi terhadap nyeri.

2. Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi individu mengatasi

nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang

diterima oleh kebudayaan mereka.

3. Ansietas

Ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat

meningkatkan persepsi terhadap nyeri.

4. Pengalaman masa lalu dengan nyeri

Cara seorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyaknya

kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Individu mungkin akan

lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyeri segera

diredakan sebelum nyeri itu terjadi.

5. Keluarga dan support sosial

Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung

pada keluarga untuk mensuport, membantu atau melindungi.

32

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Ketidakhadiran keluarga atau orang terdekat merupakan hal khusus

yang penting untuk ana-anak dalam menghadapi nyeri.

6. Tindakan farmakologi

Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis

dilakukan dalam kolaborasi dengan dokter atau pemberian perawatan

utama lainnya dan pasien.

7. Tindakan non-farmakologi

Metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya untuk

mengatasi nyeri antara lain:

1. Distraksi

Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri. Teknik

yang dapat dilakukan antara lain adalah:

a). Bernapas lambat dan berirama secara teratur

b). Menyanyi berirama dan menghitung ketuknya

c). Mendengarkan musik

d). Mendorong untuk menghayal ( guided imagery).

2. Teknik relaksasi

Teknik ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berespon

pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi

penyakitnya. Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan

fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang

dalam posisi berbaring atau duduk dikursi. Hal utama yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien

33

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang

beristirahat, dan lingkungan yang tenang.

Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya adalah

relaksasi genggam jari. Relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak

beresiko. Prinsipnya klien harus mampu berkonsentrasi dan

memusatkan pikirannya untuk kesembuhan dan mengurangi

nyeri dengan ekspirsi udara paru.

3.Cara melakukan teknik relaksasi genggam jari

Prosedur teknik genggam jari menurut (Wong, 2011) sebagai

berikut:

1. Duduk atau baring dengan tenang.

2. Genggam ibu jari tangan dengan telapak tangan sebelahnya

apabila merasa khawatir yang berlebihan, genggam jari

telunjuk dengan telapak tangan sebelahnya apabila merasa

takut berlebihan, genggam jari tengah dengan telapak tangan

sebelahnya apabila merasa marah berlebihan, genggam jari

manis dengan telapak tangan sebelahnya apabila merasa

sedih berlebihan, genggam jari kelingking dengan telapak

tangan sebelahnya apabila merasa stres berlebihan.

3. Tutup mata, fokus, dan tarik nafas perlahan dari hidung,

hembuskan perlahan denagn mulut. Lakukan berkali-kali.

4. Katakan “semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks”,

dan seterusnya sampai benar-benar rileks

34

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
5. Apabila sudah dalam keadaan rileks, lakukan hipnopuntur

yang diinginkan seperti “maafkan”, “lepaskan”, “tunjukan

yang terbauk”, “saya pasti bisa”, “saya yakin bahagia”, “saya

ingin masalah cepat selesai”, “saya bisa dan medapatkan

yang terbaik”, dan lain-lain sesuai dengan permasalahannya.

6. Gunakan perintah selanjutnya untuk menormalkan pikiran

bawah sadar. Misalnya “saya akan terbang dengan kedaan

yang lebih baik”, “mata saya perintahkan untuk normal

kembali dan dapat dengan mudah untuk dibuka”.

7. Lepas genggam jari dan usahakan lebih rileks.

35

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Tabel 1.4 Kerangka Teori

Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi nyeri:


Indikasi sectio caesarea:
1. Usia
1. Indikasi ibu:
2. Budaya
a. Panggul sempit
3. Ansietas
b. Kegagalan
4. Pengalaman nyeri masa lalu
melahirkan normal
5. keluarga
c. Tumor jalan lahir

d. Stenosis serviks

2. Indikasi janin: Sectio nyeri


Caesarea
a. Gawat janin

b. Mencegah hipoksia

c. Presentasi bokong
Terapi farmakologi: Terapi non-
d. Ibu dengan PEB
farmakologi: Terapi
Kolaborasi pemberian
e. Ibu dengan HIV
relaksasi genggam
analgetik
positif
jari

Menurunnya tingkat

nyeri

36

Penerapan Teknik Relaksasi ..., Risa Listiyani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai