Riswan Akbar
Dosen Pembimbing:
Ir. Aguk Zuhdi Muhammad Fathallah, MEng. Ph.D
I Made Ariana, ST, MT, Dr.MarSc.
Abstrak
Pasokan minyak dunia akan habis,hal ini menjadi alasan dalam berbagai upaya lanjutan untuk
menemukan sumber energi pengganti minyak bumi,salah satunya adalah melalui sumber bahan
bakar alternatif. Beberapa jenis tanaman seperti minyak kelapa, minyak jelantah dan minyak
sawit diarahkan pada sifat bahan baku yang dapat diperbaharui dan juga telah diteliti untuk
digunakan langsung sebagai bahan bakar motor diesel berupa biodiesel. Proses untuk membuat
bahan bakar biodiesel adalah melalui proses esterifikasi dan proses transesterifikasi dimana
gliserin dipisahkan dari minyak nabati.Hasil uji secara fisik terhadap karakteristik biodiesel
melalui metode menggunakan methanol sebagai pensuplai gugus metil meliputi kandungan air
0.31% ,densitas 0.881 Kg/l , viskositas 12.5 cPs , nilai setana 68.8 , sedangkan untuk biodiesel
menggunakan metil asetat sebagai pensupali gugus metil yaitu kandungan air sebesar
0.29%,densitas 0.8523 Kg/l , viskositas 7.5 cPs , nilai setana 43.9 .
1
asam lemak yang sumbernya renewable sama dengan solar,yang berarti daya dan
limit, dikenal sebagai bahan bakar yang torsi yang dihasilkan proporsional dengan
ramah lingkungan dan menghasilkan emisi kandungan nilai kalor pembakarannya.
gas buang yang relatif lebih bersih Kandungan asam lemak dalam minyak
dibandingkan bahan bakar konvensional. nabati yang merupakan bahan baku dari
Biodiesel tidak beracun, bebas dari biodiesel menyebabkan bahan bakar
belerang, aplikasinya sederhana dan biodiesel sedikit kurang stabil
berbau harum (Haryahto,2002). dibandingkan dengan solar,kestabilan yang
tidak stabil dapat meningkatkan kandungan
Biodiesel dapat diperoleh melalui reaksi asam lemak bebas,menaikkan
transesterikasi trigliserida atau reaksi viskositas,terbentuknya gums ,dan
esterifikasi asam lemak bebas. terbentuknya sedimen yang dapat
Transesterifikasi adalah proses yang menyumbat saringan bahan bakar.
mereaksikan trigliserida dalam minyak
nabati atau lemak hewani dengan alkohol Biodiesel memiliki sifat melarutkan
rantai pendek seperti methanol atau etanol (solvency). Hal ini menyebabkan suatu
(pada saat ini sebagian besar produksi permasalahan,dimana apabila digunakan
biodiesel menggunakan metanol) pada mesin diesel yang sebelumnya telah
menghasilkan metil ester asam lemak (Fatty lama menggunakan solar dan didalam
Acids Methyl Esters / FAME) atau biodiesel tankinya telah terbentuk kerak dan
dan gliserol (gliserin) sebagai produk sedimen ,maka biodiesel akan melarutkan
samping. Katalis yang digunakan pada kerak dan sedimen tersebut,sehingga dapat
proses transeterifikasi adalah basa/alkali, menyumbat saringan dan saluran bahan
biasanya digunakan natrium hidroksida bakar. Oleh karena itu apabila kandungan
(NaOH) atau kalium hidroksida (KOH). sedimen dan kerak didalam tangki bahan
Esterifikasi adalah proses yang bakar cukup tinggi sebaiknya diganti
mereaksikan asam lemak bebas (FFA) sebelum digunakan biodiesel. Beberapa
dengan alkohol rantai pendek (metanol atau material seperti kuningan ,tembaga,
etanol) menghasilkan metil ester asam timah,dan seng dapat mengoksidasi
lemak (FAME) dan air. Katalis yang biodiesel dan menghasilkan sedimen,untuk
digunakan untuk reaksi esterifikasi adalah mencegah hal ini maka sebaiknya
asam, biasanya asam sulfat (H2SO4) atau biodiesel terbuat dari bahan stainless steel
asam fosfat (H2PO4). atau alumunium .
Biodiesel dapat ditulis sebagai B100 atau 2.1.2 Biodiesel Dari Minyak Jelantah
dapat diartikan bahwa biodiesel tersebut
murni 100% terdiri atas mono-alkyl ester. Biodiesel dibuat melalui suatu proses kimia
Biodiesel campuran ditandai seperti " BXX", yang disebut transesterifikasi dimana
dimana " XX" menyatakan prosentase gliserin dipisahkan dari minyak nabati.
komposisi biodiesel yang terdapat di Proses ini menghasilkan dua produk yaitu
campuran tersebut, dengan kata lain B20 metil esters (biodiesel)/mono-alkyl esters
adalah 20% biodiesel, 80% minyak solar dan gliserin yang merupakan produk
(Fangrui,1996). samping. Bahan baku utama untuk
pembuatan biodiesel antara lain minyak
2.1.1 Karakteristik Biodiesel nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak
daur ulang. Semua bahan baku ini
Biodiesel tidak mengandung nitrogen atau mengandung trigliserida, asam lemak
senyawa aromatik dan hanya mengandung bebas (ALB) dan zat-pencemar dimana
kurang dari 155 ppm (part per million) sulfur. tergantung pada pengolahan pendahuluan
Biodiesel mengandung 11% oksigen dalam dari bahan baku tersebut
persen berat yang keberadannya (Hendartono,2005).
mengakibatkan berkurangnya kandungan
energy namun menurunkan kadar emisi gas
buang yang berupa karbon monoksida
(CO) , Hidrokarbon (HC) , partikulat dan
jelaga . Kandungan energy biodiesel 10%
lebih rendah bila dibandingkan dengan
solar.sedangkan efisiensi bahan bakr
biodiesel lebih kurang dapat dikatakan
2
Tabel 1 Tanaman penghasil minyak nabati
serta produktifitasnya
– Esterifikasi
3
pertukaran gugus antara dua buah ester di terbentuk dalam waterbath pada suhu
mana hal ini hanya dapat terjadi apabila 100ºC selama 2 menit. Dalam proses
terdapat katalis. Reaksi interesterifikasi ini pengeringan terlihat adanya uap air yang
dapat dilakukan dengan katalis kimia terbentuk dan menempel pada dinding labu
(misalnya NaOH dan NaOCH), dengan erlenmeyer yang berisikan metil ester.
katalis enzim (lipase dan papain), dan tanpa Untuk mengetahui konsentrasi yang
katalis (Marno,2008). terbentuk maka setiap sampel dianalisa
(Marno,2008).
Reaksi biodiesel ini dilakukan
menggunakan substrat yang berasal dari
minyak nabati yaitu minyak jelantah sebagai
sumber trigliserida. Reaksi ini dilakukan
melalui rute non-alkohol dengan
menggunakan katalis KOH. Reaksi
interesterifikasi dengan menggunakan Gambar 4. Reaksi Interesterifikasi
minyak jelantah tidak bisa dilakukan secara
langsung. Perlu dilakukan pretreatment
terlebih dahulu terhadap minyak jelantah. 2.1.3 Properties Biodiesel
Pretreatment yang dilakukan berupa proses
Tabel 2: Tabel SNI untuk biodiesel
penyaringan minyak jelantah menggunakan
kertas saring dan proses penghilangan No Karakteristik Satuan Nilai
kandungan air dari minyak jelantah .Proses 1 Angka Setana min. 51
3
pengurangan kandungan air dari minyak 2 Massa Jenis kg/m 820 - 860
2
jelantah dimaksudkan untuk mengurangi Viskositas mm /s
3 2.3 - 6.0
reaksi saponifikasi selama proses kinematik (cSt)
interesterfikasi. Titik Nyala (Flash 0
4 C min. 100
Point)
Titik Kabut (Cloud 0
Hasil reaksi yang terbentuk berupa dua fasa 5
Point)
C max. 18
yaitu lapisan atas metil ester berwarna Titik Tuang (Pour 0
kuning bening, sedangkan lapisan bawah 6 C max. 18
Point)
berwarna kuning dengan sedikit lebih pekat. max.
Setelah reaksi selesai, dilakukan 7 Kandungan Air %-volume
0.05
pemisahan secara sederhana,lapisan atas max.
8 Gliserol Bebas %-massa
berupa metil ester dipisahkan dengan cara 0.02
dituang dan triasetilgliserol dibiarkan max.
9 Gliserol Total %-massa
mengendap didasar reaktor. Setelah 0.24
dipisahkan dari triasetilgliserol, metil ester Total Acik Number mg
10 max. 0.8
yang terbentuk langsung dicuci dengan air (TAN) KOH/gr
hangat secara perlahan-lahan Soponification mg
11 -
menggunakan aquades. Tujuan pencucian Number KOH/gr
12 Ester Content %-massa min. 96.5
ini adalah untuk menghilangkan sisa metil
asetat dan sisa katalis KOH yang masih Sumber : BPPT, Standard Biodiesel
terdapat dalam produk. Air merupakan Indonesia(SNI) , Workshop Pemanfaatan Biodiesel
pelarut polar sehingga akan dapat sebagai Bahan Bakar Alternatif Mesin
melarutkan senyawa polar seperti metil Diesel ,Jakarta 26 Mei 2005 ,
asetat dan sisa katalis KOH. (www.coderat.com)
4
berikutnya. Untuk itu perlu penanganan 2.3 Asam Asetat
yang tepat agar limbah minyak jelantah ini
dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka
kerugian dari aspek kesehatan manusia adalah senyawa kimia asam organik yang
dan lingkungan. dikenal sebagai pemberi rasa asam dan
aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki
Salah satu bentuk pemanfaatan minyak rumus empiris C2H4O2. Rumus ini
jelantah agar dapat bermanfaat dari seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH,
berbagai macam aspek ialah dengan CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat
mengubahnya secara proses kimia menjadi murni (disebut asam asetat glasial) adalah
biodiesel. Hal ini dapat dilakukan karena cairan higroskopis tak berwarna, dan
minyak jelantah juga merupakan minyak memiliki titik beku 16.7°C. Asam asetat
nabati, turunan dari CPO (crude palm oil). dapat dikenali dengan baunya yang khas.
Adapun pembuatan biodiesel dari minyak Selain itu, garam-garam dari asam asetat
jelantah ini menggunakan reaksi bereaksi dengan larutan besi(III) klorida,
transesterifikasi seperti pembuatan yang menghasilkan warna merah pekat
biodiesel pada umumnya dengan yang hilang bila larutan diasamkan.
pretreatment untuk menurunkan angka Garam-garam asetat bila dipanaskan
asam pada minyak jelantah. dengan arsenik trioksida (aso3) membentuk
kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2),
Biodiesel dari substrat minyak jelantah yang mudah dikenali dengan baunya yang
merupakan alternatif bahan bakar yang tidak menyenangkan. Asam asetat cair
ramah lingkungan sebagaimana biodiesel adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip
dari minyak nabati lainnya. Hasil uji gas seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki
buang menunjukkan keunggulan FAME konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2,
dibanding solar, terutama penurunan sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa
partikulat/debu sebanyak 65%. Biodiesel polar seperi garam anorganik dan gula
dari minyak jelantah ini juga memenuhi maupun senyawa non-polar seperti minyak
persyaratan SNI untuk Biodiesel dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin.
(Endans,2005). Asam asetat bercambur dengan mudah
dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya
Dari semua pernyataan yang muncul maka seperti air, kloroform dan heksana. Sifat
yang menjadi permasalahan utama ialah kelarutan dan kemudahan bercampur dari
pengumpulan minyak jelantah yang tidak asam asetat ini membuatnya digunakan
mudah, selain karena persebarannya cukup secara luas dalam industri kimia.
luas dan tidak merata, tapi juga tidak
sedikitnya pengumpul minyak jelantah dari Asam asetat biasanya digunakan sebagai
restoran-restoran yang nantinya akan pereaksi kimia untuk menghasilkan
mereka olah kembali, bisa juga tidak, untuk berbagai senyawa kimia. Sebagian besar
kemudian dijual ke pedagang kecil maupun (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan
untuk keperluan lain. Disatu sisi sebagai bahan untuk memproduksi
berdasarkan pengamatan penulis, para monomer vinil asetat (vinyl acetate
pedagang kecil yang menggunakan minyak monomer, VAM). Selain itu asam asetat
goreng untuk dagangannya akan juga digunakan dalam produksi anhidrida
membuang minyak jelantah sisa asetat dan juga ester (Imam,2010).
menggoreng ke selokan yang terdekat yang
bermuara pada sungai, sehingga dapat
menjadi salah satu sumber polusi pada 2.4 Biodiesel menggunakan metil asetat
perairan sungai.
Salah satu pemanfaatan bahan dari minyak
Oleh karena itu, pemanfaatan minyak nabati adalah limbah minyak goreng.
jelantah sebagai bahan bakar motor diesel Minyak goreng bekas merupakan limbah
merupakan suatu cara pembuangan limbah yang sangat berbahaya apabila dikomsumsi,
(minyak jelantah) yang menghasilkan nilai karena akan menimbulkan beberapa
ekonomis serta menciptakan bahan bakar penyakit bagi manusia, diantaranya adalah
alternatif pengganti bahan bakar solar yang kanker dan penyempitan pembuluh darah.
bersifat ethis, ekonomis, dan sekaligus Sedangakan apabila minyak goreng bekas
ekologis (Ekky,2009). ini dibuang ke lingkungan akan dapat
mencemari lingkungan sekitar.Error!
5
Reference source not found. Belakangan ini, riset sintesis biodiesel
Minyak goreng bekas atau yang sering menggunakan enzim lipase semakin
disebut dengan minyak jelantah, tidak akan banyak dilakukan. Enzim lipase yang bisa
lagi menjadi barang buangan. Walaupun menjadi biokatalis dalam sintesis biodiesel
warnanya sudah sangat pekat karena tersebut mampu memperbaiki kelemahan
sering digunakan, namun minyak jelantah katalis alkali, yakni tidak bercampur
tersebut masih bisa dimanfaatkan. Minyak homogen sehingga pemisahannya lebih
jelantah tersebut dapat digunakan sebagai mudah.Akan tetapi penggunaan lipase
substrat untuk energi biodiesel yang dapat sebagai biokatalis menyisakan satu
menghidupkan mesin diesel tanpa atau persoalan. Lingkungan beralkohol seperti
tidak dengan substitusi solar. Hal ini metanol menyebabkan lipase terdeaktivasi
dikarenakan minyak jelantah harus terlebih secara cepat dan stabilitas enzim tersebut
dahulu diperbaiki melalui proses dalam mengatalisis reaksi menjadi buruk.
transesterifikasi. Kemudian muncullah suatu pengembangan
sintesis biodiesel menggunakan rute
Biodiesel yang berasal dari minyak jelantah non-alkohol,yaitu menggunakan metil
sifatnya ramah lingkungan, tidak mencemari asetat yang menggantikan metanol sebagai
air, udara, maupun tanah karena mudah penyuplai gugus metil dengan harapan
terurai secara biologis dan bahan bakunya mampu mencegah deaktivasi dan
dapat diperbaharui. Pemakaian minyak meningkatkan stabilitas biokatalis selama
jelantah sebagai bahan baku pembuatan berlangsungnya proses reaksi
biodiesel dapat meminimalisir pencemaran (Hermasnyah,2008).
lingkungan akibat limbah minyak goreng
yang berasal dari industri – industri rumah 3. Metodologi Penelitian
tangga. Dengan memakai limbah minyak
goreng tersebut juga dapat mereduksi biaya Langkah yang dilakukan adalah :
produksi biodiesel yang tergolong mahal,
dikarenakan terbatasnya ketersediaan
bahan baku dan harganya yang relatif a. Rancangan Percobaan
tinggi.
- Penetapan Variabel
Pada dasarnya teknologi produksi biodiesel (MetodeEsterifikasi)
yang diterapkan dalam skala industri
melalui reaksi transesterifikasi dari Variabel Tetap
trigliserida (yang terdapat pada minyak O
nabati) dengan alkohol (umumnya metanol) Temperatur = 40 C
menggunakan katalis basa (alkali). Lama Esterifikasi (menit) = 60 menit
Teknologi ini banyak dikembangkan
dikarenakan proses ini relatif lebih murah. - Penetapan Variabel
Namun, penggunaan katalis alkali ini (Metode Trasnsesterifikasi)
mempunyai beberapa kelemahan
diantaranya proses pemurnian produk yang Variabel Tetap
bercampur homogen sehingga relatif sulit. O
Selain itu, katalis alkali tersebut akan Temperatur = 60 C
bereaksi dengan trigliserida sehingga terjadi Lama Transesterifikasi (menit) = 60 menit
reaksi samping yaitu reaksi saponifikasi Jumlah Katalis KOH (gram) = 15 gram
(penyabunan). Reaksi saponifikasi ini akan Jumlah Metil Aetat (ml) = 1000 ml
mengakibatkan proses pemisahan produk
semakin sulit.Kelemahan lain dari teknologi Minyak Jelantah yang digunakan dalam
ini adalah perlunya sejumlah asam untuk percobaan sebanyak 500 ml
penetralan katalis basa yang ikut dalam
aliran produk sehingga akan berdampak
terhadap lingkungan. b. Prosedur Percobaan
Untuk mengatasi masalah tersebut, Berikut akan dijelaskan rincian dari diagram
diperlukan katalis yang tidak bercampur alir penelitian dalam proses preparasi
homogen dan mampu mengarahkan reaksi Biodiesel ini :
secara spesifik guna menghasilkan produk
yang diinginkan tanpa reaksi samping.
6
bawah terpisah dengan ester yang
Pembuatan Sodium Metoksid berada pada lapisan atas.
7
tersebut dapat digunakan tanpa Gambar 4.1.2 A : Biodiesel menggunakan
menimbulkan masalah pada mesin metil asetat , B : biodiesel menggunakan
diesel. Untuk itu hasil pengujian methanol
karakteristik yang akan diperoleh b. Biodiesel setelah melalui proses
nantinya sangat diharapkan dapat pemisahan
mendekati karakteristik dari
petrodiesel yaitu berupa solar ataupun
minyak diesel lainnya. Adapun
beberapa karakteristik yang dianggap
penting dan akan dilakukan
pengujian,yaitu viskositas
(kekentalan) , indeks setana
(calculated cetane index) , densitas
relative (specific gravity), dan -
Kandungan air.
A B
Gambar 4.1.3 A : Biodiesel menggunakan
4. Hasil dan Pembahasan metil Asetat , B : biodiesel menggunakan
methanol
Dalam pembahasan kali ini terdapat
beberapa perihal yang akan
dijelaskan,dengan tujuan dapat melihat dan c. Produk samping
membandingkan hasil dari masing-masing
produk berupa metil ester (biodiesel)
dengan menggunakan metode yang
berbeda. Beberapa ketentuan yang akan
dibahas antara lain :
1) Visual
2) Komposisi
3) Karakteristik
4) Pembahasan
4.1 Visual A B
Berikut akan ditampilkan hasil visual produk
selama proses penelitian berlangsung. Gambar 4.1.4 A : TryasetilGliserol ,
B : Gliserol
4.2 Komposisi
8
pusaran hingga 1 jam dan kemudian diambil larut selama proses pencucian. Proses
sampelnya. penghilangan kandungan air dilakukan
dengan merendam produk metil ester yang
Berikut adalah kondisi operasi yang terbentuk pada suhu 100ºC selama 2 menit.
digunakan dalam pembuatan katalis untuk
membuat biodiesel dari minyak jelantah. Pada penelitian kali ini didapatkan hasil
yang setara antara volume minyak yang
digunakan dengan volume biodiesel (metil
Tabel 4.2.1 Pembuatan Katalis Metil Ester
ester) yang dihasilkan. Berikut akan
dari Minyak Jelantah
ditampilkan tabel dan grafik yang
Produk Katalis
Volume Katalis waktu menunjukkan prosentase input dan output
Metil KOH + 60 proses pada penelitian kali ini yang
Ester Metoksid* metanol menit disajikan dalam bentuk diagram pie , untuk
20% dari biodiesel yang dihasilkan dengan methanol
Metil Metil 60 sebagai pensuplai gugus metil akan
volume minyak
Ester Asetat menit ditunjukkan dalam diagram pie I ,
jelantah
*methanol 20% volume minyak jelantah + sedangkan untuk biodiesel menggunakan
metil asetat ditunjukkan pada diagram pie II.
KOH 30gr/l
Setelah tahapan reaksi selesai, pemanas Tabel 4.4.1 Input dan Output Proses
dimatikan, dan kemudian hasil biodiesel Biodiesel Yang Menggunakan Metanol
yang didapat berupa campuran metil ester Bahan input Produk output
dan triasetilgliserol dalam reaktor langsung KOH 1.5 gram BIODIESEL 500 ml
disimpan dalam wadah yang sesuai untuk METANOL 100 ml GLISEROL 100 ml
menunggu tahapan pemisahan dengan MINYAK
cara dimasukkan ke dalam beaker glass JELANTAH 500 ml
berukuran 500ml dan dibiarkan kurang lebih
dalam waktu 8 jam atau satu malam pada
suhu ruang untuk memisahkan metil ester
dan triasetilgliserol.
9
Tabel 4.4.2 Input dan Output Proses akan disajikan tabel hasil pengujian produk
Biodiesel Yang Menggunakan Metil Asetat yang akan dibandingkan berupa reaksi
yang menggunakan methanol sebagai
Bahan input Produk output pensuplai gugus metil dan metil asetat yang
KOH 1.5 gr BIODIESEL 550 ml digunakan sebagai pensuplai gugus metil.
METIL TRYASETIL
ASETAT 100 ml GLISEROL 50 ml Tabel 4.3.1 Perbandingan nilai karakteristik
MINYAK
JELANTAH 500 ml Hasil Analisa
No. Parameter Satuan Type Type
A B
1 H2O % 0,29 0,31
0,852 0,881
2 Densitas Kg/l 3 0
3 Viscositas cPs 7,5 12,50
Cetane
4 Number 43,9 68.8
Keterangan :
Type A = Biodiesel dengan menggunakan
metil asetat sebagai pensuplai gugus metil.
Type B = Biodiesel dengan menggunakan
metanol sebagai pensuplai gugus metil.
10
Dari tabel diatas didapatkan hasil berupa Parameter viskositas (kekentalan), indeks
metil ester (biodiesel) yang dihasilkan setana (calculated cetane index), densitas
dalam masing-masing metode, yang relative (specific gravity), dan Kandungan
menggunakan metil asetat memberikan air masih masuk dan sesuai dengan
hasil yang lebih besar dalam prosentase standard SNI.
daripada yang menggunakan metanol, hal
ini dapat dikatakan proses dalam reaksi Menurut Darmoko (2005), dengan
yang terjadi lebih sempurna dalam artian melakukan transesterifikasi terhadap
terjadi pemisahan dan reaksi yang methanol melalui perbandingan mol pada
0
sempurna dalam pemisahan gliserida dan suhu 50 C dengan menggunakan basa
ester, sehingga mendapatkan hasil ester KOH dan berlangsung selama 90 menit
(biodiesel) yang lebih besar . didalam batch reactor, kesetimbangan baru
dicapai selama 60 menit ,dan akan
Perbedaan jumlah gliserol yang dihasilkan menghasilkan konversi trigliserida menjadi
0
dari masing-masing proses berkaitan metil ester sebesar 73% pada suhu 50 C
dengan jumlah asam lemak yang dan konversi sebesar 82% pada suhu 65% .
terkandung. Semakin banyak lapisan yang Hal ini dikarenakan penggunaan reactor
mengandung asam lemak (fraksi padat), dan masih terdapat kesalahan ,sehingga
maka jumlah gliserol yang dihasilkan juga dapat diperoleh ketelitian yang lebih baik.
semakin banyak. Sebaliknya semakin
sedikit lapisan yang mengandung asam Sedangkan pada penelitian kali ini dalam
lemak (fraksi cair), maka jumlah gliserol kesetimbangan selama 60 menit didapatkan
yang dihasilkan juga semakin sedikit. konversi dari trigliserida menjadi metil ester
Semakin banyak gliserol yang dihasilkan, sebesar 83% jika menggunakan methanol
maka viskositas akan semakin rendah. sebagai pensuplai gugus metil,dan 92% jika
menggunakan metil asetat sebagai
pensuplai gugus metil.
Keuntungan jika gliserol yang dihasilkan
sedikit, maka produksi Methyl Ester akan
Menurut Suirta (2009), didapatkan suatu
meningkat. Sedangkan apabila gliserol
yang dihasilkan banyak, maka biodiesel pencapaian nilai viskositas dan densitas
yang dihasilkan juga akan semakin sedikit. biodiesel .Dari hasil perhitungan, viskositas
0
biodiesel pada suhu 40 C masih memenuhi
Banyak sedikitnya gliserol yang dapat
range standar biodiesel standar DIN V
dihasilkan juga sangat erat kaitannya
51606 yakni 3,5 -5,0 mm2/s. Sedangkan
dengan karakteristik fisik yang dihasilkan..
Dengan kualitas bahan baku yang sama, menurut Zahriyah (2006) didaptkan suatu
apabila gliserol yang dihasilkan sedikit dan nilai kekentalan kinematik sebesar 4,5042
cSt, hasil ini masih masuk dalam suatu
warna ester cenderung gelap, maka
standard biodiesel.
diperoleh viskositas yang tinggi.
4.4 Pembahasan
Sedangkan dalam peneletian kali ini
Pada penelitian ini dihasilkan suatu produk didapatkan nilai dari viskositas yang masih
belum masuk dalam batas standard
berupa ester (biodiesel) serta dilakukan
yaitu ,7.5 untuk biodiesel yang
suatu perbandingan karakteristik biodiesel
menggunakan metil asetat dan 12.5 untuk
tersebut dimana dalam proses
biodiesel yang menggunakan metanol ,hal
penghasilannya menggunakan metode
yang berbeda, yaitu metode menggunakan ini disebabkan oleh adanya sisa-sisa lemak
metanol sebagai pensuplai gugus metil dan dari minyak jelantah akibat dari
penggunaan minyak yang berulang
metode yang menggunakan metil asetat
kali ,sehingga kemungkinan besar sisa
sebagai pensuplai gugus metil. Reaksi
lemak dari sisa menggoreng bahan-bahan
sintesis biodiesel ini dilakukan
pokok makanan mengakibatkan pengaruh
menggunakan substrat yang berasal dari
minyak nabati yaitu minyak jelantah sebagai terhadap hasil biodiesel yang didapatkan
khususnya nilai viskositas yang didapatkan
sumber trigliserida. Reaksi ini dilakukan
yaitu menjadi lebih pekat.
melalui proses gabungan antara esterifikasi
dan transesterifikasi dengan menggunakan
0 Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa
katalis KOH pada suhu 60 C dan
berlangsung selama 60 menit. biodiesel yang didapatkan pada penelitian
kali ini masih belum dikatakan masuk dalam
11
standard biodiesel metode ASTM D445 dan kandungan air baik biodiesel yang
SNI ,hal ini dikarenakan pencapaian nilai menggunakan metanol sebagai
viskositas yang didapatkan lebih besar dari pensuplai gugus metil dan biodiesel
nilai standard biodiesel. Hal ini dapat yang menggunakan metil asetat.
terjadi,dikarenakan penggunaan minyak
jelantah yang telah digunakan berulang Hal ini disebabkan oleh kesalahan dalam
kali,sehingga sisa lemak dari penggunaan proses, pengunaan alat dan bahan yang
menggoreng masih tersisa yang akhirnya masih sangat sederhana,sehingga nilai
mempengaruhi dari kualitas minyak jelantah karakteristik yang didapatkan cenderung
tersebut dan akibatnya adalah pencapaian lebih besar.
suatu nilai dari karakteristik biodiesel
khususunya nilai viskositas menjadi lebih 3. Dari penelitian yang dilakukan ,jika
meningkat. Untuk hasil karakteristik yang dilakukan suatu perbandingan antara
lainnya,seperti densitas,kandungan air,dan biodiesel yang menggunakan metil
nilai setana masih terdapat beberapa nilai asetat dan biodiesel yang menggunakan
yang belum sesuai. Dalam hal ini nilai metanol maka penggunaan metil asetat
kandungan air yang didapatkan pada mampu untuk menurunkan nilai dari
penelitian kali ini msaih relative lebih besar viskositas yang selama ini menjadi suatu
dari nilai standard biodiesel, hal ini permasalahan utama dalam pembuatan
dikarenakan adanya proses yang belum biodiesel menggunakan minyak
sempurna ,khususnya dalam proses jelantah,akan tetapi nilai setana yang
pengeringan yang mana seharusnya didapatkan masih belum masuk dalam
berfungsi untuk menghilangkan sisa air standard.
yang masih terkandung didalam metil ester
selama proses pencucian 5.2 Saran
berlangsung,akan tetapi dikarenakan
adanya kesalahan dan penggunaan alat 1. Perlu dilakukan kepastian mengenai
yang tidak memadai menyebabkan waktu lamanya proses pengeringan
pencapaian nilai dari kandungan air agar dapat dipastikan bahwa proses
biodiesel masih jauh dari standard. pengeringan sesuai dan diharapkan
nantinya akan mampu menghasilkan
Dari hasil pengamatan karakteristik dan nilai propertis biodiesel yang sesuai
setelah dibandingkan dengan standarnya, standard.
maka biodiesel hasil sintesis masih belum
sesuai standard dan belum dapat 2. Adanya ketelitian lanjutan mengenai
digunakan sebagai bahan bakar diesel. proses pembuatan ,pemilihan
bahan ,dan peralatan untuk
menghasilkan biodiesel dari minyak
5. Kesimpulan dan Saran jelantah. Dalam hal ini terkait mengenai
nilai viskositas,diharapkan untuk
5.1 Kesimpulan menggunakan bahan yang berkualitas
baik,karena pengaruh dari kandungan
minyak jelantah serta pengaruh waktu
1. Biodiesel dapat disintesis dari minyak dalam proses pembuatan akan sangat
jelantah melalui proses gabungan yaitu mempengaruhi nilai viskositas dan nilai
reaksi esterifikasi dan transesterifikasi. karakteristik lainnya yang didapat.
Dari 500 mL minyak jelantah yang
digunakan dan pencampuran 100 mL
katalis diperoleh biodiesel sebanyak 500
mL atau 83% untuk biodiesel yang
menggunakan methanol sebagai
pensuplai gugus metil,sedangkan untuk
biodiesel yang menggunakan metil
asetat didapatkan hasil sebanyak 550
mL atau 92% biodiesel.
12
Daftar Pustaka Soerawidjadja, Tatang , 2008, Biodiesel dari
Jelantah, http://www.sentrapolimer.com
Boyd, Mike. Biodiesel in British Columbia diakses tanggal 03 Agustus 2008
Feasibility Study Report,
http://www.scribd.com diakses tanggal 24 Sukara, Endang, Pemanfaatn Biodiversity,
Juli 2008. http://www.biotek.lipi.go.id diakses tanggal
22 Juli 2008
Elisabeth, J, Biodiesel Sawit : Bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan, harian
Zahriyah , Syifauz , “Esterifikasi sam lemak
kompas 2 Oktober, 2001.
bebas dalam minyak jelantah dengan
katalis TiO2/montmorillonit dan
Haryahto, Bode, 2002. Bahan Bakar
pengaruhnya terhadap biodiesel yang
Alternatif Biodiesel, Jurusan Teknik Kimia
dihasilkan”, 2006.
Universitas Sumetera Utara: USU digital
library.
13