Revisi 4 Proposal
Revisi 4 Proposal
2. Pendahuluan
Bank syariah dewasa ini sangat menjadi pusat perhatian para pelaku
ekonomi. Hal tersebut karena keberhasilan bank syariah dalam menjaga kestabilan
Tahun 1992 Tentang Perbankan yang menandai adanya kesepakatan rakyat dan
bangsa Indonesia untuk menerapkan Dual Banking System atau sistem perbankan
ganda di Indonesia. Penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2011
potensi dan kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran,
yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan bank syariah dilihat dari
indikator jumlah bank syariah, dewan pengawas syariah, ukuran aset instansi
Ajaran Islam yang bersumber pada hukum Allah SWT dan sunnaturrosul
kehidupan di dunia dan akhirat tidak dapat diperoleh dengan segala cara, tetapi
dengan cara yang halal. Adanya perbankan syariah didasarkan pada larangan
Allah SWT tentang memakan riba, hal tersebut termaktub dalam QS Al Ruum
(30:39) yang artinya “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah, dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat
yang jelas dan tidak hanya mengutuk mereka yang mengambilnya, tetapi juga
mereka yang memberikannya, mereka yang mencatat transaksi, dan mereka yang
jaminan (collateral) dan kelayakan arus kas untuk pelunasan utang. Penggunaan
akhir dari sumber daya keuangan tersebut tidak lagi menjadi pertimbangan utama.
3
dengan cara yang halal makin menambah eksistensi bank syariah. Data statistik
perbankan syariah per September 2014 yang dikeluarkan oleh OJK (Otoritas Jasa
perbankan syariah cukup signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah:
tinggi. Persaingan tersebut terjadi tidak hanya di antara sesama bank syariah
bahkan dengan bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah. Kondisi
tersebut mengakibatkan bank syariah harus bekerja keras supaya tetap dapat
sejauh mana tingkat pencapaian bank syariah dan dijadikan sebagai alat
Market Risk), EVA (Economic Value Added) dan pendekatan risiko (RBBR) Risk
Based Bank Rating. Namun, bank syariah memiliki karakteristik yang berbeda
dengan bank konvensional, salah satunya adalah falah oriented (Syafi’i Antoni,
kinerjanya bukan saja dengan rasio keuangan (Yuwono dalam Syafi’i, 2013).
Artinya, kinerja bank syariah juga harus diukur dari segi tujuan syariah (maqashid
perbankan apakah sudah sesuai dengan prinsip syariah atau belum. Hal tersebut
syariah dengan tujuan agar ada sebuah pengukuran bagi bank syariah yang sesuai
dengan prinsip syariah. Hal tersebut dijelaskan oleh ulama Islam Imam Abu
perlindungan kepada keimanan, jiwa, akal, keturunan dan harta. Apa saja yang
dan dianjurkan dan apa saja yang menciderai lima perkara ini adalah melawan
5
bahwa bank umum syariah yang diwakili oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI)
dan Bank Syariah Mandiri (BSM) memiliki kinerja yang lebih baik dengan index
syariah yang ada di Jordania yang diwakili oleh Islamic International Arab Bank
(IIAB) dengan index (0,10295) dan Jordan Islamic Bank (JIB) dengan (0,08152).
syariah tidak hanya dapat diukur melalui kinerja keuangan dengan pengukuran
konvensional, tetapi sebagai sebuah entitas bisnis islami juga dapat diukur dari
sisi sejauh mana bank syariah menjalankan nilai-nilai syariah dan sejauh mana
Indonesia adalah negara urutan ke-17 pada tahun 2009 dan urutan ke-13
pada tahun 2010 dengan aset syariah terbanyak. Kenaikan yang cukup signifikan,
melihat perkembangan industri keuangan syariah yang cukup tinggi seperti yang
Tabel 1.2 Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah (dalam milyar dollar)
2009 2010
Peringkat Negara Aset Peringkat Negara Aset
1 Iran 293.165,8 1 Iran 314.897,4
2 Saudi Arabia 127.896,1 2 Saudi Arabia 138.238,5
3 Malaysia 86.288,2 3 Malaysia 102.639.4
4 UAE 84.036,5 4 UAE 85.622,6
5 Kuwait 67.630,2 5 Kuwait 69.088,8
6 Bahrain 46.159,4 6 Bahrain 44.858,3
7 Qatar 27.515,4 7 Qatar 34.676,0
8 UK 19.410,5 8 Turkey 22.561,3
9 Turkey 17.827,5 9 UK 18.949,9
10 Bangladesh 7.453,3 10 Bangladesh 9.365,5
11 Sudan 7.151,1 11 Sudan 9.259,8
12 Egypt 6.299,7 12 Egypt 7.227,7
13 Pakistan 5.126,1 13 Indonesia 7.222,2
14 Jordan 4.621,6 14 Pakistan 6.203,1
15 Syria 3.838,8 15 Syria 5.527,7
16 Iraq 3.815 16 Jordan 5.042,4
17 Indonesia 3.388,2 17 Brunei 3.314,7
18 Brunei 3.201,4 18 Yemen 2.338,7
19 Yemen 1.318,3 19 Thailand 1.360,8
20 Switzerland 1.040,6 20 Algeria 1.051,1
21 Mauritius 943,5 21 Mauritius 992,2
22 Algeria 837,5 22 Switzerland 935,5
23 Tunisia 632,3 23 Tunisia 770,1
24 Singapore 618 24 Singapore 725,0
25 Thailand 495,5 25 Palestina 612,5
Sumber: Alamsyah, 2012
menempati urutan ke-17 dalam skala dunia setelah Iraq dan di atas Brunei atau
urutan ke-2 setelah Malaysia dalam cakupan ASEAN yang diukur dari jumlah
aset yang terkumpul dari industri keuangan syariah, dan mencapai urutan ke-13
dilihat juga dari rasio-rasio keuangan. Salah satu metode yang digunakan dalam
7
mengukur tingkat kesehatan bank syariah adalah dengan metode CAMELS yang
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan
berdasarkan risiko termasuk risiko terkait penerapan prinsip syariah dan kinerja
sudah banyak dilakukan misalnya oleh Yunanto Adi Kusumo dan Widiya
Syariah Mandiri periode 2002-2007 dengan hasil rasio KPMM BSM sudah sangat
bagus dengan rasio rata-rata 14%, rasio KAP sudah cukup bagus dengan rasio
rata-rata 0,95%, rasio NOM sudah sangat bagus dengan rata-rata rasio 12%, dan
rasio STM juga sudah bagus dengan rasio rata-rata 30%, dan rasio MR masih
sangat buruk yaitu dengan rasio rata-rata 1%. Widiya Ratnaputri (2013) meneliti
kinerja bank umum syariah dengan enam sampel yang memenuhi kriteria.
Penelitiannya menggunakan indikator CAR, RORA, NPM, ROA, dan FDR yang
menghasilkan kesimpulan bahwa rasio CAR, RORA dan FDR telah memenuhi
standar yang ditentukan BI, sedangkan rasio NPM dan ROA belum memenuhi
standar.
8
sesuai dengan fakta dan data yang telah ada, maka diperlukan adanya studi dan
perbankan syariah di Indonesia, namun dewasa ini masih sedikit penelitian yang
stakeholder.
Indonesia untuk meningkatkan kinerjanya, baik ditinjau dari sisi tujuan syariah
(maqashid syariah) maupun dari sisi keuangan kovensional supaya dapat turut
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi nasabah atau calon
3. Tinjauan Pustaka
bahwa salah satu bentuk usaha bank menyediakan pembiayaan dan atau
syariah.
kantor cabang atau kantor dibawah kantor cabang baru; atau pengubahan kantor
cabang atau kantor di bawah kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara
prinsip syariah.
Menurut Sigit Triandaru, dkk (153:2006) bank syariah adalah bank yang
dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu
sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah
(BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Pasal 1 ayat 8 menjelaskan
11
pengertian Bank Umum Syariah (BUS) yaitu bank syariah yang dalam
operasional bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah hukum Islam yang
berikut:
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah, dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
yang memakan riba ibarat orang berdirinya orang yang kerasukan syaitan yang
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata:
“sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba”. Padahal Allah telah menghalalkan
Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi
miliknya dan urusannya kepada Allah. Barang siapa yang mengulangi, mereka itu
IPTEK mencari alternatif sistem perbankan yang jauh dari praktek riba, yaitu
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan pasal 1 ayat 3 menetapkan bahwa salah
satu bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan
konvensional terguncang dan gulung tikar namun bank syariah mampu bertahan,
dan kemudian menjadikan pemerintah semakin yakin dengan kinerja bank syariah
antara manajemen bank syariah dengan bank konvensional adalah terletak pada
pembiayaan dan pemberian balas jasa yang diterima oleh bank dan investor. Balas
jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa bunga (interest loan
atau deposit) dalam persentase pasti. Jadi, tidak peduli kondisi dari peminjam
dana (borrower) apakah masih mampu ataukah tidak dalam melunasi utang
sistem bunga dan bagi hasil untuk yang ditunjukkan dalam tabel berikut:
tujuan perbankan tercapai, evaluasi kinerja perbankan, manajer, divisi dan invidu
yang termasuk anggota perbankan, dan juga untuk memprediksi masa depan
mengendalikan organisasi/perusahaan.
dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-
langkah perbaikan.
sebelumnya. Kinerja yang hebat adalah karakter dari efektivitas dan efisiensi
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
dalam dua kategori (Ulum dalam Syafi’i Antonio, 2013) sebagai berikut:
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu
sumber utama indikator yang dapat dijadikan dasar penilaian adalah laporan
keuangan yang bersangkutan (Imam Subaweh, 2008). Salah satu cara untuk
mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan yang seefektif dan seefisien
mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen. Demikian juga
halnya dengan kinerja perbankan dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai suatu
bank dengan mengelola sumber daya yang ada dalam bank seefektif dan seefisien
sangat peka terhadap maju mundurnya perekonomian suatu negara (Astuti Yuli
bahwa kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada
17
penyaluran dana. Pengukuran kinerja adalah hal yang penting bagi perbankan
konvensioal. Disamping itu, rasio keuangan tidak dapat digunakan sebagai alat
18
Allah SWT. Ahmad dalam Hafiez (2012) menjelaskan bahwa lembaga yang
filosofi dasar Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga hal ini dijadikan dasar bagi
pelakunya dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Oleh karena itu,
tepat jika dalam mengukur kinerja bank syariah diperlukan pengukuran yang
dilaksanakan.
kemajuan pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi
CAMEL merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian tingkat kesehatan
hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang
19
lain. Penggunaan alat analisis berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan
memberikan gambaran kepada analis tentang baik atau buruknya keadaan atau
(Yunanto, 2008).
penanaman dana bank dalam rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit, surat
berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan
untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara
maksimal. Selain itu, penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi
aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit
risk) yang akan muncul (Yunanto, 2008). Selain itu juga untuk menilai kualitas
eksposur risiko, dan eksposur risiko nasabah inti, kecukupan kebijakan dan
prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi dan kinerja
bank terhadap ketentuan yang berlaku, komitmen kepada Bank Indonesia maupun
pihak lain, dan kepatuhan terhadap prinsip syariah termasuk edukasi pada
masyarakat dan pelaksanaan fungsi sosial. Dalam arti lain, rasio ini mengukur
pendapatan termasuk kemampuan bank untuk mendapatkan fee based income, dan
sumber pendanaan dan stabilitas pendanaan. Suatu bank dinyatakan likuid apabila
21
bank tersebut dapat memenuhi kewajiban jangka pendek yang dimiliki, dapat
risiko pasar.
aspek sosial dan kesejahteraan, visi ini adalah maqashid syariah yang bertujuan
al-mafasid) (Ibn Ashur dalam Bedoui, 2013). Bank syariah memiliki karakter
oriented. Tujuan utama dari maqashid syariah dipusatkan pada tujuan untuk
mencapai perkembangan baik spiritual atau pun kesejahteraan umat Islam. Kamali
dalam Bedoui (2013) menjelaskan bahwa tujuan dari syariah adalah untuk
memberi manfaat dan melindungi umat manusia, seperti dalam Al Qur’an, Allah
melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam” (QS. Al Anbiyaa [21:107]).
Maqashid syariah terdiri dari dua kata, maqashid dan syari’at. Kata
maqashid merupakan bentuk jamak dari maqshad yang berarti maksud dan tujuan,
22
dicapai dari suatu penetapan hukum (Asafri Jaya dalam Ghofar Shidiq, 2009).
Izzuddin ibn Abd al-Salam, sebagaimana dikutip oleh Khairul Umam dalam
Ghofar Shidiq (2009), mengatakan bahwa segala taklif hukum selalu bertujuan
untuk ke-maslahatan hamba (manusia) dalam kehidupan dunia dan akhirat. Allah
umum identik dengan pengertian istilah maqashid al-syari' (maksud Allah dalam
Sedangkan, pengertian yang bersifat khusus adalah substansi atau tujuan yang
dipelihara oleh syara' dalam seluruh hukumnya atau sebagian besar hukumnya,
atau tujuan akhir dari syari'at dan rahasia-rahasia yang diletakkan oleh syara’
pada setiap hukumnya. Selain itu, seperti dikutip Shidiqi (2004), menurut Al-Fasi
(1963) tujuan dari syari'at adalah baik (maslahat) manusia sebagai khalifah yang
bertanggung jawab kepada Allah, dan yang bertanggung jawab untuk membangun
23
sistem bank syariah sangat berbeda dari bank konvensional. Hal paling mendasar
lainnya terletak pada tiga hal; Islamic worldview, strategi, kebijakan dan tujuan
maqashid syariah mengacu pada teori Abu Zahrah yang meliputi Tahdzib Al-
Fard, Iqamah Al-Adl, dan Maslahat. Melalui konsep Sekaran, ketiga prinsip
Taib, 2008).
dalam ukuran rasio. Educating the individual pada prinsip pertama maqashid
yang ditawarkan adalah sesuai dengan prinsip syariah. Rasio-rasio dalam prinsip
Prinsip maqashid yang kedua adalah justice (keadilan). Bank syariah harus
produk, harga dan provisi akad. Selain itu, semua akad harus bebas dari karakter
ketidakadilan seperti maysir, gharar and riba. Rasio-rasio yang digunakan dalam
prinsip maqashid yang kedua ini adalah rasio PER (Profit Equalization Reserve),
hukum dan ajaran agama Islam, dalam rangka mewujudkan dan merealisasi
berdasarkan analisis para ahli hukum Islam (ushuliyyin), paling tidak ada lima
unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan, yaitu terpeliharanya agama
(hifzh al-din), terpelihara jiwa (hifzh al-nafs), terpelihara keturunan (hifzh al-nasl),
terpelihara harta (hifzh al-mal), dan terpelihara akal (hifzh al-aql) (Abu Ishaq al-
dari rasio zakat yang dikeluarkan dan investasi di sektor riil. Rasio-rasio yang
25
digunakan dalam prinsip maqashid yang ketiga ini adalah profit returns, zakat dan
rasio investasi di sektor riil. Ketiga prinsip maqashid syariah tersebut oleh para
ahli dijadikan alat pengukuran kinerja bank syariah yang disebut dengan
Maqashid Index.
Maqashid Index layak digunakan sebagai rasio pengukuran kinerja bank syariah
Maqashid Syariah
Maqashid Index
oleh R1; yang merupakan rasio hibah pendidikan/total beban. R2; merupakan
beban. R4; merupakan rasio biaya publisitas/total beban yang dikeluarkan oleh
bank. Interpretasi dari keempat rasio ini adalah semakin tinggi nilai rasio maka
semakin tinggi dana yang dialokasikan atau dikeluarkan oleh bank untuk
digambarkan oleh R5; yang merupakan rasio laba yang diperoleh bank/total
27
pendapatan yang didapatkan bank. R6; merupakan rasio piutang tak tertagih/total
semakin baik jika R5 semakin rendah. Artinya, jika profit atau keuntungan yang
pencapaian keadilan pada perbankan nasional dinilai tinggi. Artinya jika utang tak
tertagih pada perbankan nasional kecil dibandingkan seluruh total investasi yang
pencapian keadilan pada perbankan nasional dianggap semakin baik jika nilai R7
semakin tinggi. Artinya jika investasi non bunga yang disalurkan perbankan
nasional semakin tinggi dibandingkan seluruh total investasi yang bank tersebut
syariah.
ketiga digambarkan melalui R8, R9, dan R10. Tujuan pencapaian kesejahteraan
oleh perbankan nasional dinilai semakin baik jika nilai R8, R9, R10 semakin
tinggi. Artinya semakin tinggi laba bersih, zakat yang dikeluarkan semakin besar,
serta investasi perbankan nasional pada sektor riil semakin dominan, maka dinilai
model penilaian kinerja dilakukan oleh Syafi’i Antonio, dkk (2013). Model
Mohammed dan Taib (2009) yang lebih komprehensif dan lebih sesuai dengan
Sampel yang diteliti adalah beberapa bank syariah yang ada di Indonesia,
yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), dan
beberapa bank syariah internasional yaitu Islamic International Arab Bank (IIAB)
dan Jordan Islamic Bank (JIB). Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan
berikut:
Mudharabah musyarakah
5. R2/2
Total investasi
Lababersih
6. R1/3
Total aset
zakat R2/3
7.
Lababersih
29
Kedua rasio lainnya tidak diukur karena dalam laporan keuangan tahunan
bank syariah tersebut tidak dimuat. Data dianalisis dengan metode SAW (The
Antonio tahun 2013. Education grant atau hibah pendidikan adalah kontribusi
perusahaan dalam dunia pendidikan misal beasiswa dan donasi kepada masyarakat
Training expenditure adalah anggaran yang dikeluarkan bank untuk pelatihan dan
(mudharabah) dan kerja sama (musyarakah) karena kedua akad tersebut jauh dari
dirasa lebih memiliki dampak dalam pertumbuhan investasi di sektor riil termasuk
dalam distribusi pendapatan. Menurut Sakti dalam Syafi’i Antonio (2013) hal
tersebut dikarenakan kedua akad tersebut lebih relevan dengan kondisi bisnis yang
ada. Rasio dalam tujuan maqashid yang ke tiga yaitu net profit terhadap total aset
untuk mengetahui tingkat efektifitas bank syariah dalam mendapatkan laba dan
menyertakan rasio zakat terhadap laba bersih yang dikeluarkan bank. Untuk
maqashid syariah index yang tidak menyertakan zakat terhadap laba bersih
menghitung index maqashid syariah tanpa menghitung rasio zakat terhadap laba
bersih dan hasilnya menetapkan Bank Muamalat Indonesia (BMI) berada pada
sudah bagus, sehingga tanpa rasio zakat terhadap laba bersih rasio-rasio yang lain
Abdul Razaq dan Fauziah Md Taib pada tahun 2008. Sampel dari penelitian ini
adalah beberapa bank syariah yang ada di dunia, antara lain Bank Muamalat
Indonesia (BSM), Bahrain Islamic Bank (BIB), Islamic International Arab Bank,
riset/penelitian terhadap total beban, beban pelatihan terhadap total beban, beban
publikasi terhadap total beban, laba bersih terhadap total pedapatan, cadangan
piutang terhadap total investasi, pendapatan halal terhadap total pendapatan, laba
bersih terhadap total aset, zakat terhadap pendapatan bersih, dan investasi
pertama dan dimensi ke tiga, sedangkan dimensi yang ke dua tidak dianalisis
karena data tidak tersedia di bank sampel tersebut. Sehingga rasio-rasio yang
adalah dari laporan keuangan tahunan periode 2000-2005. Metode analisis data
dan 3). Hasil penelitian Mustafa Omar Mohammed, Dzuljastri Abdul Razaq dan
performance yang lebih baik di elemen hibah pendidikan yaitu sebesar sepuluh
IIAB dan BIB mengalokasikan hanya sedikit yaitu sebesar ± satu persen dari
pendapatan bersih. Tidak ada data tersedia terkait rasio hibah pendidikan di BSM
dan BMMB. Begitu juga untuk rasio lain; beban penelitian tertinggi dialokasikan
oleh IIAB yaitu sebesar 1,9%, sedangkan bank umum syariah yang terendah
dalam pengalokasian dana penelitian adalah BSM, kemudian untuk rasio beban
pengalokasian terkecil untuk rasio beban pelatihan adalah oleh BIB yaitu hanya
sebesar 0,13% total beban yang dikeluarkan. Rasio ke empat dari dimensi yang
pertama yaitu publisitas dipimpin oleh BSM yaitu sebesar ±9% dana dialokasikan
khususnya.
kesejahteraan diproyeksikan oleh rasio laba bersih terhadap total aset. Rasio ini
(BIB) telah terbukti relatif profitable dibandingkan dengan bank umum syariah
yang lain yaitu sebesar ±1,5% dan diikuti oleh IIAB dan BSM. Rasio zakat
terhadap pendapatan bersih dipimpin oleh SIB (Sudanese Islamic Bank) yaitu
sebesar 6% dari total pendapatan. Disusul oleh BIB dan BMMB yaitu masing-
masing sebesar 4%, sedangkan IBB dan BSM berkisar di 0,3%, hal tersebut
34
sebanding dengan pendapatan mereka. BSM mulai membayar zakat pada tahun
besar kontribusi bank syariah terhadap investasi di dalam sektor riil. Oleh karena
itu, BSM mengalokasikan lebih dari 90% untuk tujuan investasi. Ketiga bank
syariah (IIAB, BIB, IBB) mengalokasikan 80% untuk tujuan investasi, sedangkan
yang sudah disepakati oleh para ahli ekonomi islam dunia yang menghasilkan
Tabel di atas menjelaskan SIB memiliki kinerja yang bagus jika dilihat
pada indikator pertama P1/1, dan IIAB, BMMB, BSM memimpin indikator P2/1,
P3/1, dan P4/1. Kemudian, untuk indikator kinerja yang ketiga yaitu dimensi
maslahat yaitu dipimpin oleh BIB, diikuti SIB, BSM, IIAB, IBB dan yang
terakhir BMMB. Indikator kinerja yang sudah dihitung kemudian dijumlah untuk
dibawah ini:
35
Jordan memiliki kinerja yang baik, diukur dari sisi maqashid syariah dengan poin
0,0308, artinya bank tersebut menerapkan prinsip syariah dengan baik dan
konsisten, pada urutan kedua yaitu Bank Syariah Mandiri Indonesia dengan poin
0,1081 setelah IIAB dan sebelum Bahrain Islamic Bank (BIB), artinya Bank
Syariah Mandiri sudah cukup baik dalam pelaksanaan prinsip syariah akan tetapi
karena beberapa faktor yang belum memadai sehingga indikator kinjer BSM
menjadi rendah daripada bank syariah sampek lainnya. Pada dimensi atau kategori
maqashid syariah yang pertama BSM masih rendah karena hibah pendidikan,
beban penelitian, beban pelatihan yang masih kecil, walaupun beban publisitas
yang sangat tinggi hal tersebut berkaitan dengan kepentingan Bank Syariah
merujuk pada penelitian yang paling mutakhir yaitu yang dilakukan oleh Syafi’i
Antonio.
CAMELS:
yaitu Maqashid Index dan CAMELS yang bertujuan untuk menganalisis kinerja
terhadap kinerja bank syariah, pada akhirnya dapat membentuk suatu persepsi
referensi, sehingga dapat dihasilkan suatu kerangka pemikiran yang dapat dilihat
Perbankan Nasional
Kinerja Keuangan
Maqashid CAMELS
Syariah
-CAR
-Educating for -NPF
individu -ROA
-Justice -STM
-welfare -Market Risk
38
4. Metode Penelitian
obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
Jenis data yang akan digunakan adalah data sekunder, yaitu jenis data yang
bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi
untuk menjawab masalah yang diteliti (Jonathan Sarwono, 17:2006). Data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan, yang dimulai
pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Laporan keuangan tahunan tersebut didapat
melalui website resmi bank umum syariah yang bersangkutan, dan telah
tersebut khususnya.
yang sedang diteliti (Jonathan Sarwono, 111: 2006). Penelitian ini dengan
Sampel adalah sub dari perangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari
lengkap beserta catatan atas laporan keuangan secara teratur selama periode
tahun 2011, 2012 dan 2013 pada website resminya, sehingga hanya terdapat
delapan bank sampel tersisa. Bank Jabar Banten Syariah, Bank Victoria Syariah,
dan Bank Maybank Syariah Indonesia tidak dapat dijadikan sampel karena tidak
populasi bisa dijadikan bank sampel untuk penelitian ini. Tabel dibawah ini
konsep Sekaran yang dikutip dari Syafi’i Antonio (2013) ditunjukkan dalam tabel
berikut ini:
Sumber
Konsep Dimensi Elemen Rasio Kinerja
Data
R1. Hibah Laporan
D1. Pengembangan E1. Hibah
pendidikan/total Keuangan
ilmu pengetahuan Pendidikan
beban Tahunan
Musyarakah/tot
al investasi
R7. Pendapatan
D6. Penghapusan Laporan
E7. Produk bebas
elemen negatif yang Keuangan
bebas bunga bunga/total
tidak adil Tahunan
pendapatan
D7. Keuntungan
Laporan
E8. Rasio R8. Laba
D8. Pendistribusian Keuangan
keuntungan bersih/total aset
kembali pendapatan Tahunan
Pencapaian dan kekayaan
kesejahteraan E9. Pengalihan Laporan
R9. Zakat/laba
Pendapatan Keuangan
bersih
D9. Investasi dalam personal Tahunan
sektor riil Investasi sektor Laporan
E10. Investasi di
riil/total Keuangan
sektor riil
investasi Tahunan
Model Maqashid Index telah dikembangkan oleh para ahli ekonomi islam
penelitian (Jonathan Sarwono, 225: 2006). Data yang digunakan adalah data
sekunder yang didapat dari laporan keuangan tahunan periode 2011, 2012, dan
2013 yang bersumber dari website resmi masing-masing bank umum syariah.
menganalisis data maqashid index adalah dengan model SAW (The Simple
Hibah pendidikan
1.
total beban
Beban penelitian
2.
total beban
Beban pelatihan
3.
total beban
Beban promosi
4.
total beban
Laba Bersih
6.
Total Aset
Zakat
7.
Laba Bersih
PI (O1) = W1/1 x E1/1 x R1/1 + W1/1 x E2/1 x R2/1 + W1/1 x E3/1 x R3/1 + .... dst
Keterangan:
B.2 Tujuan maqashid syariah yang kedua yaitu prinsip keadilan (justice)
PI (O2) = W2/2 x E2/2 x R2/2 .............. dst
Keterangan:
W2/2 adalah bobot dari tujuan maqashid syariah yang kedua (O2)
Keterangan:
W3/3 adalah bobot dari tujuan maqashid syariah yang ketiga (lihat tabel)
adalah STM=<10%
STM (Short Term
Mismatch),
untuk mengukur
kemampuan
bank dalam memenuhi
kebutuhan likuiditas
jangka
pendek. Semakin tinggi
STM
memberikan indikasi
semakin
rendah kemampuan
likuiditas bank
tersebut.
Sensitivity Penilaian sensitivitas MR= Peringkat 1
of Market atas Ekses Modal MR>12%
risiko pasar yang
Potensial Loss nilai tukar Peringkat 2
dilakukan 10%=<MR<12%
dengan menilai Peringkat 3
besarnya 8%=<MR<10%
kelebihan modal yang Peringkat 4
digunakan untuk 6%<MR<8%
menutup Peringkat 5
risiko bank MR<6%
dibandingakn
dengan besarnya risiko
kerugian yang timbul
dari
pengaruh perubahan
nilai
tukar. Dalam menilai
sensitivitas terhadap
risiko
pasar menggunakan
rasio MR
(market risk) untuk
mengukur
kemampuan modal
bank
dalam mengcover
risiko yang
muncul dari perubahan
nilai
tukar. Semakin tinggi
nilai
MR semakin baik bank
dalam
menghadapi resiko
pasar.
Sumber: Bank Indonesia, 2012
48
menggunakan bantuan Office Ms. Excel 2007 yaitu dengan cara menghitung