Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KOMPETENSI AKUNTAN FORENSIK

Akuntansi Forensik

Oleh :
Gede Nanda Yoga
1817051047
7C

PRODI S1 AKUNTANSI

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TAHUN 2021
Berdasarkan Association of Certified Fraud Examiner dalam (Tuanakotta, 2010) hal.
43, membagi Fraud menjadi tiga kelompok, yakni: korupsi (corruption), penyalahgunaan
aset (assets misappropriation), dan kecurangan dalam pelaporan keuangan (Fraudulent
statement). Bidang keahlian yang dimiliki adalah auditing yang mengkhususkan pada Fraud.
Akuntan Forensik juga mengamati dan memahami gejala Fraud secara makro, pada tingkat
perekonomian negara (Astutie, 2012). Akuntan forensik harus memiliki pengetahuan dasar
akuntansi, hukum dan audit yang lebih luas. Akuntan forensik membutuhkan keahlian khusus
dan kemampuan teknis termasuk pemahaman menyeluruh tentang hukum dan proses hukum,
keahlian menganalisis investigasi, kritis dan keahlian organisasi yang baik (Harris & Brown,
2000). Keahlian khusus atau disebut juga kompetensi perlu dimiliki oleh seorang akuntan
forensik guna sebagai dasar dalam analisis pengungkapan Fraud yang terjadi baik dalam
lingkup publik (negara) maupun privat (perusahaan). Berikut kompetensi yang perlu dimiliki
oleh seorang akuntan forensik:

1. Dapat melakukan Fraud Audit. Fraud Audit atau audit kecurangan yaitu berbagai
prosedur yang bertujuan untuk memeriksa suatu laporan keuangan perusahaan
(financial statement) apakah terindikasi telah terjadi suatu bentuk kecurangan/Fraud
yang dilakukan secara sengaja oleh pihak-pihak tertentu sehingga menimbulkan salah
saji yang material sehingga bisa menipu para pengguna laporan keuangan dan
mengakibatkan kerugian bagi pengguna laporan keuangan (Rezeki, 2020). Menurut
Bologna dan Lindquist dalam (Sayidah, 2019), kompetensi Fraud audit yakni
kemampuan dalam hal pencarian bukti audit akan adanya terjadinya Fraud .
Sehingga, pendekatan yang dimaksud lebih bersifat pro-aktif. Fraud audit juga
diartikan sebagai audit yang ditujukan untuk mengungkap adanya kasus yang
berindikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), yang tentunya merugikan
perusahaan atau negara. Kompetensi Fraud audit juga dapat disamakan sebagai audit
investigasi (investigative audit), yang bertugas dalam pembuatan bagan arus serta
modus operandi berupa uraian-uraian tentang cara melakukan tindak kejahatan atau
Fraud (Maksum, 2020).
2. Dapat melakukan Forensik Audit. Forensik Audit yaitu suatu pengujian mengenai
bukti atas suatu pernyataan atau pengungkapan informasi keuangan untuk
menentukan keterkaitannya dengan ukuran-ukuran standar yang memadai sebagai
kebutuhan pembuktian di pengadilan. Kompetensi dalam hal audit forensik lebih
menekankan pada proses pencarian buki serta penilaian kesesuaian bukti atau temuan
audit tersebut dengan ukuran pembuktian yang dibutuhkan untuk proses persidangan.
Audit forensik juga merupakan perluasan dari penerapan prosedur audit standar ke
arah pengumpulan bukti untuk kebutuhan persidangan di pengadilan (Putri, 2013).
3. Dapat menghitung kerugian perusahaan/negara akibat Fraud. Dalam
pelanggaran yang menyangkut negara, terdapat badan khusus yang menangani Fraud
tersebut, seperti BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Berdasarkan UU Nomor 15
Tahun 2006 tentang BPK memuat salah satu wewenang BPK yakni “menilai dan/atau
menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan
hukum baik sengaja maupun lain yang dilakukan oleh pengelola keuangan negara”.
Selain itu Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2016 juga
menyebutkan bahwa BPK adalah lembaga yang berwenang secara konstitusional
untuk menyatakan adanya kerugian keuangan negara. Artinya, BPK (khusus unit
eselon Auditorat Utama Investigasi/AUI) memegang peranan penting dalam
memeriksa dan mencari bukti audit terkait pelanggaran yang terjadi di
instansi/perusahaan milik negara untuk selanjutnya dilakukan penghitungan kerugian
negara. Disamping itu, auditor forensik yang menangani lingkup privat atau
perusahaan juga diperlukan karena untuk mengetahui berapa taksiran kerugian yang
diderita perusahaan berdasarkan temuan kecurangan. Kompetensi tersebut tentu
berkaitan dengan kompetensi audit investigasi. Audit investigasi adalah proses
mencari, menemukan, dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan
mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna dilakukan
tindakan hukum selanjutnya. Selain itu, audit investigatif dapat disebut sebagai
serangkaian proses pengumpulan dan pengujian bukti‐bukti terkait dengan kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara dan/atau perekonomian
negara, untuk memperoleh simpulan yang mendukung tindakan litigasi dan/atau
tindakan korektif manajemen. Proses audit investigatif yang baik akan membantu
upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan pada instansi maupun lembaga terkait
(KPK, 2021). Audit investigasi ini dilakukan oleh auditor yang disebut Auditor
Investigatif Pelaksanaan audit investigasi berbeda dengan pelaksanaan general audit,
karena audit ini berhubungan langsung dengan proses litigasi. Hal ini menyebabkan
tugas dari seorang auditor investigatif lebih berat daripada tugas auditor dalam
general audit. Selain harus memahami tentang pengauditan dan akuntansi. Auditor
investigatif juga harus memahami tentang hukum dalam hubungannya dengan kasus
penyimpangan atau kecurangan yang dapat merugikan keuangan negara (Karyono,
2013). Dalam proses hukum menghitung kerugian negara yang diakibatkan kesalahan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan kerugian pemerintah daerah oleh kesalahan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), diperlukan audit investigatif, karena audit
investigatif bisa digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbuatan melawan
hukum dan penyalahgunaan wewenang yang mengakibatkan adanya kerugian negara
selaku pemegang saham mayoritas pada BUMN. Kedudukan hasil audit investigatif
pada BUMN dalam sistem hukum pembuktian Indonesia adalah: sebagai keterangan
saksi, sebagai alat bukti surat, sebagai alat bukti keterangan ahli, sebagai bukti
petunjuk, sebagai alat bukti keterangan terindikasi/terduga (Susanto, 2018).
4. Dapat menjadi saksi ahli di Pengadilan. Selain memiliki kompetensi dalam
investigasi adanya kecurangan, auditor forensik juga diminta untuk menjadi saksi di
pengadilan. Akuntan forensik membantu pengacara dalam pembelaan dan penuntutan
sebuah kasus dalam sistem hukum, dengan diminta untuk membuat konklusi atau
kesimpulan melalui pemberian opini sebagai saksi ahli untuk menentukan apakah
telah terjadi Fraud atau tidak (Singleton & Singleton, 2006). Investigasi Fraud
diperlukan berdasarkan faktor hukum, karena kasus Fraud mungkin berakhir di
pengadilan. Fakta untuk menentukan apakah Fraud ada dan telah terjadi adalah:
Hukum pidana, Pelanggaran hukum yang dilakukan, Pelaku dan korban. Enam
langkah dasar dalam melakukan investigasi fremd adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh semba rincian dan dokumen yang ada terkait dengan tuduhan
yang dimunculkan.
2. Menilai tuduhan berdasarkan dokumentasi yang tersedia.
3. Menilai lingkungan perusahaan relatif terhadap tertuduh (orang yang
dimaksud).
4. Menanyakan apakah teori frund dapat dikembangkan pada tahap ini. Apakah
ada motivasi dan peluang?
5. Menentukan apakah bukti yang tersedia masuk akal. Apakah sudah memenuhi
uji realitas bisnis?
6. Berkomunikasi dengan pihak-pihak yang tepat mengenal detail dan status
Fraud.

Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, ada dua kemungkinan. Investigasi


berhasil, dan Fraudster dapat diidentifikasi dan diketahui orangnya. Jika tidak, maka
investigasi lanjutan dilakukan. Jika Fraudster dapat diidentifikasi dan diketahui
orangnya, maka proses selanjutnya adalah bukan lagi investigasi, tapa sudah legal
action. Bukti bisa dikumpulkan dari para saksi, dokumen, sarana dan instrumen, atau
hasil kejahatan atau pengakuan dari pelaku. Investigator Fraud yang berpengalaman
mengetahui bukti apa saja yang harus dikumpulkan untuk membuktikan kejahatan dan
bagaimana mendapatkan bukti itu. Cara yang bisa dilakukan adalah mewawancarai
tersangka, setelah data yang cukup dan valid telah dikumpulkan dan dievaluasi. Jika
penuntutan yang dilakukan adalah tuntutan perdata atau pidana maka, bukti harus ada
dan dihadirkan di pengadilan Di sinilah kesaksian ahli dari akuntan forensik atau
auditor Fraud sangat berharga (Sayidah, 2019). Oleh karena itu penting bagi auditor
forensik untuk memiliki kompetensi sebagai saksi ahli di pengadilan, karena tugas dan
wewenangnya yang memeriksa adanya kecurangan yang dilakukan oleh Fraudster.
REFERENSI:

Astutie, Y. P. (2012). Karakteristik serta Keahlian Relevan dalam Profesi Akuntan Forensik.
Permana, 1-20.

Harris, & Brown, A. (2000). The qualities of a forensic accountant. Pennsylvania CPA
Journal, 2-3.

Karyono. (2013). Forensic Fraud. Yogyakarta: Andi.

KPK. (2021). Audit Investigatif. Retrieved Desember 10, 2021, from Pusat Edukasi Anti
Korupsi: https://aclc.kpk.go.id/materi-pembelajaran/tata-kelola-pemerintahan/slide-
presentasi/audit-investigatif

Maksum, M. J. (2020). Hukum dan Etika Bisnis. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Putri, F. (2013). PENGARUH KOMPETENSI AKUNTAN FORENSIK TERHADAP


KUALITAS BUKTI TINDAK PIDANA KORUPSI. Unpad Jurnal.

Rezeki, R. S. (2020). ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP


FRAUD AUDIT. Universitas Bina Darma.

Sayidah, N., & dkk. (2019). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Sidoarjo: Zifatama
Jawara.

Singleton, T., & Singleton, A. (2006). Fraud Auditing and Forensic Accounting. New Jersey:
John & Wiley Sons, Inc.

Susanto. (2018). Kedudukan Hasil Audit Investigatif Pada Kekayaan Badan Usaha Milik
Negara Persero Dalam Hukum Pembuktian Pidana di Indonesia. Jurnal Cita Hukum,
139-162.

Tuanakotta, T. M. (2010). Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai