1.1 Pengertian
Hipertensi Heart Failure (HHF) adalah komplikasi penyakit jantung pada pasien
hipertensi yang disebabkan tingginya tekanan darah daan proses aterosklerosis yaitu
proses pengerasan pada pembuluh darah bahkan menjadi plak berupa endapan lemak,
kolesterol, trombosit, sel makrofag, leukosit, kalsium dan produk sampah seluler yang
mengganggu aliran darah jantung ke seluruh tubuh (PAPDI, 2014)
Penyakit jantung hipertensif ditegakkan bila dapat didefeksi hipertrofi ventrikel kiri,
peningkatan bertahap pada pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri (Arif
Mansjoer, dkk, 2001 : 441).
1.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi fungsi gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA)
dalam PAPDI (2000) :
a. Kelas 1 : aktiviitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan sesak
b. Kelas II : saat istirahat tidak ada keluhan, aktivitas sehari-hari menimbulkan
sesak nafas/kelelahan
c. Kelas III : saat istirahat tidak ada keluhan, aktifitas fisik yang kurang ringan dan
aktifitas sehari-hari sudah menimbulkan sesak
d. Kelas IV : saat istirahat sudah timbul sesak
1.2 Etiologi
Ada 2 faktor utama penyebab penyakit jantung hipertensi yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner yaitu bagian dari hipertropi umum otot polos pembuluh
darah resistensi arteriol (arteriolus resistance vessels) seluruh badan kemudian terjadi
retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnyaa complaiance pembuluh
darah ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot
jantung bila timbul hipertropi eksentrik, peningkatan jarak difusi antara kapiler dan
serat otot yang hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dari gambaran
hemodinamik (Arif mansjoer, dkk, 2001 : 441)
1.3 Patofisiologi
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3 mekanisme primer yang dapat dilihat
yaitu meningkatnya aktifitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat
aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, hipertrofi ventrikel. Ketiga respon
komppensorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada awal
perjalanan gagal jantung. Namun, dengan berlanjutnya gagal jantung kompensasi menjadi
kurang efektif (Prince, 2005).
Menurut Smeltzer (2002), pada gagal jantung kiri manifestasi klinis yang sempat
terjadi meliputi dipsnea, ortopneu batuk, mudah lelah, takikardia, bunyi jantung S3,
kecemasan dan kegelisahan. Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti
visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengkoordinasi
semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Gagal jantung kanan
manifestasi klinis yang terjadi meliputi edema, pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali, anoreksia, nokturia, dan lemas.
1.4 WOC
Hipertensi
Sesak
1.7 Komplikasi
Dalam perjalanan penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan
berbagai macam :
1) Stroke
2) Gagal jantung
3) Gagal Ginjal
4) Gangguan pada mata
5) Gangguan kesadaran
1.8 Penatalaksanaan
1.8.1 Penatalaksanaan Farmakologi
1.Diuretik seperti tiazid, furosemid, dan spironolaktan digunakan untuk
menurunkan tekanan darah, volume darah, dan curah jantung
2. Beta Blocker seperti atenolol, dan nadolod digunakan untuk menekan skresi urine.
3. Kalsium antagonis seperti nifedipin, diltiazem, verapamil digunakan untuk
menghambat pengeluaran kalsium, dan dapat menyebabkan vasodilatasi
4. ACE Inhibitor seperti captopril, isonopril, quinapril digunakan untuk menghambat
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II.
1.8.1 Pelatalaksanaan Non Farmakologi
1. Diit rendah lemak
2. Diit rendah garam dapur (tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh atau 6gr/hari),
soda, baking powder, natrium benzonate, monosodium glutamate
3. Hindari makanan daging kambing, buah durian, minuman beralkohol lebih
dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat
meningkatkan tekanan darah
4. Lakukan olahraga secara teratur sebanyak 30-60 menit/hari, minimal
3hari/minggu
5. Hentikan kebiasaan merokok (minum kopi).
6. Menjaga kestabilan BB pada penderita hipertensi dengan memperbanyak
asupan sayuran dan buah-buahan untuk menghindari diabetes dan dislidemia
7. Menghindari stress dan gaya hidup yang lebih santai
8. Pemberian O2 pada kondisi kritis dapat mengguunakan rumus :
MV = VT x RR
VT : Volume Tidal, 6-8 ml/kg bb
1) Sistem aliran rendah
a. Kateter nasal : aliran 1 – 6 L/mnt, Konsentrasi O2 24% - 44%
b. Kanula nasal : aliran 1-6 L/mnt, konsentrasi O2 24 % - 44%
c. Masker sederhana : aliran 5 – 8 L/mnt, konsentrasi O2 40 % - 60 %
d. Masker rebreathing : aliran 8 – 12 L/mnt, konsentrasi O2 60% - 80%
e. Masker non rebrithing : aliran 8-12 L/mnt, konsentrasi O2 mencapai
99%
2) Sistem aliran tinggi, contoh : masker ventury, aliran udara 4-14 L/mnt
dengan konsentrasi 30-5.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.1 Pengkajian Umum
a. Identitas klien : nama, umur (kel. Umur yang beresiko antara lain : kelompok umur
setelah usia remaja (sering pada usia 30 thn keatas)), jenis kelamin, status pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi dan diagnosa
medik.
b. Keluhan Utama
Keluhan penderita hipertensi seperti sakit kepala disertai rasa berat ditengkuk, sakit
kepala berdenyut dan sesak nafas
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh sesak nafas, terjadi pengingkatan tekanan darah, batuk dahak kadang
darah, sakit kepala, muntah, pendangan menjadi kabur karena adanya kerusakan pada
mata, otak, jantung dan ginjal. Kadang juga dapat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma.
d. Riwayat penyakit
Adanya riwayat hipertensi, penggunaan diuretik, riwayat merokok, penyakit ginjal,
obesitas, hiperkolesterol, konsumsi alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi diri.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat anggota keluarga yang mengalami hipertensi dapat meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi
f. Riwayat Psiko, sosio
Psiko : kegelisahan, emosi labil, kecemasan terhadap penyakit ketergantungan dan
kepedihan
Sosio : sulit berinteraksi karena emosi labil dan marah.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertensi
ventrikel
b. Sesak nafas berhubungan dengan tidak adekuatnya kontraktilitas jantung
memompa darah keseluruh tubuh
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
4. Intervensi Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertensi
ventrikel
Tujuan : cardiac keluaran dapat meningkat
KH :
- TD dalam rentang individu yang normal
- Irama dan frekuensi jantung stabil
- Tidak ada tanda-tanda decompensasi cordis
Intervensi :
Intervensi :
5. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien
untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali, 2016).
6. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian adalah hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari
tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali,
2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.