Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

PSIKOLOGI KONSELING

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
MUSDALIFAH ACHMAD (18 0103 0076)
FATIMAH AZZAHRA (18 0103 0086)
FAJAR (18 0103 )
AMRAN (18 0103 0054)

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USLUHUDDIN ADAB DAN DAKWAH (FUAD)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah Psikologoi
Konseling”ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dosen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Psikologi konseling yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................1
C. TUJUAN............................................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
A. Konseling Direktif...........................................................................................................................2
B. Konseling Nondirektif.....................................................................................................................3
C. Konseling Elektik............................................................................................................................3
D. Paradigma Psikologi........................................................................................................................4
BAB III.......................................................................................................................................................6
PENUTUP...................................................................................................................................................6
A. Kesimpulan......................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................7

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Psikologi konseling yang merupakan cabang dari psikologi. Psikologi berasal dari bahasa
yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah
psikologi adalah ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Sedangkan Konseling (counseling)
biasanya kita kenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam dimaknakan sebagai
pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada pihak lain. Konseling sebagai cabang
dari psikologi merupakan praktik pemberian bantuan kepada individu.
Dengan mengerti pengertian psikologi dan pengertian konseling saja tidak cukup untuk
kita sebagai calon konselor. Oleh karena itu, kita harus mengetahui apa sebenarnya
pengertian psikologi konseling secara utuh, selain itu juga kita dituntut mampu memahami
isi dari psikologi konseling, diantaranya langkah – langkah psikologi konseling dan tahap
konseling dan dapat mengaplikasikannya sebagai bagian dari tugas seorang konselor.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian Konseling direktif?

2. Apakah pengertian Konseling non-direktif?

3. Apakah pengertian Konseling elektik?

4. Apa itu Paradigma psikologi?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian psikologi direktif

2. Untuk mengetahui pengertian psikologi non-direktif

3. Untuk mengetahui pengertian psikologi elektik

4. Untuk mengetahui pengertian paradigm psikologi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseling Direktif
1. Pengertian konseling direktif
Konseling direktif disebut juga counselor centered approach yakni konseling
yang pendekatannya terpusat pada konselor (Prayitno, 1999). Dalam konseling direktif,
konselor lebih aktif dan berperan dari pada konseli. Konselor mengambil peran besar
selama proses konseling, termasuk dalam mengambil inisiatif dan pemecahan masalah,
sementara peran konseli sangat kecil, tidak banyak mengeluarkan pendapat dan
pandangannya berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi. Selama proses konseling
aktivitas lebih banyak didominasi oleh konselor sebagai penentu arah konseling dan
pengambil keputusan.

Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Edmond G. Willamson J.G.


Darley . Williamson menegaskan bahwa dalam pendekatan ini konselor menyatakan
pendapatnya dengan tegas dan terus terang. Darley menguraikan bahwa konseling model
ini seperti situasi jual beli karena konselor berusaha menjual gagasannya mengenai
keadaan konseli, serta perubahan-perubahan yang diharapkan (Yeo, 2007). Guru BK
yang menggunakan pendekatan direktif menempatkan konselor sekolah sebagai „master
educator’, yang membantu siswa mengatasi masalah dengan sumber-sumber intelektual
dan kemampuan yang dimiliki.

Tujuan konseling yang utama adalah membantu siswa untuk merubah tingkah
lakunya yang emosional dan impulsif dengan tingkah laku rasional, dengan sengaja,
secara teliti dan berhati-hati. Lahirnya konseling direktif dilatarbelakangi oleh pandangan
bahwa konseli adalah orang yang mempunyai masalah dan membutuhkan bantuan orang
lain. Adakalanya seseorang yang sedang bermasalah tidak bisa menemukan apa penyebab
ketidaknyamanan yang dirasakan, tidak bisa mengetahui apa yang sumber konflik yang
sedang dialami dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. Dalam kondisi demikian
diperlukan orang lain yang dapat melihat secara objektif masalah yang sedang dirasakan
serta memberikan tawaran-tawaran jalan keluar yang bisa ditempuh. Konselor dapat
memberikan pandangan tentang keluar dari suatu masalah atau menjelaskan apa yang
sebaiknya dilakukan konseling.

2
B. Konseling Nondirektif
1. Pengertian konseling Nondirektif
Konseling non-direktif, merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang
berpusat pada klien. Kebalikannya konseling direktif, nih. Konseling non-direktif ini juga
disebut “client centered therapy”, yaitu pendekatan yang dipelopori oleh Carl Rogers dari
Universitas Wisconsin di AS.
Dari pendekatan ini, klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaan,
dan pikirannya secara bebas, Pendekatan ini berasumsi dasar kalo seseorang yang punya
masalah pada dasarnya punya potensi dan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Tapi karena hambatan, potensi dan kemampuannya itu gabisa berkembang atau berfungsi
sebagaimana mestinya.
Untuk mengembangkan dan memfungsikan kemampuannya itu klien butuh
bantuan, kan? Jadi, didalam konseling, peranan utama pemecahan masalah itu ada di
kliennya nih. Terus, peranan konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi yang ada
di diri klien berkembang secara optimal. Menurut Rogers, udah tanggung jawab klien
untuk membantu dirinya sendiri.
Pendekatan konseling non-direktif ini sering juga disebut pendekatan konseling
yang beraliran Humanistik, yaitu menekankan pentingnya pengembangan potensi dan
kemampuan yang secara hakiki ada pada setiap individu.
C. Konseling Elektik
Jadi, konseling direktif dan non-direktif itu beda banget. Masing-masing berdiri
pada kutub yang berlawanan. Kalo dari kutub satu dengan yang lain ditarik garis, maka
terbentuklah garis kontinum. Garis kontinum konseling direktif dan non-direktif. Diatas
garis tersebut, terbentang kemungkinan gerak pengembangan berbagai modifikasi
ataupun “pengawinan” antara dua arus teori konseling itu.
Dalam kenyataan praktek konseling, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan
satu teori saja, pendekatan teori mana yang cocok digunakan ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu:
 Sifat masalah yang dihadapi (misalnya kesulitan atau kekompleksannya).
 Kemampuan klien dalam memainkan peranan dalam proses konseling.
 Kemampuan dari konselor itu sendiri.
Nah, ada konselor yang ngerasa dirinya lebih cocok ke teori yang satu, ada juga
yang berusaha menggabungkan dari beberapa teori. Kebanyakan diantara mereka
bersikap elektrik yang mengambil kebaikan dari dua pendekatan atau beberapa teori yang
ada sesuai dengan permasalahan klien. Nah, sikap elektrik ini yang menjadi asal
konseling elektrik.

3
D. Paradigma Psikologi
Keberadaan Bimbingan dan Konseling secara formal di Indonesia relatif belum
lama, yaitu secara resmi sejak di berlakukannya kurikulum 1975 di sekolah Indonesia.
Sebagai sesuatu hal yang baru, maka tentu saja di mungkinkan akan banyak terjadi
kesalahpahaman di kalangan pendidikan sendiri atau juga di luar lingkungan pendidikan,
dan bahkan mungkin juga kesalahan-kesalahan yang lain yang justru dilakukan oleh
pelaksana kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Kesalahpahaman tersebut di
jelaskan oleh Prayito dan Erman Anti (1994), antara lain : konselor di sekolah dianggap
sebagai polisi sekolah, bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses
nasihat, bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat
insidental, bimbingan dan konseling hanya untuk klien-klien tertentu saja, bimbingan dan
konseling bekerja sendiri, konselor harus aktif sedangkan pihak lain pasif, menganggap
pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja, menganggap hasil
pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat, dan sebagainya. Berbagai
kesalahpahaman tersebut bisa disebabkan oleh banyak hal, beberapa diantaranya adalah
bidang bimbingan dan konseling yang telah mulai tersebar luas itu digeluti oleh berbagai
pihak dengan latar belakang yang sangat bervariasi, bahkan sebagian besar diantara
mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan bidang bimbingan dan konseling. Di
samping itu, wawasan, pengertian, dan berbagai seluk beluk tentang bimbingan dan
konseling masih dipahami secara terbatas sehingga bimbingan dan konseling”dianggap”
sebagai suatu profesi yang ”mandeg”statis (Prayito dan Erman Anti,1994: 122).

Pemahaman tentang konsepsi bimbingan dan konseling yang kurang tepat ini
dapat menjadi sumber layanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan konseli. Bimbingan
dan konseling sebagai profesi yang melayani berbagai stake holdersudah semestinya
bersifat dinamis.

Dinamika di dalam kegiatan bimbingan dan konseling dapat dilihat dari perspektif
para pemangku kepentingan pada khususnya, dan masyarakat sebagai konteks layanan
yang juga memiliki sifat berubah/dinamis. Kemampuan para pelaku profesi bimbingan
dan konseling untuk selalu menyesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi
oleh konseli pada khususnya, dan para pemangku kepentingan pada umumnya

4
menjadikan bimbingan dan konseling semakin diakuikeberadaan dan urgensinya dalam
menghadapi berbagai perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Sebaliknya
kekeliruan/kesalahpaham memaknai profesi bimbingan dan konseling sebagai suatu
konsepsi pelayanan yang ’mandeg” – statis akan menjadikan semakin terpuruknya
martabat profesi bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, dengan maksud agar para
pelaku profesi bimbingan dan konseling khususnya, dan pembaca pada umumnya dapat
memahami dengan baik perubahan paradigma dalam bimbingan dan konseling, dan
padaakhirnya konselor diharapkan dapat memberikan layanan dengan baik.

Paradigma Bimbingan dan Konseling Menurut American Heritage®Dictionary


pemaknaan paradigma kurang lebih adalah seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan
praktek pelaksanaan yang merupakan cara pandang dari suatu disiplin ilmu untuk
melayani masyarakat. Oleh karena itu, paradigma bimbingan dan konseling berarti
seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktek pelaksanaan yang merupakan cara
pandang dari bimbingan dan konseling untuk melayani masyarakat. Untuk itu, di dalam
disiplin bimbingan dan konseling sudah semestinya ada asumsi, konsep, nilai, dan
seperangkat pelaksanaan yang merupakan perspektif dalam melayani masyarakat. Seperti
dijelaskan di atas, bimbingan dankonseling merupakan suatu profesi yang bersifat
dinamis, artinya sebagai jenis bidang profesi yang memberikan layanan kepada para
pemangku kepentingan akan terus berusaha mengikuti perubahan kebutuhan dan masalah
yang dihadapi oleh para pemangku kepentingan. Berpijak dari hal ini makatentulah
terjadi perubahan paradigma yang dipakai dalam melayani para pemangku kepentingan.
Hal itu karena setiap saat, dari waktu ke waktu, tantangan, masalah dan kebutuhan
masyarakat pada umumnya juga senantiasa berubah. Masalah dan kebutuhan masyarakat
yang semakin bervariasi juga menuntut/berimplikasi pada bentuk layanan yang harus
diberikan semakin beragam jenisnya.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(disebut konselor/pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah
(disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Ciri
konseling sebagai profesi bantuan, hubungan pribadi, bentuk intervensi, dan sebagai
pelaya psikopedagogis.Setiap individu yang diberi bantuan professional oleh seorang
Konselor atas puritan sendiri atau orang lain dapat disebut sebagai klien. Klien yang
sadar dalm proses konseling memiliki harapan untuk tumbuh, berkembang, produktif,
kreatif dan mandiri. Harapan , kebutuhan, dan latar belakang klien akan menentukan
keberhasilan proses konseling.Perbedaan koseling dan psikiater salah satunya
konselortidak memiliki kompetensi yang dipelajari lebih jauh untuk dapat menangani
seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan.

6
DAFTAR PUSTAKA
https://eko13.wordpress.com/2008/05/04/pengertian-konseling/
https://bukunnq.wordpress.com/konselingdefinisi-konselingkonseling-dan-psikoterapi-dan-
profesi-yangberkaitan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Konseling
http://selfianifirmanbk014.blogspot.com/
https://eko13.wordpress.com/2008/03/18/karakteristik-klien/
https://www.golife.id/perbedaan-psikiater-psikolog-konselor/

Anda mungkin juga menyukai