Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN

(UU NO. 36 TAHUN 2009)


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pancasila
dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Kerangka UU No. 36 tahun 2009


BAB I. KETENTUAN UMUM
BAB II. ASAS DAN TUJUAN
BAB III. HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu: Hak
Bagian Kedua: Kewajiban
BAB IV. TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
BAB V. SUMBER DAYA DIBIDANG KESEHATAN
Bagian Kesatu: Tenaga Kesehatan
Bagian Kedua: Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Bagian Ketiga: Perbekalan Kesehatan
Bagian Keempat: Teknologi dan Produk Teknologi
BAB VI. UPAYA KESEHATAN
Bagian Kesatu: Umum
Bagian Kedua: Pelayanan Kesehatan
Paragraf Kesatu: Pemberian Pelayanan Kesehatan
Paragraf Kedua: Perlindungan Pasien
Bagian Ketiga: Pelayanan Kesehatan Tradisional
Bagian Keempat: Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
Bagian Kelima: Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan
Bagian Keenam: Kesehatan Reproduksi
Bagian Ketujuh: Keluarga Berencana
Bagian Kedelapan: Kesehatan Sekolah
Bagian Kesembilan: Kesehatan Olahraga
Bagian Kesepuluh: Pelayana Kesehatan pada Bencana
Bagian Kesebelas: Pelayanan Darah
Bagian Kedua Belas: Kesehatan Gigi dan Mulut
Bagian Ketiga Belas:Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Gangguan Pendengaran
Bagian Keempat Belas: Kesehatan Matra
Bagian Kelima Belas: Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Bagian Keenam Belas: Pengawasan Makanan dan Minuman
Bagian Ketujuh Belas: Pengamanan Zat Adiktif
Bagian Kedelapan Belas: Bedah Mayat
BAB VII. KESEHATAN IBU, BAYI, ANAK, REMAJA, LANJUT USIA DAN PENYANDANG
CACAT
Bagian Kesatu: Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak
Bagian Kedua: Kesehatan Remaja
Bagian Ketiga: Kesehatan Lanjut Usia dan Penyandang Cacat
BAB VIII. GIZI
BAB IX. KESEHATAN JIWA
BAB X. PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR
Bagian Kesatu: Penyakit Menular
Bagian Kedua: Penyakit Tidak Menular
BAB XI. KESEHATAN LINGKUNGAN
BAB XII. KESEHATAN KERJA
BAB XIII. PENGELOLAAN KESEHATAN
BAB XIV. INFORMASI KESEHATAN
BAB XV. PEMBIYAAN KESEHATAN
BAB XVI. PERAN SERTA MASYARAKAT
BAB XVII. BADAN PERTIMBANGAN KESEHATAN
Bagian Kesatu: Nama dan Kedudukan
Bagian Kedua: Peran, Tugas, Wewenang
BAB XVIII. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu: Pembinaan
Bagian Kedua: Pengawasan
BAB XIX. PENYIDIKAN
BAB XX. KETENTUAN PIDANA
BAB XXI. KETENTUAN PERALIHAN
BAB XXII. KETENTUAN PENUTUP
Kesehatan sebagaimana dimuat dalam UU No. 36 tahun 2009 pasal 1 merupakan
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Ada beberapa hal yang dapat saya
rangkum dari undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yaitu :
1. Sumber daya bidang Kesehatan (pasal 1)
Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan
teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
2. Asas pembangunan kesehatan (pasal 2)
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan,
keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama.
3. Tujuan Pembangunan kesehatan (pasal 3)
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara social dan ekonomis.
4. Tanggung jawab pemerintah terkait SDM (pasal 16)
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang
adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tinginya
5. Tenaga kesehatan
(pasal 1)
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehtaan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
(pasal 21)
1) Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
2) Ketentuan mengenai perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam peraturan pemerintah
3) Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan undang-undang
(pasal 22)
1) Tenaga kesehtaan harus memiliki kualifikasi minimum
2) Ketentuan mengenai kulifikasi minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan peraturan menteri
(pasal 23)
1. Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
2. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki
3. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang mengutamakan kepentingan yang berniali materai
4. Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
peraturan menteri
(Pasal 24)
1. Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 harus memenuhi ketentuan
kode etik, standar profesi, hal pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional
2. Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur pada organisasi profesi
3. Ketentuan mengani hak pengguuna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan
standar prosedur opreasipnal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan menteri
(Penjelasan pasal 21 ayat 1)
Pada prinsip perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan mutu
tenaga kesehtan ditujukan kepada seluruh tenaga jesehatan dalam menyelenggarakan upaya
kesehtan. Tenaga kesehatan dapat dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang
dimiliki, antara lain meliputi tenaga medis, tenaga kefarmasian, tengaa keperawatan, tenaga
kesehtan masyarakat dan lingkngan, tenga gizi, tenga keterapian fisik, tenga keteknisian medis,
dan tenaga kesehatan lainnya.
(penjelasan pasal 21 ayat 3)
Pengaturan tenaga kesehtan di dalam undang- undang adalah tenaga kesehatan diluar
tenaga medis.

(Penjelasan Pasal 23 ayat 1)


Kewenangan yang dimaksud dalam ayat ini adalah kewenangan yang diberikan
berdasarkan pendidikannya setelah melalui proses registrasi dan pemberian izin dari pemerintah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Fasilitas Pelayanan kesehatan
(Pasal 34 ayat 2)
Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan
yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi.
7. Upaya Kesehatan
(pasal 46)
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
(pasal 47)
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan.
RINGKASAN UNDANG-UNDANG TENTANG RUMAH SAKIT
(UU NO. 44 TAHUN 2009)

Pada peraturan perundang- undangan mengenai rumah sakit ini ada beberapa hal yang dapat saya
rangkum yaitu :
1. Pengertian Rumah sakit (pasal 1)
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
2. Asas penyelenggaraan rumah sakit (pasal 2)
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi
sosial.
3. Tujuan penyelenggaraan rumah sakit (pasal 3)
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:
a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;
b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan
d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia
rumah sakit, dan Rumah Sakit.
4. Rumah sakit menjadi Badan layanan umum (pasal 7 ayat 2-4)
a. Rumah sakit dapat didirikan oleh pemerintah, pemerintah daerah atau swasta
b. Pemerintah, pemerintah daerah, berbentuk unit pelaksana teknis atau lembaga teknis
daerah dengan pengelolaan badan layanan umum atau badan layanan umum daerah
esuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
c. Swasta, berbentuk badan hokum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang
perumahsakitan
5. Persyaratan lokasi, bangunan dan prasarana rumah sakit
(Pasal 8 ayat 1)
Lokasi pendirian rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.
(Pasal 10 ayat 2)
Bangunan rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruang: a. rawat jalan; b. ruang rawat
inap; c. ruang gawat darurat; d. ruang operasi; e. ruang tenaga kesehatan; f. ruang
radiologi; g. ruang laboratorium; h. ruang sterilisasi; i. ruang farmasi; j. ruang pendidikan
dan latihan; k. ruang kantor dan administrasi; l. ruang ibadah, ruang tunggu; m. ruang
penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; n. ruang menyusui; o. ruang mekanik; p.
ruang dapur; q. laundry; r. kamar jenazah; s. taman; t. pengolahan sampah; dan u.
pelataran parkir yang mencukupi.
(pasal 11 ayat 1)
Prasarana rumah sakit meliputi: a. instalasi air; b. instalasi mekanikal dan elektrikal; c.
instalasi gas medik; d. instalasi uap; e. instalasi pengelolaan limbah; f. pencegahan dan
penanggulangan kebakaran; g. petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan
darurat; h. instalasi tata udara; i. sistem informasi dan komunikasi; dan j. ambulan
6. Pengelolaan rumah sakit (pasal 20)
a. Berdasrkan pengelolaanya RS dapat dibagi menjadi RS Publik dan RS privat
b. RS public dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah Daerah dan badan hokum yang
bersifat nirlaba
c. RS public yang dikelola oleh pemerintah , pemerintah daerah dan badan hokum yang
bersifat nirlaba
d. RS public yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan BLU atau BLUD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan
e. RS Publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah tidak dapat dialihkan
menjadi RS Privat
(pasal 21)
RS privat sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 dikelola oleh badan Hukum dengan
tujuan profit yang berbentuk PT atau perseroan.
7. Kewajiban Rumah sakit melaksanakan fungsi social (pasal 29 ayat 1)
a. Memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin
b. Pelayanan gawat darurat tanpa uang muka
c. Ambulan gratis
d. Pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa
e. Bakti social bagi misi kemanusiaan
8. Hak Rumah Sakit (pasal 30)
a. Menentukan jumlah, jenis, dan kulifikasi sumber daya masnusia sesuai dengan
klasifikasi rumah sakit
b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunersasi, insentif, dan
penghargaan sesuai denganketentuan perundang- undangan
c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan
pelayanan
d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian
f. Mendapatkan perlindungan hokum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit sesuai dengan
ketentuan peratiran perundang- undangan dan
h. Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit public dan rumah sakit yang
ditetapkan sebagai rumah sakit Pendidikan
9. Pengorganisasian Rumah Sakit (pasal 33 ayat 2)
Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur
Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite
medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.
10. Keselamatan Pasien (pasal 43)
a. Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien
b. Standar keselamatan dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang
tidak diharapkan
c. Rumah sakit melaporkan kegiatan tersebut kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
d. Pelaporan insiden kselamatan pasien sebagaimana pada ayat (2) dibuat secara
anonym dan ditujukan untuk mengkoreksi system dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien
11. Perlindungan hukum RS (Pasal 44 dan 45)
a. Rumah skait dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada public yang
berkaitan dengan rahasia kedokteran
b. Pasien dan/atau keluarga yang menuntut rumah sakit dan menginformasikan melalui
media massa, dianggap telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum
c. Penginformasian kepada media massa tersebut meberikan kewenangan kepada rumah
sakit untuk mengungkpakan rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab rumah sakit
d. Rumah sakit tidak bertanggung jawab secara hokum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang komperhensif
e. Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia
12. Pembiyaan (pasal 48)
a. Pembiyaan rumah sakit dapat bersumber dari penerimaan rumah sakit anggaran
pemerintah, subsidi pemerintah, anggaran pemerintah daerah, subsidi pemerintah
daerah atau sumber lain yang tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundangn-
undangan.
b. ketentuan lebih lanjut mengenai subsidi atau bantuan pemerintah diatur dengan
peraturan pemerintah
13. Pendapatan rumah sakit public (pasal 51)
Pendapatan rumah skait public yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah
digunakan seluruhnya secraa langsung untuk biaya operasional rumah sakit dan
tidakdapat dijadikan pendapatan negara atau pemerintah daerah

Anda mungkin juga menyukai