Anda di halaman 1dari 31

PEMBINAAN

KARAKTER DALAM
ERA MERDEKA
BELAJAR
Struktur Pembahasan
• Pembinaan Karakter
• Karakter Islami
• Pendekatan dalam Pembinaan Karakter
Pengertian Pembinaan

• Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif
untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
• Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang dilakukan secara
sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka
memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-dasar
kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai
bekal, untuk selanjutnya atas perkasa sendiri menambah, meningkatkan dan
mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya
martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.
• Jadi pembinaan nilai karakter disini yang dimaksud adalah upaya yang dilakukan oleh
lembaga pendidikan dalam rangka pembentukan karakter anak melalui proses
membiasakan anak melatih sifat-sifat baik (nilai-nilai karakter), sehingga proses tersebut
dapat menjadi kebiasaan dalam diri anak menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan dirinya.
KARAKTER ISLAMI ١٧ - ِ ِ ‫الص ٰلو ية يو ْأ ُم ْر ِِبلْ يم ْع ُر ْو ِف يوانْ يه يع ِن الْ ُم ْن يك ِر يو ْاص ِ ِْب عي ٰٰل يما ٓ يا يصاب ي ي َۗك ِا َّن ٰذ ِ يِل ِم ْن يع ْْز ِِ ْ ُاْ ُم ْو‬
َّ ‫يٰبُ ي ََّن يا ِق ِم‬
DALAM AL-QURAN ١٨ - ِ ٍٍۚ ‫ُك ُمخْ يتالٍ فيخ ُْو‬ َّ ُ ‫اّلل يْ ُ ُِي ُّب‬ ‫يو يْ ت يُص ِع ْر يخ َّدكي ِللنَّ ِاس يو يْ تي ْم ِش ِِف ْ ياْ ْ ِ ِض يم ير ًحاَۗ ِا َّن ٰ ي‬
١٩ -‫يوا ْق ِصدْ ِ ِْف يم ْش ي يِك يوا ْغضُ ْض ِم ْن يص ْو ِت ي َۗك ِا َّن يا ْن يك ير ْ ياْ ْص يو ِات لي يص ْو ُت الْ يح ِم ْ ِي‬

“Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat


yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang penting. Dan janganlah kamu memalingkan
wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi
dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai.” (QS Luqman Ayat 17 – 19).
1. Melaksanakan Shalat

• Shalat adalah akhlak kepada Allah dan menjadi dasar pijakan bagi akhlak kepada manusia.
• Dalam Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka: shalat bertujuan untuk memperkuat peribadi dan
meneguhkan hubungan dengan Allah, untuk memperdalam rasa syukur kepada Allah atas nikmat dan
perlindungan-Nya yang selalu kita terima. Dengan shalat kita melatih lidah, hati dan seluruh anggota
badan.
• Dengan melaksanakan shalat, maka betapa besar kesannya kepada jiwa kalau nama Allah selalu jadi
sebutan; "Allahu Akbar, Alhamdulillah, Subhanallah; dengan merundukkan badan ketika ruku',
dengan merendahkan kening ketika sujud, dengan tegak yang lurus tidak melenggong ke kiri-kanan,
kita akan mendapat kekuatan peribadi, lahir dan batin, moral dan mental.
2. Menyeru berbuat kebaikan dan mencegah berbuat buruk (Amar Ma’ruf Nahi
Munkar)

• Apabila pribadi telah kuat karena ibadah, terutama tiang agama, yaitu shalat maka tugas selanjutnya
adalah berani menyeru berbuat yang ma'ruf.
• Ma'ruf ialah perbuatan baik yang diterima baik oleh masyarakat. Maka kita harus berusaha jadi
pelopor dari perbuatan yang ma'ruf itu.
• Orang yang telah teguh kokoh pribadinya karena ibadah, terutama shalat, dia akan berani
menyampaikan kebenaran kepada sesama manusia, sesuai dengan ilmu dan kesanggupannya masing-
masing. Sesudah itu hendaklah berani pula menegur mana perbuatan yang munkar, yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat. Berani mengatakan yang benar, walaupun pahit. Ini merupakan akhlak
yang harus dimiliki oleh setiap muslim.
3. Sabar

• Ingatlah bahwa sekalian Rasul yang dikirim Allah memberi bimbingan kepada manusia, semuanya
disakiti oleh kaumnya. Modal utama mereka ialah sabar.
• "sesungguhnya yang demikian itu adalah termasuk perkara yang penting." . demikian dikatakan
Allah di ujung ayat 17. Yakni kalau kita ingin menjadi manusia yang berarti dalam pergaulan hidup
di dunia ini, maka shalat akan menjadi peneguh peribadi, amar ma'ruf nahi munkar dalam
hubungan dengan masyarakat, dan sabar untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Karena apapun
permasalahan hidup yang kita masuki, kalau kita tidak sabar, kita akan patah di tengah jalan. Nabi
sendiri, karena keras reaksi dari kaumnya, pemah terlintas dalam hatinya suatu perasaan hendak
melompat saja dari puncak bukit yang tinggi ke dalam jurang yang dalam (baakhi'un nafsaka).
Tetapi perasaan itu ditahannya dengan tabah. Namun da'wah diteruskannya juga. Itu sebabnya
maka disebutkan bahwa pekerjaan ini sangat penting. Apapun rencana kita, sabarlah kuncinya.
Yang tidak sabar akan gagal di tengah jalan.
4. Tidak memalingkan wajah dari manusia (karena sombong)

• Ini adalah termasuk budi-pekerti, sopan-santun dan akhlak yang tertinggi. Yaitu kalau sedang
berbicara berhadap-hadapan dengan seseorang, hadapkanlah muka kita kepadanya. Menghadapkan
muka adalah tanda dari menghadapkan hati. Dengarkanlah apa yang dikatakan lawan bicara kita,
perhatikan dan berikan kesan bahwa kita menghargainya. Jika kita sedang berbicara dengan
seseorang tapi dengan memalingkan muka, maka akan membuat tersinggung perasaannya. Dia akan
merasa tidak diharga dan perkataannya tidak didengarkan dengan baik.
5. Tidak angkuh ketika berjalan

• Yang dimaksud angkuh dalam berjalan di antaranya mengangkat diri, sombong, mentang-mentang kaya,
mentang-mentang gagah, mentang-mentang dianggap orang jago, mentang-mentang berpangkat dan
sebagainya. “Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”.
Demikian yang Allah katakana di akhir ayat 18.
• Congkak, sombong, takabbur, membanggakan diri, semuanya itu menurut psikologi, terbitnya ialah dari
sebab ada perasaan bahwa diri itu sebenamya tidak begitu tinggi harganya. Di angkat-angkat ke atas,
ditonjol-tonjolkan, karena di dalam lubuk jiwa terasa bahwa diri itu memang rendah atau tidak terlihat.
Orang yang demikian hendak meminta perhatian orang lain. Sebab merasa tidak diperhatikan. Dikaji dari
segi Iman, nyatalah bahwa Iman orang itu masih cacat. Sebagaimana sabda Nabi SAW berikut ini:

‫يْ ييدْ خ ُُل النَّ يا ِ َأ يح ٌد ِِف قيلْ ِب ِه ِمثْ يق ُال يحبَّ ِة خ ْير يدلٍ ِم ْن امي ي ٍان يو يْ ييدْ خ ُُل الْ يجنَّ ية َأ يح ٌد ِِف قيلْ ِب ِه ِمثْ يق ُال يحبَّ ِة خ ْير يدلٍ ِم ْن ِك ْ ِِب يَي يء‬
ِ
"Tidak akan masuk neraka, seseorang yang mana dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari iman, dan
tidak akan masuk surga seseorang yang mana dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan."
(HR. Muslim No. 132).
6. Merendahkan suara

• Jangan bersuara keras tidak sepadan dengan yang hadir. Apa lagi jika bergaul dengan orang ramai di
tempat umum. Orang yang tidak tahu sopan-santun lupa bahwa di tempat itu bukanlah dia berdua
dengan temannya itu saja yang duduk. Lalu dia bersuara keras-keras. “sesungguhnya yang seburuk-
buruk suara, ialah suara keledai".
• Oleh karena itu tidak ada salahnya jika orang berbicara dengan lemah lembut; dikeraskan hanyalah
ketika ingin mengerahkan orang banyak kepada suatu pekerjaan besar. Atau seumpama seorang
komandan peperangan ketika mengerahkan perajuritnya tampil ke medan perang.
Pendekatan dalam pebinaan
karakter
Pendekatan dalam pebinaan karakter
• PENDEKATAN INFORMATIVE (INFORMATIVE APPROACH), yaitu cara
menjalankan program dengan menyampaikan informasi kepada peserta
didik. Peserta didik dalam pendekatan ini dianggap belum tahu dan tidak
punya pengalaman.
• PENDEKATAN PARTISIPATIF (PARTICIPATIVE APPROACH), dimana dalam
pendekatan ini peserta didik dimanfaatkan sehingga lebih ke situasi belajar
bersama.
• PENDEKATAN EKSPERIANSIAL (EXPERIENCIEL APPROACH), dalam pendekatan
ini menempatkan bahwa peserta didik langsung terlibat di dalam pembinaan,
ini disebut sebagai belajar yang sejati, karena pengalaman pribadi dan
langsung terlibat dalam situasi tersebut.
Tentang Experience Learning
• Experiential Learning: “Experiential [learning] is a philosophy and methodology in
which educators purposefully engage with students in direct experience and
focused reflection in order to increase knowledge, develop skills, and clarify
values” (Association for Experiential Education, para. 2).

• Belajar melalui pengalaman juga disebut sebagai belajar melalui tindakan, belajar
dengan melakukan, belajar melalui pengalaman, dan belajar melalui penemuan
dan eksplorasi, semua yang secara jelas didefinisikan oleh pepatah terkenal ini:
• I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand. ~ Confucius, 450
BC
• Tell me and I forget, Teach me and I remember, Involve me and I will learn. ~
Benjamin Franklin, 1750
• There is an intimate and necessary relation between the process of actual
experience and education. ~ John Dewey, 1938
Pesan menarik dari Imam Ibnul
Ilmu dan Amal ‫ألعمل بال معل اكلشجر بال مر‬
Qoyyim rahimahullah, saat
menjelaskan hadis,

‫من يرد هللا به خيا يفقه ِف ايدين‬


“Siapa yang Allah inginkan kebaikan
• “Ilmu tanpa amal, ibarat pada dirinya, maka akan Allah
pohon tanpa buah.” pahamkan tentang agama.”
Kata beliau, “Keutamaan ini dapat
diraih ketika belajar ilmu kemudian
membuahkan amal. Adapun jika
belajar ilmu tujuannya sebatas
mengilmui/wawasan (tidak
diamalkan), yang seperti itu tidak
menunjukkan orang yang
mempelajari agama berarti
diinginkan kebaikan padanya.”
Confucius, 450 BC

• I hear and I forget, I see and I


remember, I do and I understand.
~ Confucius, 450 BC
• Konfusius adalah seorang filsuf,
penyair, dan politisi Tiongkok yang
secara tradisional dianggap
sebagai teladan orang bijak
Tiongkok.
Benjamin Franklin,
1750
• Tell me and I forget, Teach me and I
remember, Involve me and I will learn. ~
Benjamin Franklin, 1750
• Benjamin Franklin adalah seorang
polymath Amerika yang aktif sebagai
penulis, ilmuwan, penemu, negarawan,
diplomat, pencetak, penerbit dan filsuf
politik. Di antara para intelektual
terkemuka pada masanya, Franklin
adalah salah satu Bapak Pendiri Amerika
Serikat.
John Dewey, 1938
• There is an intimate and necessary relation
between the process of actual experience and
education. ~ John Dewey, 1938
• John Dewey adalah seorang filsuf, psikolog, dan
reformis pendidikan yang ide-idenya berpengaruh
dalam pendidikan dan reformasi sosial. Dia adalah
salah satu cendekiawan Amerika yang paling
menonjol di paruh pertama abad kedua puluh.
• Dalam buku mereka, Teaching for Experiential Learning,
Wurdinger dan Carlson (2010) menemukan bahwa fakultas
juga harus secara aktif melibatkan siswa mereka "dalam
Experience proses pembelajaran melalui diskusi, kerja kelompok,
partisipasi langsung, dan menerapkan informasi di luar
learning kelas" (hal. 2).
• Proses ini mendefinisikan experiential learning di mana
siswa terlibat dalam konten pembelajaran di mana mereka
memiliki minat, kebutuhan, atau keinginan pribadi.
Konsep • Belajar melalui pengalaman • Dewey mempopulerkan konsep Experiential
Education yang berfokus pada pemecahan
bukanlah konsep baru untuk masalah dan berpikir kritis daripada
Experiential kelas perguruan tinggi. menghafal dan belajar hafalan.
• Rogers menganggap pembelajaran
Education • John Dewey (1859- pengalaman "signifikan" dibandingkan
1952), dengan apa yang disebutnya pembelajaran
kognitif "tidak berarti".
• Carl Rogers (1902-1987), • Kolb juga mencatat bahwa pengalaman
• dan David Kolb (b. 1939) belajar konkret sangat penting untuk
pembelajaran yang bermakna dan terkenal
telah memberikan dasar dengan Inventarisasi Gaya Belajarnya (LSI)
teori belajar yang yang banyak digunakan di banyak disiplin
saat ini untuk membantu mengidentifikasi
berfokus pada "belajar cara belajar yang disukai.
melalui pengalaman • Elemen kunci dari experiential learning, oleh
atau" belajar sambil karena itu, adalah siswa, dan pembelajaran
itu terjadi (pengetahuan yang diperoleh)
melakukan. sebagai hasil dari keterlibatan pribadi dalam
pendekatan pedagogis ini.
• “Fokus EL ditempatkan pada proses pembelajaran
dan bukan pada produk pembelajaran” (UC Davis,
2011, para 6).
• Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar ketika
Prinsip- mereka memiliki kepentingan pribadi dalam subjek
daripada ditugaskan untuk meninjau topik atau
prinsip membaca bab buku teks.
• Apa yang penting dalam EL, bagaimanapun, “bahwa
Experiential fase mengalami (melakukan), refleksi dan
Learning (EL) penerapan hadir. Selain itu, “tahapan refleksi dan
penerapan inilah yang membuat experiential
learning berbeda dan lebih kuat daripada model
yang biasa disebut sebagai 'learning-by-doing' atau
'hands-on-learning'" (UC Davis, 2011, para 12
mengutip Proudman).
Prinsip-prinsip experiential learning
Sepanjang proses pembelajaran
pengalaman, siswa secara aktif terlibat
Pembelajaran eksperiensial terjadi Pengalaman disusun untuk menuntut
dalam mengajukan pertanyaan,
ketika pengalaman yang dipilih dengan siswa mengambil inisiatif, membuat
menyelidiki, bereksperimen, ingin tahu,
cermat didukung oleh refleksi, analisis keputusan, dan bertanggung jawab atas
memecahkan masalah, memikul
kritis, dan sintesis. hasil.
tanggung jawab, menjadi kreatif dan
membangun makna.

Siswa terlibat secara intelektual, Hubungan dikembangkan dan


Hasil pembelajaran bersifat pribadi dan
emosional, sosial, jiwa dan/atau fisik. dipelihara: siswa dengan diri sendiri,
menjadi dasar bagi pengalaman dan
Keterlibatan ini menghasilkan persepsi siswa dengan orang lain dan siswa
pembelajaran di masa depan.
bahwa tugas belajar itu otentik. dengan dunia pada umumnya.
Instruktur dan siswa mungkin Peluang dipupuk bagi siswa dan
mengalami kesuksesan, kegagalan, instruktur untuk mengeksplorasi
petualangan, pengambilan risiko dan memeriksa nilai-nilai mereka
dan ketidakpastian. sendiri.

Prinsip-prinsip Peran utama instruktur termasuk


pengaturan pengalaman yang
sesuai, mengajukan masalah, Instruktur mengenali dan
experiential menetapkan batasan, mendukung
siswa, menjamin keamanan fisik
mendorong kesempatan spontan
untuk belajar.
dan emosional, dan memfasilitasi
learning (2) proses pembelajaran.

Instruktur berusaha untuk Desain pengalaman belajar


menyadari bias, penilaian dan pra- mencakup kemungkinan untuk
konsepsi mereka, dan bagaimana belajar dari konsekuensi alami,
ini mempengaruhi siswa. kesalahan dan keberhasilan.
Proses Pembelajaran Eksperiensial

• Pembelajaran eksperiensial melibatkan sejumlah langkah yang menawarkan


siswa pengalaman belajar langsung, kolaboratif dan reflektif yang membantu
mereka untuk "mempelajari keterampilan dan pengetahuan baru sepenuhnya"
(Haynes, 2007). Meskipun konten pembelajaran itu penting, belajar dari proses
adalah inti dari pembelajaran pengalaman. Selama setiap langkah pengalaman,
siswa akan terlibat dengan konten, instruktur, satu sama lain serta
merefleksikan diri dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam
situasi lain.

• Berikut ini menjelaskan langkah-langkah yang terdiri dari experiential learning


seperti yang dicatat oleh (Haynes, 2007, para. 6 dan UC Davis, 2011).
1 2 3 4 5

Mengalami/Menjelajahi Berbagi/Merefleksikan Memproses/Menganalisis Generalisasi "So What?“: Aplikasi "Now What?“:


“Doing”: Siswa akan “What Happened?”: Siswa “What’s Important?”: Siswa Siswa akan Siswa akan menerapkan
melakukan atau melakukan akan berbagi hasil, reaksi akan mendiskusikan, menghubungkan apa yang mereka pelajari
pengalaman langsung dan pengamatan dengan menganalisis dan pengalaman dengan contoh dalam pengalaman (dan
dengan sedikit atau tanpa rekan-rekan mereka. Siswa merefleksikan pengalaman. dunia nyata, menemukan apa yang mereka pelajari
bantuan dari instruktur. juga akan mendapatkan Siswa juga akan tren atau kebenaran umum dari pengalaman dan
Contohnya mungkin rekan-rekan lain untuk mendiskusikan bagaimana dalam pengalaman, dan praktik masa lalu) ke situasi
termasuk: Membuat berbicara tentang pengalaman itu dilakukan, mengidentifikasi prinsip- yang serupa atau berbeda.
produk atau model, pengalaman mereka bagaimana tema, masalah prinsip “kehidupan nyata” Siswa akan mendiskusikan
bermain peran, sendiri, berbagi reaksi dan dan isu muncul sebagai yang muncul. bagaimana isu yang
memberikan presentasi, pengamatan mereka dan hasil dari pengalaman diangkat dapat berguna
memecahkan masalah, mendiskusikan perasaan tersebut. Siswa akan dalam situasi masa depan
bermain game. Sebuah yang dihasilkan oleh mendiskusikan bagaimana dan bagaimana perilaku
aspek kunci dari pengalaman tersebut. masalah atau isu tertentu yang lebih efektif dapat
experiential learning adalah Refleksikan apa yang ditangani dan untuk berkembang dari apa yang
apa yang siswa pelajari dari mereka temukan dan mengidentifikasi tema yang mereka pelajari. Instruktur
pengalaman daripada menghubungkannya berulang. harus membantu setiap
kuantitas atau kualitas dari dengan pengalaman masa siswa merasakan rasa
pengalaman. lalu untuk penggunaan di memiliki atas apa yang
masa depan. dipelajari.
Peran • Dalam experiential learning, instruktur membimbing daripada mengarahkan proses
pembelajaran di mana siswa secara alami tertarik untuk belajar. Instruktur

Instruktur mengasumsikan peran fasilitator dan dipandu oleh sejumlah langkah penting untuk
pengalaman belajar seperti yang dicatat oleh (Wurdinger & Carlson, 2010, hal. 13).

dalam • Bersedia menerima peran yang kurang berpusat pada guru di kelas.

Experiential • Dekati pengalaman belajar dengan cara yang positif dan tidak mendominasi.
• Identifikasi pengalaman di mana siswa akan menemukan minat dan secara pribadi
Learning berkomitmen.
• Jelaskan tujuan dari situasi belajar eksperiensial kepada siswa.
• Bagikan perasaan dan pemikiran Anda dengan siswa Anda dan beri tahu mereka
bahwa Anda juga belajar dari pengalaman tersebut.
• Kaitkan tujuan pembelajaran kursus dengan kegiatan kursus dan pengalaman
langsung sehingga siswa tahu apa yang seharusnya mereka lakukan.
• Menyediakan sumber daya yang relevan dan bermakna untuk membantu siswa
berhasil.
• Biarkan siswa bereksperimen dan menemukan solusi sendiri.
• Temukan keseimbangan antara aspek akademik dan pengasuhan dari pengajaran.
• Memperjelas peran siswa dan instruktur.
• Kualitas pembelajaran eksperiensial adalah di mana siswa memutuskan diri mereka
sendiri untuk terlibat secara pribadi dalam pengalaman belajar (siswa secara aktif
Peran berpartisipasi dalam pembelajaran mereka sendiri dan memiliki peran pribadi dalam
arah pembelajaran). Siswa tidak sepenuhnya dibiarkan untuk mengajar diri mereka
sendiri; namun, instruktur berperan sebagai pemandu dan memfasilitasi proses
Mahasiswa pembelajaran. Daftar peran siswa berikut telah diadaptasi dari (UC-Davis, 2011 dan
Wurdinger & Carlson, 2010).

dalam • ...siswa memutuskan untuk terlibat secara pribadi dalam pengalaman belajar...
Experiential • Siswa akan terlibat dalam masalah-masalah yang bersifat praktis, sosial dan pribadi.
• Siswa akan diberikan kebebasan di dalam kelas selama mereka membuat kemajuan
Learning dalam proses pembelajaran.
• Siswa sering kali perlu dilibatkan dengan situasi yang sulit dan menantang saat
menemukan.
• Siswa akan mengevaluasi sendiri kemajuan atau keberhasilan mereka dalam proses
pembelajaran yang menjadi sarana penilaian utama.
• Siswa akan belajar dari proses pembelajaran dan menjadi terbuka untuk berubah.
Perubahan ini mencakup lebih sedikit ketergantungan pada instruktur dan lebih
banyak pada sesama rekan, pengembangan keterampilan untuk menyelidiki
(penelitian) dan belajar dari pengalaman otentik, dan kemampuan untuk
mengevaluasi kinerja seseorang secara objektif.
Mengintegrasikan Experiential Learning (EL) dalam
Pengajaran
• RENCANA: Setelah pengalaman EL diputuskan, rencanakan pengalaman dengan mengaitkannya dengan tujuan
pembelajaran kursus dan tentukan apa yang siswa perlukan untuk menyelesaikan latihan dengan sukses (sumber daya
seperti bacaan dan lembar kerja, penelitian, rubrik, perlengkapan, dan arahan ke luar kampus lokasi, dll). Juga, tentukan
logistiknya: berapa banyak waktu yang akan diberikan kepada siswa untuk menyelesaikan pengalaman (sesi kelas lengkap,
satu minggu atau lebih)? Apakah siswa perlu bekerja di luar kelas? Bagaimana pengalaman itu akan berakhir? Bentuk
penilaian apa yang akan Anda terapkan? Apakah Anda akan menggunakan penilaian berkelanjutan seperti observasi dan
jurnal (disebut penilaian formatif), penilaian akhir pengalaman seperti laporan dan proyek tertulis, penilaian diri dan/atau
rekan, atau kombinasi dari ketiganya?
• MEMPERSIAPKAN: Setelah perencanaan selesai, siapkan materi, rubrik, dan alat penilaian dan pastikan semuanya sudah
siap sebelum pengalaman dimulai.
• MEMUDAHKAN: Seperti kebanyakan strategi instruksional, instruktur harus memulai pengalaman. Setelah dimulai, Anda
harus menahan diri untuk tidak memberikan semua konten dan informasi kepada siswa dan jawaban lengkap atas
pertanyaan mereka. Sebaliknya, bimbing siswa melalui proses menemukan dan menentukan solusi untuk diri mereka
sendiri.
• EVALUASI: Keberhasilan kegiatan experiential learning dapat ditentukan selama diskusi, refleksi dan sesi tanya jawab.
Debriefing, sebagai pengalaman puncak, dapat membantu memperkuat dan memperluas proses pembelajaran. Selain itu,
manfaatkan strategi penilaian yang telah direncanakan sebelumnya.
Peluang
Pembelajaran
Eksperiensial
di Pendidikan
Tinggi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai