Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI

APLIKASI DAN PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI


DIBIDANG FARMASI DAN OBAT

Oleh:
KELOMPOK 1
Abdus Sami Arsad F201802019
Andi Mona Fatirah Sari F201902009
Suria F201902011
Afni F201902019

KELAS C5NR

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya kami diberikan kesehatan dan kesempatan

dalam meyelesaikan makalah ini.

Tak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak

yang telah membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat kami

sebutkan satu persatu sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya.

Di dalam makalah ini kami selaku penulis menyadari banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami

harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi. Kami berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kendari, Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Sampul ............................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar isi .......................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan ........................................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

Bab II Pembahasan .......................................................................................... 3


A. Pengertian Bioteknologi ........................................................................... 3
B. Arti Penting Bioteknologi Dalam Farmasi ............................................... 3
C. Ruang Lingkup Bioteknologi Farmasi ..................................................... 9
D. Perkembangan Bioteknologi ..................................................................... 6
E. Aplikasi Bioteknologi Dalam Bidang Farmasi ......................................... 7

Bab III Penutup ................................................................................................ 22


A. Kesimpulan ............................................................................................... 22

Daftar Pustaka .................................................................................................. 23

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan
penggunaan organisme hidup atau produknya dalam proses industri berskala-
besar. Peranan bioteknologi dalam budidaya, multiplikasi, rekayasa genetika,
dan skrining mikroba endofit yang dapat menghasilkan metabolit sekunder
sangat penting dalam rangka pengembangan bahan obat yang berasal dari
tanaman obat ini. Bahkan dengan kemajuan yang pesat dalam bidang
bioteknologi ini telah dapat dihasilkan beberapa jenis tanaman transgenik yang
dapat memproduksi vaksin rekombinan (Maksum R. 2004).
Bioteknologi di Indonesia telah berkembang sejak lama, misalnya
pembuatan keju, tempe, oncom dan lain sebagainya. Namun bioteknologi
modern baru berkembang pada tahun 1985 ketika Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan yang mengizinkan munculnya program Bioteknologi. Tahun
1994, Indonesian Biotechnology Consortium (IBC) terbentuk dengan tujuan
aktif terlibat dalam pengembangan dan pemanfaatan bioteknologi secara bijak
untuk kesejahteraan manusia dan konservasi lingkungan (Retnoningrum,
2005).
Bioteknologi dalam bidang kesehatan memberikan kesempatan dalam
pemecahan masalah yaitu mendiagnosa, mencegah, serta mengobati berbagai
penyakit termasuk penyakit genetis. Penerapan antibodi monoklonal dapat
membantu mendiagnosa suatu penyakit (Prentis, 1984). Widyastuti (2017)
melaporkan bahwa perkembangan bioteknologi di bidang kesehatan yaitu
terapi gen yang dapat digunakan untuk penanganan penyakit baik bersifat
genetis ataupun bukan. Terapi gen merupakan tek nologi yang memungkinkan
gengen yang rusak dapat diganti dengan gen-gen normal menggunakan vektor
untuk menyisipkan DNA ke dalam sel (Moeljoprawiro, 2005).

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bioteknologi ?
2. Bagaimana cara pengembangan bioteknologi dalam bidang farmasi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Bioteknologi.
2. Untuk mengetahui pengembangan bioteknologi dalam bidang farmasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari
pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun
produk dari makbluk hidup (enzim, alkohol, antibiotik, asam organik) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat digunakan
oleh manusia.
Bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada
ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi
molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, bioteknologi adalah menggabungkan berbagai cabang ilmu
dalam proses produksi barang dan jasa.

B. Arti Penting Bioteknologi Dalam Farmasi


Ketika dua disiplin farmasi dan bioteknologi datang bersama-sama,
mereka menghasilkan banyak keuntungan bagi manusia dalam hal kesehatan.
Hal ini dimungkinkan melalui Pharmacogenomics yang merujuk kepada studi
tentang bagaimana warisan genetik mempengaruhi respon tubuh manusia
individu untuk obat. Biofarmasi obat bertujuan untuk merancang dan
memproduksi obat-obatan yang disesuaikan dengan genetik masing-masing
orang. Dengan demikian perusahaan bioteknologi farmasi dapat
mengembangkan obat-obatan khusus dibuat untuk efek terapi yang maksimal.
Selain itu, obat-obatan bioteknologi dapat diberikan kepada pasien dalam dosis
yang tepat sebagai dokter akan tahu genetika pasien dan bagaimana proses dan
tubuh memetabolisme obat. Salah satu manfaat lebih dari bioteknologi farmasi
adalah dalam bentuk vaksin yang lebih baik. Biotek perusahaan desain dan
memproduksi vaksin yang lebih aman oleh organisme yang ditransformasi
melalui rekayasa genetik. Vaksin-vaksin biotek meminimalkan risiko infeksi.

6
Rekayasa genetika adalah proses mengidentifikasi dan mengisolasi
DNA dari suatu sel hidup atau mati dan memasukkannya dalam sel hidup
lainnya. Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk
menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan. Rekayasa
genetika disebut juga pencangkokan gen atau rekombinasi DNA. Dalam
rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan sifat makhluk hidup.
Hal itu karena DNA dari setiap makhluk hidup mempunyai struktur yang sama,
sehingga dapat direkombinasikan. Selanjutnya DNA tersebut akan mengatur
sifat-sifat makhluk hidup secara turun-temurun. Rekayasa Genetika pada
mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut
(misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan
kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak,
mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan
obat-obatan dan kosmetika, serta Pembuatan insulin manusia dari bakteri ( Sel
pancreas yang mempu mensekresi Insulin digunting , potongan DNA itu
disisipkan ke dalam Plasmid bakteri) DNA rekombinan yang terbentuk
menyatu dengan Plasmid diinjeksikan lagi ke vektor, jika hidup segera di
kembangbiaakan.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau
melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan
gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan
dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Pada proses
rekayasa genetika organisme yang sering digunakan adalah bakteri Escherichia
coli. Bakteri Escherichia coli dipilih karena paling mudah dipelajari pada taraf
molekuler.
Pada proses penyisipan gen diperlukan tiga faktor utama yaitu
1. Vektor, yaitu pembawa gen asing yang akan disisipkan, biasanya berupa
plasmid, yaitu lingkaran kecil AND yang terdapat pada bakteri. Plasmid
diambil dari bakteri dan disisipi dengan gen asing.
2. Bakteri, berperan dalam memperbanyak plasmid. Plasmid di dalam tubuh
bakteri akan mengalami replikasi atau memperbanyak diri, makin banyak

7
plasmid yang direplikasi makin banyak pula gen asing yang dicopy
sehingga terjadi cloning gen.
3. Enzim, berperan untuk memotong dan menyambung plasmid. Enzim ini
disebut enzim endonuklease retriksi, enzim endonuklease retriksi yaitu
enzim endonuklease yang dapat memotong ADN pada posisi dengan urutan
basa nitrogen tertentu.

C. Ruang Lingkup Bioteknologi Farmasi


Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan
bioteknologi dalam bidang farmasi/obat-obatan yang menunjang perbaikan
kesehatan makhluk hidup.
Bioteknologi farmasi saling berhubungan dengan bioteknologi
kedokteran, farmakodinamik, farmakologi dimana dalam bioteknologi farmasi
mengkaji beberapa organisme model (mencit, tikus, ayam, yeast, lalat buah,
cacing, dan zebrafish) untuk mengidentifikasi penyakit genetik dan kesesuaian
penggunaan terapi gen dalam mengetahui keefektifan dan keamanannya
sebelum melakukan tindak lanjut klinis pada manusia.
Bioteknologi Farmasi memegang peranan penting dalam perkembangan
tindakan medis untuk pengobatan suatu penyakit yang berhubungan dengan
farmakogenomik. Thieman (2004) menjelaskan bahwa umumnya teknik yang
digunakan dalam bioteknologi kedokteran menggunakan pendekatan molekular
untuk mendeteksi penyakit genetik yang berhubungan dengan ketidaknormalan
kromosom dan kerusakan gen.
Pada biteknologi farmasi ini kajian yang dibahas hanya bagaimana cara
menemukan suatu obat dengan memanfaatkan agen–agen biologi yang
menggunakan ilmu mikrobiologi yang mencakup pemilihan organisme yang
akan digunakan, memilih media pertumbuhan organisme, penentuan kondisi
lingkungan untuk organisme agar optimal, dll. Sebagai contoh yaitu penemuan
hormon insulin dengan menyisipkan gen insulin padan bakteri. Selain itu
percobaan bagaimana cara mematikan sel kanker melalui beberapa pendekatan
dan bahan uji.

8
Kajian bioteknologi farmasi sangat berkembang pesat sampai saat ini.
Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan
kesehatan.

D. Perkembangan Bioteknologi
Sekarang bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara
negara maju. kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam
teknologi rekayasa pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain.
genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, hingga
Bioteknologi terus mengalami perkembangan bioteknologi tidak hanya
dipakai pada bidang pertanian (pangan), dan juga di bidang medis. Pada bidang
pangan dulu sudah ada pembuatan roti, bir, maupun keju. bahkan pemanfaatan
tanaman dengan menghasilkan verietas-varietas baru dibidang pertanian dan
reproduksi hewan. Sementara pada bidang medis dengan adanya penemuan
vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah terbatas akibat
proses fermentasi yang tidak sempurna. perubahan signifikan terjadi setelah
penemuan bioreaktor oleh louis pasteur. Dengan alat tersebut, produksi
antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Sekarang bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara-
negara maju. pada bioteknologi terjadi mulai menerapkan prinsip genetika,
biokimia, dan biomolekuler. Kemajuan-kemajuan tersebut ditandai dengan
ditemukannya berbagai macam teknologi, seperti:
1. Rakayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan
sel induk, klonik. teknologi tersebut memungkinkan penyembuhan
penyakit-penyakit genetika maupun kronis, seperti kanker.
2. Pada penelitian di bidang pengemban sel induk juga memungkinkan para
penderita stroke atay penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau
kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh.
3. Di bidang padang dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur
jaringan dan DNA rekombinan. Baca juga: berkat BPPT dan Pihak Swasta,
Riset Bioteknologi Tak Lagi Jalan di Tempat Dapat dibasilkan tanaman

9
dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika
dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun
tekanan lingkungan.
4. Penerapan bioteknologi saat ini dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan
hidup dari polusi. Seperti penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut
oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai
atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.

E. Aplikasi Bioteknologi Dalam Bidang Farmasi


Aplikasi Bioteknologi mampu meningkatkan kualitas suatu organisme
dengan memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan
gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut.
Pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun
produk dari makhluk hidup melalui proses fermentasi untuk membuat produk
keperluan sehari-hari seperti roti, keju, bir dan anggur. Dibidang kesehatan,
penerapan bioteknologi telah menghasilkan produk-produk penting seperti
antibiotik, vaksin, hormon, diagnostika penyakit dan produk farmasi lainnya.
Dalam bidang farmasi contoh dari aplikasi bioteknologi misalnya
pembuatan vaksinasi hepatitis B. Hepatitis B adalah penyakit serius yang
menyerang hati dan disebabkan oleh virus yang dinamakan Virus Hepatitis B.
Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut. Sistem kekebalan akan
mengenali partikel vaksin sebagai agen asing, menghancurkannya, dan
"mengingat"-nya. Ketika di kemudian hari agen yang virulen menginfeksi
tubuh dengan menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel, mengenali
dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berbiak.
Virus Hepatitis B merupakan virus DNA yang termasuk golongan
Hepadnaviridae. virus Hepatitis B dapat ditularkan dengan efektif melalui
cairan tubuh, perkutan, dan melalui membran mukosa. Penularan yang lebih
rendah dapat terjadi melalui kontak dengan karier Hepatitis B, hemodialisis,
paparan terhadap pekerja kesehatan yang terinfeksi, alat tato, alat tindik,

10
hubungan seksual, dan inseminasi buatan. Selain itu penularan juga dapat
terjadi melalui transfusi darah dan donor organ.
Pencegahan infeksi virus Hepatitis B dapat dilakukan melalui non
vaksinasi dan vaksinasi. Pencegahan non vaksinasi dapat dilakukan dengan
cara, menghindari kontak dengan darah maupun cairan tubuh pasien yang
terinfeksi virus Hepatitis B, tidak menggunakan jarum suntik dan alat
kedokteran yang tidak steril, menghindari hubungan seksual yang tidak aman,
dan cara-cara pencegahan umum lainnya.
Vaksin Hepatitis B yang aman, imunogenik, dan efektif telah
dipasarkan sejak tahun 1982. Vaksin Hepatitis B mengandung HBsAg ayng
dimurnikan. Vaksin dapat diperoleh dari hasil kultur HBsAg dari plasma
pasien infeksi Hepatitis B kronik (plasma-derived vaccine) atau dengan
memasukkan plasmid yang mengandung gen S virus dan pada beberapa kasus
pre-S1 dan atau pre S2 ke dalam ragi atau sel mamalia. Insersi ini akan
menginduksi sel mengekspresikan HBsAg, yang berkumpul menjadi partikel
imunogenik (vaksin DNA rekombinan). Vaksin tersebut mengalami inaktivasi,
dimurnikan, dan ditambah aluminium fosfat atau alminium hidroksida, dan
diawetkan dengan thimerosal.
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit hepatitis B dan berbagai
komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker. Vaksinasi Hepatitis B
dibuat dari bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis
tidak dapat menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin hepatitis B diberikan 4
serial, pemberian serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan
seumur hidup.
Vaksin Hepatitis B merupakan vaksin yang termasuk aman. Efek yang
ditimbulkan berupa nyeri di tempat injeksi, demam, reaksi anafilaksis, dan
Sindrom Guillan-Barre. Reaksi alergi terhadap komponen vaksin termasuk
thimerosal merupakan kontraindikasi pemberian vaksin.
Meskipun vaksin sejauh ini tidak virulen sebagaimana agen
"sebenarnya", bisa menimbulkan efek samping yang merugikan, dan harus
diperkuat dengan vaksinasi ulang beberapa tiap tahun. Suatu cara untuk

11
mengatasi hal ini adalah dengan vaksinasi DNA. DNA yang menyandi suatu
bagian virus atau bakteri yang dapat dikenali oleh sistem kekebalan
dimasukkan dan diekspresikan dalam sel manusia/hewan. Sel-sel ini
selanjutnya menghasilkan toksoid agen penginfeksi, tanpa pengaruh berbahaya
lainnya. Pada tahun 2003, vaksinasi DNA masih dalam percobaan, namun
menunjukkan hasil yang menjanjikan. Sepanjang mayoritas masyarakat telah
diimunisasi, penyakit infeksi akan sulit mewabah. Pengaruh ini disebut herd
immunity.

1. Bioteknologi Farmasi
Bioteknologi mengacu pada penerapan sistem biologi, organisme
hidup, atau turunannya dalam membuat atau memodifikasi produk atau
proses untuk penggunaan khusus. Bioteknologi digunakan di berbagai
bidang termasuk pertanian, ilmu makanan, dan Pharmaceutical, Perusahaan
farmasi menggunakan bioteknologi untuk obat manufaktur,
pharmacogenomics, terapi gen, dan pengujian genetik. Bioteknologi
perusahaan membuat produk bioteknologi (lebih spesifik kata produk
farmasi biotek) dengan memanipulasi dan memodifikasi organisme,
biasanya pada tingkat molekul. Bioteknologi farmasi perusahaan
menggunakan teknologi DNA rekombinan, yang memerlukan manipulasi
genetik sel, atau antibodi monoklonal untuk membuat produk bioteknologi
mereka. Produk-produk farmasi biotek yang dibuat oleh perusahaan-
perusahaan biotek yang banyak digunakan dalam pencegahan, diagnosis
atau pengobatan berbagai jenis penyakit tentunya agar kita selalu
menerapkan healthy lifestyle kita agar menjadi lebih baik lagi.
a. Boitech Obat
Farmasi Formulasi farmasi konvensional adalah molekul relatif
sederhana diproduksi terutama melalui teknik trial and error untuk
mengobati gejala-gejala penyakit atau penyakit. Di sisi lain,
biopharmaceuticals adalah molekul biologis yang kompleks, yang umum
dikenal sebagai protein, yang biasanya bertujuan menghilangkan

12
mekanisme yang mendasari untuk mengobati penyakit. Namun, hal ini
tidak benar dalam semua kasus seperti dalam kasus diabetes mellitus tipe
1 di mana insulin hanya digunakan untuk mengobati gejala-gejala
penyakitnya dan bukan penyebab utama. Bioteknologi farmasi, pada
dasarnya, adalah digunakan untuk membuat molekul yang lebih besar
yang kompleks dengan bantuan sel-sel hidup (seperti yang ditemukan
dalam tubuh manusia seperti sel-sel bakteri, ragi sel, hewan atau
tumbuhan sel). Tidak seperti molekul kecil yang diberikan kepada pasien
melalui tablet, molekul besar yang biasanya disuntikkan ke dalam tubuh
pasien.
b. Bioteknologi Farmasi dan Keuntungan Kombinasinya
Ketika dua disiplin-farmasi dan bioteknologi-datang bersama-
sama, mereka menghasilkan banyak keuntungan bagi manusia dalam hal
kesehatan. Hal ini dimungkinkan melalui Pharmacogenomics (berasal
dari 'farmakologi' dan 'genomics') yang merujuk kepada studi tentang
bagaimana warisan genetik mempengaruhi respon tubuh manusia
individu untuk obat. biofarmasi obat bertujuan untuk merancang dan
memproduksi obat-obatan yang disesuaikan dengan genetik masing-
masing orang. Dengan demikian perusahaan bioteknologi farmasi dapat
mengembangkan obat-obatan khusus dibuat untuk efek terapi yang
maksimal. Selain itu, obat-obatan bioteknologi dapat diberikan kepada
pasien dalam dosis yang tepat sebagai dokter akan tahu genetika pasien
dan bagaimana proses dan tubuh memetabolisme obat. Salah satu
manfaat lebih dari bioteknologi farmasi adalah dalam bentuk vaksin yang
lebih baik. Biotek perusahaan desain dan memproduksi vaksin yang lebih
aman oleh organisme yang ditransformasi melalui rekayasa genetik.
Vaksin-vaksin biotek meminimalkan risiko infeksi.
c. Bioteknologi Farmasi Produk
Produk bioteknologi farmasi umum yang dibuat oleh perusahaan
farmasi biotek mencakup, Antibodi, Protein, dan DNA rekombinan
Produk.

13
1) Antibodi- Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sel darah
putih dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasi bakteri, virus, dan zat asing lain dan untuk melawan
mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, antibodi monoklonal
merupakan salah satu perkembangan yang paling menarik dalam obat-
obatan bioteknologi.
2) Protein- Protein dibuat dari asam amino yang besar, molekul
kompleks yang sebagian besar bekerja di sel dan diperlukan untuk
struktur, fungsi, dan regulasi dari jaringan tubuh dan organ. Protein
bioteknologi yang muncul sebagai salah satu teknologi kunci dari
masa depan untuk memahami perkembangan banyak penyakit seperti
kanker atau formasi amiloid untuk intervensi terapeutik yang lebih
baik.
3) DNA rekombinan Produk- Rekombinan deoxyribonucleic Acid adalah
rekayasa genetika DNA diciptakan oleh penggabungan fragmen DNA
dari organisme yang berbeda. Beberapa DNA rekombinan Produk
termasuk
 Vaksin DNA rekombinan
 DNA rekombinan Obat
 Enzim DNA rekombinan
 DNA rekombinan Hormon Pertumbuhan
 DNA rekombinan insulin
 Protein DNA rekombinan
 DNA rekombinan Yeast

2. Bioteknologi Dalam Kedokteran Dan Produksi Obat


Bioteknologi farmasi memegang peranan penting dalam pembuatan
obat-obatan serta perkembangan tindakan medis untuk pengobatan suatu
penyakit. Komponen bioteknologi farmasi dapat berupa bagian-bagian dari
organisme yang digunakan dalam menghasilkan produk atau jasa untuk

14
kepentingan penelitian atau pengembangan perawatan kesehatan dan obat-
obatan.

Contoh penerapan bioteknologi begitu luas dan telah dilakukan selama


beratus-ratus tahun mulai dari taraf sederhana sampai bioteknologi modern.
Seiring berkembangnya zaman dan pengetahuan, kini pemanfaatan
bioteknologi tidak hanya sekedar dalam bidang pangan saja, melainkan telah
merambah pada bidang farmasi yang tentunya disertai dengan penggunaan
teknologi lebih canggih dan menerapkan teknik rekayasa genetika. Berikut
disajikan beberapa contoh dan mekanisme penerapan bioteknologi dalam
bidang farmasi :
1. Pembuatan Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel-sel beta yang
membentuk pulau sehingga disebut pulau langerhans di kelenjar pangkreas.
Pada awalnya terbentuk proinsulin yang molekulnya lebih besar daripada
insulin. Proinsulin tersimpan di pankreas hingga dibutuhkan tubuh. Ketika
proinsulin keluar ke peredaran darah, proinsulin diuraikan menjadi 2 bagian:
peptida penghubung dan hormon insulin aktif. Fungis utama hormon insulin
adalah menurunkan kadar glukosa di dalam sel. Teori yang ada mengatakan
bahwa seseorang ≥45 tahun memiliki peningkatan resiko terhadap terjadinya
diabetes dan intoleransi glukosa yang di sebabkan oleh faktor degeneratif
yaitu menurunya fungsi tubuh, khususnya kemampuan dari sel β dalam
memproduksi insulin untuk memetabolisme glukosa (Betteng et al., 2014).
Oleh karena itu diperlukan suatu teknik untuk memperoleh tambahan
insulin. Adanya teknik rekayasa genetika, maka bisa didapatkan hormon
insulin dalam jumlah yang banyak, insulin ini diperoleh dengan
mencangkokkan gen (transplantasi gen) yang mengkode insulin ke dalam
plasmid bakteri. Proses pembuatan insulin dengan teknik DNA recombinan
adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pankreas
manusia :

15
1) Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin
diekstrak dari sel pancreas. Kemudian enzim transcriptase
ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan nukleotida penyusun
DNA.
2) Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk
DNA berantai tunggal.
3) DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
4) Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai
tunggal menjadi ranati ganda, disebut DNA komplementer (c- DNA),
yang merupakan gen penghasil insulin.
b. Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara
memotong kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
c. Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari
sel bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di
dalam serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin
manusia dalam bentuk c- DNA disiapkan untuk dipasangkan pada
plasmid yang terbuka tersebut.
d. Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula
ikatan yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase
memperkuat ikatan ini sehingga dihasilkan molekul DNA
recombinan/plasmid recombinan yang bagus.
e. Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli. Di dalam sel
bakteri ini plasmid mengadakan replikasi.
f. Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat
menghasilkkan klon-klon bakteri yang mengandung plasmid recombinan
penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika dapat dihasilkan E.coli yang
merupakan penghasil insulin dalam jumlah banyak dan dalam waktu
yang singkat.

16
Gambar 2 Langkah-Langkah DNA Rekombinan pada Produksi Insulin

2. Pembuatan Antibodi Monoklonal


Produksi molekul Antibodi merupakan tanggungjawab dari klone-
klone sel limfosit B (sel plasma) yang masing-masing spesifik terhadap
antigen. Menurut teori klonal, adanya interaksi antara antigen dengan klone
limfosit B akan merangsang sel tersebut untuk berdiferensiasi dan
berproliferasi sehingga diperoleh sel yang mempunyai ekspresi klonal untuk
memproduksi antibodi. Produksi antibody monoklonal merupakan gabungan
penerapan teknik hibridoma dan kloning. Dengan berkembangnya teknologi
dan pengetahuan tentang molekul Ig, maka kini dikenal teknik hibridoma
untuk tujuan menghasilkan antibodi monoklonal dalam jumlah banyak dan
tidak terbatas oleh waktu dengan cara kloning. Teknik hibridoma adalah
suatu teknik dengan cara menggabungkan dua macam sel eukariot dengan
tujuan mendapatkan sel hibrid yang memiliki kemampuan kedua sel
induknya.
Pada hakekatnya produksi antibodi monoklonal tetap mengikuti
prinsip teori seleksi klonal (Artama, 1990: 165). Pada dunia kesehatan,
antibodi monoklonal ini dapat digunakan untuk diagnosis kehamilan, uji

17
golongan darah ABO, dan uji serum (AIDS, Hepatitis). Prosedur produksi
antibodi monoclonal sebagai berikut.
a. Antigen yang telah dimurnikan disuntikkan ke hewan percobaan mencit
(mice) untuk mendapatkan sel limfosit B yang spesifik.
b. Limpa (spleen) dikeluarkan dari tikus setelah lebih dulu dimatikan dan
dikerjakaan secara aseptis.
c. Sel limfosit B sebagai penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dari
limpa (spleen) dipisahkan dari eritrosit dan cairan limpa dengan cara
sentrifus (gradient centrfuge).
d. Sel penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dan selanjutnya dikawinkan
dengan sel myeloma (sel kanker) dalam media PEG (polyethilene glycol)
atau dapat juga dengan virus Sendai.
e. Sel hibrid yang diperoleh kemudian diseleksi dalam medium HAT
(hypoxanthine aminopterin thimidin), oleh karena tidak semua sel hibrid
yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan yakni sel limfosit B
dengan sel myeloma, akan tetapi dapat terjadi hibrid antara sel limfosit B
dengan sel limfosit B, atau sel myeloma dengan sel myeloma.
f. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji untuk mengetahui kemampuan
menghasilkan Ab yang diharapkan, jika hasilnya pasti maka sel tersebut
dikultur (cloning) kemudian dipropagasi pada kultur jaringan (bioreaktor)
atau disuntikkan ke tikus (in vivo) untuk produksi MAb atau dapat pula
dibekukan untuk koleksi.
g. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji (assay) untuk mengetahui
kemampuan menghasilkan Ab yang diharapkan denngan menggunakan
kultur sel dan diuji antibodi.
h. Jika hasilnya pasti, maka sel tersebut kemudian dipropagasi dengan
menggunakan kultur jaringan dalam skala besar (bioreaktor) untuk
mendapatkan sel turunan yang sama persis dengan induknya (cloning),
atau disuntikkan ke tikus (in vivo) untuk produksi MAB, atau dapat pula
dibekukan untuk koleksi (stock cell culture).

18
Gambar : Skema tahapan kegiatan produksi antibodi monoklonal dari imunisasi
sampai mendapatkan klon hibridoma

3. Produk Vaksin
Selain digunakan untuk memproduksi hormon maupun enzim,
teknologi DNA rekombinan juga digunakan untuk membuat vaksin. Pada
aplikasi ini, secara garis besar beberapa mikroorganisme digunakan untuk
menghambat kemampuan mikroorganisme patogen (penyebab penyakit).
Mikrobia menjadi suatu bibit penyakit dalam tubuh apabila mikrobia
tersebut menghasilkan senyawa toksik bagi tubuh manusia. Selain itu,
bagian-bagian tubuh mikrobia seperti flagel dan membran sel juga dapat
menimbulkan penyakit. Hal ini karena bagian-bagian tersebut kemungkinan
terdiri dari protein asing bagi tubuh. Senyawa dan protein asing ini disebut
antigen.
Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi
dari mikrobia yang bersangkutan. Kemudian gen ini disisipkan pada
plasmid mikrobia yang sama, tetapi telah dilemahkan (tidak berbahaya).
Mikrobia ini menjadi tidak berbahaya karena telah dihilangkan bagian yang
menimbulkan penyakit, misal lapisan lendirnya. Mikrobia yang telah

19
disisipi gen ini akan membentuk antigen murni. Bila antigen ini disuntikkan
pada manusia, sistem kekebalan manusia akan membuat senyawa khas yang
disebut antibodi.

4. Terapi Gen
Menurut Nurcahyo (2011), terapi gen adalah suatu teknik yang
digunakan untuk memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya, terapi
gen diciptakan untuk mengobati penyakit keturunan (genetik) yang terjadi
karena mutasi pada satu gen, seperti penyakit fibrosis sistik. Penggunaan
terapi gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan memasukkan gen
normal yang spesifik ke dalam sel yang memiliki gen mutan. Terapi gen
kemudian berkembang untuk mengobati penyakit yang terjadi karena mutasi
di banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan gen normal ke dalam sel
mutan, mekanisme terapi gen lain yang dapat digunakan adalah melakukan
rekombinasi homolog untuk melenyapkan gen abnormal dengan gen
normal, mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik peredaman gen,
dan melakukan mutasi balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi
normal kembali.
Secara garis besar ada dua macam cara yang biasa digunakan untuk
memasukkan gen baru ke dalam sel.
a. Terapi Gen Ex Vivo
Sel dari sejumlah organ atau jaringan (seperti kulit, system
hemopoietik, hati ) atau jaringan tumor dapat diambil dari pasien dan
kemudian dibiakkan dalam laboratorium. Selama pembiakkan, sel itu
dimasuki suatu gen tertentu untuk terapi penyakit itu. Kemudian diikuti
dengan reinfusi atau reimplementasi dari sel tertransduksi itu ke pasien.
Penggunaan sel penderita untuk diperlakukan adalah untuk meyakinkan
tidak ada respon imun yang merugikan setelah infuse atau transplantasi.
Terapi gen ex vivo saat ini banyak digunakan pada uji klinis, kebanyakan

20
menggunakan vector retrovirus untuk memasukkan suatu gen ke dalam
sel penerima.
b. Terapi Gen In Vivo
Organ seperti paru paru, otak, jantung tidak cocok untuk terapi
gen ex vivo, sebab pembiakan sel target dan retransplantasi tidak
mungkin dilakukan. Oleh karena itu terapi gen somatic, dilakukan
dengan pemindahan gen in vivo. Dengan kata lain dengan memberikan
gen tertentu baik secara lokal maupun sistemik. Penggunaan vector
retrovirus memerlukan kondisi sel target yang sedang membelah supaya
dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak jaringan yang merupakan target
terapi gen, sebagian besar selnya dalam keadaan tidak membelah.
Akibatnya, sejumlah strategi diperlukan baik penggunaan system vector
virus maupun non-virus untuk menghantarkan gen terapetik ke sel target
yang sangat bervariasi seperti kulit, otot, usus, liver dan sel darah. Sistem
penghantar gen in vivo yang ideal adalah efisiensi tinggi masuknya gen
terapetik dalam sel target. Gen itu dapat masuk ke inti sel dengan sedikit
mungkin terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi walaupun ada
perubahan kondisi.
Terapi gen dapat dilakukan pada gen sel somatic maupun
embrional :
 Terapi gen pada sel somatic
Terapi gena pada sel somatis (somatic gene therapy) yaitu usaha
mereparasi gen karena cacat bawaan dengan cara menyisipkan gene
normal ke organisme penderita, sebagai contoh kelainan metabolisme.
Langkah-langkah terapi gena sebagai berikut: sel sumsum tulang
(bone marrow) atau sel kulit diekstrasi (dikeluarkan) dari tubuh pasien
kemudian dipelihara dalam medium kultur untuk perbanyakan.
Kemudian disisipkan gen normal ke dalam DNA sel tadi dengan
rekayasa gena ini diharapkan dapat menyebabkan perubahan genotipe
sel yang semula cacat. Transgenesis untuk mengembalikan rDNA
tubuh pasien yang menderita cacat bawaan. Terapi gene sel somatik

21
dari sudut pandang sosial masih menimbulkan masalah pro dan
kontra. Masih dipertimbangkan dengan alasan karena risiko dan
keamanan.
 Terapi Gena pada sel embrional
Terapi gena pada sel (Germ line gene therapy) yaitu usaha mereparasi
gena karena cacat bawaan, sebagai contoh kelainan metabolisme.
Langkah-langkah terapi gena sebagai berikut: misalnya sumsum
tulang (bone marrow) atau sel kulit diambil kemudian keduanya
dipelihara dalam medium kultur vektor ke dalam sel hospes dengan
menggunakan metode mikroinjeksi DNA ke sel telur terbuahi diikuti
dengan implantasi sel telur termanipulasi ke induk titipan yang telah
dipersiapkan. Pada tikus dengan induksi dapat diperoleh 40 buah ova,
namun sel telur yang dapat dibuahi sekitar 20 buah. 2 pl buffer yang
mengandung klon plasmid DNA diinjeksikan ke salah satu dari
pronukleus sel telur terbuahi. Ada 2 buah pronukleus dari jantan dan
betina, pronukleus jantan lebih besar sehingga dipilih untuk diinjeksi.
Pronuklei mengalami fusi kemudian terbentuklah zygote diploid.
Embryo ditumbuhkan pada medium in vitro, sampai pembelahan sel
tertentu. Kemudian diimplantasikan ke induk titipan. Antara 3 – 10 %
hewan yang berkembang mengandung kopi dari DNA eksogen yang
bersatu dengan kromosomnya.

5. Produksi Antibiotik
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu
dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme lain yang ada di
sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang
diproses dengan cara tertentu. Dipelopori oleh Alexander Fleming dengan
penemuan penisilin dari Penicillium notatum. Penicillium chrysogenum
digunakan untuk mem-perbaiki penisilin yang sudah ada dengan mutasi
secara iradiasi ultra violet dan sinar X. Selain Penicillium chrysogenu,
beberapa mikroorganisme juga digunakan sebagai antibiotik, antara lain:

22
 Cephalospurium : penisilin N.
 Cephalosporium : sefalospurin C.
 Streptomyces : streptomisin, untuk pengobatan TBC
Produksi antibiotic dilakukan dalam skala besar pada tangki
fermentasi dengan ukuran besar. Sebagai contoh, penicillium chrysogenum
ditunbuhkan dalam 100.000 liter fermentor selama kurang lebih 200 jam.
Mula-mula suspense spora P.chrysogenum ditumbuhkan pada larutan
bernutrisi. Kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu 24◦ C dan selanjutnya
ditransfer ke tangki aerasi yang baik selama satu hingga dua hari.

6. Produksi Vitamin dan asam amino


Vitamin merupakan faktor esensial bagi manusia. Beberapa dapat
diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, dan digunakan sebagai
suplemen makanan. Misalnya, vitamin B12 dapat diproduksi sebagai produk
samping fermentasi antibiotik oleh Streptomyces. Vitamin B12 juga
diperoleh dari fermentasi Propionibacterium shermanii atau Paracoccus
denitrificans.
Riboflavin dapat dihasilkan dari fermentasi berbagai macam
mikroorganisme, misalnya bakteri Clostridium dan fungi Eremothecium
ashbyi atau Ashbya gossypii.
Lisin diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, sehingga dapat
digunakan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan sebagai bahan
tambahan pada sereal. Produksi lisin dari kerbohidrat menggunakan
Corynebacterium glutamicum.
Asam glutamat (glutamic acid) dimanfaatkan sebagai monosodium
glutamat (MSG), bahan penyedap makanan. Asam L-glutamat dan MSG
dapat diproduksi melalui fermentasi fermentasi strain Brevibacterium,
Arthrobacter, dan Corynebacterium.
Kultur Corynebacterium glutamicum dan Brevibacterium flavum
digunakan untuk produksi MSG dalam skala besar. Proses fermentasi
memerlukan media glukosa-garam mineral dengan menambahkan urea

23
secara periodik sebagai sumber nitrogen selama proses fermentasi. Nilai pH
dijaga berkisar 6-8, dan temperatur berkisar 30ºC.

7. Produksi steroid
Hormon steroid sangat penting peranannya dalam dunia kesehatan.
Misalnya kortison dan steroid lainnya yang serupa diketahui dapat
digunakan untuk meredakan sakit dan mengurangi bengkak. Produksi
kortison dengan sintesis daria sam deoksiolat (deoxycholic acid) dan fungi
Rhizopus arrhizus menghidroksilasi progesteron membentuk steroid lain
dengan mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11 dan menghasilkan 11-
α-hidroksiprogresteron. Fungi Cunninghamella blakesleena juga dapat
menghidroksilasi steroid korteksolon (cortexolone) untu membentuk
hidrokortison dengan mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11.

Untuk bidang farmasi atau kesehatan pada umumnya bioteknologi


merupakan salah satu bidang yang masih terus berkembang, bioteknologi
menjadi satu alternative baru yang disukai untuk penemuan obat baru,
pengobatan penyakit, dan peningkatan produksi bahan baku dan bahan aktif.
Untuk negara maju seperti Amerika perkembangan bioteknologi dalam
pengobatan sudah diatur pada Farmakope, dalam USP (United State
Pharmacopea) terdapat beberapa produk yang sudah diizinkan untuk
dikembangkan melalui metoda ini, diantaranya:
a. Ekstraksi dari sumber alam.
b. Modifikasi protein alam.
c. Kultur sel mamalia in vitro.
d. Kultur sel in vivo.
e. Produksi oleh mikroba.
f. Sintesis kimia

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Bioteknologi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makbluk hidup
(enzim, alkohol, antibiotik, asam organik) dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa yang dapat digunakan oleh manusia.
2. Aplikasi pengembangan bioteknologi farmasi yaitu Pembuatan insulin,
Pembuatan antibodi monoklonal, Produk vaksin, Terapi gen, Produksi
antibiotik, Produksi vitamin dan asam amino serta Produksi steroid.

25
DAFTAR PUSTAKA

Komen, I. & Parsley. (1994). A Comparison of Goverment Programs.


Agricultural Biotechnology in Developing Countries, A Cross Country
Review, ISNAR, Netherland.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Indonesia Jadi Center of Excelent:
Momentum Baru Bagi Negara-Negara Islam Dalam Pengembangan
Vaksin dan Produk Bioteknologi.
Retnoningrum, D. S., Kardena, E., & Noer. A. S. (2005). Indonesia
Biotechnology Consortium: Present and Future. Workshop on the
Establishment of Biotechnology Information Network Asia (BINASIA)
Nodal in Indonesia. July 27-28, Jakarta.
Ambarwati & Susianawati, N. (2006). Kemajuan IPTEK untuk Kemaslahatan
Umat. SUHUF. Vol. 18 No. 2, 156-165.
Prentis, S. (1984). Biotechnology, A New Industrial revolution. London: Orbis
Pulishing.
Widyastuti, D. A. (2017). Terapi Gen: Dari Bioteknologi Untuk Kesehatan. Al-
Kauniyah. Journal of Biology. Vol. 10 No. 1, 60-72.
Moeljopawiro, S. & Falconi, C. (1999). Agriculture Bioteknologi Research
Indicators: Indonesia. Discussion Paper No. 99-07 April 1999. ISNAR,
The Netherlands.
Melief, C. J. M., Hall, T. V., Arens, R., Ossendorv, F., Van Der Burg, S. H.
(2015). Therapeutic cancer, Faccines. J Clin invest. Vol. 125 No. 9,
3401-3412.
Menteri Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Sembiring, L., Nastiti, S. J., & Suharni, T. T. (1999). Mikro biologi umum.
Yogyakarta: UGM.

26

Anda mungkin juga menyukai