Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REVIEW JURNAL
ANALISIS OBAT TRADISIONAL
OLEH :
NAMA : SURIA
NIM : F201902011
KELAS : C5NR
A. Pendahuluan
Obat tradisional dibuat dalam bentuk ekstrak karena tanaman obat tidak lagi praktis jika
digunakan dalam bentuk bahan utuh (simplisia). Ekstrak tersebut bisa dalam bentuk ekstrak
kering, ekstrak kental dan ekstrak cair yang proses pembuatannya disesuaikan dengan bahan
aktif yang dikandung. Ekstrak tersebut harus pula terstandarisasi untuk menjamin mutu dan
keamanannya.
Kayu sanrego (Lunasia amara Blanco) merupakan tanaman yang popular di Sulawesi
Selatan sebagai aprodisiaka atau obat kuat lelaki. Arnida dkk (2008) telah melaporkan aktivitas
afrodisiaka dari ektrak etil asetat Kayu sanrego. Agar khasiat dan kualitas ekstrak etil asetat
kayu sanrego ini dapat terjamin, maka perlu dipenuhi suatu standar mutu produk/bahan ekstrak
dengan melakukan standarisasi ekstrak. Standarisasi dilakukan agar dapat diperoleh bahan baku
yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut. Standardisasi
merupakan proses penjaminan produk akhir (simplisia, ekstrak atau produk herbal) agar
mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih dahulu.
B. Metode
a. Pembuatan ekstrak etil asetat
Kayu sanrego dibersihkan dan dikeringkan. Selanjutnya, kayu dipisahkan dari kulitnya dan
dipotong kecil-kecil, lalu diekstraksi secara refluks dengan n-heksan selama 4 jam. filtrat
disaring, residu dikeringkan, kemudian diekstraksi kembali. Proses ini diulangi sebanyak 2
kali. Filtrat dikumpulkan lalu diuapkan dengan evaporator hingga diperoleh ekstrak etil asetat
kental. Penguapan selanjutnya dilakukan dalam freeze drier untuk memastikan seluruh
pelarut telah menguap maksimal. Ekstrak siap sebagai sampel untuk distandarisasi
b. Standarisasi Ekstrak (Penentuan parameter non spesifik)
1. Penentuan kadar air
Ekstrak ditimbang yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C selama 30 menit.
Diratakan hingga lapisan setebal 10–15 mm dan dikeringkan pada suhu penetapan, tutupnya
dibuka, dibiarkan dalam keadaan tertutup dan mendingin dalam desikator, kemudian dicatat
bobot tetap.
2. Penentuan kadar abu
Ekstrak ditimbang, dipijarkan perlahan-lahan. Kemudian suhu dinaikkan secara bertahap
hingga 600 ± 250C sampai bebas karbon, didinginkan serta ditimbang berat abu. Abu yang
diperoleh dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer P selama 5 menit, bagian yang tidak
larut asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas,
disaring dan ditimbang, ditentukan kadar abu yang tidak larut asam dalam persen terhadap
berat sampel awal.
3. Penentuan total bakteri dan total kapang
a. Penentuan total bakteri
b. Penentuan total kapang
4. Penentuan batas logam berat
Ditimbang 0,799 g timbal nitrat Pb(NO3)2 kemudian dilarutkan ke dalam labu ukur. Dibuat
beberapa konsentrasi 1, 2, 4, 8, dan 10 ppm. Ditimbang 45 mg sampel ekstrak kemudian
dimasukkan ke dalam labu, ditambahkan 5 ml HNO3 p.a. dan 1 ml HClO4 p.a. lalu
didestruksi sampai diperoleh larutan jernih, dimasukkan ke dalam labu ukur. Kadar logam Pb
diukur menggunakan AAS pada λ 217 nm.
5. Penentuan bobot jenis
Bobot jenis ekstrak ditentukan terhadap hasil pengenceran ekstrak 5% dan 10% dalam pelarut
etanol dengan alat piknometer. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan
membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu 25oC
C. Hasil
Standarisasi ekstrak etil asetat kayu Sanrego (L. amara Blanco) telah dilakukan sesuai dengan
metode standarisasi dari literatur, yang meliputi penentuan parameter spesifik dan non spesifik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dengan karakteristik berupa ekstrak
kental berwarna coklat tua, rasa sepat dan berbau khas, mengandung kadar senyawa yang larut
dalam air sebesar 23,95 ± 2,192 %, kadar senyawa yang larut dalam etanol sebesar 67,05 ± 3,61
%, kadar air sebesar 5,33 ± 0,407 %, kadar abu sebesar 0,65 ± 0,199 %, kadar abu tidak larut
asam sebesar 0,58 ±0,225 %, berat jenis ekstrak sebesar 0,7734 ± 0,0016 (5%) dan 0,7957 ±
0,0021 (10%), total cemaran bakteri dan kapang masing-masing < 1 x 104 koloni/g dan kadar
logam timbal (Pb) sebesar 10,59 ± 0,239 mg/kg. Ekstrak etil asetat kayu sanrego telah
memenuhi syarat sebagai ekstrak terstandar sehingga diharapkan dapat menjadi acuan dalam
identifikasi dan kontrol kualitas ekstrak dalam penggunaanya sebagai bahan obat.
Review :
Kelebihan : Kelebihan Jurnal ini yaitu peneliti telah melakukan pengujian standarisasi
ekstrak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan menggunakan
bahan dan reagen yang sesuai.
JURNAL
ABSTRACT
Lunasia amara Blanco is a popular medicinal plant which is known as aphrodisiac in South Sulawesi
Province. Biological activity as antibacterial, anticancer dan antituberculosis were also scientifically
reported. This study is to ascertain the safety and quality of the plant extract by standardization
procedures mentioned in literature, including specific and non-specific parameters. The result showed that
ethyl acetate wood extract of L. amara Blanco, which is brown viscous extract, astringent to the taste and
characteristic odor, contain water-soluble extractive matters of 23,95 ± 2,192 %, ethanol-soluble
extractive matters of 67,05 ± 3,61 %, water content of 5,33 ± 0,407 %, total ash content of 0,65 ± 0,199
%, acid-insoluble ash content of 0,58 ±0,225 %, density of 0,7734 ± 0,0016 (5%) and 0,7957 ± 0,0021
(10%), total contaminant number of bacteria and fungus of each < 1 x 104 colony/g, and Pb concentration
of 10,59 ± 0,239 mg/kg. Ethyl acetate wood extract of L. amara Blanco has been qualified as
standardized extract. Therefore, this study can be a reference for identification and control quality of the
extract as a herb-medicine material
Key words : Sanrego, Lunasia amara, Standardization, Specific Parameter, Non Spesific Parameter
ABSTRAK
Kayu sanrego (Lunasia amara Blanco) telah dikenal penggunaannya sebagai jamu obat kuat lelaki di
daerah Sulawesi Selatan. Selain itu, tanaman ini juga dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri,
antikanker dan antituberculosis. Untuk dapat digunakan sebagai bahan aktif sediaan obat, perlu dilakukan
standarisasi ekstrak untuk menjamin mutu dan keamanannya. Standarisasi ekstrak etil asetat kayu
Sanrego (L. amara Blanco) telah dilakukan sesuai dengan metode standarisasi dari literatur, yang meliputi
penentuan parameter spesifik dan non spesifik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat
dengan karakteristik berupa ekstrak kental berwarna coklat tua, rasa sepat dan berbau khas, mengandung
kadar senyawa yang larut dalam air sebesar 23,95 ± 2,192 %, kadar senyawa yang larut dalam etanol
sebesar 67,05 ± 3,61 %, kadar air sebesar 5,33 ± 0,407 %, kadar abu sebesar 0,65 ± 0,199 %, kadar abu
tidak larut asam sebesar 0,58 ±0,225 %, berat jenis ekstrak sebesar 0,7734 ± 0,0016 (5%) dan 0,7957 ±
0,0021 (10%), total cemaran bakteri dan kapang masing-masing < 1 x 104 koloni/g dan kadar logam
timbal (Pb) sebesar 10,59 ± 0,239 mg/kg. Ekstrak etil asetat kayu sanrego telah memenuhi syarat sebagai
ekstrak terstandar sehingga diharapkan dapat menjadi acuan dalam identifikasi dan kontrol kualitas
ekstrak dalam penggunaanya sebagai bahan obat.
Kata kunci : Sanrego, Lunasia amara, Standarisasi, Parameter Spesifik, Parameter Non Spesifik
1
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2(3) : 01-08 ISSN: 2338-0950
Desember 2013
I. LATAR BELAKANG obat kuat lelaki. Arnida dkk (2008) telah
Di Indonesia terdapat lebih dari melaporkan aktivitas afrodisiaka dari ektrak
30.000 jenis tumbuhan dan lebih dari 1000 etil asetat Kayu sanrego. Selain itu, kayu
jenis tumbuhan obat yang telah sanrego juga telah diteliti memiliki aktivitas
dimanfaatkan dalam industri obat farmakologis yang lain seperti antibakteri
tradisional. Tumbuhan obat indonesia telah dan antikanker (Prescoot et al., 2007) serta
semakin banyak dimanfaatkan baik sebagai antituberculosis (Aguinaldo et al., 2007;
obat tradisional indonesia (jamu), obat Macabeo and Aguinaldo, 2008). Agar
herbal terstandar ataupun fitofarmaka. khasiat dan kualitas ekstrak etil asetat kayu
Berbagai penelitian dan pengembangan yang sanrego ini dapat terjamin, maka perlu
memanfaatkan kemajuan teknologi juga dipenuhi suatu standar mutu produk/bahan
dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu ekstrak dengan melakukan standarisasi
dan keamanan produk yang diharapkan ekstrak. Standarisasi dilakukan agar dapat
dapat lebih meningkatkan kepercayaan diperoleh bahan baku yang seragam yang
terhadap manfaat obat bahan alam tersebut. akhirnya dapat menjamin efek farmakologi
Obat tradisional dibuat dalam bentuk ekstrak tanaman tersebut. Standardisasi merupakan
karena tanaman obat tidak lagi praktis jika proses penjaminan produk akhir (simplisia,
digunakan dalam bentuk bahan utuh ekstrak atau produk herbal) agar mempunyai
(simplisia). Ekstrak tersebut bisa dalam nilai parameter tertentu yang konstan dan
bentuk ekstrak kering, ekstrak kental dan ditetapkan terlebih dahulu (Helmi dkk,
ekstrak cair yang proses pembuatannya 2006). Dari hasil penelusuran pustaka,
disesuaikan dengan bahan aktif yang belum ditemukan adanya laporan mengenai
dikandung serta maksud penggunaannya, standarisasi ekstrak etil asetat kayu sanrego
apakah dibuat menjadi sediaan dalam bentuk (L. amara Blanco), sehingga penelitian ini
kapsul, tablet, cairan obat dalam, pil, dan bertujuan untuk menentukan parameter
lain-lain. Ekstrak tersebut harus pula standarisasi ekstrak etil asetat kayu sanrego
terstandarisasi untuk menjamin mutu dan yang meliputi parameter spesifik dan non
keamanannya (Hariyati dkk, 2005). spesifik
Kayu sanrego (Lunasia amara Blanco)
merupakan tanaman yang popular di
Sulawesi Selatan sebagai aprodisiaka atau
yang diperoleh dari penetapan kadar abu, ekstrak dengan asam nitrat dan hydrogen
kemudian dididihkan dengan 25 ml asam peroksida, kadar Pb ditentukan dengan
klorida encer P selama 5 menit, bagian spektrofotometri serapan atom. Ditimbang
yang tidak larut asam dikumpulkan, teliti 0,799 g timbal nitrat Pb(NO3)2
disaring melalui kertas saring bebas abu, kemudian dilarutkan ke dalam labu ukur
dicuci dengan air panas, disaring dan 500 ml dengan air suling, dicukupkan
ditimbang, ditentukan kadar abu yang tidak volumenya. Dibuat beberapa konsentrasi 1,
larut asam dalam persen terhadap berat 2, 4, 8, dan 10 ppm. Ditimbang teliti 45 mg
sampel awal. sampel ekstrak kemudian dimasukkan ke
Berat awal − Berat akhir dalam labu kjeldahl, ditambahkan 5 ml
Kadar Abu = × 100%
Berat awal
HNO3 p.a. dan 1 ml HClO4 p.a. lalu
3. Penentuan total bakteri dan total kapang didestruksi pada suhu 2000C sampai
a. Penentuan total bakteri diperoleh larutan jernih, dimasukkan ke
Sejumlah 1 ml ekstrak dari pengenceran dalam labu ukur 10 ml, dicukupkan
10-4 dipipet dengan pipet steril, kemudian volumenya. Kadar logam Pb diukur
ditanamkan dalam medium NA, lalu diinkubasi menggunakan AAS pada λ 217 nm.
pada suhu 37°C selama 24 jam. Kemudian
diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh
5. Penentuan bobot jenis
dan dikalikan dengan faktor pengenceran.
Bobot jenis ekstrak ditentukan
Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
terhadap hasil pengenceran ekstrak 5% dan
b. Penentuan total kapang
10% dalam pelarut etanol dengan alat
Sejumlah 1 ml ekstrak dari pengenceran
10-4 dipipet dengan pipet steril, kemudian piknometer. Digunakan piknometer bersih,
ditanam dalam medium PDA, lalu diinkubasi kering dan telah dikalibrasi dengan
pada suhu 25°C selama tiga hari. Kemudian menetapkan bobot piknometer dan bobot air
diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh yang baru dididihkan pada suhu 25oC. Suhu
dan dikalikan dengan faktor pengenceran. diatur hingga ekstrak cair lebih kurang 20oC,
Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. lalu dimasukkan ke dalam piknometer.
Diatur suhu piknometer yang telah diisi
4. Penentuan batas logam berat
hingga suhu 25oC, kelebihan ekstrak cair
Penentuan batas logam Pb di dalam
dibuang dan ditimbang. Kurangkan bobot
ekstrak dilakukan secara destruksi basah
piknometer kosong dari bobot piknometer
yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama
adalah hasil yang diperoleh dengan dan kemudian dibiarkan selama 18 jam.
membagi bobot ekstrak dengan bobot air, Disaring cepat dengan menghindari
dalam piknometer pada suhu 25oC penguapan etanol, kemudian diuapkan 2ml
Bobot pikno sampel − bobot pikno kosong
Bobot jenis = filtrat hingga kering dalam cawan penguap
Bobot pikno air − bobot pikno kosong
yang telah ditera, residu dipanaskan pada
Penentuan parameter spesifik suhu 1050C hingga bobot tetap. Dihitung
1. Pemeriksaan organoleptik, meliputi
kadar dalam persen senyawa yang larut
bentuk, warna, rasa dan bau. Pegujian
dalam etanol terhadap berat ekstrak awal.
ini dilakukan dengan menggunakan
panca indera langsung.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Penetapan kadar senyawa terlarut
Pada penelitian ini, digunakan sampel
dalam pelarut tertentu.
kayu Sanrego (L. amara Blanco). Setelah kayu
a. Kadar senyawa yang larut dalam air.
dibersihkan dan kulit kayunya dipisahkan, maka
Sejumlah 0,5 g ekstrak disari selama
kayu dikeringkan-anginkan untuk mengurangi
24 jam dengan10 ml air-kloroform LP,
kadar air. Setelah itu, kayu dipotong kecil-kecil
menggunakan labu bersumbat sambil
dengan tujuan untuk menambah luas permukaan
berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama sampel sehingga ketika diekstraksi, maka pelarut
dan kemudian dibiarkan selama 18 jam, dapat terabsorpsi maksimal ke dalam kayu,
kemudian disaring. Diuapkan 2 ml filtrat sehingga hasil ekstraksi dapat optimal. Pada
hingga kering dalam cawan penguap, residu proses ekstraksi dilakukan dengan metode
dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot refluks karena tekstur kayu yang keras. Pelarut
tetap. Dihitung kadar dalam persen senyawa ekstraksi digunakan pelarut n-heksana dan etil
asetat secara berturut-turut. Pelarut n-heksana
yang larut dalam air terhadap berat ekstrak
digunakan pertama kali karena bersifat kurang
awal.
polar dibandingkan etil asetat, sehingga dangan
ektraksi n-heksana terlebih dahulu maka akan
b. Kadar senyawa yang larut dalam
menarik komponen kimia yang bersifat kurang
etanol
polar, seperti lipid, lilin, dll. Setelah itu, residu
Sejumlah 0,5 g ekstrak dimaserasi kayu hasil ekstraksi n heksana dikeringkan
selama 24 jam dengan 10 ml etanol 95% beberapa menit lalu dilanjutkan dengan ekstraksi
menggunakan labu bersumbat sambil menggunakan etil asetat untuk menarik
hingga tersisa unsur mineral dan unsur masing-masing < 1 x 104 koloni/gram. Hasil
anorganik saja. Diperoleh kadar abu dalam ini memenuhi persyaratan batasan
ekstrak sebesar 0,65 ± 0,199 %, sedangkan maksimum mikroba dalam makanan
kadar abu tidak larut asam diperoleh sebesar menurut SK Dirjen POM No.
0,58 ± 0,225 %. Hal ini menunjukkan bahwa 03726/B/SK/VII/89 yaitu batas maksimum
sisa unsur mineral dan anorganik dalam sebesar 106 koloni/gram. Tidak ditemukan
ekstrak sebesar 0,65 ± 0,199 %, dan unsur pula pada biakan dalam medium PDA ciri
tersebut tidak larut dalam asam sebesar 0,58 mikroskopis biakan Aspergillus flavus,
± 0,225 % (Helmi dkk, 2006). koloni yang tumbuh dengan karakteristik
Penentuan bobot jenis ditentukan berwarna kuning muda dan hifa tidak
dengan menggunakan piknometer. Ekstrak bersekat, sehingga penentuan angka
yang digunakan adalah ekstrak yang telah aflatoksin tidak dilanjutkan. Aflatoksin
diencerkan dengan etanol 96% hingga merupakan metabolit sekunder yang
menjadi konsentrasi 5% dan 10%. Ekstrak dihasilkan jamur yang dapat menyebabakan
5% memiliki bobot jenis sebesar 0,7734 ± toksigenik, mutagenik, teratogenik dan
0,0016, sedangkan ekstrak 10% memiliki karsinogenik (Helmi dkk, 2006).
bobot jenis sebesar 0,7957 ± 0,0021. Hal ini Pemeriksaan kadar logam berat (Pb)
menggambarkan besarnya massa per satuan pada ekstrak bertujuan untuk menjamin
volume untuk memberikan batasan antara bahwa ekstrak tidak mengandung logam
ekstrak kental dan ekstrak cair. Bobot jenis berbahaya timbal melebihi batas yang
juga berkaitan dengan kontaminasi dan ditetapkan karena dapat bersifat toksik pada
kemurnian ekstrak (Departemen Kesehatan tubuh manusia. Pada pengujian ini dilakukan
RI, 2000) dengan menggunakan metode
Pengujian cemaran bakteri dan kapang spektrofotometri serapan atom (SSA) karena
merupakan saah satu uji untuk kemurnian memiliki batas seleksi rendah dan lebih
ekstrak. Uji ini mencakup penentuan jumlah selektif dalam menentukan kadar logam
mikroorganisme yang diperbolehkan dan dalam suatu sampel. Hasil penelitian
untuk menunjukkan tidak adanya adanya menunjukkan kandungan logam Pb dalam
bakteri atau kapang tertentu di dalam ekstrak etil asetat kayu sanrego sebesar
ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan 10,59 ± 0,239 mg/kg. Hasil ini telah
cemaran bakteri dan kapang dalam ekstrak memenuhi persyaratan batas maksimum