Anda di halaman 1dari 14

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Struktur bangunan merupakan rangkaian elemen-elemen struktur
penyusun suatu bangunan, yang dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu struktur
bawah (Sub Structure) dan struktur atas (Upper Structure). Struktur bawah (sub
structure) adalah bagian bangunan yang berada dibawah permukaan tanah. Dalam
proses perencanaan struktur Gedung Apartemen Satria Bantarsoka Purwokerto
Barat. Struktur bawah meliputi pondasi dan sloof. Sedangkan struktur atas (Upper
structure) adalah struktur bangunan yang berada diatas permukaan tanah seperti
balok, kolom, tangga, ringbalk, pelat lantai, atap, dan portal.
Menurut KBBI, apartemen adalah tempat tinggal (yang terdiri atas kamar
duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur dan sebagainya) yang berada pada 1
lantai bangunan bertingkat. Atau bangunan bertingkat, terbagi dalam beberapa
tempat tinggal. Definisi Apartemen sebagaimana pasal UUDS No. 16 tahun 1985
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Apartemen adalah “Gedung bertingkat
yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional dalam arah vertikal dan horizontal, dan
merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang
dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama dan benda bersama”.
Apartemen/Flat/Rumah Pangsa, merupakan sebuah model tempat tinggal yang
hanya mengambil sebagian kecil ruang dari suatu bangunan. Suatu gedung
apartemen dapat memiliki puluhan bahkan ratusan unit apartemen. Jadi didalam
apartemen ditinggali banyak keluarga yang berbeda.

2.1.1 Struktur Bangunan Atas


2.1.1.1 Atap
Atap merupakan penutup bangunan yang terletak dibagian atas, atap
memiliki dua fungsi utama yang sangat penting. Fungsi yang pertama adalah
untuk melindungi ruangan dari panas matahari, hujan dan angin. Selain itu, atap
mempunyai fungsi yang tidak kalah penting dalam aspek estetika. Atap seakan-
6

akan berfungsi sebagai mahkota pada bangunan. Penggunaan atap beton bertulang
sering digunakan, karena mampu menahan panas sinar matahari dengan baik
sebab atap beton bertulang memiliki ketebalan yang cukup. Atap beton bertulang
banyak digunakan karena apabila suatu saat ingin menambahkan tinggi bangunan
(penambahan ruang secara vertikal) dan merubah fungsi atap menjadi lantai dapat
dikerjakan dengan mudah. Karakteristik atap beton bertulang yang baik sebagai
berikut :
a. Solid atau kuat, agar mampu menahan beban dan berat tanpa kendala.
b. Pengerjaan yang halus dan rata, karena berpengaruh terhadap fungsi dan
estetika rumah/gedung secara keseluruhan.
c. Efisien, yang artinya atap beton bertulang harus dibangun dalam tempo yang
tepat dan tidak terlalu lama supaya hasilnya tidak mudah retak atau keropos.
d. Ekonomis, atap beton bertulang merupakan salah satu pilihan untuk membuat
atap yang terjangkau dan irit.
2.1.1.2 Balok
Balok merupakan bagian dari struktur sebuah bangunan yang kaku dan
dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen
kolom penopang. Selain itu ring balok berfungsi sebagai pengikat kolom agar
apabila terjadi pergerakan kolom tetap bersatu padu mempertahankan bentuk dan
posisinya semula. Ring balok dibuat dengan bahan yang sama dengan kolom,
sehingga hubungan ring balok dengan kolom bersifat kaku tidak mudah berubah
bentuk. Pola gaya yang tidak seragam dapat mengakibatkan balok melengkung
atau defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan internal material.
Apabila suatu gelagar balok bentang sederhana menahan beban yang
mengakibatkan timbulnya momen lentur, akan terjadi deformasi (regangan) lentur
didalam balok tersebut. Pada kejadian momen lentur positif, regangan tekan
terjadi dibagian atas dan regangan tarik dibagian bawah dari penampang.
Regangan-regangan tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan-tegangan yang
harus ditahan oleh balok, tegangan tekan disebelah atas dan tegangan tarik
dibagian bawah. Agar stabilitasnya terjamin, batang balok sebagai bagian dari
sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan dan tarik
tersebut. Untuk memperhitungkan kemampuan dan kapasitas dukung komponen
7

struktur beton terlentur (balok, pelat, dinding, dan sebagainya), sifat utama bahwa
bahan beton kurang mampu menahan tegangan tarik akan menjadi dasar
pertimbangan. Dengan cara memperkuat dengan batang tulangan baja pada daerah
dimana tegangan tarik bekerja akan didapat apa yang dinamakan struktur beton
bertulang. Apabila dirancang dan dilaksanakan dengan cara yang saksama,
struktur beton bertulang dengan susunan bahan seperti tersebut diatas akan
memberikan kemampuan yang dapat diandalkan untuk melawan lenturan.
(Dipohusodo, 1994).
2.1.1.3 Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur
(Sudarmoko, 1996).
Kolom berfungsi sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau
bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan.
Secara garis besar ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu sebagai berikut :
1. Kolom menggunakan pegikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan beton
yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak
spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang kearah lateral, sehingga
penulangan keseluruhan membentuk kerangka.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan kolom yang
menggunakan pengikat sengkang lateral, hanya saja sebagai pengikat tulangan
8

pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk


heliks menerus disepanjang kolom.
3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil dengan atau tanpa diberi
batang tulangan pokok memanjang.
2.1.1.4 Pelat
Struktur bangunan gedung umumnya tersusun atas komponen pelat lantai,
balok anak, balok induk, dan kolom, yang umumnya dapat merupakan satu
kesatuan monolit atau terrangkai seperti halnya pada sistem pracetak. Petak pelat
dibatasi oleh balok anak pada kedua sisi panjang dan oleh balok induk pada kedua
sisi pendek. Apabila pelat didukung sepanjang keempat sisinya dinamakan
sebagai pelat dua arah dimana lenturan akan timbul pada dua arah yang saling
tegak lurus. Namun, apabila perbandingan sisi panjang terhadap sisi pendek yang
saling tegak lurus lebih besar dari 2, pelat dapat dianggap hanya bekerja sebagai
pelat satu arah dengan lenturan utama pada arah sisi yang lebih pendek. Sehingga
struktur pelat satu arah dapat didefinisikan sebagai pelat yang didukung pada dua
tepi yang berhadapan sedemikian sehingga lenturan timbul hanya dalam satu arah
saja, yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap arah dukungan tepi (Dipohusodo,
1994).
2.1.1.5 Tangga
Tangga merupakan bagian dari bangunan bertingkat yang berfungsi untuk
penghubung sirkulasi antara lantai bangunan bertingkat dengan berjalan naik atau
turun menggunakan trap (anak tangga), dan dapat dibuat dari kayu, pasangan batu,
baja, dan beton bertulang. Letak tangga harus dibuat agar mudah dilihat dan dicari
oleh orang yang akan menggunakannya. Ruang tangga sebaiknya terpisah dengan
ruang lain agar tidak mengganggu aktifitas yang lain.
Bagian-bagian dari tangga seperti dibawah ini :
1. Pondasi tangga
Sebagai dasar tumpuan (landasan) supaya tidak merasakan penurunan atau
pergeseran. Maka, pangkal tangga bawah diberi pondasi, pondasi tangga bisa
berupa pasangan batu kali, beton bertulang ataupun kombinasi kedua bahan
tersebut. Pada lantai bertingkat, dibawah pangkal tangga mesti diberi balok
9

anak sebagai pengaku pelat supaya lantai tidak menyangga beban terpusat yang
besar.
2. Ibu tangga
Merupakan bagian tangga yang berfungsi mengikat anak tangga. Material yang
digunakan untuk membuat ibu tangga antara lain beton bertulang, kayu, baja
profil kanal pelat baja, dan besi. Kombinasi antara ibu tangga dan anak tangga
biasanya untuk ibu tangga beton bertulang dipadukan dengan anak tangga dari
bahan papan kayu atau bahan baja, untuk ibu tangga menggunakan profil kanal
untuk menopang anak tangga yang menggunakan pelat baja.
3. Anak tangga
Merupakan elemen dari tangga yang perlu diperhatikan karena sering dilalui
untuk naik turun pengguna, bahan permukaan anak tangga harus benar-benar
aman dan nyaman agar terhindar dari kemungkinan kecelakaan seperti
terpeleset karena licin atau sempit. Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian horizontal (pijakan datar) dan vertikal (pijakan untuk langkah kaki).
4. Pagar tangga
Pelindungan disamping sisi tangga untuk pemakai agar tidak terpeleset jatuh
atau guna pegangan ketika menaiki tangga. Pada sisi tangga yang berbatasan
langsung dengan tembok tidak butuh memasang pagar tangga, namun sisi lain
yang bebas mesti diberi pagar.
5. Pegangan tangga
Suatu yang diletakan pada anak tangga sebagai tempat bertumpu tangan orang
naik atau turun tangga agar terasa aman. Material yang digunakan untuk
pegangan tangga antara lain kayu, besi hollow bulat, dan baja.
6. Bordes
Merupakan bagian dari tangga sebagai tempat beristirahat menuju arah tangga
berikutnya. Bordes juga berfungsi sebagai pengubah arah tangga, umumnya
keberadaan bordes setelah anak tangga ke 15. Kenyamanan bordes juga perlu
diperhatikan, untuk lebar harus diusahakan sama dengan lebar tangga.
10

2.1.2 Struktur Bangunan Bawah


2.1.2.1 Pondasi
Pondasi adalah komponen struktur pendukung bangunan yang terbawah,
dan telapak pondasi berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke
tanah. Telapak pondasi harus memenuhi persyaratan untuk mampu dengan aman
menebar beban yang diteruskan sedemikian rupa, sehingga kapasitas atau daya
dukung tanah tidak dilampaui. Dalam merencanakan pondasi harus
memperhitungkan keadaan yang berhubungan dengan sifat-sifat dan mekanika
tanah. Dasar pondasi harus diletakan diatas tanah kuat pada kedalaman cukup
tertentu, bebas dari lumpur, humus, dan pengaruh perubahan cuaca.
(Dipohusodo,1994)
Secara umum pondasi telapak beton dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Pondasi telapak kolom setempat , sering disebut juga sebagai pondasi telapak
terpisah. Untuk menjamin keseimbangan dan efisiensi umumnya berbentuk
telapak bujur sangkar, tetapi apabila ruangnya terbatas dapat juga berbentuk
empat persegi panjang.
2. Pondasi telapak dinding bertugas mendukung dinding, baik yang menumpu
secara konsentris ataupun tidak.
3. Pondasi telapak gabungan, mendukung dua kolom atau lebih dan telapaknya
dapat berbentuk empat persegi panjang atau trapesium. Apabila dua pondasi
telapak terpisah digabungkan melalui balok pengikat, sering dinamakan
sebagai pondasi telapak kantilever.
4. Pondasi plat, merupakan pondasi telapak menyeluruh dengan telapak sangat
luas dan mendukung semua kolom dan dinding struktur bangunan. Umumnya
digunakan apabila bangunan harus didirikan diatas tanah dasar lembek.
5. Pondasi telapak tiang pancang (pile cap), melayani pelimpahan beban kolom
dari atas kepada sekelompok tiang pancang dibawahnya, yang kemudian
diteruskan kepada tanah pendukung melalui gesekan permukaan atau tumpuan
ujung tiang.
Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi
dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep faoundation), tergantung
dari letak tanah keras dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi
11

dangkal kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi (D ≤ B) dan dapat
digunakan jika lapisan tanah keras terletak dekat dengan permukaan tanah.
Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah kerasnya berada jauh dari
permukaan tanah.

2.1.3 Pembebanan
Menurut SNI-1727-2013, Beban minimum untuk perancangan bangunan
gedung dan struktur lain, struktur komponen dan pondasi harus dirancang
sedemikian rupa sehingga kekuatan desainnya sama atau melebihi efek dari beban
terfaktor dalam kombinasi berikut :
1. 1,4 D
2. 1,2 D + 1,6L + 0,5 (Lr atau S atau R)
3. 1,2 D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
4. 0,9 D + 1,0E
2.1.3.1 Beban Mati (D)
Berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading
gedung dan komponen arsitektural dan struktural lainnya serta peralatan layan
terpasang lain termasuk berat keran.
2.1.3.2 Beban Hidup (L)
Beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung atau
struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti
beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban mati.
2.1.3.3 Beban Hidup Atap (Lr)
Beban pada atap yang diakibatkan (1) pelaksanaan pemeliharaan oleh pekerja,
peralatan, material dan (2) selama masa layan struktur yang diakibatkan oleh
benda bergerak, seperti tanaman atau benda dekorasi kecil yang tidak
berhubungan dengan penghuni.

2.1.3.4 Beban Angin (W)


Semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh
selisih tekan udara.
12

2.1.3.5 Beban Gempa (E)


Semua beban statik ekivalen yang bekerja dalam gedung atau bagian gedung yang
menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu, maka yang diartikan
gempa ialah gaya-gaya didalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah
akibat gempa.
2.1.3.6 Beban Air Hujan (R)
Beban air hujan pada atap yang tidak melendut, dalam lb/ft² (kN/m²). Apabila
istilah atap yang tidak melendut digunakan, lendutan dari beban (termasuk beban
mati) tidak perlu diperhitungkan ketika menentukan jumlah air hujan pada atap.

2.1.4 Rancangan Anggaran Biaya (RAB)


Menurut John W. Niron, Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek
mempunyai pengertian sebagai berikut :
a. Rencana adalah himpunan planning termasuk detail dan tata cara pelaksanaan
pembuatan sebuah bangunan.
b. Anggaran adalah perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar
rencana) pada suatu bangunan.
c. Biaya adalah besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan borongan
yang tercantum dalam persyaratan yang ada.
Rancangan Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan banyaknya biaya
yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan bangunan atau proyek. Anggaran biaya merupakan harga dari
bahan bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat.
Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda dimasing-masing
daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.
Menurut Ir. A. Soedradjat Sastraatmadja, 1984, bahwa Rencana Anggaran
Biaya (RAB) dibagi menjadi dua, yaitu rencana anggaran terperinci dan rencana
anggaran biaya kasar.
a. Rencana anggaran biaya kasar
Merupakan rencana anggaran biaya sementara dimana pekerjaan dihitung tiap
ukuran luas. Pengalaman kerja sangat mempengaruhi penafsiran biaya secara
13

kasar, hasil dari penafsiran ini apabila dibandingkan dengan rencana anggaran
yang dihitung secara teliti didapat sedikit selisih.
b. Rencana anggaran biaya terperinci
Dilaksanakan dengan menghitung volume dan harga dari seluruh pekerjaan
yang dilaksanakan agar pekerjaan dapat diselesaikan secara memuaskan. Cara
perhitungan pertama adalah dengan harga satuan, dimana semua harga satuan
dan volume tiap jenis pekerjaan dihitung. Yang kedua adalah dengan harga
seluruhnya, kemudian dikalikan dengan harga serta dijumlahkan seluruhnya.

2.1.5 Time Schedule


Tujuan dari perencanaan adalah melakukan usaha untuk memenuhi
persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan dalam batasan biaya, mutu, dan
waktu ditambah dengan terjaminnya faktor keselamatan. Filosofi perencanaan
adalah keselamatan terjamin (aman), produk perencanaan berfungsi sesuai yang
diharapkan (efektif), produk yang dihasilkan hemat biaya (efisien), dan mutu
terjamin tidak menyimpang dari spesifikasi yang ditentukan.
Tahapan atau langkah-langkah dalam perencanaan proyek adalah :
1. Rincian Struktur Kerja (Work Breakdown Structure / WBS)
WBS digunakan untuk melakukan Breakdown atau memecahkan tiap
proses pekerjaan menjadi lebih detail. Hal ini dimaksudkan agar proses
perencanaan proyek memiliki tingkat yang lebih baik. WBS disusun berdasarkan
dasar pembelajaran seluruh dokumen proyek yang meliputi kontak, gambar-
gambar, dan spesifikasi. Komponen utama WBS (Work Breakdown Structure)
adalah :
a. Struktur,
b. Metode pembagian,
c. Penomoren dan sistem pengkodean,
d. Tingkat kedetailan,
e. Jumlah dari tingkat WBS,
f. Roll-up,
g. Perpaduan dari pertanggung jawaban penggunaan WBS dan OBS,
14

2. Diagram Jaringan (The Network Diagram)


Diagram jaringan merupakan teknik yang digunakan untuk
memperlihatkan pengurutan aktivitas. Sebuah diagram jaringan adalah tampilan
mengenai hubungan logis antara aktivitas-aktivitas proyek atau urutan antara
aktivitas-aktivitas proyek dan menggambarkan hubungan antara masing-masing
kegiatan serta menjelaskan arus operasi sejak awal hingga selesainya kegiatan-
kegiatan proyek.
2.1.5.1 Bar Chart (Gant Chart)
Bar chart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom
arah vertikal, dan kolom arah horizontal menunjukan skala waktu. Saat mulai dan
akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas sedangkan durasi kegiatan
digambarkan oleh panjangnya diagram batang. Bagan balok terdiri atas sumbu x
dan sumbu y, sumbu x menyatakan durasi atau waktu yang dibutuhkan dalam
setiap aktifitas dengan satuan harian, mingguan dan bulanan, sedangkan sumbu y
menyatakan uraian kegiatan atau paket kerja dari lingkup proyek.
Bar chart ditemukan oleh L. Gannt Chart dan Fredick W. Taylor dalam
bentuk bagan balok, panjang balok mempresentasikan sebagai durasi setiap
kegiatan. Keuntungan dari bagan balok ini adalah informatif, mudah dibaca dan
efekstif untuk komunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana.
Sedangkan kekurangannya yaitu dalam penyajian informasi bagan balok terbatas,
maksudnya hubungan antar kegiatan tidak jelas. Lintasan kritis kegiatan proyek
tidak dapat diketahui, karena urutan kegiatan kurang terrinci maka bila terjadi
keterlambatan proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi sulit untuk
dilakukan.
Pada pengendalian waktu dilapangan agar semua kegiatan dalam suatu
proyek dapat diinformasikan secara lengkap maka pada diagram batang ini
disertakan kolom :
a. Volume pekerjaan,
b. Bobot pekerjaan,
c. Persentase bobot pekerjaan rencana,
d. Persentase bobot pekerjaan aktual,
e. Deviasi terjadi,
15

f. Bisa dilengkapi dengan kurva S,


2.1.5.2 Kurva S
Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T.
Hanumm atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal
hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek berdasarkan
kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentasi
kumulatif dari seluruh kegiatan proyek.
Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan
proyek dengan membandingkan terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui
apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek, indikasi tersebut dapat
menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam proses
pengendalian jadwal.
Kelemahan kurva S adalah informasi yang disampaikan tidak detail dan
hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek namun untuk memperbaiki atau
memperbaharui sumber daya ataupun waktu pada masing-masing kegiatan proyek
memerlukan metoda yang lain.
2.1.5.3 Network Planning (NWP)
Network planning adalah salah satu model yang digunakan dalam
penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan-
kegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan (Tubagus
Haedar Ali, 1995). Secara umum kegunaan network planning adalah untuk
mengelola kegiatan. Berikut ini detail kegunaan network planning :
a. Memberikan perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian kegiatan
menyeluruh.
b. Dapat memperkirakan waktu, biaya, serta sumber daya yang diperlukan.
c. Sebagai dokumentasi proyek.
d. Mengetahui kegiatan kritis.
e. Sebagai alat komunikasi data, masalah dan tujuan proyek.

2.1.6 Kebutuhan Lahan Parkir


Keberadaan fasilitas parkir berupa gedung atau taman parkir harus
menunjang keselamatan dan kelancaran lalu lintas, sehingga penetapan lokasinya
16

terutama menyangkut akses keluar masuk fasilitas parkir harus dirancang agar
tidak mengganggu kelancaran lalu lintas. Menurut Pedoman Perencanaan dan
Pengoperasian Fasilitas Parkir yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Sistem Lalu
Lintas Angkutan Kota Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, dalam merancang
suatu fasilitas parkir perlu memperhatikan beberapa hal berikut :
Dasar Perhitungan Satuan Ruang Parkir (SPR), sebagaimana telah diuraikan
diatas bahwa (SPR) digunakan untuk mengukur kebutuhan ruang parkir. Tetapi
untuk menentukan satuan ruang parkir tidak terlepas dari pertimbangan-
pertimbangan seperti halnya satuan-satuan lain, diantaranya sebagai berikut :
o Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang
o Ruang bebas kendaraan parkir
o Lebar bukaan pintu kendaraan
o Penentuan Satuan Ruang Parkir (SPR)
o Jenis peruntukan parkir
o Standar kebutuhan ruang parkir

2.1.7 Bar Chart Perencanaan Tugas Akhir


Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Observasi
Pencarian Data
Gambar
Proposal TA
Bab I Pendahuluan
Bab II Studi Pustaka
Bab III Metode Perencanaan
Bab IV Perencanaan
Bab V RKS
Bab VI RAB & Penjadwalan
Bab VII Kesimpulan & Saran
Lampiran
17

2.2 Tinjauan Pustaka


Acuan tugas akhir yang ditulis oleh Firda Rahmawati Putri dan Annisa
Dian Permata mahasiswi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang pada tahun 2016, dengan judul Desain Struktur Gedung Apartemen
Candiland 21 Lantai Sesuai SNI Gempa 2012. Dengan cara merencanakan gedung
bertingkat tahan gempa yang distandarisasi SNI Gempa 1726:2012. Pada ssaat
gempa terjadi kerusakan yang muncul dapat diminimalisir sehingga berkurangnya
kerugian yang akan terjadi dalam bentuk materi seperti kerusakan gedung dan
property di dalamnya maupun inmateri seperti keselamtan konsumen yang tinggal
di gedung tersebut. Gedung apartemen 21 lantai yang direncanakan tidak hanya
disesuaikan dengan SNI Gempa 1726:2012 untuk merencanakan gedung yang
mampu menahan beban gempa, namun juga diperlukannya perencanaan yang
sesuai dengan standar SNI terbaru yang sudah ada. Untuk perencanaan gedungnya
menggunakan SNI Beton Bertulang 2847:2013, persyaratan beton struktural untuk
bangunan gedung. Dan pembebanannya sesuai dengan SNI 1727:2013 untuk
beban minimum perencanaan bangunan gedung dan struktur lain.
Mahfud Junara mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2017, dengan tugas akhir
Perencanaan Struktur Gedung Apartemen 4 Lantai Dan 1 Basement Dengan
Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) Di Daerah Wonogiri.
Pembangunan apartement adalah salah satu solusi investasi dibidang properti
yang belum begitu diminati saat ini, khususnya untuk gedung apartement
bertingkat. Namun dengan pembangunan apartement lahan di daerah Wonogiri
adalah termasuk daerah gempa sedang, tetapi dalam perencanaaan gedung
apartement tersebut penyusun perlu merancang gedung 4 lantai 1 basement agar
lahan yang tersedia dapat digunakan secara optimal. Gedung apartement
direncanakan 4 lantai dan 1 basement dengan menggunakan sistem rangka
pemikil momen biasa di wilayah Wonogiri (SNI 1726-2012), dan dalam
perhitungan struktur menggunakan software SAP 2000.
Dalam tugas akhirnya Riesty Rahajeng dan Gabriella Gloria Adinda
mahasiswi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
pada tahun 2016, dengan judul Desain Struktur Gedung Apartemen 21 Lantai
18

Sentraland Semarang. Pada tugas akhir yang dibuat, gedung Sentraland Semarang
akan didesain strukturnya sesuai dengan perbedaan fungsi tiap lantai untuk
menopang perbedaan beban hidup, tanpa mengurangi bentuk unik dari gedung
tersebut. Perhitungan untuk pendesainan struktur gedung ini menggunakan
software SAP2000 (Structure Analysis Program) v.10. Gedung Sentraland
Semarang merupakan bangunan Mixed Used Building 21 lantai, yang mempunyai
perbedaan fungsi bangunan diantara retail, parkir, perkantoran (office), condotel,
apartemen, dan dak berlokasi di Jalan Ki Mangun Sarkono No. 36, Semarang.
Dalam mendesain gedung Sentraland Semarang pada Tugas Akhir yang dibuat,
mendesain strukturnya sesuai dengan perbedaan fungsi tiap lantai untuk
menopang perbedaan beban hidup, tanpa mengurangi keamanan, dan bentuk unik
dari gedung tersebut. Pendesainan gedung ini berdasarkan pada peraturan SNI
2847:2013 mengenai Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI
1726:2012 mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan dan Non-Gedung, dan SNI 1727:2013 mengenai Beban Minimum
Untuk Perancangan Bangunan.
Dalam tugas akhir ini yang berjudul Perencanaan Struktur Gedung
Apartemen Satria Bantarsoka Purwokerto Barat, mengambil beberapa acuan
perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya guna untuk mendukung tugas akhir
yang dibuat.

Anda mungkin juga menyukai